Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan
ikat yang menopangnya, Mioma uteri merupakan tumor terbanyak dari uterus.
Prevalensinya mencapai 20% populasi wanita > 30 tahun dan 35-40% pada wanita >
50 tahun. Mioma uteri belum pernah (dilaporkan) terjadi sebelum menarche.
Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20 – 30% dari seluruh wanita. Di Indonesia,
mioma uteri ditemukan 2,39 – 11,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat.
Selain usia, faktor predisposisi lain yang berpengaruh terhadap angka kejadian mioma
uteri adalah ras, genetik, paritas dan fungsi ovarium.1,2,3
Uterus fibroids banyak menimbulkan gangguan tapi ada juga yang tidak
menimbulkan keluhan dan bahkan akan mengecil pada usia menopause. Tetapi
beberapa fibroids akan menimbulkan gejala nyeri, gejala penekanan pad organ
viscera yang lain, perdarahan dan anemia atau menyebabkan permasalahan
kehamilan1
Tidak sedikit kehamilan yang disertai dengan mioma uteri. Mioma dapat
mengganggu kehamilan dengan dampak berupa kelainan letak bayi dan plasenta,
terhalangnya jalan lahir, kelemahan pada saat kontraksi rahim, pendarahan yang
banyak setelah melahirkan dan gangguan pelepasan plasenta, bahkan bisa
menyebabkan keguguran.(1,4,6)
Sebaliknya, kehamilan juga bisa berdampak memperparah mioma uteri. Saat
hamil, mioma uteri cenderung membesar, dan sering juga terjadi perubahan dari
tumor yang menyebabkan perdarahan dalam tumor sehingga menimbulkan nyeri.
Selain itu, selama kehamilan, tangkai tumor bisa terputar yang menyebabkan
nyeri.(1,4,7)
Diagnosis mioma uteri ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Penanganan mioma uteri tergantung pada umur, status

1|Page
fertilitas, paritas, lokasi dan ukuran tumor, sehingga biasanya mioma yang ditangani
yaitu yang membesar secara cepat dan bergejala serta mioma yang diduga
menyebabkan fertilitas. Jadi tidak semua mioma uteri memerlukan tindakan
bedah.1,2,3

2|Page
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI
Mioma Uteri adalah suatu tumor jinak, berbatas tegas, tidak berkapsul, yang
berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut fibromioma uteri,
leiomioma uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini merupakan neoplasma jinak
yang paling sering ditemukan pada traktus genitalia wanita. Ukurannya bervariasi
mulai dari sebesar kepala jarum hingga sebesar melon, sedangkan beratnya pernah
dilaporkan mencapai 20 pon. Walaupun tidak sering, disfungsi reproduksi yang
dikaitkan dengan mioma mencakup infertilitas, abortus spontan, persalinan prematur,
dan malpresentasi.1,3

2. EPIDEMIOLOGI
Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche, sedangkan
setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih bertumbuh. Di Indonesia
mioma uteri ditemukan 2,39-11,7% pada semua penderita ginekologik yang dirawat.
Selain itu dilaporkan juga ditemukan pada kurang lebih 20-25% wanita usia
reproduksi dan meningkat 40% pada usia lebih dari 35 tahun.4,5 Berdasarkan otopsi,
Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang mioma, pada
wanita berkulit hitam ditemukan lebih banyak.8 Mioma uteri terjadi pada 20% wanita
di atas 35 tahun.2 Insiden terjadinya mioma pada kehamilan berkisar antara 0,3 –
2,6%.9

3. ETIOLOGI
Etiologi mioma uteri pasti belum diketahui secara pasti diduga merupakan
penyakit multifaktorial. Terdapat korelasi antara pertumbuhan tumor dengan
peningkatan reseptor estrogen-progesteron pada jaringan mioma uteri, serta adanya

3|Page
faktor predisposisi yang bersifat herediter, faktor hormon pertumbuhan dan Human
Placental Lactogen. Para ilmuwan telah mengidentifikasi kromosom yang membawa
145 gen yang diperkirakan berpengaruh pada pertumbuhan fibroid. Beberapa ahli
mengatakan bahwa fibroid uteri diwariskan dari gen sisi paternal. Mioma biasanya
membesar pada saat kehamilan dan mengecil setelah menopause, sehingga
diperkirakan dipengaruhi juga oleh hormon-hormon reproduksi seperti estrogen dan
progesteron. Selain itu, sangat jarang ditemukan sebelum menarke, dapat tumbuh
3,4
dengan cepat selama kehamilan dan kadang mengecil setelah menopause. Ada
beberapa faktor yang diduga kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri,
yaitu :
- Umur : mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan
sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering
memberikan gejala klinis antara 35-45 tahun.
- Paritas : lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif infertil,
tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertil menyebabkan mioma uteri
atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertil, atau apakah kedua
keadaan ini saling mempengaruhi.
- Faktor ras dan genetik : pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam,
angka kejadiaan mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini
tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma.
- Fungsi ovarium : diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan
pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarke, berkembang
setelah kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause.4

4. KLASIFIKASI
Mioma umumnya digolongkan berdasarkan lokasi dan ke arah mana mereka
tumbuh. Mioma memiliki pseudokapsul yang berasal dari sel otot polos uterus yang
terkompresi dan hanya memiliki beberapa pembuluh darah dan pembuluh limfe. Jenis
mioma uteri yang paling sering adalah jenis intramural (54%), subserosa (48%),

4|Page
submukosa (48%) dan jenis intraligamenter (4,4%). Dikenal dua tempat asal mioma
uteri yaitu serviks uteri dan korpus uteri. Mioma pada serviks uteri hanya ditemukan
sebanyak 3 % dan pada korpus uteri ditemukan 97% kasus. 1,3,4
Mioma intramural merupakan mioma yang paling banyak ditemukan. Jenis
mioma ini seluruhnya atau sebagian besar tumbuh di antara lapisan uterus yang
paling tebal dan paling tengah yaitu miometrium. Mioma subserosa tumbuh keluar
dari lapisan tipis uterus yang paling luar yaitu serosa. Jenis mioma ini dapat
bertangkai (pedunculated) atau memiliki dasar lebar. Jenis mioma ini merupakan
kedua terbanyak ditemukan. Jenis mioma ketiga yaitu mioma submukosa yang
tumbuh dari dinding uterus paling dalam sehingga menonjol ke dalam uterus. Jenis
ini juga dapat bertangkai atau berdasar lebar. Mioma submukosa dapat tumbuh
bertangkai menjadi polip, kemudian dilahirkan melalui saluran serviks disebut mioma
1,3,4
geburt.

Gambar 1. Jenis mioma uteri

Berdasarkan tempat tumbuh atau letaknya, mioma uteri dapat diklasifikasikan


menjadi :

5|Page
1. Mioma uteri intramural
Mioma terdapat di korpus uteri diantara serabut miometrium. Karena
pertumbuhan tumor, jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan terbentuk simpai
yang mengelilingi tumor. Bila di dalam dinding rahim dijumpai banyak mioma,
maka uterus akan mempunyai bentuk yang berbenjol-benjol dengan konsistensi
yang padat. Mioma yang terletak pada dinding depan uterus, dalam
pertumbuhannya akan menekan dan mendorong kandung kemih keatas, sehingga
dapat menimbulkan keluhan berkemih.1,3,5
2. Mioma uteri submukosa
Berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Jenis ini
dijumpai 6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering memberikan keluhan
gangguan perdarahan. Mioma jenis lain meskipun besar mungkin belum
memberikan keluhan perdarahan, tetapi mioma submukosa, walaupun kecil sering
memberikan keluhan gangguan perdarahan.1-3,5
Mioma submukosa umumnya dapat diketahui dari tindakan kuretase, dengan
adanya benjolan waktu kuret, dikenal sebagai currete bump dan dengan
pemeriksaan histeroskopi dapat diketahui posisi tangkai tumor.3 Tumor jenis ini
sering mengalami infeksi, terutama pada mioma submukosa pedunkulata. Mioma
submukosa pedunkulata adalah jenis mioma submukosa yang mempunyai
tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke vagina, dikenal dengan
nama mioma geburt atau mioma yang dilahirkan, yang mudah mengalami infeksi,
ulserasi dan infark. Pada beberapa kasus, penderita akan mengalami anemia dan
sepsis karena proses di atas.1-3
Mioma jenis lain meskipun besar mungkin belum memberikan keluhan
perdarahan, tetapi mioma submukosa, walaupun kecil sering memberikan keluhan
gangguan perdarahan. Hal ini dapat menyebabkan dismenore, namun ketika telah
dikeluarkan dari serviks dan menjadi nekrotik, akan memberikan gejala pelepasan
darah yang tidak regular dan dapat disalah artikan dengan kanker serviks.

6|Page
Peningkatan jumlah perdarahan menstrual pada penderita mioma dihubungkan
dengan : 5,6
- Peningkatan luas permukaan endometrium
- Produksi prostaglandin
Pada beberapa kasus, penderita akan mengalami anemia dan sepsis karena
perdarahan.5
3. Mioma uteri subserosa
Mioma terletak dibawah tunika serosa, tumbuh kerah luar dan menonjol ke
permukaann uterus. Mioma subserosa dapat tumbuh diantara kedua lapisan
ligamentum latum menjadi mioma ligamenter yang dapat menekan ligamenter
dan arteri iliaka. Mioma jenis ini juga dapat tumbuh menempel pada jaringan lain
misalnya ke omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga
disebut wandering dan parasite fibroid.1,3,7
4. Mioma intraligamenter
Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke
ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga
disebut wondering/parasitic fibroid. Jarang sekali ditemukan satu macam mioma
saja dalam satu uterus. Mioma pada servik dapat menonjol ke dalam satu saluran
servik sehingga ostium uteri eksternum berbentuk bulan sabit. Apabila mioma
dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri dari bekas otot polos dan jaringan ikat
yang tersusun seperti kumparan (whorle like pattern) dengan pseudokapsul yang
terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak karena pertumbuhan sarang
mioma.1,3,5,7

5. PATOGENESIS
Meskipun mioma cukup umum ditemukan, tidak begitu banyak yang
bergejala. Timbulnya gejala tergantung terutama pada kombinasi ukuran, jumlah dan
letak mioma. Secara umum, pertumbuhan mioma merupakan akibat stimulasi
estrogen, yang ada hingga menopause. Seiring berjalannya waktu, mioma yang

7|Page
awalnya asimtomatik dapat tumbuh dan menjadi bergejala. Sebaliknya, banyak
mioma yang menyusut seiring menopause dimana stimulasi estrogen menghilang dan
banyak gejala yang berkaitan dengan mioma hilang segera setelah menopause.1,3
Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell Nest atau teori genioblast.
Percobaan Lipschultz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan ternyata
menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain
dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat
progesteron atau testosteron. Puukka dan kawan-kawan menyatakan bahwa reseptor
estrogen pada mioma lebih banyak didapati daripada miometrium normal. Menurut
Meyer asal mioma adalah sel imatur, bukan dari selaput otot yang matur. Mioma
merupakan monoclonal dengan tiap tumor merupakan hasil dari penggandaan satu sel
otot. Etiologi yang diajukan termasuk di dalamnya perkembangan dari sel otot uterus
atau arteri pada uterus, dari transformasi metaplastik sel jaringan ikat, dan dari sel-sel
embrionik sisa yang persisten.3,4

6. Gejala Klinis
Hampir separuh dari kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan pelvis rutin. Penderita kadang kala tidak mempunyai keluhan apa-apa
Gejala klinik yang ditimbulkan oleh mioma uteri adalah:
Keluhan yang diakibatkan oleh mioma uteri sangat tergantung dari lokasi,
arah pertumbuhan, jenis, besar dan jumlah mioma. Hanya dijumpai pada 20-50% saja
mioma uteri menimbulkan keluhan, sedangkan sisanya tidak mengeluh apapun.1
Hipermenore, menometroragia adalah merupakan gejala klasik dari mioma
uteri. Dari penelitian multisenter yang dilakukan pada 114 penderita ditemukan 44%
gejala perdarahan, yang paling sering adalah jenis mioma submukosa, sekitar 65%
wanita dengan mioma mengeluh dismenore, nyeri perut bagian bawah, serta nyeri
pinggang. Tergantung dari lokasi dan arah pertumbuhan mioma, maka kandung
kemih, ureter dan usus dapat terganggu, dimana peneliti melaporkan keluhan disuri
(14%), keluhan obstipasi (13%). Mioma uteri sebagai penyebab infertilitas tetapi

8|Page
hanya dijumpai pada 2-10% kasus. Infertilitas terjadi sebagai akibat obstruksi
mekanis tuba fallopi, endocervical canal, lubang endometrium, berhubungan dengan
konsepsi atau implantasi dan beberapa penyebab abortus spontan.1,3,7
Abortus spontan dapat terjadi bila mioma menghalangi pembesaran uterus,
dimana menyebabkan kontraksi uterus yang abnormal, dan mencegah terlepas atau
tertahannya uterus didalam panggul. Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan
secara kebetulan pada pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu.
Gejala yang timbul sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada, besarnya
tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala yang mungkin timbul yaitu :1,4
 Perdarahan abnormal yaitu dapat berupa hipermenore, menoragia dan dapat juga
terjadi metroragia merupakan yang paling banyak terjadi. Beberapa faktor yang
menjadi penyebab perdarahan ini, antara lain adalah:4
a. Pengaruh ovarium sehingga terjadi hyperplasia endometrium sampai
adenokarsinoma endometrium
b. Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasa
c. Atrofi endometrium di atas mioma submukosum
d. Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma di
antara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah
yang melaluinya dengan baik
 Rasa nyeri yang mungkin timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang
mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Pada mioma
submukosum yang akan dilahirkan, pula pertumbuhannya yang menyempitkan
kanalis servikalis dapat menyebabkan juga dismenore. Namun gejala-gejala
tersebut bukanlah gejala khas pada mioma uteri.4
 Gejala dan tanda penekanan yang tergantung pada besar dan tempat mioma uteri.
Gejala yang timbul dapat berupa poliuri, retensio urine, obstipasi serta edema
tungkai dan nyeri panggul.4

9|Page
7. DIAGNOSIS
a. Anamnesis :
Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya, faktor
risiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi. Biasanya teraba massa menonjol
keluar dari jalan lahir yang dirasakan bertambah panjang serta adanya riwayat
pervaginam terutama pada wanita usia 40-an. Kadang juga dikeluhkan perdarahan
kontak.

b. Pemeriksaan Fisik:
Mioma uteri mudah ditemukan melalui pemriksaan bimanual rutin uterus.
Diagnosis mioma uteri menjadi jelas bila dijumpai gangguan kontur uterus oleh satu
atau lebih massa yang licin, tetapi sering sulit untuk memastikan bahwa massa seperti
ini adalah bagian dari uterus.

c. Pemeriksaan penunjang :
a. Temuan laboratorium
Anemia merupakan akibat paling sering dari mioma.Hal ini disebabkan
perdarahan uterus yang banyak dan habisnya cadangan zat besi.Kadang-kadang
mioma menghasilkan eritropoeitin yang pada beberapa kasus menyebabkan
polisitemia.Adanya hubungan antara polisitemia dengan penyakit ginjal diduga
akibat penekanan mioam terhadap ureter yang menyebabkan peninggian tekanan
balik ureter dan kemudian menginduksi pembentukan eritropoetin ginjal. 1,3,4

b. Ultrasonografi
Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam
menetapkan adanya mioma uteri.Ultrasonografi transvaginal terutama
bermanfaat pada uterus yang kecil. Uterus atau massa yang paling besar baik
diobservasi melalui ultrasonografi transabdominal. Mioma uteri secara khas
menghasilkan gambaran ultrasonografi yang mendemonstrasikan irregularitas

10 | P a g e
kontur maupun pembesaran uterus. Adanya kalsifikasi ditandai oleh fokus-fokus
hiperekoik dengan bayangan akustik. Degenerasi kistik ditandai adanya daerah
yang hipoekoik. 1,3,4

c. Hiteroskopi
Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya mioma uteri submukosa, jika
tumornya kecil serta bertangkai. Tumor tersebut sekaligus dapat diangkat.2,3

d. MRI (Magnetic Resonance Imaging)


Sangat akurat dalam menggambarkan jumlah, ukuran, dan lokasi mioma
tetapi jarang diperlukan. Pada MRI, mioma tampak sebagai massa gelap berbatas
tegas dan dapat dibedakan dari miometrium normal. MRI dapat mendeteksi lesi
sekecil 3 mm yang dapat dilokalisasi dengan jelas, termasuk mioma submukosa.
MRI dapat menjadi alternatif ultrasonografi pada kasus-kasus yang tidak dapat
disimpulkan. 1,3

8. PENATALAKSANAAN
Pada umumnya tidak dilakukan operasi untuk mengangkat mioma dalam
kehamilan karena risiko terjadinya perdarahan tinggi. Demikian pula tidak dilakukan
abortus provokatus.
Pada usia kehamilan 12 – 22 minggu, suplai darah ke mioma dapat terhenti
menyebabkan terjadinya degenerasi merah. Apabila terjadi degenerasi merah pada
mioma, biasanya sikap konservatif dengan istirahat-baring dengan pengawasan yang
ketat memberi hasil yang cukup memuaskan. Secara umum, penanganan mioma uteri
terbagi atas penanganan konservatif dan operatif.2

A. Konservatif
Penanganan konservatif bila mioma berukuran kecil pada pra dan post menopause
tanpa gejala. Cara penanganan konservatif sebagai berikut:1,2

11 | P a g e
 Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan
 Bila anemi (Hb < 8gr/dl) transfusi PRC
 Pemberian zat besi
 Pemberian agonis hormon pelepas gonadotropin (GnRHa) yaitu Leuprolid asetat
3,75 mg intramuscular pada hari 1-3 menstruasi setiap minggu sebanyak 3 kali.
Penderita dengan mioma kecil dan tanpa gejala tidak memerlukan pengobatan,
tetapi harus diawasi perkembangan tumornya. Jika mioma lebih besar dari kehamilan
10-12 minggu, tumor yang berkembang cepat, terjadi torsi pada tangkai, perlu
diambil tindakan operasi.2

B. Terapi medikamentosa
Terapi yang dapat memperkecil volume atau menghentikan pertumbuhan mioma
uteri secara menetap belum tersedia pada saat ini.Terapi medikamentosa masih
merupakan terapi tambahan atau terapi pengganti sementara dari operatif.1,2
Preparat yang selalu digunakan untuk terapi medikamentosa adalah analog GnRH,
progesteron, danazol, gestrinon, tamoksifen, goserelin, antiprostaglandin, agen-agen
lain (gossipol, amantadine).1,2,5

1. GnRH analog
Analog GnRH menyebabkan keadaan hipogonadotropik-hipogonadal; jadi obat-
obatan ini menghasilkan menopause kimiawi yang temporer dan reversibel yang
dapat mengecilkan volume mioma hingga 50% dengan cara menurunkan konsentrasi
estrogen yang beredar dalam darah dengan hasil maksimal setelah tiga bulan terapi.
Akan tetapi setelah pemberian GnRH dihentikan, leiomioma yang lisut itu tumbuh
kembali di bawah pengaruh estrogen oleh karena mioma itu masih mengandung
reseptor estrogen dalam konsentrasi yang tinggi.menekan produksi estrogen dengan
sangat kuat, sehingga kadarnya dalam darah menyerupai kadar estrogen wanita usia
menopause. Setiap mioama uteri memberikan hasil yang berbeda-beda terhadap
pemberian GnRHa.

12 | P a g e
Mioma submukosa dan mioma intramural merupakan mioma uteri yang paling
rensponsif terhadap pemberian GnRH ini. Keuntungan pemberian pengobatan
medikamentosa dengan GnRHa adalah:
a. Mengurangi volume uterus dan volume mioma uteri.
b. Mengurangi anemia akibat perdarahan.
c. Mengurangi perdarahan pada saat operasi.
d. Tidak diperlukan insisi yang luas pada uterus saat pengangkatan mioma.
e. Mempermudah tindakan histerektomi vaginal.
f. Mempermudah pengangkatan mioma submukosa dengan histeroskopi. 1,2
2. Progesteron
Goldhiezer, melaporkan adanya perubahan degeneratif mioma uteri pada
pemberian progesteron dosis besar. Dengan pemberian medrogestone 25 mg perhari
selama 21 hari dan tiga pasien lagi diberi tablet 200 mg, dan pengobatan ini tidak
mempengaruhi ukuran mioma uteri, hal ini belum terbukti saat ini. 1,2,4
3. Danazol
Merupakan progesteron sintetik yang berasal dari testosteron. Dosis
substansial didapatkan hanya menyebabkan pengurangan volume uterus sebesar 20-
25% dimana diperoleh fakta bahwa danazol memiliki substansi androgenik.Tamaya,
dkk melaporkan reseptor androgen pada mioma terjadi peningkatan aktifitas 5 -
reduktase pada miometrium dibandingkan endometrium normal.Mioma uteri
memiliki aktifitas aromatase yang tinggi dapat membentuk estrogen dari androgen. 2-4
4. Goserelin
Merupakan suatu GnRH agonis, dimana ikatan reseptornya terhadap jaringan
sangat kuat, sehingga kadarnya dalam darah berada cukup lama.Pada pemberian
goserelin dapat mengurangi setengah ukuran mioma uteri dan dapat menghilangkan
gejala menoragia dan nyeri pelvis.Pada wanita premenopause dengan mioma uteri,
pengobatan jangka panjang dapat menjadi alternatif tindakan histerektomi terutama
menjelang menopause. Pemberian goserelin 400 mikrogram 3 kali sehari semprot

13 | P a g e
hidung sama efektifnya dengan pemberian 500 mikrogram sehari sekali dengan cara
pemberian injeksi subkutan. 2,3
5. Antiprostaglandin
Dapat mengurangi perdarahan yang berlebihan pada wanita dengan menoragia,
dan hal ini beralasan untuk diterima atau mungkin efektif untuk menoragia yang
diinduksi oleh mioma uteri.
Ylikorhala dan rekan-rekan, melaporkan pemberian Naproxen 500-1000 mg
setiap hari untuk terapi selama 5 hari tidak memiliki efek pada menoragia yang
diinduksi mioma, meskipun hal ini mengurangi perdarahan menstruasi 35,7% wanita
dengan menoragia idiopatik. 1-3

C. Pengobatan Operatif
Terapi pembedahan pada mioma uteri dilakukan terhadap mioma yang
menimbulkan gejala. Menurut American College of Obstetricans and
Gynecologists(ACOG) dan American Society for Reproductive Medicine (ASRM)
indikasi pembedahan pada pasien dengan mioma uteri adalah.(7,8,10)
1. Perdarahan uterus yang tidak respon terhadap terapi konservatif.
2. Sangkaan adanya keganasan.
3. Pertumbuhan mioma pada masa menopause.
4. Infertilitas karena gangguan ada cavum uteri maupun karena oklusi tuba fallopi.
5. Nyeri dan penekanan yang sangat mengganggu.
6. Gangguan berkemih maupun obstruksi traktus urinarius.
7. Anemia akibat perdarahan
Pengobatan operatif meliputi miomektomi dan histerektomi. Miomektomi
adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Tindakan ini
dapat dikerjakan misalnya pada mioma submukosum pada myoma geburt dengan
cara ekstirpasi lewat vagina. Pengambilan sarang mioma subserosum dapat mudah
dilaksanakan apabila tumor bertangkai. Apabila miomektomi ini dikerjakan karena

14 | P a g e
keinginan memperoleh anak, maka kemungkinan akan terjadi kehamilan adalah 30-
50%. 1,3,7
Perlu diketahui bahwa 25-35% dari penderita tersebut akan masih
memerlukan histerektomi. Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya
merupakan tindakan terpilih.Histerektomi dapat dilakukan perabdominam atau
pervaginam.Yang akhir ini jarang dilakukan karena uterus harus lebih kecil dari telor
angsa dan tidak ada perlekatan dengan sekitarnya. Adanya prolaps uteri akan
mempermudah prosedur pembedahan. Histerektomi total umumnya dilakukan dengan
alasan mencegah akan timbulnya karsinoma servisis uteri. Histerektomi supravaginal
hanya dilakukan apabila terdapat kesukaran teknik dalam mengangkat uterus
keseluruhannya.1,3,7
Terapi pembedahan dilakukan dengan indikasi : 3,7,8
 Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus pada kehamilan 12-14 minggu
 Pertumbuhan tumor cepat
 Mioma subserosa bertangkai dan torsi
 Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya
 Hipermenorea pada mioma submukosa
 Penekanan pada organ sekitarnya

Jenis operasi yang dilakukan :


1. Miomektomi:
dilakukan pada penderita infertil atau yang masih menginginkan anak.
Pendekatan pada tumor dilakukan melalui dinding uterus dimana mioma
dibuka dengan diseksi tajam dan tumpul, pseudokapsul dapat mengakibatkan
diseksi sulit untuk dilakukan. Mioma diangkat dengan bantuan obeng mioma,
rongga yang terbentuk akibat mioma kemudian dijahit dan dinding uterus
dilipat untuk membawa garis jahitan serendah mungkin sehingga mengurangi
resiko perlekatan dengan vesika urinaria.

15 | P a g e
Sejauh ini tampaknya aman, efektif, dan masih menjadi pilihan terbaik.
Enukleasi sebaiknya tidak dilakukan bila ada kemungkinan terjadi karsinoma
endometrium atau sarkoma uterus, juga dihindari pada masa
kehamilan.Tindakan ini seharusnya dibatasi pada tumor dengan tangkai dan
jelas yang dengan mudah dapat dijepit dan diikat
Bila miomektomi menyebabkan cacat yang menembus atau sangat berdekatan
dengan endometrium, kehamilan berikutnya harus dilahirkan dengan sectio
caesarea. 1,4

2. Histerektomi:
dilakukan pada pasien yang tidak menginginkan anak lagi, terbagi atas 2
macam, yaitu:1,4
a. Histerektomi abdominal, dilakukan bila tumor besar terutama mioma
intraligamenter, torsi dan akan dilakukan ooforektomi
b. Histerektomi vaginal, dilakukan bila tumor kecil (ukuran < uterus gravid 12
minggu) atau disertai dengan kelainan di vagina misalnya rektokel, sistokel
atau enterokel.

3. Laparoskopi
1. Penghancuran mioma
Yaitu dengan menghambat suplai darah mioma : miolisis yaitu dengan
laparaskopi, laser fiber / alat elektrik diletakkan pada fibroma, kemudian
pembuluh darah yang memberi makan mioma dibekukan atau digumpalkan,
sehingga jaringan myoma yang akan mati dan berangsur-angsur digantikan
dengan jaringan parut. Ini lebih mudah dilakukan daripada miomektomi dan
penyembuhannya lebih cepat.1,4,5,7
2. Enukleasi mioma
Dilakukan pada penderita infertil atau yang masih menginginkan anak
atau mempertahankan uterus demi kelangsungan fertilitas. Sejauh ini

16 | P a g e
tampaknya aman, efektif, dan masih menjadi pilihan terbaik. Enukleasi
sebaiknya tidak dilakukan bila ada kemungkinan terjadi karsinoma
endometrium atau sarkoma uterus, juga dihindari pada masa
kehamilan.Tindakan ini seharusnya dibatasi pada tumor dengan tangkai dan
jelas yang dengan mudah dapat dijepit dan diikat. Bila miomektomi
menyebabkan cacat yang menembus atau sangat berdekatan dengan
endometrium, kehamilan berikutnya harus dilahirkan dengan sectio caesarea.
1,4,7

3. Embolisasi arteri uterus (Uterin Artery Embolization / UAE),


Injeksi arteri uterina dengan butiran polyvinyl alkohol melalui kateter yang
nantinya akan menghambat aliran darah ke mioma dan menyebabkan nekrosis.
Nyeri setelah UAE lebih ringan daripada setelah pembedahan mioma dan pada UAE
tidak dilakukan insisi serta waktu penyembuhannya yang cepat.
Embolisasi arteri uterus kini semakin banyak digunakan untuk
menangani mioma dengan pendekatan yang kurang invasif. Caranya adalah
arteri uterina diinjeksi dengan butiran polyvinyl alkohol melalui kateter yang
nantinya akan menghambat aliran darah ke mioma dan menyebabkan
nekrosis. Penting untuk diketahui, setelah dilakukan UAE, kehamilan tidak
diperkenankan karena terjadi distorsi signifikan dari lapisan uterus yang
dapat menyebabkan implantasi abnormal dan keguguran serta infertilitas
dalam waktu yang lama. Nyeri setelah UAE lebih ringan daripada setelah
pembedahan mioma. Keuntungannya adalah tidak ada insisi dan waktu
penyembuhannya yang cepat. Tujuannya adalah untuk mengurangi suplai
darah ke mioma sehingga menyebabkan degenerasi dan nekrosis.1,4,5,7

17 | P a g e
8. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada mioma geburt secara umum, yaitu:
a. Degenerasi ganas
Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari
seluruh mioma; serta merupakan 50-75% dari semua sarcoma uterus. Keganasan
umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histopatologi uterus yang telah
diangkat7,8. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar
dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.

b. Torsi (putaran tangkai)


Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi
akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadi sindrom abdomen akut.
Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi. Hal ini hendaknya
dibedakan dengan suatu keadaan dimana terdapat banyak sarang mioma dalam
rongga peritoneum. Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang
diperkirakan karena gangguan sirkulasi darah padanya. Misalnya terjadi pada mioma
yang dilahirkan hingga perdarahan berupa metroragia atau menoragia disertai leukore
dan gangguan-gangguan yang disebabkan oleh infeksi dari uterus sendiri. Keadaan ini
dapat terjadi pada semua bentuk mioma tetapi yang paling sering adalah jenis mioma
submukosa pedunkulata. 1,4,7

c. Anemia
Anemia timbul karena seringkali penderita mioma uteri mengalami perdarahan
pervaginam yang abnormal. Perdarahan abnormal pada kasus mioma uteri akan
mengakibatkan anemia defisiensi besi. 1,4,7

d. Infertilitas
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars
interstisialis tuba, sedangkan mioma uteri submukosum juga memudahkan terjadinya

18 | P a g e
abortus oleh karena distorsi rongga uterus. Penegakkan diagnosis infertilitas yang
dicurigai penyebabnya adalah mioma uteri maka penyebab lain harus disingkirkan.4

e. Nekrosis dan infeksi.


Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena
gangguan sirkulasi darah padanya. Perubahan sekunder pada mioma uteri yang terjadi
sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian darah
pada sarang mioma.4
Perubahan sekunder tersebut antara lain :1,4,5
 Atrofi : Sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi
kecil.
 Degenerasi hialin : Perubahan ini sering terjadi pada penderita berusia lanjut.
Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian
besar atau hanya sebagian kecil dari padanya seolah-olah memisahkan satu
kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.
 Degenerasi kistik : Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian
dari mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur
berisi agaragar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan limfe
sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini tumor
sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan.
 Degenerasi membatu (calcereus degeneration) : terutama terjadi pada wanita
berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya
pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi keras dan
memberikan bayangan pada foto rontgen.
 Degenerasi merah (carneus degeneration) : perubahan ini terjadi pada kehamilan
dan nifas. Patogenesis : diperkirakan karena suatu nekrosis subakut sebagai
gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti
daging mentah berwarna merah disebabkan pigmen hemosiderin dan hemofusin.
Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda disertai

19 | P a g e
emesis, haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri
pada perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada putaran tangkai tumor ovarium
atau mioma bertangkai.
 Degenerasi lemak : jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi hialin.3

9. PROGNOSIS
Terapi bedah bersifat kuratif. Kehamilan di masa yang akan datang tidak akan
dibahayakan oleh miomektomi, walaupun seksio sesarea akan diperlukan setelah
diseksi lebar untuk masuk ke dalam rongga uterus.1,3 Meskipun ada banyak
komplikasi yang bisa saja terjadi, pada umumnya banyak ibu hamil dengan mioma
uteri memiliki kehamilan yang normal dan persalinan yang sukses.(7)

10. MIOMA UTERI DALAM KEHAMILAN


Kehamilan adalah rangkaian peristiwa yang baru terjadi bila ovum dibuahi
dan pembuahan ovum akhirnya berkembang sampai menjadi fetus yang aterm.8
Lama kehamilan mulai dari ovulasi sampai partus adalah kira-kira 280 hari
atau 40 minggu, dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu). Kehamilan 40 minggu ini
disebut kehamilan matur (cukup bulan). Kehamilan antara 28 dan 36 minggu disebut
kehamilan prematur. Bila kehamilan lebih dari 43 minggu disebut kehamilan
postmatur.8
Ditinjau dari tuanya kehamilan, kehamilan dibagi atas 3 bagian; masing-
masing (1) kehamilan trimester pertama (antara 0 sampai 12 minggu), (2) kehamilan
trimester kedua (antara 12 sampai 28 minggu), dan (3) kehamilan trimester terakhir
(antara 28 sampai 40 minggu)8
Tanda dan gejala kehamilan yaitu:8
a. Amenorea (tidak dapat haid). Gejala ini sangat penting karena umumnya
wanita hamil tidak dapat haid lagi.

20 | P a g e
b. Nausea (mual) dan emesis (muntah). Mual terjadi umumnya pada bulan-bulan
pertama kehamilan, kadang-kadang disertai emesis. Sering terjadi pagi hari,
tapi tidak selalu. Keadaan ini lazim disebut morning sickness.
c. Mengidam (mengingini makanan atau minuman tertentu). Mengidam terjadi
pada bulan-bulan pertama akan tetapi akan menghilang dengan makin tuanya
kehamilan.
d. Mammae menjadi tegang dan membesar. Keadaan ini disebabkan oleh
pengaruh estrogen dan progesterone yang merangsang duktili dan alveoli di
mamma. Glandula Montgomery tampak lebih jelas.
e. Anoreksia (tidak ada nafsu makan). Biasanya terjadi pada bulan-bulan
pertama tetapi setelah itu nafsu makan akan timbul lagi.
f. Sering kencing terjadi karena kandung kemih pada bulan-bulan pertama
kehamilan tertekan oleh uterus yang mulai membesar.
g. Obstipasi terjadi karena tonus otot menurun yang disebabkan oleh pengaruh
hormon steroid.
h. Pigmentasi kulit terjadi pada kehamilan 12 minggu ke atas. Pada pipi, hidung,
dan dahi kadang-kadang tampak deposit pigmen yang berlebihan, dikenal
sebagai kloasma gravidarum. Areola mamma juga menjadi lebih hitam karena
deposit pigmen yang berlebihan. Daerah leher menjadi lebih hitam.
i. Epulis, adalah suatu hipertrofi papilla gingivae. Sering terjadi pada triwulan
pertama.
j. Varises sering dijumpai pada triwulan terakhir. Didapat pada daerah genitalia
eksterna, fossa poplitea, kaki dan betis

Kombinasi antara mioma uteri dan kehamilan jarang terjadi. Kombinasi ini akan
makin meningkat seiring dengan makin tuanya umur ibu hamil. Reseptor estrogen
menurun pada miometrium yang normal semasa fase sekresi dari siklus menstruasi
dan semasa kehamilan. Pada mioma, reseptor estrogen terdapat sepanjang siklus
menstruasi, tetapi mengalami supresi semasa kehamilan. Reseptor progesteron

21 | P a g e
terdapat pada miometrium dan mioma sepanjang siklus menstruasi dan kehamilan.
Mioma berkembang pada awal kehamilan akibat dari stimulasi hormonal dan growth
factors yang sama yang memicu perkembangan uterus. Paradoks, mioma memberi
respon yang berbeda pada setiap individu wanita dan tidak dapat diprediksi secara
akurat perkembangan setiap mioma.9
Pada trimester pertama, ukuran mioma tidak berubah atau makin membesar
sehubungan dengan peningkatan estrogen. Pada trimester kedua, mioma yang
berukuran 2 hingga 6 cm biasanya tidak berubah atau mungkin membesar, namun
bagi mioma yang berukuran besar akan mengecil, kemungkinan dari inisiasi
penurunan regulasi reseptor esterogen. Pada trimester ketiga, tanpa memperkirakan
ukuran mioma, sejatinya mioma tidak berubah atau mengecil akibat dari penurunan
regulasi reseptor esterogen. Biasanya mioma akan mengalami involusi yang nyata
setelah kelahiran.5,9
Munculnya gejala tergantung pada jumlah, ukuran, dan letak mioma uteri.8,9
Mioma intramural dan subserosa dengan ukuran <3 cm biasanya tidak memberikan
gejala klinis yang signifikan.(11) Sekitar 10% sampai 30% wanita dengan mioma uteri
timbul komplikasi selama kehamilannya.9
Pengaruh mioma pada kehamilan dan persalinan: 8,9
1. Infertile (mandul). Terutama pada mioma uteri submukosa. Lokasi anatomi dari
mioma menjadi faktor penting dalam hubungannya dengan infertilitas. Mioma
yang berukuran >5 cm dan berlokasi dekat serviks atau dekat ostium tuba, lebih
berisiko menyebabkan masalah infertilitas. Mioma submukosa atau intramural
dapat menyebabkan disfungsi kontraksi uterus yang selanjutnya menyebabkan
gangguan pada migrasi sperma, pergerakan atau nidasi ovum.
2. Sering terjadi abortus dan perdarahan hamil muda. Kejadian abortus meningkat
jika mioma berada pada lapisan submukosa. Mioma yang terletak dekat dengan
plasenta banyak dihubungkan dengan kejadian abortus perdarahan pada hamil
muda.

22 | P a g e
3. Terjadi kelainan letak janin dalam rahim (malpresentasi), terutama pada mioma
yang besar dan letak subserosa.
4. Distosia akibat tumor yang menghalangi jalan lahir, terutama pada mioma yang
letaknya di serviks.
5. Inersia uteri terutama pada kala I dan kala II
6. Atonia uteri terutama pada persalinan: perdarahan banyak, biasanya pada mioma
yang letaknya di dalam dinding rahim.
7. Kelainan letak plasenta akibat mioma uteri submukosa akan mengganggu
implantasia hasil konsepsi akan menyebabkan terjadinya plasenta adhesive,
plasenta akreta, plasenta inkreta, plasenta perkreta. Sedangkan Plasenta tumbuh
melebar atau plasenta membranasea yang menyebabkan plasenta previa
8. Pada kala III terjadi retensio plasenta, terutama pada mioma submukosa dan
intramural yang mengakibatkan perdarahan aktif.
9. Persalinan prematuritas.
10. Pertumbuhan janin terhambat dan anomali fetal.

Pengaruh kehamilan dan persalinan pada mioma uteri:1,7


1. Cepat bertambah besar, mungkin karena pengaruh hormon estrogen yang
meningkat dalam kehamilan.
2. Degenerasi merah dan degenerasi karnosa: tumor menjadi lebih lunak, berubah
bentuk, dan warna merah. Bisa terjadi gangguan sirkulasi sehingga terjadi
pendarahan.
3. Mioma subserosa yang bertangkai oleh desakan uterus yang membesar atau
setelah bayi lahir, terjadi torsi (terpelintir) pada tangkainya, menyebabkan
gangguan sirkulasi dan nekrosis pada tumor. Wanita hamil merasa nyeri yang
hebat pada perut (abdomen akut).
4. Mioma yang lokasinya dibelakang dapat terdesak ke dalam kavum douglasi dan
terjadi inkaserasi.10

23 | P a g e
Terapi mioma dengan kehamilan adalah konservatif karena miomektomi pada
kehamilan sangat berbahaya disebabkan kemungkinan perdarahan hebat dan dapat
juga menimbulkan abortus. Operasi terpaksa jika lakukan kalau ada penyulit-
penyulit yang menimbulkan gejala akut atau karena mioma sangat besar. Jika
mioma menghalangi jalan lahir, dilakukan SC (Sectio Caesarea) disusul
histerektomi tapi kalau akan dilakukan miomektomi lebih baik ditunda sampai
sesudah masa nifas. 12
Indikasi seksio sesaria pada kehamilan bersama mioma uteri yaitu :
1. Hamil dengan bekas enokliasi mioma uteri
2. Terjadi gangguan perjalanan persalinan :
a. Terjadi kelainan letak janin uteri
b. Terjadi plasenta membranasea sampai berkembang menjadi plasenta
previa
c. Obstructive labor akibat :
- Mioma uteri serviks
- Mioma uteri bertangkai yang masuk pelvis minor
Untuk menghadapi seksio sesaria bersama dengan mioma uteri,
pendapat peneliti umumnya mengatakan bahwa :
Mioma uteri dibiarkan sampai postpartum 3-6 bulan hingga terdapat
indikasi dilakukan miomektiomi atau histerektomi sebab jika
melakukan miomektomi bersamaan dengan seksio sesaria tanpa
menimbulkan banyak komplikasi perdarahan dan infeksi. 12

24 | P a g e
BAB III

LAPORAN KASUS

1. IDENTITAS
Nama : Ny. N
Umur : 40 tahun
Alamat : Ds. Labeng, Kec. Balaesang
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Status perkawinan : Menikah
Tanggal pemeriksaan : 27 Oktober 2019
Ruangan : Semangka RSUD Madani

2. ANAMNESIS (AUTO ANAMNESIS)

A. KELUHAN UTAMA
Nyeri pada perut bagian bawah tembul belakang

B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien seorang perempuan usia 40 tahun datang IGD ke RSD Madani dengan
keluhan nyeri pada perut bagian bawah yang dirasakan sejak 1 minggu yang lalu.
Nyeri bersifat hilang timbul, nyeri terasa seperti melilit, tidak memberat pada
keadaan-keadaan tertentu. Nyeri juga disertai dengan keluhan lain yaitu tampak
benjolan di perut pasien, muncul sejak 2 tahun yang lalu, awalnya berukuran
seperti bola kasti, kemudian membesar dalam 2 bulan terakhir dan mulai terasa
nyeri. Sekarang pasien juga sedang hamil anak pertama, usia kehamilan 11
minggu. Demam (+), pusing (+), sakit kepala (+), sesak (+), mual (+), muntah (-)
dan BAB (-), BAK lancar.

25 | P a g e
C. RIWAYAT PENYAKIT TERDAHULU
Riwayat hipertensi, DM, asma dan alergi disangkal

D. RIWAYAT PENYAKIT DALAM KELUARGA


Riwayat penyakit Hipertensi (+), DM (+), dan Asma (-)

E. RIWAYAT MENSTRUASI
Menarche : 15 tahun
Siklus : Teratur 28hari
Lama haid : 7 hari
Banyak : 3-4x ganti pembalut
Dismenorrhea : (+)

F. RIWAYAT PERKAWINAN
Pasien 4x menikah, Usia pernikahan sekarang yang ke 4 selama 7 tahun

G. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN


Pasien baru pertama kali hamil, kehamilan saat ini

H. RIWAYAT KONTRASEPSI (Keluarga Berencana)


Pasien tidak memiliki riwayat menggunakan kontrasepsi

I. RIWAYAT OPERASI
Pasien tidak memiliki riwayat operasi sebelumnya

J. RIWAYAT PENGOBATAN
Pasien belum mendapatkan pengobatan sebelumnya

K. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Merokok (-), Minum alkohol (-), Konsumsi obat herbal (+) klorofil

3. PEMERIKSAAN FISIK

A. KEADAAN UMUM : Sakit sedang


B. KESADARAN : Compos mentis

26 | P a g e
C. TANDA VITAL :
TekananDarah : 100/60 mmHg Pernapasan : 22x/menit
Nadi : 78 kali/menit Suhu : 37,9ºC
D. STATUS GENERALISATA
Kepala :
Bentuk : Normochepal
Mata : Eksoftalmus (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sklera
Ikterik (-/-)
Leher :
Pembesaran kelenjar getah bening (-/-)
Pembesaran kelenjar tiroid (-)
Thorax :
Paru paru :
- Inspeksi : Simetris bilateral (+/+)
- Palpasi : Vocal fremitus kanan = kiri
- Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
- Auskultasi : Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), whezzing (-/-)
Jantung :
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavivula sinistra
- Perkusi : Batas jantung normal
- Auskultasi : Bunyi jantung 1 & 2 murni regular, gallop (-), murmur (-)
Abdomen :
- Inspeksi : Tampak cembung
- Auskultasi : Peristaltik kesan normal
- Palpasi : Teraba massa pada regio umbilikus berukuran 20x20cm,
konsistensi padat, immobile, tepi regular, nyeri tekan (+)
- Perkusi : Timpani (+), pekak pada regio umbilcus
Ekstremitas
- Superior : Akral hangat (+/+), edema (-/-)

27 | P a g e
- Inferior : Akral hangat (+/+), edema (-/-)

V. STATUS GINEKOLOGI
 Menarche : ± 15 tahun, Lama haid : 7 hari, Siklus : Teratur
 Inspeksi dan palpasi : Tampak massa di abdomen region umbilicus, massa
berukuran 20 x 20cm, konsistensi padat, immobile, nyeri tekan (+)

VI. STATUS OBSETRI


 GIP0A0
 HPHT : 6 Agustus 2019
 TP : 13 Mei 2020
 Umur kehamilan : 11 minggu 4 hari
Pemeriksaan :
- Leopold I : TFU belum teraba
- Leopold II : (-)
- Leopold III : (-)
- Leopold IV : (-)
Pasien tidak dilakukan pemeriksaan dalam (Vaginal Toucher)

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Laboratorium
Parameter Nilai Normal Hasil
WBC 4-10 x 103/ µL 12.0
RBC 3.9-5.6 x 106/ µL 4.2
HGB 11.7-15.5 g/Dl 11.8
HCT 37-43% 34
PLT 150-400 x 103/µL 307
CT 4-8 menit 7 menit
BT 1-3 menit 3 menit
- HbsAg: Negatif
- Plano test (+)

28 | P a g e
 USG
Tanggal 28/10/2019

Hasil USG :
- Uterus sulit dievaluasi
- Tampak massa hiper/hipoechoic pada cavum doughlas dengan ukuran
124,8 x 121,6 x 121,5 mm
Kesan : Mioma uteri

G. DIAGNOSIS
GIP0A0 Gravid 11 minggu + Mioma Uteri

H. PENTALAKSANAAN
 IVFD RL 28 tpm
 Inj. Ketorolac 30 mg/8jm/IV

I. FOLLOW UP
1. Perawatan hari pertama, Senin, 28/10/2019
S. Nyeri perut bawah(+), pusing(-), sakit kepala(-), sesak(–), mual(-), muntah(-),
BAB (-) dan BAK lancar
O. Keadaan umum : Sakit sedang

29 | P a g e
Kesadaran : Compos Mentis
TD : 100/60 mmHg P : 20 x/ menit
N : 68 x/menit S : 36.5 º C
A. GIP0A0 Gravid 11 minggu + Mioma Uteri
P. IVFD RL 28 tpm
Inj. Ketorolac 30 mg/8jm/IV

2. Perawatan hari kedua, Selasa, 29/10/2019


S. Nyeri perut bawah(+), pusing(-), sakit kepala(+), sesak(–), mual(+),muntah(-),
BAB (-) dan BAK lancar
O. Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
TD : 110/70 mmHg P : 20 x/ menit
N : 72 x/menit S : 36.7 º C
A. GIP0A0 Gravid 11 minggu + Mioma Uteri
P. IVFD RL 28 tpm
Inj. Ketorolac 30mg/8jam/IV
Inj. Ondancentron 4mg/8jam/IV

3. Perawatan hari ketiga, rabu, 30/10/2019


S. Nyeri perut bawah (+), keluar darah dari jalan lahir ± 10cc, pusing(-), sakit
kepala(-), sesak(–), mual(-), muntah (-), BAB (-) dan BAK lancar
O. Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
TD : 110/70 mmHg P : 20 x/ menit
N : 72 x/menit S : 36.7 º C
A. GIP0A0 Gravid 11 minggu + Mioma Uteri
P. IVFD RL 24 tpm
Inj. Ketorolac 30mg/8jam/IV
Inj. Ondancentron 4mg/8jam/IV

30 | P a g e
Inj. Asam traneksamat 500mg/8jam/IV
Histolan 3x1tab

4. Perawatan hari keempat, Kamis, 31/10/2019


S. Nyeri perut bawah (+), keluar darah dari jalan lahir(+), pusing(-), sakit
kepala(-), sesak(–), mual(-), muntah (-), BAB (-) dan BAK lancar
O. Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
TD : 100/60 mmHg P : 20 x/ menit
N : 88 x/menit S : 36.5 º C
A. GIP0A0 Gravid 11 minggu + Mioma Uteri
P. IVFD RL 24 tpm
Inj. Ketorolac 30mg/8jam/IV
Inj. Ondancentron 4mg/8jam/IV
Inj. Asam traneksamat 500mg/8jam/IV
Histolan 3x1tab

5. Perawatan hari kelima, Jum’at, 01/11/2019


S. Nyeri perut bawah (-), keluar darah dari jalan lahir(+), pusing(+), sakit
kepala(-), sesak(–), mual(-), muntah (-), BAB (-) dan BAK lancar
O. Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
TD : 120/60 mmHg P : 20 x/ menit
N : 82 x/menit S : 36.7 º C
A. GIP0A0 Gravid 11 minggu + Mioma Uteri
P. RUJUK ke UNDATA

J. RESUME
Pasien seorang perempuan usia 40 tahun datang IGD ke RSD Madani dengan
keluhan nyeri abdomen regio suprapubik (+) yang dirasakan sejak 1 minggu yang

31 | P a g e
lalu. Nyeri bersifat hilang timbul, nyeri terasa seperti melilit, tidak memberat pada
keadaan tertentu. Nyeri juga disertai dengan keluhan lain yaitu tampak benjolan di
perut pasien, muncul sejak 2 tahun yang lalu, awalnya berukuran seperti bola kasti,
kemudian membesar dalam 2 bulan terakhir dan mulai terasa nyeri. Sekarang
pasien juga sedang hamil anak pertama, usia kehamilan 11 minggu. Febris (+),
vertigo (+), cephalgia (+), dispneu (+), nausea (+), vomitus (-) dan BAB (-), BAK
lancar.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan ; TTV; TD : 100/60 mmHg, RR 22x/menit,
HR: 78x/menit, Suhu : 37,9ºC. Pemeriksaan abdomen Palpasi : Teraba massa pada
regio umbilikus berukuran 20x20cm, konsistensi padat, immobile, tepi regular, nyeri
tekan (+), Perkusi : Timpani (+), pekak pada regio umbilkus.
Pada pemeriksaan Ginekologi ditemukan : Menarche : ± 15 tahun, Lama haid 7
hari, Siklus Teratur, Inspeksi dan palpasi : Tampak massa di abdomen region
umbilicus, massa berukuran 20 x 20cm, konsistensi padat, immobile, nyeri tekan (+).
Pemeriksaan Obsetri GIP0A0, HPHT 6 Agustus 2019, TP : 13 Mei 2020, Umur
kehamilan : 11 minggu 4 hari Pemeriksaan : Leopold I : TFU belum teraba , Pasien
tidak dilakukan pemeriksaan dalam (Vaginal Toucher).
Pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan laboratorium darah lengkap
WBC 12,0 x 103/ µL, RBC 4,2 x 106/ µL, HGB 11,8 g/Dl, HCT 34%, PLT 307 x
103/µL, CT 4-8 menit, BT 1-3 menit. Plano test (+), HBSAG non reaktif.
Pemeriksaan USG Hasil : Uterus sulit dievaluasi, Tampak massa hiper/hipoechoic
pada cavum doughlas dengan ukuran 124,8 x 121,6 x 121,5 mm, Kesan : Mioma
uteri

32 | P a g e
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada kasus ini pasien didiagnosis dengan G1P0A0 Gravid 11 minggu +


Mioma uteri berdasarkan autoanamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.
Berdasarkan teori Mioma Uteri adalah suatu tumor jinak, berbatas tegas, tidak
berkapsul, yang berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous yang merupakan
neoplasma jinak yang paling sering ditemukan pada traktus genitalia wanita
Mioma uteri dilaporkan ditemukan pada kurang lebih 20-25% wanita usia
reproduksi dan meningkat 40% pada usia lebih dari 35 tahun. Etiologi mioma uteri
pasti belum diketahui secara pasti. Terdapat korelasi antara pertumbuhan tumor
dengan peningkatan reseptor estrogen-progesteron pada jaringan mioma uteri, serta
adanya faktor predisposisi seperti umur, paritas, factor ras dan genetic serta fungsi
ovarium. Pada kasus ini pasien berusia 40 tahun yang sedang hamil anak
pertama.
Keluhan yang diakibatkan oleh mioma uteri sangat tergantung dari lokasi, arah
pertumbuhan, jenis, besar dan jumlah mioma. Hanya dijumpai pada 20-50% saja
mioma uteri menimbulkan keluhan, sedangkan sisanya tidak mengeluh apapun.1
Pada anamnesis didapatkan pasien MRS dengan keluhan nyeri pada perut
bagian bawah yang dirasakan sejak 1 minggu yang lalu. Nyeri bersifat hilang
timbul, nyeri terasa seperti melilit, tidak memberat pada keadaan-keadaan
tertentu. Anamensis sejalan dengan teori bahwa dalam anamnesis biasanya
ditemukan rasa nyeri yang mungkin timbul karena gangguan sirkulasi darah pada
sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Pada mioma
submukosum yang akan dilahirkan, pula pertumbuhannya yang menyempitkan
kanalis servikalis dapat menyebabkan juga dismenore. Namun gejala-gejala tersebut
bukanlah gejala khas pada mioma uteri.4

33 | P a g e
Nyeri juga disertai dengan keluhan lain yaitu tampak benjolan di perut
pasien, muncul sejak 2 tahun yang lalu, awalnya berukuran seperti bola kasti,
kemudian membesar dalam 2 bulan terakhir dan mulai terasa nyeri.
Sekarang pasien juga sedang hamil anak pertama, usia kehamilan 11
minggu. Plano test (+), Pemeriksaan Obsetri GIP0A0 usia kehamilan: 11 minggu 4
hari berdasarkan HPHT. Pemeriksaan Leopold I : TFU belum teraba, Pasien tidak
dilakukan pemeriksaan dalam (Vaginal Toucher). Menurut teori Ukuran pada mioma
uteri bervariasi mulai dari sebesar kepala jarum hingga sebesar melon, sedangkan
beratnya pernah dilaporkan mencapai 20 pon.1,3. Mioma berkembang pada awal
kehamilan akibat dari stimulasi hormonal dan growth factors yang sama yang
memicu perkembangan uterus9,10. Pada mioma, reseptor estrogen terdapat sepanjang
siklus menstruasi, tetapi mengalami supresi semasa kehamilan. Pada trimester
pertama, ukuran mioma tidak berubah atau makin membesar sehubungan dengan
peningkatan estrogen. Pada trimester kedua, mioma yang berukuran 2 hingga 6 cm
biasanya tidak berubah atau mungkin membesar, namun bagi mioma yang berukuran
besar akan mengecil, kemungkinan dari inisiasi penurunan regulasi reseptor
esterogen. Pada trimester ketiga, tanpa mengirakan ukuran mioma, sejatinya mioma
tidak berubah atau mengecil akibat dari penurunan regulasi reseptor esterogen.
Biasanya mioma akan mengalami involusi yang nyata setelah kelahiran.8,9,10
Pengaruh mioma pada kehamilan dan persalinan: Dapat terjadi Infertile
(mandul). Terutama pada mioma uteri submukosa. Lokasi anatomi dari mioma menjadi
faktor penting dalam hubungannya dengan infertilitas. Mioma yang berukuran >5 cm dan
berlokasi dekat serviks atau dekat ostium tuba, lebih berisiko menyebabkan masalah
infertilitas. Mioma submukosa atau intramural dapat menyebabkan disfungsi kontraksi
uterus yang selanjutnya menyebabkan gangguan pada migrasi sperma, pergerakan atau
nidasi ovum. Pada pasien ini muncul benjolan sejak ± 2 tahun yang lalu. Riwayat
pernikahan sejak 20tahun yang lalu dan baru hamil anak pertama pada usia
yaitu 40tahun.

34 | P a g e
Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam menetapkan
adanya mioma uteri. Uterus atau massa yang paling besar baik diobservasi melalui
ultrasonografi transabdominal. Mioma uteri secara khas menghasilkan gambaran
ultrasonografi yang mendemonstrasikan irregularitas kontur maupun pembesaran
uterus. Adanya kalsifikasi ditandai oleh fokus-fokus hiperekoik dengan bayangan
akustik. Degenerasi kistik ditandai adanya daerah yang hipoekoik1,3,4 pada kasus ini
pasien juga dilakukan pemeriksaan USG dengan hail uterus sulit dievaluasi,
Tampak massa hiper/hipoechoic pada cavum doughlas dengan ukuran 124,8 x
121,6 x 121,5 mm, Kesan : Mioma uteri.
Pada umumnya tidak dilakukan operasi untuk mengangkat mioma dalam
kehamilan karena risiko terjadinya perdarahan tinggi. Demikian pula tidak dilakukan
abortus provokatus. Pada usia kehamilan 12 – 22 minggu, suplai darah ke mioma
dapat terhenti menyebabkan terjadinya degenerasi merah. Apabila terjadi degenerasi
merah pada mioma, biasanya sikap konservatif dengan istirahat-baring dengan
pengawasan yang ketat memberi hasil yang cukup memuaskan. Secara umum,
penanganan mioma uteri terbagi atas penanganan konservatif dan operatif.2 Pasien ini
juga hanya diberikan terapi konservatif dengan diberikannya IVFD RL 28tpm
dan inj. Ketoroac 30mg/8jam/IV sebagai analgetik. Kemudian pada perawatan
hari ke-III pasien mengeluh perdarahan pervaginam terapi pasien ditambahkan
dengan pemberian inj. Asam traneksamat 500mg/8jam/IV dan Histolan 3x1
tablet. Kemudian pasien dirujuk ke RSUD Undata untuk pemeriksaan dan
tindakan lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

1. Prawiroharjo, Sarwono, 2010. Ilmu Kandungan ; Myoma uteri. Jakarta : Yayasan

35 | P a g e
Bina Pustaka. Hal : 338-45
2. Karim A, IMS Murah Manoe, SpOG, Mioma Uteri, dalam : Pedoman Diagnosis
dan Terapi Obstetri dan Ginekologi,Ujung Pandang, Bagian/SMF OBstetri dan
Ginekologi FK Unhas RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, 1999.
3. Myoma uteri. Diunduh dari : http://www.myoma.co.uk/about-uterine-
myoma.html.
4. Hakim L. Mioma Geburt A case Report. [online]. Available from
http://narcissus02.multiply.com/journal/item/6. Diakses tanggal 15 Agustus 2016
5. Callahan MD MPP, Tamara L, Benign Disorders of the Upper Genital Tract in
Blueprints Obstetrics & Gynecology, Boston, Blackwell Publishing, 2005.
6. Crum MD, Christopher P & Kenneth R. Lee MD, Tumors of the Myometrium in
Diagnostic Gynecologic and Obstetric Pathology, Boston, Elsevier Saunders,
2003.
7. Anonim. Teori Tentang Mioma Uteri. [online]. [cited on july 2009]. Available
from http://spesialistorch.com. Diakses tanggal 15 Agustus 2016
8. Jones, D.L.,2002. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi, alih bahasa Hadyanto,
Editor edisi bahasa Indonesia, Y.Joko Suryono, edisi 6, Hipokrates, Jakarta, hal
263-266
9. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI, Setiowulan W, eds. Ilmu
Kandungan. Dalam: Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta: Media
Aesculapius; 2001 p. 387-8
10. Pangemanan WT. Penyakit Neoplasma. Dalam: Saifuddin AB, Rachimhadhi T,
Wiknjosastro GH, eds. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2010 p. 891-4
11. Manuaba Gede. Pengantar Kuliah Obstetri, Jakarta : EGC; 2007.Hal 671-673.

36 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai