Anda di halaman 1dari 6

NAMA : Irfan Nurhakim

NIM : 1800024

ERA QUALITY REVOLUTION

Concept/Event

 JUST IN TIME (JIT)


Just In Time atau sering disingkat dengan JIT adalah suatu sistem
produksi yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan tepat pada
waktunya sesuai dengan jumlah yang dikehendakinya.Tujuan sistem produksi
Just In Time (JIT) adalah untuk menghindari terjadinya kelebihan
kuantitas/jumlah dalam produksi (overproduction), persediaan yang berlebihan
(excess Inventory) dan juga pemborosan dalam waktu penungguan (waiting).
Istilah “Just In Time” Jika diterjemahkan langsung ke dalam bahasa
Indonesia adalah Tepat Waktu, Jadi Sistem Produksi Just In Time atau JIT ini
dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan Sistem Produksi Tepat Waktu.
Tepat Waktu disini berarti semua persedian bahan baku yang akan diolah
menjadi barang jadi harus tiba tepat waktunya dengan jumlah yang tepat juga.
Banyak kelebihan yang dapat dinikmati dalam menerapkan sistem
produksi Just In Time, diantaranya sebagai berikut :
1. Tingkat Persediaan atau Stock Level yang rendah sehingga menghemat tempat
penyimpanan dan biaya-biaya terkait seperti biaya sewa tempat dan biaya
asuransi.
2. Bahan-bahan produksi hanya diperoleh saat diperlukan saja sehingga hanya
memerlukan modal kerja yang rendah.
3. Dengan Tingkat persedian yang rendah, kemungkinan terjadinya pemborosan
akibat produk yang ketinggalan zaman, lewat kadaluarsa dan rusak atau usang
akan menjadi semakin rendah.
4. Menghindari penumpukan produk jadi yang tidak terjual akibat perubahan
mendadak dalam permintaan.
5. Memerlukan penekanan pada kualitas bahan-bahan produksi yang dipasok oleh
Supplier (Pemasok) sehingga dapat mengurangi waktu pemeriksaan dan
pengerjaan ulang.

Meskipun banyak kelebihan yang bisa didapat, Sistem Produksi Just In


Time ini masih memiliki kelemahan, yaitu :
1. Sistem Produksi Just In Time tidak memiliki toleransi terhadap kesalahan atau
“Zero Tolerance for mistakes” sehingga akan sangat sulit untuk melakukan
perbaikan/pengerjaan ulang pada bahan-bahan produksi ataupun produk jadi
yang mengalami kecacatan. Hal ini dikarenakan tingkat persediaan bahan-bahan
produksi dan produk jadi yang sangat minimum.
2. Ketergantungan yang sangat tinggi terhadap Pemasok baik dalam kualitas
maupun ketepatan pengiriman yang pada umumnya diluar lingkup perusahaan
manufakturing yang bersangkutan. Keterlambatan pengiriman oleh satu pemasok
akan mengakibatkan terhambatnya semua jadwal produksi yang telah
direncanakan.
3. Biaya Transaksi akan relatif tinggi akibat frekuensi Transaksi yang tinggi.
4. Perusahaan Manufaktring yang bersangkutan akan sulit untuk memenuhi
permintaan yang mendadak tinggi karena pada kenyataannya tidak ada produk
jadi yang lebih.
(Sumber : ilmumanajemenindustri.com)

 TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM)


Total Management System atau disingkat dengan TQM adalah suatu
sistem manajemen kualitas yang berfokus pada Pelanggan (Customer focused)
dengan melibatkan semua level karyawan dalam melakukan peningkatan atau
perbaikan yang berkesinambungan (secara terus-menerus). Total Quality
Management atau TQM menggunakan strategi, data dan komunikasi yang efektif
untuk meng-integrasikan kedisplinan kualitas ke dalam budaya dan kegiatan-
kegiatan perusahaan. Singkatnya, Total Quality Management (TQM) adalah
pendekatan manajemen untuk mencapai keberhasilan jangka panjang melalui
Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction).
Dalam TQM (Total Quality Management), semua anggota organisasi atau
karyawan perusahaan harus berpartisipasi aktif dalam melakukan peningkatan
proses, produk, layanan serta budaya dimana mereka bekerja sehingga
menghasilkan kualitas terbaik dalam Produk dan Layanan yang pada akhirnya
dapat mencapai tujuan kepuasan pelanggan.
Terdapat 8 Elemen Pokok dalam Sistem Manajemen TQM (Total Quality
Management). Kedelapan elemen pokok tersebut diantaranya adalah :
1. Fokus pada Pelanggan (Customer Focussed)

Pelanggan merupakan pihak yang menentukan apakah kualitas produk maupun


jasa yang dihasilkan perusahaan tersebut memenuhi kebutuhan atau tingkatan
kualitas yang diinginkannya. Apapun yang dilakukan oleh sebuah
organisasi/perusahaan seperti pelatihan karyawan, perbaikan proses,
penggunaan mesin canggih ataupun adopsi teknologi terbaru yang pada akhirnya
Pelangganlah yang menentukan apakah upaya-upaya yang dilakukan tersebut
bermanfaat atau tidak.

2. Keterlibatan Karyawan secara keseluruhan (Total Employee Involvement)

Karyawan merupakan sumber daya perusahaan yang penting dalam mencapai


tujuan yang direncanakannya. Oleh karena itu, keterlibatan karyawan secara
keseluruhan dapat mendukung perusahaan dalam melakukan peningkatan
proses dan kualitas yang berkesinambungan yang kemudian menghasilkan
produk dan layanan yang terbaik untuk pelanggannya. Dalam pemberdayaan
karyawan, diperlukan pelatihan dan peningkatan terhadap keterampilan
karyawan dalam mengerjakan tugasnya.

3. Pemusatan perhatian pada Proses (Process-centered)

Perhatian pada peningkatan proses merupakan pondasi dasar dalam sistem


manajemen TQM. Proses merupakan serangkaian langkah-langkah yang dimulai
dari penerimaan INPUT dari supplier (internal maupun eksternal) dan meng-
transformasi-nya menjadi OUTPUT yang akan dikirimkan ke pelanggan (internal
maupun Eksternal).

4. Sistem yang Terintegrasi (Integrated System)

Meskipun terdapat banyak keahlian dan ruang lingkup kerja dalam suatu
perusahaan yang membentuk departementalisasi secara vertikal maupun
horizontal. Semuanya memerlukan suatu sistem yang terintegrasi dengan baik
agar visi, misi, strategi, kebijakan, tujuan dan sasaran perusahaan dapat
dikomunikasikan dengan baik dan jelas kepada semua karyawan.

5. Pendekatan Strategi dan Sistematik (Strategy and Systematic Approach)


Salah satu bagian yang penting dalam Manajemen Kualitas adalah pendekatan
Strategi dan Sistematik dalam mencapai Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan.
Proses tersebut biasanya disebut dengan Perencanan Strategi ataupun
Manajemen Strategi yang melakukan perumusan dan perencanaan strategi
dalam mengintegrasikan konsep kualitas ke dalam Strategi Perusahaan secara
keseluruhan.

6. Peningkatan yang berkesinambungan (Continual Improvement)

Peningkatan yang berkesinambungan mendorong perusahaan untuk melakukan


analisis dan menciptakan cara-cara yang lebih bersaing dan efektif dalam
mencapai tujuan perusahaan dan memenuhi harapan semua pihak yang
berkepentingan.

7. Keputusan berdasarkan Fakta (Fact-based decision making)

Untuk mengetahui sejauh mana kinerja suatu perusahaan, diperlukan data untuk
mengukurnya. TQM mewajibkan perusahaan tesebut untuk mengumpulkan dan
melakukan analisis data secara berkesinambungan agar keputusan ataupun
kebijakan yang diambil benar-benar akurat dan tepat sasaran. Dengan adanya
data, kita dapat menarik kesimpulan berdasarkan kejadian ataupun hasil
sebelumnya.

8. Komunikasi (Communications)

Dalam operasional sehari-hari, perusahaan pasti akan mengalami perubahan


baik perubahan dalam strategi, kebijakan, jadwal maupun metode pelaksanaan.
Perubahan tersebut perlu dikomunikasikan dengan baik kepada semua karyawan
yang bersangkutan. Komunikasi yang baik juga akan menimbulkan motivasi dan
semangat kerja dalam mencapai tujuan perusahaannya.

(Sumber : ilmumanajemenindustri.com)
 BUSINESS PROCESS REENGINEERING (BPR)
Business Process Reengineering (BPR) merupakan suatu proses
merubah proses bisnis secara radikal dan dramatis agar bisnis proses tersebut
menjadi lebih efektif dan efisien tanpa adanya perubahan pada struktur
organisasi dan fungsi bisnis proses itu sendiri. BPR ini pertama kali ditulis dan
dipublikasi oleh Hammer (1990) dan Davenport & Short (1990) dan Hammer &
Champy (1994), menyatakan Business Process Reengineering adalah suatu
pendekatan yang sama sekali baru berkenaan dengan ide dan model yang
digunakan dalam memperbaiki bisnis. Davenport & Short (1990) lebih melihat
Business Process Reengineering sebagai perluasan dari “industrial engineering”.
1. Berdasarkan IT impact, BPR bertujuan untuk menggunakan IT untuk
meningkatkan proses operasi dari ujung ke ujung.

Contoh: penerapan ERP yang mengintegrasikan seluruh kegiatan di dalam


perusahaan.

2. Obyektif melakukan BPR adalah mencapai perbaikan kinerja perusahaan


secara signifikan pada bagian area yang dituju dengan menata ulang semua
proses-proses yang terkait dimana alur pekerjaan tersebut dilakukan. BPR
adalah salah satu proses perbaikan kinerja dimana pada saat dilakukan
banyak memanfaatkan IT sebagai pemampunya.
3. Langkah-langkah dalam melakukan BPR:

I. Hilangkan semua aktifitas yang tidak mempunyai nilai tambah

Dalam suatu organisasi terkadang ditemukan aktifitas-aktifitas yang tidak


berkaitan dengan inti usaha yg dijalankan, karena terkadang aktifitas itu hanya
bertujuan untuk membuat karyawan lebih aktif dan produktif hanya saja
tidak menunjang tujuan dari organisasi tersebut.

II. Mempermudah semua aspek kerja jika memungkinkan

Masih ada pekerjaan yang dilakukan secara manual seperti workflow dari
proses MOC yang harus menjalankan proses nya dengan mencetak semua
dokumen terkait dan membawanya kesetiap orang yang terkait untuk proses
approval.IT dapat menjadikan proses lebih mudah, dengan menerapkan e-moc,
semua proses tersebut dibuat secara elektronik dan digital tanpa harus
menggunakan kertas dan kurir. Semua proses dilakukan aplikasi komputer yang
dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam proses yang jauh lebih
cepat dan praktis.

III. Mengintegrasikan semua elemen di dalam proses

Dahulu di suatu perusahaan besar, semua pekerjaan di setiap


departemen dilakukan secara terpisah dan sulit memonitor semua pekerjaan dan
hasilnya dalam waktu bersamaan. Saat ini dengan menggunakan aplikasi IT
seperti SAP, semua departemen di dalam perusahaan berintegrasi. Seorang
Manajer, Direktur atau CEO bisa dengan mudahnya mengakses semua
pekerjaan bawahannya diseluruh departemen, seksi-seksi dan seluruh bagian
dalam perusahaan dalam waktu bersamaan hanya melalui aplikasi komputer
tersebut. Integrasi ini menjadikan organisasi atau perusahaan lebih efektif dan
efisien dalam kaitannya dengan proses dan waktu.

IV. Mengotomatisasi aktifitas-aktifitas jika perlu.

Proses otomatisasi di dalam perusahaan menjadikan perusahaan lebih


efisien karena aktifitas yang sebelumnya dilakukan banyak orang dengan waktu
yang panjang dapat dilakukan oleh mesin atau komputer dengan waktu yang
lebih pendek. Tapi tidak semua aktifitas bisa diterapkan otomatisasi ini,
tergantung jenis pekerjaannya.

(Sumber : sis.binus.ac.id)

Anda mungkin juga menyukai