“FRAKTUR”
Oleh:
Etiologi
Kehilangan integritas tulang Perubahan fragmen tulang Fraktur terbuka ujung tulang
kerusakan pada jaringan dan menembus otot dan kulit
pembuluh darah
Luka
Ketidakstabilan posisi fraktur,
apabila organ fraktur digerakkan
Perdarahan lokal
Gangguan integritas
kulit
Hematoma pada daerah fraktur
Fragmen tulang yang patah
menusuk organ sekitar
Kerusakan neuromuskuler
Defisit perawatan diri
1. Pengkajian
A. Identitas Pasien
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri pada daerah Fraktur, Kondisi fisik yang lemah, tidak bisa melakukan
banyak aktivitas, mual, muntah, dan nafsu makan menurun, (Brunner &
suddarth, 2002)
b. Riwayat Penyakit dahulu
Ada tidaknya riwayat DM pada masa lalu yang akan mempengaruhi proses
perawatan post operasi, (Sjamsuhidayat & Wim Dejong)
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Fraktur bukan merupakan penyakit keturunan akan tetapi adanya riwayat
keluarga dengan DM perlu di perhatikan karena dapat mempengaruhi
perawatan post operasi
B. Pola Kebiasan
a. Pola Nutrisi : Tidak mengalami perubahan, namun beberapa kondisi dapat
menyebabkan pola nutrisi berubah, seperti nyeri yang hebat, dampak
hospitalisasi
b. Pola Eliminasi : Pasien dapat mengalami gangguan eliminasi BAB seperti
konstipasi dan gangguan eliminasi urine akibat adanya program eliminasi
c. Pola Istirahat : Kebutuhan istirahat atau tidur pasien tidak mengalami
perubahan yang berarti, namun ada beberapa kondisi dapat menyebabkan pola
istirahat terganggu atau berubah seperti timbulnya rasa nyeri yang hebat dan
dampak hospitali
d. Pola Aktivitas : Hampir seluruh aktivitas dilakukan ditempat tidur sehingga
aktivitas pasien harus dibantu oleh orang lain, namun untuk aktivitas yang
sifatnya ringan pasien masih dapat melakukannya sendiri,
e. Personal Hygiene : Pasien masih mampu melakukan personal hygienenya,
namun harus ada bantuan dari orang lain, aktivitas ini sering dilakukan pasien
ditempat tidur.
f. Riwayat Psikologis : Biasanya dapat timbul rasa takut dan cemas, selain itu
dapat juga terjadi ganggguan konsep diri body image, psikologis ini dapat
muncul pada pasien yang masih dalam perawatan dirumah sakit.
g. Riwayat Spiritual : Pada pasien post operasi fraktur tibia riwayat spiritualnya
tidak mengalami gangguan yang berarti
h. Riwayat Sosial : Adanya ketergantungan pada orang lain dan sebaliknya
pasien dapat juga menarik diri dari lingkungannya karena merasa dirinya tidak
berguna
i. Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan fisik biasanya dilakukan setelah riwayat
kesehatan dikumpulkan, pemeriksaan fisik yang lengkap biasanya dimulai
secara berurutan dari kepala sampai kejari kaki.
C. Inspeksi : Pengamatan lokasi pembengkakan, kulit pucat, laserasi, kemerahan
mungkin timbul pada area terjadinya faktur adanya spasme otot dan keadaan kulit.
D. Palpasi : Pemeriksaan dengan perabaan, penolakan otot oleh sentuhan kita adalah
nyeri tekan, lepas dan sampai batas mana daerah yang sakit biasanya terdapat nyeri
tekan pada area fraktur dan di daerah luka insisi.
E. Perkusi : Perkusi biasanya jarang dilakukan pada kasus fraktur.
F. Auskultasi ; Pemeriksaan dengan cara mendengarkan gerakan udara melalui
struktur berongga atau cairan yang mengakibatkan struktur solit bergerak. Pada
pasien fraktur pemeriksaan ini pada areal yang sakit jarang dilakukan, (Brunner &
Suddarth, 2002)
2. Diagnosa
1. Nyeri akut yang berhubungan degan fraktur
2. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan cedera jaringan sekitar
fraktur, kerusakan rangka neuromuskuler
3. Resiko infeksi yang berhubungan dengan tindakan invasif
3. Intervensi
Perencanaan
Diagnosis
NOC NIC
Nyeri akut yang NOC : Managemen Nyeri
berhubungan v Pain Level
- Kaji nyeri secara
fraktur v Pain control
komprehensif termasuk lokasi,
v Comfort level
karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi
Kriteria Hasil :
· Mampu mengontrol - Observasi reaksi nonverbal
nyeri (tahu penyebab dari ketidaknyamanan
nyeri. - Ajarkan tentang teknik non
· Mampu menggunakan farmakologi, tehnik relaksasi
tehnik nonfarmakologi - Berikan analgetik untuk
untuk mengurangi mengurangi nyeri
nyeri, mencari bantuan) - Kolaborasikan dengan dokter
· Melaporkan bahwa jika ada keluhan dan tindakan
nyeri berkurang dengan nyeri tidak berhasil
menggunakan - Atur posisi pasien yang
manajemen nyeri nyaman
· Wajah rileks
· Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
· Tanda vital dalam
rentang normal
Perencanaan
Diagnosis
NOC NIC
Kerusakan NOC : NIC :
mobilitas fisik yang Tujuan : kerusakan - Pertahankan tirah baring
berhubungan mobilitas fisik dapat dalam posisi yang
dengan cedera berkurang setelah diprogramkan
jaringan sekitar dilakukan tindakan - Tinggikan ekstrimitas
fraktur, kerusakan keperaawatan yang sakit
rangka Kriteria hasil - Instruksikan klien/bantu
neuromuskuler NOC : dalam latihan rentang gerak
· Meningkatkan pada ekstrimitas yang sakit
mobilitas pada dan tak sakit
tingkat paling - Beri penyangga pada
tinggi yang ekstrimit yang sakit diatas dan
mungkin dibawah fraktur ketika
bergerak
· Mempertahankan - Jelaskan pandangan dan
posisi fungsinal keterbatasan dalam aktivitas
· Meningkaatkan
kekuatan /fungsi
yang sakit
· Menunjukkan
tehnik mampu
melakukan aktivitas
Perencanaan
Diagnosis
NOC NIC
Resiko infeksi yang NOC : Infection Control (Kontrol
berhubunga dengan v Immune Status infeksi)
tindakan invasif v Risk control - Bersihkan lingkungan
setelah dipakai pasien lain
Kriteria Hasil : - Gunakan sabun
v Klien bebas dari tanda antimikrobia untuk cuci
dan gejala infeksi tangan
v Menunjukkan - Cuci tangan setiap sebelum
kemampuan untuk dan sesudah
mencegah timbulnya tindakan keperawatan
infeksi - Gunakan sarung tangan
v Jumlah leukosit dalam sebagai alat pelindung
batas normal - Pertahankan lingkungan
aseptik selama pemasangan
alat
- Tingkatkan intake nutrisi
- Berikan terapi antibiotik
bila perlu
4. Implementasi
Implementasi merupakan salah satu unsur pertahapan dari keseluruhan
pembangunan sistem komputerisasi, dan unsur yang harus dipertimbangkan dalam
pembangunan sistem komputerisasi yaitu masalah perangkat lunak (software), karena
perangkat lunak yang digunakan haruslah sesuai dengan masalah yang akan
diselesaikan, disamping masalah perangkat keras (hardware) itu sendiri.
5. Evaluasi
Brunner dan Suddarth. (2001). Keperawatan Medikal BedahEdisi8 Volume2. Jakarta : EGC
Corwin, Elizabeth J.(2000). Buku Saku Patofisiologi. EGC : Jakarta.
Syamsuhidayat. (2004). Buku-Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC
Price, A. dan Wilson, L. (1995). Patofisiologi. Buku 2. Edisi 4 EGC. Jakarta, hal :1117-1119
https://id.scribd.com/doc/244576755/Pathway-Fraktur#scribd