SPESIFIKASI TEKNIS
UMUM
1.1 Umum
Kontraktor harus menyediakan, mengoperasikan, dan memelihara semua fasilitas konstruksi dan
pelayanan lainnya seperti yang tertuang dalam Spesifikasi Umum. Tanpa mengurangi tanggung jawabnya maka
kontraktor harus memenuhi seperti yang disampaikan oleh Direksi / Engineer.
Semua fasilitas konstruksi yang akan dibuat dan disediakan oleh Kontraktor harus terlebih dahulu
mendapat persetujuan tertulis dari direksi termasuk didalam hal ini adalah penggunaan semua peraturan-
peraturan atau ketentuan tentang standarisas.
Kurang dari 7(tujuh) hari setelah menerima Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK), Kontraktor harus
menyerahkan semua dokumen tentang tatacara pelaksanaan fisik lapangan untuk disetujui engineer, dokumen
tersebut berisi program pelaksanaan. Setiap program harus menguraikan secara jelas semua detail
perencanaan yakni lingkup pekerjaan, lokasi bangunan, program pelaksanaan konstruksi / gambar pelaksanaan,
dan perhitungan-perhitungan, termasuk juga uraian kebutuhan peralatan / tenaga, material dan kebutuhan
fasilitas lainya yang diperlukan. Sehingga para direksi / engineer dengan mudah untuk memeriksa /
mengontrol semua aktivitas yang dilakukan oleh kontraktor serta dapat mengevaluasi semua kegiatan.
Dalam hal perijinan atau pemberitahuan tentang semua kegiatan fisik lapangan kontraktor harus dapat
memenuhi atau mendapatkan sesuai persyaratan / peraturan yang berlaku.
Kontraktor harus menyerahkan semua hasil perijinan pada direksi / engineer, dalam hal tertentu direksi
dapat membantu semua proses perijinan.
3. Spesifikasi yang diuraikan dalam bab ini merupakan dasar bagi cara pelaksanaan pekerjaan, bahan
yang dipakai, serta cara pengukuran dan pembayaran semua item pekerjaan yang tercantum dalam
Daftar Kuantitas dan Harga (RAB) atau Bill of Quantities.
Umum
Seluruh alat-alat bermesin harus dilengkapi dengan manual penggunaan dan keselamatan
yang salinannya dapat diakses secara mudah oleh operator atau pengawas lapangan.
Alat pemaku dan stapler otomatis dan portabel
Jika Penyedia Jasa menggunakan pemaku dan stapler otomatis dan portabel, maka ketentuan
keselamatan di bawah ini harus dipenuhi:
a. Alat tidak boleh diarahkan pada orang, walaupun alat tersebut memiliki pengaman.
b. Pemicu pada alat pemaku dan stapler tidak boleh ditekan kecuali ujung alat diarahkan
pada suatu permukaan benda yang aman.
c. Perhatian khusus harus diberikan jika memaku di daerah tepi suatu benda.
d. Jika sumber tenaga alat pemaku dan stapler otomatis menggunakan tenaga pnematik,
tidak diperkenankan menggunakan sumber gas yang berbahaya dan mudah terbakar.
e. Alat yang rusak tidak boleh digunakan.
f. Pelindung pendengaran dan pelindung mata yang sesuai harus digunakan saat
menggunakan alat tersebut.
Alat portabel bermesin (Portable Power Tools)
Gergaji mesin, mesin pengaduk beton, alat pemotong beton dan alat bermesin lainnya harus
dilengkapi dengan alat pengaman sepanjang waktu.
Penyedia Jasa harus memenuhi ketentuan keselamatan berikut:
- Setiap operator harus telah dilatih untuk menggunakan alat-alat tersebut di atas.
- Gunakan hanya alat dan metoda yang tepat untuk setiap jenis pekerjaan yang dilakukan.
SPESIFIKASI TEKNIS :
ketinggian lebih dari 5 m dan berat lebih dari 500 kg harus menggunakan crane,
excavator atau forklift.
c. Crane harus diperiksa setiap minggu, dan diperiksa secara menyeluruh setiap 12 bulan
oleh orang yang berkompeten. Hasil inspeksi harus dicatat.
d. Harus tersedia sertifikat pengujian alat yang terbaru.
e. Operator harus terlatih, kompeten dan berusia di atas 18 tahun.
f. Alat kendali (tuas, saklar, dan sebagainya) harus diberi keterangan yang jelas.
g. Sebelum dilakukan pengangkatan, beban yang dapat diangkat hanya ditentukan
oleh operator.
h. Setiap jib crane dengan kapasitas lebih dari 1 ton harus mempunyai indikator beban
aman (safe load indicator) yang diperiksa setiap minggu.
i. Crane harus didirikan di atas pondasi yang kokoh.
j. Harus disediakan ruang yang cukup untuk pelaksanaan pengangkatan yang
aman.
k. Asisten operator harus dilatih untuk memberikan sinyal pada operator dan untuk
mengikatkan beban secara benar dan mengetahui kapasitas pengangkatan crane.
l. Crane harus secara rutin menjalani pemeliharaan menyeluruh.
m. Gigi pengangkat harus dalam kondisi baik dan telah diperiksa secara menyeluruh.
3. Kontraktor wajib menyediakan kotak obat lengkap dengan obat-obatan untuk memberi pertolongan
darurat bila ada petugas/pekerja yang sakit.
1. Bila jalan-jalan dan sarana umum lainnya (air, listrik, telepon, dan lain-lain) yang ada memotong
atau berhubungan dengan tempat pekerjaan, Kontraktor harus mendapatkan persetujuan secara
tertulis dari yang berwenang, terhadap usulan pekerjaan sementara atau pekerjaan tetap yang
akan mempengaruhi pekerjaan pelayanan umum tersebut.
2. Bangunan kepentingan umum poin 6.1.di atas baik mungkin atau tidak terlihat di dalam gambar,
Kontraktor harus tetap bertanggung jawab untuk keamanan dan kelangsungan fungsi dari jalan
dan sarana umum lainnya tersebut selama pelaksanaan pekerjaan.
3. Kontraktor sebelum memulai pekerjaan, bersama Direksi pengawas harus menghubungi lebih
dahulu para Kepala Desa/Aparat Desa/Ketua Banjar yang berwenang dari wilayah kerjanya untuk
SPESIFIKASI TEKNIS :
Dalam kasus tidak ada jalan masuk ke lokasi pekerjaan atau jalan pintas yang bisa digunakan
untuk pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus membuat jalan masuk sementara atau jalan pintas
dalam lokasi. Kontraktor harus melengkapi perlengkapan yang diperlukan untuk melintasi sungai,
saluran air atau lainnya dan bila perlu harus ditingkatkan atau diperkuat fasilitas yang ada yang
dipergunakan untuk masuk ke lokasi pekerjaan. Bila Kontraktor menggunakan jalan masyarakat
yang telah ada, maka pada saat pekerjaan selesai Kontraktor wajib memperbaiki jalan tersebut
paling tidak seperti kondisi semula, namun akan terpuji jika akan lebih baik dari kondisi semula.
5. Administrasi Proyek
Seperti yang tertuang dalam spesifikasi ini maka kontraktor harus mengadakan, mengoperasionalkan
dan memelihara semua kebutuhan administrasi proyek untuk menunjang kelancaran pekerjaan
diantaranya : pengukuran lapangan, pembuatan gambar kerja dan gambar-gambar lainnya,
dokumentasi film / pembuatan laporan-laporan, perizinan / sertifikasi, alat tulis kantor dan biaya-biaya
lainya, yg terdiri dari :
1. Kontraktor wajib menyediakan berbagai buah buku besar yang digunakan untuk:
a. Mencatat semua kegiatan pelaksanaan pekerjaan yang selanjutnya disebut "Buku Harian
Pelaksanaan Pekerjaan".
b. Mencatat semua kegiatan alat-alat yang dipergunakan yang selanjutnya disebut "Buku Harian
Peralatan".
c. Buku pencatatan perintah-perintah Direksi ataupun pihak yang terkait dan buku tamu untuk
mencatat segala masukan sehubungan dengan pekerjaan ini.
d. Buku Harian poin a dan b tersebut harus diisi setiap hari dan ditandatangani bersama-sama
oleh Pelaksana dan Pengawas Pekerjaan. Pada serah terima pekerjaan selesai/penyerahan
pertama kalinya, buku-buku tersebut harus diserahkan kepada Pejabat Pembuat Komitmen
( PPK ).
2. Buku harian dibuat/diisi setiap hari untuk mencatat hal-hal sebagai berikut :
a. Catatan tenaga kerja yang terdiri dari : jumlah pekerja, mandor, tukang, kepala tukang serta
tenaga personalia dari Kontraktor sendiri.
b. Catatan bahan meliputi : stock bahan yang datang, bahan yang ditolak dan bahan yang
digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan.
c. Jenis kegiatan bagian konstruksi yang dilaksanakan pada hari tersebut.
d. Hasil fisik pekerjaan yang dicapai.
e. Volume galian, timbunan, pasangan batu yang dicapai pada hari itu
f. Jumlah alat baik yang operasikan maupun yang tidak
g. Keadaan cuaca (hujan, banjir dll)
3. Pencatatan dalam buku harian dibuat oleh petugas pelaksana dan diperiksa/diketahui
keberadaanya oleh pengawas pekerjaan dengan memberi paraf tiap hari.
4. Kontraktor wajib membuat laporan harian, laporan mingguan dan laporan bulanan dalam rangkap
5 (lima) yaitu untuk :
Kemajuan fisik 0%
Kemajuan fisik 50%
Kemajuan fisik 100%
Setelah masa pemeliharaan berakhir/penyerahan kedua.
Setiap pengambilan foto dibidik dari tiga posisi dengan titik pengambilan yang tetap. Foto dicetak
rangkap 5 dengan ukuran 3R disusun pada album dan menyerahkan Soft Copy File dalam bentuk
compac disk (CD).
6. Disamping foto-foto kemajuan pekerjaan, Kontraktor wajib mengambil foto pada keadaan tertentu,
misalnya kerusakan konstruksi yang sudah dikerjakan, mobilisasi bahan, dan lain-lain yang perlu
dalam pelaksanaan pekerjaan, termasuk galian sesudah peil.
g. Jika terdapat perbedaan antara gambar kerja dengan keadaan sebenarnya di lapangannya, maka
yang dilaksanakan adalah keputusan yang diberikan oleh Direksi. Selanjutnya Kontraktor wajib
melakukan penggambaran kembali tapak proyek sesuai dengan keadaan sebenarnya di lapangan.
h. Pada keadaan di mana ada penyimpangan dari gambar rencana, Kontraktor harus mengajukan 3
(tiga) lembar gambar penampang dari daerah yang dipatok. Direksi akan membutuhkan tanda
tangan persetujuan atau pendapat/revisi pada satu lembar gambar tersebut dan mengembalikan
kepada Kontraktor. Setelah diperbaiki, Kontraktor harus mengajukan kembali gambar yang oleh
Direksi diminta untuk direvisi.Gambar tersebut harus digambar kembali ke atas kertas kertas kalkir
dan setelah disetujui oleh Direksi, maka Kontraktor akan menyerahkan kepada Direksi gambar asli
dan 3 (tiga) lembar hasil rekamannya.
i. Apabila terdapat kesalahan dalam pengukuran kembali, maka pengukuran ulang menjadi tanggung
jawab Kontraktor. Kontraktor bertanggung jawab penuh atas tepatnya pelaksanaan pekerjaan
menurut peil-peil dan ukuran dalam gambar dan uraian/isyarat-isyarat pelaksanaan itu.
j. Pembuatan dan Pemasangan papan dasar pelaksanaan (bouwplank) termasuk pekerjaan
Kontraktor dan harus dibuat dari kayu jenis meranti kelas II yang tidak berubah oleh cuaca.
Pemasangan harus kuat dan permukaan atasnya rata dan sifatnya datar (waterpass).
k. Semua ketetapan pekerjaan pengukuran, baik ukuran panjang maupun sudut harus terjamin
kebenarannya. Pengukuran sudut siku-siku dengan prisma atau benang hanya dibenarkan untuk
bagian-bagian kecil dari pekerjaan dan mendapat persetujuan Direksi. Kekeliruan dari hasil
pengukuran, sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
2. Papan Nama Proyek
1. Kontraktor harus menyiapkan papan nama dari papan playwood 5 mm dicat warna dasar putih
dengan redaksi dan ukuran 1,50 m x 1,00 m
2. Kontraktor harus menulis papan tersebut dengan tulisan warna hitam, teks sesuai petunjuk Direksi.
3. Pemasangan papan-papan nama tersebut dilengkapi tiang-tiang penyangga dan pondasi yang
cukup stabil dan dipasang di lokasi yang disetujui direksi.
3. Pembersihan Lapangan
1. Sebelum pekerjaan pengukuran dimulai, tapak proyek harus dibersihkan dari rumput, semak-
semak, lumpur, akan pohon, tanah humus, puing-puing dan segala sesuatu yang tidak diperlukan
atau dapat menggangu jalannya pekerjaan. Penebangan pohon-pohon adalah sesuai dengan
petunjuk Direksi.
2. Semua barang bekas bongkaran harus dikeluarkan dari lokasi, selambat-lambatnya sebelum
pekerjaan galian tanah dimulai.
4. Direksi Keet
1. Kontraktor sebelum mulai kegiatan fisik harus sudah menyiapkan Direksikeet dengan ukuran 4 x 6
m dengan ketentuan minimal :
a. Konstruksi kayu Kalimantan
b. Atap seng gelombang
c. Lantai beton tumbuk tebal 5 cm
d. Dinding papan dari kayu Kalimantan / Triplex
e. Jendela naco 2 buah terdiri dari masing – masing 7 daun
2. Kantor Lapangan Kontraktor
Kontraktor sebelum memulai kegiatan fisik harus sudah membuat Kantor Pelaksana, gudang, dan
barak kerja dibuat dengan ketentuan minimal :
a. Kantor pelaksana berukuran 3 x 4 m dengan kondisi sebagaimana Direksikeet.
SPESIFIKASI TEKNIS :
b. Gudang berukuran secukupnya sesuai dengan persyaratan / ketentuan pada umumnya dan
terjamin keamanannya.
c. Barak berukuran secukupnya untuk dapat menampung tenaga kerja yang diperlukan dan
cukup sehat untuk dihuni.
d. Bekas Direksikeet, gambar – gambar dan kelengkapannya adalah milik Dinas Pekerjaan
Umum Sub Dinas Pertambangan.
3. Kelengkapan Direksikeet
Untuk kegiatan Direksi di lapangan, Direksikeet harus dilengkapi :
a. Gambar konstruksi pekerjaan
b. Gambar tahap – tahap pelaksanaan pekerjaan tanah dan pekerjaan pasangan.
c. Time Schedule, Barchart lengkap dengan kurve S
d. Data pekerja, hujan dan lain – lain.
e. Meja tulis ½ biro 2 buah dengan kursi seperlunya.
f. Alat tulis dan alat – alat gambar.
g. Papan tulis dan papan tempel gambar – gambar pelaksanaan dan grafik – grafik.
h. Buku Direksi, buku tamu, buku harian pelaksana
i. Meja / kursi tamu 1 set (bambu)
5. Pembersihan Lapangan
Kontraktor harus membersihkan lapangan untuk saluran dan bangunan yang ada dari semua tumbuh–
tumbuhan dan bambu, termasuk pohon–pohon yang dapat mengakibatkan kerusakan pada bangunan
maupun saluran yang akan dikerjakan. Kontraktor harus membongkar akar–akar yang mengganggu
kekuatan pasangan, kemudian mengisi lubang–lubang dengan dipadatkan dan memindahkan dari
tempat semua bahan yang timbul akibat pembersihan lapangan.
SPESIFIKASI TEKNIS :
BAB II
PEKERJAAN GALIAN
2.1 Umum
2.1.1 Lingkup Pekerjaan
Yang diartikan pekerjaan ‘’galian‘’ dalam spesifikasi ini adalah semua pekerjaan yang meliputi
kegiatan sbb:
- Clearing, grubbing dan stripping
- Galian terbuka (open cut)
- Pekerjaan galian yang lainya yang mungkin diberikan oleh Engineer
2.1.2 Rencana dan Persetujuan Kerja
Paling sedikit 30 hari sebelum dimulainya pekerjaan galian Kontraktor harus menyerahkan rencana
kerja untuk disetujui oleh Engineer, berupa rencana detail kegiatan untuk item pekerjaan utama
antara lain : lokasi kekerjaan yang diusulkan, type pekerjaan galian yang dilaksanakan, metode
konstruksi yang diusulkan, urutan, tahap pekerjaan dan jadwal pelaksanaannya.
Persetujuan dari Engineer tidak akan membebaskan Kontraktor terhadap tanggung jawabnya
sejauh keamanan pekerjaan dan kerusakan pekerjaan atau hal-hal lain yang mungkin terjadi
dalam pelaksanaannya.
2.1.3 Pembuangan dan Penggunaan Material Galian
Penggunaan material hasil galian untuk pekerjaan konstruksi yang permanen harus disetujui oleh
Engineer dan sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan pada spesifikasi teknik. Hasil galian
Kontraktor yang dilaksanakan harus dapat meyakinkan Engineer sehingga kemungkinan material
yang terbuang.
Dengan pengarahan Engineer, Kontraktor diijinkan untuk menggunakan material hasil galian yang
tidak digunakan untuk keperluan konstruksi permanen seperti pada temporary road, jalan kerja
dsb, dan tidak boleh menggunakan material tersebut untuk timbunan.
Material yang disetujui untuk digunakan sebagai pekerjaan konstruksi bila mungkin diangkut
langsung ke tempat lokasi pekerjaan atau bila tidak mungkin ditampung dulu di stockpile pada
lokasi yang telah ditentukan Engineer atau pemberi kerja dan selanjutnya akan diangkut ke lokasi
konstruksi yang akan dikerjakan tanpa tambahan biaya.
Galian tanah yang tidak dapat digunakan untuk pekerjaan konstruksi harus dibuang ke tempat
pembuangan (spoilbank) pada lokasi yang telah ditetapkan Engineer. Kontraktor tidak boleh
mengajukan pembayaran tambahan berkenaan dengan pemisahan material galian tersebut.
Tempat pembuangan (disposal area) yang berada di sekitar lokasi pekerjaan atau diluar tempat
pembuangan yang telah ditetapkan sangat tidak diperbolehkan dan Kontraktor harus bertanggung
SPESIFIKASI TEKNIS :
jawab atas semua kerusakan yang ditimbulkan serta pohon-pohon atau yang lain akibat dari
penempatan disposal area yang tidak mendapat izin Engineer.
2.1.4 Garis Batas, Ketinggian, Kemiringan dan Dimensi Galian
Semua galian harus dilaksanakan sesudah mendapat persetujuan dari Engineer dan pemberi
kerjaseperti garis batas galian, ketinggian, kemiringan dan dimensi yang diberikan seperti yang
tercantum dalam spesifikasi, penunjukan pada gambar atau yang ditetapkan oleh Engineer.
Kontraktor harus selalu mengadakan pencegahan agar memperkecil pengaruh galian terhadap
material dan segala kegiatan konstruksi disekitarnya yang berdekatan dengan batas-batas garis
pekerjaan galian.
Batas garis, ketinggian, kemiringan dan dimensi tersebut mungkin dapat berubah selama
pelaksanaan pekerjaan berlangsung sebagaimana ditetapkan dan disetujui oleh Engineer dan
harus ditetapkan di dalam gambar konstruksi. Kontraktor tidak boleh merubah volume dan harga
satuan seperti yang tertera dalam bill of quantity kecuali ditetapkan lain dalam spesifikasinya atau
diarahkan oleh Engineer, dan mendapat persetujuan pemberi kerja.
sehingga galiannya diklasifikasikan sebagai galian batuan lunak / Tanah berbatu untuk
keperluan pengukuran dan pembayaran.
2) Galian Tanah Biasa ( common )
Terdiri dari pekerjaan galian, pemindahan sisa material dan pengangkutan. Menurut
ketentuan dari Engineer tidak diklasifikasikan sebagai batuan keras atau batuan lunak.
Pekerjaan galian dapat dilakukan dengan alat berat biasa tanpa memerlukan peledakan dan
pemboran, rock breaker atau ripper
Galian tanah biasa meliputi penggalian dan pengangkutan tanah lapisan atas (topsoil), tanah
organik, kayu, semak dan lapisan tanah lain yang diklasifikasikan sebagai tanah biasa
dengan persetujuan Engineer. Galian tanah biasa tidak termasuk Pekerjaan clearing,
grubbing, atau stripping.
Untuk keperluan pembayaran, Kontraktor tidak diperkenankan mengajukan biaya tambahan
akibat adanya penambahan peralatan galian yang digunakan. Pengklasifikasian galian
material ditentukan oleh Engineer dengan dihadiri oleh Kontraktor di lokasi pekerjaan.
(a) Umum
Pengetahuan tentang kondisi tanah dan keadaan permukaan lahan yang diperoleh dari
penyelidikan lapangan di gunakan untuk tujuan sebagai berikut:
Variasi struktur geologi dan apakah tanah terdiri dari endapan dangkal
berkohesi atau tidak berkohesi, ataupun endapan padat.
Kedalaman galian
Adanya muka air tanah
Jenis dan luas galian
Tofografi lapangan dan perkiraan keadaan lahan yang ada seperti jalan,
bangunan dan fasilitas pelayanan bawah tanah.
- Tanah Berkohesi
Pada umumnya masalah yang timbul kecil pada penggalian tanah berkohesi
seperti lempung pasiran, lempung lanauan dan lanau lempungan. Masalah
utama adalah stabilitas dalam jangka pendek dan menengah baik dalam hal
penggalian sisi tegak ataupun bidang miring. Penggalian terbuka yang
dilaksanakan dengan alat besar diijinkan untuk tanah yang sangat berohesi atau
batuan lunak dengan kekuatan geser yang cukup, asalkan tidak ada kendala
gerakan tanah yang mungkin terjadi baik di dalam maupun disekeliling tempat
penggalian. Masalah stanilitas sisi tegak yang tidak ditopang atau bidang miring
curam berkaitan dengan banyak faktor yang tidak menentu, salah satunya
adalah periode berapa lama stabilitas permukaannya dapat di jamin. ( lihat SNI..:
Tata Cara Peggalian pada Pekerjaan Tanah )
SPESIFIKASI TEKNIS :
- Tanah Batuan
Tidak boleh diasumsikan bahwa sisi tegak atau hampir tegak dapat di bentuk
dengan aman dalam penggalian batuan karena arah lapisan bidang perlapisan
yang tidak menguntungkan dan sistem kekarnya dapat menyebabkan lepasnya
blok batuan segera setelah terbentuknya permukaan batuan tersingkap. Lapisan
lemah dari perlapisan batuan dalam batuan miring yang relatif mempunyai
kekuatan geser tinggi, pengisian lempung lunak dalam retakan rambut, dan air
tanah bertekanan dalam bidang lepisan geologi juga sangan mempengaruhi
stabilitas permukaan batuan yang tersingkap. (lihat SNI...: Tata Cara
Penggaliaan pada Pekerjaan Tanah)
Lapisan batuan yang miring ke dalam dan ke bawah di dalam permukaan batuan
yang tersingkap tidak selalu stabil, karena kekar-kekar diantara bongkahan
dapat membentuk rekahan permukaan bila kemiringan bidang perlapisan batuan
sangat terjal.
Sebagai air permukaan atau air tanah dangkal karena hujan dan
sekeliling lokasi penggalian yang menggalir ke lokasi.
Karena penggalian melampaui kedalaman muka air tanah pada lokasi.
Bila penggalian di tanah yang relatif kedap air menembus lapisan
permeabel yang mengandung air tanah bertekanan hidro statik atau bila
lapisan semacam ini terdapat di bawah dasar penggalian.
Ketidak sengajaan, misal disebabkan oleh pecahnya saluran air utama.
Drainase lapangan atau paritan yang membawa air bawah permukaan pada
pekerjaan galian harus dicegah dan dialihkan dari tempat galian.Penggalian
dilakukan, dimulai dari titik terendah dan menuju ke hulu untuk membantu
pemeliharaan permukaan kerja yang relatif bebas air.
- Air Tanah
Masuknya air tanah kelubang galian dapat dicegah dengan jalan membuat
dinding pengelak yang dibangun dari turap pancang baja atau dinding beton cor
setempat.
Tanah permeabel dapat diinjeksi dengan semen, bahan kimia atau campuran
lempung agar terbentuk sebuah tirai kedab air disekitar galian(lihat CP 2004).
Jika dinding pengelak turap pancang atau didnding beton mencapai lapisan
kedap air yang relatif tebal, maka air tanah yang ada dilapisan yang menutupi
tanag parmeabel akan terjebak, bocoran air yang lewat celah atau sambungan
dapat di keluarkan dengan metoda pembukaan biasa. Perlu dipertimbangkan
apabila ada endapan air dapa dasar galian yang relatif tipis dan diatasnya
terdapat suatu lapisan permeabel yang mengandung air tanah bertekanan
SPESIFIKASI TEKNIS :
hidrosatik, atau lapisan kedap air yang tebal dan di atasnya mengandung lapisan
permeabel yang tipis danbertekanan hidrolok cukup besar. Dalam Kasus
tersebut, ketidak stabilan dasar galian dapat terjadi karena adanya gaya
hidrastatik bisa dikurangi dengan sumuran penyaring dalam.
Untuk mendapatkan suatu galian stabil yang bebas air pada areal yang
mengandung lapisan relatif kedap air yang cukup dalam yang tidak dapat dicapai
dengan penetrasi turap pancang baja dapat dilakukan dengan cara pemompaan.
Alternatif lain, penggalian terbuka dengan talud miring bisa dilakukan dibawah
muka air tanah dengan menerapkan metoda yang sesuai ntuk menurunkan
muka air tanah (lihat CP 2004)
- Kejadian Banjir
Kejadian banjir dapat terjadi akibat hujan lebat yang lama atau pecahnya saluran
air utama dan sering mengakibatkan kerusakan yang cukup berarti. Sehingga
diperlukan langkah-langkah keselamatan keluar lubang galian (lihat SNI....: Tata
Cara Keselamatan pada Pekerjaan Tanah). Bila penggalian dilakukan di lahan
yang rendah atau terdapat lahan di saluran air sekitar lokasi, maka
penanggulangann yang sesuai harus dilakukan untuk menjaga terhadap resiko
kecelakaan banjir, terutama bila efeknya dapat membahayakan kehidupan dan
harta benda. Selama hujan Lebat hilangnya kestabilan tanah bisa terjadi karena
kenaikan elevasi muka air tanah secara yang mengakibatkan naiknya tekanan
hidrostatik.
Pembayaran akan dilakukan pada kontraktor untuk urugan kembali, penggalian yang lebih dan
atau keruntuhan akibat kondisi geologi yang jelek dari tanah atau batuan yang bukan dikarenakan
dari kecerobohan atau kesalahan yang dilakukan oleh kontraktor dan sesuai dengan ketentuan
dari Engineer.
Pembayaran backfill tersebut akan dibuat dengan harga satuan untuk material backfill yang
digunakan seperti yang ditentukan Engineer yang berdasarkan pada harga satuan dalam bill of
quantity. Bagaimana pula tidak ada pembayaran yang akan dibuat untuk galian tambahan, lain dari
pada yang ditentukan Engineer.
Semua penggalian untuk struktur pondasi atau timbunan harus dikerjakan dalam kondisi kering.
Pada tampilan dalam gambar atau dimana instruksi oleh Engineer, kontraktor harus membangun
drainase permukaan untuk mengalihkan air keluar dari lokasi penggalian terbuka yang dibuat.
Semua pekerjaan akan dianggap telah memperhatikan kontrol terhadap air seperti yang ditetapkan
pada spesifikasi ini dan sudah termasuk didalam harga yang layak pada bill of quantity.
Kontraktor harus mempertimbangkan penanggulangan untuk perlindungan slope pada penggalian
terbuka dari erosi atau keruntuhan selama konstruksi. Biaya pekerjaan harus ditanggung oleh
kontraktor dan harus mempertimbangkan untuk memasukkan dalam item yang relevan untuk
penggalian sesuai bill of quantity.
Dalam semua pekerjaan permanen yang berhubungan dengan penggalian terbuka , kontraktor
agar melaksanakan semua perlindungan slope dengan cara konservasi tanah untuk dapat diterima
oleh enginer. Biaya untuk semua pekerjaan harus sudah termasuk dalam harga satuan untuk
penggalian sesuai bill of quantity, kecuali jika pembuatan proteksi slope khusus ditampilkan dalam
gambar atau keperluan dari persyaratan dan tercantum dalam item tersendiri dalam bill of quantity.
2.4.2 Slope galian Pada Penggalian Terbuka
Kecuali ditampilkan lain dalam gambar, ditentukan dalam persyaratan, atau
instruksi oleh Engineer, slope galian untuk penggalian terbuka harus ditetapkan
dalam tabel berikut. Penambahan lebar berm satu (1.0) meter harus diberikan
pada tinggi interval setiap lima (5.0) meter untuk pembuatan slope pada material
tanah biasa (common soil).
Material Slope (V : H) Uraian
Rock 1 : 0.5 Untuk slope permanen
1 : 0.3 Untuk slope sementara
1 : 0.2 Untuk slope Urugan
Mateial Umum (common)
Residual (grade V, VI) 1 : 1.0 Untuk slope permanen
1 : 0.7 Untuk slope sementara
1 : 0.7 Untuk slope urugan
galian yang sudah selesai dikerjakan. Pengukuran ini akan dicek oleh Engineer dan disetujui
oleh pemberi kerja.
Tidak kurang tujuh (7) hari kerja sebelum permulaan setiap survai pengukuran, kontraktor
agar mengajukan pada Engineer untuk mendapat persetujuan, yang terlihat dalam rencana
layout yang diajukan semua benchmark (BM), referensi batas, potongan melintang sedetail
mungkin dari metode survei yang akan digunakan, dan metode perhitungan volume.
Batas dan titik harus di set-up pada permukaan tanah dan yang berhubungan dengan stasion
survai yang tetap tidak kurang dari 24 jam sebelum semua pekerjaan survai dimulai, dan
harus memberitahukan pada Engineer. Semua batas acuan dan titik acuan harus dipelihara
dengan kondisi yang baik oleh kontraktor sesuai dengan instruksi dari Engineer agar supaya
pengecekan secara independen dapat dilaksanakan oleh Engineer. Dan catatan asli hasil
survey di lapangan agar diserahkan pada Engineer dan dengan semua catatan yang dibuat
dalam survei pengukuran aktual dan perhitungan volumenya.
Pengukuran survey merupakan dasar dari perhitungan volume, untuk menyelesaikan klaim
dan pembayaran yang harus dilakukan oleh Engineer dan pemberi kerja. Kontraktor harus
memberitahu kepada Engineer akan maksudnya untuk mengadakan chek pengukuran dalam
waktu yang cukup untuk dan melakukan pengukuran bersama (joint) yang diadakan tanpa
mengganggu pelaksanaan pekerjaan.
2) Stockpiling dan Pembuangan
Pengukuran tempat penimbunan (stockpiling) untuk material galian yang akan digunakan
dalam pekerjaan (bila diperlukan) dan untuk pembuangan material galian yang tidak dipakai
dalam area pembuangan, akan dihitung dalam volume masing-masing galian setiap material
dalam meter kubik.
Semua pengukuran untuk material yang ditimbun dan material buangan untuk maksud
pengajuan pembayaran agar mendapatkan persetujuan Engineer dan harus dihitung sesuai
dengan perhitungan volume dan metode perhitungan harus dichek bersama-sama kontraktor
dan Engineer.
3) Pekerjaan Pendukung Penggalian
Pekerjaan pendukung penggalian dimana disetujui oleh Engineer akan diperhitungkan untuk
pembayaran sesuai dengan ketentuan yang relevan spesifikasi ini.
2.4.6 Pembayaran Untuk Penggalian Terbuka
1) Penggalian
Pembayaran untuk penggalian terhadap variasi kelas untuk galian terbuka dibuat dalam
harga satuan dalam meter kubik seperti pada penawaran untuk tiap class penggalian dalam
item pekerjaan yang berhubungan dalam daftar kuantitas (bill of quantity).
Setiap harga satuan harus termasuk biaya untuk semua tenaga, peralatan, dan material yang
digunakan untuk penggalian. Material tersebut termasuk penggarukan, pemecahan dan
peledakan yang diperlukan, pemuatan untuk material yang digali dan pengangkutannya
SPESIFIKASI TEKNIS :
dalam jarak sampai dengan satu (1) kilometer sampai ke tempat penempatan akhir. Seperti
halnya semua drainase, kontrol erosi, perlindungan slope, kestabilan dan penahan sementara
pada galian dan semua pekerjaan lainnya yang diperlukan untuk menjamin galian selalu
dalam kondisi yang baik selama konstruksi.
2) Tempat penimbunan dan buangan (disposal area)
Pembayaran untuk stockpile dari material yang digali dari penggalian yang diperlukan untuk
digunakan dalam pekerjaan konstruksi dan pembayaran untuk material galian yang dibuang
dalam tempat pembuangan akan dihitung dalam harga satuan yang mewakili dalam meter
kubik seperti yang ditenderkan dalam bill of quantity.
Semua harga satuan harus termasuk konmpensasi keseluruhan terhadap semua biaya
tenaga, peralatan dan material yang diperlukan untuk meratakan, memadatkan dan
melindungi material dalam stockpile dan biaya yang timbul akibat pemanfaatan areal stockpile
dan spoil bank, serta harus dilengkapi sarana drainase, perlindungan erosi dan pekerjaan
lain yang diperlukan seperti yang ditunjukkan dalam gambar dan keperluan yang lain yang
dipersyaratkan atau yang diarahkan Engineer.
3) Pekerjaan Pendukung Galian
Pembayaran untuk pekerjaan pendukung galian dimana yang disetujui oleh Engineer akan
dibuat (dihitung) sesuai dengan ketentuan yang relevant spesifikasi teknik ini.
Penggalian parit terbuka harus baik dengan menggunakan peralatan tangan atau peralatan
mekanis yang disetujui dalam setiap cara pencegahan yang mengganggu atau pemecahan
material dalam penggalian pada tepi dan bawah. Pilihan dan resiko kontraktor dan dengan
persetujuan enginer perkuatan lubang pengeboran dan peledakan kecil mungkin dikerjakan dalam
lokasi yang disetujui, mengacu pada ketentuan spesifikasi umum dan spesifikasi ini.
Kontraktor harus bertanggung jawab secara penuh untuk kestabilan dan keamanan semua
penggalian parit terbuka setiap saat, dan agar menyediakan, memasang, dan semua material kayu
menopang sesuai kepentingan untuk menahan sisi penggalian parit terbuka dalam kondisi aman
dan stabil.
Kontraktor harus bertanggung jawab penuh untuk pemeliharaan semua penggalian parit terbuka
bebas dari air setiap saat sesuai dengan keperluan spesifikasi umum dan sub spesifikasi ini.
2.5.2 Pengukuran dan Pembayaran
Pengukuran dan pembayaran penggalian parit terbuka dalam setiap kelas material akan dibuat
sesuai volume galian pada dimensi, garis, level, atau kedalaman galian, seperti diperlihatkan
dalam gambar atau sesuai instuksi enginer, sesuai dengan ketentuan penentuan kelas material
galian akan ditentukan berdasar pada analisa dan pertimbangan Engineer.
Pembayaran untuk variasi kelas penggalian parit terbuka akan dibuat harga satuan per meter
kubik sesuai dengan item yang relefan dalam bill of quantity sesuai dengan ketentuan. Setiap
harga harus mempertimbangkan untuk memasukkan semua biaya yang terkait dengan keperluan
material pendukung yang diperlukan untuk menjaga keamanan dan kestabilan setiap penggalian
sebaiknya semua biaya sudah terkait dengan menjaga setiap galian setiap saat.
Kelebihan penggalian yang dibuat oleh kontraktor untuk semua kegunaan atau sebab tanpa
permintaan tertulis dari Engineer harus diisi ulang dengan beton class “F”, biaya perlengkapan dan
penempatan, sepenuhnya ditanggung oleh kontraktor, kecuali untuk cement yang digunakan pada
beton yang akan digunakan untuk pengisian semua kelebihan penggalian atau patahan yang
berlebihan akibat kondisi geologi yang jelek dari tanah atau batuan.
2.6.3 Pengukuran dan Pembayaran
Pengukuran dan pembayaran untuk pembersihan, penebangan, dan pengupasan untuk galian
pada struktur akan dibuat sesuai dengan terpisah dari pengukuran dan pembayaran untuk
penggalian.
Pengukuran dan pembayaran untuk penggalian struktur akan dibuat sesuai dengan ketentuan
yang relevant untuk pengukuran dan pembayaran untuk penggalian terbuka pada galian parit
seperti ketentuan dalam bab 2.4 dan 2.5 bab ini pada kisaran satuan penawaran dalam daftar
kuantitas untuk pekerjaan item yang bervariasi.
BAB III
PEKERJAAN TIMBUNAN
Kecuali bila ditunjukan dalam gambar atau kebutuhan spesifikasi atau atas pengarahan Engineer
maka timbunan harus dilaksanakan secara seragam dan berakhir sesuai dengan panjang dan
lebar timbunannya. Dan tidak ada bagian dari timbunan yang akan lebih tinggi antara satu dengan
lainnya.
3.1.5 Penempatan dan Pemadatan Material Timbunan
Semua bahan timbunan dan sumber pengambilan material yang digunakan untuk konstruksi
timbunan harus mendapat persetujuan dari Engineer.
Material timbunan harus bebas dari material organik, top soil, tanaman yang mudah busuk atau
material yang tidak berguna.
Stabilitas pondasi untuk penempatan material timbunan harus disetujui oleh Engineer. Tidak ada
material timbunan yang akan ditempatkan pada permukaan pondasi tanpa persetujuan Engineer.
Bahan untuk timbunan harus dihamparkan dan dipadatkan dengan mengikuti spesifikasi yang
telah ditentukan kecuali Engineer menginstruksikan untuk melakukan variasi gradasi, moisture
content, density, penempatan dan pemadatan tertentu untuk bermacam-macam tipe material
timbunan dengan mempertimbangkan dengan kondisi aktual pelaksanaan pekerjaan. Dan
Kontraktor tidak diperbolehkan menambah biaya tambahan pada Harga Satuan yang tertera dalam
bill of quantities sehubungan dengan pekerjaan variasi tersebut.
Tes urugan (test fill) dan Tes pemadatan untuk material yang akan digunakan harus disesuaikan
dengan ketentuan untuk mendapatkan hasil penempatan dan teknik pemadatan yang memuaskan.
Secara rutin tes kontrol konstruksi pada material timbunan harus dikerjakan sesuai dengan
kebutuhan.
Metode pemadatan material timbunan dan peralatan pemadatan yang digunakan Kontraktor harus
disetujui oleh Engineer. Tipe peralatan pemadatan harus sesuai dengan ketentuan. Kontraktor
dapat mengusulkan alternatif peralatan pemadatan dan metode pemadatannya, namun
pelaksanannya harus disetujui Engineer.
Dalam pengajuan usulan pelaksanaan Kontraktor harus menyertakan secara detail jenis dan tipe
peralatan pemadatan yang diusulkan termasuk jenis dan tipe peralatan pemadatan yang
digunakan pada pekerjaan yang sejenis sebelumnya, termasuk tingkat efisiensi waktu yang
diajukan kepada Engineer sebagai pertimbangan untuk menyetujui usulan Kontraktor.
Peralatan pemadatan dan metode pemadatan yang akan digunakan Kontraktor baik yang sesuai
dengan spesifikasi atau yang ditentukan Engineer. Tes tersebut untuk menunjukkan kesesuaian
peralatan pemadatan dan metode pemadatan yang diusulkan oleh Kontraktor terhadap spesifikasi
tingkat keseragaman pemadatan material.
Kecuali ditentukan lain oleh Engineer, semua pemilihan, pemrosesan, pengkondisian material yang
meliputi pengayakan, pencampuran, kondisi kebasahannya dan pemindahan material yang tidak
sesuai harus dilaksanakan pada sumber materialnya seperti pada tempat penggalian material,
borrow pit, quarry atau pada stockpile.
SPESIFIKASI TEKNIS :
Semua material timbunan yang telah disetujui untuk konstruksi timbunan tetapi sumber bahan
materialnya tidak jelas akan ditempatkan pada lokasi sementara yang ditetapkan oleh Engineer
dan Kontraktor tidak boleh menambah biaya pada Harga Satuan dari bill of quantities atas kondisi
tersebut.
Penempatan dan perataan material timbunan untuk pemadatan harus dilaksanakan dengan cara
sedemikian rupa sehingga memperkecil segregasi untuk mendapatkan ketebalan yang seragam
dan konsisten. Partikel-partikel material yang lebih besar harus disebarkan merata ke dalam
lapisannya.
Bilamana timbunan dikerjakan tidak sejajar melawan atau disekitar konstruksi beton penempatan
dan pemadatan material timbunan harus ditunda sampai konstruksi beton telah mencapai umur
paling tidak 7 hari s/d 28 hari sebagaimana diarahkan Engineer. Dan bila diperkirakan jadwal
pembetonannya masih jauh sedapat mungkin material urugan harus ditempatkan secara rata
dengan tahap pengecorannya agar memperoleh ketinggian yang sama pada kedua sisi konstruksi
tersebut, dengan demikian dapat memperkecil ketidak seimbangan pembebanan pada
konstruksinya. Kecuali bila ditunjukkan pada gambar, diperlukan spesifikasi khusus atau diarahkan
Engineer bahwa pelaksanaan konstruksi berat dan peralatan pemadatan tidak diijinkan melewati
konstruksi beton dengan ketebalan kurang dari 1.5 m atau sebaliknya.
Bila sesudah penempatan atau pemadatan, material telah bercampur dengan material dari yang
lain atau dengan tanah atau keberadaan material lain yang tak dikehendaki misalnya material
terbawa akibat lintasan mesin konstruksi atau akibat yang lain, material tersebut harus dibuang
dan diganti dengan material baru yang sesuai dengan materialnya dan seterusnya dipadatkan lagi.
Kontraktor tidak dibenarkan menambahkan beaya (kompensasi) akibat penyediaan material,
penempatan atau pemadatannya akibat penggantian material timbunan tersebut diatas.
3.1.6 Pengukuran dan Pembayaran
Semua timbunan apakah dibangun dari material yang didapatkan dari galian yang diperlukan untuk
bagian lain dari pekerjaan atau dari borrow pit atau dari quarry akan dihitung dan dibayar
berdasarkan volume timbunan sesudah penempatan, pemadatan dan pengetesan dilaksanakan
sesuai dengan spesifikasinya.
Perhitungan dan pembayaran untuk material timbunan akan dibuat dalam besaran volume material
dalam meter kubik timbunan yang telah selesai sesuai dengan gambar rencana atau sesuai
dengan pengarahan dari Engineer tanpa toleransi sesuai konstruksi yang ada. Pembayaran
material timbunan akan dibuat harga satuan per meter kubik seperti yang tertera didalam tender
penawaran dalam Bill of Quantities.
Dimana material timbunan disupply dari stockpile maka harga satuan dianggap termasuk semua
pekerja, material dan peralatan yang diperlukan untuk membentuk pekerjaan termasuk galian (tak
termasuk stripping), pemilihan, prosesnya dan kondisi material pada sumber pengambilan,
pengambilan dan pengangkutannya ke lokasi konstruksi timbunan atau ke tempat trial timbunan,
penempatan dan pemadatan, pelaksanaan testing dari trial timbunan, penempatan dan pemadatan
SPESIFIKASI TEKNIS :
material di timbunan, tambahan kondisi material temasuk pembasahan atau pengeringan dan
keperluan lain yang diperlukan timbunan dan semua test kontrol konstruksinya.
Apabila material timbunan disupply langsung dari tempat galian dari bagian pekerjaan yang lain
maka harga satuan harus dianggap termasuk pekerjaan yang sebelumnya dengan perkecualian
bahwa untuk galian, loading, pengangkutan dan menggunakan stockpile sementara, pembayaran
layaknya dibuat sebagai item pekerjaan galian seperti yang ditetapkan pada Bab 2 pada
spesifikasi teknik ini.
Engineer. Bila dipergunakan lebih dari satu alat untuk pemadatannya maka tipe dan spesifikasinya
harus sama khususnya sama dalam beratnya, dimensi dan sifat operasinya.
Bila pekerjaan berhenti pada suatu bagian konstruksi dari material kedap air dan menurut
perkiraan akan hujan maka sebagian permukaanya harus diselesaikan dengan membuat
kemiringan yang relatif licin untuk fasilitas pengeringan untuk air hujan. Sebelum penempatan dan
pemadatan hamparan dimulai permukaan harus dikasarkan lagi dan kondisi kadar airnya harus
disesuaikan seperti yang diterangkan pada Pasal sebelumnya.
3.2.6 Pengukuran dan Pembayaran
Pengukuran dan pembayaran untuk material random dalam timbunan akan dibuat berdasarkan
berbagai syarat, pengarahan dan petunjuk dari Engineer. Dan pembayaran dihitung berdasarkan
volume dalam m3 material yang dipadatkan dengan batasan garis, kemiringan dan elevasinya
seperti pada gambar.
memenuhi betul dengan persyaratan kebutuhan yang dimaksud. Engineer akan mengambil alih
tanggung jawab terhadap pengawasan dan semua wewenang yang dijalankan dalam
melaksanakan semua kewajiban yang ditugaskan kepada Kontraktor untuk maksud pengawasan
konstruksi timbunan dan pengawasan material isian untuk beberapa waktu sejauh mana dia
menganggap perlu atau sampai penyelesaian pekerjaan, semua atas beaya dan tanggung jawab
Kontraktor.
SPESIFIKASI TEKNIS :
BAB IV
PEKERJAAN BETON
Mutu sedang 20 - < 35 K250 - <K400 Umumnya digunakan untuk beton bertulang
seperti pelat lantai jembatan, gelagar beton
bertulang, diafragma, kerb beton pracetak,
gorong-gorong beton
SPESIFIKASI TEKNIS :
a) Kuat tekan beton karakteristik (fc’) lebih besar dari 65 MPa digunakan spesifikasi khusus.
b) Kontraktor wajib menyampaikan metode pembuatan beton precast (metode produksi dan control
kualitas masing-masing proses produksi), lengkap data dan foto alat produksi dan alat control
proses produksi.
c) Faktor kunjungan lapangan akan diperlukan menentukan kesesuaian metode produksi dan
kontrol quality proses produksi yang disampaikan.
d) Proses penyediaan beton precast yang disampaikan dalam usulan teknis metode pelaksanaan
akan mengikat penawaran dan pelaksanaan di lapangan apabila telah ditetapkan sebagai
pemenang.
4.1.2. Persyaratan
1. Standar Rujukan
Standar Nasional Indonesia (SNI):
SNI 03-2460-199 1 : Spesifikasi Abu Terbang sebagai Bahan Tambahan untuk
Campuran Beton
SNI 03-2495-1991 : Spesifikasi BahanTambahan untuk Beton
SNI 03-4433-1997 : Spesifikasi Beton Siap Pakai
SNI 03-3976-1995 : Tata Cara Pengadukan dan Pengecoran Beton
SNI 03-2834-2000 : Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal
SNI 03-1968-1990 : Metode Pengujian tentang Analisis Saringan Agregat Halus dan
Kasar.
SNI 03-1972-1990 : Metode Pengujian Slump Beton
SNI 03-1973-1990 : Metoda Pengujian Berat Isi Beton
SPESIFIKASI TEKNIS :
3. Persyaratan Bahan
a. Semen
- Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus jenis persyaratan. Apabila
menggunakan bahan tambahan yang dapat menghasilkan gelembung udara, maka
gelembung udara yang dihasilkan tidak boleh lebih dari 5%, dan harus mendapatkan
persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
- Dalam satu campuran, hanya digunakan satu merk, kecuali disetujui oleh Direksi
Pekerjaan. Bilamana di dalam satu proyek digunakan lebih dari satu merk semen, maka
Kontraktor harus mengajukan kembali rancangan campuran beton sesuai dengan merk
semen yang digunakan.
- Sertifikat pengujian, setiap pengiriman semen harus disertai pengiriman sertifikat dari
pabrik yang menunjukkan bahwa semen tersebut telah diuji dan telah dianalisis komposisi
kimianya dan bahwa pengujian dan analisis tersebut sesuai dengan persyaratan yang
relevan dengan SNI atau standar lain yang diakui di Indonesia. Setiap
pengiriman semen ke lokasi pekerjaan harus diuji dan dianalisis menurut persyaratan
yang relevan dengan SNI atau standar lain yang diakui di Indonesia. Contoh
akan dikumpulkan sebagaimana ditentukan oleh Direksi pekerjaan dan pengujian harus
dilakukan di laboratorium yang telah disetujui oleh Direksi. Semen yang telah dipakai untuk
contoh-contoh tidak boleh dipakai dalam pekerjaan apapun sebelum proses pengujian dan
analisisnya selesai dan hasilnya telah diterima dengan baik oleh direksi.
b. A i r
Air yang digunakan untuk campuran, perawatan, atau pemakaian lainnya harus bersih, dan
bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam, asam, basa, gula atau organik.
Air harus diuji sesuai dengan; dan harus memenuhi ketentuan dalam SNI 03-6817-2002
tentang Metode Pengujian Mutu Air Untuk digunakan dalam Beton. Air yang diketahui
dapat diminum dapat digunakan. Bilamana timbul keragu-raguan atas mutu air yang
diusulkan dan pengujian air seperti di atas tidak dapat dilakukan, maka harus diadakan
perbandingan pengujian kuat tekan mortar semen dan pasir dengan memakai air
yang diusulkan dan dengan memakai air murni hasil sulingan. Air yang diusulkan dapat
digunakan bilamana kuat tekan mortar dengan air tersebut pada umur 7 hari dan 28 hari
mempunyai kuat tekan minimum 90% dari kuat tekan mortar dengan air suling untuk
periode umur yang sama.
c. Agregat
(1) Ketentuan Gradasi Agregat
- Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi ketentuan yang diberikan
dalam Tabel 1.2, tetapi bahan yang tidak memenuhi ketentuan gradasi tersebut
SPESIFIKASI TEKNIS :
harus diuji dan harus memenuhi sifat-sifat campuran yang disyaratkan sesuai
dengan SNI 03-1968-1990 Metode Pengujian tentang Analisis Saringan Agregat
Halus dan Kasar, atau ASTM C 33-93 Standard Spesification for Cocrete Agregates.
Catatan: Bilamana disetujui oleh Direksi Pekerjaan, melalui campuran percobaan, gradasi agregat kasar
SPESIFIKASI TEKNIS :
- Agregat kasar harus dipilih sedemikian rupa sehingga ukuran agregat terbesar tidak
lebih dari jarak bersih minimum antara baja tulangan atau antara baja tulangan
dengan acuan, atau celah-celah lainnya di mana beton harus dicor
(2) Sifat-sifat Agregat
- Agregat yang digunakan harus bersih, keras, kuat yang diperoleh dari pemecahan
batu atau koral, atau dari penyaringan dan pencucian (jika perlu) kerikil dan pasir
sungai
- Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang ditunjukkan oleh
pengujian SNI 03- 2816-1992 tentang Metode Pengujian Kotoran Organik Dalam
Pasir untuk Campuran Mortar dan Beton, dan harus memenuhi sifat-sifat
lainnya yang diberikan dalam Tabel 1.3 bila contoh-contoh diambil dan diuji sesuai
dengan prosedur yang berhubungan.
Halus Kasar
- Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang ditunjukkan oleh pengujian
SNI 03-2816-1992 tentang Metode Pengujian Kotoran Organik Dalam Pasir untuk
Campuran;
d. Bahan Tambah
Bahan tambah yang digunakan sebagai bahan untuk meningkatkan kinerja beton dapat
berupa bahan kimia, bahan mineral atau hasil limbah yang berupa serbuk pozzolanik
sebagai bahan pengisi pori dalam campuran beton.
4. Persyaratan Kerja
a. Cara pengambilan contoh bahan
Cara pengambilan contoh bahan sesuai dengan SNI 03-2458-1991 tentang Metode
Pengambilan Contoh Untuk Campuran Beton Segar.
b. Pengajuan Kesiapan Kerja
- Kontraktor harus mengirimkan contoh dari semua bahan yang akan digunakan dan dilengkapi
dengan data pengujian yang memenuhi seluruh sifat bahan sesuai dengan SNI 03-2493-1991
Metode pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium.
- Kontraktor harus mengirimkan rancangan campuran untuk masing- masing mutu beton yang
akan digunakan minimal 30 hari sebelum pekerjaan pengecoran beton dimulai.
- Kontraktor harus menyerahkan secara tertulis seluruh hasil pengujian pengendalian
mutu sesuai dengan ketentuan kepada Direksi Pekerjaan sehingga data tersebut selalu
tersedia apabila diperlukan.
- Kontraktor harus menyerahkan hasil pengujian percobaan campuran beton (trial mix)
berdasarkan kuat tekan beton yang harus dilaksanakan untuk umur 3 hari, 7 hari, 14 hari,
dan 28hari setelah tanggal pencampuran sesuai dengan SNI 03-1974-1990 tentang Metode
PengujianKuat Tekan Beton.
- Kontraktor harus mengirimkan gambar kerja detail dan perhitungan terinci untuk seluruh
perancah yang akan digunakan, dan harus memperoleh persetujuan dari Direksi Pekerjaan
sebelum setiap pekerjaan perancah dimulai.
- Kontraktor harus memberitahu Direksi Pekerjaan secara tertulis mengenai rencana
pelaksanaan pencampuran atau pengecoran setiap jenis beton untuk mendapatkan
persetujuannya paling sedikit 24 jam sebelum pelaksanaan, seperti yang disyaratkan disertai
dengan metode pengecoran, kapasitas peralatan yang digunakan, tanggung jawab personil
dan jadwal pelaksanaannya.
SPESIFIKASI TEKNIS :
- Campuran Percobaan
Kontraktor harus membuat dan menguji campuran percobaan dengan rancangan campuran
serta bahan yang diusulkan sesuai dengan SNI 03-2834-2000, dengan disaksikan oleh Direksi
Pekerjaan, yang menggunakan jenis instalasi dan peralatan sebagaimana yang akan
digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan.
37 0,40 395
19 0,40 455
Mutu Tinggi
37 0,425 370
19 0,425 430
37 0,45 350
19 0,45 405
37 0,475 335
Mutu
30 K350 25 0,475 365
Sedang
19 0,475 385
37 0,50 315
19 0,50 365
Rendah
25 0.55 315
19 0.55 335
37 0,60 265
19 0,60 305
37 0,65 225
19 0,65 260
4.1.3. Pelaksanaan
1. Penyiapan Tempat Kerja
- Kontraktor harus membongkar struktur lama yang akan diganti dengan beton yang baru
atau yang harus dibongkar untuk dapat memungkinkan pelaksanaan pekerjaan beton yang
baru. Pembongkaran tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan persyaratan dari Spesifikasi
ini.
- Kontraktor harus menggali atau menimbun kembali pondasi atau formasi untuk pekerjaan
beton sesuai dengan garis yang ditunjukkan dalam gambar kerja Kerja atau sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan dan harus membersihkan di sekeliling pekerjaan beton
yang cukup luas sehingga dapat menjamin dicapainya seluruh sudut pekerjaan. Jika
diperlukan harus disediakan jalan kerja yang stabil untuk menjamin dapat diperiksanya seluruh
sudut pekerjaan dengan mudah dan aman.
- Seluruh dasar pondasi, pondasi dan galian untuk pekerjaan beton harus dijaga agar senantiasa
kering. Beton tidak boleh dicor di atas tanah yang berlumpur, bersampah atau di dalam air.
- Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan benda lain yang harus
berada di dalam beton (seperti pipa atau selongsong) harus sudah dipasang dan diikat kuat
sehingga tidak bergeser pada saat pengecoran.
- Bila disyaratkan atau diperlukan oleh Direksi Pekerjaan, maka bahan lantai kerja untuk
pekerjaan beton harus dihampar segera sebelum penghamparan bahan lain di atasnya.
- Direksi Pekerjaan akan memeriksa seluruh galian yang disiapkan untuk pondasi sebelum
menyetujui pemasangan acuan, baja tulangan atau pengecoran beton. Kontraktor dapat
diminta untuk melaksanakan pengujian penetrasi kedalaman tanah keras, pengujian kepadatan
atau penyelidikan lainnya untuk memastikan cukup tidaknya daya dukung tanah di bawah
pondasi;
- Bilamana dijumpai kondisi tanah dasar pondasi yang tidak memenuhi ketentuan, maka
Kontraktor dapat diperintahkan untuk mengubah dimensi atau kedalaman pondasi dan/atau
menggali dan mengganti bahan di tempat yang lunak, memadatkan tanah pondasi atau
melakukan tindakan stabilisasi lainnya sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan;
- Kontraktor harus memastikan lokasi pengecoran bebas dari resiko terkena air hujan dengan
memasang tenda seperlunya. Direksi Pekerjaan berhak menunda pengecoran sebelum tenda
terpasang dengan benar. Kontraktor juga harus memastikan lokasi pengecoran bebas dari
resiko terkena air pasang atau muka air tanah dengan penanganan seperlunya.
2. Acuan
SPESIFIKASI TEKNIS :
- Bilamana disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka acuan dari tanah harus dibentuk dari galian,
dan sisi-sisi samping serta dasarnya harus dipangkas secara manual sesuai dimensi yang
diperlukan. Seluruh kotoran tanah yang lepas harus dibuang sebelum pengecoran
beton;
- Acuan dibuat dari kayu atau baja dengan sambungan yang kedap dan kaku untuk
mempertahankan posisi yang diperlukan selama pengecoran, pemadatan dan perawatan;
- Untuk permukaan akhir struktur yang tidak terekspos dapat digunakan kayu yang tidak
diserut permukaannya. Sedangkan untuk permukaan akhir yang terekspos harus digunakan
kayu yang mempunyai permukaan yang rata. Seluruh sudut-sudut tajam acuan harus
ditumpulkan;
- Acuan harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dibongkar tanpa merusak permukaan
beton dengan memberikan pelumas (oil form).
3. Pengecoran
a. Pelaksanaan Pengecoran
a. Kontraktor harus memberitahukan Direksi Pekerjaan secara tertulis paling sedikit
24 jam sebelum memulai pengecoran beton, atau meneruskan pengecoran beton
bilamana pengecoran beton telah ditunda lebih dari 6 jam (final setting). Pemberitahuan
harus meliputi lokasi, kondisi pekerjaan, mutu beton dan tanggal serta waktu
pencampuran beton. Direksi Pekerjaan akan memberi tanda terima atas pemberitahuan
tersebut dan akan memeriksa perancah, acuan, tulangan dan mengeluarkan persetujuan
tertulis untuk memulai pelaksanaan pekerjaan seperti yang direncanakan. Kontraktor
tidak boleh melaksanakan pengecoran beton tanpa persetujuan tertulis dari Direksi
Pekerjaan;
b. Walaupun persetujuan untuk memulai pengecoran sudah diterbitkan, pengecoran beton
tidak boleh dilaksanakan bilamana Direksi Pekerjaan atau wakilnya tidak hadir untuk
menyaksikan operasi pencampuran dan pengecoran secara keseluruhan;
c. Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus dibasahi dengan air atau
diolesi pelumas di sisi dalamnya agar didapat kemudahan pembukaan acuan tanpa
menimbulkan kerusakan pada permukaan beton.
d. Pengecoran beton ke dalam acuan harus selesai sebelum terjadinya pengikatan awal
beton seperti ditunjukkan dalam hasil pengujian beton dari laboratorium, atau dalam waktu
yang lebih pendek sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan berdasarkan
pengamatan karakteristik waktu pengerasan (setting time) semen yang digunakan,
kecuali digunakan bahan tambahan untuk memperlambat proses pengerasan (retarder)
yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan;
e. Pengecoran beton harus berkesinambungan tanpa berhenti sampai dengan lokasi
sambungan pelaksanaan (construction joint) yang telah disetujui sebelumnya atau sampai
SPESIFIKASI TEKNIS :
pekerjaan selesai;
f. Pengecoran beton harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi
segregasi antara agregat kasar dan agregat halus dari campuran. Beton harus dicor
dalam cetakan sedekat mungkin dengan yang dapat dicapai pada posisi akhir beton.
Pengaliran beton tidak boleh melampaui satu meter dari tempat awal pengecoran;
g. Pengecoran beton ke dalam acuan struktur yang berbentuk rumit dan penulangan yang
rapat harus dilaksanakan secara lapis demi lapis dengan tebal yang tidak melampaui
150 mm. Untuk dinding beton, tebal lapis pengecoran dapat sampai 300 mm menerus
sepanjang seluruh keliling struktur;
h. Tinggi jatuh bebas beton ke dalam cetakan tidak boleh lebih dari 1,5 m.
Beton tidak boleh dicor langsung ke dalam air. Bilamana beton dicor di dalam air dan
tidak dapat dilakukan pemompaan dalam waktu 48 jam setelah pengecoran, maka beton
harus dicor dengan metode tremi atau metode Drop-Bottom-Bucket, dimana
pengggunaan bentuk dan jenis yang khusus untuk tujuan ini harus disetujui terlebih
dahulu oleh Direksi Pekerjaan. Dalam hal pengecoran dibawah air dengan menggunakan
beton tremi maka tersebut mempunyai slump tertentu, kelecakan yang baik dan
pengecoran secara keseluruhan dari bagian dasar sampai atas tiang pancang selesai
dalam masa setting time beton. Untuk itu harus dilakukan campuran percobaan dengan
menggunakan bahan tambahan (retarder) untuk memperlambat pengikatan awal beton,
yang lamanya tergantung dari lokasi pengecoran beton, pemasangan dan penghentian
pipa tremi serta volume beton yang dicor. Pipa tremi dan sambungannya harus kedap
air dan mempunyai ukuran yang cukup sehingga memungkinkan beton mengalir dengan
baik.Tremi harus selalu terisi penuh selama pengecoran. Bilamana aliran beton terhambat
maka tremi harus ditarik sedikit ke atas dan diisi penuh terlebih dahulu sebelum
pengecoran dilanjutkan.Baik tremi atau Drop-Bottom-Bucket harus mengalirkan campuran
beton di bawah permukaan beton yang telah dicor sebelumnya;
i. Pengecoran harus dilakukan pada kecepatan sedemikian rupa hingga campuran beton
yang telah dicor masih plastis sehingga dapat menyatu dengan campuran beton yang
baru;
j. Bidang-bidang beton lama yang akan disambung dengan beton baru yang akan dicor,
harus terlebih dahulu dikasarkan, dibersihkan dari bahan-bahan yang lepas dan rapuh
dan dilapisi dengan bonding agent yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
k. Dalam waktu 24 jam setelah pengecoran permukaan pekerjaan beton, tidak boleh ada air
yang mengalir di atasnya. Untuk perawatan dengan pemberian air di atas permukaan,
dapat dilakukan sebelum 24 jam setelah pengecoran dengan persetujuan Direksi
Pekerjaan;
l. Apabila dilakukan pengecoran beton yang menggunakan pompa beton dari alat Ready
SPESIFIKASI TEKNIS :
Mix, maka perlu diperhatikan kapasitas, daya pemompaan, kelecakan beton untuk
mendapatkan hasilpengecoran yang sesuai dengan ketentuan.
b. Pemadatan
a. Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis dari dalam atau dari luar acuan yang
telah disetujui. Bilamana diperlukan dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan, penggetaran
harus disertai penusukan secara manual dengan alat yang cocok untuk menjamin
kepadatan yang tepat dan memadai. Alat penggetar tidak boleh digunakan untuk
memindahkan campuran beton dari satu titik ke titik lain di dalam acuan;
b. Pemadatan harus dilakukan secara hati-hati untuk memastikan semua sudut, di antara
dan sekitar besi tulangan benar-benar terisi tanpa menggeser tulangan sehingga setiap
rongga dan gelembung udara terisi;
c. Lama penggetaran harus dibatasi, agar tidak terjadi segregasi pada hasil pemadatan yang
diperlukan.
d. Alat penggetar mekanis dari luar harus mampu menghasilkan sekurang-kurangnya 5000
putaran per menit dengan berat efektif 0,25 kg, dan boleh diletakkan di atas acuan
supaya dapat menghasilkan getaran yang merata;
e. Posisi alat penggetar mekanis yang digunakan untuk memadatkan beton di dalam
acuan harus vertikal sedemikian hingga dapat melakukan penetrasi sampai kedalaman
100 mm dari dasar beton yang baru dicor sehingga menghasilkan kepadatan yang
menyeluruh pada bagian tersebut. Apabila alat penggetar tersebut akan digunakan pada
posisi yang lain maka, alat tersebut harus ditarik secara perlahan dan dimasukkan
kembali pada posisi lain dengan jarak tidak lebih dari 450 mm. Alat penggetar tidak boleh
berada pada suatu titik lebih dari 15 detik atau permukaan beton sudah mengkilap;
f. Jumlah minimum alat penggetar mekanis dari dalam diberikan dalam Tabel 1.5.
8 3
12 4
16 5
20 6
> 20 >6
SPESIFIKASI TEKNIS :
Apabila kecepatan pengecoran lebih besar atau sama dengan 20 m3/jam,maka harus
digunakan alat penggetar yang mempunyai dimensi lebih besar dari 75 mm.
c. g. Dalam segala hal, pemadatan beton harus sudah selesai sebelum terjadi waktu ikat
awal (initial setting)
4. Sambungan Pelaksanaan (Construction Joint)
a. Jadwal pengecoran beton yang berkaitan harus disiapkan untuk setiap jenis struktur
yang diusulkan beserta lokasi sambungan pelaksanaan seperti yang ditunjukkan pada
Gambar kerja Rencana untuk disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Sambungan pelaksanaan
tidak boleh ditempatkan pada pertemuan elemen-elemen struktur kecuali ditentukan
demikian;
b. Sambungan pelaksanaan pada tembok sayap tidak diijinkan. Semua sambungan konstruksi
harus tegak lurus terhadap sumbu memanjang dan pada umumnya harus diletakkan pada
titik dengan gaya geser minimum;
c. Bilamana sambungan vertikal diperlukan, baja tulangan harus menerus melewati
sambungan sedemikian rupa sehingga membuat struktur tetap monolit;
d. Pada sambungan pelaksanaan harus disediakan lidah alur dengan kedalaman paling sedikit
40 mm untuk dinding, pelat serta antara dasar pondasi dan dinding. Untuk pelaksanaan
pengecoran pelat yang terletak di atas permukaan dengan cara manual, sambungan
konstruksi harus diletakkan sedemikian rupa sehingga pelat-pelat mempunyai luas maksimum
40 m2;
e. Kontraktor harus menyediakan pekerja dan bahan-bahan yang diperlukan untuk kemungkinan
adanya sambungan pelaksanaan tambahan bilamana pekerjaan terpaksa mendadak harus
dihentikan akibat hujan atau terhentinya pemasokan beton atau penghentian pekerjaan oleh
Direksi Pekerjaan;
f. Atas persetujuan Direksi Pekerjaan, bonding agent yang dapat digunakan untuk pelekatan
pada sambungan pelaksanaan dan cara pelaksanaannya harus sesuai dengan petunjuk pabrik
pembuatnya;
g. Pada lingkungan air asin atau korosif, sambungan pelaksanaan tidak diperkenankan berada
pada 750 mm di bawah muka air terendah atau 750 mm di atas muka air tertinggi kecuali
ditentukan lain dalam Gambar kerja Kerja.
5. Permukaan (Pekerjaan Akhir Khusus)
Permukaan yang terekspos harus diselesaikan dengan pekerjaan akhir berikut ini, atau seperti
yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan :
a. Bagian atas pelat, kerb, permukaan trotoar, dan permukaan horisontal lainnya
sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, harus digaru dengan mistar bersudut
untuk memberikan bentuk serta ketinggian yang diperlukan segera setelah pengecoran beton
dan harus diselesaikan secara manual sampai rata dengan menggerakkan perata kayu secara
SPESIFIKASI TEKNIS :
memanjang dan melintang, atau dengan cara lain yang sesuai sebelum beton mulai
mengeras;
b. Perataan permukaan horisontal tidak boleh menjadi licin, seperti untuk trotoar, harus
sedikit kasar tetapi merata dengan penyapuan, atau cara lain sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, sebelum beton mulai mengeras;
c. Permukaan yang tidak horisontal yang telah ditambal atau yang masih belum rata harus
digosok dengan batu gurinda yang agak kasar (medium), dengan menempatkan sedikit
adukan semen pada permukaannya.
d. Adukan harus terdiri dari semen dan pasir halus yang dicampur sesuai dengan proporsi
yang digunakan untuk pengerjaan akhir beton. Penggosokan harus dilaksanakan sampai
seluruh tanda bekas acuan, ketidakrataan, tonjolan hilang, dan seluruh rongga terisi, serta
diperoleh permukaan yang rata. Pasta yang dihasilkan dari penggosokan ini harus dibiarkan
tertinggal di tempat.
6. Perawatan Beton
a. Perawatan Dengan Pembasahan
- Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari pengeringan dini,
temperatur yang terlalu panas, dan gangguan mekanis. Beton harus dijaga agar
kehilangan kadar air yang terjadi seminimal mungkin dan diperoleh temperatur yang relatif
tetap dalam waktu yang ditentukan untuk menjamin hidrasi yang sebagaimana mestinya
pada semen dan pengerasan beton;
- Pekerjaan perawatan harus segera dimulai setelah beton mulai mengeras (sebelum
terjadi retak susut basah) dengan menyelimutinya dengan bahan yang dapat menyerap
air. Lembaran bahan penyerap air ini yang harus dibuat jenuh dalam waktu paling sedikit 7
hari. Untuk beton yang menggunakan fly Ash perawatan minimal 10 hari. Semua bahan
perawatan atau lembaran bahan penyerap air harus menempel pada permukaan yang
dirawat;
- Bilamana acuan kayu tidak dibongkar, maka acuan tersebut harus dipertahankan
dalam kondisi basah sampai acuan dibongkar, untuk mencegah terbukanya sambungan-
sambungan dan pengeringan beton;
- Permukaan beton yang digunakan langsung sebagai lapis aus harus dirawat setelah
permukaannya mulai mengeras (sebelum terjadi retak susut basah) dengan ditutupi oleh
lapisan pasir lembab setebal 50 mm paling sedikit selama 21 hari;
- Beton semen yang mempunyai sifat kekuatan awal yang tinggi, harus dibasahi sampai
kuat tekannya mencapai 70% dari kekuatan rancangan beton berumur 28 hari.
b. Perawatan dengan Uap
- Beton yang dirawat dengan uap untuk mendapatkan kekuatan awal yang tinggi, tidak
diperkenankanmenggunakan bahan tambahan kecuali atas persetujuan Direksi
SPESIFIKASI TEKNIS :
Pekerjaan;
- Perawatan dengan uap harus dikerjakan secara menerus sampai waktu dimana
beton telah mencapai 70% dari kekuatan rancangan beton berumur 28 hari. Perawatan
dengan uap untuk beton harus mengikuti ketentuan di bawah ini:
i). Tekanan uap pada ruang uap selama perawatan beton tidak boleh melebihi tekanan
luar.
ii). Temperatur pada ruang uap selama perawatan beton tidak boleh melebihi 38°C
selama 2 jam sesudah pengecoran selesai, dan kemudian temperatur dinaikkan
berangsur- angsur sehingga mencapai 65°C dengan kenaikan temperatur
maksimum 14°C/jam secara bertahap.
iii). Perbedaan temperatur pada dua tempat di dalam ruangan uap tidak boleh melebihi
5,5°C.
iv). Penurunan temperatur selama pendinginan dilaksanakan secara bertahap dan
tidak boleh lebih dari 11°C per jam.
v). Perbedaan temperatur beton pada saat dikeluarkan dari ruang penguapan tidak
boleh lebih dari 11°C dibanding udara luar.
vi). Selama perawatan dengan uap, ruangan harus selalu jenuh dengan uap air.
vii). Semua bagian struktural yang mendapat perawatan dengan uap harus dibasahi
selama 4 hari sesudah selesai perawatan uap tersebut.
- Kontraktor harus membuktikan bahwa peralatannya bekerja dengan baik dan
temperatur di dalam ruangan perawatan dapat diatur sesuai dengan ketentuan dan tidak
tergantung dari cuaca luar;
- Pipa uap harus ditempatkan sedemikian rupa atau balok harus dilindungi secukupnya
agar beton tidak terkena langsung semburan uap, yang akan menyebabkan perbedaan
temperatur pada bagian-bagian beton.
c. Perawatan dengan Cara Lain
- Membran cair
Perawatan membran dilakukan ketika seluruh permukaan beton segera sesudah air
meningggalkan permukaan (kering), terlebih dahulu setelah beton dibuka cetakannya dan
finishing dilakukan. Jika seandainya hujan turun maka harus dibuat pelindung sebelum
lapisan membran cukup kering, atau seandainya lapisan membran rusak maka
harus dilakukan pelapisan ulang lagi.
- Selimut kedap air
Metode ini dilakukan dengan menyelimuti permukaan beton dengan bahan lembaran
kedap air yang bertujuan mencegah kehilangan kelembaban ari permukaan beton.
Beton harus basah pada saat lembaran kedap air ini dipasang. Lembaran bahan ini
aman untuk tidak terbang/pindah tertiup angin dan apabila ada kerusakan/sobek harus
SPESIFIKASI TEKNIS :
7. Perencanaan Campuran
Ketentuan Sifat-sifat Campuran
a. Campuran beton yang tidak memenuhi ketentuan kelecakan (misalnya dinyatakan
dengan nilai “slump”) seperti yang diusulkan tidak boleh digunakan pada pekerjaan,
terkecuali bila Direksi Pekerjaan dalam beberapahal menyetujui penggunaannya secara
terbatas. Kelecakan (workability) dan tekstur campuran harussedemikian rupa sehingga
beton dapat dicor pada pekerjaan tanpa membentuk rongga, celah, gelembung udaraatau
gelembung air, dan sedemikian rupa sehingga pada saat pembongkaran acuan diperoleh
permukaan yang rata, halus dan padat;
b. Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat tekan yang
disyaratkan dalam Tabel 1.6 dan Tabel 1.7, atau yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan, bila
pengambilan contoh, perawatan dan pengujian sesuai dengan SNI 03- 1974-1990 tentang
Metode Pengujian Kuat Tekan Beton, SNI 03-4810-1998 tentang Metode Pembuatan dan
Perawatan Benda Uji Beton di Lapangan, SNI 03-2493-1991 tentang Metode
Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium, SNI 03- 2458-1991
tentang Metode Pengambilan Contoh Untuk Campuran Beton Segar;
50 34 42 60
Mutu
45 31 39 55
Tinggi
35 25 31 44
30 22 27 39
Mutu
25 17 25 34
sedang
20 13 20 27
SPESIFIKASI TEKNIS :
Mutu 15 9 15 22
Rendah 10 7 11 17
c. Sebelum dilakukan pengecoran, Kontraktor harus melakukan percobaan campuran (trial mix)
di lapangan sesuai dengan rancangan campuran yang dihasilkan oleh laboratorium.
Apabila hasil kuat tekan beton yang didapat pada umur 7 hari menghasilkan kuat tekan beton
lebih kecil dari 85% nilai kuat tekan beton yang disyaratkan, maka Kontraktor harus
melakukan penyesuaian campuran dan mencari penyebab ketidak sesuaian tersebut, dengan
meminta saran tenaga ahli yang kompeten di bidang beton untuk kemudian melakukan
percobaan campuran kembali sampai dihasilkan kuat tekan beton di lapangan yang sesuai
dengan persyaratan;
d. Bilamana percobaan campuran beton telah sesuai dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka
Kontraktor dapat melanjutkan pekerjaan pencampuran beton sesuai dengan hasil percobaan
campuran;
e. Kekuatan beton dianggap lebih kecil dari yang disyaratkan bilamana hasil pengujian
serangkaian benda uji dari suatu bagian pekerjaan yang dilaksanakan lebih kecil dari kuat
tekan beton karakteristik yang diperoleh.
Penyesuaian Campuran
SPESIFIKASI TEKNIS :
Seluruh komponen bahan beton harus ditakar menurut berat, untuk mutu beton fc’ < 20
Mpa diijinkan ditakar menurut volume sesuai SNI 03-3976-1995. Bila digunakan semen
kemasan dalam zak, kuantitas penakaran harus sedemikian sehingga kuantitas semen yang
digunakan adalah setara dengan satu satuan atau kebulatan dari jumlah zak semen.
Agregat harus ditimbang beratnya secara terpisah. Ukuran setiap penakaran tidak
boleh melebihi kapasitas alat pencampur;
Penakaran agregat harus dilakukan dalam kondisi jenuh kering permukaan (JKP). Apabila
hal tersebut tidak dilakukan maka harus dilakukan koreksi penakaran sesuai dengan kondisi
agregat di lapangan. Untuk mendapatkan kondisi agregat yang jenuh kering permukaan
dapat dilakukan dengan cara menyemprot tumpukan agregat dengan air secara berkala
paling sedikit 12 jam sebelum penakaran untuk menjamin kondisi jenuh kering permukaan;
SPESIFIKASI TEKNIS :
Kontraktor harus dapat menunjukkan sertifikat kalibrasi yang masih berlaku untuk seluruh
peralatan yang digunakan untuk keperluan penakaran bahan-bahan beton termasuk
saringan agregat pada perangkat siap pakai (ready mix).
b. Pencampuran
Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis dari jenis dan ukuran
yang disetujui sehingga dapat menjamin distribusi yang merata dari seluruh bahan.
Pencampur harus dilengkapi dengan tangki air yang memadai dan alat ukur yang akurat
untuk mengukur danmengendalikan jumlah air yang digunakan dalamsetiap penakaran.
Cara pencampuran bahan beton dilakukan sebagai berikut, pertama masukkan sebagian air,
kemudian seluruh agregat sehingga mencapai kondisi yang cukup basah, dan selanjutnya
masukkan seluruh semen yang sudah ditakar hingga tercampur dengan agregat secara
merata.Terakhir masukkan sisa air untuk menyempurnakan campuran.
Waktu pencampuran harus diukur mulai pada saat air dimasukkan ke dalam campuran
bahan kering. Seluruh sisa air yang diperlukan harus sudah dimasukkan sekitar
seperempat waktu pencampuran tercapai. Waktu pencampuran untuk mesin berkapasitas 3/4
m3 atau kurang harus sekitar 1,5 menit; untuk mesin yang lebih besar waktu harus
ditingkatkan 15 detik untuk tiap penambahan 0,5 m3.
Bila tidak mungkin menggunakan mesin pencampur, Direksi Pekerjaan dapat
menyetujui pencampuran beton dengan cara manual dan harus dilakukan sedekat
mungkin dengan tempat pengecoran. Penggunaan pencampuran beton dengan cara
manual harus dibatasi hanya pada beton non-struktural.
4. Pengujian Campuran
a. Pengujian Untuk Kelecakan (Workability)
Satu pengujian "slump", atau lebih sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan, harus dilaksanakan pada setiap pencampuran beton yang dihasilkan, dan pengujian
harus dianggap belum dikerjakan kecuali disaksikan oleh Direksi Pekerjaan atau wakilnya.
Untuk nilai slump 80 mm, maka toleransi terhadap nilai slump yang disyaratkan adalah - 20 mm
, + 20 mm.
b. Pengujian Kuat Tekan
Kontraktor harus membuat sejumlah set benda uji (3 buah benda uji per set) untuk
pengujian kuat tekan berdasarkan jumlah beton yang dicorkan untuk setiap kuat tekan
beton dan untuk setiap jenis komponen struktur yang dicor terpisah pada tiap hari
pengecoran.
Untuk keperluan pengujian kuat tekan beton, Kontraktor harus menyediakan benda uji
beton berupa silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm, dan harus dirawat
sesuai dengan SNI 03-4810-1998. Benda uji tersebut harus dicetak bersamaan dan
SPESIFIKASI TEKNIS :
diambil dari beton yang akan dicorkan, dan kemudian dirawat sesuai dengan
perawatan yang dilakukan di laboratorium.
Jumlah set benda uji yang dibuat berdasarkan jumlah kuantitas pengecoran atau
komponen struktur yang dicor secara terpisah dan diambil jumlah terbanyak diantara
keduanya.
Pengambilan benda uji untuk pengecoran yang didapat dari pencampuran secara
manual, setiap 10 meter kubik beton harus dibuat 1 set benda uji dan untuk setiap jenis
komponen struktur yang dicor terpisah minimal diambil 3 set benda uji (1 set = 3 buah
benda uji).
Jumlah benda uji yang harus dibuat untuk pengecoran hasil produksi ready mix,
diambil pada setiap pengiriman (1 set untuk setiap truk). 1set = 3 buah benda uji.
Prediksi awal pada umur kurang dari 7 hari harus disesuaikan dengan grafik
perkembangan kuat tekan campuran sebagai fungsi waktu.
Setiap set pengujian dilakukan untuk kuat tekan beton umur 28 hari.
Apabila dalam pengujian kuat tekan benda uji tersebut terdapat perbedaan nilai kuat tekan
yang > 5% antara dua buah benda uji dalam set tersebut, maka benda uji ketiga dalam set
tersebut harus diuji kuat tekannya. Hasil kuat tekan yang digunakan dalam perhitungan
statistik adalah hasil dari 2 buah benda uji yang berdekatan nilainya.
Kekuatan beton diterima dengan memuaskan bila fc karakteristik dari benda uji lebih besar
atau sama dengan fc rencana. fc karakteristik dihitung dengan rumus sebagai berikut: fc’=
fcm – ( k.S).r , di mana S menyatakan nilai deviasi standar dari hasil uji tekan, dan k adalah
konstanta yang tergantung pada jumlah benda uji (k=1,64 untuk jumlah benda uji lebih
besar atau sama dengan 30) dan r adalah angka koreksi deviasi untuk jumlah benda
uji kurang dari 30 buah sesuai dengan Tabel 1.8.
Untuk benda uji kurang dari 10 buah atau data pengujian tidak tersedia, maka dilakukan
koreksi dengan menambahkan nilai kekuatan lebih minimal sesuai Tabel 1.9.
Nilai hasil uji tekan satupun tidak boleh mempunyai nilai di bawah 0,95 fc’;
Bila salah satu dari kedua syarat tersebut di atas tidak dipenuhi, maka harus
diambil langkah untuk meningkatkan rata-rata dari hasil uji kuat tekan berikutnya, dan
langkah-langkah lain untuk memastikan bahwa kapasitas daya dukung dari struktur
tidak membahayakan;
Bila dari hasil perhitungan dengan kuat tekan menunjukkan bahwa kapasitas daya
dukung struktur berkurang, maka diperlukan suatu uji bor (core drilling) pada daerah
yang diragukan berdasarkan aturan pengujian yang berlaku. Dalam hal ini harus
diambil paling tidak 3 (tiga) buah benda uji bor inti pada daerah yang tidak
membahayakan struktur untuk setiap hasil uji tekan yangmeragukan atau terindikasi
bermutu rendah seperti disebutkan di atas;
Beton di dalam daerah yang diwakili oleh hasil uji bor inti bisa dianggap secara
struktural cukup baik bila rata-rata kuat tekan dari ketiga benda uji bor inti tersebut tidak
kurang dari 0, 95 fc’, dan tidak satupun dari benda uji bor inti yang mempunyai kekuatan
kurang dari 0,95 fc’. Dalam hal ini, perbedaan umur beton saat pengujian kuat tekan
benda uji bor inti terhadap umur beton yang disyaratkan untuk penetapan kuat tekan
beton (yaitu 28 hari, atau lebih bila disyaratkan), perlu diperhitungkan dan dilakukan
koreksi dalam menetapkan kuat tekan beton yang dihasilkan.
c. Pengujian Tambahan
Kontraktor harus melaksanakan pengujian tambahan untuk menentukan mutu bahan atau
campuran atau pekerjaan beton akhir hasil cetakan, sebagaimana yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan. Pengujian tambahan tersebut meliputi salah satu atau kombinasi sesuai
dari permintaan direksi.
- Pengujian pembebanan struktur atau bagian struktur yang dipertanyakan;
- Pengambilan dan pengujian benda uji inti (core) beton, minimal 12 benda uji inti (core)
- Pengujian lainnya sebagaimana ditentukan oleh Direksi Pekerjaan.
d. Kuat Tekan Minimal Beton.
Dari semua hasil pengujian sesuai dengan uraian di atas, beton dapat diterima apabila kuat
tekan beton tercetak minimal sama dengan kuat tekan yang disyaratkan/tercantum dalam
gambar dan spesifikasi teknik.
Kuat tekan beton yang diakui adalah kuat tekan f’c atau K yang terkecil dari rumus pengujian
yang dilakukan sesuai dengan perintah direksi, dihitung sesuai dengan formula sebagai
berikut:
SPESIFIKASI TEKNIS :
kilogram untuk setiap ukuran dan mutu baja tulangan atau anyaman baja dilas yang akan
digunakan dalam pekerjaan.
7) Mutu pekerjaan dan perbaikan atas pekerjaan yang tidak memenuhi ketentuan
a) Persetujuan atas daftar pesanan dan diagram pembengkokan dalam segala hal
tidakmembebaskan Kontraktor atas tanggung jawabnya untuk memastikan ketelitian dari daftardan
diagram tersebut. revisi bahan yang disediakan sesuai dengan daftar dan diagram,untuk
memenuhi rancangan dalam gambar kerja, harus atas biaya Kontraktor.
b) Baja tulangan yang cacat sebagai berikut tidak akan diijinkan dalam pekerjaan:
i) Panjang batang, ketebalan dan bengkokan yang melebihi toleransi
pembuatanyangdisyaratkan dalam ACI 315.
ii) Bengkokan atau tekukan yang tidak ditunjukkan pada gambar kerja atau gambar kerja
kerjaakhir (Final Shop Drawing).
iii) Batang dengan penampang yang mengecil karena karat yang berlebih atau olehsebab
lain.
c) Bilamana terjadi kesalahan dalam membengkokkan baja tulangan, batang tulangan tidakboleh
dibengkokkan kembali atau diluruskan tanpa persetujuan Direksi Pekerjaan atau
yangsedemikian sehingga akan merusak atau melemahkan bahan. Pembengkokan kembali
daribatang tulangan harus dilakukan dalam keadaan dingin terkecuali disetujui lain oleh Direksi
Pekerjaan. Dalam segala hal batang tulangan yang telah dibengkokkan kembali lebih darisatu kali
pada tempat yang sama tidak diijinkan digunakan pada Pekerjaan. Kesalahan yangtidak dapat
diperbaiki oleh pembengkokan kembali atau bilamana pembengkokan kembalitidak disetujui oleh
Direksi Pekerjaan, harus diperbaiki dengan mengganti seluruh batangtersebut dengan batang
baru yang dibengkokkan dengan benar dan sesuai dengan bentukdan dimensi yang disyaratkan.
d) Kontraktor harus menyediakan fasilitas di tempat kerja untuk pemotongan danpembengkokan
tulangan, baik jika melakukan pemesanan tulangan yang telah dibengkokanmaupun tidak, dan
harus menyediakan persediaan (stok) batang lurus yang cukup di tempat,untuk pembengkokan
sebagaimana yang diperlukan dalam memperbaiki kesalahan ataukelalaian.
8) Penggantian Ukuran Batang
Penggantian batang dari ukuran berbeda akan hanya diijinkan bila secara jelas disahkan oleh Direksi
Pekerjaan. Bilamana baja diganti haruslah dengan luas penampang yang sama dengan ukuran
rancangan awal, atau lebih besar.
4.2.2. Bahan
1) Baja Tulangan
a) Baja tulangan harus baja polos atau berulir dengan mutu yang sesuai dengan Gambar kerjadan
memenuhi Tabel 2.1.
tidak tergeser pada saat pengecoran. Pengelasan tulangan pembagi atau pengikat (stirrup)
terhadap tulangan baja tarik utama tidak diperkenankan.
d. Seluruh tulangan harus disediakan sesuai dengan panjang total yang ditunjukkan pada
gambar kerja. Penyambungan (splicing) batang tulangan, terkecuali ditunjukkan pada
gambar kerja,tidak akan diijinkan tanpa persetujuan tertulis dari Direksi. Setiap
penyambunganyang dapat disetujui harus dibuat sedemikian hingga penyambungan setiap
batang tidakterjadi pada penampang beton yang sama dan harus diletakkan pada titik
dengan tegangantarik minimum.
e. Bilamana penyambungan dengan tumpang tindih disetujui, maka panjang tumpang tindih
minimum haruslah 40 diameter batang dan batang tersebut harus diberikan kait pada
ujungnya.
f. Pengelasan pada baja tulangan tidak diperkenankan, terkecuali terinci dalam gambar
kerja atau secara khusus diijinkan oleh Direksi Pekerjaan secara tertulis. Bilamana Direksi
Pekerjaan menyetujui pengelasan untuk sambungan, maka sambungan dalam hal ini
adalah sambungan dengan panjang penyaluran penuh yang memenuhi ketentuan dari AWS
D 2.0. Pendinginan terhadap pengelasan dengan air tidak diperkenankan.
g. Simpul dari kawat pengikat harus diarahkan membelakangi permukaan beton sehingga tidak
akan terekspos.
h. Anyaman baja tulangan yang dilas harus dipasang sepanjang mungkin, dengan bagian
tumpang tindih dalam sambungan paling sedikit satu kali jarak anyaman. Anyaman
harusdipotong untuk mengikuti bentuk pada kerb dan bukaan dan harus dihentikan
padasambungan antara pelat.
i. Bilamana baja tulangan tetap dibiarkan terekspos untuk suatu waktu yang cukup lama,
maka seluruh baja tulangan harus dibersihkan dan diolesi dengan adukan semen acian
(semen dan air saja).
j. Tidak boleh ada bagian baja tulangan yang telah dipasang boleh digunakan untuk
memikul perlengkapan pemasok beton, jalan kerja, lantai untuk kegiatan bekerja atau
beban konstruksi lainnya.
4.3. BEKISTING
4.3.1. Umum
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan bekesting adalah:
1. Cetakan harus sesuai dengan gambar rencana/gambar pelaksanaan.
2. Cetakan menjadi tanggung jawab Kontraktor.
3. Cetakan harus dibuat dari pelat baja dengan ketebalan minimum 6 mm.
4. Tidak boleh terjadi kesalahan dalam pembuatan cetakan
3. Pasang bekisting dengan tepat dan sudah diperkuat (bracing), sesuai dengan design dan
standard yang telah ditentukan; sehingga bisa dipastikan akan menghasilkan beton yang sesuai
dengan kebutuhan-kebutuhan akan bentuk, keselurusan dan dimensi.
4. Hubungan-hubungan antar papan bekisting harus lurus dan harus dibuat kedap air, untuk
mencegah kebocoran adukan atau kemungkinan deformasi bentuk beton.
5. Bekisting untuk pile cap dan tie beam harus dipasang pada kedua sisinya.
Pemakaian pasangan bata untuk bekisting pondasi harus atas seijin Direksi Pekerjaan
6. Semua tanah yang mengotori bekisting pada sisi pengecoran harus dibuang.
7. Perkuatan pada bukaan dibagian-bagian yang struktural yang tidak diperlihatkan pada gambar
harus mendapatkan pemeriksaan dan persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
8. Permukaan beton yang akan dilapisi bahan yang bisa rusak terkena bahan pelepas acuan; bahan
pelepas acuan tidak boleh dipakai.
9. Untuk itu, dalam hal bahan pelepas acuan tidak boleh dipakai, sisi dalam bekisting harus dibahasi
dengan mould oil.
6) Bekisting-bekisting yang dipakai untuk curing beton, tidak boleh dibongkar sebelum mendapat
persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
4.4.3. Penolakan
Beton Precast harus ditolak yang tidak memenuhi persyaratan spesifikasi atau dari hal-hal
dibawah ini:
1. Patahan atau retakan dengan kedalaman sampai seperempat dari tebal beton dan lebar
retakan melebihi 2,5 mm.
2. Cacat akibat pencampuran dan pencetakan melebihi 5%.
3. Cacat permukaan yang diindikasikan retak sarang labah-labah atau tekstur terbuka yang
melebihi 5%, kecuali untuk beton yang dibuat dengan metode dray cast diperbolehkan terjadi
tekstur terbuka (bukan retak) sepanjang tidak mempengaruhi kekuatan struktur.
4. Penulangan yang terbuka yang mengidentifikasikan penempatan tulangan yang salah.
5. Pembengkokan Tulangan/Bar Bending yang tidak sesuai dengan ketentuan dalam gambar
rencana dan standar SNI yang disyaratkan.
6. Deking beton yang tidak sesuai dengan gambar dan spesifikasi yang ditetapkan.
7. Cacat pada shear key, yang mengakibatkan komponen beton yang satu dengan lainnya tidak
dapat disatukan.
8. Terdapat bahan organic atau bahan lainnya yang bukan merupakan bahan penyusun beton
precast terdapat dalam komponen beton precast dengan jumlah lebih dari 5%.
9. Ketidak sempurnaan penempatan base plate, untuk joint plat yang melebihi 10% sehingga
SPESIFIKASI TEKNIS :
tidak dapat disatukan dengan baik terhadap komponen beton precast lainnya.
10. Mutu beton dari produk setelah dilakukan pengujian kurang dari 95% dari mutu beton
rencana.
BAB V
PASANGAN BATU
5.1 Umum
Analisa Harga Satuan Pekerjaan Batu dan Pasangan Batu dalam Dokumen Penawaran Kontraktor
harus sudah memasukkan harga satuan untuk material, pekerja dan alat. Pekerjaan Batu dan Pasangan
Batu meliputi :
a. Pasangan Batu
b. Pasangan Batu Pecah (Stone Pitching)
Material batu yang digunakan adalah batu kali yang kokoh, tidak retak/patah, tidak mengandung
bijih besi tanah dan pasir. Semua material yang akan digunakan untuk Pekerjaan Batu dan Pasangan Batu
harus diperiksa dan mendapat persetujuan Engineer.
bahan lain yang tidak dikehendaki. Air tersebut akan diperiksa dan disetujui oleh Engineer serta
sesuai dengan Bab VI (Pekerjaan Beton).
5.2.5 Susunan Spesi / adukan
Adukan mortar untuk semua pasangan batu kecuali ditentukan lain terdiri dari 2 (dua) macam
yaitu:
a. Pasangan dg mortar jenis PC-PP tipe M 17,2 Mpa (setara 1 : 2) untuk struktur yang
membutuhkan kekuatan tinggi
b. Pasangan dg mortar jenis PC-PP tipe N 5,2 Mpa (setara 1 : 4) untuk pondasi dan struktur
yang tidak berhubungan langsung dengan aliran air
Volume air digunakan secukupnya agar menghasilkan konsistensi yang tepat untuk
penggunaan yang dimaksud. Kompensasi campuran adukan mortar untuk bagian tertentu harus
sesuai dengan gambar atau yang ditentukan oleh Engineer.
5.2.6 Mencampur Adukan Mortar
Cara dan alat yang digunakan untuk mencampur adukan mortar harus sedemikian rupa sehingga
dapat menentukan dengan teliti serta mengontrol jumlah tiap bahan secara terpisah yang akan
diaduk dan harus mendapat persetujuan Engineer. Bila dipergunakan mesin pengaduk harus
disesuaikan dengan rencana kerja, begitu juga dengan lama pengadukan, sesudah semua bahan
berada di dalamnya tidak boleh kurang dari 2 (dua) menit kecuali bila airnya sudah cukup.
Banyaknya adukan yang dicampur air hendaknya secukupnya saja sesuai yang akan segera
digunakan, dan semua adukan yang tidak digunakan dalam 30 menit sesudah pemberian air harus
dibuang. Pencairan ulang adukan mortar yang sudah mengeras tidak diijinkan. Bak dan ember-
ember adukan harus selalu dibersihkan dan dicuci pada akhir pekerjaan tiap hari kerja.
5.2.7 Pemasangan
Semua batu yang digunakan dalam pasangan batu harus betul-betul bersih sebelum dipasang dan
harus disetujui oleh Engineer. Batu-batu tidak boleh dipasang selama hujan cukup lebat atau
cukup lama agar adukan tidak larut dari pasangan. Adukan yang sudah dihamparkan dan meleleh
karena air hujan harus dibuang dan diganti sebelum pekerjaan dilanjutkan. Sebelum pasangan
batu betul-betul mengeras, tidak diperbolehkan adanya kegiatan pekerjaan lain di atasnya.
Semua batu yang digunakan dalam pasangan batu dengan sambungan adukan harus dibasahi
dengan air antara tiga sampai empat jam sebelum dipergunakan dengan suatu cara yang
menjamin bahwa batu benar-benar akan basah seluruhnya dan merata.
Jarak antar batu dalam spesi sekitar 10 mm ~ 50 mm, dan tidak boleh terjadi persinggungan antar
batu. Ukuran dan distribusi batu dalam pasangan batu harus dikontrol sedemikian sehingga spesi
yang diisikan dalam rongga antar batu dapat seminimal mungkin volumenya.
Dipasang pada bangunan seperti dinding pasangan batu, struktur penahan tanah dan dinding
saluran dengan interval maksimum 20 meteran. Kecuali ditentukan lain oleh Engineer tipikal
constraction joints pasangan batu sama dengan constraction joints pasangan beton.
Secara vertikal constraction joints pada pasangan batu harus rata dan tegak lurus dengan
arah aliran atau sesuai dengan pengarahan Engineer. Secara horisontal constraction joints
pada pasangan batu harus rata dan tegak lurus dengan tinggi bangunan atau dengan
pengarahan Engineer.
2) False Joints
Dipasang pada struktur pasangan batu yang tidak berhubungan langsung dengan aliran air
dan memiliki profil topografi yang ekstrim seperti dinding yang berkelak-kelok, curam dan terjal
(ditunjukkan dalam gambar kerja atau dengan arahan Engineer). False joints dibangun
dengan menambahkan pasangan batu setinggi tembok pada pias yang dianggap ekstrim. Bila
diperlukan False joints dibuat bersamaan dengan dinding pasangan batu.
3) Drains to Joints
Merupakan lapisan di belakang pondasi yang berfungsi menahan lapisan tanah dibelakang
dinding agar tidak hilang terbawa aliran rembesan. Lapisan ini terdiri dari kerikil dan geotekstil.
Ijuk dan bahan alam lain tidak boleh digunakan sebagai pengganti geotekstil tanpa
persetujuan dari Engineer. Secara detail akan dijelaskan pada sub bab 8.2.11.
5.2.9 Plesteran dan Acian
Kecuali ditentukan lain dalam Gambar Rencana atau oleh Engineer, Pasangan Batu harus disiar
dan diaci.
A. Pekerjaan Plesteran
Plesteran dikerjakan dengan campuran Pc dan Pasir yang dicampur sedemikian rupa
sehingga menghasilkan kekuatan tekan 12,5 MPa (dg mortar jenis PC-PP tipe S) dengan
ketebalan rata-rata 1,5 cm.
Sebelum plesteran dimulai, permukaan pasangan dibersihkan dan dibasahi dulu dengan
air.
Pencampuran bahan dikerjakan sebagaimana halnya pada pekerjaan pasangan.
Plesteran harus memberikan permukaan yang rata, padat, dan pada sudut-sudut lurus,
memberikan hasil yang rapi.
Pasangan-pasangan yang kemudian ditimbuni tanah, terlebih dahulu harus diplester
kasar (brapen)
Plesteran yang belum mengeras harus dilindungi dari hujan.
B. Pekerjaan Siaran
Mortar untuk siaran berupa campuran PC dan Pasir lolos saringan No. 8 yang dicampur
dengan perbandingan tertentu untuk menghasilkan kekuatan tekan 17,2 Mpa (dg mortar
jenis PC-PP tipe M) dengan permukaan siaran diaci, pekerjaan siaran dapat dibagi atas :
Siar tenggelam (masuk ke dalam 1 cm)
SPESIFIKASI TEKNIS :
5.2.12 Perawatan
Semua pasangan batu atau pasangan batu kosong termasuk pekerjaan siaran harus dirawat
dengan air atau cara-cara lain yang harus diterima dan disetujui Engineer. Bila perawatan
dilaksanakan dengan air, pasangan-pasangan batu harus tetap dijaga agar tetap basah minimum
14 hari kecuali bila ditentukan lain, misalnya ditutup dengan bahan yang direndam air atau dengan
pipa-pipa alat pengiram, atau cara-cara lain yang disetujui, untuk tetap menjaga semua permukaan
selalu basah. Air yang dipakai untuk perawatan harus memenuhi ketentuan-ketentuan persyaratan
untuk air.
5.2.13 Perbaikan Pasangan Batu
Bila sesudah penyelesaian suatu pekerjaan pasangan batu, pasangan berada di luar garis
ketentuan atau ternyata tidak rata dan atau tidak sesuai dengan garis-garis dan tingkatan sesuai
pada gambar, maka pasangan tersebut harus dibongkar dan diganti atas biaya Kontraktor kecuali
bila Engineer mengijinkan secara tertulis, untuk menambal atau mengganti bagian yang rusak atas
persetujuan Direksi.
BAB VI
PEKERJAAN PINTU BAJA
Pemotongan ( Cutting )
Pemotongan baja dapat dilakukan dengan gergaji besi atau machine potong atau gas cutting.
Manual gas cutting dapat dipergunakan untuk pemotongan dan semua sudut sudut luar yang tidak
teratur setelah pemotongan harus dibersihkan dan diratakan, begitu juga dengan sudut - sudut
dalam harus mempunyai dimension radius yang tepat sesuai dengan ukuran-ukuran yang
tercantum dalam gambar - gambar teknik. Pemotongan dengan gas disini dipergunakan OXYGEN
- CUTTING.
Pemboran atau pelubangan ( Drilling )
Semua lubang harus dibor dan kotoran - kotoranya harus dibersihkan. Diameter lubang untuk baut
adalah +1/16"' lebih besar dari diameter baut.
Machining (Mengerjakan dengan mesin)
Machining harus dilakukan dengan menggunakan metode - metode pekerjaan yang baik sanggup
menghasilkan permukaan yang rapi seperti tercantum dalam gambar - gambar teknik.
Pengelasan ( Welding )
Syarat Teknik Pengelasan :
i) Pengelasan konstruksi baja harus sesuai dan mengikuti standar teknologi / pengelasan
yang ditentukan yang meliputi :
- Metode pengelasan.
- Urutan pengelasan.
Pelaksanaan teknologi pengelasan yang sudah ditetapkan secara sistematis dan dikontrol.
Secara official dan isinya harus menjamin hasil pengelasan yang baik seperti spesifikasi
yang tercantum pada construction drawing. Pengelasan konstruksi yang sederhana dan
kurang penting dapat dilakukan tanpa adanya cara - cara yang telah ditentukan.
ii) Pekerjaan pengelasan harus dibawah pengawas personil dan memiliki persiapan teknis
untuk pekerjaan tersebut.
iii) Penyambungan - penyambungan bagian konstruksi baja yang harus dilakukan dengan las
listrik serta sudah melalui ujian (test) dan memiliki ijazah yang menetapkan kwalifikasi serta
jenis pengelasan yang diperkenankan kepadanya.
iv) Bagian konstruksi yang segera akan di las harus dibersihkan dari bekas - bekas cat, karet,
lemak, embun, dan kotoran - kotoran lainya.
v) Pengelasan konstruksi baja , baik secara keseluruhan maupun merupakan pengelasan -
pengelasan setempat hanya boleh dilakukan setelah diperiksa bahwa hubungan - hubungan
yang akan dilas sudah sesuai dengan ketentuan - ketentuan yang berlaku untuk konstruksi
itu.
vi) Kedudukan konstruksi baja yang segera akan dilas harus menjamin situasi pengelasan dan
kwalitas hasil pengelasan yang dilakukan.
vii) Pada pekerjaan las, maka sebelum mengadakan las ulangan, baik bekas lapisan pertama
maupun bidang - bidang benda kerja dibersihkan dari terak ( slag ) dan kotoran lainya.
SPESIFIKASI TEKNIS :
viii) Pada pekerjaan las, dimana akan banyak terjadi lapisan las, maka lapisan yang terdahulu,
harus dibersihkan dari terak ( slag ) dan percikan - percikan logam sebelum memulai
dengan lapisan yang baru. Lapisan yang berpori - pori, rusak atau retak harus dibuang
sama sekali.
ix) Tempat pengelasan danjuga bidang - bidang konstruksi yang di las harus dilindungi dari
hujan dan lain - lainya.
6.1.3 Field Erection (pemasangan di lapangan)
Semua pekerjaan harus dilakukan sebaik - baiknya dengan mempergunakan methode yang baik.
Semua tahap pekerjaan harus diawasi oleh orang yang memiliki banyak pengalaman dan
kwalifikasi yang baik atas pekerjaan yang di awasi.
6.1.4 Penyimpanan di Job Set.
Bagian - bagian konstruksi harus disimpan di suatu gudang yang memenuhi syarat sampai waktu
bagian - bagian konstruksi itu dipakai / dipasang
6.1.5 Urutan Erection dan Toleransi
Urutan erection harus sesuai dengan yang tercantum dalam gambar-gambar teknik, bersama
dengan toleransi - toleransi yang diperlukan. Bagian - bagian beton di mana konstruksi baja akan
dipasang ( concretehood ) tidak boleh dipasang dahulu sampai konstruksi baja selesai di pasang.
6.1.6 Pelumasan (Lubrication).
Pada bagian - bagian yang harus diberi pelumas terutama pada ulir bantalan as, ring dan seluruh
komponen peralatan pengangkat di beri pelumas ( grease ) yang berkualitet baik.
Daftar Material Pekerjaan Pintu Air
2 Penguat daun pintu Baja profil L ( siku ) / C ( canal ) JIS G. 3192 -SS 400.
Proses pemotongan harus menggunakan mesin gergaji
potong, tidak boleh menggunakan gas cutting.
3 Guide Frame Dibuat dan profil L ( siku ) /C ( canal ) sesuai standart
JIS G. 3192-SS 400. Proses pemotongan harus
menggunakan mesin gergaji potong, tidak boleh
mengunakan gas cutting.
4 Batang Ulir / Stang drat Dibuat dan baja bulat ( round bar ) dengan diameter
minimum 38,1 mm. Material sesuai standart JIS G. 4051
SPESIFIKASI TEKNIS :
BAB VII
PEKERJAAN KISTDAM & PENGERINGAN
7.1 UMUM
Yang dimaksud dengan Kistdam disini adalah konstruksi penunjang yang memberikan
perlindungan/pengaman langsung bagi daerah kegiatan pelaksanaan terhadap aliran sungai.
7.2 BAHAN/ALAT
a. Kistdam sesuai dengan lokasi pekerjaan dapat dibuat dari :
- Karung plastik diisi pasir.
- Konstruksi kayu.
- Timbunan tanah.
- Kombinasi dari bahan-bahan di atas.
- Dan lain-lain.
b. Untuk keperluan pengeringan/pemompaan diperlukan :
- Pompa air
- Solar, Oli, Gemuk
- Operator, Mekanik
7.3 PELAKSANAAN
a. Pembuatan Kistdam
- Bentuk, ukuran Konstruksi Kistdam yang diperlukan dibuat sendiri oleh Kontrakor dengan
persetujuan saran Direksi dan dibuat sebelum dimulainya kegiatan fisik.
- Arah dan tinggi Kistdam yang harus memenuhi syarat untuk pelaksanaan, untuk ini Kontraktor wajib
berkonsultasi dengan Direksi.
- Kistdam harus mampu untuk mengendalikan air yang terjadi selama pelaksanaan.
- Untuk keperluan pengeringan medan kerja, Kontraktor harus menyediakan pompa air sesuai
keperluan yang dibayar terpisah.
b. Pengeringan/Pemompaan
- Pekerjaan ini meliputi penyediaan dan pengoperasian pompa untuk menjaga agar lokasi kerja
selalu kering dan aman untuk melakukan pekerjaan konstruksi.
- Jumlah dan lokasi pemompaan sesuai dengan daftar kuantitas dan atas persetujuan Direksi.
- Pompa harus dijaga agar bisa beroperasi sepanjang hari selama pekerjaan konstruksi berlangsung.
- Dalam pekerjaan ini sudah termasuk pemeliharaan dan perbaikan alat dari awal kegiatan sampai
dengan berakhirnya pekerjaan di tempat yang diperlukan.
BAB VIII
PEKERJAAN PENYELESAIAN
c. Khusus untuk pekerjaan pasangan batu kali, harus digunakan batu belah, dimana minimal 2/3
permukaan luarnya adalah bidang belahan.
4. Kerikil
a. Kerikil yang digunakan adalah hasil dari pecahan batu atau hasil dari penyaringan sirtu. Kerikil
untuk campuran beton konstruksi harus bersih dari lumpur ataupun kotoran.
b. Kerikil harus masif, tidak boleh keropos ataupun berongga.
c. Bila terdiri dari beberapa ukuran kerikil yang disyaratkan maka cara penempatannya harus
dipisah–pisahkan dan pencampurannya berdasarkan ketentuan yang ditetapkan.
5. Air
a. Air yang digunakan untuk pekerjaan beton, pasangan batu, plesteran dan siaran adalah air bersih,
bebas dari unsur dan atau zat kimia yang dapat merusak kekuatan beton / pasangan batu.
b. Air untuk keperluan harian karyawan / pekerjanya harus memenuhi standar kesehatan yang
berlaku.
8.3 Volume Pekerjaan Tambah Dan Kurang ( Meer dan Miner Werk )
Volume pekerjaan akan diperhitungkan sebagai pengurangan apabila :
a. Atas instruksi tertulis dari Pemimpin Proyek, mengingat pertimbangan teknis/ konstruksi, bagian
pekerjaan/ jenis pekerjaan tidak perlu dikerjakan.
b. Dijumpai kondisi lapangan yang menyebabkan/ diperlukan penyesuaian/ perubahan konstruksi
sehingga menimbulkan pengurangan volume pelaksanaan pekerjaan sebagaimana persetujuan
tertulis dari Pemimpin Proyek.
Volume pekerjaan akan diperhitungkan sebagai penambahan apabila :
a. Atas instruksi dari Pemimpin Proyek secara tertulis, mengingat pertimbangan teknis/ konstruksi
dipandang perlu dilaksanakan suatu tambahan pekerjaan.
b. Dijumpai kondisi lapangan yang memerlukan penyesuaian/ perubahan konstruksi dan akan
menimbulkan penambahan biaya, dengan instruksi tertulis dari Pemimpin Proyek.Terhadap hal
tersebut di atas akan diperhitungkan sebagai biaya kurang/ tambah. Perhitungan biayanya
didasarkan pada harga satuan yang tercantum dalam Rencana Anggaran Biaya Penawaran atau
Rencana Anggaran Biaya Negosiasi yang ada.
Dalam hal di dalam Rencana Anggaran Biaya tidak tercantum harga satuannya, akan dihitung
berdasarkan harga bahan dan upah yang terlampir pada surat penawaran dan dihitung sesuai dengan analisa
pekerjaan yang berlaku (analisa BOW).
Sehubungan dengan adanya banjir besar, maka kemungkinan terjadi :
a. Pekerjaan rusak
b. Peralatan hanyut atau tertimbun
Terhadap hal di atas perlu diuji / dikaji dengan hasil pemeriksaan terhadap kejadian force majeure
yang dilakukan bersama pihak Proyek dan Pelaksana / Kontraktor.
Meskipun pekerjaan sudah diterima dengan baik pada penyerahan pekerjaan II, Kontraktor masih
bertanggung jawab teknis terhadap konstruksi (jaminan teknis) selama 5 (lima) tahun. (Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, Pasal 25 ; Keppres
Nomor 80 Tahun 2003, Pasal 36).