Anda di halaman 1dari 76

SPESIFIKASI TEKNIS :

SPESIFIKASI TEKNIS
UMUM

1.1 Umum
Kontraktor harus menyediakan, mengoperasikan, dan memelihara semua fasilitas konstruksi dan
pelayanan lainnya seperti yang tertuang dalam Spesifikasi Umum. Tanpa mengurangi tanggung jawabnya maka
kontraktor harus memenuhi seperti yang disampaikan oleh Direksi / Engineer.
Semua fasilitas konstruksi yang akan dibuat dan disediakan oleh Kontraktor harus terlebih dahulu
mendapat persetujuan tertulis dari direksi termasuk didalam hal ini adalah penggunaan semua peraturan-
peraturan atau ketentuan tentang standarisas.
Kurang dari 7(tujuh) hari setelah menerima Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK), Kontraktor harus
menyerahkan semua dokumen tentang tatacara pelaksanaan fisik lapangan untuk disetujui engineer, dokumen
tersebut berisi program pelaksanaan. Setiap program harus menguraikan secara jelas semua detail
perencanaan yakni lingkup pekerjaan, lokasi bangunan, program pelaksanaan konstruksi / gambar pelaksanaan,
dan perhitungan-perhitungan, termasuk juga uraian kebutuhan peralatan / tenaga, material dan kebutuhan
fasilitas lainya yang diperlukan. Sehingga para direksi / engineer dengan mudah untuk memeriksa /
mengontrol semua aktivitas yang dilakukan oleh kontraktor serta dapat mengevaluasi semua kegiatan.
Dalam hal perijinan atau pemberitahuan tentang semua kegiatan fisik lapangan kontraktor harus dapat
memenuhi atau mendapatkan sesuai persyaratan / peraturan yang berlaku.
Kontraktor harus menyerahkan semua hasil perijinan pada direksi / engineer, dalam hal tertentu direksi
dapat membantu semua proses perijinan.

1.1.1. Spesifikasi Dasar


1. Kecuali ditentukan lain, semua material dan mutu pekerjaan harus sesuai dengan syarat-syarat
didalam Standar Nasional Indonesia (SNI). Apabila tidak tersedia, dapat dipakai JIS (Japanese
Industrial Standard}, ASTM (American Standard for Testing and Material}, atau BSCP (British Standards
Code of Practice). Standar-standar yang dipergunakan tersebut. Atas persetujuan Direksi, Standar
Nasional lainnya dapat juga dipergunakan.
2. Kontraktor harus mempunyai dan menyediakan di lapangan sekurangnya satu salinan SNI, JIS, &
ASTM yang disetujui, yang ditentukan dalam Spesifikasi, terutama harus menyediakan di lapangan satu
salinan SNI, JIS & ASTM atau Standar Nasional lainnya mengenai bahan atau mutu pekerjaan yang
akan dilaksanakan. Standar tersebut harus tersedia setiap saat untuk keperluan pemeriksaan dan
penggunaan oleh Direksi. Semua bahan dan mutu pekerjaan yang tidak sepenuhnya diperinci di sini
atau tidak dicakup oleh Standar Nasional SNI, JIS, ASTM, haruslah bahan dan mutu pekerjaan kelas
utama. Direksi akan menetapkan apakah semua atau sebagian bahan yang dipesan atau diantarkan
untuk kegunaan dalam pekerjaan, cocok untuk maksud tersebut dan keputusan Direksi dalam hal ini
pasti dan menentukan.
SPESIFIKASI TEKNIS :

3. Spesifikasi yang diuraikan dalam bab ini merupakan dasar bagi cara pelaksanaan pekerjaan, bahan
yang dipakai, serta cara pengukuran dan pembayaran semua item pekerjaan yang tercantum dalam
Daftar Kuantitas dan Harga (RAB) atau Bill of Quantities.

1.1.2. Tenaga Kerja dan Peralatan


1. Kontraktor diwajibkan menyediakan tenaga kerja yang bertanggung jawab dan terampil dalam
bidang-bidang keahlian yang dibutuhkan oleh pekerjaan serta dalam jumlah yang memadai untuk
menyelesaikan volume pekerjaan sesuai dengan jadwalnya.
2. Daftar tenaga kerja beserta posisi dan riwayat hidupnya, terutama tenaga kerja inti, harus
dicantumkan pada laporan rencana kerja (Work Plan) kepada Direksi sebelum memulai pekerjaan.
Setiap penambahan, pengurangan, dan pergantian tenaga kerja inti harus dilaporkan kepada Direksi.
Kontraktor juga diwajibkan untuk mengikutsertakan dan memprioritaskan tenaga kerja lokal dalam
pelaksanaan pekerjaan ini.
3. Kontraktor harus menyediakan alat-alat kerja/bantu dalam kondisi yang baik dan dalam jumlah yang
cukup sesuai dengan kebutuhan agar dapat menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktunya. Alat-alat
ini harus dibuat daftarnya dan diserahkan kepada Direksi untuk mendapatkan persetujuan sebelum
memulai seluruh pekerjaan. Bila dalam pelaksanaan pekerjaan terjadi hambatan, dan hambatan ini
menurut Direksi dikarenakan oleh kurangnya jumlah tenaga kerja atau peralatan atau kurang
memenuhi syaratnya beberapa pekerja dan peralatan, maka Direksi berhak memerintahkan Kontraktor
untuk menambah atau mengganti tenaga kerja dan peralatan tersebut

4. Penggunaan Alat-alat Bermesin.

 Umum
Seluruh alat-alat bermesin harus dilengkapi dengan manual penggunaan dan keselamatan
yang salinannya dapat diakses secara mudah oleh operator atau pengawas lapangan.
 Alat pemaku dan stapler otomatis dan portabel
Jika Penyedia Jasa menggunakan pemaku dan stapler otomatis dan portabel, maka ketentuan
keselamatan di bawah ini harus dipenuhi:
a. Alat tidak boleh diarahkan pada orang, walaupun alat tersebut memiliki pengaman.
b. Pemicu pada alat pemaku dan stapler tidak boleh ditekan kecuali ujung alat diarahkan
pada suatu permukaan benda yang aman.
c. Perhatian khusus harus diberikan jika memaku di daerah tepi suatu benda.
d. Jika sumber tenaga alat pemaku dan stapler otomatis menggunakan tenaga pnematik,
tidak diperkenankan menggunakan sumber gas yang berbahaya dan mudah terbakar.
e. Alat yang rusak tidak boleh digunakan.
f. Pelindung pendengaran dan pelindung mata yang sesuai harus digunakan saat
menggunakan alat tersebut.
 Alat portabel bermesin (Portable Power Tools)
Gergaji mesin, mesin pengaduk beton, alat pemotong beton dan alat bermesin lainnya harus
dilengkapi dengan alat pengaman sepanjang waktu.
Penyedia Jasa harus memenuhi ketentuan keselamatan berikut:
- Setiap operator harus telah dilatih untuk menggunakan alat-alat tersebut di atas.
- Gunakan hanya alat dan metoda yang tepat untuk setiap jenis pekerjaan yang dilakukan.
SPESIFIKASI TEKNIS :

- Alat atau mesin yang rusak tidak boleh digunakan.


- Alat pemotong harus terjaga ketajamannya.
- Pelindung pendengaran dan pelindung mata yang sesuai harus digunakan saat
menggunakan alat tersebut.
- Daerah di sekitar alat atau mesin harus bersih.
- Kabel penyambung (extension) harus ditempatkan sedemikian rupa agar terhindar
dari kerusakan dari peralatan dan material.
- Penerangan tambahan harus diberikan ketika menggunakan alat atau mesin tersebut.
 Alat kerekan (hoist) pengangkat material dan orang
a. Alat pengangkat material dan orang harus didirikan oleh orang yang berkompeten.
b. Operator harus orang yang terlatih dan diberikan izin khusus untuk mengoperasikan
alat.
c. Alat pengangkat harus berada di atas pondasi yang kokoh dan diikat pada bangunan
atau struktur.
d. Akses untuk operator dan personil yang melakukan pemeliharaan harus aman.
e. Keranjang alat pengangkat mempunyai ketinggian minimum 2 m, dengan sisi dan pintu
tertutup penuh (solid) atau ditutup dengan ram kawat dengan diameter kawat minimum
3 mm dan dengan bukaan maksimum 9 mm.Keranjang alat pengangkat harus ditutup
dengan atap sekurang-kurangnya dari papan kayu atau plywood dengan tebal minimal
18 mm.
f. Tinggi pintu keranjang minimum 2 m dan mempunyai kunci yang aman. Pintu solid
harus mempunyai panel yang tembus pandang.
g. Jarak dari lantai keranjang ke permukaan tanah tidak boleh lebih dari 50 mm.
h. Keranjang alat pengangkat harus mempunyai mekanisme pengunci elektromekanik
yang hanya dapat dibuka dari keranjang dan hanya dapat dibuka ketika keranjang
berada di permukaan tanah serta dapat mencegah beroperasinya alat pengangkat
ketika keranjang sedang dibuka.
i. Pengangkatan dikendalikan di dalam keranjang alat pengangkat.
j. Semua bagian dari metal harus dihubungkan ke bumi (earth).
k. Alat penyelamat harus ada untuk menghentikan keranjang jika jatuh atau bergerak
terlalu cepat.
l. Keterangan pabik pembuat, model dan kapasitas beban harus ditempel dalam
keranjang.
m. Harus tersedia suatu mekanisme untuk keadaan darurat dan untuk mengeluarkan
orang yang terjebak dalam keranjang.
n. Harus tersedia alarm darurat di dalam keranjang.
o. Jika memungkinkan, sediakan alat komunikasi antara operator dan personil yang
bekerja.
 Crane dan alat pengangkat
a. Tidak dibenarkan melakukan pekerjaan pemindahan atau pengangkatan
barang/material dengan resiko gangguan fisik terhadap pekerja tanpa menggunakan
alat pengangkat.
b. Pekerjaan pemindahan atau pengangkatan barang-barang/material dengan perbedaan
SPESIFIKASI TEKNIS :

ketinggian lebih dari 5 m dan berat lebih dari 500 kg harus menggunakan crane,
excavator atau forklift.
c. Crane harus diperiksa setiap minggu, dan diperiksa secara menyeluruh setiap 12 bulan
oleh orang yang berkompeten. Hasil inspeksi harus dicatat.
d. Harus tersedia sertifikat pengujian alat yang terbaru.
e. Operator harus terlatih, kompeten dan berusia di atas 18 tahun.
f. Alat kendali (tuas, saklar, dan sebagainya) harus diberi keterangan yang jelas.
g. Sebelum dilakukan pengangkatan, beban yang dapat diangkat hanya ditentukan
oleh operator.
h. Setiap jib crane dengan kapasitas lebih dari 1 ton harus mempunyai indikator beban
aman (safe load indicator) yang diperiksa setiap minggu.
i. Crane harus didirikan di atas pondasi yang kokoh.
j. Harus disediakan ruang yang cukup untuk pelaksanaan pengangkatan yang
aman.
k. Asisten operator harus dilatih untuk memberikan sinyal pada operator dan untuk
mengikatkan beban secara benar dan mengetahui kapasitas pengangkatan crane.
l. Crane harus secara rutin menjalani pemeliharaan menyeluruh.
m. Gigi pengangkat harus dalam kondisi baik dan telah diperiksa secara menyeluruh.

1.1.3. Tindakan Pengamanan Dan Kesehatan

1. Kontraktor harus menyelenggarakan, membangun tanda-tanda bahaya dan isyarat-isyarat yang


sesuai dan cukup serta harus mengambil tindakan pencegahan yang perlu untuk perlindungan
pekerjaan dan keselamatan umum. Jalan-jalan yang tertutup bagi lalulintas harus dilindungi
dengan perintang yang cukup, perintang tersebut harus diberi penerangan atau lampu dan harus
dinyalakan mulai sejak matahari terbenam hingga matahari terbit.

2. Kontraktor wajib menjaga kebersihan agar menjamin kesehatan lingkungan.

3. Kontraktor wajib menyediakan kotak obat lengkap dengan obat-obatan untuk memberi pertolongan
darurat bila ada petugas/pekerja yang sakit.

4. Penginapan untuk petugas/pekerja harus layak dan memenuhi syarat kesehatan.

1.1.4. Sarana Umum

1. Bila jalan-jalan dan sarana umum lainnya (air, listrik, telepon, dan lain-lain) yang ada memotong
atau berhubungan dengan tempat pekerjaan, Kontraktor harus mendapatkan persetujuan secara
tertulis dari yang berwenang, terhadap usulan pekerjaan sementara atau pekerjaan tetap yang
akan mempengaruhi pekerjaan pelayanan umum tersebut.

2. Bangunan kepentingan umum poin 6.1.di atas baik mungkin atau tidak terlihat di dalam gambar,
Kontraktor harus tetap bertanggung jawab untuk keamanan dan kelangsungan fungsi dari jalan
dan sarana umum lainnya tersebut selama pelaksanaan pekerjaan.

3. Kontraktor sebelum memulai pekerjaan, bersama Direksi pengawas harus menghubungi lebih
dahulu para Kepala Desa/Aparat Desa/Ketua Banjar yang berwenang dari wilayah kerjanya untuk
SPESIFIKASI TEKNIS :

memberitahukan kehadiran dan menjelaskan semua rencana kerjanya sehubungan dengan


dimulainya pelaksanaan pekerjaan. Hal ini perlu dilakukan, mengingat fasilitas yang akan dibangun
nantinya menjadi milik masyarakat dan menyangkut langsung kepentingan masyarakat, sedangkan
tanah-tanah yang terpakai untuk membangun fasilitas ini tidak diberikan ganti rugi tetapi
disediakan oleh desa atau Pemerintah Kabupaten.

1.1.5. Pekerjaan Sementara

1. Jalan Masuk Sementara

Dalam kasus tidak ada jalan masuk ke lokasi pekerjaan atau jalan pintas yang bisa digunakan
untuk pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus membuat jalan masuk sementara atau jalan pintas
dalam lokasi. Kontraktor harus melengkapi perlengkapan yang diperlukan untuk melintasi sungai,
saluran air atau lainnya dan bila perlu harus ditingkatkan atau diperkuat fasilitas yang ada yang
dipergunakan untuk masuk ke lokasi pekerjaan. Bila Kontraktor menggunakan jalan masyarakat
yang telah ada, maka pada saat pekerjaan selesai Kontraktor wajib memperbaiki jalan tersebut
paling tidak seperti kondisi semula, namun akan terpuji jika akan lebih baik dari kondisi semula.

1.2 Fasilitas Yang Akan Diperlukan


1. Test Laboratorium
Kontraktor wajib memelihara peralatan laboratorium yang ada dan menyediakan bahan-bahan yang
diperlukan untuk pengetesan. Macam uji / test yang akan dilakukan dalam pekerjaan ini adalah
menyangkut mechanical test dan physical test. Ditinjau dari pekerjaan yang dilaksanakan, maka tes
laboratorium yang harus dilakukan adalah Concrete Strenght test.
Apabila keadaan peralatan laboratorium yang ada tidak memadai untuk melakukan test-test yang
diperlukan. Kontraktor harus tetap melaksanakan test tersebut pada Instansi yang berwenang.
Kontraktor harus menyediakan tenaga operasional laboratorium yang cakap dan mampu menjalankan
prosedur pengetesan dan mampu menganalisa hasil yang didapat.
Jumlah personil yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan dan petunjuk direksi.
2. Alat Komunikasi
Kontraktor berkewajiban nnengadakan sernua kebutuhan peralatan komunikasi untuk kepentingan
direksi dan engineer di lapangan. Kontraktor harus dapat mengatur / mengoperasikan dan memelihara
atas semua beban biaya yang timbul akibat adanya alat komunikasi tersebut.
3. Penyediaan Listrik, Keamanan dan Kebakaran
Kontraktor harus dapat penyediaan listrik yang diperlukan minimum 6.500 watt untuk kepentingan di
lapangan, termasuk di dalamnya untuk kantor, mess, laboratorium, bengkel, gudang dan tempat
lainnya untuk penerangan jalan dan keamanan. Satuan tugas keamanan di lingkungan proyek harus
telah disiapkan oleh kontraktor. Peralatan pemadam kebakaran untuk kawasan lingkungan proyek
harus disiapkan dan dipelihara kontraktor, segala hal yang menyangkut tentang pengadaan peralatan
keamanan dan kebakaran harus mendapat persetujuan tertulis dari direksi.

4. Fasilitas Kantor dan Mess


Untuk menunjang operasional kegiatan kantor dan mess lapangan, maka kontraktor wajib
mengoperasionalkan dan merawat semua peralatan yang ada.
SPESIFIKASI TEKNIS :

5. Administrasi Proyek
Seperti yang tertuang dalam spesifikasi ini maka kontraktor harus mengadakan, mengoperasionalkan
dan memelihara semua kebutuhan administrasi proyek untuk menunjang kelancaran pekerjaan
diantaranya : pengukuran lapangan, pembuatan gambar kerja dan gambar-gambar lainnya,
dokumentasi film / pembuatan laporan-laporan, perizinan / sertifikasi, alat tulis kantor dan biaya-biaya
lainya, yg terdiri dari :
1. Kontraktor wajib menyediakan berbagai buah buku besar yang digunakan untuk:

a. Mencatat semua kegiatan pelaksanaan pekerjaan yang selanjutnya disebut "Buku Harian
Pelaksanaan Pekerjaan".
b. Mencatat semua kegiatan alat-alat yang dipergunakan yang selanjutnya disebut "Buku Harian
Peralatan".
c. Buku pencatatan perintah-perintah Direksi ataupun pihak yang terkait dan buku tamu untuk
mencatat segala masukan sehubungan dengan pekerjaan ini.
d. Buku Harian poin a dan b tersebut harus diisi setiap hari dan ditandatangani bersama-sama
oleh Pelaksana dan Pengawas Pekerjaan. Pada serah terima pekerjaan selesai/penyerahan
pertama kalinya, buku-buku tersebut harus diserahkan kepada Pejabat Pembuat Komitmen
( PPK ).
2. Buku harian dibuat/diisi setiap hari untuk mencatat hal-hal sebagai berikut :

a. Catatan tenaga kerja yang terdiri dari : jumlah pekerja, mandor, tukang, kepala tukang serta
tenaga personalia dari Kontraktor sendiri.
b. Catatan bahan meliputi : stock bahan yang datang, bahan yang ditolak dan bahan yang
digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan.
c. Jenis kegiatan bagian konstruksi yang dilaksanakan pada hari tersebut.
d. Hasil fisik pekerjaan yang dicapai.
e. Volume galian, timbunan, pasangan batu yang dicapai pada hari itu
f. Jumlah alat baik yang operasikan maupun yang tidak
g. Keadaan cuaca (hujan, banjir dll)
3. Pencatatan dalam buku harian dibuat oleh petugas pelaksana dan diperiksa/diketahui
keberadaanya oleh pengawas pekerjaan dengan memberi paraf tiap hari.

4. Kontraktor wajib membuat laporan harian, laporan mingguan dan laporan bulanan dalam rangkap
5 (lima) yaitu untuk :

 1 (satu) lembar untuk Pejabat Pembuat Komitmen ( PPK ).


 1 (satu) lembar untuk Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan Kab. Badung.
 1 (satu) lembar untuk Arsip Kontraktor.
 1 (satu) lembar untuk Direksi Pekarjaan.
 1 (satu) lembar untuk Pengawas Pekerjaan
Laporan dimasudkan didasarkan pada buku harian pelaksanaan. Laporan harus ditangdatangani
oleh Kontraktor dan Direksi. Laporan mingguan yang dilampiri laporan harian diserahkan selambat-
lambatnya 3 (tiga) hari setelah akhir minggu yang bersangkutan dan laporan bulanan diserahkan
selambat-lambatnya tanggal 5 pada bulan berikutnya.

5. Kemajuan pekerjaan harus didokumentasikan dengan foto sekurang-kurangnya :


SPESIFIKASI TEKNIS :

 Kemajuan fisik 0%
 Kemajuan fisik 50%
 Kemajuan fisik 100%
 Setelah masa pemeliharaan berakhir/penyerahan kedua.
Setiap pengambilan foto dibidik dari tiga posisi dengan titik pengambilan yang tetap. Foto dicetak
rangkap 5 dengan ukuran 3R disusun pada album dan menyerahkan Soft Copy File dalam bentuk
compac disk (CD).

6. Disamping foto-foto kemajuan pekerjaan, Kontraktor wajib mengambil foto pada keadaan tertentu,
misalnya kerusakan konstruksi yang sudah dikerjakan, mobilisasi bahan, dan lain-lain yang perlu
dalam pelaksanaan pekerjaan, termasuk galian sesudah peil.

6. Penyelidikan Lapangan Tambahan


Telah disampaikan dalam spesifikasi umum / bahwa untuk menunjang kelancaran pekerjaan di
lapangan maka kontraktor harus melakukan penyelidikan lapangan tambahan sebagaimana yang akan
disampaikan secara tertulis oleh direksi / Engineer. Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan ini
adalah menjadi tanggung jawab kontraktor dan harus telah dimasukkan di dalam item pekerjaan yang
ada.

1.3 Cara Pengukuran dan Pembayaran


Semua item pekerjaan yang tertulis di dalam daftar kuantitas dan harga akan dilakukan pengukuran
secara teinci dan detail sebagai dasar pembayaran setiap item pekerjaan yang telah dilakukan oleh Kontraktor.
Untuk item pekerjaan yang bersatuan kwantitas lump sum akan dilakukan pembayaran dengan cara estimasi /
Prosentasi yang telah diselesaikan.

1.4 Pekerjaan Persiapan


1. Pengukuran /Iutzet
a. Sebelum memulai pekerjaan Kontraktor harus mengadakan pengukuran kembali dengan teliti
sesuai permintaan Direksi. Semua pengukuran kembali harus diikatkan terhadap titik tetap yang
terdekat.
b. Alat-alat ukur yang dipergunakan harus dalam keadaan berfungsi baik dan sebelum pekerjaan
dimulai semua alat ukur yang dipakai harus mendapat persetujuan Direksi, baik dari jenisnya
maupun kondisinya.
c. Alat-alat yang dipergunakan adalah waterpass lengkap dengan statip dan rambu-rambunya,
theodolit lengkap dengan statip dan rambu-rambunya, meteran, jalon, prisma dan alat bantu
lainnya sesuai dengan intruksi Direksi.
d. Cara pengukuran ketetapan hasil pengukuran, toleransi, dan pembuatan serta pemasangan patok
bantu akan ditentukan oleh Direksi.
e. Ukuran-ukuran pokok dari pekerjaan adalah sesuai dengan yang tercantum dalam gambar.
Ukuran-ukuran yang tidak tercantum, tidak jelas atau saling berbeda, harus segera dilaporkan
kepada Pengawas Lapangan. Apabila dianggap perlu, Direksi berhak memerintahkan kepada
Kontraktor untuk merubah ketinggian, letak atau ukuran suatu bagian pekerjaan.
f. Apabila timbul keragu-raguan dari pihak Kontraktor dalam menginterprestasi angka-angka elevasi
dalam gambar maka hal ini harus dilaporkan kepada Direksi untuk dimintai penjelasannya.
SPESIFIKASI TEKNIS :

g. Jika terdapat perbedaan antara gambar kerja dengan keadaan sebenarnya di lapangannya, maka
yang dilaksanakan adalah keputusan yang diberikan oleh Direksi. Selanjutnya Kontraktor wajib
melakukan penggambaran kembali tapak proyek sesuai dengan keadaan sebenarnya di lapangan.
h. Pada keadaan di mana ada penyimpangan dari gambar rencana, Kontraktor harus mengajukan 3
(tiga) lembar gambar penampang dari daerah yang dipatok. Direksi akan membutuhkan tanda
tangan persetujuan atau pendapat/revisi pada satu lembar gambar tersebut dan mengembalikan
kepada Kontraktor. Setelah diperbaiki, Kontraktor harus mengajukan kembali gambar yang oleh
Direksi diminta untuk direvisi.Gambar tersebut harus digambar kembali ke atas kertas kertas kalkir
dan setelah disetujui oleh Direksi, maka Kontraktor akan menyerahkan kepada Direksi gambar asli
dan 3 (tiga) lembar hasil rekamannya.
i. Apabila terdapat kesalahan dalam pengukuran kembali, maka pengukuran ulang menjadi tanggung
jawab Kontraktor. Kontraktor bertanggung jawab penuh atas tepatnya pelaksanaan pekerjaan
menurut peil-peil dan ukuran dalam gambar dan uraian/isyarat-isyarat pelaksanaan itu.
j. Pembuatan dan Pemasangan papan dasar pelaksanaan (bouwplank) termasuk pekerjaan
Kontraktor dan harus dibuat dari kayu jenis meranti kelas II yang tidak berubah oleh cuaca.
Pemasangan harus kuat dan permukaan atasnya rata dan sifatnya datar (waterpass).
k. Semua ketetapan pekerjaan pengukuran, baik ukuran panjang maupun sudut harus terjamin
kebenarannya. Pengukuran sudut siku-siku dengan prisma atau benang hanya dibenarkan untuk
bagian-bagian kecil dari pekerjaan dan mendapat persetujuan Direksi. Kekeliruan dari hasil
pengukuran, sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
2. Papan Nama Proyek
1. Kontraktor harus menyiapkan papan nama dari papan playwood 5 mm dicat warna dasar putih
dengan redaksi dan ukuran 1,50 m x 1,00 m
2. Kontraktor harus menulis papan tersebut dengan tulisan warna hitam, teks sesuai petunjuk Direksi.
3. Pemasangan papan-papan nama tersebut dilengkapi tiang-tiang penyangga dan pondasi yang
cukup stabil dan dipasang di lokasi yang disetujui direksi.
3. Pembersihan Lapangan
1. Sebelum pekerjaan pengukuran dimulai, tapak proyek harus dibersihkan dari rumput, semak-
semak, lumpur, akan pohon, tanah humus, puing-puing dan segala sesuatu yang tidak diperlukan
atau dapat menggangu jalannya pekerjaan. Penebangan pohon-pohon adalah sesuai dengan
petunjuk Direksi.
2. Semua barang bekas bongkaran harus dikeluarkan dari lokasi, selambat-lambatnya sebelum
pekerjaan galian tanah dimulai.
4. Direksi Keet
1. Kontraktor sebelum mulai kegiatan fisik harus sudah menyiapkan Direksikeet dengan ukuran 4 x 6
m dengan ketentuan minimal :
a. Konstruksi kayu Kalimantan
b. Atap seng gelombang
c. Lantai beton tumbuk tebal 5 cm
d. Dinding papan dari kayu Kalimantan / Triplex
e. Jendela naco 2 buah terdiri dari masing – masing 7 daun
2. Kantor Lapangan Kontraktor
Kontraktor sebelum memulai kegiatan fisik harus sudah membuat Kantor Pelaksana, gudang, dan
barak kerja dibuat dengan ketentuan minimal :
a. Kantor pelaksana berukuran 3 x 4 m dengan kondisi sebagaimana Direksikeet.
SPESIFIKASI TEKNIS :

b. Gudang berukuran secukupnya sesuai dengan persyaratan / ketentuan pada umumnya dan
terjamin keamanannya.
c. Barak berukuran secukupnya untuk dapat menampung tenaga kerja yang diperlukan dan
cukup sehat untuk dihuni.
d. Bekas Direksikeet, gambar – gambar dan kelengkapannya adalah milik Dinas Pekerjaan
Umum Sub Dinas Pertambangan.
3. Kelengkapan Direksikeet
Untuk kegiatan Direksi di lapangan, Direksikeet harus dilengkapi :
a. Gambar konstruksi pekerjaan
b. Gambar tahap – tahap pelaksanaan pekerjaan tanah dan pekerjaan pasangan.
c. Time Schedule, Barchart lengkap dengan kurve S
d. Data pekerja, hujan dan lain – lain.
e. Meja tulis ½ biro 2 buah dengan kursi seperlunya.
f. Alat tulis dan alat – alat gambar.
g. Papan tulis dan papan tempel gambar – gambar pelaksanaan dan grafik – grafik.
h. Buku Direksi, buku tamu, buku harian pelaksana
i. Meja / kursi tamu 1 set (bambu)

5. Pembersihan Lapangan
Kontraktor harus membersihkan lapangan untuk saluran dan bangunan yang ada dari semua tumbuh–
tumbuhan dan bambu, termasuk pohon–pohon yang dapat mengakibatkan kerusakan pada bangunan
maupun saluran yang akan dikerjakan. Kontraktor harus membongkar akar–akar yang mengganggu
kekuatan pasangan, kemudian mengisi lubang–lubang dengan dipadatkan dan memindahkan dari
tempat semua bahan yang timbul akibat pembersihan lapangan.
SPESIFIKASI TEKNIS :

BAB II
PEKERJAAN GALIAN

2.1 Umum
2.1.1 Lingkup Pekerjaan
Yang diartikan pekerjaan ‘’galian‘’ dalam spesifikasi ini adalah semua pekerjaan yang meliputi
kegiatan sbb:
- Clearing, grubbing dan stripping
- Galian terbuka (open cut)
- Pekerjaan galian yang lainya yang mungkin diberikan oleh Engineer
2.1.2 Rencana dan Persetujuan Kerja
Paling sedikit 30 hari sebelum dimulainya pekerjaan galian Kontraktor harus menyerahkan rencana
kerja untuk disetujui oleh Engineer, berupa rencana detail kegiatan untuk item pekerjaan utama
antara lain : lokasi kekerjaan yang diusulkan, type pekerjaan galian yang dilaksanakan, metode
konstruksi yang diusulkan, urutan, tahap pekerjaan dan jadwal pelaksanaannya.
Persetujuan dari Engineer tidak akan membebaskan Kontraktor terhadap tanggung jawabnya
sejauh keamanan pekerjaan dan kerusakan pekerjaan atau hal-hal lain yang mungkin terjadi
dalam pelaksanaannya.
2.1.3 Pembuangan dan Penggunaan Material Galian
Penggunaan material hasil galian untuk pekerjaan konstruksi yang permanen harus disetujui oleh
Engineer dan sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan pada spesifikasi teknik. Hasil galian
Kontraktor yang dilaksanakan harus dapat meyakinkan Engineer sehingga kemungkinan material
yang terbuang.
Dengan pengarahan Engineer, Kontraktor diijinkan untuk menggunakan material hasil galian yang
tidak digunakan untuk keperluan konstruksi permanen seperti pada temporary road, jalan kerja
dsb, dan tidak boleh menggunakan material tersebut untuk timbunan.
Material yang disetujui untuk digunakan sebagai pekerjaan konstruksi bila mungkin diangkut
langsung ke tempat lokasi pekerjaan atau bila tidak mungkin ditampung dulu di stockpile pada
lokasi yang telah ditentukan Engineer atau pemberi kerja dan selanjutnya akan diangkut ke lokasi
konstruksi yang akan dikerjakan tanpa tambahan biaya.
Galian tanah yang tidak dapat digunakan untuk pekerjaan konstruksi harus dibuang ke tempat
pembuangan (spoilbank) pada lokasi yang telah ditetapkan Engineer. Kontraktor tidak boleh
mengajukan pembayaran tambahan berkenaan dengan pemisahan material galian tersebut.
Tempat pembuangan (disposal area) yang berada di sekitar lokasi pekerjaan atau diluar tempat
pembuangan yang telah ditetapkan sangat tidak diperbolehkan dan Kontraktor harus bertanggung
SPESIFIKASI TEKNIS :

jawab atas semua kerusakan yang ditimbulkan serta pohon-pohon atau yang lain akibat dari
penempatan disposal area yang tidak mendapat izin Engineer.
2.1.4 Garis Batas, Ketinggian, Kemiringan dan Dimensi Galian
Semua galian harus dilaksanakan sesudah mendapat persetujuan dari Engineer dan pemberi
kerjaseperti garis batas galian, ketinggian, kemiringan dan dimensi yang diberikan seperti yang
tercantum dalam spesifikasi, penunjukan pada gambar atau yang ditetapkan oleh Engineer.
Kontraktor harus selalu mengadakan pencegahan agar memperkecil pengaruh galian terhadap
material dan segala kegiatan konstruksi disekitarnya yang berdekatan dengan batas-batas garis
pekerjaan galian.
Batas garis, ketinggian, kemiringan dan dimensi tersebut mungkin dapat berubah selama
pelaksanaan pekerjaan berlangsung sebagaimana ditetapkan dan disetujui oleh Engineer dan
harus ditetapkan di dalam gambar konstruksi. Kontraktor tidak boleh merubah volume dan harga
satuan seperti yang tertera dalam bill of quantity kecuali ditetapkan lain dalam spesifikasinya atau
diarahkan oleh Engineer, dan mendapat persetujuan pemberi kerja.

2.2 Klasifikasi Material dan Galian


2.2.1 Klasifikasi in-situ materials
Untuk membantu identifikasi material yang digali dan klasifikasi galian untuk keperluan konstruksi,
diperlukan sistim klasifikasi untuk massa batuan in-situ didasarkan pada tingkat pelapukannya dan
diberikan pada Gambar Rencana seperti yang diuraikan pada bab ini. Klasifikasi pelapukan ini
dihubungkan dengan kondisi susunan batuan dan massa batuan.
Susunan batuan didefinisikan sebagai bagian dari batuan yang efektif yang terjadi diantara joint-
joint, bidang-bidang dasar, tidak menerus dan kerusakan-kerusakan lain di dalam massa batuan.
Massa batuan didefinisikan sebagai material batuan secara keseluruhan termasuk rock joint,
bidang-bidang dasar, ketidak menerusan dan kerusakan-kerusakan lain termasuk yang dapat
digunakan, satu atau lebih bahan batuan atau tipe-tipenya.
Klasifikasi dari tingkat pelapukan massa batuan tergantung tidak hanya pada alam dan komposisi
bahan batuan tetapi juga pada kehadirannya, alam dan jaraknya joint dan kerusakan yang lain.
2.2.2 Klasifikasi Galian
Untuk keperluan pengukuran dan pembayaran galian akan dibagi dalam 2 kelas yang didasarkan
pada metode penggalian sebagai berikut:
1) Galian batuan lunak / Tanah Berbatu
Pekerjaannya meliputi penggalian dan pemindahan batuan besar dengan volume kurang dari
1 m3 ( Boulder) dengan ukuran yang bervariasi serta semi consolidated sandy matrix.
Dengan persetujuan Engineer, kontraktor dapat menggunakan metode peledakan, rock
breaker atau metode lain untuk menghancurkan material keras atau batuan lunak di lokasi,
sehingga penghancuran selanjutnya dapat dilakukan dengan ripping atau single shank ripper,
SPESIFIKASI TEKNIS :

sehingga galiannya diklasifikasikan sebagai galian batuan lunak / Tanah berbatu untuk
keperluan pengukuran dan pembayaran.
2) Galian Tanah Biasa ( common )
Terdiri dari pekerjaan galian, pemindahan sisa material dan pengangkutan. Menurut
ketentuan dari Engineer tidak diklasifikasikan sebagai batuan keras atau batuan lunak.
Pekerjaan galian dapat dilakukan dengan alat berat biasa tanpa memerlukan peledakan dan
pemboran, rock breaker atau ripper
Galian tanah biasa meliputi penggalian dan pengangkutan tanah lapisan atas (topsoil), tanah
organik, kayu, semak dan lapisan tanah lain yang diklasifikasikan sebagai tanah biasa
dengan persetujuan Engineer. Galian tanah biasa tidak termasuk Pekerjaan clearing,
grubbing, atau stripping.
Untuk keperluan pembayaran, Kontraktor tidak diperkenankan mengajukan biaya tambahan
akibat adanya penambahan peralatan galian yang digunakan. Pengklasifikasian galian
material ditentukan oleh Engineer dengan dihadiri oleh Kontraktor di lokasi pekerjaan.

3) Galian Tanah Dalam Terowongan


Kondisi Tanah
Pengetahuan tentang kondisi tanah dan keadaan permukaan lahan yang diperoleh dari
penyelidikan lapangan di gunakan untuk tujuan sebagai berikut:

(a) Umum
Pengetahuan tentang kondisi tanah dan keadaan permukaan lahan yang diperoleh dari
penyelidikan lapangan di gunakan untuk tujuan sebagai berikut:

 Menentukan metode penggalian yang tepat dan kebutuhan peralatan yang


terkait.
 Menentukan bentuk penopang sisi galian yang sesuai dan menjamin
kekuatannya.
 Menentukan cara yang tepat untuk menjaga lubang galian agar bebas dari air
tanah.
 Menjamin bahwa setiap struktur yang berpotensi mengapung yang mungkin
dibangun selama penggalian tidak akan cukup mendapat tekanan air yang
menyebabkan gaya angkat pada berbagai tahap konstruksinya.

(b) Pengaruh Kondisi Tanah pada Metoda Konstruksi


- Faktor – faktor yang mempengaruhi penggalian
Metoda penggalian dan tipe penopang sementara atau permanen tergantung
pada faktor-faktor berikut:
SPESIFIKASI TEKNIS :

 Variasi struktur geologi dan apakah tanah terdiri dari endapan dangkal
berkohesi atau tidak berkohesi, ataupun endapan padat.
 Kedalaman galian
 Adanya muka air tanah
 Jenis dan luas galian
 Tofografi lapangan dan perkiraan keadaan lahan yang ada seperti jalan,
bangunan dan fasilitas pelayanan bawah tanah.

- Tanah Tidak Berkohesi


Penggalian tanah pada tanah non berkohesi seperti pasir, menimbulkan
permasalahan, karena tanah berbutir akan segera runtuh, kecuali bila dipotong
menjadi sesuatu lereng stabil atau ditahan oleh turap yang menerus.
Permasalahan tanah berbutir bertambah buruk dengan adanya air tanah. Dalam
keadaan apapun kohesi nampak yang ditimbulkan oleh tegangan air permukaan
dalam tanah berbutur yang lembab tidak boleh diandalkan untuk penopang sisi
tegak pada gpenggalian. Tetapi jika tersedia jarak datar yang diperlukan untuk
bidang miring di lapangan, maka metoda galian terbuka dapat dipakai di tanah
tersebut. Dalam kondisi tertentu, suatu kombinasi bidang miring dan galian yang
diturap tegak adalah lebih menguntungkan. Jika penggalian bidang miring pada
tanah berbutir diperhitungkan lebih ekonomis, tetapi terdapat muka air tanah
yang tinggi, mka masalah ini dipecahkan dengan penggunaan beberapa metoda
pengeringan yang cocok dapat mengacu pada CP 2004.

- Tanah Berkohesi
Pada umumnya masalah yang timbul kecil pada penggalian tanah berkohesi
seperti lempung pasiran, lempung lanauan dan lanau lempungan. Masalah
utama adalah stabilitas dalam jangka pendek dan menengah baik dalam hal
penggalian sisi tegak ataupun bidang miring. Penggalian terbuka yang
dilaksanakan dengan alat besar diijinkan untuk tanah yang sangat berohesi atau
batuan lunak dengan kekuatan geser yang cukup, asalkan tidak ada kendala
gerakan tanah yang mungkin terjadi baik di dalam maupun disekeliling tempat
penggalian. Masalah stanilitas sisi tegak yang tidak ditopang atau bidang miring
curam berkaitan dengan banyak faktor yang tidak menentu, salah satunya
adalah periode berapa lama stabilitas permukaannya dapat di jamin. ( lihat SNI..:
Tata Cara Peggalian pada Pekerjaan Tanah )
SPESIFIKASI TEKNIS :

Tanah lanau menimbulkan kesulitan besar dal pekerjaan penggalian terurtama


apabila terdapat muka air tanah yang tinggi. Endapan semacam ini sulit
dikeringkan dan mengingat konsisten tanahnya dituntut pemakaian turap
pancang sebai pembatas. Dalam pelaksanaan penggalian tanah lanau yang
berair, pemasangan sistem penopang mendatar sebelum penggalian merupakan
metoda praktis yang aman.

- Tanah Batuan
Tidak boleh diasumsikan bahwa sisi tegak atau hampir tegak dapat di bentuk
dengan aman dalam penggalian batuan karena arah lapisan bidang perlapisan
yang tidak menguntungkan dan sistem kekarnya dapat menyebabkan lepasnya
blok batuan segera setelah terbentuknya permukaan batuan tersingkap. Lapisan
lemah dari perlapisan batuan dalam batuan miring yang relatif mempunyai
kekuatan geser tinggi, pengisian lempung lunak dalam retakan rambut, dan air
tanah bertekanan dalam bidang lepisan geologi juga sangan mempengaruhi
stabilitas permukaan batuan yang tersingkap. (lihat SNI...: Tata Cara
Penggaliaan pada Pekerjaan Tanah)

Lapisan batuan yang miring ke dalam dan ke bawah di dalam permukaan batuan
yang tersingkap tidak selalu stabil, karena kekar-kekar diantara bongkahan
dapat membentuk rekahan permukaan bila kemiringan bidang perlapisan batuan
sangat terjal.

Tanah yang mengandung batu besar bisa berbahaya bila permukaannya


dibiarkan tersingkap meskipun untuk periode singkat, karena mempunyai risiko
jatuh dari permukaan. Penggalian diereal yang mengandung limbah rumah
tangga atau limbah industri yang mengandng racun atau campuran asphyxiating
( yang dapat menyebabkan mati lemas) atau gas dapat membahayakan dalam
pelaksanaan.

Pertimbangan-pertimbangan tersebut harus ditelaah dengan hati=hati dalam


hubugannya dengan keselamatan orang-orang yang masuk kedalam atau
bekerja dekat lokasi galian. (lihat SNI...: Tata Cara Keselamatan pada Pekerjaan
Tanah).
SPESIFIKASI TEKNIS :

(c) Sumber dan Penggalian Air Tanah


- Umum
Air tanah bisa masuk tempat penggalian dengan cara-cara sebagai berikut :

 Sebagai air permukaan atau air tanah dangkal karena hujan dan
sekeliling lokasi penggalian yang menggalir ke lokasi.
 Karena penggalian melampaui kedalaman muka air tanah pada lokasi.
 Bila penggalian di tanah yang relatif kedap air menembus lapisan
permeabel yang mengandung air tanah bertekanan hidro statik atau bila
lapisan semacam ini terdapat di bawah dasar penggalian.
 Ketidak sengajaan, misal disebabkan oleh pecahnya saluran air utama.

- Air Permukaan atau Dekat Permukaan


Aliran air permukaan atau aliran air tanah dangakal menuju tempat penggalian
tidak bisa dihindari pada lokasi yang miring pada saat hujan lebat. Masalah
masuknya air ini dapat di cegah dengan pembuatan saluran drainase atau
tanggul keliling yang dibangun dengan seluruh atau sebagian disekitar tempat
penggalian.

Drainase lapangan atau paritan yang membawa air bawah permukaan pada
pekerjaan galian harus dicegah dan dialihkan dari tempat galian.Penggalian
dilakukan, dimulai dari titik terendah dan menuju ke hulu untuk membantu
pemeliharaan permukaan kerja yang relatif bebas air.

- Air Tanah
Masuknya air tanah kelubang galian dapat dicegah dengan jalan membuat
dinding pengelak yang dibangun dari turap pancang baja atau dinding beton cor
setempat.

Tanah permeabel dapat diinjeksi dengan semen, bahan kimia atau campuran
lempung agar terbentuk sebuah tirai kedab air disekitar galian(lihat CP 2004).

Jika dinding pengelak turap pancang atau didnding beton mencapai lapisan
kedap air yang relatif tebal, maka air tanah yang ada dilapisan yang menutupi
tanag parmeabel akan terjebak, bocoran air yang lewat celah atau sambungan
dapat di keluarkan dengan metoda pembukaan biasa. Perlu dipertimbangkan
apabila ada endapan air dapa dasar galian yang relatif tipis dan diatasnya
terdapat suatu lapisan permeabel yang mengandung air tanah bertekanan
SPESIFIKASI TEKNIS :

hidrosatik, atau lapisan kedap air yang tebal dan di atasnya mengandung lapisan
permeabel yang tipis danbertekanan hidrolok cukup besar. Dalam Kasus
tersebut, ketidak stabilan dasar galian dapat terjadi karena adanya gaya
hidrastatik bisa dikurangi dengan sumuran penyaring dalam.

Untuk mendapatkan suatu galian stabil yang bebas air pada areal yang
mengandung lapisan relatif kedap air yang cukup dalam yang tidak dapat dicapai
dengan penetrasi turap pancang baja dapat dilakukan dengan cara pemompaan.
Alternatif lain, penggalian terbuka dengan talud miring bisa dilakukan dibawah
muka air tanah dengan menerapkan metoda yang sesuai ntuk menurunkan
muka air tanah (lihat CP 2004)

- Kejadian Banjir
Kejadian banjir dapat terjadi akibat hujan lebat yang lama atau pecahnya saluran
air utama dan sering mengakibatkan kerusakan yang cukup berarti. Sehingga
diperlukan langkah-langkah keselamatan keluar lubang galian (lihat SNI....: Tata
Cara Keselamatan pada Pekerjaan Tanah). Bila penggalian dilakukan di lahan
yang rendah atau terdapat lahan di saluran air sekitar lokasi, maka
penanggulangann yang sesuai harus dilakukan untuk menjaga terhadap resiko
kecelakaan banjir, terutama bila efeknya dapat membahayakan kehidupan dan
harta benda. Selama hujan Lebat hilangnya kestabilan tanah bisa terjadi karena
kenaikan elevasi muka air tanah secara yang mengakibatkan naiknya tekanan
hidrostatik.

- Penggalian pada Tanah Lereng


Perlu di pertimbangkan stabilitas lokasi secara menyeluruh bila penggalian
dilaksanakan pada tanah yang miring. Perlu berhati-hati terutama pada lokasi
yang mempunyai sejarah kestabilan dimasa lalu. Syarat Stabilitas pada berbagai
tingkat pekerjaan penggalian dapat dihitung dengan metode yang terdapat pada
SNI...: Tata Cara Penggalian pada Pekerjaan Tanah.

2.3 Pembersihan, Penebangan dan Pengupasan


2.3.1 Pembersihan (Clearing)
Pembersihan harus sudah termasuk pencabutan, pemotongan, pengangkutan dan pembuangan
seluruh tunggul-tunggul pohon, akar-akar, semak-semak dan material lain yang tidak dikehendaki
pada daerah yang ditentukan oleh Engineer terutama di lokasi pekerjaan bangunan utama. Selain
itu pembersihan juga harus dilakukan pada lokasi-lokasi seperti:
1. Daerah tempat pengambilan bahan timbunan (borrow area)
SPESIFIKASI TEKNIS :

2. Tempat timbunan bahan urugan (stockpile)


3. Lokasi pembuangan (disposal areas)
4. Lokasi yang akan ditimbun kembali (back filled)
5. Lokasi di atas muka galian yang dibutuhkan
Kontraktor tidak perlu membersihkan akar-akar dan tunggul-tunggul kayu dengan tinggi < 50 cm
dari muka tanah sisa penebangan. Di dalam daerah (lokasi) pembuangan dan di luar batas dari
daerah galian yang dibutuhkan, akar-akar dan tunggul-tunggul kayu yang lebih rendah dari 50 cm
akan tetap dibiarkan kecuali ditentukan lain oleh Engineer.
Pohon-pohon yang ditebang harus dipotongi dahan-dahannya. Batang-batang dan dahan-dahan
kayu ditimbun terpisah di daerah yang disetujui oleh Engineer. Bahan/material lain yang tidak
dikehendaki selain pohon-pohon, harus dibuang pada lokasi yang telah ditentukan oleh Engineer.
Pembayaran bagi pekerjaan penebangan pohon-pohon di daerah kerja, akan dilakukan dengan
harga “lump sum”. Tidak akan dilakukan pembayaran terpisah bagi penebangan pohon-pohon di
daerah lain, biaya untuk penebangan tersebut dianggap sudah termasuk di dalam harga satuan
penawaran dan Harga Penawaran pekerjaan galian yang bersangkutan.
Biaya untuk pekerjaan pembersihan harus sudah termasuk di dalam harga satuan penawaran di
dalam Harga Penawaran untuk macam pekerjaan galian yang bersangkutan.
2.3.2 Pembongkaran (Grubbing)
Pekerjaan pembongkaran meliputi galian, pembongkaran, pengangkutan dan pembuangan
terhadap akar-akar pohon, tonggak-tonggak, kayu-kayu dan material lain hasil pekerjaan clearing.
Pembongkaran dilakukan untuk pohon sampai setinggi < 50 cm di atas muka tanah dan
pemotongan seluruh dahan/cabangnya dari batang pokoknya. Pembongkaran pohon dilaksanakan
oleh Kontraktor, di daerah lokasi bangunan utama dan sekitarnya sesuai dengan petunjuk
Engineer.
Di luar batas daerah yang ditentukan, Kontraktor tidak diperkenankan untuk menebang pohon-
pohon maupun semak-semak tanpa ijin/persetujuan Engineer. Pohon-pohon serta semak yang
tertinggal di luar area grubbing harus ditetapkan tidak boleh diganggu dan dilindungi dari
kerusakan.
2.3.3 Pengupasan (Stripping)
Harus dilakukan pada elevasi dan kedalaman yang telah ditentukan dalam gambar rencana atau
dengan persetujuan Engineer. Stripping terdiri dari pekerjaan galian, pemindahan dan
pengangkutan ke stockpile atau ke lokasi pembuangan yang telah ditentukan. Pekerjaan stripping
meliputi pemindahan tanaman semak, akar tanaman, material organik, humus dan seluruh lapisan
tanah atas.
Dengan persetujuan Engineer, stripping dilakukan dengan cara semua tanah lapisan atas
dipindahkan ke stock pile untuk digunakan kembali dan dipisahkan dengan material kupasan lain
yang tidak dapat digunakan kembali.
SPESIFIKASI TEKNIS :

2.3.4 Pengukuran dan Pembayaran


Pengukuran untuk keperluan pembayaran untuk pekerjaan Clearing, Grubbing dan Stripping harus
dibuat secara item terpisah sebagai berikut:
1) Clearing and Grubbing
Pengukuran dan pembayaran untuk konstruksi permanen yakni jalan akses, dan bangunan
serta bangunan permanen yang lain harus dihitung dalam total luasan m2 dengan ketentuan
luasan clearing dan grubbing mengacu pada gambar rencana atau dengan persetujuan
Engineer.
2) Stripping
Pengukuran untuk pembayaran untuk konstruksi permanen yakni jalan akses, bangunan dan
bangunan permanen yang lain harus dihitung dalam total luasan m2 tanah yang dikupas
(stripped) atau penggalian dari muka tanah ke elevasi yang ditentukan dengan kedalaman
sekitar 0.30 m yang mengacu pada gambar rencana atau dengan persetujuan engineer.

2.4 Penggalian Terbuka


2.4.1 Umum
Semua penggalian terbuka yang diperlukan untuk pekerjaan konstruksi harus dibuat pada lines,
level, grade dan dimensi atau kualitas material hasil galian seperti diperlihatkan dalam gambar,
secara detail dalam persyaratan, atau sesuai instruksi oleh Engineer. Selama pelaksanaan
pekerjaan, Engineer mungkin melihat hal penting atau diperlukan sekali untuk merubah slope,
grade atau dimensi penggalian dari yang tercantum dalam persyaratan dan Kontraktor tidak dapat
meminta penambahan biaya akibat adanya perubahan tersebut.
Semua penggalian terbuka yang lain, kontraktor dapat membuat suatu alternatif yang baik
misalnya pada jalan untuk melancarkan pekerjaan yang diperlukan, untuk tempat pembuangan
hasil material galian, atau semua keperluan yang lain, harus dikerjakan tanpa melewati batas
persetujuan oleh Engineer dan Kontraktor harus menanggung biayanya dengan tidak meminta
biaya tambahan pada Pemberi Kerja. Kontraktor agar setiap saat mengambil semua tidakan
pencegahan yang diperlukan untuk menjaga galian dan material hasil galian yang ada disekitarnya
dan yang berada diluar garis yang ditentukan pada semua penggalian dan harus selalu menjaga
kekuatannya.
Kecuali sebaliknya ditentukan oleh Engineer suatu dan semua galian yang melebihi batas yang
dilakukan Kontraktor untuk maksud dan alasan tertentu, kecuali diperintahkan secara tertulis oleh
Engineer harus dianggap sebagai galian yang tidak diperlukan (dikuasakan) dan akan dibiayai oleh
Kontraktor sendiri dengan tidak ada biaya untuk galian yang melebihi dari ketentuan .
Kecuali ada persetujuan lain oleh Engineer, semua penggalian yang tidak sah termasuk kelebihan
penggalian harus diurug kembali oleh kontraktor dengan galian tanah semula, material timbunan
dipadatkan, beton class “F” atau setiap material urugan yang lain sesuai instruksi oleh Engineer
dan atas biaya dari kontraktor.
SPESIFIKASI TEKNIS :

Pembayaran akan dilakukan pada kontraktor untuk urugan kembali, penggalian yang lebih dan
atau keruntuhan akibat kondisi geologi yang jelek dari tanah atau batuan yang bukan dikarenakan
dari kecerobohan atau kesalahan yang dilakukan oleh kontraktor dan sesuai dengan ketentuan
dari Engineer.
Pembayaran backfill tersebut akan dibuat dengan harga satuan untuk material backfill yang
digunakan seperti yang ditentukan Engineer yang berdasarkan pada harga satuan dalam bill of
quantity. Bagaimana pula tidak ada pembayaran yang akan dibuat untuk galian tambahan, lain dari
pada yang ditentukan Engineer.
Semua penggalian untuk struktur pondasi atau timbunan harus dikerjakan dalam kondisi kering.
Pada tampilan dalam gambar atau dimana instruksi oleh Engineer, kontraktor harus membangun
drainase permukaan untuk mengalihkan air keluar dari lokasi penggalian terbuka yang dibuat.
Semua pekerjaan akan dianggap telah memperhatikan kontrol terhadap air seperti yang ditetapkan
pada spesifikasi ini dan sudah termasuk didalam harga yang layak pada bill of quantity.
Kontraktor harus mempertimbangkan penanggulangan untuk perlindungan slope pada penggalian
terbuka dari erosi atau keruntuhan selama konstruksi. Biaya pekerjaan harus ditanggung oleh
kontraktor dan harus mempertimbangkan untuk memasukkan dalam item yang relevan untuk
penggalian sesuai bill of quantity.
Dalam semua pekerjaan permanen yang berhubungan dengan penggalian terbuka , kontraktor
agar melaksanakan semua perlindungan slope dengan cara konservasi tanah untuk dapat diterima
oleh enginer. Biaya untuk semua pekerjaan harus sudah termasuk dalam harga satuan untuk
penggalian sesuai bill of quantity, kecuali jika pembuatan proteksi slope khusus ditampilkan dalam
gambar atau keperluan dari persyaratan dan tercantum dalam item tersendiri dalam bill of quantity.
2.4.2 Slope galian Pada Penggalian Terbuka
Kecuali ditampilkan lain dalam gambar, ditentukan dalam persyaratan, atau
instruksi oleh Engineer, slope galian untuk penggalian terbuka harus ditetapkan
dalam tabel berikut. Penambahan lebar berm satu (1.0) meter harus diberikan
pada tinggi interval setiap lima (5.0) meter untuk pembuatan slope pada material
tanah biasa (common soil).
Material Slope (V : H) Uraian
Rock 1 : 0.5 Untuk slope permanen
1 : 0.3 Untuk slope sementara
1 : 0.2 Untuk slope Urugan
Mateial Umum (common)
Residual (grade V, VI) 1 : 1.0 Untuk slope permanen
1 : 0.7 Untuk slope sementara
1 : 0.7 Untuk slope urugan

Transported 1 : 2.0 Untuk slope permanen


SPESIFIKASI TEKNIS :

Material (Alluvium) 1 : 1.5 Untuk slope sementara


1 : 1.5 Untuk slope urugan

2.4.3 Penggalian, Batas, Level dan Kemiringan


Semua Penggalian terbuka harus dilaksanakan sesuai rencana gambar, level, grade dan dimensi
sepeti ditampilkan dalam gambar atau sesuai instruksi Engineer dan harus dipangkas dengan rapi
dan dilengkapi dengan finishing pada batas yang sudah ditentukan, dengan perkecualian pada titik
kenaikan individual dari batu yang tidak terganggu, dizinkan diperpanjang dalam batasnya yang
sudah direncanakan tidak lebih dari lima belas (15) centimeter dimana permukaan tidak ditutup
beton. Jika permukaan penggalian ditutup oleh beton, supaya dipotong atau permukaannya
didatarkan sesuai persetujuan oleh Engineer dengan menggunakan peralatan tangan atau
peralatan mekanis yang disetujui.

2.4.4 Lapisan Tipis dan Pelapukan Lainnya


Penyelidikan pondasi sebelum dilaksanakannya galian lereng atau pondasi tidak mungkin dapat
mengungkap semua lapisan – lapisan tanah yang tipis dan pelapukan – pelapukan yang mungkin
ada, harus diantisipasi munculnya patahan setempat lapisan tipis dan zona atau balutan tanah
termasuk batuan beku dan clay secara bersamaan selain dari pengertian Engineer tentang kualitas
batuan yang dapat diterima, apabila pelapukan – pelapukan tersebut terjadi harus diperbaiki
dengan penggalian setempat dan ditimbun kembali sesuai dengan ketentuan dalam pasal
timbunan atau pekerjaan beton.
2.4.5 Pengukuran Penggalian Terbuka
1) Penggalian
Pengukuran untuk pembayaran setiap kelas material penggalian terbuka akan dibuat dalam
volume penggalian pada batas yang ditentukan, level, grade dan dimensi yang ditampilkan
dalam gambar, sudah direncanakan dalam persyaratan, atau sesuai instruksi oleh Engineer.
Jika ditentukan lain dalam persyaratan setiap pengukuran harus berdasarkan kondisi
sesudah pengupasan permukaan tanah atau sesuai persetujuan Engineer. Bila pengupasan
tidak dilakukan maka pengukuran dimulai dari permukaan tanah aslinya. Untuk maksud
pengukuran untuk pembayaran pada galian secara umum harus diambil mulai dari tanah asli
sesudah dilakukan clearing dan groubing.
Kelas material galian agar setiap saat ditentukan berdasarkan pada analisa dan penilaian
Engineer sesuai dengan klasifikasi secara detail dalam bab ini.
Sebelum dan sesudah dilaksanakannya pekerjaan galian yang dibayar, dibuat volume yang
diukur dengan cara survey, kontraktor agar membuat survei pengukuran, dengan
menentukan batas, level dan dimensi sebelum penggalian permukaan tanah dan permukaan
SPESIFIKASI TEKNIS :

galian yang sudah selesai dikerjakan. Pengukuran ini akan dicek oleh Engineer dan disetujui
oleh pemberi kerja.
Tidak kurang tujuh (7) hari kerja sebelum permulaan setiap survai pengukuran, kontraktor
agar mengajukan pada Engineer untuk mendapat persetujuan, yang terlihat dalam rencana
layout yang diajukan semua benchmark (BM), referensi batas, potongan melintang sedetail
mungkin dari metode survei yang akan digunakan, dan metode perhitungan volume.
Batas dan titik harus di set-up pada permukaan tanah dan yang berhubungan dengan stasion
survai yang tetap tidak kurang dari 24 jam sebelum semua pekerjaan survai dimulai, dan
harus memberitahukan pada Engineer. Semua batas acuan dan titik acuan harus dipelihara
dengan kondisi yang baik oleh kontraktor sesuai dengan instruksi dari Engineer agar supaya
pengecekan secara independen dapat dilaksanakan oleh Engineer. Dan catatan asli hasil
survey di lapangan agar diserahkan pada Engineer dan dengan semua catatan yang dibuat
dalam survei pengukuran aktual dan perhitungan volumenya.
Pengukuran survey merupakan dasar dari perhitungan volume, untuk menyelesaikan klaim
dan pembayaran yang harus dilakukan oleh Engineer dan pemberi kerja. Kontraktor harus
memberitahu kepada Engineer akan maksudnya untuk mengadakan chek pengukuran dalam
waktu yang cukup untuk dan melakukan pengukuran bersama (joint) yang diadakan tanpa
mengganggu pelaksanaan pekerjaan.
2) Stockpiling dan Pembuangan
Pengukuran tempat penimbunan (stockpiling) untuk material galian yang akan digunakan
dalam pekerjaan (bila diperlukan) dan untuk pembuangan material galian yang tidak dipakai
dalam area pembuangan, akan dihitung dalam volume masing-masing galian setiap material
dalam meter kubik.
Semua pengukuran untuk material yang ditimbun dan material buangan untuk maksud
pengajuan pembayaran agar mendapatkan persetujuan Engineer dan harus dihitung sesuai
dengan perhitungan volume dan metode perhitungan harus dichek bersama-sama kontraktor
dan Engineer.
3) Pekerjaan Pendukung Penggalian
Pekerjaan pendukung penggalian dimana disetujui oleh Engineer akan diperhitungkan untuk
pembayaran sesuai dengan ketentuan yang relevan spesifikasi ini.
2.4.6 Pembayaran Untuk Penggalian Terbuka
1) Penggalian
Pembayaran untuk penggalian terhadap variasi kelas untuk galian terbuka dibuat dalam
harga satuan dalam meter kubik seperti pada penawaran untuk tiap class penggalian dalam
item pekerjaan yang berhubungan dalam daftar kuantitas (bill of quantity).
Setiap harga satuan harus termasuk biaya untuk semua tenaga, peralatan, dan material yang
digunakan untuk penggalian. Material tersebut termasuk penggarukan, pemecahan dan
peledakan yang diperlukan, pemuatan untuk material yang digali dan pengangkutannya
SPESIFIKASI TEKNIS :

dalam jarak sampai dengan satu (1) kilometer sampai ke tempat penempatan akhir. Seperti
halnya semua drainase, kontrol erosi, perlindungan slope, kestabilan dan penahan sementara
pada galian dan semua pekerjaan lainnya yang diperlukan untuk menjamin galian selalu
dalam kondisi yang baik selama konstruksi.
2) Tempat penimbunan dan buangan (disposal area)
Pembayaran untuk stockpile dari material yang digali dari penggalian yang diperlukan untuk
digunakan dalam pekerjaan konstruksi dan pembayaran untuk material galian yang dibuang
dalam tempat pembuangan akan dihitung dalam harga satuan yang mewakili dalam meter
kubik seperti yang ditenderkan dalam bill of quantity.
Semua harga satuan harus termasuk konmpensasi keseluruhan terhadap semua biaya
tenaga, peralatan dan material yang diperlukan untuk meratakan, memadatkan dan
melindungi material dalam stockpile dan biaya yang timbul akibat pemanfaatan areal stockpile
dan spoil bank, serta harus dilengkapi sarana drainase, perlindungan erosi dan pekerjaan
lain yang diperlukan seperti yang ditunjukkan dalam gambar dan keperluan yang lain yang
dipersyaratkan atau yang diarahkan Engineer.
3) Pekerjaan Pendukung Galian
Pembayaran untuk pekerjaan pendukung galian dimana yang disetujui oleh Engineer akan
dibuat (dihitung) sesuai dengan ketentuan yang relevant spesifikasi teknik ini.

2.5 Penggalian Parit (trench)


2.5.1 Umum
Penggalian parit harus dilaksanakan sesuai kebutuhan yang umum untuk penggalian terbuka
sesuai dengan persyaratan dalam sub pasal. spesifikasi ini yang merupakan penambahan
keperluan khusus pada pasal yang terdiri dari galian untuk semua tipe seperti diperlihatkan dalam
gambar atau termasuk instruksi dari Enginer, tapi tidak dibatasi seperti :
1. parit untuk pekerjaan drainase jalan termasuk parit terbuka, parit pipa, drainase silang, lubang
drainase, dan saluran drainase di lapangan.
2. Pembuatan parit untuk drainase pipa dibawah tempat pelimpah .
3. Parit untuk drainasi dan untuk menyalurkan air pada dinding pengumpul air rembesan pada
kaki hilir bendungan utama, sadledam dan timbunan penutup aliran air.
4. Parit untuk pekerjaan drainase disekitar pekerjaan outlet irigasi, spillway dan struktur yang lain
5. Drainase sementara untuk parit tempat air dan lubang yang diperlukan untuk pemindahan air
selama konstruksi.
6. Parit untuk pipa air untuk fasilitas suplay air dan sanitari
7. Galian kabel yang diperlukan untuk keperluan suply listrik, telekomunikasi dan sistem
pengontrolan dan instrumen bendungan.
8. Galian lain yang mungkin diperlihatkan dalam gambar atau sesuai instruksi enginer
SPESIFIKASI TEKNIS :

Penggalian parit terbuka harus baik dengan menggunakan peralatan tangan atau peralatan
mekanis yang disetujui dalam setiap cara pencegahan yang mengganggu atau pemecahan
material dalam penggalian pada tepi dan bawah. Pilihan dan resiko kontraktor dan dengan
persetujuan enginer perkuatan lubang pengeboran dan peledakan kecil mungkin dikerjakan dalam
lokasi yang disetujui, mengacu pada ketentuan spesifikasi umum dan spesifikasi ini.
Kontraktor harus bertanggung jawab secara penuh untuk kestabilan dan keamanan semua
penggalian parit terbuka setiap saat, dan agar menyediakan, memasang, dan semua material kayu
menopang sesuai kepentingan untuk menahan sisi penggalian parit terbuka dalam kondisi aman
dan stabil.
Kontraktor harus bertanggung jawab penuh untuk pemeliharaan semua penggalian parit terbuka
bebas dari air setiap saat sesuai dengan keperluan spesifikasi umum dan sub spesifikasi ini.
2.5.2 Pengukuran dan Pembayaran
Pengukuran dan pembayaran penggalian parit terbuka dalam setiap kelas material akan dibuat
sesuai volume galian pada dimensi, garis, level, atau kedalaman galian, seperti diperlihatkan
dalam gambar atau sesuai instuksi enginer, sesuai dengan ketentuan penentuan kelas material
galian akan ditentukan berdasar pada analisa dan pertimbangan Engineer.
Pembayaran untuk variasi kelas penggalian parit terbuka akan dibuat harga satuan per meter
kubik sesuai dengan item yang relefan dalam bill of quantity sesuai dengan ketentuan. Setiap
harga harus mempertimbangkan untuk memasukkan semua biaya yang terkait dengan keperluan
material pendukung yang diperlukan untuk menjaga keamanan dan kestabilan setiap penggalian
sebaiknya semua biaya sudah terkait dengan menjaga setiap galian setiap saat.

2.6 Galian Untuk Struktur


2.6.1 Umum
Kecuali bila diarahkan lain atau disetujui Engineer, semua lokasi penggalian dengan kelengkapan
penggalian open – cut atau penggalian parit.
Kegiatan kontraktor dalam semua jenis penggalian untuk struktur harus dilaksanakan sesuai
dengan persyaratan dari bab ini.
2.6.2 Penggalian Di Atas Beton Yang Akan Diletakkan
Galian bawah dan kemiringan samping dimana struktur beton akan ditempatkan, harus digali untuk
keperluan grade, line, dan dimensi seperti dalam gambar atau sesuai instruksi Engineer. Tidak ada
ijin material untuk perluasan dari garis yang terencana dari beton struktur. Jika permintaan secara
tertulis , material galian yang melewati batas untuk struktur beton pada semua tempat dalam
penggalian maka kelebihan galian harus diisi dengan beton class “F”.
Pembayaran untuk setiap penambahan galian akan dibuat harga satuan per meter kubik dalam
daftar kuantitas untuk penggalian struktur dan pembayaran untuk beton klas ‘F’ yang ditempatkan
dalam setiap penambahan akan dibuat harga satuan yang pantas seperti dalam daftar kuantitas.
SPESIFIKASI TEKNIS :

Kelebihan penggalian yang dibuat oleh kontraktor untuk semua kegunaan atau sebab tanpa
permintaan tertulis dari Engineer harus diisi ulang dengan beton class “F”, biaya perlengkapan dan
penempatan, sepenuhnya ditanggung oleh kontraktor, kecuali untuk cement yang digunakan pada
beton yang akan digunakan untuk pengisian semua kelebihan penggalian atau patahan yang
berlebihan akibat kondisi geologi yang jelek dari tanah atau batuan.
2.6.3 Pengukuran dan Pembayaran
Pengukuran dan pembayaran untuk pembersihan, penebangan, dan pengupasan untuk galian
pada struktur akan dibuat sesuai dengan terpisah dari pengukuran dan pembayaran untuk
penggalian.
Pengukuran dan pembayaran untuk penggalian struktur akan dibuat sesuai dengan ketentuan
yang relevant untuk pengukuran dan pembayaran untuk penggalian terbuka pada galian parit
seperti ketentuan dalam bab 2.4 dan 2.5 bab ini pada kisaran satuan penawaran dalam daftar
kuantitas untuk pekerjaan item yang bervariasi.

2.7. Pekerjaan Test Pit


2.7.1. Umum
Pekerjaan Tes Pit adalah pembongkaran tanah pada lokasi atau titik sebelum dilakukan penggalian
tanah untuk konstruksi. Tujuan dari pekerjaan ini adalah untuk mengetahui utilitas yang ada di
bawah permukaan tanah atau jalan dan mengetahui struktur tanah sehingga nantinya tidak
mengganggu dalam pekerjaan galian maupun pekerjaan lainnya.
2.7.2. Prosedur Pelaksanaan
1 Pekerjaan Tes Pit dilakukan pada lokasi borrow area dan ditujukan untuk mengetahui utilitas yang
ada di bawah tanah dan struktur tanah.
2 Ukuran pekerjaan Tes Pit adalah 1 m x 2 m x 2 m atau sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan atau
sampai batas ukuran pelaksana pekerjaan dapat bergerak dengan leluasa.
3 Jika tanahnya mudah runtuh, maka harus dibuat dinding penahan pada areal pekerjaan tersebut.
4 Jika terdapat air tanah dangkal, maka harus dibuang atau dipompa.
5 Pembongkaran tanah dilakukan sedalam kurang lebih 2 m atau sampai tidak adanya gangguan
dalam tanah/gangguan yang menghambat pekerjaan galian.
6 Lubang Tes Pit harus diamankan dengan cara ditimbun kembali, serta diaspal seperti kondisi
semula.
SPESIFIKASI TEKNIS :

BAB III
PEKERJAAN TIMBUNAN

3.1 Pekerjaan Timbunan


3.1.1 Lingkup pekerjaan
Yang dimaksud dengan Timbunan dalam spesifikasi ini adalah Timbunan temasuk keseluruhan
dari pekerjaan yang permanen untuk urugan.
3.1.2 Timbunan dan Bahan Urugan
Material timbunan dipilih sebagai berikut:
- Material Timbunan:
- Material Random / material hasil galian
3.1.3 Rencana dan Persetujuan Pelaksanaan
Sebelum memulai konstruksi timbunan, Kontraktor harus menyiapkan dan mengirimkan rencana
tentang besarnya pekerjaan yang diusulkan yang meliputi tipe pekerjaan konstruksi timbunan yang
akan dilaksanakan, jenis material konstruksi yang akan digunakan, sumber lokasi bahan yang
akan diambil, metode konstruksi yang diusulkan, peralatan yang akan digunakan, urut-urutan dari
pekerjaan yang diusulkan tahap-tahap pelaksanaan dan jadwal pelaksanaan pekerjaannya untuk
disetujui oleh Engineer.
Persetujuan dari Engineer tidak membebaskan Kontraktor terhadap tanggung jawabnya
sehubungan dengan keamanan pekerjaan atau kerusakan-kerusakan terhadap pekerjaan atau hal-
hal yang lain yang dapat terjadi selama pelaksanaan.
Bila dianggap perlu Engineer dapat memberikan perintah skorsing terhadap pekerjaan konstruksi
timbunan sewaktu-waktu, hal tersebut dilakukan bila ternyata kwalitas pekerjaannya rendah,
peralatan, material, pekerja dan efisiensinya tidak memadai atau dikarenakan kondisi iklim.
Kontraktor tidak diperbolehkan mengajukan kompensasi tambahan harga untuk harga satuan
seperti yang tertera dalam Bill of Quantities dengan alasan penghentian pekerjaan yang ditentukan
oleh Engineer.
Kontraktor harus memelihara secara keseluruhan timbunan dengan cara yang disetujui sampai
penyelesaian akhir dan penerimaan pekerjaan diakhir kontrak.
3.1.4 Pembuatan batas, kemiringan dan ketinggian
Timbunan harus dibangun pada batas, kemiringan dan ketinggian seperti yang ditunjukkan dalam
Gambar Rencana. Garis timbunan yang dibentuk bagian dari timbunan selalu bervariasi dari waktu
ke waktu terutama selama pembangunan dan harus diarahkan Engineer dan Kontraktor tidak
boleh mengajukan tambahan biaya Harga Satuan dengan adanya hal tersebut.
SPESIFIKASI TEKNIS :

Kecuali bila ditunjukan dalam gambar atau kebutuhan spesifikasi atau atas pengarahan Engineer
maka timbunan harus dilaksanakan secara seragam dan berakhir sesuai dengan panjang dan
lebar timbunannya. Dan tidak ada bagian dari timbunan yang akan lebih tinggi antara satu dengan
lainnya.
3.1.5 Penempatan dan Pemadatan Material Timbunan
Semua bahan timbunan dan sumber pengambilan material yang digunakan untuk konstruksi
timbunan harus mendapat persetujuan dari Engineer.
Material timbunan harus bebas dari material organik, top soil, tanaman yang mudah busuk atau
material yang tidak berguna.
Stabilitas pondasi untuk penempatan material timbunan harus disetujui oleh Engineer. Tidak ada
material timbunan yang akan ditempatkan pada permukaan pondasi tanpa persetujuan Engineer.
Bahan untuk timbunan harus dihamparkan dan dipadatkan dengan mengikuti spesifikasi yang
telah ditentukan kecuali Engineer menginstruksikan untuk melakukan variasi gradasi, moisture
content, density, penempatan dan pemadatan tertentu untuk bermacam-macam tipe material
timbunan dengan mempertimbangkan dengan kondisi aktual pelaksanaan pekerjaan. Dan
Kontraktor tidak diperbolehkan menambah biaya tambahan pada Harga Satuan yang tertera dalam
bill of quantities sehubungan dengan pekerjaan variasi tersebut.
Tes urugan (test fill) dan Tes pemadatan untuk material yang akan digunakan harus disesuaikan
dengan ketentuan untuk mendapatkan hasil penempatan dan teknik pemadatan yang memuaskan.
Secara rutin tes kontrol konstruksi pada material timbunan harus dikerjakan sesuai dengan
kebutuhan.
Metode pemadatan material timbunan dan peralatan pemadatan yang digunakan Kontraktor harus
disetujui oleh Engineer. Tipe peralatan pemadatan harus sesuai dengan ketentuan. Kontraktor
dapat mengusulkan alternatif peralatan pemadatan dan metode pemadatannya, namun
pelaksanannya harus disetujui Engineer.
Dalam pengajuan usulan pelaksanaan Kontraktor harus menyertakan secara detail jenis dan tipe
peralatan pemadatan yang diusulkan termasuk jenis dan tipe peralatan pemadatan yang
digunakan pada pekerjaan yang sejenis sebelumnya, termasuk tingkat efisiensi waktu yang
diajukan kepada Engineer sebagai pertimbangan untuk menyetujui usulan Kontraktor.
Peralatan pemadatan dan metode pemadatan yang akan digunakan Kontraktor baik yang sesuai
dengan spesifikasi atau yang ditentukan Engineer. Tes tersebut untuk menunjukkan kesesuaian
peralatan pemadatan dan metode pemadatan yang diusulkan oleh Kontraktor terhadap spesifikasi
tingkat keseragaman pemadatan material.
Kecuali ditentukan lain oleh Engineer, semua pemilihan, pemrosesan, pengkondisian material yang
meliputi pengayakan, pencampuran, kondisi kebasahannya dan pemindahan material yang tidak
sesuai harus dilaksanakan pada sumber materialnya seperti pada tempat penggalian material,
borrow pit, quarry atau pada stockpile.
SPESIFIKASI TEKNIS :

Semua material timbunan yang telah disetujui untuk konstruksi timbunan tetapi sumber bahan
materialnya tidak jelas akan ditempatkan pada lokasi sementara yang ditetapkan oleh Engineer
dan Kontraktor tidak boleh menambah biaya pada Harga Satuan dari bill of quantities atas kondisi
tersebut.
Penempatan dan perataan material timbunan untuk pemadatan harus dilaksanakan dengan cara
sedemikian rupa sehingga memperkecil segregasi untuk mendapatkan ketebalan yang seragam
dan konsisten. Partikel-partikel material yang lebih besar harus disebarkan merata ke dalam
lapisannya.
Bilamana timbunan dikerjakan tidak sejajar melawan atau disekitar konstruksi beton penempatan
dan pemadatan material timbunan harus ditunda sampai konstruksi beton telah mencapai umur
paling tidak 7 hari s/d 28 hari sebagaimana diarahkan Engineer. Dan bila diperkirakan jadwal
pembetonannya masih jauh sedapat mungkin material urugan harus ditempatkan secara rata
dengan tahap pengecorannya agar memperoleh ketinggian yang sama pada kedua sisi konstruksi
tersebut, dengan demikian dapat memperkecil ketidak seimbangan pembebanan pada
konstruksinya. Kecuali bila ditunjukkan pada gambar, diperlukan spesifikasi khusus atau diarahkan
Engineer bahwa pelaksanaan konstruksi berat dan peralatan pemadatan tidak diijinkan melewati
konstruksi beton dengan ketebalan kurang dari 1.5 m atau sebaliknya.
Bila sesudah penempatan atau pemadatan, material telah bercampur dengan material dari yang
lain atau dengan tanah atau keberadaan material lain yang tak dikehendaki misalnya material
terbawa akibat lintasan mesin konstruksi atau akibat yang lain, material tersebut harus dibuang
dan diganti dengan material baru yang sesuai dengan materialnya dan seterusnya dipadatkan lagi.
Kontraktor tidak dibenarkan menambahkan beaya (kompensasi) akibat penyediaan material,
penempatan atau pemadatannya akibat penggantian material timbunan tersebut diatas.
3.1.6 Pengukuran dan Pembayaran
Semua timbunan apakah dibangun dari material yang didapatkan dari galian yang diperlukan untuk
bagian lain dari pekerjaan atau dari borrow pit atau dari quarry akan dihitung dan dibayar
berdasarkan volume timbunan sesudah penempatan, pemadatan dan pengetesan dilaksanakan
sesuai dengan spesifikasinya.
Perhitungan dan pembayaran untuk material timbunan akan dibuat dalam besaran volume material
dalam meter kubik timbunan yang telah selesai sesuai dengan gambar rencana atau sesuai
dengan pengarahan dari Engineer tanpa toleransi sesuai konstruksi yang ada. Pembayaran
material timbunan akan dibuat harga satuan per meter kubik seperti yang tertera didalam tender
penawaran dalam Bill of Quantities.
Dimana material timbunan disupply dari stockpile maka harga satuan dianggap termasuk semua
pekerja, material dan peralatan yang diperlukan untuk membentuk pekerjaan termasuk galian (tak
termasuk stripping), pemilihan, prosesnya dan kondisi material pada sumber pengambilan,
pengambilan dan pengangkutannya ke lokasi konstruksi timbunan atau ke tempat trial timbunan,
penempatan dan pemadatan, pelaksanaan testing dari trial timbunan, penempatan dan pemadatan
SPESIFIKASI TEKNIS :

material di timbunan, tambahan kondisi material temasuk pembasahan atau pengeringan dan
keperluan lain yang diperlukan timbunan dan semua test kontrol konstruksinya.
Apabila material timbunan disupply langsung dari tempat galian dari bagian pekerjaan yang lain
maka harga satuan harus dianggap termasuk pekerjaan yang sebelumnya dengan perkecualian
bahwa untuk galian, loading, pengangkutan dan menggunakan stockpile sementara, pembayaran
layaknya dibuat sebagai item pekerjaan galian seperti yang ditetapkan pada Bab 2 pada
spesifikasi teknik ini.

3.2 Material Timbunan


3.2.1 Umum
Timbunan dari harus mengikuti sebaik-baiknya persyaratan yang ada hubungannya. Begitu pula
untuk persyaratan penggalian pondasinya pada Spesifikasi Teknik ini.
3.2.2 Material Timbunan
Material timbunan disyaratkan sebagai berikut : timbunan harus terdiri material yang terpilih yang
terdiri dari campuran yang homogen dari clay, silt (lumpur), gravel dari hasil galian timbunan.
3.2.3 Persiapan Pondasi
Material yang ditempatkan pada timbunan , permukaan pondasinya harus bersih, kering, dan
persiapannya harus sesuai dengan persetujuan Engineer. Sesudah penyelesaian galian,
Permukaan pondasi harus dibersihkan dengan kompresor angin.
Segera sebelum penempatan lapisan pertama material timbunan, permukaan pondasi harus
dibersihkan dari semua material yang lepas, material yang tidak berguna dan genangan air harus
dikeringkan. Permukaan pondasi harus mempunyai kelembaban yang cukup untuk mendapatkan
perlengkatan yang kuat dengan layer pertama dari timbunan. Semua detail penggunaan yang
berkenaan dengan penggalian dan persiapan pondasi diuraikan pada spesifikasi ini.
3.2.4 Penempatan
Pemilihan, penempatan, perataan dan pemadatan material random harus sedemikian hingga
distribusi dan gradasi materialnya harus bebas dari lensa-lensa, kantong-kantong atau lapisan
yang tak kokoh dalam susunannya terutama yang berbeda dalam texture, gradasi, moisture
content atau density dari material disekitarnya.
Pada pengisian yang terus menerus material ditempatkan pada urugan sedemikian sehingga
menghasilkan distribusi yang paling baik dengan persetujuan Engineer. Dan untuk mencapai
maksud ini Engineer dapat mengatur di lapangan dengan beban-beban yang khusus harus
ditempatkan.
3.2.5 Pemadatan.
Tipe dan spesifikasi peralatan pemadatan (Stamper) yang akan digunakan oleh Kontraktor harus
disetujui oleh Engineer yang berhubungan dengan Loading, pengoperasian dan kecepatan yang
dibutuhkan untuk mendapatkan tingkat pemadatan yang diinginkan harus mendapat persetujuan
SPESIFIKASI TEKNIS :

Engineer. Bila dipergunakan lebih dari satu alat untuk pemadatannya maka tipe dan spesifikasinya
harus sama khususnya sama dalam beratnya, dimensi dan sifat operasinya.
Bila pekerjaan berhenti pada suatu bagian konstruksi dari material kedap air dan menurut
perkiraan akan hujan maka sebagian permukaanya harus diselesaikan dengan membuat
kemiringan yang relatif licin untuk fasilitas pengeringan untuk air hujan. Sebelum penempatan dan
pemadatan hamparan dimulai permukaan harus dikasarkan lagi dan kondisi kadar airnya harus
disesuaikan seperti yang diterangkan pada Pasal sebelumnya.
3.2.6 Pengukuran dan Pembayaran
Pengukuran dan pembayaran untuk material random dalam timbunan akan dibuat berdasarkan
berbagai syarat, pengarahan dan petunjuk dari Engineer. Dan pembayaran dihitung berdasarkan
volume dalam m3 material yang dipadatkan dengan batasan garis, kemiringan dan elevasinya
seperti pada gambar.

3.3 Pengetesan Kontrol (Control testing)


3.3.1 Umum
Semua pengetesan secara rutin diperlukan untuk pengontrolan mutu material timbunan dan isian
yang ditempatkan dalam timbunan harus dilaksanakan Kontraktor sebagaimana yang
dipersyaratkan di sini sesuai dengan instruksi dari Engineer. Engineer akan mengecek dan
menganalisa semua pekerjaan yang dilaksanakan Kontraktor dalam rangka menjamin bahwa
kontraktor telah menyelesaikannya dengan kualitas yang ditentukan, dan akan mengadakan
percobaan sendiri untuk meyakinkan bahwa kualitas material timbunan betul-betul sudah sesuai
dengan spesikasi.
Kontraktor tidak diperkenankan mengajukan klaim untuk tambahan biaya dan waktu atas
percobaan sendiri yang dilakukan oleh engineer.
3.3.2 Tanggung Jawab Kontraktor
Kontraktor harus bertanggung jawab penuh untuk meyakinkan bahwa material urugan yang
ditempatkan di timbunan adalah sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan untuk masing-masing
material timbunan. Dan menjamin bahwa material ditempatkan dan dipadatkan dalam timbunan
berada pada kandungan air (moisture content) dalam batasan yang sesuai dengan spesifikasi tiap
timbunan.
Untuk maksud ini Kontraktor harus melaksanakan dengan periode tertentu atau bila dianggap
perlu dan diarahkan engineer. Semua sampel, pengetesan, perhitungan dan pekerjaan lain harus
dikontrol sehingga material urugan yang dipadatkan ditimbunan telah memenuhi persyaratan
spesifikasinya. Berdasarkan hasil yang didapatkan dari pekerjaan tersebut, Kontraktor harus
mengarahkan semua personelnya yang terlibat dalam konstruksi urugan dan penempatannya
untuk menjamin persyaratan pada bagian ini memuaskan dengan penuh perhatian.
Engineer akan memutuskan untuk menolak sewaktu-waktu selama pelaksanaan pekerjaan bila
kontrol mutu material urugan Kontraktor, gradasi, kontrol kelembaban dan pemadatan tidak
SPESIFIKASI TEKNIS :

memenuhi betul dengan persyaratan kebutuhan yang dimaksud. Engineer akan mengambil alih
tanggung jawab terhadap pengawasan dan semua wewenang yang dijalankan dalam
melaksanakan semua kewajiban yang ditugaskan kepada Kontraktor untuk maksud pengawasan
konstruksi timbunan dan pengawasan material isian untuk beberapa waktu sejauh mana dia
menganggap perlu atau sampai penyelesaian pekerjaan, semua atas beaya dan tanggung jawab
Kontraktor.
SPESIFIKASI TEKNIS :

BAB IV
PEKERJAAN BETON

4. PEKERJAAN PENGADAAN DAN PEMASANGAN BETON PRACETAK & BETON COR


DITEMPAT
4.1. BETON
4.1.1. Umum.
1. Uraian
a. Yang dimaksud dengan beton adalah campuran antara semen Portland atau semen hidraulik yang
setara, agregat halus, agregat kasar dan air dengan atau tanpa bahan tambah membentuk
massa padat;
b. Pekerjaan harus mencakup pelaksanaan seluruh struktur beton bertulang, beton pracetak sesuai
dengan spesifikasi dan gambar kerja rencana atau sebagaimana yang disetujui oleh Direksi
Pekerjaan;
c. Pekerjaan ini harus pula mencakup penyiapan tempat kerja untuk pengecoran beton, pengadaan
perawatan beton, lantai kerja dan pemeliharaan pondasi seperti pemompaan atau tindakan lain
untuk mempertahankan agar pondasi tetap kering;
d. Mutu beton yang digunakan pada masing-masing bagian dari pekerjaan dalam Kontrak harus
seperti yang ditunjukkan dalam gambar kerja rencana atau sebagaimana diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan. Mutu beton yang digunakan dalam Kontrak ini dibagi sebagai berikut:

Tabel 1.1 Mutu Beton dan Penggunaan

Jenis Beton fc’ σbk’

(Mpa) (Kg/cm2 ) Uraian

Mutu tinggi 35-65 K400-K800 Umumnya digunakan untuk beton prategang


seperti tiang pancang beton prategang, gelagar
beton prategang, pelat beton prategang, beton
precast dan sejenisnya.

Mutu sedang 20 - < 35 K250 - <K400 Umumnya digunakan untuk beton bertulang
seperti pelat lantai jembatan, gelagar beton
bertulang, diafragma, kerb beton pracetak,
gorong-gorong beton
SPESIFIKASI TEKNIS :

15 – <20 K175 – <K250 Umumya digunakan untuk beton tanpa tulangan


seperti beton siklop, trotoar dan pasangan batu
kosong yang diisi adukan, pasangan batu.

10 – <15 K125 – <K175 Digunakan sebagai lantai kerja, penimbunan


kembali dengan beton

a) Kuat tekan beton karakteristik (fc’) lebih besar dari 65 MPa digunakan spesifikasi khusus.
b) Kontraktor wajib menyampaikan metode pembuatan beton precast (metode produksi dan control
kualitas masing-masing proses produksi), lengkap data dan foto alat produksi dan alat control
proses produksi.
c) Faktor kunjungan lapangan akan diperlukan menentukan kesesuaian metode produksi dan
kontrol quality proses produksi yang disampaikan.

d) Proses penyediaan beton precast yang disampaikan dalam usulan teknis metode pelaksanaan
akan mengikat penawaran dan pelaksanaan di lapangan apabila telah ditetapkan sebagai
pemenang.

e) Tidak dibolehkan melakukan pencetakan beton precast di lapangan, pencetakan harus


dilakukan di pabrik.
f) Untuk beton precast dalam rangka perawatan beton/curring harus menggunakan metode steam
curringdan tidak boeh menggunakan sytem natural curring, kecuali untuk beton cast in place.

4.1.2. Persyaratan

1. Standar Rujukan
Standar Nasional Indonesia (SNI):
SNI 03-2460-199 1 : Spesifikasi Abu Terbang sebagai Bahan Tambahan untuk
Campuran Beton
SNI 03-2495-1991 : Spesifikasi BahanTambahan untuk Beton
SNI 03-4433-1997 : Spesifikasi Beton Siap Pakai
SNI 03-3976-1995 : Tata Cara Pengadukan dan Pengecoran Beton
SNI 03-2834-2000 : Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal
SNI 03-1968-1990 : Metode Pengujian tentang Analisis Saringan Agregat Halus dan
Kasar.
SNI 03-1972-1990 : Metode Pengujian Slump Beton
SNI 03-1973-1990 : Metoda Pengujian Berat Isi Beton
SPESIFIKASI TEKNIS :

SNI 03-1974-1990 : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton.


SNI 03-2417-1991 : Metode Pengujian Keausan Agregat dengan Mesin Los
Angeles. SNI
SNI 03-2458-199 1 : Metode Pengambilan Contoh Untuk Campuran Beton Segar.
SNI 03-2491-1991 : Metode Pengujian Kuat Tarik Belah Beton
SNI 03-2493-1991 : Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di
Laboratorium
SNI 03-2816-1992 : Metode Pengujian Kotoran Organik Dalam Pasir untuk Campuran
Mortar dan Beton.
SNI 15-2049-2004 : Semen Portland
SNI 03-3403-1994 : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton Inti Pemboran
SNI 03-3407-1994 : Metode Pengujian Sifat Kekekalan Bentuk Agregat Terhadap
Larutan Natrium Sulfat dan Magnesium Sulfat.
SNI 03-3418-1994 : Metode Pengujian Kandungan Udara Pada Beton Segar
SNI 03-4141-1996 : Metode Pengujian Gumpalan Lempung dan Butir-butir Mudah
Pecah Dalam Agregat.
SNI 03-4142-1996 : Metode Pengujian Jumlah bahan Dalam Agregat Yang Lolos
Saringan No.200 (0,075 mm).
SNI 03-4156-1996 : Metode Pengujian Bliding dari Beton Segar
SNI 03-4806-1998 : Metode Pengujian Kadar Semen Portland dalam Beton Segar
dengan Cara Titrasi Volumetri
SNI 03-4807-1998 : Metode Pengujian untuk Menentukan Suhu Beton Segar Semen
Portland
SNI 03-4808-1998 : Metode Pengujian Kadar Air dalam Beton Segar Dengan Cara
Titrasi Volumetri
SNI 03-4810-1998 : Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Lapangan.
SNI03-6817-2002 : Metode Pengujian Mutu Air Untuk digunakan dalam Beton
SNI 03- 2492-2002 : Metode Pengambilan dan Pengujian Beton Inti
Pd T–07–2005-B : Pelaksanaan pekerjaan beton untuk jalan dan jembatan
ASTM :
ASTM C 989-95 : Spesification for Ground Granulated Blast Furnace Slag for use
in Concrete and Mortars.
ASTM C 33-93 : Standard Spesification for Concrete Aggregates.

2. Toleransi Untuk Beton Cor di Tempat


Penambahan nilai toleransi untuk beton cor di tempat diizinkan sebesar 10% dari nilai tersebut di
atas.
SPESIFIKASI TEKNIS :

3. Persyaratan Bahan
a. Semen

- Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus jenis persyaratan. Apabila
menggunakan bahan tambahan yang dapat menghasilkan gelembung udara, maka
gelembung udara yang dihasilkan tidak boleh lebih dari 5%, dan harus mendapatkan
persetujuan dari Direksi Pekerjaan.

- Dalam satu campuran, hanya digunakan satu merk, kecuali disetujui oleh Direksi
Pekerjaan. Bilamana di dalam satu proyek digunakan lebih dari satu merk semen, maka
Kontraktor harus mengajukan kembali rancangan campuran beton sesuai dengan merk
semen yang digunakan.
- Sertifikat pengujian, setiap pengiriman semen harus disertai pengiriman sertifikat dari
pabrik yang menunjukkan bahwa semen tersebut telah diuji dan telah dianalisis komposisi
kimianya dan bahwa pengujian dan analisis tersebut sesuai dengan persyaratan yang
relevan dengan SNI atau standar lain yang diakui di Indonesia. Setiap
pengiriman semen ke lokasi pekerjaan harus diuji dan dianalisis menurut persyaratan
yang relevan dengan SNI atau standar lain yang diakui di Indonesia. Contoh
akan dikumpulkan sebagaimana ditentukan oleh Direksi pekerjaan dan pengujian harus
dilakukan di laboratorium yang telah disetujui oleh Direksi. Semen yang telah dipakai untuk
contoh-contoh tidak boleh dipakai dalam pekerjaan apapun sebelum proses pengujian dan
analisisnya selesai dan hasilnya telah diterima dengan baik oleh direksi.
b. A i r
Air yang digunakan untuk campuran, perawatan, atau pemakaian lainnya harus bersih, dan
bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam, asam, basa, gula atau organik.
Air harus diuji sesuai dengan; dan harus memenuhi ketentuan dalam SNI 03-6817-2002
tentang Metode Pengujian Mutu Air Untuk digunakan dalam Beton. Air yang diketahui
dapat diminum dapat digunakan. Bilamana timbul keragu-raguan atas mutu air yang
diusulkan dan pengujian air seperti di atas tidak dapat dilakukan, maka harus diadakan
perbandingan pengujian kuat tekan mortar semen dan pasir dengan memakai air
yang diusulkan dan dengan memakai air murni hasil sulingan. Air yang diusulkan dapat
digunakan bilamana kuat tekan mortar dengan air tersebut pada umur 7 hari dan 28 hari
mempunyai kuat tekan minimum 90% dari kuat tekan mortar dengan air suling untuk
periode umur yang sama.
c. Agregat
(1) Ketentuan Gradasi Agregat
- Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi ketentuan yang diberikan
dalam Tabel 1.2, tetapi bahan yang tidak memenuhi ketentuan gradasi tersebut
SPESIFIKASI TEKNIS :

harus diuji dan harus memenuhi sifat-sifat campuran yang disyaratkan sesuai
dengan SNI 03-1968-1990 Metode Pengujian tentang Analisis Saringan Agregat
Halus dan Kasar, atau ASTM C 33-93 Standard Spesification for Cocrete Agregates.

Tabel 1.2 Ketentuan Gradasi Agregat

Catatan: Bilamana disetujui oleh Direksi Pekerjaan, melalui campuran percobaan, gradasi agregat kasar
SPESIFIKASI TEKNIS :

yang berada diluar Tabel 1.2 boleh digunakan.

- Agregat kasar harus dipilih sedemikian rupa sehingga ukuran agregat terbesar tidak
lebih dari jarak bersih minimum antara baja tulangan atau antara baja tulangan
dengan acuan, atau celah-celah lainnya di mana beton harus dicor
(2) Sifat-sifat Agregat
- Agregat yang digunakan harus bersih, keras, kuat yang diperoleh dari pemecahan
batu atau koral, atau dari penyaringan dan pencucian (jika perlu) kerikil dan pasir
sungai
- Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang ditunjukkan oleh
pengujian SNI 03- 2816-1992 tentang Metode Pengujian Kotoran Organik Dalam
Pasir untuk Campuran Mortar dan Beton, dan harus memenuhi sifat-sifat
lainnya yang diberikan dalam Tabel 1.3 bila contoh-contoh diambil dan diuji sesuai
dengan prosedur yang berhubungan.

Batas Maksimum yang diijinkan untuk

Sifat-sifat Metode Pengujian Agregat

Halus Kasar

25% untuk beton mutu


Keausan agregat dengan tinggi, 40% untuk beton
Mesin Los Angeles SNI 03-2417-1991 - mutu sedang dan beton
mutu rendah

Kekekalan bentuk 10% -


12% - Natrium
agregat terhadap larutan Natrium
Natrium Sulfat dan SNI 03-3407-1994
15% -
Magnesium Sulfat 18% - Magnesium
Magnesium

Gumpalan lempung dan


partikel yang mudah SNI 03-4141-1996 3% 2%
pecah
SPESIFIKASI TEKNIS :

Bahan yang lolos


SNI 03-4142-1996 3% 1%
saringan No. 200

- Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang ditunjukkan oleh pengujian
SNI 03-2816-1992 tentang Metode Pengujian Kotoran Organik Dalam Pasir untuk
Campuran;
d. Bahan Tambah

Bahan tambah yang digunakan sebagai bahan untuk meningkatkan kinerja beton dapat
berupa bahan kimia, bahan mineral atau hasil limbah yang berupa serbuk pozzolanik
sebagai bahan pengisi pori dalam campuran beton.
4. Persyaratan Kerja
a. Cara pengambilan contoh bahan
Cara pengambilan contoh bahan sesuai dengan SNI 03-2458-1991 tentang Metode
Pengambilan Contoh Untuk Campuran Beton Segar.
b. Pengajuan Kesiapan Kerja
- Kontraktor harus mengirimkan contoh dari semua bahan yang akan digunakan dan dilengkapi
dengan data pengujian yang memenuhi seluruh sifat bahan sesuai dengan SNI 03-2493-1991
Metode pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium.

- Kontraktor harus mengirimkan rancangan campuran untuk masing- masing mutu beton yang
akan digunakan minimal 30 hari sebelum pekerjaan pengecoran beton dimulai.
- Kontraktor harus menyerahkan secara tertulis seluruh hasil pengujian pengendalian
mutu sesuai dengan ketentuan kepada Direksi Pekerjaan sehingga data tersebut selalu
tersedia apabila diperlukan.
- Kontraktor harus menyerahkan hasil pengujian percobaan campuran beton (trial mix)
berdasarkan kuat tekan beton yang harus dilaksanakan untuk umur 3 hari, 7 hari, 14 hari,
dan 28hari setelah tanggal pencampuran sesuai dengan SNI 03-1974-1990 tentang Metode
PengujianKuat Tekan Beton.
- Kontraktor harus mengirimkan gambar kerja detail dan perhitungan terinci untuk seluruh
perancah yang akan digunakan, dan harus memperoleh persetujuan dari Direksi Pekerjaan
sebelum setiap pekerjaan perancah dimulai.
- Kontraktor harus memberitahu Direksi Pekerjaan secara tertulis mengenai rencana
pelaksanaan pencampuran atau pengecoran setiap jenis beton untuk mendapatkan
persetujuannya paling sedikit 24 jam sebelum pelaksanaan, seperti yang disyaratkan disertai
dengan metode pengecoran, kapasitas peralatan yang digunakan, tanggung jawab personil
dan jadwal pelaksanaannya.
SPESIFIKASI TEKNIS :

c. Penyimpanan dan Perlindungan Bahan


- Untuk penyimpanan semen, Kontraktor harus menyediakan tempat yang terlindung dari
perubahan cuaca dan diletakkan di atas lantai kayu dengan ketinggian tidak kurang dari 300
mm dari permukaan tanah serta ditutup dengan lembaran plastik (polyethylene) selama
penyimpanan dan tidak lebih dari 3 bulan sejak disimpan dalam tempat penyimpanan di lokasi
pekerjaan.
- Semen tidak boleh ditumpuk melebihi 8 sak ke arah atas.
- Kontraktor harus menjaga kondisi tempat kerja terutama tempat penyimpanan agregat, agar
terlindung dan tidak langsung terkena sinar matahari dan hujan secara langsung sepanjang
waktu pengecoran.
- Penyimpanan agregat harus dilakukan sedemikian rupa sehingga jenis agregat atau ukuran
yang berbeda tidak tercampur.
d. Kondisi Tempat Kerja
Setiap pelaksanaan pengecoran beton harus terlindung dari sinar matahari secara langsung.
Sebagai tambahan, Kontraktor tidak boleh melakukan pengecoran bilamana tingkat
penguapan melampaui 1,0 kg/m2/jam sesuai dengan Pd T-07-2005-B.
e. Pencampuran dan Penakaran
- Rancangan Campuran
Proporsi bahan dan berat penakaran harus ditentukan sesuai dengan SNI 03-2834-2000.
Sebagai pedoman awal untuk perkiraan proporsi takaran campuran dapat digunakan.

- Campuran Percobaan
Kontraktor harus membuat dan menguji campuran percobaan dengan rancangan campuran
serta bahan yang diusulkan sesuai dengan SNI 03-2834-2000, dengan disaksikan oleh Direksi
Pekerjaan, yang menggunakan jenis instalasi dan peralatan sebagaimana yang akan
digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan.

Tabel 1.4 Pedoman Awal untuk Perkiraan Proporsi Takaran Campuran

Mutu Beton Kadar Semen


Rasio Min. (kg/m3
Ukuran Agregat
Air/Semen Maks. dari
Jenis Beton Maksuimum
(terhadap berat) campuran)
fc' (Mpa) σbk'
(kg/cm2)

50 K600 19 0,35 450


SPESIFIKASI TEKNIS :

37 0,40 395

45 K500 25 0,40 430

19 0,40 455
Mutu Tinggi
37 0,425 370

38 K450 25 0,425 405

19 0,425 430

37 0,45 350

35 K400 25 0,45 385

19 0,45 405

37 0,475 335
Mutu
30 K350 25 0,475 365
Sedang
19 0,475 385

37 0,50 315

25 K300 25 0,50 345

19 0,50 365

Mutu 20 K250 37 0.55 290

Rendah
25 0.55 315

19 0.55 335

37 0,60 265

15 K175 25 0,60 290

19 0,60 305

37 0,65 225

10 K125 25 0,65 245

19 0,65 260

- Pengujian terhadap kadar semen sesuai dengan SNI 03-4808-1998


tentang Metode Pengujian Kadar Semen Portland dalam Beton Segar dengan
SPESIFIKASI TEKNIS :

Cara Titrasi Volumetri.


- SNI 03-1974-1980 Metode Kuat Tekan Beton.

4.1.3. Pelaksanaan
1. Penyiapan Tempat Kerja
- Kontraktor harus membongkar struktur lama yang akan diganti dengan beton yang baru
atau yang harus dibongkar untuk dapat memungkinkan pelaksanaan pekerjaan beton yang
baru. Pembongkaran tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan persyaratan dari Spesifikasi
ini.
- Kontraktor harus menggali atau menimbun kembali pondasi atau formasi untuk pekerjaan
beton sesuai dengan garis yang ditunjukkan dalam gambar kerja Kerja atau sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan dan harus membersihkan di sekeliling pekerjaan beton
yang cukup luas sehingga dapat menjamin dicapainya seluruh sudut pekerjaan. Jika
diperlukan harus disediakan jalan kerja yang stabil untuk menjamin dapat diperiksanya seluruh
sudut pekerjaan dengan mudah dan aman.
- Seluruh dasar pondasi, pondasi dan galian untuk pekerjaan beton harus dijaga agar senantiasa
kering. Beton tidak boleh dicor di atas tanah yang berlumpur, bersampah atau di dalam air.
- Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan benda lain yang harus
berada di dalam beton (seperti pipa atau selongsong) harus sudah dipasang dan diikat kuat
sehingga tidak bergeser pada saat pengecoran.
- Bila disyaratkan atau diperlukan oleh Direksi Pekerjaan, maka bahan lantai kerja untuk
pekerjaan beton harus dihampar segera sebelum penghamparan bahan lain di atasnya.
- Direksi Pekerjaan akan memeriksa seluruh galian yang disiapkan untuk pondasi sebelum
menyetujui pemasangan acuan, baja tulangan atau pengecoran beton. Kontraktor dapat
diminta untuk melaksanakan pengujian penetrasi kedalaman tanah keras, pengujian kepadatan
atau penyelidikan lainnya untuk memastikan cukup tidaknya daya dukung tanah di bawah
pondasi;
- Bilamana dijumpai kondisi tanah dasar pondasi yang tidak memenuhi ketentuan, maka
Kontraktor dapat diperintahkan untuk mengubah dimensi atau kedalaman pondasi dan/atau
menggali dan mengganti bahan di tempat yang lunak, memadatkan tanah pondasi atau
melakukan tindakan stabilisasi lainnya sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan;
- Kontraktor harus memastikan lokasi pengecoran bebas dari resiko terkena air hujan dengan
memasang tenda seperlunya. Direksi Pekerjaan berhak menunda pengecoran sebelum tenda
terpasang dengan benar. Kontraktor juga harus memastikan lokasi pengecoran bebas dari
resiko terkena air pasang atau muka air tanah dengan penanganan seperlunya.
2. Acuan
SPESIFIKASI TEKNIS :

- Bilamana disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka acuan dari tanah harus dibentuk dari galian,
dan sisi-sisi samping serta dasarnya harus dipangkas secara manual sesuai dimensi yang
diperlukan. Seluruh kotoran tanah yang lepas harus dibuang sebelum pengecoran
beton;
- Acuan dibuat dari kayu atau baja dengan sambungan yang kedap dan kaku untuk
mempertahankan posisi yang diperlukan selama pengecoran, pemadatan dan perawatan;
- Untuk permukaan akhir struktur yang tidak terekspos dapat digunakan kayu yang tidak
diserut permukaannya. Sedangkan untuk permukaan akhir yang terekspos harus digunakan
kayu yang mempunyai permukaan yang rata. Seluruh sudut-sudut tajam acuan harus
ditumpulkan;
- Acuan harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dibongkar tanpa merusak permukaan
beton dengan memberikan pelumas (oil form).
3. Pengecoran
a. Pelaksanaan Pengecoran
a. Kontraktor harus memberitahukan Direksi Pekerjaan secara tertulis paling sedikit
24 jam sebelum memulai pengecoran beton, atau meneruskan pengecoran beton
bilamana pengecoran beton telah ditunda lebih dari 6 jam (final setting). Pemberitahuan
harus meliputi lokasi, kondisi pekerjaan, mutu beton dan tanggal serta waktu
pencampuran beton. Direksi Pekerjaan akan memberi tanda terima atas pemberitahuan
tersebut dan akan memeriksa perancah, acuan, tulangan dan mengeluarkan persetujuan
tertulis untuk memulai pelaksanaan pekerjaan seperti yang direncanakan. Kontraktor
tidak boleh melaksanakan pengecoran beton tanpa persetujuan tertulis dari Direksi
Pekerjaan;
b. Walaupun persetujuan untuk memulai pengecoran sudah diterbitkan, pengecoran beton
tidak boleh dilaksanakan bilamana Direksi Pekerjaan atau wakilnya tidak hadir untuk
menyaksikan operasi pencampuran dan pengecoran secara keseluruhan;
c. Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus dibasahi dengan air atau
diolesi pelumas di sisi dalamnya agar didapat kemudahan pembukaan acuan tanpa
menimbulkan kerusakan pada permukaan beton.
d. Pengecoran beton ke dalam acuan harus selesai sebelum terjadinya pengikatan awal
beton seperti ditunjukkan dalam hasil pengujian beton dari laboratorium, atau dalam waktu
yang lebih pendek sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan berdasarkan
pengamatan karakteristik waktu pengerasan (setting time) semen yang digunakan,
kecuali digunakan bahan tambahan untuk memperlambat proses pengerasan (retarder)
yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan;
e. Pengecoran beton harus berkesinambungan tanpa berhenti sampai dengan lokasi
sambungan pelaksanaan (construction joint) yang telah disetujui sebelumnya atau sampai
SPESIFIKASI TEKNIS :

pekerjaan selesai;
f. Pengecoran beton harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi
segregasi antara agregat kasar dan agregat halus dari campuran. Beton harus dicor
dalam cetakan sedekat mungkin dengan yang dapat dicapai pada posisi akhir beton.
Pengaliran beton tidak boleh melampaui satu meter dari tempat awal pengecoran;
g. Pengecoran beton ke dalam acuan struktur yang berbentuk rumit dan penulangan yang
rapat harus dilaksanakan secara lapis demi lapis dengan tebal yang tidak melampaui
150 mm. Untuk dinding beton, tebal lapis pengecoran dapat sampai 300 mm menerus
sepanjang seluruh keliling struktur;
h. Tinggi jatuh bebas beton ke dalam cetakan tidak boleh lebih dari 1,5 m.
Beton tidak boleh dicor langsung ke dalam air. Bilamana beton dicor di dalam air dan
tidak dapat dilakukan pemompaan dalam waktu 48 jam setelah pengecoran, maka beton
harus dicor dengan metode tremi atau metode Drop-Bottom-Bucket, dimana
pengggunaan bentuk dan jenis yang khusus untuk tujuan ini harus disetujui terlebih
dahulu oleh Direksi Pekerjaan. Dalam hal pengecoran dibawah air dengan menggunakan
beton tremi maka tersebut mempunyai slump tertentu, kelecakan yang baik dan
pengecoran secara keseluruhan dari bagian dasar sampai atas tiang pancang selesai
dalam masa setting time beton. Untuk itu harus dilakukan campuran percobaan dengan
menggunakan bahan tambahan (retarder) untuk memperlambat pengikatan awal beton,
yang lamanya tergantung dari lokasi pengecoran beton, pemasangan dan penghentian
pipa tremi serta volume beton yang dicor. Pipa tremi dan sambungannya harus kedap
air dan mempunyai ukuran yang cukup sehingga memungkinkan beton mengalir dengan
baik.Tremi harus selalu terisi penuh selama pengecoran. Bilamana aliran beton terhambat
maka tremi harus ditarik sedikit ke atas dan diisi penuh terlebih dahulu sebelum
pengecoran dilanjutkan.Baik tremi atau Drop-Bottom-Bucket harus mengalirkan campuran
beton di bawah permukaan beton yang telah dicor sebelumnya;
i. Pengecoran harus dilakukan pada kecepatan sedemikian rupa hingga campuran beton
yang telah dicor masih plastis sehingga dapat menyatu dengan campuran beton yang
baru;
j. Bidang-bidang beton lama yang akan disambung dengan beton baru yang akan dicor,
harus terlebih dahulu dikasarkan, dibersihkan dari bahan-bahan yang lepas dan rapuh
dan dilapisi dengan bonding agent yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
k. Dalam waktu 24 jam setelah pengecoran permukaan pekerjaan beton, tidak boleh ada air
yang mengalir di atasnya. Untuk perawatan dengan pemberian air di atas permukaan,
dapat dilakukan sebelum 24 jam setelah pengecoran dengan persetujuan Direksi
Pekerjaan;
l. Apabila dilakukan pengecoran beton yang menggunakan pompa beton dari alat Ready
SPESIFIKASI TEKNIS :

Mix, maka perlu diperhatikan kapasitas, daya pemompaan, kelecakan beton untuk
mendapatkan hasilpengecoran yang sesuai dengan ketentuan.
b. Pemadatan
a. Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis dari dalam atau dari luar acuan yang
telah disetujui. Bilamana diperlukan dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan, penggetaran
harus disertai penusukan secara manual dengan alat yang cocok untuk menjamin
kepadatan yang tepat dan memadai. Alat penggetar tidak boleh digunakan untuk
memindahkan campuran beton dari satu titik ke titik lain di dalam acuan;
b. Pemadatan harus dilakukan secara hati-hati untuk memastikan semua sudut, di antara
dan sekitar besi tulangan benar-benar terisi tanpa menggeser tulangan sehingga setiap
rongga dan gelembung udara terisi;
c. Lama penggetaran harus dibatasi, agar tidak terjadi segregasi pada hasil pemadatan yang
diperlukan.
d. Alat penggetar mekanis dari luar harus mampu menghasilkan sekurang-kurangnya 5000
putaran per menit dengan berat efektif 0,25 kg, dan boleh diletakkan di atas acuan
supaya dapat menghasilkan getaran yang merata;
e. Posisi alat penggetar mekanis yang digunakan untuk memadatkan beton di dalam
acuan harus vertikal sedemikian hingga dapat melakukan penetrasi sampai kedalaman
100 mm dari dasar beton yang baru dicor sehingga menghasilkan kepadatan yang
menyeluruh pada bagian tersebut. Apabila alat penggetar tersebut akan digunakan pada
posisi yang lain maka, alat tersebut harus ditarik secara perlahan dan dimasukkan
kembali pada posisi lain dengan jarak tidak lebih dari 450 mm. Alat penggetar tidak boleh
berada pada suatu titik lebih dari 15 detik atau permukaan beton sudah mengkilap;
f. Jumlah minimum alat penggetar mekanis dari dalam diberikan dalam Tabel 1.5.

Tabel 1.5 Jumlah Minimum Alat Penggetar Mekanis dari Dalam


Kecepatan Pengecoran Beton
Jumlah Alat
(m3/jam)
4 2

8 3

12 4

16 5

20 6

> 20 >6
SPESIFIKASI TEKNIS :

Apabila kecepatan pengecoran lebih besar atau sama dengan 20 m3/jam,maka harus
digunakan alat penggetar yang mempunyai dimensi lebih besar dari 75 mm.
c. g. Dalam segala hal, pemadatan beton harus sudah selesai sebelum terjadi waktu ikat
awal (initial setting)
4. Sambungan Pelaksanaan (Construction Joint)
a. Jadwal pengecoran beton yang berkaitan harus disiapkan untuk setiap jenis struktur
yang diusulkan beserta lokasi sambungan pelaksanaan seperti yang ditunjukkan pada
Gambar kerja Rencana untuk disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Sambungan pelaksanaan
tidak boleh ditempatkan pada pertemuan elemen-elemen struktur kecuali ditentukan
demikian;
b. Sambungan pelaksanaan pada tembok sayap tidak diijinkan. Semua sambungan konstruksi
harus tegak lurus terhadap sumbu memanjang dan pada umumnya harus diletakkan pada
titik dengan gaya geser minimum;
c. Bilamana sambungan vertikal diperlukan, baja tulangan harus menerus melewati
sambungan sedemikian rupa sehingga membuat struktur tetap monolit;
d. Pada sambungan pelaksanaan harus disediakan lidah alur dengan kedalaman paling sedikit
40 mm untuk dinding, pelat serta antara dasar pondasi dan dinding. Untuk pelaksanaan
pengecoran pelat yang terletak di atas permukaan dengan cara manual, sambungan
konstruksi harus diletakkan sedemikian rupa sehingga pelat-pelat mempunyai luas maksimum
40 m2;
e. Kontraktor harus menyediakan pekerja dan bahan-bahan yang diperlukan untuk kemungkinan
adanya sambungan pelaksanaan tambahan bilamana pekerjaan terpaksa mendadak harus
dihentikan akibat hujan atau terhentinya pemasokan beton atau penghentian pekerjaan oleh
Direksi Pekerjaan;
f. Atas persetujuan Direksi Pekerjaan, bonding agent yang dapat digunakan untuk pelekatan
pada sambungan pelaksanaan dan cara pelaksanaannya harus sesuai dengan petunjuk pabrik
pembuatnya;
g. Pada lingkungan air asin atau korosif, sambungan pelaksanaan tidak diperkenankan berada
pada 750 mm di bawah muka air terendah atau 750 mm di atas muka air tertinggi kecuali
ditentukan lain dalam Gambar kerja Kerja.
5. Permukaan (Pekerjaan Akhir Khusus)
Permukaan yang terekspos harus diselesaikan dengan pekerjaan akhir berikut ini, atau seperti
yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan :
a. Bagian atas pelat, kerb, permukaan trotoar, dan permukaan horisontal lainnya
sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, harus digaru dengan mistar bersudut
untuk memberikan bentuk serta ketinggian yang diperlukan segera setelah pengecoran beton
dan harus diselesaikan secara manual sampai rata dengan menggerakkan perata kayu secara
SPESIFIKASI TEKNIS :

memanjang dan melintang, atau dengan cara lain yang sesuai sebelum beton mulai
mengeras;
b. Perataan permukaan horisontal tidak boleh menjadi licin, seperti untuk trotoar, harus
sedikit kasar tetapi merata dengan penyapuan, atau cara lain sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, sebelum beton mulai mengeras;
c. Permukaan yang tidak horisontal yang telah ditambal atau yang masih belum rata harus
digosok dengan batu gurinda yang agak kasar (medium), dengan menempatkan sedikit
adukan semen pada permukaannya.
d. Adukan harus terdiri dari semen dan pasir halus yang dicampur sesuai dengan proporsi
yang digunakan untuk pengerjaan akhir beton. Penggosokan harus dilaksanakan sampai
seluruh tanda bekas acuan, ketidakrataan, tonjolan hilang, dan seluruh rongga terisi, serta
diperoleh permukaan yang rata. Pasta yang dihasilkan dari penggosokan ini harus dibiarkan
tertinggal di tempat.
6. Perawatan Beton
a. Perawatan Dengan Pembasahan
- Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari pengeringan dini,
temperatur yang terlalu panas, dan gangguan mekanis. Beton harus dijaga agar
kehilangan kadar air yang terjadi seminimal mungkin dan diperoleh temperatur yang relatif
tetap dalam waktu yang ditentukan untuk menjamin hidrasi yang sebagaimana mestinya
pada semen dan pengerasan beton;
- Pekerjaan perawatan harus segera dimulai setelah beton mulai mengeras (sebelum
terjadi retak susut basah) dengan menyelimutinya dengan bahan yang dapat menyerap
air. Lembaran bahan penyerap air ini yang harus dibuat jenuh dalam waktu paling sedikit 7
hari. Untuk beton yang menggunakan fly Ash perawatan minimal 10 hari. Semua bahan
perawatan atau lembaran bahan penyerap air harus menempel pada permukaan yang
dirawat;
- Bilamana acuan kayu tidak dibongkar, maka acuan tersebut harus dipertahankan
dalam kondisi basah sampai acuan dibongkar, untuk mencegah terbukanya sambungan-
sambungan dan pengeringan beton;
- Permukaan beton yang digunakan langsung sebagai lapis aus harus dirawat setelah
permukaannya mulai mengeras (sebelum terjadi retak susut basah) dengan ditutupi oleh
lapisan pasir lembab setebal 50 mm paling sedikit selama 21 hari;
- Beton semen yang mempunyai sifat kekuatan awal yang tinggi, harus dibasahi sampai
kuat tekannya mencapai 70% dari kekuatan rancangan beton berumur 28 hari.
b. Perawatan dengan Uap
- Beton yang dirawat dengan uap untuk mendapatkan kekuatan awal yang tinggi, tidak
diperkenankanmenggunakan bahan tambahan kecuali atas persetujuan Direksi
SPESIFIKASI TEKNIS :

Pekerjaan;
- Perawatan dengan uap harus dikerjakan secara menerus sampai waktu dimana
beton telah mencapai 70% dari kekuatan rancangan beton berumur 28 hari. Perawatan
dengan uap untuk beton harus mengikuti ketentuan di bawah ini:
i). Tekanan uap pada ruang uap selama perawatan beton tidak boleh melebihi tekanan
luar.
ii). Temperatur pada ruang uap selama perawatan beton tidak boleh melebihi 38°C
selama 2 jam sesudah pengecoran selesai, dan kemudian temperatur dinaikkan
berangsur- angsur sehingga mencapai 65°C dengan kenaikan temperatur
maksimum 14°C/jam secara bertahap.
iii). Perbedaan temperatur pada dua tempat di dalam ruangan uap tidak boleh melebihi
5,5°C.
iv). Penurunan temperatur selama pendinginan dilaksanakan secara bertahap dan
tidak boleh lebih dari 11°C per jam.
v). Perbedaan temperatur beton pada saat dikeluarkan dari ruang penguapan tidak
boleh lebih dari 11°C dibanding udara luar.
vi). Selama perawatan dengan uap, ruangan harus selalu jenuh dengan uap air.
vii). Semua bagian struktural yang mendapat perawatan dengan uap harus dibasahi
selama 4 hari sesudah selesai perawatan uap tersebut.
- Kontraktor harus membuktikan bahwa peralatannya bekerja dengan baik dan
temperatur di dalam ruangan perawatan dapat diatur sesuai dengan ketentuan dan tidak
tergantung dari cuaca luar;
- Pipa uap harus ditempatkan sedemikian rupa atau balok harus dilindungi secukupnya
agar beton tidak terkena langsung semburan uap, yang akan menyebabkan perbedaan
temperatur pada bagian-bagian beton.
c. Perawatan dengan Cara Lain
- Membran cair
Perawatan membran dilakukan ketika seluruh permukaan beton segera sesudah air
meningggalkan permukaan (kering), terlebih dahulu setelah beton dibuka cetakannya dan
finishing dilakukan. Jika seandainya hujan turun maka harus dibuat pelindung sebelum
lapisan membran cukup kering, atau seandainya lapisan membran rusak maka
harus dilakukan pelapisan ulang lagi.
- Selimut kedap air
Metode ini dilakukan dengan menyelimuti permukaan beton dengan bahan lembaran
kedap air yang bertujuan mencegah kehilangan kelembaban ari permukaan beton.
Beton harus basah pada saat lembaran kedap air ini dipasang. Lembaran bahan ini
aman untuk tidak terbang/pindah tertiup angin dan apabila ada kerusakan/sobek harus
SPESIFIKASI TEKNIS :

segera diperbaiki selama periode perawatan berlangsung


- Mempertahankan cetakan (Form-In-Place).
Perawatan yang dilakukan dengan tetap mempertahankan cetakan sebagai dinding penahan
pada tempatnya selama waktu yang diperlukan beton dalam masa perawatan sesuai dengan
Pd T-007-2005B.

7. Perencanaan Campuran
Ketentuan Sifat-sifat Campuran
a. Campuran beton yang tidak memenuhi ketentuan kelecakan (misalnya dinyatakan
dengan nilai “slump”) seperti yang diusulkan tidak boleh digunakan pada pekerjaan,
terkecuali bila Direksi Pekerjaan dalam beberapahal menyetujui penggunaannya secara
terbatas. Kelecakan (workability) dan tekstur campuran harussedemikian rupa sehingga
beton dapat dicor pada pekerjaan tanpa membentuk rongga, celah, gelembung udaraatau
gelembung air, dan sedemikian rupa sehingga pada saat pembongkaran acuan diperoleh
permukaan yang rata, halus dan padat;
b. Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat tekan yang
disyaratkan dalam Tabel 1.6 dan Tabel 1.7, atau yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan, bila
pengambilan contoh, perawatan dan pengujian sesuai dengan SNI 03- 1974-1990 tentang
Metode Pengujian Kuat Tekan Beton, SNI 03-4810-1998 tentang Metode Pembuatan dan
Perawatan Benda Uji Beton di Lapangan, SNI 03-2493-1991 tentang Metode
Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium, SNI 03- 2458-1991
tentang Metode Pengambilan Contoh Untuk Campuran Beton Segar;

Tabel 1.6 Ketentuan Kuat Tekan Minimum untuk Silinder


Kuat Tekan Minimum Rata-rata

Jenis Mutu Beton fc' Benda Uji Silinder (Mpa)


Beton (Mpa) Diameter (150-300) mm

3 hari 7 hari 28 hari

50 34 42 60
Mutu
45 31 39 55
Tinggi
35 25 31 44

30 22 27 39
Mutu
25 17 25 34
sedang
20 13 20 27
SPESIFIKASI TEKNIS :

Mutu 15 9 15 22

Rendah 10 7 11 17

Tabel 1.7 Ketentuan Kuat Tekan Minimum untuk Kubus

Kuat Tekan Minimum Rata-rata

Mutu Beton Benda Uji Kubus (kg/cm2) 150 x 150 x150


Jenis Beton mm3

σbk' (kg/cm2) 3 Hari 7 Hari 28 Hari

K600 392 490 670

Mutu Tinggi K500 336 420 570

K400 272 340 470

K350 244 305 420

Mutu Sedang K300 189 281 370

K250 164 245 320

K175 103 167 245


Mutu Rendah
K125 78 131 195

c. Sebelum dilakukan pengecoran, Kontraktor harus melakukan percobaan campuran (trial mix)
di lapangan sesuai dengan rancangan campuran yang dihasilkan oleh laboratorium.
Apabila hasil kuat tekan beton yang didapat pada umur 7 hari menghasilkan kuat tekan beton
lebih kecil dari 85% nilai kuat tekan beton yang disyaratkan, maka Kontraktor harus
melakukan penyesuaian campuran dan mencari penyebab ketidak sesuaian tersebut, dengan
meminta saran tenaga ahli yang kompeten di bidang beton untuk kemudian melakukan
percobaan campuran kembali sampai dihasilkan kuat tekan beton di lapangan yang sesuai
dengan persyaratan;
d. Bilamana percobaan campuran beton telah sesuai dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka
Kontraktor dapat melanjutkan pekerjaan pencampuran beton sesuai dengan hasil percobaan
campuran;
e. Kekuatan beton dianggap lebih kecil dari yang disyaratkan bilamana hasil pengujian
serangkaian benda uji dari suatu bagian pekerjaan yang dilaksanakan lebih kecil dari kuat
tekan beton karakteristik yang diperoleh.
Penyesuaian Campuran
SPESIFIKASI TEKNIS :

Penyesuaian Sifat Mudah Dikerjakan (Kelecakan atau Workability)


Bilamana sifat kelecakan pada beton dengan proporsi yang semula dirancang sulit diperoleh,
maka Kontraktor boleh melakukan perubahan rancangan agregat, dengan syarat dalam hal
apapun kadar semen yang semula dirancang tidak berubah, juga rasio air/semen yang telah
ditentukan berdasarkan pengujian yang menghasilkan kuat tekan yang memenuhi tidak
dinaikkan. Pengadukan kembali beton yang telah dicampur dengan cara menambah air atau
oleh cara lain tidak diijinkan. Bahan tambahan untuk meningkatkan sifat kelecakan hanya
diijinkan bila telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
8. Penyesuaian Kekuatan
Bilamana beton tidak mencapai kekuatan yang disyaratkan, maka kadar semen dapat
ditingkatkan atau dapat digunakan bahan tambahan dengan syarat disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.
1. Penyesuaian Untuk Bahan-bahan Baru
Perubahan sumber atau karakteristik bahan tidak boleh dilakukan tanpa pemberitahuan tertulis
kepada Direksi Pekerjaan. Bahan baru tidak boleh digunakan sampai Direksi Pekerjaan
menerima bahan tersebut secara tertulis dan menetapkan proporsi baru berdasarkan atas hasil
pengujian campuran percobaan baru yang dilakukan oleh Kontraktor.
2. Bahan Tambahan (admixture)
Bila perlu menggunakan bahan tambahan, maka Kontraktor harus mendapat persetujuan dari
Direksi Pekerjaan. Jenis dan takaran bahan tambahan yang akan digunakan untuk tujuan tertentu
harus dibuktikan kebenarannya melalui pengujian campuran di laboratorium. Ketentuan mengenai
bahan tambahan ini harus mengacu pada SNI 03-2495-199 1.
Bila akan digunakan bahan tambahan berupa butiran yang sangat halus, sebagian besar berupa
mineral yang bersifat semen (cementious) seperti abu terbang (fly ash), mikrosilika (silicafume),
atau abu slag besi (iron furnace slag), yang umumnya ditambahkan pada semen sebagai bahan
utama beton, maka penggunaan bahan tersebut harus berdasarkan hasil pengujian laboratorium
yang menyatakan bahwa hasil kuat tekan yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan yang
diinginkan pada Gambar kerja Rencana dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Dalam hal penggunaan bahan tambahan dalam campuran beton, maka bahan tersebut
ditambahkan pada saat pengadukan beton. Bahan tambahan ini hanya boleh digunakan untuk
meningkatkan kinerja beton segar (fresh concrete).
Penggunaan bahan tambahan ini dilakukan dalam hal-hal sebagai berikut:
 Meningkatkan kinerja kelecakan adukan beton tanpa menambah air
 Mengurangi penggunaan air dalam campuran beton tanpa mengurangi kelecakan
 Mempercepat pengikatan hidrasi semen atau pengerasan beton
 Memperlambat pengikatan hidrasi semen atau pengerasan beton
 Meningkatkan kinerja kemudahan pemompaan beton
SPESIFIKASI TEKNIS :

 Mengurangi kecepatan terjadinya kehilangan slump (slump loss)


 Mengurangi susut beton atau memberikan sedikit pengembangan volume beton (ekspansi)
 Mengurangi terjadinya bliding (bleeding); (i) Mengurangi terjadinya segregasi.
 Untuk tujuan peningkatan kinerja beton sesudah mengeras, bahan tambahan campuran beton
bisa digunakan untuk keperluan-keperluan sebagai berikut:
 Meningkatkan kekuatan beton (secara tidak langsung)
 Meningkatkan kekuatan pada beton muda
 Mengurangi atau memperlambat panas hidrasi pada proses pengerasan beton, terutama
untuk beton dengan kekuatan awal yang tinggi.
 Meningkatkan kinerja pengecoran beton di dalam air atau di laut
 Meningkatkan keawetan jangka panjang beton
 Meningkatkan kekedapan beton (mengurangi permeabilitas beton)
 Mengendalikan ekspansi beton akibat reaksi alkali agregat
 Meningkatkan daya lekat antara beton baru dan beton lama
 Meningkatkan daya lekat antara beton dan baja tulangan
 Meningkatkan ketahanan beton terhadap abrasi dan tumbukan
Walaupun demikian, penggunaan aditif dan bahan tambahan (admixture) perlu dilakukan
secara hati-hati dan dengan takaran yang tepat sesuai manual penggunaannya, serta dengan
proses pengadukan yang baik, agar pengaruh penambahannya pada kinerja beton bisa dicapai
secara merata pada semua bagian beton. Dalam hal ini perlu dimengerti bahwa dosis yang
berlebih akan dapat mengakibatkan menurunnya kinerja beton, atau dalam hal yang lebih parah,
dapat menimbulkan kerusakan pada beton.
3. Pelaksanaan Pencampuran
a. Penakaran Agregat

 Seluruh komponen bahan beton harus ditakar menurut berat, untuk mutu beton fc’ < 20
Mpa diijinkan ditakar menurut volume sesuai SNI 03-3976-1995. Bila digunakan semen
kemasan dalam zak, kuantitas penakaran harus sedemikian sehingga kuantitas semen yang
digunakan adalah setara dengan satu satuan atau kebulatan dari jumlah zak semen.
Agregat harus ditimbang beratnya secara terpisah. Ukuran setiap penakaran tidak
boleh melebihi kapasitas alat pencampur;
 Penakaran agregat harus dilakukan dalam kondisi jenuh kering permukaan (JKP). Apabila
hal tersebut tidak dilakukan maka harus dilakukan koreksi penakaran sesuai dengan kondisi
agregat di lapangan. Untuk mendapatkan kondisi agregat yang jenuh kering permukaan
dapat dilakukan dengan cara menyemprot tumpukan agregat dengan air secara berkala
paling sedikit 12 jam sebelum penakaran untuk menjamin kondisi jenuh kering permukaan;
SPESIFIKASI TEKNIS :

 Kontraktor harus dapat menunjukkan sertifikat kalibrasi yang masih berlaku untuk seluruh
peralatan yang digunakan untuk keperluan penakaran bahan-bahan beton termasuk
saringan agregat pada perangkat siap pakai (ready mix).

b. Pencampuran

 Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis dari jenis dan ukuran
yang disetujui sehingga dapat menjamin distribusi yang merata dari seluruh bahan.
 Pencampur harus dilengkapi dengan tangki air yang memadai dan alat ukur yang akurat
untuk mengukur danmengendalikan jumlah air yang digunakan dalamsetiap penakaran.
 Cara pencampuran bahan beton dilakukan sebagai berikut, pertama masukkan sebagian air,
kemudian seluruh agregat sehingga mencapai kondisi yang cukup basah, dan selanjutnya
masukkan seluruh semen yang sudah ditakar hingga tercampur dengan agregat secara
merata.Terakhir masukkan sisa air untuk menyempurnakan campuran.
 Waktu pencampuran harus diukur mulai pada saat air dimasukkan ke dalam campuran
bahan kering. Seluruh sisa air yang diperlukan harus sudah dimasukkan sekitar
seperempat waktu pencampuran tercapai. Waktu pencampuran untuk mesin berkapasitas 3/4
m3 atau kurang harus sekitar 1,5 menit; untuk mesin yang lebih besar waktu harus
ditingkatkan 15 detik untuk tiap penambahan 0,5 m3.
 Bila tidak mungkin menggunakan mesin pencampur, Direksi Pekerjaan dapat
menyetujui pencampuran beton dengan cara manual dan harus dilakukan sedekat
mungkin dengan tempat pengecoran. Penggunaan pencampuran beton dengan cara
manual harus dibatasi hanya pada beton non-struktural.
4. Pengujian Campuran
a. Pengujian Untuk Kelecakan (Workability)
Satu pengujian "slump", atau lebih sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan, harus dilaksanakan pada setiap pencampuran beton yang dihasilkan, dan pengujian
harus dianggap belum dikerjakan kecuali disaksikan oleh Direksi Pekerjaan atau wakilnya.
Untuk nilai slump 80 mm, maka toleransi terhadap nilai slump yang disyaratkan adalah - 20 mm
, + 20 mm.
b. Pengujian Kuat Tekan
 Kontraktor harus membuat sejumlah set benda uji (3 buah benda uji per set) untuk
pengujian kuat tekan berdasarkan jumlah beton yang dicorkan untuk setiap kuat tekan
beton dan untuk setiap jenis komponen struktur yang dicor terpisah pada tiap hari
pengecoran.
 Untuk keperluan pengujian kuat tekan beton, Kontraktor harus menyediakan benda uji
beton berupa silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm, dan harus dirawat
sesuai dengan SNI 03-4810-1998. Benda uji tersebut harus dicetak bersamaan dan
SPESIFIKASI TEKNIS :

diambil dari beton yang akan dicorkan, dan kemudian dirawat sesuai dengan
perawatan yang dilakukan di laboratorium.
 Jumlah set benda uji yang dibuat berdasarkan jumlah kuantitas pengecoran atau
komponen struktur yang dicor secara terpisah dan diambil jumlah terbanyak diantara
keduanya.
 Pengambilan benda uji untuk pengecoran yang didapat dari pencampuran secara
manual, setiap 10 meter kubik beton harus dibuat 1 set benda uji dan untuk setiap jenis
komponen struktur yang dicor terpisah minimal diambil 3 set benda uji (1 set = 3 buah
benda uji).
 Jumlah benda uji yang harus dibuat untuk pengecoran hasil produksi ready mix,
diambil pada setiap pengiriman (1 set untuk setiap truk). 1set = 3 buah benda uji.
 Prediksi awal pada umur kurang dari 7 hari harus disesuaikan dengan grafik
perkembangan kuat tekan campuran sebagai fungsi waktu.
 Setiap set pengujian dilakukan untuk kuat tekan beton umur 28 hari.
 Apabila dalam pengujian kuat tekan benda uji tersebut terdapat perbedaan nilai kuat tekan
yang > 5% antara dua buah benda uji dalam set tersebut, maka benda uji ketiga dalam set
tersebut harus diuji kuat tekannya. Hasil kuat tekan yang digunakan dalam perhitungan
statistik adalah hasil dari 2 buah benda uji yang berdekatan nilainya.
 Kekuatan beton diterima dengan memuaskan bila fc karakteristik dari benda uji lebih besar
atau sama dengan fc rencana. fc karakteristik dihitung dengan rumus sebagai berikut: fc’=
fcm – ( k.S).r , di mana S menyatakan nilai deviasi standar dari hasil uji tekan, dan k adalah
konstanta yang tergantung pada jumlah benda uji (k=1,64 untuk jumlah benda uji lebih
besar atau sama dengan 30) dan r adalah angka koreksi deviasi untuk jumlah benda
uji kurang dari 30 buah sesuai dengan Tabel 1.8.

Tabel 1.8 Angka koreksi deviasi “r”

Untuk benda uji kurang dari 10 buah atau data pengujian tidak tersedia, maka dilakukan
koreksi dengan menambahkan nilai kekuatan lebih minimal sesuai Tabel 1.9.

Tabel 1.9 Penyesuaian Kuat


Tekan
SPESIFIKASI TEKNIS :

 Nilai hasil uji tekan satupun tidak boleh mempunyai nilai di bawah 0,95 fc’;
 Bila salah satu dari kedua syarat tersebut di atas tidak dipenuhi, maka harus
diambil langkah untuk meningkatkan rata-rata dari hasil uji kuat tekan berikutnya, dan
langkah-langkah lain untuk memastikan bahwa kapasitas daya dukung dari struktur
tidak membahayakan;
 Bila dari hasil perhitungan dengan kuat tekan menunjukkan bahwa kapasitas daya
dukung struktur berkurang, maka diperlukan suatu uji bor (core drilling) pada daerah
yang diragukan berdasarkan aturan pengujian yang berlaku. Dalam hal ini harus
diambil paling tidak 3 (tiga) buah benda uji bor inti pada daerah yang tidak
membahayakan struktur untuk setiap hasil uji tekan yangmeragukan atau terindikasi
bermutu rendah seperti disebutkan di atas;
 Beton di dalam daerah yang diwakili oleh hasil uji bor inti bisa dianggap secara
struktural cukup baik bila rata-rata kuat tekan dari ketiga benda uji bor inti tersebut tidak
kurang dari 0, 95 fc’, dan tidak satupun dari benda uji bor inti yang mempunyai kekuatan
kurang dari 0,95 fc’. Dalam hal ini, perbedaan umur beton saat pengujian kuat tekan
benda uji bor inti terhadap umur beton yang disyaratkan untuk penetapan kuat tekan
beton (yaitu 28 hari, atau lebih bila disyaratkan), perlu diperhitungkan dan dilakukan
koreksi dalam menetapkan kuat tekan beton yang dihasilkan.
c. Pengujian Tambahan
Kontraktor harus melaksanakan pengujian tambahan untuk menentukan mutu bahan atau
campuran atau pekerjaan beton akhir hasil cetakan, sebagaimana yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan. Pengujian tambahan tersebut meliputi salah satu atau kombinasi sesuai
dari permintaan direksi.
- Pengujian pembebanan struktur atau bagian struktur yang dipertanyakan;
- Pengambilan dan pengujian benda uji inti (core) beton, minimal 12 benda uji inti (core)
- Pengujian lainnya sebagaimana ditentukan oleh Direksi Pekerjaan.
d. Kuat Tekan Minimal Beton.
Dari semua hasil pengujian sesuai dengan uraian di atas, beton dapat diterima apabila kuat
tekan beton tercetak minimal sama dengan kuat tekan yang disyaratkan/tercantum dalam
gambar dan spesifikasi teknik.
Kuat tekan beton yang diakui adalah kuat tekan f’c atau K yang terkecil dari rumus pengujian
yang dilakukan sesuai dengan perintah direksi, dihitung sesuai dengan formula sebagai
berikut:
SPESIFIKASI TEKNIS :

4.1.4. Pengendalian Mutu


1) Umum
Kawat (wire), untaian (strand), rakitan angkur dan batang (bar) untuk pekerjaan prategang
harus ditandai dengan sejumlah nomor dan diberi label untuk keperluan identifikasi sebelum diangkut
ke tempat kerja.
Contoh yang diserahkan harus mewakili jumlah bahan yang akan disediakan dan untuk kawat dan
untaian harus mempunyai induk gulungan (master rol) yang sama. Contoh untuk pengujian
harus diserahkan pada waktunya sehingga hasilnya dapat diterima dengan baik sebelum waktu
pekerjaan penegangan yang dijadualkan.
2) Penerimaan Bahan
Bahan yang diterima harus diperiksa oleh Direksi Pekerjaan dan semua bahan harus diterima
sesuai dengan ketentuan persyaratan bahan setelah mengecek/memeriksa dengan menunjukkan bukti
tertulis.
3) Pengawasan
Direksi harus menempatkan tim khusus sekurang-kurangnya seorang ahli kepala dan bebas dari biaya,
untuk memberi advise teknik yang diperlukan selama pelaksanaan prategang.
4) Benda Uji
Benda uji untuk wire, strand atau bar harus mempunyai panjang tidak kurang dari 1,00 meter atau
disesuaikan dengan kebutuhan laboratorium penguji.
Jumlah benda uji minimum baik untuk sistem pra tarik maupun sistem pascatarik adalah 3 (tiga) buah
atau sekurang-kurangnya 1 (satu) benda uji untuk setiap 20 ton berat bahan.
5) Rakitan Angkur
Bilamana rakitan angkur tidak disertakan dalam contoh tulangan, maka dua rakitan harus diserahkan
kepada Direksi Pekerjaan, lengkap dengan pelat distribusi, untuk setiap jenis dan ukuran yang akan
digunakan.
6) Penerimaan Unit-unit
Bilamana unit-unit difabrikasi di luar tempat kerja, maka Kontraktor harus memeriksa mutu dan kondisi
pada saat barang tiba di tempat dan harus segera melapor secara tertulis kepada Direksi Pekerjaan
untuk setiap cacat atau kerusakan. Kontraktor bertanggung jawab atas semua kerusakan yang terjadi
SPESIFIKASI TEKNIS :

pada unit-unit setelah barang tiba di tempat.


7) Penerimaan Sebelumnya
Bilamana sistem prategang yang akan digunakan telah diuji sebelumnya dan disetujui oleh Pemilik atau
instansi lain yang dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan, maka contoh tidak perlu diserahkan asalkan
tidak terdapat perubahan dalam bahan, rancangan atau rincian yang sebelumnya telah disetujui.

4.2. BAJA TULANGAN


4.2.1. Umum
1) Uraian
Pekerjaan ini harus mencakup pengadaan dan pemasangan baja tulangan sesuai dengan Spesifikasi
dan Gambar kerja, atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
2) Penerbitan Detil Pelaksanaan
Detail pelaksanaan untuk baja tulangan yang tidak termasuk dalam Dokumen Kontrak pada saat
pelelangan akan diterbitkan oleh Direksi Pekerjaan setelah peninjauan kembali rancangan awal telah
diselesaikan sesuai dengan Spesifikasi ini.
3) Standar Rujukan
A.C.I. 315 : Manual of Standard Practice for Detailing Reinforced ConcreteStructures,
American Concrete Institute.
AASHTO M31M – 90 : Deformed and Plain Billet-Steel Bar for Concrete Reinforcement.
AASHTO M32 - 90 : Cold Drawn Steel Wire for Concrete Reinforcement.
AASHTO M55 - 89 : Welded Steel Wire Fabrics for Concrete Reinforcement.
AWS D 2.0 : Standards Specifications for Welded Highway and Railway Bridges.
4) Selimut Beton
Apabila tidak ditentukan lain oleh direksi, maka selimut beton untuk beton precast harus dibuat 2,50 cm
dengan toleransi ± 0,5 cm.
5) Penyimpanan dan Penanganan
a) Kontraktor harus mengangkut tulangan ke tempat kerja dalam ikatan, diberi label, dan ditandai
dengan label logam yang menunjukkan ukuran batang, panjang dan informasi lainnya sehubungan
dengan tanda yang ditunjukkan pada diagram tulangan.
b) Kontraktor harus menangani serta menyimpan seluruh baja tulangan sedemikian
untukmencegah distorsi, kontaminasi, korosi, atau kerusakan.
6) Pengajuan Kesiapan Kerja
a) Sebelum memesan bahan, seluruh daftar pesanan dan diagram pembengkokan harus
disediakan oleh Kontraktor untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi Pekerjaan, dan tidak
ada bahan yang boleh dipesan sebelum daftar tersebut serta diagram pembengkokan disetujui.
b) Sebelum memulai pekerjaan baja tulangan, Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi
Pekerjaan daftar yang disahkan pabrik baja yang memberikan berat satuan nominal dalam
SPESIFIKASI TEKNIS :

kilogram untuk setiap ukuran dan mutu baja tulangan atau anyaman baja dilas yang akan
digunakan dalam pekerjaan.
7) Mutu pekerjaan dan perbaikan atas pekerjaan yang tidak memenuhi ketentuan
a) Persetujuan atas daftar pesanan dan diagram pembengkokan dalam segala hal
tidakmembebaskan Kontraktor atas tanggung jawabnya untuk memastikan ketelitian dari daftardan
diagram tersebut. revisi bahan yang disediakan sesuai dengan daftar dan diagram,untuk
memenuhi rancangan dalam gambar kerja, harus atas biaya Kontraktor.
b) Baja tulangan yang cacat sebagai berikut tidak akan diijinkan dalam pekerjaan:
i) Panjang batang, ketebalan dan bengkokan yang melebihi toleransi
pembuatanyangdisyaratkan dalam ACI 315.
ii) Bengkokan atau tekukan yang tidak ditunjukkan pada gambar kerja atau gambar kerja
kerjaakhir (Final Shop Drawing).
iii) Batang dengan penampang yang mengecil karena karat yang berlebih atau olehsebab
lain.
c) Bilamana terjadi kesalahan dalam membengkokkan baja tulangan, batang tulangan tidakboleh
dibengkokkan kembali atau diluruskan tanpa persetujuan Direksi Pekerjaan atau
yangsedemikian sehingga akan merusak atau melemahkan bahan. Pembengkokan kembali
daribatang tulangan harus dilakukan dalam keadaan dingin terkecuali disetujui lain oleh Direksi
Pekerjaan. Dalam segala hal batang tulangan yang telah dibengkokkan kembali lebih darisatu kali
pada tempat yang sama tidak diijinkan digunakan pada Pekerjaan. Kesalahan yangtidak dapat
diperbaiki oleh pembengkokan kembali atau bilamana pembengkokan kembalitidak disetujui oleh
Direksi Pekerjaan, harus diperbaiki dengan mengganti seluruh batangtersebut dengan batang
baru yang dibengkokkan dengan benar dan sesuai dengan bentukdan dimensi yang disyaratkan.
d) Kontraktor harus menyediakan fasilitas di tempat kerja untuk pemotongan danpembengkokan
tulangan, baik jika melakukan pemesanan tulangan yang telah dibengkokanmaupun tidak, dan
harus menyediakan persediaan (stok) batang lurus yang cukup di tempat,untuk pembengkokan
sebagaimana yang diperlukan dalam memperbaiki kesalahan ataukelalaian.
8) Penggantian Ukuran Batang
Penggantian batang dari ukuran berbeda akan hanya diijinkan bila secara jelas disahkan oleh Direksi
Pekerjaan. Bilamana baja diganti haruslah dengan luas penampang yang sama dengan ukuran
rancangan awal, atau lebih besar.

4.2.2. Bahan
1) Baja Tulangan
a) Baja tulangan harus baja polos atau berulir dengan mutu yang sesuai dengan Gambar kerjadan
memenuhi Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Tegangan Leleh Karakteristik Baja Tulangan


SPESIFIKASI TEKNIS :

Tegangan Leleh Karakteristik atau


Mutu Sebutan TeganganKarakteristik yangmemberikan
regangan tetap0,2 (kg/cm²)

U24 Baja Lunak 2.400

U32 Baja Sedang 3.200

U40 Baja Keras 4.000

U48 Baja Keras 4.800

U50 Baja Keras 5.000


b) Bila anyaman baja tulangan diperlukan, seperti untuk tulangan pelat, anyaman tulangan
yang dilas yang memenuhi AASHTO M55 dapat digunakan.
2) Tumpuan untuk Tulangan
Tumpuan untuk tulangan harus dibentuk dari batang besi ringan atau bantalan beton pracetak dengan
mutu minimal K-350 seperti yang disyaratkan dalam Spesifikasi ini, terkecuali disetujui lain oleh Direksi
Pekerjaan. Kayu, bata, batu atau bahan lain tidak boleh diijinkan sebagai tumpuan.
3) Pengikat untuk Tulangan
Kawat pengikat untuk mengikat tulangan harus kawat baja lunak yang memenuhi AASHTO M32 -90

4.2.3. Pembuatan Dan Penempatan


1) Pembengkokan
a. Terkecuali ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan, seluruh baja tulangan harus dibengkokkan secara
dingin dan sesuai dengan prosedur ACI 315, menggunakan batang yang pada awalnya lurus dan
bebas dari lekukan- lekukan, bengkokan-bengkokan atau kerusakan. Bila pembengkokan
secara panas di lapangan disetujui oleh Direksi Pekerjaan, tindakan pengamanan harus diambil
untuk menjamin bahwa sifat-sifat fisik baja tidak terlalu berubah banyak.
b. Batang tulangan dengan diameter 2 cm dan yang lebih besar harus dibengkokkan dengan mesin
pembengkok, tidak boleh dengan las/metode panas.

2) Penempatan dan Pengikatan


a. Tulangan harus dibersihkan sesaat sebelum pemasangan untuk menghilangkan kotoran,
lumpur, oli, cat, karat dan kerak, percikan adukan atau lapisan lain yang dapat mengurangi atau
merusak pelekatan dengan beton.
b. Tulangan harus ditempatkan akurat sesuai dengan gambar kerja dan dengan kebutuhan
selimut beton minimum yang disyaratkan, atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.
c. Batang tulangan harus diikat kencang dengan menggunakan kawat pengikat sehingga
SPESIFIKASI TEKNIS :

tidak tergeser pada saat pengecoran. Pengelasan tulangan pembagi atau pengikat (stirrup)
terhadap tulangan baja tarik utama tidak diperkenankan.
d. Seluruh tulangan harus disediakan sesuai dengan panjang total yang ditunjukkan pada
gambar kerja. Penyambungan (splicing) batang tulangan, terkecuali ditunjukkan pada
gambar kerja,tidak akan diijinkan tanpa persetujuan tertulis dari Direksi. Setiap
penyambunganyang dapat disetujui harus dibuat sedemikian hingga penyambungan setiap
batang tidakterjadi pada penampang beton yang sama dan harus diletakkan pada titik
dengan tegangantarik minimum.
e. Bilamana penyambungan dengan tumpang tindih disetujui, maka panjang tumpang tindih
minimum haruslah 40 diameter batang dan batang tersebut harus diberikan kait pada
ujungnya.
f. Pengelasan pada baja tulangan tidak diperkenankan, terkecuali terinci dalam gambar
kerja atau secara khusus diijinkan oleh Direksi Pekerjaan secara tertulis. Bilamana Direksi
Pekerjaan menyetujui pengelasan untuk sambungan, maka sambungan dalam hal ini
adalah sambungan dengan panjang penyaluran penuh yang memenuhi ketentuan dari AWS
D 2.0. Pendinginan terhadap pengelasan dengan air tidak diperkenankan.
g. Simpul dari kawat pengikat harus diarahkan membelakangi permukaan beton sehingga tidak
akan terekspos.
h. Anyaman baja tulangan yang dilas harus dipasang sepanjang mungkin, dengan bagian
tumpang tindih dalam sambungan paling sedikit satu kali jarak anyaman. Anyaman
harusdipotong untuk mengikuti bentuk pada kerb dan bukaan dan harus dihentikan
padasambungan antara pelat.
i. Bilamana baja tulangan tetap dibiarkan terekspos untuk suatu waktu yang cukup lama,
maka seluruh baja tulangan harus dibersihkan dan diolesi dengan adukan semen acian
(semen dan air saja).
j. Tidak boleh ada bagian baja tulangan yang telah dipasang boleh digunakan untuk
memikul perlengkapan pemasok beton, jalan kerja, lantai untuk kegiatan bekerja atau
beban konstruksi lainnya.

4.3. BEKISTING
4.3.1. Umum
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan bekesting adalah:
1. Cetakan harus sesuai dengan gambar rencana/gambar pelaksanaan.
2. Cetakan menjadi tanggung jawab Kontraktor.
3. Cetakan harus dibuat dari pelat baja dengan ketebalan minimum 6 mm.
4. Tidak boleh terjadi kesalahan dalam pembuatan cetakan

4.3.2. Prosedur Pelaksanaan


1. Tentukan jarak, level dan pusat (lingkaran) sebelum memulai pekerjaan.
2. Pastikan ukuran-ukuran ini sudah sesuai dengan gambar kerja/pelaksanaan
SPESIFIKASI TEKNIS :

3. Pasang bekisting dengan tepat dan sudah diperkuat (bracing), sesuai dengan design dan
standard yang telah ditentukan; sehingga bisa dipastikan akan menghasilkan beton yang sesuai
dengan kebutuhan-kebutuhan akan bentuk, keselurusan dan dimensi.
4. Hubungan-hubungan antar papan bekisting harus lurus dan harus dibuat kedap air, untuk
mencegah kebocoran adukan atau kemungkinan deformasi bentuk beton.
5. Bekisting untuk pile cap dan tie beam harus dipasang pada kedua sisinya.
Pemakaian pasangan bata untuk bekisting pondasi harus atas seijin Direksi Pekerjaan
6. Semua tanah yang mengotori bekisting pada sisi pengecoran harus dibuang.
7. Perkuatan pada bukaan dibagian-bagian yang struktural yang tidak diperlihatkan pada gambar
harus mendapatkan pemeriksaan dan persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
8. Permukaan beton yang akan dilapisi bahan yang bisa rusak terkena bahan pelepas acuan; bahan
pelepas acuan tidak boleh dipakai.
9. Untuk itu, dalam hal bahan pelepas acuan tidak boleh dipakai, sisi dalam bekisting harus dibahasi
dengan mould oil.

4.3.3. Pengendalian Mutu


1. Periksa dan kontrol bekisting yang dilaksanakan telah sesuai dengan bentuk beton yang
diinginkan, dan perkuatan-perkuatannya guna memastikan bahwa pekerjaan telah sesuai dengan
rancangan bekisting, wedgeeties, dan bagian-bagian lainnya aman.
2. Informasikan pada Direksi Pekerjaan jika bekisting telah dilaksanakan dan telah dibersihkan,
guna pelaksanaan pemeriksaan sebelum dimulai pengecoran beton.
3. Bekisting yang akan dipakai ulang harus mendapatkan persetujuan sebelumnya dari Direksi
Pekerjaan.

4.3.4. Pembersihan Dan Pembukaan Bekisting


1) Bersihkan bekisting selama pemasangan, buang semua benda-benda yang tidak perlu. Buang
bekas-bekas potongan, kupasan dan puing dari bagian dalam bekisting. Siram dengan air,
menggunakan air bertekanan tinggi, guna membuang benda-benda asing yang masih tersisa
pastikan bahwa air dan puing-puing tersebut telah mengalir keluar melalui lubang pembersih
yang disediakan.
2) Buka bekisting secara kontinyu dan sesuai dengan standard yang berlaku sehingga tidak terjadi
beban kejut (shock load) atau ketidak seimbangan beban yang terjadi pada struktur. Pembukaan
bekisting sesuai dengan umur.
3) Pembukaan bekisting harus dilakukan dengan hati-hati, agar peralatan- peralatan yang dipakai
untuk membuka tidak merusak permukaan beton.
4) Untuk yang akan dipakai kembali, bekisting-bekisting yang telah dibuka harus disimpan dengan
cara yang memungkinkan perlindungan terhadap permukaan yang akan kontak dengan beton
tidak mengalami kerusakan.
5) Diperlukan perkuatan-perkuatan pada komponen-komponen struktur yang telah dilaksanakan
guna memenuhi syarat pembebanan dan konstruksi sehingga pekerjaan-pekerjaan konstruksi
lantai diatasnya bisa dilanjutkan. Pembukaan penunjang bekisting seluruhnya hanya bisa
dilakukan setelah beton berumur 21 hari setelah beton mempunyai kuat tekan 95 % dari kuat
tekan rencana.
SPESIFIKASI TEKNIS :

6) Bekisting-bekisting yang dipakai untuk curing beton, tidak boleh dibongkar sebelum mendapat
persetujuan dari Direksi Pekerjaan.

4.4. PENANGANAN DAN PENGANGKUTAN


4.4.1. Umum.
Perhatian khusus harus diberikan dalam penanganan dan pemindahan unit-unit beton pracetak.
Precast Box Culvert dan Leg Gutter harus diangkat dengan alat pengangkat atau melalui lubang-
lubang dibuat pada unit tersebut dan harus diangkut dalam posisi tegak. Titik angkat, bentuk dan
posisinya harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Penyangga dan penggantung yang cocok harus
digunakan setiap saat dan tidak boleh ada unit beton pracetak yang akan digerakkan sampai
sepenuhnya lepas dari permukaan tanah.
Unit-unit beton pracetak yang rusak akibat penyimpanan dan penanganan yang tidak
sebagaimana mestinya harus diganti oleh Kontraktor dengan biaya sendiri.
Bilamana cara pengangkatan dan pengangkutan beton pracetak tidak disebutkan dalam gambar,
maka Kontraktor harus menyerahkan cara yang diusulkan kepada Direksi Pekerjaan. Setelah
disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka Kontraktor harus mengikuti cara yang telah disetujui.

4.4.2. Perbaikan dari Beton Precast.


Perbaikan dari beton precast dapat dilakukan apabila kerusakan/cacat pada komponen beton
precast tersebut tidak melebihi 5%, dan cacat/kerusakan tersebut tidak meimbulkan pengurangan
daya dukung dari struktur beton precast. Jika kerusakan yang timbul pada beton precast melebihi
5% dan atau kerusakan kurang dari 5% namun mengurangi kemampuan struktur secara
signifikan, maka beton precast tersebut harus ditolak dan tidak bias dilakukan repair/perbaikan.
Perbaikan cacat atau kerusakan beton precast harus dilakukan perusahaan pembuat beton
precast atas persetujuan Pengawas secara tertulis.

4.4.3. Penolakan
Beton Precast harus ditolak yang tidak memenuhi persyaratan spesifikasi atau dari hal-hal
dibawah ini:
1. Patahan atau retakan dengan kedalaman sampai seperempat dari tebal beton dan lebar
retakan melebihi 2,5 mm.
2. Cacat akibat pencampuran dan pencetakan melebihi 5%.
3. Cacat permukaan yang diindikasikan retak sarang labah-labah atau tekstur terbuka yang
melebihi 5%, kecuali untuk beton yang dibuat dengan metode dray cast diperbolehkan terjadi
tekstur terbuka (bukan retak) sepanjang tidak mempengaruhi kekuatan struktur.
4. Penulangan yang terbuka yang mengidentifikasikan penempatan tulangan yang salah.
5. Pembengkokan Tulangan/Bar Bending yang tidak sesuai dengan ketentuan dalam gambar
rencana dan standar SNI yang disyaratkan.
6. Deking beton yang tidak sesuai dengan gambar dan spesifikasi yang ditetapkan.
7. Cacat pada shear key, yang mengakibatkan komponen beton yang satu dengan lainnya tidak
dapat disatukan.
8. Terdapat bahan organic atau bahan lainnya yang bukan merupakan bahan penyusun beton
precast terdapat dalam komponen beton precast dengan jumlah lebih dari 5%.
9. Ketidak sempurnaan penempatan base plate, untuk joint plat yang melebihi 10% sehingga
SPESIFIKASI TEKNIS :

tidak dapat disatukan dengan baik terhadap komponen beton precast lainnya.
10. Mutu beton dari produk setelah dilakukan pengujian kurang dari 95% dari mutu beton
rencana.

4.4.4. Dasar dari Penerimaan


Hal-hal dapat diterimanya beton precast dan sambungan harus berdasarkan dari pengujian yang
dilakukan oleh Kontraktor dan hasil dari testing yang independent yang dilakukan agen yang
ditunjuk oleh Pemilik. Untuk tujuan ini Kontraktor harus melaksanakan sesuai SNI dan
menyerahkan salinan sertifikat dari testing itu.
SPESIFIKASI TEKNIS :

BAB V
PASANGAN BATU

5.1 Umum
Analisa Harga Satuan Pekerjaan Batu dan Pasangan Batu dalam Dokumen Penawaran Kontraktor
harus sudah memasukkan harga satuan untuk material, pekerja dan alat. Pekerjaan Batu dan Pasangan
Batu meliputi :
a. Pasangan Batu
b. Pasangan Batu Pecah (Stone Pitching)
Material batu yang digunakan adalah batu kali yang kokoh, tidak retak/patah, tidak mengandung
bijih besi tanah dan pasir. Semua material yang akan digunakan untuk Pekerjaan Batu dan Pasangan Batu
harus diperiksa dan mendapat persetujuan Engineer.

5.2 Pasangan Batu


5.2.1 Cakupan Pekerjaan
Semua pasangan batu harus dilaksanakan menurut persyaratan ini dan untuk semua pekerjaan
yang berhubungan dengan hal ini dan yang mungkin diminta oleh direksi, harus terdiri dari bahan-
bahan yang ditentukan dan harus dicampur denga perbandingan yang tepat, di bentuk dan
dipasang sesuai dengan persyaratan dan ketentuan yang tersebut dalam pasal ini. Persyaratan
dan ketentuan ini harus diterapkan untuk semua pekerjaan batu kecuali bila dirubah secara khusus
oleh Direksi untuk bagian pekerjaan tertentu. Standar yang digunakan untuk Pekerjaan Batu dan
Pasangan Batu adalah :
a. Material yang digunakan adalah N.I 13 (Batu Belah)
b. PUBI – 1982 (Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia)
c. Kriteria Perencanaan Irigasi (untuk beberapa jenis pekerjaan)
5.2.2 Semen
Semua semen untuk adukan mortar pada pekerjaan batu harus sesuai dengan persyaratan dan
ketentuan seperti yang ditentukan di dalam Bab VI (Pekerjaan Beton).
5.2.3 Pasir
Pasir untuk adukan mortar yang digunakan pada pasangan batu yang diperlukan ini harus
disediakan oleh Kontraktor dan harus sesuai dengan persyaratan dan ketentuan seperti yang
ditentukan dalam Bab VI (Pekerjaan Beton).
5.2.4 Air
Air yang digunakan dalam menyiapkan adukan mortar harus tidak mengandung sejumlah bahan-
bahan yang tidak dapat merusak seperti lumpur, bahan-bahan organis, alkali, garam-garam dan
SPESIFIKASI TEKNIS :

bahan lain yang tidak dikehendaki. Air tersebut akan diperiksa dan disetujui oleh Engineer serta
sesuai dengan Bab VI (Pekerjaan Beton).
5.2.5 Susunan Spesi / adukan
Adukan mortar untuk semua pasangan batu kecuali ditentukan lain terdiri dari 2 (dua) macam
yaitu:
a. Pasangan dg mortar jenis PC-PP tipe M 17,2 Mpa (setara 1 : 2) untuk struktur yang
membutuhkan kekuatan tinggi
b. Pasangan dg mortar jenis PC-PP tipe N 5,2 Mpa (setara 1 : 4) untuk pondasi dan struktur
yang tidak berhubungan langsung dengan aliran air
Volume air digunakan secukupnya agar menghasilkan konsistensi yang tepat untuk
penggunaan yang dimaksud. Kompensasi campuran adukan mortar untuk bagian tertentu harus
sesuai dengan gambar atau yang ditentukan oleh Engineer.
5.2.6 Mencampur Adukan Mortar
Cara dan alat yang digunakan untuk mencampur adukan mortar harus sedemikian rupa sehingga
dapat menentukan dengan teliti serta mengontrol jumlah tiap bahan secara terpisah yang akan
diaduk dan harus mendapat persetujuan Engineer. Bila dipergunakan mesin pengaduk harus
disesuaikan dengan rencana kerja, begitu juga dengan lama pengadukan, sesudah semua bahan
berada di dalamnya tidak boleh kurang dari 2 (dua) menit kecuali bila airnya sudah cukup.
Banyaknya adukan yang dicampur air hendaknya secukupnya saja sesuai yang akan segera
digunakan, dan semua adukan yang tidak digunakan dalam 30 menit sesudah pemberian air harus
dibuang. Pencairan ulang adukan mortar yang sudah mengeras tidak diijinkan. Bak dan ember-
ember adukan harus selalu dibersihkan dan dicuci pada akhir pekerjaan tiap hari kerja.
5.2.7 Pemasangan
Semua batu yang digunakan dalam pasangan batu harus betul-betul bersih sebelum dipasang dan
harus disetujui oleh Engineer. Batu-batu tidak boleh dipasang selama hujan cukup lebat atau
cukup lama agar adukan tidak larut dari pasangan. Adukan yang sudah dihamparkan dan meleleh
karena air hujan harus dibuang dan diganti sebelum pekerjaan dilanjutkan. Sebelum pasangan
batu betul-betul mengeras, tidak diperbolehkan adanya kegiatan pekerjaan lain di atasnya.
Semua batu yang digunakan dalam pasangan batu dengan sambungan adukan harus dibasahi
dengan air antara tiga sampai empat jam sebelum dipergunakan dengan suatu cara yang
menjamin bahwa batu benar-benar akan basah seluruhnya dan merata.
Jarak antar batu dalam spesi sekitar 10 mm ~ 50 mm, dan tidak boleh terjadi persinggungan antar
batu. Ukuran dan distribusi batu dalam pasangan batu harus dikontrol sedemikian sehingga spesi
yang diisikan dalam rongga antar batu dapat seminimal mungkin volumenya.

5.2.8 Constraction joints dan False joints


1) Constraction Joints
SPESIFIKASI TEKNIS :

Dipasang pada bangunan seperti dinding pasangan batu, struktur penahan tanah dan dinding
saluran dengan interval maksimum 20 meteran. Kecuali ditentukan lain oleh Engineer tipikal
constraction joints pasangan batu sama dengan constraction joints pasangan beton.
Secara vertikal constraction joints pada pasangan batu harus rata dan tegak lurus dengan
arah aliran atau sesuai dengan pengarahan Engineer. Secara horisontal constraction joints
pada pasangan batu harus rata dan tegak lurus dengan tinggi bangunan atau dengan
pengarahan Engineer.
2) False Joints
Dipasang pada struktur pasangan batu yang tidak berhubungan langsung dengan aliran air
dan memiliki profil topografi yang ekstrim seperti dinding yang berkelak-kelok, curam dan terjal
(ditunjukkan dalam gambar kerja atau dengan arahan Engineer). False joints dibangun
dengan menambahkan pasangan batu setinggi tembok pada pias yang dianggap ekstrim. Bila
diperlukan False joints dibuat bersamaan dengan dinding pasangan batu.
3) Drains to Joints
Merupakan lapisan di belakang pondasi yang berfungsi menahan lapisan tanah dibelakang
dinding agar tidak hilang terbawa aliran rembesan. Lapisan ini terdiri dari kerikil dan geotekstil.
Ijuk dan bahan alam lain tidak boleh digunakan sebagai pengganti geotekstil tanpa
persetujuan dari Engineer. Secara detail akan dijelaskan pada sub bab 8.2.11.
5.2.9 Plesteran dan Acian
Kecuali ditentukan lain dalam Gambar Rencana atau oleh Engineer, Pasangan Batu harus disiar
dan diaci.
A. Pekerjaan Plesteran
Plesteran dikerjakan dengan campuran Pc dan Pasir yang dicampur sedemikian rupa
sehingga menghasilkan kekuatan tekan 12,5 MPa (dg mortar jenis PC-PP tipe S) dengan
ketebalan rata-rata 1,5 cm.
 Sebelum plesteran dimulai, permukaan pasangan dibersihkan dan dibasahi dulu dengan
air.
 Pencampuran bahan dikerjakan sebagaimana halnya pada pekerjaan pasangan.
 Plesteran harus memberikan permukaan yang rata, padat, dan pada sudut-sudut lurus,
memberikan hasil yang rapi.
 Pasangan-pasangan yang kemudian ditimbuni tanah, terlebih dahulu harus diplester
kasar (brapen)
 Plesteran yang belum mengeras harus dilindungi dari hujan.
B. Pekerjaan Siaran
 Mortar untuk siaran berupa campuran PC dan Pasir lolos saringan No. 8 yang dicampur
dengan perbandingan tertentu untuk menghasilkan kekuatan tekan 17,2 Mpa (dg mortar
jenis PC-PP tipe M) dengan permukaan siaran diaci, pekerjaan siaran dapat dibagi atas :
 Siar tenggelam (masuk ke dalam 1 cm)
SPESIFIKASI TEKNIS :

 Siar rata (rata dengan muka batu)


 Siar timbul (timbul dengan tebal 1 cm, lebar 2 cm)
 Siaran dilakukan pada setiap celah batu satu dengan lainnya pada bidang muka
pasangan.
 Sebelum disiar bidang muka pasangan harus dibasahi dulu dan dibersihkan dari kotoran
yang melekat pada pasangan.
 Pencampuran spesi dikerjakan sebagaimana halnya pada pencampuran spesi pada
pekerjaan pasangan.
 Siaran yang belum mengeras harus dilindungi dari hujan.
5.2.10 Lubang Drainase
Dinding pasangan batu yang dipasang harus diberi lubang drainase dengan ketentuan 1 (satu)
lubang tiap 4 (empat) meter persegi tampak muka bangunan seperti ditunjukkan dalam gambar
atau sesuai arahan Engineer. Pipa PVC yang digunakan adalah diameter 50 mm.
5.2.11 Timbunan tanah dan Drainasi Layer (bedding)
Dilakukan sesuai dengan garis, elevasi dan dimensi seperti yang ditunjukkan pada Gambar Kerja
atau sesuai dengan arahan dari Engineer. Material timbunan yang akan diisikan dan metode
pemadatan yang dilakukan juga harus sesuai dengan penjelasan pada Bab 9 tentang Bronjong
Batu atau dengan arahan dari Engineer.
Kecuali bila tidak terdapat dalam Gambar Kerja, Antara material timbunan tanah (backfill) dengan
Dinding Penahan tanah, dinding dan dasar saluran, dan pasangan batu pelindung slope harus di
beri bedding dan atau drainasi memanjang berupa kerikil dengan ketebalan minimum 150 mm.
Pemasangan bedding dengan mengikuti ketentuan:
(1) Antara random backfill atau impervious backfill dengan pasangan batu: dipasang lapisan
dengan urutan back fill – fine – coarse – Pasangan batu.
(2) Antara Timbunan tanah bebas dengan pasangan batu, dipasang lapisan dengan susunan
backfill – coarse – Pasangan batu.
(3) Antara galian tanah berbatuan lunak dengan pasangan batu, dipasang lapisan dengan
susunan galian tanah berbatuan lunak – fine – coarse – Pasangan batu.
(4) Antara galian batuan lunak sampai batuan keras dengan pasangan batu, dipasang dengan
urutan galian batuan lunak sampai batuan keras –coarse – Pasangan batu.
Untuk dinding saluran dan lantai beton bangunan air, drainasi atau bedding harus dibuat sesuai
dengan Gambar Kerja atau sesuai dengan arahan Engineer. Bila disetujui oleh Engineer, geotekstil
sintetis dapat digunakan sebagai pengganti lapisan fine . Biaya penggantian ini menjadi tanggung
jawab Kontraktor. Tipe, ketebalan dan karakteristik geotekstil yang akan dipakai harus mendapat
persetujuan Engineer dan pemasangannya harus benar-benar mengikuti petunjuk dari industri
pembuatnya. Ijuk dan bahan alam lain tidak boleh digunakan sebagai pengganti geotekstil tanpa
persetujuan dari Engineer.
SPESIFIKASI TEKNIS :

5.2.12 Perawatan
Semua pasangan batu atau pasangan batu kosong termasuk pekerjaan siaran harus dirawat
dengan air atau cara-cara lain yang harus diterima dan disetujui Engineer. Bila perawatan
dilaksanakan dengan air, pasangan-pasangan batu harus tetap dijaga agar tetap basah minimum
14 hari kecuali bila ditentukan lain, misalnya ditutup dengan bahan yang direndam air atau dengan
pipa-pipa alat pengiram, atau cara-cara lain yang disetujui, untuk tetap menjaga semua permukaan
selalu basah. Air yang dipakai untuk perawatan harus memenuhi ketentuan-ketentuan persyaratan
untuk air.
5.2.13 Perbaikan Pasangan Batu
Bila sesudah penyelesaian suatu pekerjaan pasangan batu, pasangan berada di luar garis
ketentuan atau ternyata tidak rata dan atau tidak sesuai dengan garis-garis dan tingkatan sesuai
pada gambar, maka pasangan tersebut harus dibongkar dan diganti atas biaya Kontraktor kecuali
bila Engineer mengijinkan secara tertulis, untuk menambal atau mengganti bagian yang rusak atas
persetujuan Direksi.

5.4 Uji Mutu


 Sebelum melakukan pekerjaan pasangan batu kali, plesteran, dan siaran. Kontraktor
diwajibkan membuat job mix design untuk adukan mortar sebagai acuan. Mutu adukan mortar
harus mempunyai kuat tekan sbb :
- Pasangan batu kali dg mortar jenis PC-PP tipe M 17,2 Mpa
- Pasangan batu kali dg mortar jenis PC-PP tipe N 5,2 Mpa
- Plesteran dg mortar jenis PC-PP tipe S 12,5 Mpa
- Siaran dg mortar jenis PC-PP tipe M 17,2 Mpa
 Setiap 30 m3 pasangan batu kali harus dibuatkan sample benda uji berbentuk kubus dari
campuran yang akan dipakai. Ukuran benda uji adalah 5 x 5 cm dan diberi tanda yang dapat
mengidentifikasi tanggal pemasangan dan lokasinya.
 Jumlah benda uji yang dibuat untuk setiap 30 M3 pasangan batu kali adalah 3 buah untuk
percobaan pada umur 3, 7, dan 28 hari.
 Kubus diuji dan ditest di laboratorium sesuai dengan arahan direksi pekerjaan
 Bila dianggap perlu direksi pekerjaan berhak meminta kontraktor untuk membuat benda uji
kubus dari campuran yang sedang dikerjakan dan meminta mengujinya di lab.
 Apabila setelah campuran dipasang ternyata tidak memenuhi syarat - syarat sesuai dengan
hasil test, maka seluruh pasangan batu yang menggunakan adukan mortar tersebut harus
dibongkar.
 Semua biaya yang diperlukan dalam pengujian mutu adukan mortar dibebankan pada
kontraktor
SPESIFIKASI TEKNIS :

5.5 Pengukuran dan Pembayaran


(1) Pengukuran pasangan batu untuk pembayaran akan dilaksanakan dalam satuan volume m3
sesuai dengan garis dan dimensi seperti pada gambar atau ditentukan oleh Direksi secara
tertulis. Untuk Pasangan batu isi dari semua celah-celah, pipa-pipa dan rongga-rongga
menurut gambar akan dikurangkan dari pengukuran pasangan.
(2) Pengukuran plesteran untuk pembayaran akan dilaksanakan dalam satuan luasan m2 sesuai
dengan garis dan dimensi seperti pada gambar atau ditentukan oleh Direksi secara tertulis.
(3) Pengukuran pasangan batu candi dan stil Bali untuk pembayaran akan dilaksanakan terpisah
dan ditentukan oleh Direksi secara tertulis berdasarkan klausul pekerjaan tambahan.
(4) Pengukuran untuk pembayaran pekerjaan batu kosong dilaksanakan menurut garis luar
pasangan tersebut termasuk lapisan dasar berdasarkan tebal pasangan dan lapisan dasar
seperti yang ditunjukkan pada gambar-gambar atau ditentukan oleh Direksi.
Harga satuan Pasangan Batu pada penawaran sudah harus mencakup biaya untuk air, semen,
pasir, pengangkutan, penyiapan untuk pemasangan, perawatan, perlindungan, penyelesaian dan perbaikan
permukaan pasangan dan semua pekerjaan lainnya termasuk perencanaan drainasi, serta prosedur-
prosedur serta ketentuan yang diperlukan untuk menyelesaikan pasangan batu sesuai dengan persyaratan
ini.
Pembayaran untuk pasangan batu kosong akan dilaksanakan menurut harga satuan per meter
kubik dan harus merupakan biaya keseluruhan untuk menyelesaikan pekerjaan menurut spesifikasi ini,
pada gambar-gambar pasangan batu kosong, serta harus meliputi biaya penyelesaian dan pemasangan
lapisan dasar.
SPESIFIKASI TEKNIS :

BAB VI
PEKERJAAN PINTU BAJA

6.2 PEKERJAAN PINTU AIR


6.1.1 Umum
Gambar Kerja
Untuk memungkinkan segera mulai pekerjaan dengan baik, maka kita harus secepat mungkin
melakukan survey pada lokasi pekerjaan dan membuat gambar-gambar pintu yang komplit dengan
spesifikasinya yang tersebut dalam dokumen tender.
Gambar-gambar desain pintu besi harus berisikan :
a) Gambar Disain
Gambar disain harus memberikan suatu disain yang lengkap dengan ukuran-ukuran pada
potongan dan lokasi dari masing - masing bagian. Gambar disain harus dibuat pada kertas
gambar ukuran standar yang cukup besar agar dapat memberikan informasi lengkap
mengenai obyek yang direncanakan.
b) Shop Drawing
Shop drawing harus memberikan informasi lengkap yang diperlukan untuk
pembuatan/fabrikasi bagian-bagian konstruksi termasuk lokasi, type dan ukuran serta
hubungan - hubungan konstruksi ( pengelingan, baut, pengelasan ).
Shop drawing agar dapat dibuat bardasarkan metode-metode yang praktis, jelas, tepat, agar
dapat pembuatannya ekonomis serta mudah proses pemasangannya.
Inspeksi
a) Inspeksi di work shop
Inspeksi di work shop dapat berupa :
 Visual inspection dari semua tahap pekerjaan.
 Quality check.(cek kwalitas )
 Dimensional check.(cek dimensi)
 Dan lain- lain yang dianggap perlu.
b) Inspeksi di job site
Inspeksi dijob site dapat berupa :
 Visual inspection dari semua tahap pekerjaan
 Dimensional check, termasuk semua bagian yang di pasang.
 Pengecekan painting system.
 Complete testing dilakukan setelah pemasangan untuk mengecek fungsi pada
konstruksi yang telah dipasang tersebut.
SPESIFIKASI TEKNIS :

6.1.2 Bahan dan Mutu Kerja


Material
Kecuali ditentukan lain semua bahan dan mutu pekerjaan harus memenuhi Standart Nasional
Indonesia yang berlaku. Spesifikasi standart yang sama sebagai pengganti dapat ditambahkan
sesuai dikendaki oleh Direksi.
Semua material yang disediakan harus sesuai dengan persyaratan/ketentuan antara lain :
a. Pelat Baja.
Pelat - pelat baja untuk daun - daun pintu harus dari baja ST. 37 (DIN - 17100-1966) atau astm
A.36 atau SS. 400 (JISG 3101- 1992).
b. Profil Baja.
Profil - profil baja harus di buat dari baja SH-0163- 0233 - 0234, (DIN 17100 -1966) atau
ASTM A. 36 atau SS. 400 (JISG 3101-1992).
c. Baut Mur.
Baut mur harus dibuat dari baja U ST ,38 - 2 (DIN 17111 - 1968) atau ASTM A,425 atau S.20
C (JISG 4051-1992).
d. Stem (Drat stang / batang ulir).
Stem harus dibuat dari baja SS. 45. C (JISG. 4051-1992)
e. Kawat las ( Electrode ).
Pengelasan yang di pakai ialah arc - welding dengan mengunakan mildsteel electrode jenis
EUTECTING ROD " UNIMATIC 6000 (AC-DO)" dengan tensile strength 68.000 Psi = 47,6 Kg /
2 atau kawat las dengan kwalitas sama.
f. Zat asam ( oxygen ).
Pada pemotongan baja, maka kemurnian zat asam menentukan kecepatan serta kwalitas
pemotongan, kerenanya zat asam yang dipakai harus berkadar lebih dari 99% ( 0,2 99% ).
g Pasir ( Sand ).
Untuk mendapatkan hasil sandblasting yang baik , maka pasir yang yang dipakai pada proses
sandblasting haruslah pasir yang mengandung garnet, kwarts silica, tidak mengandung tanah
liat garam atau air ( lembab ). Selain itu tekanan udara dan compressor untuk sandblasting
haruslah antara 6 - 8 atmosfir.
h Cat ( Paint ).
Untuk pengecatan konstruksi baja ( pengecatan baja ) haruslah cat yang tahan karat, mudah
aplikasinya, tahan lama dan cepat kering.
i. Karet ( Rubber ) Perapat.
Perapat pintu harus dibuat dari karet ( rubber ) kwalitas baik.
j. Daun Pintu ( Kayu ).
Daun pintu harus dari jenis kayu jati kwalitas baik.
k. Seal ( Bronz).
Seal - seal harus dibuat dari bronz casting ( bronz cor ).
SPESIFIKASI TEKNIS :

Pemotongan ( Cutting )
Pemotongan baja dapat dilakukan dengan gergaji besi atau machine potong atau gas cutting.
Manual gas cutting dapat dipergunakan untuk pemotongan dan semua sudut sudut luar yang tidak
teratur setelah pemotongan harus dibersihkan dan diratakan, begitu juga dengan sudut - sudut
dalam harus mempunyai dimension radius yang tepat sesuai dengan ukuran-ukuran yang
tercantum dalam gambar - gambar teknik. Pemotongan dengan gas disini dipergunakan OXYGEN
- CUTTING.
Pemboran atau pelubangan ( Drilling )
Semua lubang harus dibor dan kotoran - kotoranya harus dibersihkan. Diameter lubang untuk baut
adalah +1/16"' lebih besar dari diameter baut.
Machining (Mengerjakan dengan mesin)
Machining harus dilakukan dengan menggunakan metode - metode pekerjaan yang baik sanggup
menghasilkan permukaan yang rapi seperti tercantum dalam gambar - gambar teknik.
Pengelasan ( Welding )
Syarat Teknik Pengelasan :
i) Pengelasan konstruksi baja harus sesuai dan mengikuti standar teknologi / pengelasan
yang ditentukan yang meliputi :
- Metode pengelasan.
- Urutan pengelasan.
Pelaksanaan teknologi pengelasan yang sudah ditetapkan secara sistematis dan dikontrol.
Secara official dan isinya harus menjamin hasil pengelasan yang baik seperti spesifikasi
yang tercantum pada construction drawing. Pengelasan konstruksi yang sederhana dan
kurang penting dapat dilakukan tanpa adanya cara - cara yang telah ditentukan.
ii) Pekerjaan pengelasan harus dibawah pengawas personil dan memiliki persiapan teknis
untuk pekerjaan tersebut.
iii) Penyambungan - penyambungan bagian konstruksi baja yang harus dilakukan dengan las
listrik serta sudah melalui ujian (test) dan memiliki ijazah yang menetapkan kwalifikasi serta
jenis pengelasan yang diperkenankan kepadanya.
iv) Bagian konstruksi yang segera akan di las harus dibersihkan dari bekas - bekas cat, karet,
lemak, embun, dan kotoran - kotoran lainya.
v) Pengelasan konstruksi baja , baik secara keseluruhan maupun merupakan pengelasan -
pengelasan setempat hanya boleh dilakukan setelah diperiksa bahwa hubungan - hubungan
yang akan dilas sudah sesuai dengan ketentuan - ketentuan yang berlaku untuk konstruksi
itu.
vi) Kedudukan konstruksi baja yang segera akan dilas harus menjamin situasi pengelasan dan
kwalitas hasil pengelasan yang dilakukan.
vii) Pada pekerjaan las, maka sebelum mengadakan las ulangan, baik bekas lapisan pertama
maupun bidang - bidang benda kerja dibersihkan dari terak ( slag ) dan kotoran lainya.
SPESIFIKASI TEKNIS :

viii) Pada pekerjaan las, dimana akan banyak terjadi lapisan las, maka lapisan yang terdahulu,
harus dibersihkan dari terak ( slag ) dan percikan - percikan logam sebelum memulai
dengan lapisan yang baru. Lapisan yang berpori - pori, rusak atau retak harus dibuang
sama sekali.
ix) Tempat pengelasan danjuga bidang - bidang konstruksi yang di las harus dilindungi dari
hujan dan lain - lainya.
6.1.3 Field Erection (pemasangan di lapangan)
Semua pekerjaan harus dilakukan sebaik - baiknya dengan mempergunakan methode yang baik.
Semua tahap pekerjaan harus diawasi oleh orang yang memiliki banyak pengalaman dan
kwalifikasi yang baik atas pekerjaan yang di awasi.
6.1.4 Penyimpanan di Job Set.
Bagian - bagian konstruksi harus disimpan di suatu gudang yang memenuhi syarat sampai waktu
bagian - bagian konstruksi itu dipakai / dipasang
6.1.5 Urutan Erection dan Toleransi
Urutan erection harus sesuai dengan yang tercantum dalam gambar-gambar teknik, bersama
dengan toleransi - toleransi yang diperlukan. Bagian - bagian beton di mana konstruksi baja akan
dipasang ( concretehood ) tidak boleh dipasang dahulu sampai konstruksi baja selesai di pasang.
6.1.6 Pelumasan (Lubrication).
Pada bagian - bagian yang harus diberi pelumas terutama pada ulir bantalan as, ring dan seluruh
komponen peralatan pengangkat di beri pelumas ( grease ) yang berkualitet baik.
Daftar Material Pekerjaan Pintu Air

No. Nama Keterangan


1 Daun pintu Di buat dari bahan pelat baja sesuai JIS G. 3101 - SS
400 tebal minimum 8 mm. Proses pemotongan
mengunakan gas cutting, bila terjadi depormasi atau
melengkung, maka pelurusannya harus menggunakan
pemanasan bukan di pres.

2 Penguat daun pintu Baja profil L ( siku ) / C ( canal ) JIS G. 3192 -SS 400.
Proses pemotongan harus menggunakan mesin gergaji
potong, tidak boleh menggunakan gas cutting.
3 Guide Frame Dibuat dan profil L ( siku ) /C ( canal ) sesuai standart
JIS G. 3192-SS 400. Proses pemotongan harus
menggunakan mesin gergaji potong, tidak boleh
mengunakan gas cutting.
4 Batang Ulir / Stang drat Dibuat dan baja bulat ( round bar ) dengan diameter
minimum 38,1 mm. Material sesuai standart JIS G. 4051
SPESIFIKASI TEKNIS :

S. 45 C. Bentuk ulir adalah trapesium dengan sudut ulir


ganda 29 dan ulir ganda( double tread).
5 Mur Penyetel / Stem nut dan Semua Mur penyetel dan bush - bush dibuat dari bahan
Bush JIS H. 5111- BC 3 dan dimachining halus.
6 Roda Gigi Bahan roda gigi dibuat dan besi cor sesuai dengan
standart JIS G. 5501 - FC. 25. Permukaan profil dan
roda gigi harus dikerjakan halus dengan mesin frais atau
sejenis. Sehingga pada saat dioperasikan tidak
mengeluarkan bunyi yang bising.
7 Rumah Bearing Rumah bearing dibuat dari bahan besi cor sesuai
standart JIS G. 5501- FC25. Dudukan - dudukan bearing
untuk harus dimachining halus dan sesuaikan dengan
toleransi pada bearing yang telah ditentukan sehingga
antara bearing dan dudukannya tidak kocak.
SPESIFIKASI TEKNIS :

BAB VII
PEKERJAAN KISTDAM & PENGERINGAN

7.1 UMUM
Yang dimaksud dengan Kistdam disini adalah konstruksi penunjang yang memberikan
perlindungan/pengaman langsung bagi daerah kegiatan pelaksanaan terhadap aliran sungai.

7.2 BAHAN/ALAT
a. Kistdam sesuai dengan lokasi pekerjaan dapat dibuat dari :
- Karung plastik diisi pasir.
- Konstruksi kayu.
- Timbunan tanah.
- Kombinasi dari bahan-bahan di atas.
- Dan lain-lain.
b. Untuk keperluan pengeringan/pemompaan diperlukan :
- Pompa air
- Solar, Oli, Gemuk
- Operator, Mekanik

7.3 PELAKSANAAN
a. Pembuatan Kistdam
- Bentuk, ukuran Konstruksi Kistdam yang diperlukan dibuat sendiri oleh Kontrakor dengan
persetujuan saran Direksi dan dibuat sebelum dimulainya kegiatan fisik.
- Arah dan tinggi Kistdam yang harus memenuhi syarat untuk pelaksanaan, untuk ini Kontraktor wajib
berkonsultasi dengan Direksi.
- Kistdam harus mampu untuk mengendalikan air yang terjadi selama pelaksanaan.
- Untuk keperluan pengeringan medan kerja, Kontraktor harus menyediakan pompa air sesuai
keperluan yang dibayar terpisah.
b. Pengeringan/Pemompaan
- Pekerjaan ini meliputi penyediaan dan pengoperasian pompa untuk menjaga agar lokasi kerja
selalu kering dan aman untuk melakukan pekerjaan konstruksi.
- Jumlah dan lokasi pemompaan sesuai dengan daftar kuantitas dan atas persetujuan Direksi.
- Pompa harus dijaga agar bisa beroperasi sepanjang hari selama pekerjaan konstruksi berlangsung.
- Dalam pekerjaan ini sudah termasuk pemeliharaan dan perbaikan alat dari awal kegiatan sampai
dengan berakhirnya pekerjaan di tempat yang diperlukan.

7.4 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

Mata Pembayaran Uraian Satuan


5.1.1 Pekerjaan Kistdam tinggi 1,25 m m1
5.12 Pekerjaan Kistdam tinggi 2,25 m m1
5.2 Pengeringan/Pemompaan hk
SPESIFIKASI TEKNIS :

BAB VIII
PEKERJAAN PENYELESAIAN

8.1 Pekerjaan Penyelesaian


Yang dimaksud dengan pekerjaan penyelesaian adalah :
1. Perbaikan–perbaikan kecil terhadap bagian dari bangunan yang kurang sempurna dengan nilai
pekerjaan setinggi–tingginya 1% harga jual pekerjaannya dan bukan pekerjaan pokok.
2. Pembersihan kembali lapangan kerja dari sisa–sisa bahan / peralatan kerja.
Selama masa pemeliharaan, Kontraktor diwajibkan untuk :
1. Membongkar barak kerja / gudang bahan dan membersihkannya.
2. Memperbaiki bangunan–bangunan setempat yang rusak sehubungan dengan pelaksanaan /
kegiatan pekerjaan. Termasuk railling jembatan, duiker / gorong–gorong yang rusak akibat
kendaraan–kendaraan Kontraktor selama pelaksanaan pekerjaan.
3. Semua alat bantu milik Negara yang dipinjamkan / diperbantukan dikembalikan setelah
sebelumnya diservice / diperbaiki sebagaimana keadaan pada waktu penyerahan dari proyek.

8.2 Syarat-syarat Bahan


Semua bahan yang digunakan untuk pelaksanaan harus hasil / produksi Dalam Negeri, demikian juga
perlengkapan kerja. Apabila produksi Dalam Negeri tidak ada maka digunakan barang yang sebesar mungkin
komponennya adalah produksi Dalam Negeri.
1. Semen PC
a. Semen PC yang digunakan adalah keluaran pabrik semen Dalam Negeri.
b. Pada prinsipnya seluruh pekerjaan pasangan disyaratkan menggunakan satu merk semen PC.
Penggunaan semen dengan merk berlainan hanya dapat diijinkan pada saat terjadi kelangkaan
semen dan harus mendapat persetujuan dari Pemimpin Proyek secara tertulis.
c. Semen PC yang dipakai untuk beton konstruksi harus memenuhi ketentuan NI-8.
2. Pasir
a. Pasir yang digunakan tidak boleh mengandung unsur garam, dan kandungan lumpur maksimum
adalah 5%.
b. Bila dipandang perlu oleh Direksi, digunakan persyaratan PBI 1971 sepenuhnya.
c. Pasir yang berasal dari pantai / laut tidak boleh digunakan dalam pekerjaan ini.
d. Untuk pekerjaan pasangan batu, beton, plesteran dan siaran pasir harus disaring / diayak dengan
lubang ayakan yang disyaratkan untuk pasir.
3. Batu Kali
a. Batu yang digunakan harus batu yang masif, batu apung dan atau batu berongga / berpori tidak
boleh digunakan untuk pekerjaan pasangan batu ataupun batu pengisi bronjong
b. Ukuran batu harus memenuhi syarat :
Untuk pekerjaan pasangan batu kali ukuran batu minimal berdiameter 15 cm.
SPESIFIKASI TEKNIS :

c. Khusus untuk pekerjaan pasangan batu kali, harus digunakan batu belah, dimana minimal 2/3
permukaan luarnya adalah bidang belahan.
4. Kerikil
a. Kerikil yang digunakan adalah hasil dari pecahan batu atau hasil dari penyaringan sirtu. Kerikil
untuk campuran beton konstruksi harus bersih dari lumpur ataupun kotoran.
b. Kerikil harus masif, tidak boleh keropos ataupun berongga.
c. Bila terdiri dari beberapa ukuran kerikil yang disyaratkan maka cara penempatannya harus
dipisah–pisahkan dan pencampurannya berdasarkan ketentuan yang ditetapkan.
5. Air
a. Air yang digunakan untuk pekerjaan beton, pasangan batu, plesteran dan siaran adalah air bersih,
bebas dari unsur dan atau zat kimia yang dapat merusak kekuatan beton / pasangan batu.
b. Air untuk keperluan harian karyawan / pekerjanya harus memenuhi standar kesehatan yang
berlaku.

8.3 Volume Pekerjaan Tambah Dan Kurang ( Meer dan Miner Werk )
Volume pekerjaan akan diperhitungkan sebagai pengurangan apabila :
a. Atas instruksi tertulis dari Pemimpin Proyek, mengingat pertimbangan teknis/ konstruksi, bagian
pekerjaan/ jenis pekerjaan tidak perlu dikerjakan.
b. Dijumpai kondisi lapangan yang menyebabkan/ diperlukan penyesuaian/ perubahan konstruksi
sehingga menimbulkan pengurangan volume pelaksanaan pekerjaan sebagaimana persetujuan
tertulis dari Pemimpin Proyek.
Volume pekerjaan akan diperhitungkan sebagai penambahan apabila :
a. Atas instruksi dari Pemimpin Proyek secara tertulis, mengingat pertimbangan teknis/ konstruksi
dipandang perlu dilaksanakan suatu tambahan pekerjaan.
b. Dijumpai kondisi lapangan yang memerlukan penyesuaian/ perubahan konstruksi dan akan
menimbulkan penambahan biaya, dengan instruksi tertulis dari Pemimpin Proyek.Terhadap hal
tersebut di atas akan diperhitungkan sebagai biaya kurang/ tambah. Perhitungan biayanya
didasarkan pada harga satuan yang tercantum dalam Rencana Anggaran Biaya Penawaran atau
Rencana Anggaran Biaya Negosiasi yang ada.
Dalam hal di dalam Rencana Anggaran Biaya tidak tercantum harga satuannya, akan dihitung
berdasarkan harga bahan dan upah yang terlampir pada surat penawaran dan dihitung sesuai dengan analisa
pekerjaan yang berlaku (analisa BOW).
Sehubungan dengan adanya banjir besar, maka kemungkinan terjadi :
a. Pekerjaan rusak
b. Peralatan hanyut atau tertimbun
Terhadap hal di atas perlu diuji / dikaji dengan hasil pemeriksaan terhadap kejadian force majeure
yang dilakukan bersama pihak Proyek dan Pelaksana / Kontraktor.

8.4 Jaminan Teknis


1. Pekerjaan Kurang Sempurna
Pekerjaan yang kurang sempurna berdasarkan pemeriksaan Direksi / Tim Pemeriksa Proyek,
Kontraktor harus memperbaiki ataupun mengulangi pekerjaan tersebut hingga memenuhi syarat.
Biaya perbaikan/ pengulangan pekerjaan ini menjadi tanggungan Kontraktor.
2. Pasca Konstruksi
SPESIFIKASI TEKNIS :

Meskipun pekerjaan sudah diterima dengan baik pada penyerahan pekerjaan II, Kontraktor masih
bertanggung jawab teknis terhadap konstruksi (jaminan teknis) selama 5 (lima) tahun. (Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, Pasal 25 ; Keppres
Nomor 80 Tahun 2003, Pasal 36).

8.5 Meninggalkan Tempat/Daerah Kerja


1. Direksikeet selama pemeliharaan menjadi tanggungan Kontraktor untuk menjaganya.
2. Sebelum melaksanakan kegiatan, Kontraktor wajib memberitahu Pemda setempat demikian pula
pada waktu Kontraktor telah menyelesaikan seluruh pelaksanaan pekerjaan.
3. Sebelum meninggalkan lokasi dimaksud, jalan kerja harus sudah dibenahi, bekas - bekas
bongkaran diangkut ke luar lokasi kegiatan.

. Manggupura, Pebruari 2016


Kepala Bidang Pengairan
Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Badung/
Pejabat Pembuat Komitmen

A.A. GEDE AGUNG DALEM, ST, MT


Pembina
NIP. 19680626 199703 1 007

Anda mungkin juga menyukai