Anda di halaman 1dari 5

BAB 4

PEMBAHASAN
Setelah kelompok menguraikan landasan teori kemudian menerapkan asuhan
keperawatan pada Tn. A dengan EDH di ruangan OK Arifin Achmad Provinsi Riau, maka dalam
hal ini penulis akan membahas beberapa hal baik yang mendukung maupun menghambat
kelancaran proses keperawatan.
Pada proses penerapan asuhan keperawatan yang diberikan pada Tn. A penulis tidak
menemukan kesenjangan antara tinjauan teoritis dan laporan kasus. Proses asuhan keperawatan
yang meliputi pengkajian, merumuskan diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,
implementasi, dan evaluasi tindakan keperawatan.
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal yang dilakukan kelompok untuk melakukan asuhan
keperawatan pada pasien. Dalam pengkajian kelompok tidak menemukan kesulitan yang
berarti pasien dan keluarga pasien memberikan keterangan dan kooperatif. Tn. A dengan
diagnose EDH. Ketika pengkajian didapatkan bahwa pasien mengalami penurunan kesadaran.
Keluarga mengatakan anaknya mengalami kecelakaan tadi malam dan dilarikan kerumah
sakit paginya. Kesadaran pasien somnolent dengan GCS 8 EVM. Penurunan kesadaran pasien
membuat kita tidak dapat berkomunikasi dengan pasien tersebut. Hasil pemeriksaan rontgent
kepala ditemukan terdapat . keluarga psien juga mengeluhkan sangat
menghawatirkan keadaan anaknya dan tidak terlalu mengetahui tentang operasi yang akan
dijalani anaknya. Keluarga menanyakan bagaimana prosedur operasi, wajah keluarga tampak
cemas. Dokter menjadwalkan untuk dilakukan operasi pada hari ini 20 november 2019, pasien
direncanakan untuk dilakukan tindakan craniotomy dengan Anestesi general. Pasien masuk ke
ruang operasi pada pukul 11.30 WIB dan pada pukul 11.40 WIB pasien dilakukan anastesi,
operasi dimulai pada pukul 11.50 WIB. Operasi berakhir pada pukul 13.00 WIB dan anastesi
berakhir pada pukul 13.10 WIB.
Kelengkapan tim operasi terdiri dari 1 orang dokter operator, 3 asisten dokter operator,
1 dokter anestesi, 2 penata anatesi dan 1 perawat sirkuler., posisi tubuh telentang pada meja
operasi daerah pada operasi adalah kepala. 30 menit pertama tindakan operasi berlangsung
tanda-tanda vital Tn. A stabil ditandai dengan HR: 70x/i, TD: 120/55 mmHg, RR : 20x/i. Pada
jam 13.00 WIB operasi selesai dilaksanakan dan tanda-tanda vital Tn. A juga dalam keadaan
stabil dengan HR: 80x/i, TD:115/70 mmHg, RR: 19 x/i. Tidak ditemukan adanya komplikasi,
total input 1200 cc dengan 100 cc RL, dan 200 cc sevo flurane. Total Output 300 cc dengan
pendarahan 200 cc dan urin 100 cc. Setelah dilakukan tindakan didapatkan hematoma .
Setelah masa anastesi yang berakhir pada pukul 13.10WIB, Ny. A dipindakan ke recovery
room dengan menggunakan bed.

B. Diagnosa
Pada laporan kasus ini, penulis hanya mencantumkan diagnosa berdasarkan
pengkajian yang didapatkan dan berdasarkan anamnesa. Diagnosa yang diangkat adalah:

a. Pre op
 Gangguan perfusi jaringan serebral b.d tahanan pembuluh darah, infark
 Cemas b.d kurangnya pengetahuan keluarga tentang prosedur operasi
b. Intra op
 Resiko cedera b.d efek anestesi
c. Post op
 Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan putusnya kontinuitas
jaringan
 Hipotermi berhubungan dengan efek anastesi dan lingkungan

C. Intervensi
Pada perencanaan ini implementasi yang dilakukan :
Pre op

1. Gangguan perfusi jaringan serebral b.d tahanan pembuluh darah, infark

a. Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan gangguan perfusi


jaringan serebral tidak terjadi
b. Kriteria hasil :

 Vital sign dalam batas normal


 Tidak ada peningkatan TIK (takikardi, TD turun perlahan)
 GCS 15
c. Intervensi

 Monitoring vital sign


 Menitoring tingkat kesadaran
 Monitoring GCS
 Menentukan faktor penyebab penurunan perfusi cerebral
 Pertahankan posisi tirah baring atau head up to 30 0
 Pertahankan lingkungan yang nyaman
 Kolaborasi pemberian terapi oksigen
2. Cemas b.d kurangnya pengetahuan keluarga tentang prosedur operasi

a. Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan cemas berkurang


b. Kriteria hasil :

 Keluarga atau pasien mengatakan cemas berkurang


 Wajah tampak tidak terlalu cemas
d. Intervensi:
 Memberitahu keluarga tentang prosedur operasi
 Dorong pasien dan keluarga untuk mengungkapkan rasa cemas
 Menciptakan lingkungan yang nyaman
 Dorong keluarga dan pasien untuk berdoa sebelum masuk keruang operasi
 Tetap mendampingi asien agar meningkatkan rasa aman dan mengurangi
kecemasan
 Menjelaskan prosedur dan sensasi yang dirasakan selama pembedahan

Intra op
1. Resiko cedera b.d efek anestesi
a. Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan resiko cedera terkontrol
b. Kriteria hasil :

 Klien terbebas dari cedera


 Klien mampu menjelaskan cara untuk mencegah injuri
 Klien mampu menjelaskan factor resiko dari lingkungan
c. Intervensi

 Identifikasi kebutuhan keamanan pasien sesuai fisik dan riwayat penyakit


terdahulu pasien
 Memasang side rail tempat tidur
 Pertahankan penerangan yang cukup
 Berikan penejelasan pada pasien dan keluarga adanya perubahan status
kesehatan dan penyebab penyakit

Post op

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan putusnya kontinuitas jaringan


a. Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan dharapkan nyeri berkurang

b. Intervensi

 Mengkaji kelihan nyeri


 Mengkaji skala dan intensitas nyeri
 Melatih teknik relaksasi dengan nafas dalam untuk mengurangi rasa nyeri
 Monitor tanda tanda vital
 Kolaborasi dengan analgesik

3. Hipotermi berhubungan dengan efek anastesi dan lingkungan


a. Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan suhu tubuh dalam batas
normal
b. Intervensi

 Monitor suhu tubuh


 Monitor TD, HR, RR
 Monitor warna dan suhu kulit
 Berikan warmer management
 Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh
 Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan efek
negative dari kedinginan
 Berikan antipiretik jika perlu

Anda mungkin juga menyukai