Anda di halaman 1dari 40

RINGKASAN CATATAN ANAK

1. NEFRO
CONTOH KASUS DIAGNOSIS TATALAKSANA

1.HT, SNA ANAMNESIS ASSESSMENT:


Anak laki-laki, 15 tahun masuk dengan bengkak pada -Apa keluhan utamanya? -SINDROMA NEFRITIK AKUT
kelopak mata, wajah, dan perut diperhatikan sejak 1 (Bengkak, kencing warna coca cola/kemerahan, hipertensi) -HIPERTENSI GRADE I
minggu SMRS. Bengkak pada kelopa mata terutama saat -Bengkaknya sejak kapan? Apakah pertama kali? Mulai dari
bangun tidur. Bengkak dialami pertama kali. Ada nyeri mana lokasi bengkaknya? Memberat saat kapan? Berkurang FARMAKO
kepala sejak 1 hari SMRS, nyeri rasa terikat, tegang hingga atau menetap? 1.Furosemid 1-2 mg/kgBB/kali (pake BB aktual,atasi
ke leher, durasi 5 menit. Ada riwayat demam sebelumnya, -Kencing warna coca cola/kemerahan sejak kapan? edema)
saat ini tidak demam. Ada batuk pilek sejak 2 minggu lalu. -Gejala hipertensi? (Nyeri kepala, tegang leher, sejak = Furosemid 60 mg/8 jam/oral
Tidak sesak, tidak mual, tidak muntah. Ada riwayat BAK kapan?) (sediaan 20,40,80 mg)
warna coca-cola 1 minggu lalu, saat ini BAK kuning kesan -Riwayat ISPA atau infeksi kulit (pioderma) sebelumnya? R/Furosemid 20 mg tab No IX
cukup. BAB biasa. Riwayat batuk pilek sejak 2 minggu S 3 dd III tab
sebelumnya. Riwayat infeksi kulit sebelumnya disangkal. PEMFIS
-BB, TB  BB koreksi: Kurangi 2.Antibiotik
BB aktual 52 kg, TB 167 cm Periorbita/palpebra: 10% a) Penicillin V
BB ideal 57 kg Palpebra+pretibial: 15% 250 mg/6 jam/oral
BB koreksi 42 kg Palpebra+pretibial+asites: 20% (utk eradikasi Streptococcus)
Edema anasarca: 30% atau alternative:
Definisi BB koreksi= 80%x52 = 42 kg b)Erithromicin 30-50 mg/kgBB/hari, max 2000 mg/hari,
Proliferasi dan inkolfamasi glomerulus yang disebabkan -Tanda vital: Hipertensi (TD 130/80) dibagi 4 dosis (sediaan tab 250,500 mg)
mekanisme immunologis terhadap antigen tertentu *Hipertensi: TD sistolik dan/diastole >= persentil 95 pada 3x =500 mg/6 jam/oral
pengukuran berturut2 R/Erithromicin 500 mg tab No IV
Etiologi *Hitung TB dan cari persentil TB nya di CDC, kemudian cari S 4 dd I tab
Streptococcus B hemolyticus grup A (GNAPS) autoimun persentil TD berdasarkan TB *kalau syrup: sediaan 200 mg/5 ml
karena terjadi molecular mimikri pada lapisan endotel -Edema R/Erithromicin 200 mg syr No I
glomerulussistem imun menyerang endotel glomerulus -Abdomen Perkusi: Asites, Shifting dullness/Undulasi (+) S 3 dd 2 cth
*Shifting dullness: Perkusi dari medial ke lateral, kalau ada c)pada pasien ini:
Diagnosis ditegakkan: bunyi pekak, suruh miring pasiennya, tunggu 1 menit, Cefixime 200 mg/12 jam/oral
Memenuhi >=2 dari 4: perkusi lagi, kalau pekak (+) R/Cefixime 200 mg tab No II
Edema *Undulasi: Umbilicus spt tersenyum S 2 dd I tab
Hematuri
Hipertensi PENUNJANG 3.Anti Hipertensi
Oligouri <0.5 ml/kgBB/24 jam -Darah Captopril 0.3-0.5 mg/kgBB/kali (2-3 kali pemberian/hari)
Disertai peningkatan ASTO dan penurunan C3 DR, LED =12.5 mg/8 jam/oral
(riwayat Faringitis 1-2 mgg/pioderma 2-4 mgg) Albumin (N) R/ Captopril 12.5 mg tab No III
Kolesterol (N) S 3 dd I tab
Patofisiologi Ur/Cr (biasanya meningkat) *Bila TD>= 160/100 mmHg
Antibodi menyerang endotel glomerulusdestruksi Titer ASTO (meningkat) Nifedipin 5 mg/sublingual
jaringangross hematuri C3 (menurun)
Hipertensi disebabkan retensi Na shg terjadi -Urin rutin
hipervolemikpeningkatan tekanan hidrostatik Proteinuria (tapi tidak massif)
Oligouria terjadi karena retensi cairan akibat retensi Na Hematuria makroskopik
Peningkatan titer ASTO terjadi karena post infeksi SGA -Bakteriologi
(Streptolysin O) Apusan tenggorok: Streptococcus B hemolyticus (+)GNAPS
Penurunan C3 terjadi karena kompleks Ag-Ab dalam
glomerulus menarik komplemen sehingga kadar dalam KRITERIA SNA: NON FARMAKO
darah menurun Proteinuria (tapi tidak massif) 1.Energi
Hematuria makroskopik (urin coca cola/ kemerahan) Berdasarkan umur 13-15 tahun: 60 kkal/kgBB/hari
Azotemia (peningkatan Ur/Cr) 60 kkal x 57 kg (BB ideal karena gizi kurang)
Red cell Hb menurun =3420 kkal/hari
Oligouri =< 1 ml/kgBB/jam 2.Diet Protein:
Oedema 1-2 gr/kgBB/hari (Ur/Cr normal)
Hipertensi 0.5-1 gr/kgBB/hari (Ur/Cr naik)
= 57-114 gr/hari
3.Diet Rendah Na
1-2 gr/hari

2.SINDROMA NEFROTIK ANAMNESIS ASSESSMENT:


Anak laki-laki 9 tahun datang dengan keluhan bengkak pada -Apa keluhan utamanya? -SINDROMA NEFROTIK SERANGAN PERTAMA
mata, perut, dan kedua tungkai sejak 2 minggu SMRS. (Bengkak, kencing biasa, tidak hipertensi)
Bengkak awalnya pada mata, wajah, perut, dan kedua -Bengkaknya sejak kapan? Apakah pertama kali? Mulai dari FARMAKO
tungkai. Keluhan memberat saat bangun tidur di pagi hari. mana lokasi bengkaknya? Memberat saat kapan? Berkurang Cairan Maintenance
Tidak demam, tidak kejang, ada sesak napas. Nafsu makan atau menetap? R/Dextrose 5% 500 ml kolf No I
baik. BAK lancar, kuning. BAB lancar, cokelat. Riwayat (Pada SN: Onset menahun, perlahan-lahan, dapat relaps) S 10 gtt/menit/intravena
bengkak sebelumnya tidak ada. Tidak ada riwayat ISPA, -Riwayat ISPA atau infeksi kulit (pioderma) 1.Furosemid 1-2 mg/kgBB/kali
tidak ada riwayat infeksi kulit atau diare, tidak ada riwayat sebelumnya?(tidak ada pada SN) = 2 x 22 kg = 42 mg
hipertensi. 40 mg/12 jam/intravena (sediaan injeksi: 20 mg/2 ml)
PEMFIS R/ Furosemid 20 mg amp tab No IV
BB aktual 22 kg, TB 126 cm -BB, TB S 40 mg/12 jam/intravena
BB ideal 25 kg BB koreksi= 80%x22 = 17.6 kg 2.Albumin IV
BB koreksi 80% x 22 = 17.6 kg -Tanda vital (tidak hipertensi) (kalau =< 1.5 gr/dl karena takut shock hipovolemik)
*Hitung TB dan cari persentil TB nya di CDC, kemudian cari Plasbumin 25% sediaan 25 mg/100 ml (habis 25 ml/jam)
Definisi persentil TD berdasarkan TB R/Plasbumin 25% 100 ml kolf No I
Sekumpulan gejala klinik meliputi -Edema palpebra, facial,skrotum, dan pretibial Pitting edema S 25 ml/jam, habis dalam 4 jam
-Edema (anasarca) -Abdomen Perkusi: Asites, Shifting dullness/Undulasi (+) 3.Kortikosteroid
-Proteinuria massif >=50 mg/kgBB/hari atau +++ -Efusi pleura (salah satu manifestasi penyulit) Prednison sediaan:
-Hipoalbuminea =<2.0 gr/dl -Biasanya edema anasarca Tab:1 mg, 2 mg, 5 mg (di Indonesia)
-Hiperkolesterolemia >= 250 mg/dl Syrup: 5 mg/5 ml
PENUNJANG DOSIS LAMA
Klasifikasi (histologik) -Darah PEMBERIAN
SN kelainan minimal DR, LED CONTINUES Prednison 4 minggu I
Glomerulosklerosis Hipoalbuminemia =< 2.0 g/dl DAY 2 mg/kgBB/hari,
Glomerulonefritis fokal proliferative Hiperkolesterolemia >=250 mg/dl dibagi 2-3 dosis,
Nefropati membranosa Ur/Cr (normal) max 60 mg/hari/m2
Glomerulonefritis kronik -Urin rutin ALTERNATING Prednison (kalau Remisi)
Proteinuria (biasanya massif, kualitatif +++) DAY 1.5 mg/kgBB/hari, 4 minggu II
Patofisiologi SN Protein Esbach (>=50 mg/kgBB/hari) (Senin-Rabu- dibagi 2-3 dosis,
1.Proteinuria (glomerular) Hematuria (bisa, tp mikroskopik +/- ) Jumat) Max 40 mg/hari/m2
Injury pada podosit disebabkan 4 mekanisme: indikasi biopsy ginjal TAPP OFF Prednison (kalau Remisi)
-perubahan komponen/struktur 1.0 mg/kgBB/hari 2 minggu
-disregulasi sitoskeleton aktin (pada slit diaphragm) TAPP OFF Prednison (kalau Remisi)
-perubahan membrane basalis glomerulus 0.5 mg/kgBB/hari 1 tahun
-perubahan muatan listrik negative podosit
memicu apoptosis/lepasnya podosit menyebabkan
filtrasi makromolekul melewati membrane basal KRITERIA SN:
glomerulus terganggu  kebocoran protein proteinuria -Edema (anasarca) *Kriteria:
massif -Proteinuria massif >=50 mg/kgBB/hari atau +++ Remisi: Protein urin +1/- (trace) selama 3 hari berturut2
-Hipoalbuminea =<2.0 gr/dl Relaps: Protein urin +3 selama 3 hari berturut2 dalam 1
2.Hipoalbuminemia -Hiperkolesterolemia >= 250 mg/dl minggu, tetapi sudah mencapai remisi
Konsentrasi albumin plasma dipengaruhi Resisten: Dengan pemberian Prednison continues day tidak
-asupan protein pernah terjadi remisi (protein urin tidak pernah +1)
-sintesis albumin hati menurun Tanpa melalui biopsy ginjal, criteria SN kelainan minimal: Dependent steroid: Sudah 4 minggu terapi kemudian
-kehilangan protein melalui urin (pada SN) penurunan -Usia 2-6 tahun ketika di tap off, naik lagi protein urin +3
tekanan onkotik plasma hipoalbuminemia -Hematuri (-)
-Hipertensi (-) Resep:
3.Edema -Ur/Cr normal Prednison 2 mg/kgBB x 22 kg = 44 mg/hari = 45 mg/hari
Mekanisme -Titer C3 normal 15 mg/8 jam/oral
Underfill -Respon terhadap kortikosteroid R/ Prednison 5 mg tab No CCLII (4 minggu)
S 3 dd III tab

Prednison 1.5 mg/kgBB x 22 kg = 33 mg/hari = 35 mg/hari


R/ Prednison 5 mg tab No LXXXIV (4 minggu)
S 3-2-2 (Senin-Rabu-Jumat)

Prednison 1.0 mg/kgBB x 22 kg = 22 mg/hari = 20 mg/hari


R/ Prednison 5 mg tab No LVI (2 minggu)
S 2 dd II tab

Prednison 0.5 mg/kgBB x 22 kg = 11 mg/hari = 10 mg/hari


R/ Prednison 5 mg tab No LX (lanjutkan sampai 1 tahun)
S 2 dd I tab

Relaps:
Kembali ke awal Prednison 2 mg/kgBB/hari ( 4 minggu
CD) 4 minggu AD  2 minggu tap off

NON FARMAKO
Overfill Makanan Biasa
-Energi (berdasarkan usia 7-9 tahun)
80 kkal/kgBB/hari x 23 kg = 1840 kkal/hari
-Protein 1-2 gr/kgBB/hari
2 gr/kgBB/hari x 23 kg = 46 gr/hari
-Diet rendah Na 1-2 gr/hari
4.Hiperlipidemia
Hipoalbuminemiaprotein (albumin) yang mengikat lemak
untuk transportasi berkurang sehingga menyebabkan:
1)kompensasi sintesis lemak meningkat (lipid dan
lipoprotein hati); 2)katabolisme lipid menurun
Hiperlipidemia

3.ISK ANAMNESIS ASSESSMENT


Anak perempuan usia 14 tahun masuk dengan nyeri perut -Apa keluhan utama dan onset? (kalau gejala local lebih INFEKSI SALURAN KEMIH
bawah yang dialami sejak 5 hari SMRS (3/10 NRS), nyeri menonjol, ISK bawah. Kalau gejala sistemik lebih menonjol,
perut terutama bila berkemih. Keluhan disertai muntah isi ISK atas). ANJURAN
air frekuensi 2 kali. Pasien mengeluh tidak puas jika -Keluhan yang sama sebelumnya dan frekuensi Kontrol darah rutin
berkemih, terputus-putus dan frekuensi sering. Demam -Perkembangan keluhan Kultur urin
tidak ada, batuk dan sesak tidak ada. Nafsu makan baik. -Hal2 pencetus dan yang mengurangi keluhan USG abdomen
BAB biasa, kuning. Rwayat anak sering tahan kencing jika di -Keluhan tambahan yang berhubungan dengan keluhan
sekolah. Riwayat keluhan yang sama dan dirawat di RS LB 3 utama (frekuensi, urgensi, disuria, rasa panas saat berkemih, NON FARMAKO
tahun lalu. inkontinensia, gejala sistemik) Edukasi:
Contoh: Nyeri perut bawah sejak kapan? Lokasi nyeri? -Perbaiki hygiene
BB 59 kg Deskripsi nyeri? Skala NRS? Frekuensi nyeri? Nyeri saat -Banyak minum
TB 159 cm berkemih? -Kosongkan buli2 jika berkemih
IMT 23.6 -Urgensi berkemih? -Tidak mandi berendam
usia 14 tahun: terletak di persentil 85-90% -Ada demam/tidak? -Sirkumsisi pada anak laki-laki
Status gizi: gizi baik -Ada mual muntah/tidak? -Cegah konstipasi
-Ada keluhan lain? -Edukasi indikasi rawat inap RS:
-Menggali riwayat: tahan kencing, hygiene, riwayat keluhan Gejala sistemik berat (demam, mual muntah)
yang sama sebelumnya, riwayat kencing merah/berpasir, Komplikasi (hipertensi/CKD)
riwayat penyakit dahulu, obat2an yang dikonsumsi, riwayat Intake tidak adekuat
keluarga memiliki keluhan yang sama, dll Gizi buruk
Pada neonatus
PEMFIS
ISK atas: FARMAKO
-Demam 1.Cotrimoxazole isi Trimetoprim : Sulfametoxazole = 5:1
-Nyeri ketok costovertebra T = 6-8 mg/kgBB dalam 2 dosis
ISK bawah: S = 30-40 mg/kgBB dalam 2 dosis
-Tidak demam Cotrimoxazole syrup sediaan 240 mg/5ml, 480 mg/5 ml
-Nyeri tekan suprapubik
2.Ampicilin 100 mg/kgBB bagi 4 dosis
PENUNJANG Gentamicin 5 mg/kgBB bagi 2 dosis
-Darah rutin
Leukositosis Anak besar:
LED,CRP (bisa meningkat) Ceftriaxone
-Urinalisis Sediaan inj: 1 gr
Leukosituria (Normal: 0-5/LPB; Leukosituria >=6/LPB) R/Ceftriaxone 1 gr vial No II
Nitrit (+) karena bakteri dapat mengoksidasi Nitrat  Nitrit S 2 gr/24 jam/intravena
-Kultur urin *gold standard R/NaCl 0/9% 100 ml piggy bag No I
Urin midstream >=105 CFU/ml S i.m.m
Aspirasi suprapubik berapapun *Ceftriaxone dilarutkan dalam NaCl 0.9% 100 ml piggy bag
Urin kateterisasi >= 104 CFU/ml Habis dalam 30 menit
-USG abdomen (kalau tidak berhasil dengan terapi
2. NEURO
CONTOH KASUS DIAGNOSIS TATALAKSANA

1.KEJANG DEMAM ANAMNESIS TATALAKSANA KEJANG


Anak perempuan usia 2 tahun 3 bulan dibawa ke IGD RS LB -Adanya kejang? Jenis kejang? Lama kejang? Kesadaran?
dengan kejang yang dialami pagi tadi sebelum masuk RS. -Suhu sebelum/saat kejang? Frekuensi dalam 24 jam? Diazepam rectal 0.5 mg/kgBB
Kejang dimulai dari tangan kemudian kaki dan seluruh Interval? Keadaan anak pasca kejang? Penyebab demam di BB < 12 kg  5 mg
tubuh. Frekuensi 1 kali durasi kurang lebih 5 menit. Ada luar infeksi SSP? BB >= 12 kg 10 mg
demam dialami terus-menerus sejak 2 hari yang lalu dan -Riwayat perkembangan? Riwayat kejang demam dan Max diberi kali, jarak 5 menit
turun dengan Paracetamol. Tidak batuk, tidak sesak, tidak epilepsy dalam keluarga? *Jika selanjutnya kejang dan masih belum terpasang akses
mual, tidak muntah. BAK lancar, BAB biasa, warna kuning. -Singkirkan penyebab kejang yang lain IV apalagi kalau kejang tonik-klonik, bisa diberi Midazolam
Riwayat kejang demam sebelumnya tidak ada. Riwayat per buccal
kejang dalam keluarga tidak ada. PEMFIS ↓
-Kesadaran (GCS) Evaluasi 5 menit Kejang (+)
BB 15 kg -Suhu tubuh Diazepam IV 0.3-0.5 mg/kgBB, kecepatan 3-5 min
TB 89 cm -Tanda rangsang meningeal: (hati2 depresi napas)
Gizi baik Kaku kuduk: geleng2 kemudian ditekuk sambil 1 tangan di ↓
dada pasien Evaluasi 5 menit  Kejang (+)
Definisi Kernig sign: hip di kolfexi kan 90 derajat, knee kolfexi 135 1.Fenitoin bolus 20 mg/kgBB/IV
*Kejang demam sederhana: <15 menit, bersifat umum, derajat (diencerkan dlm NaCl 0.9% 50 mL
tidak berulang dalam 24 jam. Burdzinzki I,II,III,IV: selama 20 min, max 1000 mg ) atau
Kejang demam komplikata: >15 menit, bersifat fokal atau I: =kaku kuduk, tp kolfexi involunteer knee (dua2nya) 2.Fenobarbital 20 mg/kgBB/IV
parsial 1 sisi kejang umum didahului kejang fokal, berulang II: kolfeksi maksimal hip di tungkai 1, kalau tungkai 1 kolfexi (selama 5-10 min, max 1000 mg)
>1 kali dalam 24 jam. abnormal knee (satu) positif *sediaan 100 mg/ml
! Kalau sudah durasi >30 menit atau kejang berulang selama III: tekan os zygomaticus keduanya, kalau kolfeksi ↓
>30 menit, dan selama kejang pasien tidak sadar atau tanpa involunteer elbow keduanya, positif Evaluasi 5 menit  Kejang (+)
pemulihan kesadaran diantara 2 serangan kejang  status IV: tekan simphisis os pubis, kalau kolfeksi knee (dua2nya) 1.Fenobarbital 20 mg/kgBB/IV
epileptikus positif (selama 5-10 min, max 1000 mg)
-N. Cranialis *sediaan 100 mg/ml
Patofisiologi -Tanda peningkatan TIK (Ubun-ubun besar menonjol, papil atau
Keseimbangan potensial membran tadi dapat berubah edema) 2.Fenitoin bolus 20 mg/kgBB/IV
karena adanya : -Tanda infeksi luar SSP (diencerkan dlm NaCl 0.9% 50 mL
1. -Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler -Pem neurologis (rekolfex fisiologis-BPR, TPR, KPR, APR, selama 20 min, max 1000 mg )
2. -Rangsangan yang datang mendadak seperti rangsangan patologis-Babinski, Chaddock, Gourdon, Openheim, tonus, ↓
mekanis, kimiawi, atau aliran listrik dari sekitarnya motorik) Kejang berlanjut (+)
3. -Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena Transfer PICU
penyakit atau keturunan PENUNJANG 1. Midazolam
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran aksi -CSF (dd/ meningitis), biasanya pada usia 12-18 bulan Bolus 100-200 mcg/kg/IV (max 10 mg)lanjut infuse
potensial: -EEG (dd/ epilepsy), jika kejang sering berulang, usia > 6 kontinyu 100 mcg/kg/jam, dapat dilanjutkan dinaikkan
-diameter sel neuron tahun, atau riwayat BBLR dan riwayat kejang dalam 50 mcg/kg tiap 15 min (max 2 mg/kg/jam)
-karakteristik membrane sel saraf keluarga 2. Propofol
-hantaran saltatorik -CT Scan/MRI (Tanda peningkatan TIK, kelainan neurologis Bolus 1-3 mg/kg,
-suhu fokal, atau dd/ Hipoxic Ischemic Encephalopaty dilanjut dgn infuse kontinyu 2-10 mg/kg/jam
3. Fenobarbital
Bolus 5-15 mg/kg,
dilanjut dgn infuse kontinyu 0.5-5 mg/kg/jam
Pada kejang demam, terjadi interaksi 3 faktor sebagai PROFILAKSIS INTERMITTEN SAAT DEMAM
penyebab: Anti piretik
-Imaturitas otak dan termoregulator Paracetamol 10-15 mg/kgBB/kali diberikan max 4 kali/hari
-Demam (kebutuhan O2 meningkat) Atau Ibuprofen 5-10 mg/kgBB/kali (3-4 kali/hari)
-Predisposisi genetic >7 lokus kromosom (poligenik, =Paracetamol 150 mg/8 jam/oral
autosomal dominan) Sediaan syrup 120 mg/5 ml
 menyebabkan inhibisi neurotransmitter GABA  eksitasi 150/120 x 5 ml = 6.25 ml/8 jam/ oral
meningkat (aktivasi sel2 saraf) R/Paracetamol 120 mg syr No I
1
S 3 dd 1 cth
4
!Anak yang pernah kejang tanpa demam kemudian kejang
demambukan termasuk Anti kejang
!Kejang disertai demam pada bayi kurang dari 1 bulan  Diazepam rectal 0.5 mg/kgBB setiap 8 jam pada suhu di
tidak masuk atas 38.5°C.
!Pada usia kurang dari 6 bulan, curiga masalah neurologis R/Diazepam 10 mg rectal No I
dan ada infeksi SSP S pro rectal
!Kejang demam berulang lagi dan riwayat BBLR  EEG,
curiga epilepsi Pemberian obat maintenance, dengan indikasi :
a. Kejang >15 menit
b. Ada kelainan neurologik nyata sebelum atau sesudah
kejang.
c. Kejang fokal
d. Usia < 12 bulan
e. Kejang demam komplikata

Jenis obat maintenance:


Fenobarbital 3-4 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis
Diberikan sampai 1 tahun bebas kejang, dihentikan secara
bertahap selama 1-2 bulan

*sediaan Fenobarbital tab 30,50,100 mg


Fenobarbital 30 mg/12jam/oral
R/Fenobarbital 30 mg tab No LX
S 2 dd I tab

Edukasi indikasi rawat inap:


-Kejang demam komplikata
-Hiperpireksia terus-menerus
-Usia < 6 bulan
-Kejang demam pertama kali
-Kelainan neurologi (+)
-Curiga infeksi SSP
2.STATUS EPILEPTIKUS ANAMNESIS TATALAKSANA KEJANG
Anak perempuan usia 2 tahun 3 bulan dibawa ke IGD -Adanya kejang? Jenis kejang? Lama kejang? Kesadaran?
dengan kejang yang dialami pagi tadi sebelum masuk RS. -Suhu sebelum/saat kejang? Frekuensi dalam 24 jam? Diazepam rectal 0.5 mg/kgBB
Kejang dimulai dari tangan kemudian kaki dan seluruh Interval? Keadaan anak pasca kejang? Penyebab demam di BB < 12 kg  5 mg
tubuh. Durasi lebih dari 30 menit, kejang berulang, dan luar infeksi SSP? BB >= 12 kg 10 mg
Max diberi kali, jarak 5 menit
anak tidak pernah sadar di antara 2 serangan kejang. -Riwayat perkembangan? Riwayat kejang demam dan
*Jika selanjutnya kejang dan masih belum terpasang akses IV
epilepsy dalam keluarga? apalagi kalau kejang tonik-klonik, bisa diberi Midazolam per
BB 15 kg -Singkirkan penyebab kejang yang lain buccal
TB 89 cm ↓
Gizi baik PEMFIS Evaluasi 5 menit Kejang (+)
-Kesadaran (GCS) Diazepam IV 0.3-0.5 mg/kgBB, kecepatan 3-5 min
-Suhu tubuh (hati2 depresi napas)
-Tanda rangsang meningeal: ↓
Evaluasi 5 menit  Kejang (+)
Kaku kuduk: geleng2 kemudian ditekuk sambil 1 tangan di 1.Fenitoin bolus 20 mg/kgBB/IV
dada pasien (diencerkan dlm NaCl 0.9% 50 mL
Kernig sign: hip di kolfexi kan 90 derajat, knee kolfexi 135 selama 20 min, max 1000 mg ) atau
derajat 2.Fenobarbital 20 mg/kgBB/IV
Burdzinzki I,II,III,IV: (selama 5-10 min, max 1000 mg)
I: =kaku kuduk, tp kolfexi involunteer knee (dua2nya) *sediaan 100 mg/ml
II: kolfeksi maksimal hip di tungkai 1, kalau tungkai 1 kolfexi ↓
Evaluasi 5 menit  Kejang (+)
abnormal knee (satu) positif
1.Fenobarbital 20 mg/kgBB/IV
III: tekan os zygomaticus keduanya, kalau kolfeksi (selama 5-10 min, max 1000 mg)
involunteer elbow keduanya, positif *sediaan 100 mg/ml atau
IV: tekan simphisis os pubis, kalau kolfeksi knee (dua2nya) 2.Fenitoin bolus 20 mg/kgBB/IV
positif (diencerkan dlm NaCl 0.9% 50 mL
-N. Cranialis selama 20 min, max 1000 mg )
-Tanda peningkatan TIK (Ubun-ubun besar menonjol, papil ↓
edema) Kejang berlanjut (+)
Transfer PICU
-Tanda infeksi luar SSP
1. Midazolam
-Pem neurologis (rekolfex fisiologis-BPR, TPR, KPR, APR, Bolus 100-200 mcg/kg/IV (max 10 mg)lanjut infuse kontinyu
patologis-Babinski, Chaddock, Gourdon, Openheim, tonus, 100 mcg/kg/jam, dapat dilanjutkan dinaikkan
motorik) 50 mcg/kg tiap 15 min (max 2 mg/kg/jam)
2. Propofol
PENUNJANG Bolus 1-3 mg/kg,
-CSF (dd/ meningitis), biasanya pada usia 12-18 bulan dilanjut dgn infuse kontinyu 2-10 mg/kg/jam
-EEG (dd/ epilepsy), jika kejang sering berulang, usia > 6 3. Fenobarbital
Bolus 5-15 mg/kg,
tahun, atau riwayat BBLR dan riwayat kejang dalam
dilanjut dgn infuse kontinyu 0.5-5 mg/kg/jam
keluarga
-CT Scan/MRI (Tanda peningkatan TIK, kelainan neurologis Jika tidak kejang:
fokal, atau dd/ Hipoxic Ischemic Encephalopaty Maintenance
a.Encephalitis/Meningitis:
Fenobarbital 8-10 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis (2 hari),
Kemudian diturunkan 4-5 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis, sampai
hilang kejang

b.Epilepsy:
dilanjutkan OAE
Asam valproat 15-40 mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dosis
3. KARDIO
CONTOH KASUS DIAGNOSIS TATALAKSANA

1.PJR ANAMNESIS 1.Tirah baring


Anak laki-laki 9 tahun datang dibawa ke IGD dengan keluhan -Keluhan utama? (ada nyeri dada, artralgia, demam, Aktivitas Artritis Karditis
nyeri dada. Nyeri dada dialami sejak 2 minggu sebelum batuk pilek, sesak) Ringan Sedang Berat
masuk RS. Nyeri dada rasa tertusuk tembus ke belakang. -Sejak kapan? Tirah 1-2 mgg 2-4 4-6 mgg 2-4 bln
Nyeri sendi juga dialami sejak 2 minggu sebelum masuk RS. -Lokasi nyeri? Deskripsi nyeri? baring mgg
Ada demam hilang-timbul sejak 3 minggu yang lalu, ada -Riwayat tonsilofaringitis atau ISPA atau pioderma Dalam 1-2 mgg 2-3 4-6 mgg 2-3 bln
riwayat batuk pilek 3 minggu yang lalu, saat ini tidak batuk. sebelumnya? rumah mgg
Sesak ada sesekali. Kejang tidak ada. Mual muntah tidak -Riwayat keluhan yang sama dalam keluarga? Di luar 2 mgg 2-4 1-3 bln 2-3 bln
ada. rumah mgg
PEMFIS Aktivitas 6-10 mgg 6-10 3-6 bln Bervariasi
BB 23 kg -Tanda vital: Demam (+) penuh mgg
TB 126 cm -Jantung:
Gizi baik Ictus cordis tampak 2.Eradikasi kuman
Thrill teraba -Benzatin Penicillin G 0.6-1.2 jt unit/intramuscular
KRITERIA DIAGNOSIS: KRITERIA JONES Bising pansistolik grade 3/6 di ICS 5 linea midclavicularis -alergi, alternative: Erithromicin 30-40 mg/kgBB/hari bagi 2-4
a.Manifestasi Mayor sinistra dosis (10 hari)
1.Karditis:Ada bising, Kardiomegali, Perikarditis, atau CHF Decompensatio cordis -alternatif lain: Penicillin V (Phenomethoxypenicillin) 10-15
2.Poliartritis migrans -Ekstremitas: artralgia (+) mg/kgBB (4 kali pemberian)
3.Korea sindenham R/Phenomethoxypenicillin 250 mg tab No IV
4.Eritema marginatum S 250 mg/6 jam/oral
5.Nodul subkutan PENUNJANG
b.Manifestasi Minor -Lab: 3.Anti nyeri dan anti radang
Klinis: Demam, Artralgia, Riwayat DR/PJR Darah rutin -Prednison 2 mg/kgBB/hari bagi 4 dosis
Lab: Reaktan fase akut meningkat (LED, CRP) Reaktan fase akut (LED, CRP meningkat) Karditis sedang  2-4 mgg
EKG: Pemanjangan interval PR (lebih dari 3-5 kotak kecil) -EKG: Karditis berat  2-6 mgg
PLUS Interval PR memanjang lebih dari 3-5 kotak kecil -Aspirin (Kardiits ringan, sedang, berat)
-Bukti infeksi Streptococcus B hemolyticus -Echocardiography: 100 mg/kgBB/hari bagi 4-6 dosis
-Kultur usap tenggorok/rapid streptococcal antigen test + Mitral regurgitasi severe Pada minggu ke-2 ditapp off semuanya:
-Titer antibody streptococcus meningkat Tricuspid regurgitasi moderate -Prednison 1 mg/kgBB/hari bagi 4 dosis
Dll -Aspirin 60 mg/kgBB/hari bagi 4-6 dosis
KRITERIA JONES 2015 MENURUT WHO
Kriteria diagnosis Kriteria 4.Profilaksis
Sesudah pengobatan demam rematik akut 10 hari
DR serangan pertama 2 mayor/ Penicilline oral/ Benzatin penicillin G 06-1.2 jt
1 mayor+2minor unit/intramuscular
+bukti infeksi  5 tahun kalau demam rematik saja
DR serangan rekuren 2 mayor/  10 tahun kalau disertai PJR
tanpa PJR 1 mayor+2minor
+bukti infeksi SGA sebelumnya
DR serangan rekuren 2 minor+ bukti infeksi SGA
dengan PJR sebelumnya
PJR (stenosis mitral Tidak diperlukan criteria
murni/kombinasi) lainnya utk Dx PJR
2.PJB (Sianotik) Anamnesis Pertanyaan
Anak laki-laki 1 tahun 2 bulan dibawa ke IGD RSWS dengan Anak biru: biru saat menangis, batuk, menyusui? 1.Apa diagnosisnya?
sesak sejak 1 hari sebelum masuk RS. Ada biru. Tidak Tidak kuat menetek? 2.Apa yang menyebabkan biru?
demam. Tidak kejang. Tidak muntah. Anak sulit makan dan BB tidak naik? 3.Apa yang menyebabkan keluhan utamanya?
minum dan sulit naik berat badannya.Anak sering cepat Sesak? 4.Apa edukasi supaya tidak biru?
lelah dan sering jongkok (squatting) setelah berjalan Riwayat keluarga?
beberapa langkah. Ada riwayat BAB keluar darah. BAK Riwayat kehamilan (premature/kurang bulan)? 1.PJB Sianotik et causa Tetralogi of Fallot
normal. Demam 2 hari sebelum masuk RS. 2.Yang menyebabkan sianosis adalah spell sianotik (serangan
Pemfis sianotik). Anak tampak lebih biru, pernapasan cepat,
Pasien tidak memiliki riwayat alergi dan tidak pernah Lidah geografik, hipertrofi ginggiva kesadaran menurun, dan kadang disertai kejang tiba2. Hal ini
menderita penyakit lain. Saat ini pasien diberi susu formula. Jantung: Thrill teraba pada bagian atas dan tengah tepi terjadi karena berkurangnya aliran darah ke paru secara tiba-
Riwayat pemberian ASI selama 1 bulan. kiri sternum. Terdengar bunyi jantung I normal, bunyi tiba. Keadaan ini dapat dicetuskan oleh kejadian seperti
jantung II tunggal (terpisah dengan komponen pulmonal) menangis, buang air besar, demam, atau aktivitas yang
Pasien lahir dengan BBL 2850 gr dan PBL 50 cm. dan mengeras, disertai bising ejeksi sistolik di daerah meningkat. Kejadian serangan sianotik berlangsung antara 15-
BB saat ini 6 kg. PB 65 cm. pulmonal grade 3/6. 30 menit. Serangan sianotik terjadi akibat meningkatnya pirau
BB/TB di antara -2SD dan -3SD Ekstremitas: didapatkan jari tabuh (+), squatting position kanan ke kiri yang tiba-tiba, maka terjadi penurunan aliran
TB/U di bawah -3SD darah ke paru yang berakibat hipoksemia berat.
BB/U dibawah -3 SD Pemeriksaan penunjang
1.Lab: 3.Yang menyebabkan keluhan utamanya adalah karena
Dari pemfis didapatkan: Hb, HCT, dan RBC (meningkat hemokonsentrasi, Tetralogi of Fallot terdiri dari:
Tanda vital: kompensasi karena darah kotor ke seluruh tubuh -Stenosis pulmonal: menyebabkan aliran ke paru terhambat
BP 90/50 mmHg sehingga eritrosit yang dihasilkan meningkat, terjadi -Overriding aorta
HR 103 kali/menit regular kuat angkat polisitemia vera atau darah lebih mengental kecepatan -VSD : menyebabkan tekanan ventrikel kiri dan kanan sama
RR 52 kali/menit, dyspnea on effort (+) aliran darah lambat  rentan infeksi dan terbentuk -LVH
T 37.1 thrombus  tromboemboli Tekanan ventrikel kanan lebih tinggi  darah ke paru
SpO2 72% 2.Foto thorax (Boot shaped, apex terangkat, dengan berkurang (karena stenosis pulmonal)  vaskularisasi paru
konus pulmonalis cekung dan vaskularisasi paru menurun  shunt kanan ke kiri  darah di ventrikel kiri
Ada sianosis pada mukosa, wajah, ujung jari, dan menurun) bercampur (O2 dan CO2 atau oxyhemoglobin dan
ekstremitas. 3.EKG (RAD dan RVH, dapat terjadi P pulmonal) karboxymethemoglobin)  dipompa ke sistemik
Thrill teraba pada bagian atas dan tengah tepi kiri sternum. 4.Echo (VSD besar disertai overriding aorta; aorta besar
Terdengar bunyi jantung I normal, bunyi jantung II tunggal sedangkan arteri pulmonalis sangat kecil). 4.Hindari pencetus seperti aktivitas dan atau olahraga yang
(terpisah dengan komponen pulmonal) dan mengeras, berat (pada anak besar), jika anak kesulitan menetek
disertai bising ejeksi sistolikdi daerah pulmonal grade 3/6. sebaiknya stop intake oral, beri nutrisi enteral(takut aspirasi)
Pada ekstremitas didapatkan clubbing finger (+) -Knee to chest position (pada anak besar)
-Jamin rehidrasi
-Hindari infeksi yang menimbulkan demam, jika ada CAP
(sering ISPA pada anak ToF), beri antibiotic
-Rujuk ke spesialis anak

Tatalaksana pada kasus ini:


-Oksigen Nasal Kanul 2 liter/menit
-IVFD KaEN 3B 500 ml, 8 tetes/menit
-Propanolol 1.5 mg/12 jam/oral
-Rujuk ke spesialis anak
4.INFEKSI
CONTOH KASUS DIAGNOSIS TATALAKSANA

DHF ANAMNESIS Terapi simptomatik:


Anak laki-laki 17 tahun masuk dengan demam sejak 3 hari Gali keluhan utama: Demam sejak kapan? Timbul PCT 10 mg/kgBB/kali pemberian (3-4 kali pemberian)
sebelum masuk RS. Demam dirasakan terus menerus. Tidak mendadak? Terus-menerus atau hilang timbul? Membaik
kejang, tidak batuk, tidak sesak. Ada nyeri kepala dirasakan tidak dengan pemberian obat?Apakah disertai perdarahan DHF grade I
sejak 3 hari yang lalu. Ada nyeri perut, sulit dilokalisir, spontan (baik diprovokasi/tidak)? -Demam
dialami sejak 3 hari yang lalu. Ada mual, tidak muntah. Ada Gali keluhan lainnya: Nyeri otot, nyeri tulang, nyeri kepala, -Rumple leede +
riwayat muntah 3 kali, 6 jam sebelum masuk RS. Anak mau nyeri retroorbita Terapi cairan:
makan dan minum. BAK BAB normal. Riwayat perdarahan Gali tentang penderita DBD di sekitar rumah (biasanya <2 tahun: Asering
spontan tidak ada. Riwayat keluarga dengan keluhan yang Aedes aegypti 100 m jangkauannya) >=2 tahun: RL
sama tidak ada. Riwayat berpergian ke luar kota atau daerah Gali tentang berpergian ke daerah endemic/tidak 3 ml/kgBB/jam
endemis malaria tidak ada. -Demam merupakan tanda utama, terjadi mendadak tinggi, Pada pasien ini:
selama 2-7 hari RL 210 ml/jam/infuse pump (70 tpm)
BB 70 kg -Disertai lesu, tidak mau makan, dan muntah
TB 167 cm -Pada anak besar dapat mengeluh nyeri kepala, nyeri otot, DHF grade II
Obesitas dan nyeri perut -Demam
-DIare kadang dapat ditemukan -Rumple leede +
Definisi -Perdarahan yang paling sering dijumpai adalah peteki dan -Perdarahan spontan
Peny infeksi yang disebabkan o/virus dengue dengan mimisan Terapi cairan:
manifestasi klinis: <2 tahun: Asering
demam (demam bifasik), myalgia, PEMFIS >=2 tahun: RL
leucopenia, -Keadaan umum: Sakit sedang/Gizi../GCS.. 5 ml/kgBB/jam
trombositopenia, -Tanda vital: Demam mendadak tinggi Pada pasien ini:
diathesis hemoragik -Lihat tanda-tanda perdarahan spontan RL 350 ml/jam/infuse pump (116 tpm)
*pada demam denguetidak ada kebocoran plasma -Kulit: peteki  Rumple leede: sistol+diastole/2 tahan 5 *Jika sudah teratasi, setelah 48 jam aff infuse karena
menit, interpretasi (+) jika >=20 peteki dalam 1 inchi atau ditakutkan overload cairan (karena cairan di interstitial akan
Etiologi lingkaran diameter 2.5 cm kembali masuk ke intravaskuler)
Dengue virus Kolfavivirus family Kolfaviviridae Jangan lupa Bleeding Time
4 serotype DEN-1,DEN-2,DEN-3,DEN-4 Duke (di telinga): 1-3 menit DHF grade III-IV & DSS
Bereplikasi pada nyamuk genus Aedes Ivy (di volar lengan bawah): 1-7 menit -Demam
-Hepatomegali dan kelainan fx hati -Perdarahan
Klasifikasi -Peningkatan permeabilitas kapiler sehingga menyebabkan -Syok/renjatan
Grade I Demam, gejala konstitusional, manifestasi perembasan plasma, hipovolemia, dan syok. Perembesan Oksigenasi O2 2-4 liter/menit/nasal kanul
perdarahan hanya rumple leede (+) dapat menyebabkan ekstravasiasi ke rongga pleura dan RL/NaCl 0.9% (usia > 2 tahun), Asering (usia <2 tahun)
Grade II Spt derajat I, peteki spontan di kulit rongga peritoneal selama 24-48 jam 20 ml/kgBB/bolus secepatnya (15 min)
Grade III Kegagalan sirkulasi (HR↑, BP↓ sistolik <80, Asitespuddle sign (knee to chest position kemudian Evaluasi 30 min (GCS, HR, BP, akral dingin, sianosis):
diastolik <60 atau tekanan nadi =<20 mmHg, hipotensi, akral diperkusi), shifting dullness (perkusi hingga menemukan Shock teratasi:
dingin, sianosis, dan oligouri =<0.5 ml/kgBB/24 jam) timpani ke redup, penderita disuruh miring kemudian 10 ml/kgBB/jam (habis dalam 1-4 jam)
Grade IV Shock berat (BP tidak terukur, HR tidak teraba) diperkusi jika masih redup berarti cairan), undulasi (ada 2  Stabil 24 jam:
penolong, nilai rambatan cairan dari sisi kanan ke kiri, jika 5 ml/kgBB/jam (habis dalam 24 jam)
PATOGENESIS positif berarti undulasi positif)  3 ml/kgBB/jam (habis dalam 24 jam)aff infus
Halstead 1973 mengajukan hipotesis Secondary -Fase kritis sekitar hari ke 3 hingga ke 5. Pada saat ini suhu Shock tidak teratasi:
Heterologoues Infection yang menyatakan bahwa DHF turun, yang dapat merupakan awal penyembuhan pada Lanjut 15-20 ml/kgBB/jam
terjadi bila seseorang terinfeksi ulang virus dengue dengan infeksi ringan namun pada DBD berat dapat merupakan +koloid/plasma(FFP)+koreksi asidosis
tipe yang berbeda. Reinfeksi menyebabkan reaksi amnestik tanda awal syok. Evaluasi 1 jam:
antibody shg mengakibatkan konsentrasi kompleks imun Ht tetap tinggi: Koloid 20 ml/kgBB (setelah 2x kristaloid)
yang tinggi Transfusi PRC 10ml/kgBB dapat diulang sesuai kebutuhan
-Kurane&Ennis 1994: infeksi virus dengue  aktivasi PENUNJANG Atau
makrofag yang memfagositosis kompleks virus-antibodi non -Lab:Darah perifer, kadar Hb, leukosit dan diff count, Ht, PRC = (Target Hb-Hb saat ini) x BB x 4
netralisasi shg virus bereplikasi di makrofag mengaktivasi Trombosit (Hemokonsentrasi, Ht meningkat > 40% atau Hati-hati decompensatio cordis
T-helper dan T-sitotoksik shg produksi IFN-gamma  IFN- perbedaan Ht terendah dan tertinggi 20%, trombositopenia
gamma mengaktivasi monosit shg disekresi berbagai < 100.000/ul) Kriteria memulangkan pasien DHF:
mediator inkolfamasi spt TNF-alfa, IL-1,PAF(platelet -Uji serologis, uji hemaglutinasi inhibisi dilakukan saat fase Bebas demam selama 48 jam tanpa obat
activating factor), IL-6 dan histamine  dis-fx endothel dan akut dan fase konvalesens. IgG (infeksi lampau, terlihat hari Perbaikan status klinis
kebocoran plasma. ke 5 hingga 2 tahun), IgM (infeksi akut, dapat terlihat pada Peningkatan trombosit
-Trombositopenia tjd melalui mekanisme: hari ke 5 hingga 2 minggu), NS-1 antigen (dapat terlihat Hematokrit stabil tanpa pemberian cairan IV
1.Supresi BM pada hari 1-4).
Gambaran BM pada fase awal infeksi : keadaan hiposelular -Pemeriksaan radiologis (urutan pemeriksaan sesuai
& supresi megakariosit, shg tjd kompensasi stimulasi indikasi klinis):
trombopoeisis (trombopoeitin darah↑) Foto thorax Lateral Dekubitus kanan, untuk mengetahui
2.Destruksi & pemendekan pemendekan masa hidup perembesan plasma (karena di paru kanan ada 3 lobus jadi
trombosit lebih banyak vaskularisasinya sehingga kebocoran plasma
-↑fragmen C3g, antibody virus dgn endotel  dis-fx pasti lebih banyak)
endotel. USG abdomen untuk melihat efusi pleura, asites, kelainan
-pengeluaran platelet factor  koagulopati konsumtif penebalan dinding vesika felea dan vesika urinaria.
(konsumsi trombosit selama proses koagulopati &
sekuestrasi di perifer) Kriteria WHO 2011:
-Koagulopati terjadi akibat interaksi virus-endoteldis-fx Min 1 dari manifestasi perdarahan
endotel 1.Rumple leede +>20 peteki
-Aktivasi komplemen Anafilatoksin ↑permeabilitas 2.Peteki, ekimosis,purpura
kapiler (Ht↑, Na↑)Kebocoran plasma (di rongga 3.Perdarahan mukosa
pleura&peritoneum) Hipovolemia Shock 4.Hematemesis/melena
5.Trombositopenia
Min1 dari tanda2 kebocoran plasma
1.HT↑>20% dibandingkan standar umur/JK
2.HT ↓>20% setelah terapi cairan
3.Efusi pleura, ascites, hipoproteinemia

DSS
DHF+Tanda shock
Takikardi, ekstremitas dingin, CRT panjang, HR lemah,
letargi(↓perfusi otak)
Pulse pressure<20 mmHg
Hipotensi sistolik
TIFOID Anamnesis Non farmako:
Anak laki-laki 9 tahun 8 bulan masuk dengan keluhan Inkubasi 10-14 hari Tirah baring
demam yang dialami sejak 7 hari sebelum masuk RS. Minggu I Diet lunak, rendah selulosa
Demam bersifat naik turun, sering pada sore dan malam hari -Demam, sore malam tinggi (intermitten) Terapi simptomatik & suportif (cairan, antipiretik &
dan siang hari berkurang. Demam pernah menurun malam -Nyeri kepala antiemetic)
hari setelah minum paracetamol syrup 1 sdm. Ada batuk 3 -Pusing
hari setelah demam dan berlendir. Ada nyeri kepala, nafsu -Myalgia Farmako:
makan menurun setelah demam. Ada muntah isi makanan 2 -Ggn GIT (anoreksia, mual muntah, diare, konstipasi) Cephalosporin generasi 3
kali sehari setelah demam. Tidak ada riwayat keluar kota, Minggu II -Ceftriaxon 80 mg/kgBB/hari intravena atau intramuscular,
tidak ada keringat saat demam. Tidak kejang, tidak nyeri -Ggn kesadaran sekali sehari, 5 hari pemberian
menelan. Riwayat belum BAB 4 hari sebelum masuk RS. -Demam -Cefixime 10 mg/kgBB/hari, dibagi 2 dosis, selama 10 hari
BB 34 kg Pemfis
TB 136 cm -Foetor ex ore (bau mulut tidak sedap karena demam lama) *Chloramphenicol sudah jarang digunakan, menyebabkan
-Coated tongue (lidah kotor bagian tengah dan tepi supresi BM pada anak & baby grey syndrome pada ibu
ETIOLOGI hiperemis, dan tremor) hamil
S. Typhii -Bradikardi relative (peningkatan suhu tidak diiringi dengan
Antigen O: Polisakarida dinding sel peningkatan HR) Komplikasi:
Kolfagel H: Menyebabkan salmonella mobile,hambat -Meteorismus Intestinal:
fagositosis -Hepatosplenomegali Perforasi
Kapsul Vi: Menentukan virulensi S.Typhii, hambat aktivasi -Rose spot (bintik kemerahan pada region abdomen atas) Ekstra intestinal:
komplemen Pankreatitis tifosa
Penunjang Miokarditis
PATOGENESIS 1.Darah (leukopeni/N/leukositosis, Gangguan kesadaran
Transmisi feco-oral melewati pertahanan tubuh sal cerna Trombositopenia, anemia ringan; o/karena
(saliva, HCl) Ileum (melewati IgA mukosa usus)Plak endotoksin&mediator endogen mensupresi BM) Status tifosa:
peyeri atau folikel limfoid usus halus (focus infeksi, panggil 2.Widal Bibir kering
makrofag) Masuk ke sistem limfe mesenterial ke dalam Mulai minggu I Rambut kering
sirkulasi darah (Ductus toracicusgallbladder Puncak minggu 4 Kulit kering
BAKTEREMIA I ASIMPTOMATIKdorman di Bertahan 6-12 bulan Kesadaran menurun
gallbladder)sekresi empedu(bakteri keluarampula +O> 1/320
vaterkeluar di duodenum plak peyeri)  Fokus infeksi +H> 1/640 *Pada pasien ini diberikan:
pecah mencapai jaringan RES (hepar, lien, sumsum tulang 3.Tubex IVFD Ringer Laktat 24 tpm
untuk bermultiplikasi)) BAKTEREMIA II atau Deteksi IgM antibody anti-S.Typhii Ceftriaxone 2 gr/24 jam/intravena dalam NaCl 0.9% 100 mL
sekunderKuman mencapai sirkulasi darah untuk <2 negatif habis dalam 30 menit
menyerang organ lain (intra dan ekstra intestinal) 3 borderline Paracetamol 350 mg/8 jam/intravena bila demam
4-5 infeksi tifoid aktif Domperidone 10 mg/8 jam/oral
6-10indikasi kuat tifoid aktif Ambroxol syrup 0.5 mg/kgBB/kali
4.Kultur darah/tinja (media SS agar) =15 mg/8 jam/oral
Minggu 1: kultur darah Makanan biasa
Minggu2-3:feses & urin -Energi = 80 kkal/kgBB/hari x 34 = 2700 kkal/hari
-Protein = 1-2 gr/kgBB/hari x 34 = 68 gr/hari

Resep:
R/Ringer laktat 500 ml kolf No I
S 24 gtt/menit/intravena
R/Ceftriaxone 1 gr inj No II
S 2 gr/24 jam/intravena
R/Paracetamol inj No III
S 350 mg/8 jam/intravena
R/Domperidone 10 mg tab No III
S 10 mg/8 jam/oral
R/Ambroxol 15 mg syr No I
S 3 dd I cth
VARICELLA ANAMNESIS FARMAKO
Anak perempuan 12 tahun datang dengan demam dirasakan -Keluhan utama (demam, vesikel, gatal) 1.IVFD Asering 30 tetes per menit
sejak 3 hari yang lalu. Demam dirasakan terus-menerus, -Demam sejak kapan? Hilang timbul atau terus-menerus? 2.Paracetamol 500 mg/8 jam/oral (bila demam)
tidak disertai menggigil. Pasien juga mengeluh ada Demam disertai menggigil atau tidak? 3.Acyclovir tube 5% oles pagi-sore
gelembung pada seluruh tubuh yang awalnya muncul pada -Gelembung muncul di mana? Awalnya muncul di mana 4.Tirah baring
bagian perut lalu menjalar ke seluruh tubuh. Gelembung kemudian menjalar kemana? Ada perubahan dari 5.Edukasi
tersebut dirasakan sangat gatal. Pasien juga mengeluh nyeri gelembung menjadi bentuk lain atau tidak? Ada gatal atau
kepala yang hilang timbul. Tidak kejang, tidak batuk, tidak tidak? Gatal memberat saat kapan? Resep:
sesak, tidak mual, tidak muntah. Anak mau makan dan -Nyeri kepala sejak kapan? Deskripsi nyeri? Lokasi nyeri? R/Asering 500 ml kolf No I
minum.BAB BAK normal. Skala NRS? Diperberat dengan apa? Membaik tidak dengan S 30 gtt/menit/intravena
istirahat? R/Paracetamol 500 mg No III
BB 53 kg S 3 dd I tab aggr.febr
TB 150 cm PEMFIS R/Acyclovir tube 5% No I
Status gizi obes Tanda vital (demam) S ue
Status dermatologi (Vesikel dan bulla dengan dasar eritema
disertai krusta, regio: generalisata)

MALARIA Anamnesis Farmako


Anak laki-laki 9 tahun dibawa ke IGD RS Ibnu Sina dengan -Pasien berasal dari daerah endemis malaria, atau riwayat
keluhan demam yang dirasakan sejak +/- 5 hari sebelum berpergian ke daerah endemis malaria Untuk semua pasien spesies Plasmodium, kecuali Pf yang
masuk rumah sakit, demam dirasakan naik turun, demam -Lemah, nausea, muntah, tidak nafsu makan, nyeri resisten thdp klorokuin:
meningkat pada siang hari dan membaik pada malam hari. punggung, nyeri perut, pucat, mialgia, artralgia -Klorokuin sulfat oral 25 mg/kgBB terbagi dalam 3 hari yaitu
Demam disertai menggigil, pasien merasa dingin dan disertai -Malaria infeksi tunggal pada pasien non-imun terdiri atas Hari 1: 10 mg/kgBB
berkeringat dingin. Demam muncul kembali setelah 48 jam beberapa serangan demam dengan interval tertentu Hari 2: 10 mg/kgBB
dari demam terakhir. Nyeri kepala (+), pusing (+), lemas (+) (paroksisme), diselingi periode bebas demam. Sebelum Hari 3: 5 mg/kgBB
dan penglihatan berkunang – kunang sejak pasien mengeluh demam pasien merasa lemah, nyeri kepala, tidak nafsu -Kina dihidroklorid intravena 1 mg/kgBB/dosis dalam 10
demam. Kadang – kadang merasa nyeri badan dan sendi. makan, mual, muntah. ml/kgBB larutan dextrose 5% atau NaCl 0.9%, diberikan per
Riwayat pingsan (-), mimisan (-), nyeri dada (-), nyeri bagian -Pada pasien dengan infeksi majemuk/campuran demam infuse dalam 4 jam, diulangi tiap 8 jam dengan dosis sama
perut (-). Mual (+), muntah (+), frekuensi > 3 kali sejak terus-menerus (tanpa interval) sampai terapi oral dapat dimulai. Keseluruhan pemberian
keluhan demam, isi makanan, warna putih kekuningan dan -Periode paroksisme terdiri atas stadium dingin, stadium obat 7 hari dengan dosis total 21 kali.
tidak menyomprot, hematemesis (-). Nafsu makan kesan demam, dan stadium berkeringat
berkurang. Ada penurunan berat badan sekitar 2 kg dalam 1 -Paroksisme jarang dijumpai pada anak, stadium dingin Untuk Pf yang resisten klorokuin:
bulan terakhir. Buang air besar belum, sejak 6 hari terakhir, seringkali bermanifestasi sebagai kejang -Kuinin sulfat oral 10 mg/kgBB/dosis, 3 kali sehari selama 7
melena (-). Buang air kecil kesan baik dan cukup, hematuria hari. Dosis utk bayi 10 mg/umur dalam bulan dibagi 3
(-). Riwayat bepergian ke daerah Papua (Jayapura) selama 3 Pemfis bagian selama 7 hari.
minggu. Di sekitar lokasi tempat tinggal, ada Riwayat Pada malaria ringan dijumpai anemia, muntah, atau diare, -Ditambah Tetrasiklin oral 5 mg/kgBB/kali, 4 kali sehari
penderita dengan keluhan yang sama. Riwayat digigit ikterus, dan hepato-splenomegali. selama 7 hari (max 4x250 mg/hari)
nyamuk (+). Konsumsi obat profilkasis malaria (-), obat anti Malaria berat (oleh P.falciparum) disertai 1 atau lebih
malaria (-). kelainan sbb: Pencegahan relaps
-Hiperparasitemia bila >5% eritrosit dihinggapi parasit Primakuin fosfat oral
BB 23 kg -Malaria serebral dengan kesmen -Pf: 0.5-0.75 mg basa/kgBB, dosis tunggal, pada hari
TB 126 cm -Anemia berat, kadar Hb < 7 gr/dl pertama pengobatan
-Perdarahan atau DIC -Pv, Pm, dan Po: 0.25 mg/kgBB, dosis tunggal selama 5-14
Definisi -Ikterus, kadar bilirubin serum > 50 mg/dl hari
Penyakit yang disebabkan infeksi oleh parasit dari genus -Hipoglikemia akibat terapi kuinin
plasmodium yang ditularkan melalui nyamuk Anopheles -Gagal ginjal, Cr serum > 3 gr/dl
Etiologi -Hiperpireksia
Sporozoa genus plasmodium, inkubasi: -Edema paru
1.P.Falciparum (9-14 hari)/ -Syok, hipotensi, gangguan elektrolit
Malaria tropikana (48 jam)
2.P.Vivax (12-17 hari)/ Penunjang
Malaria tertiana (72 jam) -Darah rutin
3.P.Ovale(16-18 hari)/ -Retikulosit
Malaria tertiana (72 jam) -Bilirubin total, direct, indirect
4.P.Malariae (18-49 hari)/ -Urin rutin
Malaria kuartana (96 jam) -Gold standard:
5.P.Knowlesi (10-12 hari) Apusan darah tebal (ada tidaknya badan
inklusi/plasmodium dalam eritrosit)
Daur Hidup Plasmodium: *diambil pada saat demam, karena pada saat itu skizon
-Nyamuk anopheles betina menggigit & melepas sporozoit pecah
ke dalam PD yg kemudian menuju hepar. -Apusan darah tipis (jenis plasmodium)
-Di dalam sel parenkim hepar: -Bila ada tanda malaria berat:
Perkembangan aseksual skizon intrahepatik/skizon pre GDS, Ur/Cr, AGD, elektrolit, foto thorax
eritrosit . Setelah hepatosit terinfeksi, skizon yang bila pecah
akan mengeluarkan 10.000-30.000 merozoit ke sirkulasi
darah.*dapat dorman dalam bentuk hipnozoit pada P.Vivax
dan Ovale. DD:
-Di sirkulasi darah: Demam tifoid
Merozoit menyerang eritrosit (masuk melalui reseptor DHF
permukaan eritrosit). Perkembangan aseksual skizon Leptospirosis
extrahepatik. Parasit tumbuh setelah memakan Hb & dalam Anemia hemolitik
metabolismenya membentuk pigmen hemozoin. Eritrosit HELLP SYNDROME
yang berparasit menjadi lebih elastic & dinding berubah
lonjong.
Skizon eritrosit tumbuh menjadi
Makrogametosit&Mikrogametosit.
-Bila diisap kembali o/nyamuk akan terbentuk fase seksual di
tubuh Anopheles: hasilkan zigot yg kemudian tumbuh
menjadi ookist dan sporozoit yang akan dimuntahkan
kembali oleh nyamuk saat menggigit.
-Eritrosit yg mengandung plasmodium:
1.Menyebar ke hepar: Hepatomegali
2.Dihancurkan oleh RES spleen:
Splenomegali,
Anemia Hemolitik,
↑Bilirubin indirek
3.Mengaktivasi mediator pro inkolfamasi
(IL-1,IL-6): Demam, gejala sistemik
4.Rosetting: berkumpulnya EP matur yg diselubungi o/
eritrosit non parasit aglutinasi
Sitoadherence: Perlekatan EP matur dengan endotel
vascular karena produksi I-cam
Sekuestrasi: Parasit EP matur yang tinggal dalam jaringan
mikrovaskuler (hanya P.falciparum, shg bermanifestasi pada
malaria berat)
DIFTERI Gejala Klinis Assessment
Anak laki-laki usia 10 tahun masuk dengan demam sejak 8 1.Difteri nasal Difteri tonsil
hari sebelum masuk RS. Demam hilang timbul. Tidak kejang, Sekret serosanguinosa dari lubang hidung
tidak muntah. Ada riwayat 1 hari dirawat di RSUD Takalar Tanda iritasi pada lubang hidung dan bibir atas Anjuran
dan muntah dengan frekuensi lebih dari 2 kali. Anak mau EKG setiap hari
makan dan minum. Tidak batuk, tidak sesak. BAB BAK 2.Difteri tonsil dan faring
normal. Dirujuk dari RSUD Takalar ke RSWS dengan Gejala toksemia Terapi
diagnosis Difteri Tonsil. a.Demam subfebril IVFD Dextrose 5% 26 tetes/menit
b.Anoreksia, sakit menelan Paracetamol 420 mg/8 jam/intravena
BB 42 kg c.Limfadenopati servikal/submandibula Ampicilin 500 mg/6 jam/intravena
TB 145 cm d.Bull neck: Pembengkakan sehingga batas-batas Serum Anti Difteri 80.000 IU/intravena
Gizi baik M.Sternocleidomastoideus, angulus mandibula, dan media
clavicula tidak jelas R/Dextrose 5% 500 ml kolfNo I
Definisi S 26 gtt/menit/intravena
Suatu penyakit infeksi mendadak yang disebabkan oleh 3.Difteri laring R/Paracetamol inj No I
bakteri Corynebacterium diphteriae yang bersifat gram a.Batuk menggonggong S 420 mg/8 jam/intravena
positif, polimorf, non motil, non spora yang melepaskan b.Suara serak, stridor R/Ampicillin 500 mg No IV
toksin yang menyebabkan gejala umum dan local. Mudah c.Tanda obstruksi sal napas (sesak, retraksi, stenosis) S 500 mg/6 jam/intravena
menular, masa inkubasi 2-7 hari. Menyerang tractus d.Laring: Hiperemis, sembab, banyak secret karena ada R/Serum Anti Difteri 10 ml vial No IV
respiratorius bagian atas, dengan khas pseudomembran. pseudomembran S 80.000 IU/intravena

Basil membentuk: Diagnosis Tujuan:


1.Pseudomembran: Apusan langsung dari biakan apusan mukosa hidung dan Netralisir toksin
Kumpulan fibrin, leukosit, jaringan nekrotik dan epitel. tenggorokan Eradikasi kuman
SIfatnya susah diangkat, mudah berdarah, membrane tebal Menanggulangi infeksi sekunder
warna putih keabu-abuan, pinggir hiperemis, dan edema. *Pada pasien ini:
2.Eksotoksin: Tanda vital: Demam 1.Serum anti difteri (skin test dulu)
Ganas dan bisa meracuni jaringan beberapa jam sesudah Faring hiperemis Sediaan: Vial 5 ml 10.000 IU; vial 10 ml 20.000 IU
diabsorbsi dan memberi gambaran jaringan yang khas Tonsil T3-T3 hiperemis Sedang 40.000 IU (tonsil)
terutama pada otot jantung, ginjal, dan saraf. Ada selaput putih keabu-abuan pada kedua tonsil Berat 80.000 IU (tonsil meluas ke faring)
Ada limfadenopati region submandibular dextra et sinistra Sangat Berat/bullneck 120.000 IU
Klasifikasi *Skin test: seperti mantoux
Difteri respiratorik: Diagnosis banding *Eye test: diencerkan 1: 10 (SAD : NaCl) diteteskan di salah
-Hidung Tonsilitis folikularis: Demam tinggi, KU sangat berat satu mata, 1 mata sebagai controller (0.9%) ditunggu dalam
-Tonsil dan faring Pada difteri: Demam subfebris, KU sakit sedang 15 menit
-Laring/trakea
Difteri non respiratorik: 2.Antibiotik
-Kulit Ampicillin 100 mg/kgBB/hari IV dibagi 4 dosis
-Konjungtiva Penicillin prokain 10.000 IU/kgBB/hari intramuscular selama
-Genital 10 hari
Jika alergi penicillin:
Patogenesis Eritromicin 30-50 mg/kgBB/hari
Basil hidup dan berkembang biak pada traktus respi atas
terutama jika terdapat peradangan kronis pada tonsil, sinus, 3.Kortikosteroid (difteri berat)
dll. Dexamethasone 0.5-1 mg/kgBB/hari IV
Basil  traktus respiratoriusmembentuk pseudomembran Prednison 2 mg/kgBB/hari
lokal di faringmenyebar ke laring menyebar ke
tractus respiratorius atas  menimbulkan gejala
berat/menyebabkan hyperplasia kel limfe sekitar dan Pencegahan
mengandung toksin. Harus diisolasi
Harus di EKG setiap hari
Di Traktus respiratorius melepas toksin:
Toksin A: Adhesi
Toksin B: Perusak
Menyebabkan :
-Nekrosis fokal hati dan jantung
-Miokarditis toksik
-Paralisis otot napas

DIfteri bisa menyebabkan kematian:


Karena sumbatan pada membrane laring (edema laring) dan
trakea, gagal jantung, gagal napas

MORBILI Gejala klinis Terapi


1.Masa tunas 10-12 hari Self limiting disease
Definisi Intake makanan terjamin
Penyakit yang disebabkan oleh virus morbili dan sangat 2.Masa prodromal 3-5 hari Kebersihan kulit
menular Demam selalu ada SImptomatik: antipiretik, antitusif, dekongestan
Radang selaput lendir (stomatitis,faringitis)
Patogenesis Radang 3C (Coryza, conjunctiva, cough) Komplikasi
VirusMukosa saluran pernapasan/konjungtiva Tanda patognomonik  Koplik spot (bintik pada mukosa BronkopneumoniaL sering pada masa konvalesense
multiplikasi  kelenjar limfe regionalmultiplikasi dan mulut) TB
giant cell  viremia Ensefalopati
3.Masa erupsi (exanthema) 2-4 hari Otitis media
Demam tinggi + 3C Diare
Rush erupsi/exanthema:ruam macula papula dari kulit memberat pada anak gizi buruk dan anak usia kecil
kepala, belakang telinga, menyebar ke kepala, leher dan
dari bagian atas ke bawah kecuali telapak tangan dan kaki

4.Masa konvalesens 1-3 minggu


Suhu badan menurun drastis
Hiperpigmentasideskuamasi
Ruam hilang sesuai urutan timbulnya
3C cepat menghilang

5.GIZI
KASUS TATALAKSANA

Soal 1: Anak laki-laki usia 1 tahun 5 bulan, BB 6.5 kg, PB 75 cm. Datang dengan keluhan 1.Status gizi:
malas makan dan minum sejak bulan sebelum masuk RS. Anak tampak kurus. Tidak BB/TB = Terletak di bawah -3SD (gizi buruk)
demam, tidak kejang. Tidak batuk, tidak sesak. Tidak muntah. BAB dan BAK normal. TB/U = Terletak di antara -2SD dan -3SD atau
Dari pemeriksaan fisis ditemukan tanda vital dalam batas normal. Pada pemeriksaan 75/81 x 100% = 92.5% (mild stunting)
inspeksi dada, ada iga gambang, bunyi napas dan jantung dalam batas normal.Pada BB/U = Terletak di bawah -3SD (gizi buruk)
abdomen tidak ada distended abdomen, peristaltic kesan normal, hepar dan lien tidak
teraba. Pada ekstremitas didapatkan adanya wasting, baggy pants, tidak ada edema.
Pertanyaan: 2.Kebutuhan cairan pasien:
1.Tentukan status gizi pasien ini? Kebutuhan cairan maintenance
2.Berapa kebutuhan cairan pasien ini? IVFD KaEN 3B 100 ml/kgBB/hari x 6.5 kg
3.Berapa kebutuhan kalori pasien ini? 100𝑥 6.5𝑥20
= 9 𝑡𝑝𝑚 ~10 𝑡𝑝𝑚
4.Bagaimana cara pemberian nutrisi pasien ini? 24𝑥60
5.Tentukan jenis nutrisi pasien ini?
6.Bagaimana pemantauan dan evaluasi pasien ini? 3.Kebutuhan kalori pasien:
RDA Kebutuhan
1-3 100
4-6 90
7-9 80
10-12 70
14-16 60
16-18 50

<7 tahun (WHO) >7 tahun (PNC)

Fase stabilisasi (2 hari) Hari 1: 80 x BB aktual 50% x BBI x RDA


Hari 2: 90 x BB aktual
Fase transisi (5 hari) Hari 1: 100 x BB aktual 75% x BBI x RDA
Hari 2: 110 x BB aktual
KETERANGAN
Hari 3: 120 x BB aktual
1.HIPOGLIKEMIA
Hari 4: 130 x BB aktual
Cegah dan atasi hipoglikemia: beri KaEn 3B (kaya elektrolit dan glukosa)
Hari 5: 140 x BB aktual
2.HIPOTERMIA
Tutup jendela yang terbuka dan selimuti anak Fase rehabilitasi Hari 1: 150 x BB aktual 100%x BBI x RDA
3.DEHIDRASI (minggu 3-7) Hari 2: 160 x BB aktual
Pemberian cairan resomal (oralit WHO+gula+mineral) secara parenteral hanya pada dst sampai 220 kkal/kg/hari
dehidrasi berat atau syok
Pada pasien ini (pakai WHO)
4.ELEKTROLIT Fase stabilisasi:
Perbaiki imbalance elektrolit Hari 1: 80 x 6.5 = 520 kkal/hari
5.INFEKSI Hari 2: 90 x 6.5 = 585 kkal/hari
Cotrimoxazole syrup (5 hari) atau Fase transisi:
Ampicillin IV (2 hari), lanjut oral (7 hari) + Hari 1:100 x 6.5 = 650 kkal/hari
Gentamicin IM (7 hari) Hari 2:110 x 6.5 = 715 kkal/hari
6.MULAI PEMBERIAN MAKANAN (F-75) Hari 3:120 x 6.5 = 780 kkal/hari
Fase stabilisasi: Susu F75 (1 cc = 0.75 kkal) Hari 4:130 x 6.5 = 845 kkal/hari
Fase transisi/rehabilitasi: Susu F100 (1 cc = 1 kkal) Hari 5:140 x 6.5 = 910 kkal/hari
Fase stabilisasi dan transisi pemberian energy mulai dari 80 kkal/kg/hari-140 kkal/kg/hari Fase rehabilitasi (minggu 3-7)
975 kkal/hari -1430 kkal/hari
7.PEMBERIAN MAKANAN UNTUK TUMBUH KEJAR (F-100)
Makanan untuk tumbuh kejar naikkan dari 140 kkal/kg/hari-220 kkal/kg/hari 4.Cara pemberian nutrisi pada pasien ini:
8.MIKRONUTRIEN Dapat diberikan formula nutrisi enteral
Perbaiki defisiensi mikronutrient Indikasi: Jika makanan per oral dan keadaan lambung tidak memungkinkan atau tidak dapat
Vit A<6bulan :50.000 IU memenuhi kebutuhan gizi dengan syarat fungsi usus masih baik. Keuntungan: bentuknya
6 bulan – 1 tahun :100.000 IU fisiologis dan komposisi zat lengkap meski hanya 10-15% dari kalori total, nutrisi enteral
>1 tahun :200.000 IU dapat merumat struktur dan fungsi intestinal (efek trofik).
Vit B kompleks 1 tab/24 jam/oral
Vit C : BB >5 kg : 1 tab/12 jam/oral 5.Jenis nutrisi yang diberikan:
BB <5 kg : 1 tab/24 jam/oral Formula untuk nutrisi enteral pasien
Asam Folat 5 mg/24 jam/oral hari pertama, selanjutnya turun jadi 1 mg/24 jam/oral Fase stabilisasi: Susu F75 (1 cc = 0.75 kkal)
Fe tunda sampai 1 minggu bebas diare Fase transisi/rehabilitasi: Susu F100 (1 cc = 1 kkal)

9.STIMULASI 6.Evaluasi/monitoring:
10.TINDAK LANJUT Respon jangka pendek: Daya terima makanan; Toleransi sal cerna; Efek samping sal cerna
Respon jangka panjang: Menilai penyembuhan penyakit; Menilai tumbuh kembang

Soal 2: Anak laki-laki usia 10 tahun, BB 20 kg, TB 135 cm, LK 45 cm. Datang dengan keluhan 1.Status gizi
malas makan dan minum, BB sulit naik, tidak demam, tidak kejang, tidak batuk, tidak BB/TB = 20/28 x 100% = 71.4% (Gizi kurang)
sesak, tidak mual muntah. BAB BAK normal. TB/U = 135/139 x 100% = 97% (perawakan normal)
Dari pemeriksaan fisis ditemukan tanda vital dalam batas normal. Pada pemeriksaan BB/U =20/32 x 100% = 62.5% (BB sangat kurang)
inspeksi dada, ada iga gambang, bunyi napas dan jantung dalam batas normal.Pada Klinis: Gizi buruk
abdomen tidak ada distended abdomen, peristaltic kesan normal, hepar dan lien tidak
teraba. Pada ekstremitas didapatkan adanya wasting, baggy pants, tidak ada edema. 2.Kebutuhan cairan:
Maintenance: (10x100) + (10x50) / 72 = 20 tpm
Pertanyaan: KaEN 3B 20 tetes/menit/intravena
1.Tentukan status gizi pasien ini?
2.Berapa kebutuhan cairan pasien ini? 3.Kebutuhan kalori: >7 tahun, pakai PNC (*BBI berdasarkan TB)
3.Berapa kebutuhan kalori pasien ini? Fase stabilisasi = 50% x BBI x RDA = 50% x 28 x 70 = 980 kkal/hari8x pemberian
4.Bagaimana cara pemberian nutrisi pasien ini dan jenisnya? Fase transisi = 75% x BBI x RDA = 75% x 28 x 70 = 1470 kkal/hari 8x pemberian
5.Kebutuhan mikronutrien? Fase rehabilitasi = 100% x BBI x RDA = 100% x 28 x 70 = 1960 kkal/hari8x pemberian

4.Cara pemberian nutrisi dan jenisnya:


Formula untuk nutrisi enteral pasien
Fase stabilisasi: Susu F75 (1 cc = 0.75 kkal)
(980 kkal/8) x 0.75 kkal = 91,8 cc = 92 cc
Fase transisi: Susu F100 (1 cc = 1 kkal)
(1470 kkal/8) x 1 kkal = 184 cc
Fase rehabilitasi: Susu F100 (1cc = 1 kkal)
(1960 kkal/8) x 1 kkal = 245 cc

5.Kebutuhan mikronutrien:
Vit A >1 tahun  200.000 IU
Vit B kompleks 1 tab/24 jam/oral
Vit C : BB >5 kg1 tab/12 jam/oral
Asam Folat 5 mg/24 jam/oral hari pertama, selanjutnya turun jadi 1 mg/24 jam/oral
Fe tunda sampai 1 minggu bebas diare
6.RESPI

CONTOH KASUS DIAGNOSIS TATALAKSANA

1.CAP TRIAS CAP 1.Oksigenasi via nasal kanul 1-2 liter/menit


Anak laki-laki usia 3 bulan 17 hari masuk dengan sesak napas. Demam: Ada inkolfamasi maka ada pelepasan mediator radang 2.Terapi infuse maintenance
Sesak diperhatikan sejak 2 hari sebelum masuk RS. Ada batuk (TNF alfa, IL1, IL6) dan edema alveoli (berupa eksudat yang
berlendir dialami sejak 1 bulan yang lalu. Ada demam dialami mengisi alveoli) Usia Kebutuhan cairan
sejak 1 hari yang lalu. Tidak kejang, tidak mual, tidak muntah. Sesak: karena pertukaran udara di alveoli berkurang  (ml/kgBB/hari)
Anak minum susu via sonde. BAB BAK normal. kompensasi RR meningkat  anak tampak sesak dan gelisah 1-12 bulan 125-140
Retraksi: dikarenakan usaha paru untuk memperbesar volume 1-3 tahun 100
Riwayat batuk lama ada. Riwayat kontak dengan penderita TB udara yang masuk dengan penggunaan otot bantu napas. 3-6 tahun 90
tidak ada. Riwayat demam sebelumnya ada.Riwayat dirawat di Retraksi subcostal muncul paling awal dan paling lama hilang, 6-9 tahun 80
RS Salewangang Maros dengan keluhan sesak napas kemudian pada kondisi berat sekali terjadi retraksi 9-12 tahun 70
dirujuk ke RS Catherine booth. Pasien dirawat selama 7 hari sternocleidomastoideus. 12-15 tahun 60
dan sempat dirawat di PICU selam 4 hari. Terapi yang diberikan 15-18 tahun 50
tidak diketahui. Pasien dipulangkan dari Catherine booth Anamnesis
Tetesan makro bagi 72
dengan obat puyer. Setelah 2 hari di rumah pasien sesak lagi -Batuk yang awalnya kering kemudian menjadi produktif Tetesan mikro bagi 24
dan dibawa ke RSWS. dengan dahak purulen bahkan bisa berdarah
-Sesak napas *Pada pasien ini:
BB 4.75 kg -Demam IVFD Dextrose 5%
PB 59 cm -Kesulitan makan minum
(125 x 4.75) : 72 = 8.2 = 8 tetes/menit/intravena
BB/PB di antara -2SD dan -3SD -Tampak lemah
PB/U di antara -2SD dan +2SD -Serangan pertama atau berulang, untuk membedakan dengan
2.Terapi Ampicillin 100 mg/kgBB/hari bagi 4 dosis
BB/U di antara -2SD dan -3SD kondisi immunokompromais, kelainan anatomi bronkus, atau Sediaan inj vial 250 mg, 500 mg, 1 gr, 2 gr
Gizi kurang asma
Sediaan tab 250 mg 500 mg, 1 gr
HR 175 Sirup 125 mg/5 ml atau 250 mg/5 ml
RR 52 Pemfis
=Ampiciillin 125 mg/6 jam/intravena
T 38.2 -Penilaian keadaan umum anak, frekuensi napas, dan nadi R/Ampicillin 250 mg vial No III
SpO2 93% harus dilakukan pada saat awal pemeriksaan lain yang dapat
S 125 mg/6 jam/intravena
menyebabkan anak gelisah
SKOR TB -Keadaan umum, meliputi kesadaran dan kemampuan 3.Terapi Gentamicin 5 mg/kgBB/hari bagi 2 dosis
Batuk > 3 minggu = 1 makan/minum
Sediaan inj vial 10 mg/ml, 40 mg/ml
-Gejala distress napas: takipnea, retraksi subkostal, batuk, =Gentamicin 12 mg/12 jam/intravena
Definisi krepitasi, dan penurunan suara napas
R/Gentamicin 10 mg vial No III
Infeksi akut parenkim paru (alveolus dan jaringan interstitial) -Pernapasan cuping hidung S 12 mg/12 jam/intravena
disebabkan oleh virus, jamur, dan bakteri -Demam dan sianosis
-Ronkhi basah (jia sudah ada infiltrate di alveoli) 4.Antipiretik
Etiologi Ronkhi pada CAP adalah ronkhi nyaring karena udara melewati
=Paracetamol 50 mg/8 jam/intravena
S.pneumoniae alveolus yang berisi eksudat, alveolus yang tertutup
R/Paracetamol inj No III
RSV (Respiratory Syncitial Virus)pada anak < 5 tahun eksudat>50% harus bekerja dengan dekompensasi. S 50 mg/8 jam/intravena
Mycoplasma pneumonia & Chlamydia pneumonia pada anak -Anak<5 thn tidak menunjukkan gejala pneumonia yang klasik.
lebih dari 10 tahun Pada anak yang demam dan sakit akut, terdapat gejala nyeri 5.Obat batuk
yang diproyeksikan ke abdomen. Pada bayi muda, terdapat
Ambroxol 1.2-1.5 mg/kgBB/kali (3 kali pemberian)
Klasifikasi WHO gejala pernapasan tak teratur dan hipopnea. Seidaan syrup 15 mg/5 ml, 30 mg/5 ml
Anak 2 bulan – 5 tahun
=1.5 x 5 kg = 7.5 mg/15 mg x 5 ml =2.5 ml/8 jam/sonde
Pneumonia ringan: takipneu Penunjang R/Ambroxol syr No I
Pneumonia berat : retraksi -DR (leukositosis), urin rutin, feses rutin, elektrolit
S 3 dd ½ cth
Pneumonia sangat berat: tidak mau minum, letargi, malnutrisi -IT ratio, kalau anak > 0.16; neonates >0.2
Anak < 2 bulan -GDS: bila kecurigaan sepsi, GDS meningkat atau utk melihat
Pneumonia berat : takipneu/retraksi berat hipoglikemia
Pneumonia sangat berat: tidak mau minum, kejang, letargi -AGD 3 jam pertama (asidosis respiratorik)
malnutrisi, sering overlapping dengan gejala malaria -Bilas lambung dan mantoux test ( dd/TB)
-!Gold standard: Kultur darah (jika curiga sepsis)
Patofisiologi -Foto thorax AP/lateral: Konsolidasi lobar/segmental dan air
Mikroorganisme masuk ke sal napas paru2  terjadi edema bronchogram sign +
akibat fungsi jaringan yang mempermudah proliferasi &
penyebaran kuman ke jaringan sekitarnya parenkim paru
mengalami konsolidasiterjadi serbukan leukosit PMN, fibrin,
eritrositpeningkatan deposit fibrinterdapat fibrin dan
leukosit di alveoli dan terjadi fagositosis cepat  jumlah
makrofag meningkat di alveolisel mengalami degenerasi,
fibrin menipis, kuman dan debris hilang.

2.TFA Anamnesis Tatalaksana


Anak perempuan 10 bulan dibawa dengan demam sejak 4 hari -Nyeri menelan Ampicillin 100 mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis selama 7-14 hari
sebelum masuk RS, demam dialami terus-menerus. Demam -Muntah bisa > 10 kali 2nd line: Golongan cephalosporin :
turun jika diberi obat penurun panas. Tidak ada riwayat kejang. -Demam akut bisa ada/tidak Cefixime 6-10 mg/kgBB/hari
Ada riwayat muntah, frekuensi 3 kali, isi sisa susu, tidak -T>=T1-T1 dan hiperemis Cephadroxil 30 mg/kgBB/hari bagi 2 dosis
menyemprot.Tidak ada riwayat sesak, tidak ada batuk. Anak
malas menyusu. BAK BAB normal. Pada virus: Hiperpireksia, permukaan tonsil mulus namun Ampicillin
limfosit banyak, leukosit bisa normal Tab 250 mg, 500 mg, 1 gr
BB 7.2 kg Pada bakteri: Suhu subfebris, permukaan tonsil berbenjol dan Syrup 125 mg/5 ml atau 250 mg/5 ml
PB 62 cm ada kripte dan detritus (jaringan nekrotik + kuman + antibody =Ampicillin 180 mg/6 jam/oral
Gizi baik & komplemen), dan leukositosis>15000 dengan neutrofil 180 mg/250 mg x 5 ml = 3.6 ml/6 jam/oral (sediaan syrup 250
banyak mg/5 ml)
BP 90/60
HR 170 Pemfis: Ukuran pembesaran tonsil Atau pada pasien ini diberi
RR 45 T0: Tonsil sudah diangkat Cephadroxil 30 mg/kgBB/hari bagi 2 dosis
T 39 T1: Tosil masih dalam fossa tonsilaris Sediaan syrup 125 mg/5 ml
T2: Tonsil sudah melewati pilar posterior tapi belum melewati =30 x 7.2 =216 mg/2 =108 mg/12 jam/oral
Faring hiperemis garis para median =108 mg/125 mg x 5 ml
Tonsil T2-T2 hiperemis T3: Tonsil sudah melewati garis paramedian tapi belum =4.32 ml
Ada tanda-tanda dehidrasi seluruhnya =5 ml/12jam/oral
T4: Tonsil melewati garis median menyentuh uvula
Definisi R/Cephadroxil 125 mg syr No I
Infeksi pada tonsil dan faring, disebabkan oleh virus atau Centor score S 2 dd I cth
bakteri (untuk bedakan mana yang perlu diberi antibiotic, juga sebagai
predictor utk infeksi SGA)
Etiologi 1.Demam > 38 derajat , skor 1
Virus: Rhinovirus, adenovirus, parainkolfuenza, Epstein barr 2.Tidak batuk , skor 1
virus, herpes virus 3.Usia (3-14 tahun), skor 1
Bakteri: Streptococcus B hemolyticus grup A (hati2 fragmen M 4.Limfadenopati (leher 1 cm), skor 1
protein memiliki struktur sama dengan miokardium), 5.Pembesaran tonsil (>=T2), skor 1
Chlamydia, Corynebacterium diphteriae, Hemophilus -Usia 15-44 tahun skor 0
inkolfuenza, dll -Usia >=45 tahun skor -1
Jamur: Candida (jarang kecuali HIV AIDS)
Skor
Patofisiologi >=4 antibiotik
Viru/bakteri/jamur  menginvasi langsung mukosa faring  3 boleh beri antibiotic boleh tidak (50% karena infeksi SGA)
respon inkolfamasi local  infiltrasi lapisan epitel mengikis <3 tidak perlu diberi antibiotic
epitel shg jaringan limfoid superficial bereaksi 
pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit PMN  *Pada pasien ini:
stadium awal: hiperemis + edema + hipersekresi (eksudat Centor skor = 4
bersifat serosa tapi menjadi menebal lalu cenderung kering dan 1.Demam = 1
melekat pada dinding faring) 2.Tidak batuk = 1
3.Usia = 1
-Respon inkolfamasi local  demam  penguapan  risiko 4.Limfadenopati = 0
deficit volume cairan 5.Tonsil = 1
-Hiperemis  vascular faring melebar  kesulitan menelan 
gangguan nutrisi
-Hipersekresi  batuk

3.TB Paru Tes tuberculin dilakukan berdasarkan adanya hipersensitivitas tubuh akibat adanya infeksi oleh M.Tuberkulosis sebelumnya. Hal
Anak perempuan 11 tahun datang dengan keluhan sesak. ini yang dimediasi oleh sel2 limfosit T (CMI) yang telah tersensitisasi akibat terinfekasi oleh M.Tuberkulosis secara alamiah.
Demam tidak ada, kejang tidak ada, mual muntah tidak ada.
A.PERSIAPAN PASIEN
Ada batuk berlendir, tidak disertai darah, sejak 1 bulan yang
lalu. Anak malas makan dan minum. BAB BAK normal. Riwayat 1.Perkenalkan diri
kontak dengan penderita TB dewasa disangkal, riwayat 2.Jelaskan indikasi
menjalani pengobatan TB pada Mei 2017 tetapi berhenti -Anak dengan gejala dan tanda sakit TB
setelah 4 bulan terapi. Riwayat dirawat di RS dengan keluhan -Kontak erat dengan penderita TB dewasa aktip (BTA +)
yang sama sebanyak 2 kali terakhir tanggal 04/02/2018 selama - Anak dengan faktor resiko tinggi terpapar TB (tuna wisma, alkoholik,pengguna Narkoba suntik).
10 hari. -Pasien imunokompromais (infeksi HIV, sindroma nefrotik, keganasan) dan pasien yang akan mendapat imunosupresan jangka
panjang.
BB 18 kg -Bayi yang akan mendapat BCG di atas usia 3 bulan.
TB 128 cm 3.Jelaskan prosedur:Tes ini dilakukan dengan menginjeksikan tuberculin tes dosis 0,1 cc, secara intrakutan di bagian volar lengan
BB/TB 52% (gizi buruk) bawah. Reaksi tuberculin mulai 5-6 jam setelah penyuntikan dan indurasi maksimal terjadi setelah 48 – 72 jam dan selanjutnya
TB/U 90% (mild stunting) berkurang selama beberapa hari. Pembacaan dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan. Pengukuran dilakukan terhadap indurasi
BB/U 48% (gizi buruk) yang timbul, bukan pada bagian yang hiperemis atau eritemanya. dilakukan pada ruangan dengan pencahayaan yang baik dan
lengan bawah sedikit dikolfeksikan pada siku. Hasil pembacaan diukur dan ditulis dalam ukuran millimeter.
Pemfis: 4.Inform consent
Tanda vital B.PROSEDUR TEST TUBERKULIN
BP 90/60 mmHg 1. Persiapkan alat dan bahan
HR 110 kali/menit • Sarung tangan steril
RR 40 kali/menit • Spoit 1 cc, dan 3 cc
T 36.5 derajat Celcius • PPD RT-23 2TU atau PPD S 5TU
Paru: Vocal fremitus meningkat pada kedua hemithorax, bunyi • Kapas Alkohol
napas bronchovesikuler, ronkhi bilateral di kedua lap paru • Adrenalin Ampul
• Penggaris/mistar
Foto thorax: TB milier 2. Pasien dibaringkan terlentang, posisikan lengan bawah kiri/kanan pasien dalam posisi volar.
Uji tuberculin: 10 mm 3. Lakukan cuci tangan rutin dan gunakan handscoen steril
4. Ambil 0,1 ml (5 Tuberculin Unit) antigen PPD dengan menggunakan spoit 1 cc.
5. Tentukan daerah injeksi, yaitu daerah yang bebas lesi dan jauh dari vena, kemudian disinfeksi dengan menggunakan kapas
alcohol. Jika lengan kiri tidak memenuhi syarat, dapat diganti dengan lengan kanan.
6. Injeksikan antigen PPD secara intrakutan, degan bevel menghadap ke atas, injeksikan hingga terbentuk gelembung.
Patogenesis 7. Cabut jarum perlahan, buang ke tempat sampah tajam.
M.Tb masuk melalui dropletInkubasi selama 2-12 minggu
C.INTERPRETASI(setelah 48-72 jam)
dilawan o/ IgA anak dan mekanisme imunitas seluler 
Hasil interpretasi:
sebagian mati, sebagian menetap membentuk FOKUS PRIMER
0 – 4 mm : negatif (kalau negative palsu bisa disebabkan: penyuntikan subkutan, premature, dalam masa inkubasi)
 menyebar secara limfogen (LIMFANGITIS) menuju ke
5 – 9 mm : ragu-ragu, tes ulang 2 minggu lagi tapi jika anak immunocompromized atau gizi buruk dianggap +
limfe regional (LIMFADENITIS) FOKUS PRIMER + LIMFANGITIS
≥ 10 mm : positif infeksi TB, post BCG, infeksi Mycobacterium atipik
+ LIMFADENITIS  KOMPLEKS PRIMER  Bersirkulasi dalam
tubuh mencari tempat yang banyak vaskuler  kembali ke Sistem Skoring TB + >=6
paru  TB post primer Parameter 0 1 2 3
Diagnosis Kontak TB Tidak jelas Tidak ada BTA – atau BTA + atau
1.Anamnesis kontak tidak jelas kontak jelas
Gejala umum TB anak tidak khas.
-BB turun tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dengan Uji Tuberkulin - - - + >=10 mm atau
adekuat atau tidak naik dalam 1 bulan setelah diberikan upaya >= 5 mm
perbaikan gizi yang baik (Immunokompromised)
-Demam lama >=2 minggu atau berulang tanpa sebab yang
jelas, demam umumnya tidak tinggi Status Gizi - BB/TB < 90% BB/TB < 70% -
-Batuk lama >=3 minggu, bersifat non remitting (tidak pernah BB/U < 80% BB/U < 60%
reda atau intensitas makin lama makin parah)
-Anoreksia (nafsu makan menurun) disertai gagal tumbuh Demam >=2 minggu - >= 2 minggu - -
-Lesu, malaise, anak kurang aktif Batuk >=3minggu - >= 3 minggu - -
-Pembesaran kel limfe regional/superficial (tidak sakit) dan
biasanya multiple Limfadenopati - >= 1 cm, jumlah >1, - -
-Ada riwayat kontak tidak nyeri
Pembengkakan - Bengkak (+) - -
2.Pemeriksaan Fisik tulang/sendi
-Antropometri: Gizi kurang
-Suhu: Subfebris Foto thorax Normal Sugestif TB - -
-Paru: ronkhi kasar (di apex paru +++)
-Organ tertentu:
TB vertebra: gibbus, kifosis, paraparesis, paraplegia *Skor TB pada pasien ini = 7
TB koksae/genu: jln pincang, nyeri pangkal paha dan lutut Kontak TB = 0
Skrofuloderma: Ulkus kulit dengan skin bridge biasa terjadi di Uji tuberculin = 3
leher, axilla, inguinal Status gizi = 2
Meningitis TB: kaku kuduk dan tanda rangsang menings + Demam = 0
Konjungtivitis kolfiktenularis: Bintik putih di limbus kornea yang Batuk = 1
nyeri Limfadenopati = 0
Pembengkakan tulang/sendi = 0
3.Pemeriksaan Penunjang Foto thorax = 1
-Uji tuberculin
-Uji sputum BTA (bilas lambung): pasien dipuasakan 3 jam
sebelumnya, lalu ambil bilas lambung (SPS)
-Foto thorax AP dan lateral kanan:
Pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal dengan atau tanpa
infiltrate
Atelektasis
Konsolidasi segmental atau lobar
Bercak milier
Kalsifikasi dengan infiltrate Penatalaksanaan
Tuberkuloma
Dosis OAT Anak
Jenis Obat Dosis harian Dosis max (mg/hari) Efek samping
(mg/kgBB/hari)
Isoniazid (H) (7-15) 10 300 Hepatotoksik, neuritis perifer
sediaan 100,300
Rifampicin (R) (10-20) 15 600 Gangguan GI, reaksi kulit,
sediaan 150,300,450 hepatotoksik, urin merah
Pirazinamide (Z) (30-40) 35 2000 Hepatotoksik, artralgia, gangguan GI
sediaan 500
Ethambutol (E) (15-25) 20 Irreversibel neuritis optic,
sediaan 500 hipersensitivitas, ggn GI
Streptomicin (S) 15-40 1000 Ototoksisitas, nefrotoksisitas
sediaan 1 gr

*Tatalaksana pada pasien ini:


IVFD KaEN 3B 20 tetes/menit
Oksigen via NRM 8 liter/menit
Isoniazid 180 mg/24 jam/oral
Rifampicin 270 mg/24 jam/oral
Pirazinamid 630 mg/24 jam/ora
Etambutol 360 mg/24jam/oral
R/Ka EN 3B 500 ml kolf No I
S 20 gtt/menit/intravena
R/Isoniazid 300 mg tab
S m.f.pulv dtd No
1 dd 180 mg a.c
R/Rifampicin 300 mg tab
S m.f.pulv dtd No
1 dd 270 mg a.c
R/Pirazinamid 500 mg tab
S m.f.pulv dtd No
1 dd 630 mg a.c
R/Etambutol 500 mg tab
S m.f.pulv dtd No
1 dd 360 mg a.c
4.Asthma bronchial Tatalaksana
Anak laki-laki 4 tahun dibawa dengan keluhan batuk, sesak
napas, hanya dapat menguapkan kalimat terputus-putus saat
berbicara. Ada demam, ada retraksi minimal. RIwayat serangan
sesak 3 kali dalam sebulan. Ibu memiliki riwayat alergi.

Klasifikasi Derajat Asma menurut PPNA 2015

Derajat asma Uraian kekerapan gejala asma


Intermitten Episode gejala <6x/tahun atau
Jarak antar gejala>=6 minggu
Persisten Episode gejala >1x/bulan,
ringan <1x/minggu
Persisten Episode gejala >1x/minggu,
sedang Tapi tidak setiap hari
Persisten berat Episode gejala hampir tiap hari

Pada pasien ini: Asma persisten ringan, derajat serangan


ringan-sedang

Patofisiologi serangan asma


Anamnesis
Sesak sejak kapan?
Terus menerus/berulang?
Apakah memberat malam hari karena sesak?
Apakah pencetus yang membuat sesak?
Serangan berapa kali?
Apakah ada mengi terdengar?
Ada batuk?berapa lama?berlendir?
Ada rasa tertekan?
Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga?

Pemfis
KU: Sakit berat
Paru: Wheezing +/+

Penunjang
Spirometri: Variabilitas, reversibilitas, ada penurunan FEV1 70%
AGD: PCO2 rendah (hipoksemia)
Lab: IgG, eosinofil

Penatalaksanaan
Oksigen 2L/menit: SpO2 92%
Nebulisasi salbutamol 2.5 ml + NaCl 2.5 ml dalam 15-20 menit,
dapat diulang 3 kali dalam 1 jam (tiap 20 menit sekali)
Jika membaik ganti salbutamol oral + kortikosteroid, tidak
membaik ganti combivent

Alat inhalasi anak:


<5 tahun: nebul dan masker
>5 tahun: MDI dan spcacer (MDI= aerochamber & pocket
chamber)
PROSEDUR
1. Perkenalkan diri
2. Menjelaskan pada keluarga pasien indikasi/tujuan nebulizer, inform consent
3. Persiapan alat dan bahan
- Main unit
- Air hose (selang)
- Nebulizer kit (masker, mouthpiece, cup)
- Obat-obatan
4.Memperhatikan jenis alat nebulizer yang akan digunakan (sumber tegangan, tombol OFF/ON), memastikan masker ataupun
mouthpiece terhubung dengan baik, persiapan obat)
5.Meminta penderita untuk kumur terlebih dahulu.
6.Mempersilakan penderita untuk duduk, setengah duduk atau berbaring (menggunakan bantal)
7.Menempatkan masker secara tepat sesuai bentuk dan mengenakan tali pengikat). Bila menggunakan mouthpiece maka
mouthpiece tersebut dimasukkan ke dalam mulut dan mulut tetap tertutup
8.Menjelaskan kepada penderita agar penderita menghirup uap yang keluar secara perlahan-lahan dan dalam hingga obat habis
9.Menghubungkan nebulizer dengan sumber tegangan. Menghubungkan air hose, nebulizer dan masker/mouthpiece pada main
10.Buka tutup cup, masukkan cairan obat ke dalam alat penguap sesuai dosis yang telah ditentukan.
11.Gunakan mouthpiece atau masker sesuai kondisi pasien
12.Mengaktifkan nebulizer dengan menekan tombol ON pada main kit.
13.Mengingatkan penderita, jika memakai masker atau mouthpiece, uap yang keluar dihirup perlahan-lahan dan dalam secara
berulang hingga obat habis (kurang lebih 10-15 menit)
14.Tekan tombol OFF pada main kit, melepas masker/mouthpiece, nebulizer kit, dan air hose
15.Menjelaskan kepada penderita bahwa pemakaian nebulizer telah selesai dan mengevaluasi penderita apakah pengobatan yang
dilakukan memberikan perbaikan/mengurangi keluhan
16.Membersihkan mouthpiece dan nebulizer kit serta obat-obatan yang telah dipakai
7.GASTRO

CONTOH KASUS DIAGNOSIS TATALAKSANA


DIARE Anamnesis Tatalaksana
Anak perempuan umur 11 bulan dibawa ke IGD RS UH dengan -Lama diare berlangsung, frekuensi diare sehari, warna dan
Lintas diare :
BAB encer yang dialami sejak pagi ini (12 jam sebelum masuk konsentrasi tinja, lendir dan/darah dalam tinja
(1) Cairan
RS). Frekuensi 4 kali, ada ampas tidak ada lendir dan tidak ada -Muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran menurun,
(2) Zinc
darah. Ada muntah frekuensi 2 kali, isi sisa susu dan makanan, buang air kecil terakhir
(3) Nutrisi
tidak menyemprot. Ada demam sejak tadi pagi, tidak kejang, -Demam, sesak, kejang, kembung
(4) Medikamentosa
tidak batuk, tidak sesak. BAK normal. -Jumlah cairan yang masuk selama diare
(5) Edukasi
-Jenis makanan dan minuman yang diminum selama diare,
BB 8 kg mengonsumsi makanan yang tidak biasa
PB 64 cm -Penderita diare di sekitarnya dan sumber air minum 1.Rehidrasi
Gizi baik
Pemeriksaan fisis Tanpa dehidrasi
-Keadaan umum, kesadaran, dan tanda vital
Tanda vital: -Cairan rehidrasi oralit dengan menggunakan NEW ORALIT
-Tanda utama: keadaan umum gelisah/cengeng atau
HR 110 diberikan 5-10 mL/kg BB setiap diare cair atau berdasarkan
lemah/letargi/koma, rasa haus, turgor kulit abdomen menurun
RR 30 usia, yaitu
-Tanda tambahan: ubun-ubun besar, kelopak mata, air mata,
T 39.4 umur < 1 tahun sebanyak 50-100 mL
mukosa bibir, mulut, dan lidah
-Berat badan umur 1-5 tahun sebanyak 100-200 mL
Skor dehidrasi (Dehidrasi ringan sedang) umur di atas 5 tahun semaunya.
- Tanda gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit,
KU gelisah/cengeng -Dapat diberikan cairan rumah tangga sesuai kemauan anak.
seperti napas cepat dan dalam (asidosis metabolik), kembung
Mata tidak cekung ASI harus terus diberikan. Pasien dapat dirawat di rumah,
(hipokalemia), kejang (hipo atau hipernatremia)
Bibir kering kecuali apabila terdapat komplikasi lain (tidak mau minum,
Turgor abdomen baik Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai dengan kriteria muntah terus menerus, diare frekuen dan profus)
berikut :
Abdomen: Peristaltik kesan meningkat. Dehidrasi ringan-sedang
Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan Dehidrasi berat
Lab: Leukositosis (11.010/ul) sedang -Cairan rehidrasi oral (CRO) hipoosmolar diberikan sebanyak 75
Anemia mikrositik hipokrom mL/kgBB dalam 3 jam untuk mengganti kehilangan cairan dan
Hb 10.2 g/dl Tidak ditemukan 2 tanda utama 2 tanda utama sebanyak 5-10 mL/ kgBB setiap diare cair.
MCV 76.9 kolf tanda utama dan dan/ 2 atau lebih dan/ 2 atau lebih -Rehidrasi parenteral (intravena) diberikan bila anak muntah
MCH 26.2 pg tanda tambahan tanda tambahan tanda tambahan setiap diberi minum walaupun telah diberikan dengan cara
- Keadaan umum -Keadaan umum sedikit demi sedikit atau melalui pipa nasogastrik.
-Keadaan umum
Assessment gelisah atau lemah, letargi -Cairan intravena yang diberikan adalah RL (>2 tahun) atau
baik, sadar
-Diare akut dehidrasi ringan sedang cengeng atau koma Asering (<2 tahun) dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan
-Ubun ubun besar
-Intake tidak terjamin - Ubun ubun -Ubun-ubun berat badan. Status hidrasi dievaluasi secara berkala.
tidak cekung,
-Anemia defisiensi besi dd/anemia penyakit kronik besar sedikut sangat cekung, a.Berat badan 3-10 kg : 200 mL/kgBB/hari
mata tidak
cekung, mata mata sangat
cekung, air mata b.Berat badan 10-15 kg : 175 mL/kgBB/hari
Kalau disertai darah: sedikit cekung, air cekung, air mata
ada , mukosa
Bayi 1 tahun : disentri mata kurang, tidak ada, c.Berat badan > 15 kg : 135 mL/kgBB/hari
mulut dan bibir
Bayi <1 tahun: invaginasi mukosa mulut mukosa mulut
basah Pasien dipantau di Puskesmas/Rumah Sakit selama proses
dan bibir sedikit dan bibir sangat
-Turgor abdomen rehidrasi sambil memberi edukasi tentang melakukan rehidrasi
kering kering
baik, bising usus kepada orangtua.
-Turgor menurun -Turgor sangat
normal
-Akral hangat kurang
-Akral hangat
-Akral dingin
Anjuran Dehidrasi berat
-Jamin hidrasi
Pemeriksaan penunjang Diberikan cairan rehidrasi parenteral dengan ringer laktat atau
-Atasi diare akut
ringer asetat 100 mL/kgBB dengan cara pemberian:
-Atasi demam Darah rutin: Leukositosis, LED meningkat
-Jamin intake Umur kurang dari 12 bulan:
Elektrolit darah: Hiponatremia (kejang), Hipokalemia, dll
-Pelacakan anemia: 30 mL/kgBB dalam 1 jam pertama, dilanjutkan
-Periksa elektrolit Pemeriksaan tinja tidak rutin dilakukan pada diare akut, kecuali 70 mL/ kgBB dalam 5 jam berikutnya
-Periksa feses rutin apabila ada tanda intoleransi laktosa dan kecurigaan amubiasis
Hal yang dinilai pada pemeriksaan tinja : Umur di atas 12 bulan:
Tatalaksana pasien kasus ini 30 mL/kgBB dalam 1⁄2 jam pertama, dilanjutkan
-IVFD Asering 200 ml/kgBB/hari x 8 Makroskopis : konsistensi, warna, lendir, darah, bau 70 mL/kgBB dalam 2,5 jam berikutnya
=22 tetes/menit Mikroskopis : leukosit (>=6/LPB), eritrosit, parasit, bakteri
-Zinc syrup 20 mg/24 jam/oral Kimia: pH, clinitest, elektrolit (Na, K, HCO3) Masukan cairan peroral diberikan bila pasien sudah mau dan
-Lacto B 1 sachet/24 jam/oral(tidak masuk dalam 5 lintas diare) Biakan dan uji sensitivitas tidak dilakukan pada diare akut dapat minum, dimulai dengan 5 mL/kgBB selama proses
-Paracetamol 10 ml/kgBB/hari x 8 Analisis gas darah dan elektrolit bila secara klinis dicurigai rehidrasi
=80 mg/8 jam/intravena bila demam adanya gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
-Makanan lumat GDS: karena intake tidak terjamin
Hipernatremia (Na >155 mEq/L)
Koreksi penurunan Na dilakukan secara bertahap dengan
pemberian cairan dekstrose 5% 1⁄2 salin. Penurunan kadar Na
tidak boleh lebih dari 10 mEq per hari karena bisa
menyebabkan edema otak
Hiponatremia (Na <130 mEq/L)
Kadar natrium diperiksa ulang setelah rehidrasi selesai, apabila
masih dijumpai hiponatremia dilakukan koreksi sbb:
Kadar Na koreksi (mEq/L) = 125 – kadar Na serum x 0.6 x berat
badan; diberikan dalam 24 jam

Hiperkalemia (K >5 mEq/L)


Koreksi dilakukan dengan pemberian kalsium glukonas 10%
sebanyak 0.5-1 ml/ kg BB i.v secara perlahan-lahan dalam 5-10
menit; sambil dimonitor irama jantung dengan EKG.
Hipokalemia (K <3,5 mEq/L)
Koreksi dilakukan menurut kadar Kalium.
Kadar K 2,5-3,5 mEq/L, berikan KCl 75 mEq/kg BB per oral per
hari dibagi 3 dosis
Kadar K <2,5 mEq/L, berikan KCl melalui drip intravena dengan
dosis:
3,5 - kadar K terukur x BB (kg) x 0,4 + 2 mEq/kgBB/24 jam
dalam 4 jam pertama
3,5 - kadar K terukur x BB (kg) x 0,4 + 1/6 x 2 mEq x BB dalam
20 jam berikutnya
Definisi Diare Klasifikasi diare berdasarkan elektrolit 2.Zinc
Perubahan frekuensi BAB lebih dari 3 kali sehari dengan
Gejala Hipotonis Isotonis Hipertonis Diberi 10-14 hari meskipun anak telah tidak mengalami diare
perubahan konsistensi tinja menjadi lebih cair
Na<130 Na 130-150 Na > 150 dengan dosis:
Umur di bawah 6 bulan: 10 mg per hari
Klasifikasi Diare Rasa haus - + +
Umur di atas 6 bulan: 20 mg per hari
1.Berdasarkan onset BB sangat turun turun turun
-Berlanjut > 7 hari Turgor kulit sangat turun turun turun 3.Nutrisi
-Akut < 14 hari Kulit/mukosa basah kering kering sekali ASI dan makanan dengan menu yang sama saat anak sehat
-Kronik > 14 hari bukan infeksi Kesadaran apatis koma irritable sesuai umur tetap diberikan untuk mencegah kehilangan berat
-Persisten > 14 hari dikarenakan infeksi e.g. shigellosis, HIV Sirkulasi sangat jelek jelek relative baik badan dan sebagai pengganti nutrisi yang hilang. Adanya
Nadi sangat lemah cepat,keras perbaikan nafsu makan menandakan fase kesembuhan. Anak
2.Berdasarkan etiologi Tekanan lemah tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit tapi
-Inflamasi darah sgt rendah rendah rendah sering (lebih kurang 6 x sehari), rendah serat, buah buahan
Virus: Rotavirus (paling sering pada anak < 5 tahun) Jumlah kasus 20-30% 70% 10-20% diberikan terutama pisang.
Bakteri: E.coli, salmonella
Jamur: Candida albicans 4.Medikamentosa
Parasit: aschariasis, trichuris, amoeba, dll Diare hipotonis jarang pada anak, Na rendah, Kalium tinggi, Tidak boleh diberikan obat anti diare
-Non inflamasi biasa pada pasien PEM
Malabsorpsi: KH, lemak, protein Pada diare isotonis sering terjadi pada diare biasa, diterapi Antibiotik
Makanan: basi, alergi, keracunan (botulism) dengan cairan Asering (Na normal, K normal) pada anak<2 Antibiotik diberikan bila ada indikasi, misalnya disentri (diare
Psikis: cemas, stress tahun berdarah) atau kolera. Pemberian antibiotik yang tidak rasional
Intoleransi laktosa: BAB frekuen (6-10kali), sangat cair, Pada diare hipertonis cenderung pada anak gemuk dan sering akan mengganggu keseimbangan kolfora usus sehingga dapat
menyemprot (BAB menyemprot karena CO2 banyak hasil minum susu formula (Na tinggi), biasa hipernatremia dan memperpanjang lama diare dan Clostridium difficile akan
pecahan laktosa menjadi CO2 + laktat + glukosa, sehingga hipokalemia (kalium keluar ke jaringan interstitial) tumbuh yang menyebabkan diare sulit disembuhkan. Selain itu,
tekanan intraabdomen meningkat, menyebabkan kembung pemberian antibiotik yang tidak rasional dapat mempercepat
dan BAB menyemprot), kuning, ditandai dengan eritema resistensi kuman terhadap antibiotik.
natum atau kemerahan sekitar lobang anus, disertai dengan Untuk disentri basiler, antibiotik diberikan sesuai dengan data
feses berbau asam. Intoleransi laktosa sekunder terjadi karena sensitivitas setempat, bila tidak memungkinkan dapat mengacu
post infeksi rotavirus  atrofi vili usus halus  enzim lactase kepada data publikasi yang dipakai saat ini, yaitu kotrimoksazol
dehidrogenase tidak diproduksilaktosa tidak bisa sebagai lini pertama. Bila antibiotik tersebut sudah resisten
disertaptinggal di umen usus (kental)peningkatan tekanan maka lini berikutnya adalah sefiksim.
osmotic lumen ekstravasasi cairan ke dalam lumen usus 
dare osmotik Cotrimoxazol isinya Trimetoprim:Sulfametoxazol 1:5
Trimpetoprim: 6-8 mg/kgBB
3.Berdasarkan patomekanisme Sulfametoksazol: 30-40 mg/kgBB
a.Osmotik 2x1 pemberian
Peningkatan tekanan osmotic dalam lumen usus sehingga air Metronidazol 50 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis merupakan obat
banyak terserap masuk e.g. atrofi vili usus, nutritional pilihan untuk amuba vegetatif
marasmus, intoleransi laktosa
5.Edukasi
Orangtua diminta untuk membawa kembali anaknya ke Pusat
b.Sekretorik
Pelayanan Kesehatan bila ditemukan hal sebagai berikut:
Toksin stimulasi cAMP dan CGA yang merangsang sekresi
demam, tinja berdarah (pada bayi <6 bulan: CURIGA
cairan dan elektrolit ke dalam lumen usus
INVAGINASI), makan atau minum sedikit, sangat haus, diare
makin sering, atau belum membaik dalam 3 hari.
c.Gangguan motilitas
Motilitas usus meningkat, misalnya pada gangguan otonom Edukasi pencegahan: Jaga kebersihan penyajian makanan dan
karena stress dan cemas alat-alat makan, cuci tangan sebelum makan, BAB di jamban,
penyediaan air minum yang bersih, selalu memasak makanan
8.HEMATOLOGI

CONTOH KASUS DIAGNOSIS TATALAKSANA

Anak laki-laki 2 tahun 10 kg dibawa dengan keluhan pucat, Anamnesis Mengetahui faktor penyebab: riwayat nutrisi dan kelahiran,
diare, dan mimisan. Tanda-tanda vital dalam batas normal. adanya perdarahan yang abnormal, pasca pembedahan.
-Pucat sejak kapan? Ada pencetus atau perdarahan? (Pucat
Ikterus tidak ada.
yang berlangsung lama tanpa manifestasi perdarahan) Preparat besi
Hb 7 gr/dl
-Intake nya bagaimana? ASI sampai berapa bulan?
WBC 5800/ul Preparat yang tersedia ferous sulfat, ferous glukonat, ferous
-Sanitasi? (susp cacing tambang)
RBC 4.000.000/ul fumarat, dan ferous suksinat.
-Riwayat kehamilan? (dulu sering minum preparat Fe saat
Ferritin 10 ng/ml Dosis besi elemental 3-6 mg/kgBB/hari. Respons terapi dengan
hamil tidak?)
Ht 22% menilai kenaikan kadar Hb/Ht setelah satu bulan, yaitu
-Riwayat kelahiran?
PLT 245000/ul kenaikan kadar Hb sebesar 2 g/dL atau lebih.
-Disertai demam atau tidak?
-Gemar memakan makanan yang tidak biasa? ( - pica) Bila respons ditemukan, terapi dilanjutkan sampai 2-3 bulan.
Anamnesis, pemfis?
-Sering memakan bahan makanan yang kurang mengandung Komposisi besi elemental:
Hitung indeks eritrositnya!
zat besi atau bahan makanan yang menghambat penyerapan
Diagnosisnya? Ferous fumarat: 33% merupakan besi elemental
zat besi? seperti teh, telur, keju, susu? (kalsium dan fitat
Tatalaksana! Ferous glukonas: 11,6% merupakan besi elemental
(beras, gandum), serta konsumsi susu sebagai sumber energi
utama sejak bayi sampai usia 2 tahun (milkaholics)) Ferous sulfat: 20% merupakan besi elemental
Definisi
Anemia akibat ↓penyediaan Fe untuk eritropoeisis Pemeriksaan fisis
-Bila kadar Hb <5 g/dL ditemukan gejala iritabel dan anoreksia Transfusi darah
Metabolisme besi -Konjuntiva pucat ditemukan bila kadar Hb <7 g/dL
1. Fase luminal Jarang diperlukan, hanya diberi pada keadaan anemia yang
-Tanpa organomegali sangat berat dengan kadar Hb <4g/dL. Komponen darah yang
Di lambung: besi lepas dari ikatan o/karena HCL -Ada peteki atau sumber perdarahan lainnya?
2. Fase mucosal diberi PRC.
-Facies couley (pada Thalassemia)?
-Mukosa duodenum&jejunum proksimal: besi direduksi -Dapat ditemukan: koilonikia, glositis, stomatitis angularis,
Fe3+Fe2+ o/enzim feri reduktase atrofi papil lidah, takikardia, gagal jantung protein-losing Pencegahan
-Fe2+ masuk sitoplasma melalui DMT1(Divalent Metal enteropathy
Transporter) -Rentan terhadap infeksi -Mempertahankan ASI eksklusif hingga 6 bulan
-Sebagian (ferritin) disimpan di retikuloendothelilal -Gangguan pertumbuhan dan tanda gizi buruk -Menunda pemakaian susu sapi sampai usia 1 tahun
hepar&limpa -Menggunakan sereal/makanan tambahan yang difortifikasi
-Sebagian lolos ke kapiler usus Pemeriksaan penunjang tepat pada waktunya, yaitu sejak usia 6 bulan sampai 1 tahun
3. Fase korporeal -Darah lengkap yang terdiri dari: -Pemberian vitamin C seperti jeruk, apel pada waktu makan
Fe2+ diserap enterosit masuk ke kapiler usus diikat hemoglobin rendah; dan minum preparat besi untuk meningkatkan absorbsi besi,
o/apotransferin (1 transferin ikat 2 mol Fe2+) MCV, MCH, dan MCHC rendah. serta menghindari bahan yang menghambat absorbsi besi
*Red cell distribution width (RDW) yang lebar dan MCV yang seperti teh, fosfat, dan fitat pada makanan.
Klasifikasi derajat defisiensi Fe rendah merupakan salah satu skrining defisiensi besi. Nilai -Menghindari minum susu yang berlebihan dan meningkatkan
1. Deplesi besi (cadangan Fe↓) RDW tinggi >14.5% pada defisiensi besi, bila RDW normal makanan yang mengandung kadar besi yang berasal dari
2. Eritropoeisis def besi (<13%) pada talasemia trait. hewan
(cadangan Fe kosong, penyediaan u/ eritropoeisis ↓) -Apusan darah tepi: mikrositik, hipokromik, anisositosis, dan
3. Anemia def besi poikilositosis.
(cadangan Fekosong, penyediaan u/ eritropoeisis ↓, -Kadar besi serum yang rendah, TIBC, serum ferritin <12 ng/mL
anemia secara laboraatorik) dipertimbangkan sebagai diagnostik defisiensi besi
-Nilai retikulosit: normal atau menurun, menunjukkan produksi
sel darah merah yang tidak adekuat.
-Serum transferrin receptor - (STfR): sensitif untuk menentukan
Etiologi defisiensi besi, mempunyai nilai tinggi untuk membedakan *Pada pasien ini, tatalaksana:
Perdarahan anemia defisiensi besi dan anemia akibat penyakit kronik
Ferrous sulfat 3 mg/kgBB/hari = 30 mg/24 jam/oral selama 2-3
Nutrisi -Kadar zinc protoporphyrin (ZPP) akan meningkat
bulan
Kebutuhan ↑
-Terapi besi - (therapeutic trial): respons pemberian preparat
Ggn absorpsi Pantau dengan retikulosit (biasanya meningkat pada hari
besi dengan dosis 3 mg/ kgBB/hari, ditandai dengan kenaikan
keempat), dan Hb (meningkat setelah 1 minggu)
jumlah retikulosit antara 5–10 hari diikuti kenaikan kadar
Patofisiologi
hemoglobin 1 g/dL atau hematokrit 3% setelah 1 bulan
Etiologi (perdarahan/nutrisi/kebutuhan/absorpsi) Iron
menyokong diagnosis anemia defisiensi besi. Kira-kira 6 bulan R/Ferrous sulfat 30 mg No XC
depleted state(negative iron balance: ↓ferritin serum;
setelah terapi, hemoglobin dan hematokrit dinilai kembali
↑absorpsi dlm usus)Eritropoeisis def Fe (↑free S 1 dd 1 a.c
untuk menilai keberhasilan terapi.
protoporfirin; saturasi transferin/rasio Fe dan TIBC↓;
TIBC↑) Anemia mikrositik hipokrom Kriteria diagnosis ADB menurut WHO: R/Asam ascorbat 200 mg No XC
1.Kadar Hb kurang dari normal sesuai usia S 1 dd 1 a.c
*Hitung Indeks Eritrosit 2.Konsentrasi Hb eritrosit rata-rata 31% (N: 32-35%)
MCV = Ht/RBC (dalam juta) x 10 3.Kadar Fe serum <50 μg/dL (N: 80-180 μg/dL)
MCH = Hb/RBC (dalam juta) x 10 4.Saturasi transferin <15% (N: 20-50%)
MCHC= Hb/Ht x 100%
Kriteria ini harus dipenuhi, paling sedikit kriteria nomor 1, 3,
Jawab: dan 4. Tes yang paling efisien untuk mengukur cadangan besi
MCV = 22/4 x 10 = 55 kolf (N=80-100 kolf) tubuh yaitu ferritin serum. Bila sarana terbatas, diagnosis
MCH = 7/4 x 10 =17.5 pg (N=27-32 pg) dapat ditegakkan berdasarkan:
MCHC =7/22 x 100% =31% Anemia tanpa perdarahan
Tanpa organomegali
Diagnosis Gambaran darah tepi: mikrositik, hipokromik, anisositosis, sel
Anemia def Fe target
Respons terhadap pemberian terapi besi

9.ALERGI

CONTOH KASUS DIAGNOSIS TATALAKSANA

SYOK ANAFILAKTIK Gejala Klinik Tatalaksana


Anak perempuan 4 tahun demam dan telah minum Kulit: gatal, kolfushing, pruritus, edema, urtikaria atau
paracetamol dan ampicillin. Tiba-tiba sesak dan tidak sadar. angioedema Suntik epinephrine dosis 0.01-0.03 ml/kgBB max 0.3 ml/IM
GCS 11, suhu 36.5, BB 13 kg, Pernapasan 40 kali/menit, Mata: gatal, merah, berair dipaha (kalau di paha tidak perlu di encerkan), kalau
Tekanan darah 80/60 mmHg, Nadi 124 kali/menit. GI: mual, muntah, sakit perut, diare diencerkan 0.1-0.3 ml/kgBB
Cardio: berdebar, nadi cepat dan lemah, TD turun, aritmia Pemberian epinephrine dapat diulangi setiap 5-15 menit max 3
Tatalaksana! Hidung: gatal, kongesti, rinore, bersin kali, awasi 8 jam
Mulut: gatal, bibir bengkak *Kalau diencerkan:
Definisi Dll: batuk, sesak, pusing Dispo 10 cc  Ambil NaCl 9 cc, Epinephrin 1 cc
Suatu reaksi alergi akut yang terjadi dalam beberapa menit (1 ampul = 1 mg/ml)
(cepat), sampai beberapa jam setelah kontak dengan suatu Hitung dosis: BB 13 kg x 0.3 ml/kgBB = 3.9 ml (suntikan
allergen pada individu yang telah sensitive terhadap allergen pertama)
tersebut. *Kalau tidak diencerkan:
Hipersensitivitas tipe I  dimediasi IgE BB 13 kg. Dosis = 0.01 x 13 = 0.13 mg (0.13 cc pakai dispo 1 cc
Etiologi tersering obat2an gol Penicillin tidak diencerkan, suntik IM)
10.ENDOKRIN

CONTOH KASUS DIAGNOSIS TATALAKSANA

1.DM TIPE 1 Anamnesis 1.Pemberian Insulin


Anak perempuan 14 tahun dibawa dengan sesak sejak 12 jam -Bentuk klasik: Polidipsi, poliuri, polifagi (Poliuria biasanya tidak
Dosis anak bervariasi berkisar anatara 0,7 – 1,0 U/kg/hari.
sebelum masuk RS. Kondisi pasien lemas, ada pusing, ada mual, diutarakan secara langsung oleh - orangtua kepada dokter,
Dosis insulin ini berkurang sedikit pada waktu remisi dan
ada muntah. Tidak batuk, tidak demam, tidak kejang, tidak yang sering dikeluhkan adalah anak sering mengompol,
kemudian meningkat pada saat pubertas. Regimen insulin yang
biru. Anak sulit makan dan minum. BAB BAK normal. mengganti popok terlalu sering, disertai infeksi jamur berulang
dapat diberikan adalah 2x, 3x, 4x, basal bolus, atau pompa
di sekitar daerah tertutup popok, dan anak terlihat dehidrasi)
insulin.. Penyuntikan setiap hari secara subkutan di paha,
Pasien memiliki riwayat didiagnosis DM Tipe 1 sejak 2014,
-Penurunan berat badan yang nyata dalam waktu 2-6 minggu lengan atas, sekitar umbilikus secara bergantian.
berobat di dokter spesialis anak di RS UH. Pasien menggunakan
disertai keluhan lain yang tidak spesifik
suntik insulin pada malam hari dan setiap sebelum makan 3 kali Insulin relatif stabil pada suhu ruangan asal tidak terpapar
sehari. Riwayat mual dan muntah sebelum berobat, serta -Pada kasus KAD: Awitan gejala klasik yang cepat dalam waktu panas yang berlebihan. Insulin sebaiknya disimpan di dalam
riwayat BAK dengan frekuensi sering, selalu merasa haus, dan beberapa hari: sering disertai nyeri perut, sesak napas, dan lemari es pada suhu 4-8 derajat C bukan dalam freezer.
merasa lapar. letargi - Potensi insulin baik dalam vial atau penfill yang telah dibuka,
masih bertahan 3 bulan bila disimpan di lemari es; setelah
Pemeriksaan fisis dan tanda klinis
BB 40 kg melewati masa tersebut insulin harus dibuang.
TB 148 cm Tanpa disertai tanda gawat darurat:
2.Pengaturan makan
Gizi baik -Polidipsi, poliuri, polifagi disertai penurunan berat badan
Jumlah kalori yang dibutuhkan: [1000 + (usia (tahun) x 100)]
kronik
KU sakit berat/Gizi baik/GCS 15 kalori per hari.
-“Irritable” dan penurunan prestasi sekolah
TTV dalam batas normal -Infeksi kulit berulang 60% berasal dari karbohidrat
Mata cekung, bibir pucat dan kering, ada napas cuping hidung, -Gagal tumbuh - Berbeda dengan DMT2 yang biasanya 25% berasal dari protein
pernapasan Kussmaul cenderung gemuk, anak-anak DMT1 biasanya kurus 15% berasal dari lemak
3 kali makan utama dan 3 kali makanan kecil.
Definisi Disertai tanda gawat darurat (KAD)
Penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia kronik 3.Olahraga
-Penurunan berat badan yang nyata dalam waktu cepat
akibat adanya gangguan pada sekresi insulin, kerja insulin, atau -Nyeri perut dan muntah berulang Pada umumnya terdiri dari pemanasan - selama 10 menit,
keduanya. Hal ini mengakibatkan terjadinya gangguan -Dehidrasi sedang sampai berat namun anak masih poliuria dilanjutkan 20 menit untuk latihan aerobik seperti berjalan
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. -Sesak napas, napas cepat dan dalam (Kussmaul) disertai bau atau bersepeda.
Etiologi aseton
Olahraga harus dilakukan paling sedikit 3 kali seminggu dan
Diabetes melitus tipe 1 (DMT1) terjadi akibat kerusakan sel β- - Gangguan kesadaran
sebaiknya dilakukan pada waktu yang sama untuk
pankreas sehingga terjadi defisiensi insulin secara absolut. -Renjatan
memudahkan pemberian insulin dan pengaturan makan. Lama
Proses kerusakan sel β-pankreas dapat terjadi akibat proses Pemeriksaan penunjang dan intensitas olahraga disesuaikan dengan toleransi anak.
autoimun maupun penyebab lain yang tidak diketahui
(idiopatik). Hal ini tidak termasuk kerusakan β-pankreas yang Kadar gula darah sewaktu >=200 mg/dL (11,1 mmol/L) 4.Edukasi
disebabkan oleh keadaan khusus seperti cystic fibrosis dan Pada penderita asimtomatis ditemukan kadar gula darah puasa
Edukasi pertama dilakukan selama perawatan di rumah sakit
defek mitokondria. lebih tinggi dari normal dan uji toleransi glukosa terganggu
yang meliputi:
pada lebih dari satu kali pemeriksaan.
-pengetahuan dasar mengenai DM tipe 1 (terutama perbedaan
-Kadar gula darah puasa >=126 mg/dL (yang dimaksud puasa
mendasar dengan DM tipe lainnya mengenai kebutuhan
adalah tidak ada asupan kalori selama 8 jam)
insulin),
-Kadar gula darah 2 jam pasca toleransi glukosa >=200 mg/dL -pengaturan makan,
(11,1 mmol/L). -insulin (jenis, dosis, cara penyuntikan, penyimpanan, efek
samping)
-Kadar C-peptida (menurun <0.85 ng/ml): untuk melihat fungsi
-pertolongan pertama pada kedaruratan medik akibat DM tipe
sel β residu yaitu sel β yang masih memproduksi insulin; dapat
1 (hipoglikemia, pemberian insulin pada saat sakit).
digunakan apabila sulit membedakan diabetes tipe 1 dan 2.
Patogenesis -Pemeriksaan HbA1c: dilakukan rutin setiap 3 bulan. 5.Monitoring
Destruksi sel beta, menyebabkan defisiensi insulin absolut Pemeriksaan HbA1c bermanfaat - untuk mengukur kadar Pemantauan dapat dilakukan secara langsung (darah) dan
(pada DM tipe 1) gukosa darah selama 120 hari yang lalu (sesuai usia eritrosit), secara tidak langsung (urin). Pemeriksaan glukosa darah secara
↓ menilai perubahan terapi 8-12 minggu sebelumnya, dan langsung lebih tepat menggambarkan kadar glukosa - pada saat
1.Menyebabkan gangguan pembentukan glikogen di otot  menilai pengendalian penyakit DM dengan tujuan mencegah pemeriksaan. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan secara teratur
Penyimpanan glikogen↓ sehingga ATP utk kontraksi terjadinya komplikasi diabetes. pada saat awal perjalanan penyakit, pada setiap penggantian
otot↓Respon rasa lapar↑polifagi; respon ke lemak; dosis insulin, atau pada saat sakit.
Usia balita 7.5%-8%
respon ke hepar
Usia sekolah 7%-7.5% Indikasi rawat inap
-respon ke lemak
Usia remaja 6.5-7%
-respon ke hepar Penderita baru (terutama <2 tahun) yang memulai terapi
Keduanya menyebabkan proses glukoneogenesis dan -Penanda autoantibodi: Hanya sekitar 70 – 80 % dari penderita insulin
glikogenolisis: DMT1 memberikan hasil pemeriksaan autoantibodi (ICA atau Ketoasidosis diabetikum (KAD)
1.Glukoneogenesis (lemak dikonversi menjadi islet cell autoantibody, IAA atau insulin auto antibody) yang Dehidrasi sedang sampai berat
glukosa)massa lemak↓kurus; penumpukan hasil positif, sehingga pemeriksaan ini bukan merupakan syarat Penderita dalam persiapan operasi dengan anestesi umum -
metabolism lemak bebas (keton) mutlak diagnosis. Hipoglikemia berat (kesalahan pemberian dosis insulin atau
2.Glikogenoslisis (glikogen dipecah menjadi glukosa) dalam keadaan sakit berat)
Keluarga penderita yang tidak siap melakukan rawat jalan
2.Menyebabkan glukosa darah meningkat  konsentrasi (memerlukan edukasi dan perawatan mandiri)
darah↑  osmosis (cairan interstitial ditarik ke intravascular)
- cairan interstitial sedikit  dehidrasi  polidipsi
- cairan intravascular banyak masuk ke ginjal
 glukosa tidak bisa seluruhnya diserap (glukosuria); cairan
yang difiltrasi banyak poliuri

TATALAKSANA KETOASIDOSIS DIABETIK


1.Rehidrasi 2.Insulin 3.Koreksi Elektrolit 4.Evaluasi
Atasi syok: NaCl 09% 20 ml/kgBB habis dalam Setelah syok teratasi dan resusitasi cairan Tentukan kadar Natrium dengan rumus Penurunan kesadaran dalam 24 jam pertama
15-20 menit. dimulai. adalah tanda awal edema cerebri.
Kadar Na terkoreksi=
Resusitasi cairan berdasarkan derajat Rapid insulin intravena, dosis: 0.05-0.1 R/Mannitol 1-2 gr/kgBB/intravena dengan
dehidrasi. unit/kgBB/jam dilarutkan dalam NaCl (bolus Na + 1.6 ((kadar gula darah-100):100) pada tetesan cepat
Jika GDS turun <250 mg/dl: ganti Dextrose insulin tidak perlu diberikan). hipernatremia: gunakan NaCl 0.45% hati2
5% dalam NaCl 0.45% Penurunan GDS tidak lebih cepat dari 75- edema otak
100mg/dl/jam. Kalium diberi sejak awal resusitasi cairan
Insulin IV stop dan asupan per oral dimulai kecuali anuria (hati2 hiperkalemiatrial
bila secara metabolic sudah stabil. fibrilasi)
Insulin subcutan: dosis 0.5-1 unit/kgBB/hari
atau untuk pasien lama sesuai dosis Dosis K = 5 mEq/kgBB/hari diberi dengan
sebelumnya. kekuatan larutan 20-40 mEq/L dengan
kecepatan tidak lebih dari 0.5 mEq/kg/jam
Pada asidosis metabolic tidak perlu koreksi
2.SHORT STATURE/HIPOTIROID Jawab:
Anak perempuan diantar ibunya pada tanggal 04/05/2016,
anak lahir tanggal 17/08/2014. BB 10 kg, TB 75 cm, LK 40 cm. 3 1.Umur kronologis:
bulan sebelumnya BB 9.8 kg,PB 74 cm, LK 35 cm. TB ayah 167 2016-05-04 tanggal ditambah 30, bulan (dikurang 1, ditambah 12), tahun dikurang 1
cm, TB ibu 163 cm. 2014-08-17-

Pertanyaan: 2015-16-34
-Berapa umur kronologis? 2014-08-17-
-Status gizi? 0001-08-17 (Usia kronologis 1 tahun 8 bulan 17 hari)
-Interpretasi pertumbuhan anak?
-Konseling yang anda berikan berdasarkan hasil assessment 2.Status gizi:
pertumbuhan! BB/TB = terletak di antara median dan +1SD (gizi baik)
BB/U = terletak di antara median dan -2SD (BB cukup)
Atau pake CDC:
TB/U = 75/83 x 100% = 90% (mild stunting)
LK = 40 cm (45 cm-51 cm)mikrocephal

3.Target parental height


(𝑇𝐵𝑎𝑦𝑎ℎ+𝑇𝐵 𝑖𝑏𝑢+13 𝑐𝑚 (𝑇𝐵𝑎𝑦𝑎ℎ+𝑇𝐵 𝑖𝑏𝑢−13 𝑐𝑚)
𝐴𝑛𝑎𝑘 𝑙𝑎𝑘𝑖2 = ± 8.5 𝑐𝑚; 𝐴𝑛𝑎𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑒𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛 = ± 8.5 𝑐𝑚
2 2
167+163−13
= ± 8.5 𝑐𝑚 = 150 𝑐𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎𝑖 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 167 𝑐𝑚 (plot di kurva CDC)
2

4.Konseling:
Anjuran untuk pemeriksaan selanjutnya:
a)Periksa bone age
Usia <1 tahun : foto bone age epifisis femur
Usia >1 tahun : foto bone age manus sinistra
Atau
b)Analisa kromosomcuriga sindrom Turner (kehilangan kromosom X 23 yang berpasangan)
cirinya leher lebar, banyak tahi lalat, wajah dismorfik, metacarpal 1 pendek, atau jari dan kuku kecil
Atau
c)Periksa TSH dan FT4curiga hipotiroid jika TSH tinggi dan FT4 rendah, hipotiroid subklinis jika TSH tinggi, FT4 normal
TSH normal: 0.270-4.20 mikroIU/ml
FT4 0.93-1.7 ng/ml
R/Levothyroxine 1.6 mcg/kgBB/hari
sediaan 25 mcg, 50 mcg, 75 mcg
Golden period terapi hipotiroid 3 tahun pertama, jika tidak terapi bisa gagal tumbuh dan retardasi mental
d)Periksa Kalsium, fosfor dan alkaline curiga def vit D
e)Bone survey  skeletal dysplasia

Rujuk ke spesialis anak


11.PEDSOS

CONTOH KASUS TATALAKSANA

1.KPSP A. PERSIAPAN
Anak laki-laki dibawa ibunya ke poli tumbuh kembang pada Sapalah anak, ibu /keluarga dengan ramah dan perkenalkan diri
tanggal 12/04/2016. Lahir tanggal 01/08/2014. Lahir usia Jelaskan tujuan pemeriksaan anak pada ibu/keluarga
gestasi 32 minggu. Tanyakan tanggal lahir dan adakah keluhan ibu/keluarga tentang anaknya.
Jika anak belum mencapai usia skrining, minta ibu datang pada usia skrining terdekat.
Pertanyaan: Apabila ada keluhan masalah tumbuh kembang, sedang usia anak bukan usia skrining, pemeriksaan digunakan KPSP terdekat yang
a.Hitung usia kronologis lebih muda.
b.Hitung usia koreksi Periksa pasien dalam ruangan yang tenang dan perhatian anak tidak mudah teralihkan
c.KPSP seusai usianya!
B. PEMERIKSAAN
Menetukan formulir KPSP berdasarka tanggal lahir dan tanggal pemeriksaan ( bila usia >16 hari dibulatkan 1 bulan)
Jawab:
Memilih alat bantu pemeriksa yang sesuai
a.Usia kronologis:
Tanyakan secara berututan pertanyaan satu persatu. Setiap pertanyaan hanya ada satu jawaban, YA atau TIDAK; catat jawaban
2016-04-12bulan ditambah 12, tahun dikurang 1
tersebut pada formulir. Lakukan pertanyaan pada ibu atau perintah pada anak sampai 10 pertanyaan selesai.
2014-08-01-
C. KESIMPULAN
2015-16-12 Menghitung jumlah YA pada formulir KPSP
2014-08-01- Skor 9-10 : SESUAI
0001-08-11 (usia kronologis: 1 tahun 8 bulan 11 hari) Skor 7-8 : MERAGUKAN
SKOR <6 : PENYIMPANGAN
b.Usia koreksi:*kalau sudah 2 tahun ke atas, prematur
dianggap sama dengan bayi lainnya, jd kalau 2 tahun tdk perlu D.INTERVENSI
hitung usia koreksi SESUAI : Beri pujian ibu karena telah mengasuh anak dengan baik.Teruskan pola asuh sesuai dengan tahapan perkembangan. Beri
40 minggu-usia gestasi = 40-32=8 minggu (hitung mundur) stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering mungkin, sesuai usia dan kesiapan anak. Ingatkan untuk pemeriksaan KPSP
1 tahun 8 bulan 11 hari dikurangi 8 minggu (2 bulan) pada usia 3 bulan selanjutnya
1 tahun 6 bulan 11 hari

c.KPSP usia 18 bulan MERAGUKAN : Beri petunjuk pada ibu/keluarga agar melakukan stimulasi perkembangan pada anak lebih sering lagi, setiap saat
dan sesering mungkin. Ajari ibu untuk mengintervensi stimulasi perkembangan anak untuk mengejar ketinggalannya. Lakukan
pemeriksaan fisik lainnya untuk menunjang adanya penyakit yang menyebabkan keterlambatan perkembangan Evaluasi kembali
setelah 2 minggu jika tetap 7 atau 8 lakukan pemeriksaan lanjutan lainnya

PENYIMPANGAN : Lakukan pemeriksaan anak secara menyeluruh. Anamnesis, pemeriksaan fisis umum dan neuorologik dan
pemeriksaan penunjang bila ada indikasi. Anjurkan utk tetap stimulasi, lalu rujuk.

2.IMUNISASI BCG, Pentabio, Polio.


Bayi perempuan dibawa ibunya ke poli tumbuh kembang, usia
2 bulan, mau vaksinasi. Lahir cukup bulan 3 kg, PB 51 cm, LK 32 BCG: suntikan intrakutan di deltoid kanan, dosis 0.05 ml.
cm. Bayi sudah dapat vaksin HB0 dan OPV. Pentabio: suntikan intramuscular di anterolateral m.femoralis (ganti paha kanan, paha kiri), dosis 0.5 ml
Polio: oral, 2 tetes
Pertanyaan:
Vaksin apa untuk bayi? Jelaskan tatalaksana imunisasi! Untuk 9 bulan: Campaksuntikan subkutan di deltoid kiri
12.PGD

CONTOH KASUS TATALAKSANA

1.RESUSITASI INTRAVENA + INFUS BOLUS ABC, pasang infuse, bolus dextrose 10% 5 ml/kgBB (kalau neonatus 2 cc/kgBB) habis dalam 5 menit.
Bayi 4 bulan 6 kg, tidak sadar dari 2 jam yang lalu. Anak malas Evaluasi
menetek, kejang 5 menit. Tidak demam, tidak sesak. BAB BAK Tidak sesak tapi kesadaran menurun  pasang oksigen
normal. Ubunt-ubun belum menutup, tidak menonjol. GDS 30.
Penanganan!

2.RESUSITASI ANAK 1.Tentukan tingkat kesadaran (AVPU: Alert, Verbal, Pain, Unresponsive). Bila ada tanda kegawatdaruratan (anak tidak berespon)
2.Shout for help
3.Jauhkan dari bahaya, posisikan pasien di tempat yang datar
4.Evaluasi ABC
Airway: ada obstruksi atau tidak
Breathing: bernapas/megap2/apneu
Circulation:nadi teraba/tidak, CRT<3 detik
5.Bila dari evaluasi didapatkan tanda kegawatdaruratan

AIRWAY
Buka jalan napas: Head tilt-chin lift
Lakukan look, listen, feel
BREATHING
Nilai frekuensi napas, FJ <100 kali/menit
Pasang sungkup, VTP 20 kali/menit (anak 1-8 tahun)
Nilai sirkulasi setelah 2-5 kali pemberian bantuan napas
CIRCULATION
Nilai frekuensi jantung (a.karotis pada anak, a.brachialis pada bayi, a.umbilicus pada neonatus)
Jika FJ < 60 kali/menit, kompresi dada dengan:
-1 pangkal telapak tangan (anak)
-2 atau 3 jari (bayi)
-2 ibu jari (neonatus)
Sebanyak:
Dua penolong 15:2
Satu penolong 30:2
Neonatus 3:1
Sebanyak 5 siklus, evaluasi tiap selesai 1 siklus
DRUGS
Jika tidak berhasil:
Pemberian epinefrin intravena, ambil dispo 10 cc = 1 cc epi + 9 cc NaCl
Hitung BB: 10 kg x 0.3 ml/kgBB suntikan pertama = 3 cc
13.NICU

1.MANAJEMEN LAKTASI

Sapalah ibu dan keluarganya dengan ramah, perkenalkan diri anda serta tanyakan keadaannya
Berikan konseling dan motivasi pada ibu tentang manfaat ASI (manfaat bagi bayi, ibu, keluarga, negara)
Meminta persetujuan ibu untuk diajarkan tentang teknik menyusui
Persiapan Ibu
Meminta ibu mencuci tangan dengan sabun dan air
Tempatkan ibu pada posisi yang nyaman
Minta ibu untuk mengeluarkan sedikit ASI dengan cara meletakkan ibu jari dan jari telunjuk sejajar di tepi areola, kemudian tekan ke arah dinding dada lalu dipencet sehingga ASI mengalir
keluar. Minta ibu untuk mengoleskan ASI tersebut pada puting susu dan areola sekitarnya. Menjelaskan ke ibu bahwa hal ini bermanfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban
puting susu.
Posisi Bayi
Minta ibu untuk menempatkan kepala bayi pada lengkung siku ibu, kepala bayi tidak boleh tertengadah, sokong badan bayi dengan lengan dan bokong bayi ditahan dengan telapak
tangan ibu. Minta ibu untuk memegang bayi dengan satu lengan saja.
Minta ibu untuk menempatkan satu lengan bayi di bawah ketiak ibu dan satu di depan
Minta ibu untuk meletakkan bayi menghadap perut/payudara ibu, perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara sehingga telinga dan lengan bayi berada pada satu
garis lurus.
Minta ibu untuk menatap bayinya dengan kasih saying
Perlekatan bayi
Minta ibu untuk memegang payudara dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang di bawah. Jangan menekan puting susu atau areolanya saja.
Minta ibu untuk memberi rangsangan kepada bayi agar membuka mulut (rooting reflex) dengan cara :
 menyentuh pipi dengan puting susu, atau
 menyentuh sisi mulut bayi
Setelah bayi membuka mulut, minta ibu untuk dengan cepat mendekatkan kepala bayi ke payudara ibu dengan puting serta areola dimasukkan ke mulut bayi:
- Usahakan sebagian besar areola dapat masuk ke dalam mulut bayi
- Setelah bayi mulai mengisap, payudara tak perlu dipegang atau ditopang lagi
Perhatikan tanda-tanda perlekatan bayi yang baik:
- dagu bayi menempel di payudara (C = chin)
- sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi, terutama areola
bagian bawah (A= areola)
- bibir bayi terlipat keluar (bibir atas terlipat ke atas dan bibir bawah
terlipat ke bawah) sehingga tidak mencucu (L= lips)
- mulut terbuka lebar (M = Mouth)
Melepas isapan
Minta ibu untuk ganti menyusui pada payudara yang lain apabila pada satu payudara sudah terasa kosong. Minta ibu melepas isapan dengan cara:
- jari kelingking dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut,
atau
- dagu bayi ditekan ke bawah
Minta ibu agar menyusui berikutnya dimulai dari payudara yang belum terkosongkan (yang diisap terakhir)
Setelah selesai menyusui, minta ibu untuk mengeluarkan ASI sedikit kemudian oleskan pada puting susu dan areola sekitarnya. Biarkan kering dengan sendirinya.
Menyendawakan bayi
Minta ibu untuk menyendawakan bayi dengan cara:
- bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian
punggungnya ditepuk perlahan-lahan, atau
- Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu, kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan
2.RESUSITASI NEONATUS
Dipanggil utk menolong bayi, saat datang alat resusitasi tersedia.
Bayi cukup bulan, tonus otot lemah, tidak segera menangis.
Lakukan persiapan tempat dan alat
Lakukan resusitasi pada bayi, lakukan penilaian tiap melakukan tindakan
Tanyakan hasil penilaian pada penguji!

Catatan:
SpO2 target: 88-92%
1 menit pertama <90% tidak adekuat, curiga obstruksi
2 menit tidak ada pengembangan dada, lakukan intubasi
Saturasi 1 menit:
Pertama 60-70%
Kedua 65-85%
Ketiga 70-90%

HR bagus, saturasi+retraksi CPAP (butuh PEEP saja)


HR <60  resusitasi (ikuti pathway, tetap VTP dulu, jika VTP dan masih <60 baru kompresi dada)

Bayi lahir3 pertanyaan: 1)Cukup bulan? 2)Tonus otot baik? 3) Menangis/bernapas?


Jika YA: Taruh di perut ibu,
bersihkan jalan napas,
penilaian warna kulit,
keringkan,
2 menit setelah lahir potong tali pusat,
IMD 1 jam,
Vit K di paha kiri dan HB0 di paha kanan, salep mata,
rawat gabung, dan atur jadwal menyusui

Jika TIDAK:
Siapkan alat dan bahan
1.Suction, lampu (infant warmer), sungkup selang O2, stetoskop, laringoskop, selimut 3 lapis, pulse oxymetri, reservoir
2.Cuci tangan dan pakai handscoen
3.Nyalakan lampu, letakkan pengganjal kepala bayi, selimut dibentangkan
HPIKRAPO (30 detik)
Hangatkan (pakaikan selimut),
Posisikan (penolong dekat kepala bayi),
Isap lendir (mulut dulu baru hidung),
Keringkan (dengan handuk dari atas ke bawah dengan cepat, buang)
Rangsang taktil (tepuk2 kaki),
Posisikan kembali (perbaiki selimut, pakaikan topi)

Evaluasi
Napas megap2? (pengembangan dada)
Frekuensi Jantung? (dengar dengan stetoskop HR di dada kiri,liat jam, dalam 6 detik x 10)
Pasang saturasi di lengan kanan (kalau ada)
Jawab:
Apneu, HR < 100

Sambungkan ke selang oksigen flow 9-10 liter/menit
Pasang sungkup sesuai, tangan bentuk huruf C atau E
Mata melihat ke jam lalu ke dada bayi
Ventilasi siap! (30 detik)
1,pas,pas.2,pas,pas…sampai 30 pas,pas. (VTP 30 kali dalam 30 detik)

Evaluasi
Dada masih tidak mengembang, FJ < 100
Lakukan: SR-IBTA
(dilakukan terpisah, SR dulu, lanjut VTP lagi baru IBTA)
Sungkup (perbaiki sungkup)
Reposisi
Isap lendir
Buka mulut
Tekanan dinaikkan
Alternatif (epinefrin dan intubasi)

Evaluasi
Napas megap2? (pengembangan dada)
Frekuensi Jantung? (dengar dengan stetoskop HR di dada kiri,liat jam, dalam 6 detik x 10)
Jawab:
HR < 60

Telusuri arcus costae, 1 jari diatas processus xyphoideus
Posisi 2 ibu jari menungging, jari2 lainnya rapat di belakang
Kompresi dada siap! (60 detik)
1,2,3-1
1,2,3-2
1,2,3-3
Sampai 60 detik

Evaluasi
Napas megap2? (pengembangan dada)
Frekuensi Jantung? (dengar dengan stetoskop HR di dada kiri,liat jam, dalam 6 detik x 10)
Jawab:
HR > 100

Perawatan pasca resusitasi: Pakaikan selimut,posisikan kembali

Anda mungkin juga menyukai