Anda di halaman 1dari 10

TUGAS FARMAKOTERAPI I

“RHINITIS”

OLEH :

KELOMPOK V

KELAS A

JUMARNI O1A117026
LA ODE MUHAMMAD ARLAN O1A117027
LIVIA SEPTIANI RAMLI O1A117030
MUHAMMAD FADHLI O1A117032
MUHAMMAD NUZUL ARKHAM O1A117033
NURFAUZIAH O1A117046
NURFITRIANI MAGHFIRAH PUDO O1A117047

DOSEN : ASNIAR, S.Farm., M.Sc., Apt.

PRODI S1 FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan
rahmat serta karunia-Nya, maka penulisan makalah Farmakoterapi yang bertema
“Kanker Payudara Stadium Lanjut” dapat terselesaikan dengan baik.
Terimakasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan
makalah ini.
Selain itu, kami berharap makalah ini dapat berguna bagi saya dan teman-
teman pada umumnya, dalam perkuliahan kita nantinya. Kami menyadari bahwa
makalah yang kami buat ini belum dapat di katakan baik, masih banyak
kesalahan yang terdapat di dalam makalah yang kami buat ini. Untuk itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran dari rekan-rekan sekalian demi perbaikan
makalah-makalah kami selanjutnya. Terima kasih.

Kendari, November 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................... i

DAFTAR ISI.............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 2
C. Tujuan ............................................................................3
D. Manfaat ..........................................................................3

BAB II PEMBAHASAN
A. Patofisiologi .......................................................................... 4
B. Gejala Klinik........................................................................ 4
C. Sasaran dan Strategi Terapi .............................................. 5
D. Penataanlaksanaan dan Evaluasi Obat ............................ 6
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ................................................................................... 24
KASUS ..................................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA .
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rinitis didefinisikan sebagai peradangan dari membran hidung yang
ditandai dengan gejala kompleks yang terdiri dari kombinasi beberapa gejala
berikut : bersin, hidung tersumbat, hidung gatal dan rinore. Mata, telinga, sinus
dan tenggorokan juga dapat terlibat. Rinitis alergi merupakan penyebab
tersering dari rinitis.
Rinitis alergi adalah peradangan pada membran mukosa hidung, reaksi
peradangan yang diperantarai IgE, ditandai dengan obstruksi hidung, sekret
hidung cair, bersin-bersin, dan gatal pada hidung dan mata. Rinitis alergi
mewakili permasalahan kesehatan dunia mengenai sekitar 10 – 25% populasi
dunia, dengan peningkatan prevalensi selama dekade terakhir. Rinitis alergi
merupakan kondisi kronik tersering pada anak dan diperkirakan mempengaruhi
40% anak-anak. Sebagai konsekuensinya, rinitis alergi berpengaruh pada
kualitas hidup, bersama-sama dengan komorbiditas beragam dan pertimbangan
beban sosial-ekonomi, rinitis alergi dianggap sebagai gangguan pernafasan
utama. Tingkat keparahan rinitis alergi diklasifikasikan berdasarkan pengaruh
penyakit terhadap kualitas hidup seseorang. Diagnosis rinitis alergi melibatkan
anamnesa dan pemeriksaan klinis yang cermat, lokal dan sistemik khususnya
saluran nafas bawah.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini, yaitu :
1.2.1 Bagaimana patofisiologi rhinitis alergi ?
1.2.2 Bagaimana gejala klinik rhinitis alergi ?
1.2.3 Bagaimana sasaran dan terapi rhinitis alergi ?
1.2.4 Bagaimana penataanlaksanaan dan evaluasi obat rhinitis alergi ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui rhinitis alergi
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui patofisiologi rhinitis alergi
b. Untuk mengetahui gejala klinik rhinitis alergi
c. Untuk mengetahui sasaran dan terapi rhinitis alergi
d. Untuk mengetahui penataanlaksanaan dan evaluasi obat rhinitis
alergi
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Umum
Agar mahasiswa dapat mengetahui rhinitis alergi
1.4.2 Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa mengetahui patofisiologi rhinitis alergi
b. Agar mahasiswa mengetahui gejala klinik rhinitis alergi
c. Agar mahasiswa mengetahui sasaran dan terapi rhinitis alergi
d. Agar mahasiswa mengetahui penataanlaksanaan dan evaluasi obat
rhinitis alergi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Patofisiologi rhinitis alergi
Rhinitis alergik merupakan bentuk alergi respiratorius yang paling sering
ditemukan dan diperkirakan diantarai oleh reaksi imunologi cepat (hipersensitive
I). Rhinitis adalah suatu inflamasi ( peradangan ) pada membran mukosa di hidung.
(Dipiro, 2005 ). Rhinitis Alergi melibatkan peradangan selaput lendir hidung dalam
kepekaan individu ketika partikel alergenik inhalasi kontak selaput lendir dan
mendapatkan respon yang dimediasi oleh antibodi E (IGE). Ada dua jenis: musiman
dan persisten (sebelumnya disebut "abadi") Alergi rhinitis (Dipiro, 2012).
Alergen udara memasuki hidung selama inhalasi dan diproses oleh limfosit,
yang menghasilkan IgE spesifik antigen, sensitisasi host secara genetik cenderung
untuk agen tersebut. Pada paparan ulang hidung, IgE terikat pada sel Mast yang
berinteraksi dengan alergen di udara, memicu pelepasan mediator inflamasi. Reaksi
langsung terjadi dalam hitungan detik sampai menit, yang mengakibatkan
pelepasan yang cepat terhadap mediator yang baru terbentuk dan yang baru
dihasilkan dari kaskade asam arakidonat. Mediator hipersensitivitas langsung
termasuk histamin, leukotriena, prostaglandin, tryptase, dan Kinins. Mediator ini
menyebabkan vasodilatasi, peningkatan permeabilitas pembuluh darah, dan
produksi sekresi hidung. Histamin menghasilkan rhinorrhea, gatal, bersin, dan
obstruksi hidung. Reaksi fase akhir dapat terjadi 4 hingga 8 jam setelah paparan
alergen awal akibat pelepasan sitokin dari sel Mast dan limfosit penolong timus
yang diturunkan. Respons inflamasi ini menyebabkan gejala kronis yang persisten,
termasuk hidung tersumbat (Dipiro, 2012).
Tepung sari yang dihirup, spora jamur, dan antigen hewan di endapkan
pada mukosa hidung. Alergen yang larut dalam air berdifusi ke dalam epitel,
dan pada individu individu yang kecenderungan atopik secara genetik, memulai
produksi imunoglobulin lokal (Ig ) E. Pelepasan mediator sel mast yang baru,
dan selanjutnya, penarikan neutrofil, eosinofil, basofil, serta limfosit
bertanggung jawab atas terjadinya reaksi awal dan reaksi fase lambat terhadap
alergen hirupan. Reaksi ini menghasilkan mukus, edema, radang, gatal, dan
vasodilatasi. Peradangan yang lambat dapat turut serta menyebabkan
hiperresponsivitas hidung terhadap rangsangan nonspesifik suatu pengaruh
persiapan. (Mansjoer dkk.,1993).
2.2 Gejala Klinik
a. Berdasarkan cara masuknya allergen dibagi atas :
 Alergen Inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan,
misalnya debu rumah, tungau, serpihan epitel dari bulu binatang
serta jamur
 Alergen Ingestan, yang masuk ke saluran cerna, berupa makanan,
misalnya susu, telur, coklat, ikan dan udang
 Alergen Injektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan,
misalnya penisilin atau sengatan lebah
 Alergen Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit atau
jaringan mukosa, misalnya bahan kosmetik atau perhiasan
b. Dengan masuknya allergen ke dalam tubuh, reaksi alergi dibagi menjadi
tiga tahap besar :
1. Respon Primer, terjadi eliminasi dan pemakanan antigen, reaksi non
spesifik
2. Respon Sekunder, reaksi yang terjadi spesifik, yang membangkitkan
system humoral, system selular saja atau bisa membangkitkan kedua
system terebut, jika antigen berhasil dihilangkan maka berhenti pada
tahap ini, jika antigen masih ada, karena defek dari ketiga
mekanisme system tersebut maka berlanjut ke respon tersier
3. Respon Tersier , Reaksi imunologik yang tidak meguntungkan
c. Sedangkan klasifikasi yang lebih baru menurut guideline dari Mansjoer
dkk.,1993 , (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) didasarkan pada waktu
terjadinya gejala dan keparahannya adalah:
Berdasarkan lamanya terjadi gejala
Klasifikasi Gejala dialami selama
Intermitten Kurang dari 4 hari seminggu, atau
kurang dari 4 minggu setiap saat
kambuh.
Persisten Lebih dari 4 hari seminggu, atau
lebih dari 4 minggu setiap saat
kambuh.
Berdasarkan keparahan dan kualitas hidup
Ringan Tidak mengganggu tidur, aktivitas
harian, olahraga, sekolah atau
pekerjaan. Tidak ada gejala yang
mengganggu.
Sedang sampai berat Terjadi satu atau lebih kejadian di
bawah ini:
1. Gangguan tidur
2. gangguan aktivitas harian,
kesenangan, atau olah raga
3. gangguan pada sekolah atau
pekerjaan
4. gejala yang mengganggu
a. Rinitis Nonalergi
1. Rinitis vasomotor
Keseimbangn vasomotor ini dipengaruhi berbagai hal :
a) Obat-obatan yang menekan dan menghambat kerja saraf simpatis,
seperti: ergotamin, klorpromazin, obat antihipertensi, dan obat
vasokontriktor lokal.
b) Faktor fisik, seperti iritasi asap rokok, udara dingin, kelembapan
udara yang tinggi, dan bau yang merangsang
c) Faktor endokrin, seperti : kehamilan, pubertas, dan hipotiroidisme
d) Faktor psikis, seperti : cemas dan tegang ( kapita selekta)
2. Rinitis Medikamentosa
Rinitis Medikamentosa merupakan akibat pemakaian
vasokonstriktor topical (obat tetes hidung atau obat semprot hidung)
dalam waktu lama dan berlebihan, sehingga menyebabkan sumbatan
hidung yang menetap. Dapat dikatakan hal ini disebabkan oleh
pemakaian obat yang berlebihan (Drug Abuse).
3. Rinitis Atrofi
Belum jelas, beberapa hal yang dianggap sebagai penyebabnya
seperti infeksi oleh kuman spesifik, yaitu spesies Klebsiella, yang
sering Klebsiella ozanae, kemudian stafilokok, sreptokok,
Pseudomonas aeruginosa, defisiensi Fe, defisiensi vitamin A, sinusitis
kronik, kelainan hormonal, dan penyakit kolagen. Mungkin
berhubungan dengan trauma atau terapi radiasi.

Anda mungkin juga menyukai