Makalah Sayang
Makalah Sayang
Sebagai seorang muslim, sudah seharusnya kita mengenal dan mengakui bahwa figur
manusia ideal dipenuhi sepenuhnya oleh Rosulullah saw, tidak ada yang meragukan
keagungan akhlaq Beliau, bahkan orang Quraisy sekalipun mengakui kemuliaan
akhlaq Rosulullah. Maka sudah sepantasnya Beliau kita jadikan kiblat atas seluruh
perilaku kita sehari- hari, bahkan Allah sendiri telah mengukuhkan Beliau sebagai
teladan bagi seluruh manusia dalam firman-Nya :
“ sesungguhnya telah ada pada ( diri ) Rosulullah itu suri teladan yang baik bagimu...”
(Al Ahzab: 21)
Aqidah yang bersih adalah ciri pertama yang harus dimiliki seorang muslim.
Dengan aqidah yang bersih, dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan-Nya.
Dengan aqidah yang bersih ini, seorang muslim akan melakukan segala sesuatu
karena mengharap ridho Allah (lillahi ta’ala), hanya tunduk kepada-Nya, taat kepada
–Nya, hanya Allah yang ditakutinya, melakukan apa yang Dia perintahkan dan
menjauhi larangan-Nya, dan menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah.
“ sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah,
Tuhan semesta Alam.“ ( Al An’am : 162).
1
Akhlaq yang mulia merupakan sikap dan perilaku yang yang harus diterapkan seorang
muslim dalam kehidupannya sehari- hari, baik dalam hubungannya dengan Allah
maupun dalam hubungannya dengan sesama makhluk-Nya. Begitu pentingnya
memiliki akhlaq yang mulia bagi umat manusia, maka Rosulullah diutus untuk
memperbaiki akhlaq dan Beliau sendiri telah mencontohkannya kepada kita, bahkan
Allah telah mengabadikan keagungan akhlaq Beliau dalam ayat cinta-Nya :
“ dan sesungguhnya kamu benar- benar memiliki akhlaq yang agung “ ( Al Qalam :
4)
2
Salah satu kepribadian yang harus dimiliki seorang muslim adalah mampu
melawan hawa nafsunya, karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang
baik atau yang buruk.
“ maka Allah mengilhamkan kepadanya kedurhakaan dan ketaqwaannya. Sungguh
beruntung orang yang menyucikannya. Dan sungguh merugi orang yang
mengotorinya.” (Asy Syams : 8-10 )
Pengertian Karakter
Dalam terminologi Islam, karakter disamakan dengan khuluq (bentuk tunggal
dari akhlaq) akhlak yaitu kondisi batiniyah dalam dan lahiriah (luar) manusia. Kata
akhlak berasal dari kata khalaqa (ََ ) َخلَقyang berarti perangai, tabiat, adat istiadat.
Menurut pendekatan etimologi kata akhlaq berasal dari basaha arab yang bentuk
mufradnya adalah khuluqun (َ ) ُخلُقyang menurut logat diartikan budi pekerti, perangai,
tingkah laku atau tabiat. Kalimat ini mengandung segi persesuaian dengan perkataan
khalqunَ ))خ َْلقyang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan khaliq ) )خَا ِلق
yang artinya pencipta, dan makhluk (َ ) َم ْخلُقyang artinya yang diciptakan.
a. Amanah
Amanah adalah bersikap jujur dan dapat diandalkan dalam menjalankan
komitmen, tugas, dan kewajiban. Amanah juga dipandang sebagai sikap jujur,
tidak menipu atau mencuri, tangguh dalam melakukan apa yang dikatakan,
memiliki keberanian untuk melakukan hal yang benar,
membangun reputasi yang baik, dan setia pada keluarga, teman, dan negara
(Character Center). Dalam karakter Amanah tekandung sikap Kejujuran dan
integritas.
b. Rasa Hormat
Rasa hormat (respect) merupakan cara merasakan dan berperilaku. Rasa hormat
adalah suatu sikap penghargaan, kekaguman, atau penghormatan kepada pihak
lain. Rasa hormat sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Anak-anak biasa
diajarkan untuk menghormati orangtua, saudara, guru, orang dewasa, aturan
sekolah, keluarga, peraturan lalulintas, dan budaya serta tradisi yang dianut
dalam masyarakat. Rasa hormat itu harus dibangun dan dikembangkan melalui
jalur pendidikan khususnya di dalam ruang kelas di samping diajarkan dalam
lingkungan rumah tangga dan masyarakat
3
c. Tanggung Jawab
Tanggung jawab (responsibility) adalah suatu tugas atau kewajiban untuk
melakukan atau menyelesaikan tugas dengan penuh kepuasan (yang diberikan
oleh seseorang, atau atas janji atau komitmen sendiri) yang harus dipenuhi
seseorang, dan yang memiliki konsekuen hukuman terhadap kegagalan. Bertanggung
jawab berarti bertanggung jawab atas berbagai pilihan dalam menjalani
kehidupan dengan damai, aman, dan sejahtera. Hal ini berarti bahwa kita
bertanggung jawab terhadap apa yang kita pikirkan, rasakan, dan lakukan.
d. Keadilan (adil)
Adil merupakan suatu kata yang mudah diungkapkan namun sangat sulit untuk
dilakukan. Kesulitannya karena melibatkan keadaan keikhlasan hati untuk
membedakan antara kepentingan individu atau kelompok sendiri dan
kepentingan individudan kelompok lain. Adil yang juga mempunyai pengertian
menempatkan sesuatu pada tempatnya sesuai dengan porsi dan kapasitasnya dalam
suatu hal. Keadilan memang sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh semua orang,
tanpa keadilan mustahil sesuatu dapat dibangun dengan baik. Keadilan dapat dilihat
dari segi proses, kenetralan dan persamaan.
e. Kepedulian (peduli)
Kepedulian adalah merasakan kekhawatiran tentang orang lain atau sesuatu.
Misalnya, ketika melihat teman dalam keadaan susah atau sakit, muncul perasaan
yang sama seperti yang dirasakan oleh teman lalumendapat dorongan untuk
merawatnya. Dalam hubungannya dengan kepedulian ini, islam mengajarkan
umatnya untuk selalu bertahniah dan bertakziah. Bertahniah adalah keikutsertaan
seseorang dalam merasakan kebahagiaan bersama orang yang diberi kebahagiaan.
Begitu pula dengan bertakziah, yakni ikut merasakan kesusahan bersama orang
yang diberi kesusahan, seperti menderita sakit, musibah kebakaran, kehilangan
harta, atau kematian. Kepedulian seperti ini merupakan bagian yang tak terpisahkan
dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
f. Nasionalis
Kewarganegaraan (citizenship) atau disebut juga dengan nasionalis menunjukkan
hubungan antara seseorang dengan negara atau kesatuan negara. Membangun
karakter seperti ini harus menjadi tanggung jawab semua pihak, baik itu orangtua
dalam mendidik anaknya di rumah tangga, masyarakat dalam melakukan
pemberdayaan masyarakatnya, dan khususnya sekolah yang berperan aktif dalam
pembentukan karakter nasionalisme. Karakter nasionalime merupakan suatu
karakter hidup bersama dalam suatu komunitas yang selalu menjalankan peraturan
4
bersama demi untuk kesejahteraan dan ketentraman bersama selaku warga Negara
(Muhammad Yaumi, 2014: 62-80).
Rasulullah SAW mampu menanamkan karakter dan sifat jujur pada diri Abu
Bakar, karakter bertanggung jawab dan peduli terhadap masyarakat pada diri Umar
bin Khaththab, karakter peduli sosial yang terdapat pada diri Usman bin ‘Affan,
karakter cinta ilmu, patuh dan taat yang telah mengkristal dalam diri Ali bin Abi
Thalib dan sahabat-sahabat lainnya.
Setelah mencermati keberhasilan Rasulullah SAW dalam melakukan pendidikan
karakter para sahabatnya, maka timbul pertanyaan bagaimana pola yang digunakan
Nabi SAW dalam membentuk karakter sahabat-sahabatnya hingga menjadi generasi
unggul dalam berbagai karakter Islami?
2.Berbasis Agama
Pembentukan karakter Islami tidak bisa dipisahkan dengan proses pendidikan
Islam. Sebab inti dari pendidikan Islam itu adalah menanamkan dan membentuk
akhlak/karakter yang Islami kepada peserta didik. Pendidikan Islam adalah
pendidikan akhlak untuk kebaikan kehidupan manusia, mewujudkan keseimbangan
yang sempurna pada kepribadian, menggabungkan antara iman, akhlak, ilmu dan
amal. Pendidikan tidak akan bermakna tanpa unsur-unsur itu. Tujuan pendidikan
Islam adalah mendidik muslim agar menjadi beradab. Inilah yang membedakan
pendidikan Islam dengan pendidikan Barat. Pendidikan Barat hanya mampu membuat
seseorang menjadi trampil/profesional. Pendidikan Islam membuat seseorang
5
memiliki iman yang kuat, akhlak yang mulia, ilmu yang luas serta amal yang banyak.
Adapun prinsip pendidikan/pembentukan karakter Islami, adalah:
a. Menjadikan Allah SWT sebagai tujuan
b. Memperhatikan perkembangan akal/rasional
c. Memperhatikan perkembangan kecerdasan emosional
d. Melalui keteladan dan pembiasaan.
3.Berbasis Masjid
Untuk melaksanakan fungsi utamanya sebagai pendidik, Rasulullah SAW telah
membuat kebijakan yang sangat penting dalam bidang pendidikan. Kebijakan pertama
yang diambil beliau adalah membangun masjid di Quba dan dilanjutkan dengan
membangun masjid Nabawi di Madinah. Masjid digunakan sebagai pusat kegiatan
pendidikan dan dakwah, pembinaan moral, spritual, mengajarkan agama kepada kaum
Muhajirin dan Anshor, membina sikap kebangsaan. Dengan kata lain, masjid telah
digunakan oleh Rasulullah SAW sebagai tempat yang paling efektif dalam menyusun
dan menghimpun potensi umat Islam.
6
permusuhan. Hal itulah yang menjadikan pendidikan karakter Islam sudah
ditanamkan oleh Allah dalam Al Qur‟an.
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter Islami adalah upaya sadar
yang dilakukan untuk merubah suatu tindakan atau perbuatan, perangai, tingkah laku
dan tabiat yang berasaskan pada nilai-nilai Islam, sehingga pendidikan karakter Islami
merupakan bentuk pendidikan dengan menanamkan sifat-sifat keislaman sehingga
dapat membentuk tindakan atau perbuatan yang sesuai dengan aturan Islam.
Pendidikan karakter dalam Islam pada intinya adalah sebagai wahana
pembentukan manusia yang bermoralitas tinggi. Di dalam ajaran Islam moral atau
akhlak tidak dapat dipisahkan dari keimanan. Keimanan merupakan pengakuan hati.
Akhlak adalah pantulan iman yang berupa perilaku, ucapan, dan sikap atau dengan
kata lain akhlak adalah amal saleh. Iman adalah maknawi (abstrak) sedangkan akhlak
adalah bukti keimanan dalam bentuk perbuatan yang dilakukan dengan kesadaran dan
karena Allah semata (Fitri, dkk, 2010: 43).
7
E. Praktek Kutbah atau Ceramah
1. Pengertian Ceramah
Ceramah adalah pidato yang bertujuan untuk menerangkan atau menyiarkan
nasehat dan petunjuk-petunjuk berkaitan dengan ajaran-ajaran agama.
2. Tujuan Ceramah
Adapun tujuan dari ceramah adalah seperti berikut ini:
Informatif/instruktif: artinya untuk memberikan informasi kepada pendengar
mengenai suatu hal sehingga pendengar dapat memahami atau mengerti isi
informasi dengan jelas dan benar.
Persuasif: artinya mengajak pendengar supaya mengikuti apa yang telah
pembicara sampaikan agar keyakinan pendengar semakin bertambah untuk
melakukan sesuatu kearah yang lebih baik lagi.
Argumentatif: artinya untuk meyakinkan pendengar mengenai suatu hal.
Deskriptif: artinya untuk menggambarkan atau melukiskan tentang suatu
keadaan.
Rekreatif: artinya untuk menghibur atau menggembirakan pendengar agar merasa
puas.
3. Jenis-jenis Ceramah
Ceramah Umum
Ceramah umum adalah pesan yang bertujuan untuk memberikan sebuah nasehat
dan petunjuk-petunjuk yang ditujukan kepada khalayak ramai, atau masyarakat luas.
Di dalam ceramah umum keseluruhannya bersifat menyeluruh, maksudnya tidak ada
batasan-batasan apapun baik dari audiens yang sudah tua ataupun yang masih muda,
materinya juga tidak ditentukan, sesuai dengan acara.
Ceramah Khusus
Ceramah khusus adalah ceramah yang bertujuan untuk memberikan nasehat dan
petunjuk-petunjuk kepada mad'u atau khalayak tertentu dan bersifat khusus baik itu
materinya maupun yang lainnya. Pada ceramah khusus ini, banyak batasan-batasan
8
yang dibuat misalkan materi yang menyesuaikan dengan keadaan. Contoh Peringatan
Isra' dan Mi'raj Nabi Muhammad SAW.
4. Ciri-ciri Ceramah
Berikut ini adalah ciri-ciri teks ceramah:
Memiliki struktur yang lengkap, terdiri atas pendahuluan, isi, penutup.
Isi ceramah sesuai dengan kegiatan yang ada.
Isi ceramah harus objektif, jelas, dan benar.
Isi ceramah tidak akan menimbulkan pertentangan di masyarakat.
Bahasa yang digunakan penceramah mudah dipahami pendengar.
Bahasa yang digunakan penceramah harus santun dan rendah hati.
9
KESIMPULAN
Pendidikan karakter terdiri dari dua kata yaitu pendidikan dan karakter. Arti dari
pendidikan karakter menurut Islam adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik
kepada peserta didik untuk membentuk kepribadian peserta didik yang mengajarkan
dan membentuk moral, etika, dan rasa berbudaya yang baik serta berakhlak mulia
yang menumbuhkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik dan
buruk serta mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan cara
melakukan pendidikan, pengajaran, bimbingan dan pelatihan yang berpedoman pada
al-Qur’an dan al-Sunnah. Pembentuk kepribadian dalam pendidikan Islam meliputi
sikap, sifat, reaksi, perbuatan, dan perilaku. Pembentukan ini secara relatif menetap
pada diri seseorang yang disertai beberapa pendekatan, yakni pembahasan mengenai
tipe kepribadian, tipe kematangan kesadaran beragama , dan tipe orang-orang beriman.
Melihat kondisi dunia pendidikan di indonesia sekarang, pendiidkan yang dihasilkan
belum mampu melahirkan pribadipribadi muslim yang mandiri dan dan
berkepribadian Islam. Akibatnya banyak pribadi-pribadi yang berjiwa lemah seperti
jiwa koruptor, kriminal, dan tidak amanah. Untuk itu membentuk kepribadian dalam
pendidikan Islam harus direalisasikan sesuai al-Qur;an dan al-Sunnah Nabi sebagai
identitsa kemuslimannya, dan mampu mengejar ketinggalan dalam bidang
pembangunan sekaligus mampu mengentas kebodohan dan kemiskinan. Konsep
kepribadian dalam pendiidkan Islam identik dengan ajaran Islam itu sendiri, keduanya
tidak dapat dipisahkan karena saling berkaitan.
10