Laporan Praktikum Sistem Pencegahan
Laporan Praktikum Sistem Pencegahan
PENANGGULANGAN KEBAKARAN
INTEGRATED SYSTEM
KELOMPOK :4
NAMA : Ratrihaning Dewi S.
NRP : 0516040097
KELAS : K3-4D
2018
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
a. Mampu mengaplikasikan teori pemadaman kebakaran.
b. Mampu memahami tentang prosedur pemadaman kebakaran Integrated System.
BAB 2
DASAR TEORI
Integrated System adalah suatu sistem yang terdiri dari system deteksi, sistem alarm, dan
sistem pemadam secara otomatis. Sistem tersebut digabung atau diintegrasikan menjadi
1 sistem secara utuh. Aplikasi dari sistem tersebuta dibagi menjadi dua metode yakni,
Total Floading System dan Local Protection System.
a. Total floading system adalah sistem yang didesign bekerja serentak memancarkan
media pemadam memalui seluruh no::le kedalam ruangan dengan konsentrasi
tertentu.
b. Local protection system adalah sistem pemadam yang didesign dengan mengarahkan
pancaran pada objek yang dilindungi.
Gambar 2.5. Actuator (Safety & Reset Pin, Solenoid Actuator, dll)
d. Box operasi yang terpasang di tembok beserta pengaman dan lampu yang
menyala sebagai tanda adanya arus listrik atau baterai dan lampu
penyemprotan CO2 yang sedang berlangsung. Di dalamnya terdapat
tombol tekan starter manual dan tombol tekan stop yang berfungsi untuk
menghentikan sistem secara darurat bila ada alarm yang salah dalam 20
detik.
e. Lampu tanda bahaya yaitu berupa sensor yang dipasang diatas pintu
ruangan yang diberi pengamanan bila sistem CO2 bekerja lampu akan
menyala sehingga orang – orang di luar akan mengetahui dan tidak
memasuki ruangan tersebut.
Untuk pemadaman di permukaan ditinjau dari faktor isi yang dipergunakan untuk
dasar perhitungan jumlah gas CO2 yang diperlukan untuk mengamankan sebuah
objek kebakaran dengan konsentrasi gas sampai dengan 34%, harus mengikuti
standar tabel dibawah ini :
Tabel 2.1. Faktor Pembanjiran CO2
Faktor
Perhitungan
Faktor Isi Adanya
Volume Ruangan Tidak Kurang
Jumlah CO2 Lubang
(m3) Dari
(Kg CO2/m2) Terbuka
(Kg)
(Kg CO2/m2)
< 3,96 1,15 5 0
3,97 – 4,15 1,07 5 4,5
14,16 – 45,28 1,01 5 15,1
45,29 – 127,35 0,90 5 45,1
127,36 – 1415 0,8 5 113,5
>1415 0,77 5 1135
Sedangkan dari faktor konversi material, bila material atau bahan bakar diperlukan
konsentrasi gas CO2 > 34%, maka dasar perhitungan untuk jumlah gas CO2 yang
diperlukan mengikuti jumlah perkalian dari nilai tabel faktor isi dikalikan dengan
faktor konversi.
a. Detektor Asap
Detektor asap adalah sistem deteksi kebakaran yang mendeteksi adanya asap.
Menurut sifat fisiknya, asap merupakan partikel -partikel karbon hasil
pembakaran yang tidak sempurna. Keberadaan ini digunakan untuk membuat
suatu alat deteksi asap (Ramli, 2010). Detektor asap dapat dikelompokkan
atas 2 jenis yaitu jenis ionisasi dan photoelectric. Sesuai dengan sifat tersebut,
maka detektor asap sangat tepat digunakan di dalam bangunan di mana
banyak terdapat kebakaran kelas 2 yang banyak menghasilkan asap. Namun
kurang tepat digunakan untuk kebakaran hidrokarbon atau gas.
b. Detektor Panas
Detektor panas adalah peralatan dari detektor kebakaran yang dilengkapi
dengan suatu rangkaian listrik atau pneumatic yang secara otomatis akan
mendeteksi kebakaran melalui panas yang diterimanya.
Detektor panas ini sangat sesuai ditempatkan di area dengan kelas kebakaran
kelas B atau cairan dan gas mudah terbakar seperti instalasi minyak dan kimia
Jenis-jenis detektor panas antara lain :
Detektor suhu tetap
Detektor jenis peningkatan suhu
Detektor pemuaian
c. Detektor Nyala
Api juga mengeluarkan nyala (flame) yang akan menyebar ke sekitarnya. Api
mengeluarkan radiasi sinar infra merah dan ultraviolet. Keberadaan sinar ini dapat
dideteksi oleh sensor yang terpasang dalam detektor. Sesuai dengan fungsinya,
detektor ini ada 6 jenis yaitu :
Detektor infra merah (infrared detector)
Detektor UV (ultra violet detector)
Detektor foto elektris ( photo electric detector)
a. Bel
Bel merupakan alarm yang akan bordering jika terjadi kebakaran.Dapat digerakkan
secara manual atau dikoneksi dengan sistem deteksi kebakaran. Suara bel agak
terbatas, sehingga sesuai ditempatkan dalam ruangan terbatas seperti kantor
b. Sirene
Fungsi sama dengan bel, namun, jenis suara yang dikeluarkan berupa sirine. Ada
yang digerakkan secara manual dan ada yang bekerja secara otomatis. Sirine
mengeluarkan suara yang lebih keras sehingga sesuai digunakan di tempat kerja yang
luas seperti pabrik.
c. Pengeras Suara
Dalam suatu bangunan yang luas di mana penghuni tidak dapat mengetahui keadaan
darurat secara cepat, perlu dipasang jaringan pengeras suara yang dilengkapi dengan
penguatnya ( Pre'amplifer) sebagai pengganti sistem bel dan horn. Sistem ini
memungkinkan digunakannya komunikasi searah kepada penghuni agar mereka
mengetahui cara dan sarana untuk evakuasi.
Menurut SNI 03-1745-2000, sistem pipa tegak adalah suatu susunan dari
pemipaan, katup, sambungan slang, dan kesatuan peralatan dalam bangunan, dengan
sambungan slang yang dipasangkan sedemikian rupa sehingga air dapat dipancarkan
atau disemprotkan melalui slang dan nozzel, untuk keperluan memadamkan api, untuk
mengamankan bangunan dan isinya, serta sebagai tambahan pengamanan penghuni. Ini
dapat dicapai dengan menghubungkannya ke sistem pasokan air atau dengan
menggunakan pompa, tangki, dan peralatan seperlunya untuk menyediakan pasokan air
yang cukup ke sambungan slang. Komponen -komponen pada sistem pipa tegak tersebut
antara lain pipa dan tabung, alat penyambung, gantungan, katup, kotak slang, sambungan
slang, sambungan pemadam kebakaran, dan tanda petunjuk (Badan Standar Indonesia,
2000).
2.7 Springkler
Mulai
Memersiapkan
alat dan bahan
Selesai
DAFTAR PUSTAKA
Handoko, Lukman. 2013. Modul Praktikum Sistem Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran.
Surabaya : Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem
Proteksi Kebakaran,
Ramli, Soehatman. 2010. Manajemen Kebakaran. Jakarta : Dian Rakyat
SNI 03-1745-2000 Tentang Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Sistem Pipa Tegak dan
Slang untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung
TUGAS PENDAHULUAN
Jawab :
1. A. Detektor
Alat yang dirancang untuk mendeteksi adanya kebakaran dan mengawali suatu tindakan
pada integrated system.
a. Smoke Detektor
Adalah suatu sistem pengindera asap dari suatu sumber api yang memiliki potensi
kebakaran.
Ionisasi detektor : suatu jenis detektor yang memiliki ruang ionisasi, ruang
yang berisi udara diantara dua elektroda. Apabila terdapat asap, Partikel
alpa akan melewati ruang ionisasi dan menghasilkan arus listrik kecil dan
konstan diantara elektroda. partikel asap akan masuk ke ruang ionisasi,
kemudian menyerap partikel alpa sehingga akan mengganggu arus listrik
dan mengaktifkan alarm
Optikal detektor : adalah sensor cahaya yang tersebar atau dalam istilahnya
nephelometer. Komponen utama pada tipe smoke detector ini adalah:
Sumber cahaya
Lensa untuk memfokuskan cahaya menjadi sinar yang diproyeksikan
sensor pada sudut balok sebagai sensor cahaya
b. Sirine, mengeluarkan suara yang lebih keras sehingga sangat sesuai digunakan di
tempat kerja yang luas seperti pabrik.
c. Horn, berupa suara yang cukup keras namun lebih rendah dibanding sirine
d. Pengeras suara, dalam suatu bangunan yang luas dimana penghuni tidak dapat
mengetahui keadaan darurat secara cepat, perlu dipasang jaringan pengeras suara
yang dilengkapi dengan penguatnya (pre-amplifier).
2. Besar dBA alarm disesuaikan dengan kebutuhan. Berikut adalah beberapa type dan
spesifikasi dari alarm :
(Sumber : pemadamapi.biz)
(Sumber : lelong.com.my)
(Sumber : pemadamapi.biz)
Manual Call Box ( TPM/Titik Panggil Manual ) Adalah alat yang dioperasikan secara
manual untuk memberikan isyarat adanya kebakaran. Titik panggil manual dapat berupa
:
a. Titik panggil manual yang dioperasikan dengan luas
b. Titik panggil manual yang dioperasikan dengan tombol tekan
Menurut NFPA 72, TPM diletakkan pada lintasan jalur keluar dengan tinggi 1,4 dari
lantai dan jarak TPM tidak boleh lebih dari 30 m dari semua bagian bangunan.