Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM PENCEGAHAN

PENANGGULANGAN KEBAKARAN

INTEGRATED SYSTEM

KELOMPOK :4
NAMA : Ratrihaning Dewi S.
NRP : 0516040097
KELAS : K3-4D

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

2018
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini pembangunan gedung, rumah, dan pasar berkembang sangat pesat.
Sebagian bangunan digunakan untuk menyimpan atau membuat bahan yang mudah
terbakar. Faktor keselamatan sangat penting untuk menanggulangi kebakaran yang
mungkin dapat terjadi. Kebakaran dapat menimbulkan kerugian berupa korban
manusia, harta benda, terganggunya proses produksi barang dan jasa, kerusakan
lingkungan dan terganggunya ketenangan masyarakat. Kita dapat mencegah
terjadinya kebakaran pada tingkat awal kebakaran (sumber api mucul).
Pencegahan kebakaran merupakan usaha menyadari atau mewaspadai akan
faktor – faktor yang menjadi sebab muculnya atau terjadinya kebakaran dan
mengambil langkah untuk mencegah kemungkinan tersebut menjadi kenyataan.
Pencegahan kebakaran membutuhkan suatu program pendidikan dan pengawasan.
Suatu rencana pemeliharaan meliputi penyediaan dan penempatan yang baik dari
peralatan pemadam kebakaran termasuk memeliharanya baik dari segi siap pakainya
maupun dari segi mudah dicapainya.
Kebakaran merupakan suatu bencana yang disebabkan oleh api yang tidak
terkendali. Kebakaran dapat menyebabkan kerusakan harta benda dan jatuhnya
korban jiwa. Sebuah api kecil hanya membutuhkan waktu 4 – 10 menit untuk
terjadinya flash over dan tumbuh menjadi api dewasa. Usaha pemadaman kebakaran
dapat dilakukan sebelum api mencapai flash over dan tumbuh menjadi dewasa,
karena apabila api sudah mencapai dewasa kita hanya bisa melakukan pengontrolan
saja agar api tidak menyebar ke tempat lain dan menyebabkan kebakaran yang lebih
besar.
Untuk mencegah kebakaran salah satunya adalah dengan menggunakan suatu
system. Sistem tersebut dinamakan Integrated System (IS). Integrated system
merupakan suatu sistem yang bekerja secara otomatis dengan memancarkan CO2 ke
segala arah untuk memadamkan kebakaran atau setidaknya dapat mencegah
meluasnya kebakaran. Dalam praktikum ini praktikan akan melakukan praktikum
Integrated System. Dari praktikum ini diharapkan praktikan dapat memahami teori
serta prosedur pemadaman dengan Integrated System.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana cara mengaplikasikan teori pemadaman kebakaran?
b. Bagaimana prosedur pemadaman kebakaran Integrated System?

1.3 Tujuan
a. Mampu mengaplikasikan teori pemadaman kebakaran.
b. Mampu memahami tentang prosedur pemadaman kebakaran Integrated System.
BAB 2
DASAR TEORI

2.1 Integrated System

Integrated System adalah suatu sistem yang terdiri dari system deteksi, sistem alarm, dan
sistem pemadam secara otomatis. Sistem tersebut digabung atau diintegrasikan menjadi
1 sistem secara utuh. Aplikasi dari sistem tersebuta dibagi menjadi dua metode yakni,
Total Floading System dan Local Protection System.
a. Total floading system adalah sistem yang didesign bekerja serentak memancarkan
media pemadam memalui seluruh no::le kedalam ruangan dengan konsentrasi
tertentu.
b. Local protection system adalah sistem pemadam yang didesign dengan mengarahkan
pancaran pada objek yang dilindungi.

Media pemadam hendaknya mempertimbangkan hal-hal berikut, yaitu :


1. Efektifitasnya
2. Pengaruh fisik terhadap material yang dilindungi ( merusak / tidak merusak )
3. Pengaruh kimia terhadap barang yang dilindungi
4. Pengaruh kadar racun dan perusakan terhadap lingkungan
5. Bentuk bangunan

Gambar 2.1. Skematik Diagram Integrated Sistem


2.2 Komponen Sistem
Perlengkapan sistem instalasi pemadam otomatis integrated sistem terdiri dari bagian
pokok yaitu :
1. Sistem Deteksi, biasanya menggunakan 2 kelompok alarm (cross zone) dengan
menggunakan jenis detektor yang berbeda. Misalnya detektor yang digunakan adalah
Detektor asap (smoke detector), detektor panas dan lain-lain.
2. Kontrol Panel, berfungsi sebagai peralatan pengendali untuk memproses sinyal yang
datang dari detektor dan meneruskan / mengaktifkan alarm 1 dan panel pemadam.
3. Panel Pemadam, berfungsi mengaktifkan alarm 2 (discharge alarm) dan
mengaktifkan katup pemadam setelah mengalami penundaan waktu tertentu. Panel
pemadam akan bekerja bila dua kelompok alarm telah aktif atau kebakaran benar –
benar terjadi.
4. Storage System, yaitu persediaan media pemadam yang dikemas dalam silinder baja
bertekanan.
5. Media Pemadam yaitu bahan yang digunakan dan dipilih untuk memadamkan
kebakaran.
6. Sistem distribusi yang terdiri dari pemipaan, katup – katup dan nozzle yang dipilih
berdasarkan tekanannya.

2.2 Jenis Instalasi Pemadam Kebakaran Otomatik Integrated Sistem


Pada dasarnya bahan yang bersifat non-flammable dapat digunakan sebagai media
pemadam. Secara spesifik media pemadam dibagi menjadi 3 jenis yaitu cair, gas dan
padat.
1. Media Pemadam Jenis CO2
Karbon dioksida adalah gas yang berwarna, tidak berbau, gas yang lembam
yang cocok untuk media memadamkan api. Gas karbon dioksida 1,5 kali lebih berat
daripada udara. Karbondioksida memadamkan api dengan mengurangi konsentrasi
oksigen. Aplikasi Penerapan sistem pemadam CO2 dipergunakan untuk pengamanan
bengkel, ruangan telekomunikasi, garasi, ruang trafo, pabrik, dan lain-lain.
Sifat CO2 sebagai media pemadam yaitu tidak terjadi perubahan secara
kimiawi, bersifat mendinginkan dan mengisolasi / memisahkan dengan udara bebas,
CO2 dapat memasuki celah – celah sempit / pori – pori hingga mampu untuk
pemadaman api sampai bagian dalam atau api sekam, tidak merusak dan
menimbulkan kotoran sehingga peralatan yang diamankan dapat langsung
digunakan, bahan isolator yang baik untuk kebakaran listrik sehingga mampu
mencegah terjadinya percikan api listrik, mampu digunakan dalam kondisi suhu
rendah dan tinggi. Adapun penjelasan komponen sistem yaitu :
a. Unit Tabung CO2 adalah kumpulan tabung-tabung, pipa koneksi, pipa
penghubung, peralatan pembuka otomatis, kerangka, klam pemegang tabung, dan
lain – lain.

Gambar 2.2. Klem Valve

Gambar 2.3. Valve Actuator


b. Pada Klem Valve Starter solenoid yaitu komponen elektrik yang mendapat
isyarat dari panel pengontrol CO2 dimana akan langsung memecahkan alat
penutup pengeluaran air dari tabung starter CO2 secara otomatis. Tabung
CO2 memilki starter yang membuka kran pemilih dari rangkaian tabung-
tabung CO2.

Gambar 2.4. Ukuran Tabung CO2

c. Kran keselamatan berfungsi membuang tekanan gas yang mungkin masih


ada karena kebocoran atau bekas pakai.

Gambar 2.5. Actuator (Safety & Reset Pin, Solenoid Actuator, dll)
d. Box operasi yang terpasang di tembok beserta pengaman dan lampu yang
menyala sebagai tanda adanya arus listrik atau baterai dan lampu
penyemprotan CO2 yang sedang berlangsung. Di dalamnya terdapat
tombol tekan starter manual dan tombol tekan stop yang berfungsi untuk
menghentikan sistem secara darurat bila ada alarm yang salah dalam 20
detik.
e. Lampu tanda bahaya yaitu berupa sensor yang dipasang diatas pintu
ruangan yang diberi pengamanan bila sistem CO2 bekerja lampu akan
menyala sehingga orang – orang di luar akan mengetahui dan tidak
memasuki ruangan tersebut.

Gambar 2.6. Visual Alarm Dengan Audible Sound


f. Panel Kontrol CO2 yaitu panel yang menunjukkan adanya perubahan
sinyal yang diberikan detektor api melalui panel kontrol alarm. Memberi
tanda bahaya dengan lampu , sirine yang kemudian akan mematikan AC
dan ventilasi kemudian menyemprotkan gas CO2 ke ruangan yang
terbakar.

Gambar 2.7. Fire Alarm Panel


g. Sumber tenaga listrik darurat yang berfungsi bilamana ada listrik mati ,
maka sumber tenaga akan langsung berganti secara otomatik ke sumber
listrik baterai yang senantiasa siaga penuh karena dilengkapi sistem
pengisian otomatis, dan bila sumber listrik hidup lagi, maka secara
otomatis akan kembali ke sumber listrik, hal ini dikerjakan dengan sistem
solenoid.
h. Pipa – pipa dan sambungan jenis galvanized steel sch 80, sambungan dari
carbon steel forings dan pipa tembaga.

Gambar 2.8. Pipa Manifold


i. Kran pemilih yang berfungsi untuk membagi arah aliran isi media
pemadam CO2 apabila sistem pemadaman dipergunakan untuk lebih dari 1
ruangan yang diberi pengamanan. Peralatan ini bekerja secara otomatik
maupun manual.
j. Switch tekanan yang aktif secara otomatis jika tekanan dalam pipa
melebihi 1,1 kg/m2 sewaktu gas CO2 dipancarkan dan switch akan
menyalakan tanda lampu bahaya pada ruangan yang terbakar. Alat ini
dilengkapi tombol tekan untuk meriset kembali.

Untuk pemadaman di permukaan ditinjau dari faktor isi yang dipergunakan untuk
dasar perhitungan jumlah gas CO2 yang diperlukan untuk mengamankan sebuah
objek kebakaran dengan konsentrasi gas sampai dengan 34%, harus mengikuti
standar tabel dibawah ini :
Tabel 2.1. Faktor Pembanjiran CO2

Faktor
Perhitungan
Faktor Isi Adanya
Volume Ruangan Tidak Kurang
Jumlah CO2 Lubang
(m3) Dari
(Kg CO2/m2) Terbuka
(Kg)
(Kg CO2/m2)
< 3,96 1,15 5 0
3,97 – 4,15 1,07 5 4,5
14,16 – 45,28 1,01 5 15,1
45,29 – 127,35 0,90 5 45,1
127,36 – 1415 0,8 5 113,5
>1415 0,77 5 1135

Sedangkan dari faktor konversi material, bila material atau bahan bakar diperlukan
konsentrasi gas CO2 > 34%, maka dasar perhitungan untuk jumlah gas CO2 yang
diperlukan mengikuti jumlah perkalian dari nilai tabel faktor isi dikalikan dengan
faktor konversi.

Gambar 2.9. Convertion Factor CO2


Tabel 2.2. Floading Factor CO2

Apabila terjadi keadaan khusus, penambahan jumlah CO2 harus diadakan


untuk kompensasi terhadap efisiensi pemadaman. Contohnya, lubang yang tidak
dapat ditutup harus diberikan kompensasi dengan jumlah CO2 yang diperkirakan
akan hilang terbuang selama waktu 1 menit. Untuk saluran ventilasi yang tidak
dapat ditutup, jumlah CO2 harus ditambahkan untuk isi, ruangan ducting.
Untuk pemadaman api sekam ditinjau dari faktor isi, faktor pembanjiran adalah
dijabarkan sesuai dengan hasil – hasil percobaan, seperti tabel di bawah ini :
Tabel 2.3. Faktor Pembanjiran CO2 untuk bahaya khusus

Untuk keadaan khusus, penambahan jumlah CO2 diperlukan untuk


kompensasi terhadap keadaan khusus yang mungkin mempengaruhi efektifitas
pemadaman. Semua lubang yang tidak tertutup waktu pemadaman harus diberi
kompensasi dengan cara menambah jumlah CO2 sama dengan isi yang mungkin
terbuang keluar. Tambahan CO2 untuk lubang lubang dapat diambil dari tabel yang
ada.
Desain kepala pemancar dapat diketahui pada tabel di bawah ini yang
menunjukkan kapasitas dari pancaran CO2 melalui beberapa ukuran kepala
pemancar.
Tabel 2.4. Desain Kepala Pemancar CO2 Pada Tekanan 25 Kg/m2
Kapasitas
Ukuran Kepala Pemancar
(Kg/menit)
4 mm – 6
mm
3/8” ½” ¾” 1” 1 ¼”

5,0 17,0 40,0 85,0 155,0 300,0

Perancangan Media Pemadam CO2 Fire Integrated System melalui langkah-langkah


dibawah ini :
 Hazard Volume = Volume kosong ruangan – Total volume peralatan
 Kebutuhan CO2 = Hazard Volume / Floading Factor
 Total kebutuhan CO2 (Melalui Tabel Material Convertion Factor)
 Jumlah Tabung CO2 = Total kebutuhan CO2 / Kapasitas tabung CO2
 Flow rate Karbondioksida (Qf) = Total kebutuhan CO2 / 1,4 . Discharge
Duration

Gambar 2.10. Instalasi Integrated System CO2 pada Suatu Ruangan

2.4 Detektor Kebakaran


Detektor kebakaran adalah suatu alat yang berfungsi mendeteksi secara
dini kebakaran, agar kebakaran yang terjadi tidak berkembang menjadi lebih besar.
Dengan terdeteksinya cikal bakal kebakaran, maka intervensi untuk mematikan api dapat
segera dilakukan. Sehingga dapat meminimalisasi kerugian sejak awal. Jika dianalogikan
detektor kebakaran adalah alat bantu seperti panca indera kita. Untuk merasakan bau kita
memiliki hidung, kalau untuk merasakan adanya kebakaran digunakanlah detektor
kebakaran. Deteksi kebakaran dilakukan pada kemunculan asap, kemunculan panas, dan
adanya kobaran api.
Alat untuk mendeteksi api ini disebut detektor api (fire detector). Menurut Ramli,
2010, detector dibagi menjadi :

a. Detektor Asap
Detektor asap adalah sistem deteksi kebakaran yang mendeteksi adanya asap.
Menurut sifat fisiknya, asap merupakan partikel -partikel karbon hasil
pembakaran yang tidak sempurna. Keberadaan ini digunakan untuk membuat
suatu alat deteksi asap (Ramli, 2010). Detektor asap dapat dikelompokkan
atas 2 jenis yaitu jenis ionisasi dan photoelectric. Sesuai dengan sifat tersebut,
maka detektor asap sangat tepat digunakan di dalam bangunan di mana
banyak terdapat kebakaran kelas 2 yang banyak menghasilkan asap. Namun
kurang tepat digunakan untuk kebakaran hidrokarbon atau gas.
b. Detektor Panas
Detektor panas adalah peralatan dari detektor kebakaran yang dilengkapi
dengan suatu rangkaian listrik atau pneumatic yang secara otomatis akan
mendeteksi kebakaran melalui panas yang diterimanya.
Detektor panas ini sangat sesuai ditempatkan di area dengan kelas kebakaran
kelas B atau cairan dan gas mudah terbakar seperti instalasi minyak dan kimia
Jenis-jenis detektor panas antara lain :
 Detektor suhu tetap
 Detektor jenis peningkatan suhu
 Detektor pemuaian
c. Detektor Nyala
Api juga mengeluarkan nyala (flame) yang akan menyebar ke sekitarnya. Api
mengeluarkan radiasi sinar infra merah dan ultraviolet. Keberadaan sinar ini dapat
dideteksi oleh sensor yang terpasang dalam detektor. Sesuai dengan fungsinya,
detektor ini ada 6 jenis yaitu :
 Detektor infra merah (infrared detector)
 Detektor UV (ultra violet detector)
 Detektor foto elektris ( photo electric detector)

2.5 Alarm Kebakaran


Alarm kebakaran ada beberapa macam antara lain :

a. Bel
Bel merupakan alarm yang akan bordering jika terjadi kebakaran.Dapat digerakkan
secara manual atau dikoneksi dengan sistem deteksi kebakaran. Suara bel agak
terbatas, sehingga sesuai ditempatkan dalam ruangan terbatas seperti kantor
b. Sirene
Fungsi sama dengan bel, namun, jenis suara yang dikeluarkan berupa sirine. Ada
yang digerakkan secara manual dan ada yang bekerja secara otomatis. Sirine
mengeluarkan suara yang lebih keras sehingga sesuai digunakan di tempat kerja yang
luas seperti pabrik.
c. Pengeras Suara
Dalam suatu bangunan yang luas di mana penghuni tidak dapat mengetahui keadaan
darurat secara cepat, perlu dipasang jaringan pengeras suara yang dilengkapi dengan
penguatnya ( Pre'amplifer) sebagai pengganti sistem bel dan horn. Sistem ini
memungkinkan digunakannya komunikasi searah kepada penghuni agar mereka
mengetahui cara dan sarana untuk evakuasi.

2.6 Sistem Pipa Tegak

Menurut SNI 03-1745-2000, sistem pipa tegak adalah suatu susunan dari
pemipaan, katup, sambungan slang, dan kesatuan peralatan dalam bangunan, dengan
sambungan slang yang dipasangkan sedemikian rupa sehingga air dapat dipancarkan
atau disemprotkan melalui slang dan nozzel, untuk keperluan memadamkan api, untuk
mengamankan bangunan dan isinya, serta sebagai tambahan pengamanan penghuni. Ini
dapat dicapai dengan menghubungkannya ke sistem pasokan air atau dengan
menggunakan pompa, tangki, dan peralatan seperlunya untuk menyediakan pasokan air
yang cukup ke sambungan slang. Komponen -komponen pada sistem pipa tegak tersebut
antara lain pipa dan tabung, alat penyambung, gantungan, katup, kotak slang, sambungan
slang, sambungan pemadam kebakaran, dan tanda petunjuk (Badan Standar Indonesia,
2000).
2.7 Springkler

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 26/PRT/M/2008 tentang


persyaratan teknis Sistem proteksi Kebakaran, springkler adalah alat pemancar air untuk
pemadaman kebakaran yang mempunyai tudung berbentuk deflector pada ujung mulut
pancarnya, sehingga air dapat memancar ke semua arah secara merata. Menurut
Soehatman Ramli pada tahun 2010, sistem springkler terdiri dari rangkaian pipa yang
dilengkapi dengan ujung penyemprot (discharge nozzle) yang kecil (sering disebut
sprinkler head) dan ditempatkan dalam suatu bangunan. Jika terjadi kebakaran maka
panas dari api akan melelehkan sambungan solder atau memecahkan bulb, kemudian
kepala springkler akan mengeluarkan air. Jenis cara kerja springkler yang baik dapat
dikelompokkan menjadi :

a. Sistem springkler pipa basah


Merupakan jaringan pipa yang berisi air dengan tekanan tertentu. Jika terjadi
kebakaran, maka springkler akan meleleh dan terbuka sehingga air langsung
memancar. Dengan demikian, sistem ini hanya bekerja di area yang terbakar dan
tidak di ruangan lainnya selama ujung springkler masih tertutup.
b. Sistem springkler pipa kering
Pada sistem pipa kering, jalur pipa pemadam tidak berisi air. Air dapat mengalir
dengan membuka katup pengalir yang terpasang di pipa induk atau pipa
jaringanya. Dengan demikian, jika terjadi kebakaran maka seluruh springkler
yang ada dalam satu jaringan akan langsung menyembur. Sistem ini dapat
digerakkan dengan pengendali otomatis yang akan membuka katup dengan
segera melalui sinyal yang diberikan oleh detektor api. 8amun demikian, dapat
juga dirancang dengan penggerak manual oleh petugas setempat.
Pada sistem pipa kering, jalur pipa pemadam tidak berisi air. Air dapat mengalir
dengan membuka katup pengalir yang terpasang di pipa induk atau pipa
jaringanya. Dengan demikian, jika terjadi kebakaran maka seluruh springkler
yang ada dalam satu jaringan akan langsung menyembur. Sistem ini dapat
digerakkan dengan pengendali otomatis yang akan membuka katup dengan
segera melalui sinyal yang diberikan oleh detektor api. Namun demikian, dapat
juga dirancang dengan penggerak manual oleh petugas setempat.
BAB 3
METODE PRAKTIKUM

3.1. Alat dan Bahan


1. Seperangkat peraga Integrated System

3.2. Diagram Alir Praktikum

Mulai

Memersiapkan
alat dan bahan

Merancang Integrasi sistem


berdasarkan rangkaian percobaan
yang akan praktikan laksanakan

Melakukan pengamatan terhadap


cara kerja integrated system dari
tahap pertama sampai selesai
pemadaman

Melakukan analisis data apabila


sudah padam

Selesai
BAB 4

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Rangkaian Praktikum Integrated System

1. Memastikan seluruh komponen intergrated system CO2 layak untuk dipakai


2. Mengaktifkan Integrated System denga cara menggunakan Asap yang didekatkan pada
detector.

Gambar 4.1 Detektor yang diberi pemicu asap

3. Detektor mendeteksi asap, setelah itu alarm akan berbunyi sesuai dengan sinyal yang
diberikan.

Gambar 4.2 Alarm Berbunyi


4. Setelah sinyal keluar, sinyal akan menuju kontrol panel lalu sinyal akan diproses kontrol
panel yang nantinya mengaktifkan alarm.

Gambar 4.3 Panel Kontrol


5. Menekan tabung O2 yang berada pada Actuating cylinder box yang nantinya akan
mendorong selenoid dan membuka katup tabung

Gambar 4.4 Menekan Tabung O2


6. Media pemadam keluar dari tabung

Gambar 4.5 Keluarnya media pemadam


7. Selesai

4.2 Pembahasan
Terdapat kelebihan menggunakan intergrated system yaitu pada saat pemadaman lebih cepat
dan praktis, korban kebakaran cenderung sedikit karena dalam intergrated system terdapat
tanda bahaya dimana untuk mengingatkan manusia apabila terdapat bahaya kebakaran dan
bisa langsung dievakuasi, dan yang terakhir yaitu perawatan yang dilakukan tidak rumit.
Sedangkan untuk kekurangan yaitu membutuhkan biaya yang banyak karena banyaknya
komponen yang dibutuhkan.
Untuk kelebihan menggunakan titik panggil manual adalah proses media pemadam
keluarlebih cepat dibandingkan dengan detektor dikarenakan tombol yang ditekan langsung
berhubungan dengan kontrol panel, dan untuk kelebihan detektor, manusia tidak perlu
memecahkan emergency break glass yang membutuhkan waktu yang lama untuk melakukan
pemadaman kebakaran, detektor secara otomatis mengaktifkan sistem.

Video Praktikum dapat Diakses di :


https://drive.google.com/file/d/1RpuslPwbRLnkklx4RhfxEsqxXfuopCZE/view?usp=drivesd
k
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Integrated System merupakan sistem yang biasanya didapatkan pada gedung
2. Ruangan yang perlu system pencegahan dan penanggulangan kebakaran dengan maksud
Integrated System adalah ruangan dengan potensi bahaya kebakaran tinggi
misalnyaseperti laboratorium boiler, kimia, motor bakar, serta ruangan yang berpotensi
meledak apabila over temperature atau over heating
3. Integrated System dapat diaktifkan dengan 2 cara yakni menggunakan titik panggil manual
(TPM) dan detektor, dibedakan karena pada TPM digunakan apabila respon manusia lebih
cepat dari detektor yang mendeteksi asap kebakaran.

5.2 Saran
Dalam praktikum ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatiakan dan ditingkatkan seperti:
1. Pemadaman harus dilakukan secara berhati-hati agar tidak terjadi kecelakaan kerja yang
tidak diinginkan
2. Pada saat praktikum harus diwajibkan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang
sesuai
DAFTAR PUSTAKA

Handoko, Lukman. 2013. Modul Praktikum Sistem Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran.
Surabaya : Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem
Proteksi Kebakaran,
Ramli, Soehatman. 2010. Manajemen Kebakaran. Jakarta : Dian Rakyat
SNI 03-1745-2000 Tentang Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Sistem Pipa Tegak dan
Slang untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung
TUGAS PENDAHULUAN

1. Jelaskan masing-masing komponen pada dasar teori (1),(2), dan (3).


2. Berapa dB(A) alarm dan pada tiap jarak berapa TPM harus dipasang.

Jawab :

1. A. Detektor
Alat yang dirancang untuk mendeteksi adanya kebakaran dan mengawali suatu tindakan
pada integrated system.
a. Smoke Detektor
Adalah suatu sistem pengindera asap dari suatu sumber api yang memiliki potensi
kebakaran.
 Ionisasi detektor : suatu jenis detektor yang memiliki ruang ionisasi, ruang
yang berisi udara diantara dua elektroda. Apabila terdapat asap, Partikel
alpa akan melewati ruang ionisasi dan menghasilkan arus listrik kecil dan
konstan diantara elektroda. partikel asap akan masuk ke ruang ionisasi,
kemudian menyerap partikel alpa sehingga akan mengganggu arus listrik
dan mengaktifkan alarm
 Optikal detektor : adalah sensor cahaya yang tersebar atau dalam istilahnya
nephelometer. Komponen utama pada tipe smoke detector ini adalah:
 Sumber cahaya
 Lensa untuk memfokuskan cahaya menjadi sinar yang diproyeksikan
 sensor pada sudut balok sebagai sensor cahaya

b. Radiation Detektor : suatu alat pengindera sinar radiasi


 IR detektor adalah detektor yang dapat mendeteksi sinar infra merah yang
terpancar dari suatu benda.
 UV detektor adalah detektor pengindera sinar uv.
c. Heat Detektor, merupakan detektor pengindera panas dari sumber api.
B. Alarm
Suatu alat yang diaktifkan oleh data yang diterima dari detektor. Alarm kebakaran ada
berbagai macam antara lain :
a. Bel, merupakan alarm yang akan berdering jika terjadi kebakaran, dapat
difungsikan secara manual atau dikoneksi dengan sistem deteksi kebakaran. Suara
bel agak terbatas, sehingga sangat sesuai ditempatkan dalam ruangan terbatas
seperti kantor.

b. Sirine, mengeluarkan suara yang lebih keras sehingga sangat sesuai digunakan di
tempat kerja yang luas seperti pabrik.

c. Horn, berupa suara yang cukup keras namun lebih rendah dibanding sirine

d. Pengeras suara, dalam suatu bangunan yang luas dimana penghuni tidak dapat
mengetahui keadaan darurat secara cepat, perlu dipasang jaringan pengeras suara
yang dilengkapi dengan penguatnya (pre-amplifier).
2. Besar dBA alarm disesuaikan dengan kebutuhan. Berikut adalah beberapa type dan
spesifikasi dari alarm :

(Sumber : pemadamapi.biz)
(Sumber : lelong.com.my)

(Sumber : pemadamapi.biz)
Manual Call Box ( TPM/Titik Panggil Manual ) Adalah alat yang dioperasikan secara
manual untuk memberikan isyarat adanya kebakaran. Titik panggil manual dapat berupa
:
a. Titik panggil manual yang dioperasikan dengan luas
b. Titik panggil manual yang dioperasikan dengan tombol tekan

Menurut NFPA 72, TPM diletakkan pada lintasan jalur keluar dengan tinggi 1,4 dari
lantai dan jarak TPM tidak boleh lebih dari 30 m dari semua bagian bangunan.

Anda mungkin juga menyukai