Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM ERGONOMI

PHYSIOLOGICAL PERFORMANCE

Disusun Oleh :
Kelompok 9
1. Ratrihaning Dewi S. (0516040097)
2. Betha Ahlan Gizella (0516040107)
3. Indra Adi Ramana (0516040112)

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2018
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan masa sekarang yang sangat berkembang, baik dari segi
teknologi, sumber daya alam yang dimanfaatkan dengan baik maupun dalam
sumber daya manusia yang berkualitas dalam beraktivitas kerja. Agar dapat
mengetahui kualitas kinerja fisik dari manusia, maka dilakukan pengukuran
denyut jantung (heart rate). Denyut jantung merupakan jumlah dari denyutan
jantung per satuan waktu. Sejumlah konsumsi enegri tertentu akan lebih berat
jika hanya ditunjang oleh sejumlah kecil otot relatif terhadap sejumlah besar
otot. Begitu juga dengan konsumsi energi dapat juga untuk menganalisa
pembebanan otot statis dan dinamis.
Dalam melakukan pengukuran denyut jantung dalam ergonomi
berhubungan dengan fisiologi kerja (Physiologi Performance). Fisiologi kerja
merupakan studi tentang fungsi organ manusia yang dipengaruhi stess otot.
Saat seseorang melakukan kerja fisik diperlukan gaya otot dan aktifitas otot
ini memerlukan energi dimana suplai energi memberi beban kepada sistem
pernafasan dan sistem kardiovaskuler. Sistem pernafasan dibebani oleh kerja
fisik karena adanya peningkatan ventilation (inhalation dan exhalation) untuk
mensuplai kebutuhan oksigen pada otot yang melakukan pekerjaan.
Pada praktikum ergonomi modul 4 tentang physiological performance ini,
akan dilakukan pengujian praktikum dengan cara operator melakukan
treadmill lalu tahapan selanjutnya adalah menghitung recovery time.
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa teknik K3 PPNS dapat mengetahui
waktu yang dibutuhkan oleh operator untuk mencapai kondisi normal setelah
melakukan aktivitas setelah beberapa saat.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan diketahui pada praktikum Psychological
Performance ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana menentukan recovery time tiap-tiap operator setelah
melakukan aktivitas?

1.3 Tujuan
Tujuan dari dilakukannya praktikum psychological performance ini antara
lain:
1. Mengetahui recovery time tiap-tiap operator setelah melakukan aktivitas.
BAB 2
DASAR TEORI

1.4 Ruang Lingkup Physiological Performance


Psychological performance di dalamnya mempelajari aplikasi
mekanika teknik untuk menganalisa sistem kerangka dan otot manusia. Ilmu
physiological performance ini akan memberikan dasar untuk mengatasi
masalah pergerakan manusia di tempat dan ruang kerjanya. Dengan
bertambah kompleksnya aktivitas otot, maka ada beberapa hal yang harus
dijadikan pokok bahasan dan analisa terhadap kerja berat diantaranya
adalah:
 Denyut jantung ( heart rate )
Pengaturan heart rate merupakan aktivitas pengukuran
yang paling sering dilakukan, melupakan variable yang paling
mudah untuk diukur, meskipun tidak langsung terkait dengan
pengukuran energi fisik atau otot yang harus dikonsumsikan
seseorang untuk bekerja.
 Tekanan darah ( blood pressure )
 Komposisi kimia darah ( kandungan asam laktat )
 Temperature tubuh ( body temperature )
 Kecepatan berkeringat
 Konsumsi oksigen
Konsumsi oksigen berkaitan dengan proses metabolisme –
proses pembakaran dalam tubuh manusia yang akan
menghasilkan energi untuk kerja, yang mana besar kecilnya
oksigen yang dikonsumsikan tersebut akan langsung terkait
secara proporsional dengan konsumsi energi yang akan dipakai
untuk bekerja. Volume oksigen maksimum (VO₂ max) berkaitan
dengan konsumsi oksigen yang mana pengetian dari VO₂
maksimum adalah volume maksimal O₂ yang diproses oleh
tubuh manusia saat melakukan kegiatan intensif dan dinyatakan
dalam liter/menit atau milliliter/menit/kg berat badan.
1.5 Anatomi Tubuh Manusia
Tubuh manusia terdiri dari berbagai sistem, diantaranya adalah :
1.5.1 Kerangka
Kerangka berfungsi untuk menggambarkan dasar bentuh tubuh,
penentuan tinggi seseorang, perlindungan organ tubuh yang lunak (otak,
jantung, hati), sebagai tempat untuk melekatnya otot-otot, mengganti
sel-sel yang telah rusak, memberikan sistem sambungan untuk gerak
pengendali (control), dan menyerap realso dari gaya/force serta beban
kejut.

Gambar 2.1 Kerangka Tubuh Manusia


(Sumber: Nurmianto, 2008)

Sedangkan tulang berfungsi sebagai alat untuk meredam dan


mendistribusi gaya/tegangan yang ada. Evolusi bentuk dan
perkembanganya dirangsang oleh dinamika gerakan tulang itu sendiri
sesuai dengan kebutuhanya. Tulang yang besar dan panjang selalu
mempunyai bentuk berlubang yang berfungsi untuk memberikan
perbandingan yang seimbang terhadap beban yang terjadi pada tulang
tersebut. Bentuk tulang juga telah mengalami evolusi dalam
perkembanganya yaitu berfungsi untuk tempat melekatnya otot.
Disamping itu tubuh manusia tidak akan mempunyai bentuk yang
indah tanpa peran serta tulang belulang ini. Sebaliknya tulang pun juga
tidak akan berdiri tegak tanpa peran serta otot ligamen dan kartilago
yang mengkombinasi dan memegang sambungan tulang secara
bersama-sama. Otot juga sangat penting untuk menjaga posisi tubuh
agar tetap tegak sikap sempurna.

1.5.2 Sambungan Kartilagon (Cartilagenous Joints)


Sambungan Cartilagenous berfungsi untuk pergerakan yang relatif
kecil, seperti misalnya sambungan antara tulang iga (ribs) dan pangkal
tulang iga (sternum). Di samping itu terdapat pula sambungan
Cartilagenous khusus diantara vertebrae (ruas-ruas tulang belakang)
yang dikenal sebagai inverteral disc yang terdiri dari pembungkus
intervertebral discs (outer fibrous ring) yang dikelilingi oleh inti
intervertebral discs (pulpy core). Vertebra tersebut juga terdapat
bersama-sama dengan ligament dan otot. Selain itu terdapat pula
gerakan yang relatif kecil pada setiap sambungannya, sehingga
mengakibatkan adanya fleksibilitas badan manusia untuk membungkuk,
menengadah, dan memutar. Disc tersebut berfungsi pula sebagai
peredam getaran pada saat manusia bergerak baik translasi maupun
rotasi.

1.5.3 Sambungan Synovial (Synovial joints)


Sambungan synovial terdapat paling banyak pada tangan dan kaki
berfungsi untuk pergerakan/perputaran bebas. Walaupun tangan dan
kaki tersebut amat terbatas pergerakanya misalnya arah dan rentang
gerakannya. Ujung tulang pada sambungan tertentu tertutup oleh
artikulasi cartilaginous lunak pada permukaanya. Permukan ini tertutup
dalam capsule firous yang segaris dengan membrane synovia yang
mengeluarkan cairan pelumas synovial.
1.5.4 Ligamen
Ligamen berfungsi untuk membentuk bagian sambungan dan
menempel pada tulang. Ligamen juga berfungsi untuk mencegah
adanya dislokasi dan sekaligus berfungsi untuk membatasi rentang
gerakan. Hal tersebut disebabkan sifat ligament yang tidak elastis dan
dapat meregang (stretch).

1.6 Sistem Sambungan Kerangka


Jangkauan dalam menentukan ruang gerak/aktivitas yang digambarkan
oleh sistem sambungan tulang. Selain itu dimensi ruang yang terbentuk
tersebut amat penting untuk penempatan pengendali (control) dan desain
stasiun kerja. Sifat masing-masing sambungan tulang pada pergerakan sangat
kompleks. Contoh sambungan tulang yang sederhana ada pada siku dan lutut.
Siku dan lutut merupakan sambungan yang membatasi gerakan fleksi. Di
samping itu sambungan siku memberikan kebebasan gerak pada tulang
tangan berupa gerak supinasi dan pronasi seperti terlihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Terminologi untuk gerakan tangan dan lengan


Bahu dan pinggul merupakan sambungan bola dan soket (ball and socket
joints) yang memberikan kebebasan gerak secara tiga dimensi meskipun
dalam rentang yang relatif kecil. Lengan dan tungkai merupakan sambungan
yang kompleks yang mampu untuk mengadakan gerakan tiga dimensi.
Misalkan pada gerakan mengangkat tangan dari permukaan meja kearah
mulut : sambungan siku tidak dapat melaksanakan aktivitas ini tanpa bantuan
orang lain yaitu bantuan dari gerakan sambungan bahu, pergerakan rotasi
seluruh tangan pada sumbunya (persensi dan bahu) dan gerakan lengan
tangan pada sambungan pergelangannya.

1.7 Otot (Muscle)


Otot yang akan dibahas adalah tentang otot striatik (striated muscles) yaitu
otot sadar dengan mengabaikan otot kardiak dan visceral (cardiac and
visceral muscles) yaitu otot tak sadar. Otot terbentuk atas fiber yang
berukuran panjang dari 10 sampai dengan 400 mm dan berdiameter 0,01
sampai dengan 0,1 mm. Pengujian mikroskopis menunjukkan bahwa fier
terdiri dari myofibril yang tersusun atau sel-sel filamen dari molekul myosin
yang saling overlap (tumpeng tindih). Filamen dari molekul aktin serabut otot
(muscle fibre) bervariasi antara satu otot dengan yang lainnya. Beberapa
diantaranya mempunyai yang dipakai untuk mempertahankan kontraksi badan
seperti misalnya otot pementuk postur tubuh. Otot yang pucat
menggambarkan kontraksi otot yang cepat. Berikut ini adalah Gambar 2.3
yang menunjukkan struktur otot manusia.

Gambar 2.2 Struktur otot manusia


(Sumber: Nurmianto, 2008)
Misalnya proporasi yang besar pada serabut otot merah yang terdapat pada
otot kaki menggambarkan indikasi pelari sprinter, sedangkan untuk serabut
otot putih adalah untuk indikasi pelari jarak jauh. Kemampuan tersembunyi
(latent ability) dapat diturunkan secara genetika, yaitu dengan pelatihan yang
rutin dan kontinyu akan dapat membentuk serabut otot yang dapat
menghasilkan kekuatan otot yang yang prima.
Bagi seorang ergonomic, mengetahui jenis otot yang sesuainuntuk
menopang beban statis merupakan hal yang penting. Beban statis yang terjadi
pada semua otot harus diminimumkan. Gaya yang digunakan untuk kontraksi
otot akan dapat meningkatkan luasan penampang melintang dari serabut otot,
tanpa meningkatkan jumla serabut ototnya.
1.7.1 Aktivitas Otot
Otot hanya mempunyai kemampuan berkontraksi dan berelaksasi.
Analogi mekanismenya seperti silinder pneumatic aktivitas tunggal
dengan sistem pegas. Walaupun pada hakektnya tidak ada pegas dalam
tubuh manusia. Dari sinilah otot sebagai penggerak utama bergerak
dengan arah berlawanan terhadap otot yang lainnya yang dikenal
sebagai gerakan antagonis yang berfungsi untuk mengendalikan dan
mengembalikan posisi tangan dan kaki pada tempat asalnya. Dalam
pergerakan yang pelan dan terkendali, baik otot penggerak utama
maupun yang antagonis berada pada posisi tegang selama dalam
pergerakannya. Sebaliknya dalam pergerakan yang cepat, otot antagonis
secara otomatis akan berelaksasi. Sebagai contoh, otot trisep dalam
keadaan antagonis relatif terhadap otot bisep selama dalam gerakan
fleksi oleh siku pada saat tangan mengangkat beban.
Selain itu ada beberapa otot lain yang juga berpatisipasi dalam
pergerakan otot. Misalnya, otot bisep dibantu oleh brachialis selama
gerakan fleksi pada siku. Ada juga jenis otot lain yang disebut sebagai
fiksator yang berfungsi sebagai pemberi kesetimbangan pada saat
adanya suatu gerakan dan sinergi yang berfungsi mengontrol
sambungan-sambungan sehingga memungkinkan suatu gerakan
berjalan secara efisien.
1.7.2 Sumber Energi Bagi Otot
Sumber utamanya adalah dari pemecahan senyawa phosphate kaya
energi dari kondisi energi tinggi ke energi rendah, yang mana dalam
waktu yang sama akan menghasilkan muatan elektron statis dan
menyebabkan gerakan relative dari molekul actin dan myosin. Hal
tersebut ditunjukan pada proses berikut:

ATP ADP + Energi

ATP = Adenosin Tri Phosphat


ADP = Adenosin Di Phosphat

Untuk melanjutkan proses ini, ATP harus disintesa ulang dengan


bahan bakar yang berasal dari sumber lain. Dua proses berikut akan
dapat lebih memberikan penjelasan sebagai berikut:
1.7.3 Anaerobik
Anaerobik adalah perubahan ATP menjadi ADP dan energi tanpa
bantuan oksigen. Glikogen yang terdapat dalam otot terpecah menjadi
energi, dan membentuk asmn laktat. Dalam proses ini asam laktat akan
memberikan indikasi adanya kelelahan otot secara lokal, karena
kurangnya jumlah oksigen yang disebabkan oleh kurangnya jumlah
suplai darah yang dipompa dari jantung. Misalnya jika ada gerakan
yang bersifat tiba-tiba, lari jarak dekat, dan sebagainya.
Sebab lain adalah karena pencegahan kebutuhan aliran darah yang
mengandung oksigen dengan adanya beban otot statis, ataaupun karena
aliran darah yang tidak cukup mensuplai oksigen dan glikogen, akan
melepaskan asam laktat.
1.7.4 Aerobik
Aerobik yaitu proses perubahan ATP menjadi ADP dan energi
dengan bantuan oksigen yang cukup. Asam laktat yang dihasilkan oleh
kontraksi otot dioksidasi dengan cepat menjadi CO2 dan H2O dalam
kondisi aerobic. Sehingga pekerjaan yang tidak terlalu melelahkan akan
dapat berlangsung cukup lama. Disamping itu aliran darah yang cukup
akan mensuplai lemak, karbohidrat dan oksigen ke dalam otot. Akibat
dari kondisi kerja yang terlalu lama akan menyebabkan kadar glikogen
dalam darah akan menurun drastik dibawah normal, dan sebaliknya
kadar asam laktat akan meningkat, dan kalau sudah demikian maka cara
terbaik adalah menghentikan pekerjaan, kemudian istirahat dan makan
makanan yang bergizi untuk membentuk kadar gula dalam darah.
Hal tersebut merupakan proses kontraksi otot yang telah
disederhanakan. Analisa pembangkit energi dan sekaligus menandakan
pentingnya aliran darah untuk otot. Oleh karenanya hendaklah
memperhatikan hal-hal seperti berikut dan sedapat mungkin
menghindari :
a. Beban otot statis
b. Okulasi (penyumbatan aliran darah) karena tekanan, misalnya
tekanan pada popliteal (lipa lutut)
c. Bekerja dengan lengan berada di atas yang menyebabkan aliran
darah berlawanan dengan arah gravitasi

1.8 Pengaruh dari Berkurangnya Aliran Darah


Pengaruh dari berkurangnya aliran darah terhadap otot dapat diihat pada
pada lengan juru ketik dengan menggunakan alat yang biasanya digunakan
untuk mengukur tekanan darah. Hasilnya adalah kinerja para operator
menurun secara drastic. Dalam waktu dua atau tiga menit kemudian
menunjukkan rasa ketidaknyamanan mereka.

Gambar 2.3 Kecepatan pengetikan selama pengujian. Satu kata = 5 detik. Test
untuk tangan kanan dan tangan kiri
Okulasi (tersumbatnya) aliran darah oleh kontraksi otot statis juga telah
didemontrasikan oleh Barnes (1980). Aliran darah pada lengan diukur dengan
menggunakan Whitney strain gauge dan ditempatkan disekeliling tangan
ataupun kaki. Jika volume aliran darah tersebut naik turun maka akan
menyebabkan perbedaan panjangnya strain dynamometer.

1.9 Denyut Jantung (Heart Rate)


Derajat beratnya beban kerja tidak hanya tergantung pada jumlah kalori
yang dikonsumsi, akan tetapi juga bergantung pada jumlah otot yang terlibat
pada pembebanan otot statis. Sejumlah konsumsi energi tertentu akan lebih
berat jika hanya ditunjang oleh sejumlah kecil otot dan relatif terhadap
sejumlah besar otot. Begitu juga konsumsi energi dapat juga untuk
menganalisa pembebanan otot statis dan dinamis.
Oleh karenanya dapat dikatakkan bahwa meningkatnya denyut jantung
adalah dikarenakan oleh :
a. Temperature sekeliling yang tinggi
b. Tingginya pembebanan otot statis
c. Semakin sedikit otot yang terlibat dalam suatu kondisi kerja.

Untuk berbagai macam alasan itulah, sehingga denyut jantung telah


dipakai sebagai index beban kerja. Adapun hubungan antara metabolisme,
respirasi, temperature badan dan denyut jantung sebagai media pengukur
beban kerja ditunjukkan pada Tabel 2.1 di bawah ini.

Tabel .1 Hubungan antara Metabolisme, Respirasi, Temperature Badan dan


Denyut Jantung sebagai Media Pengukur Beban Kerja.
Assessment Oxygen Lung Rectal Heart rate
of work consumption ventilation temperature pulses/mins
load liters/min liters/min ˚C
Very low
0,25 – 0,3 6–7 37,5 60 – 70
(resting)
Low 0,5 – 1 11 – 20 37,5 75 – 100
Moderate 1 – 1,5 20 – 31 37,5 – 38 100 – 125
High 1,5 – 2 31 – 43 38 – 38,5 125 – 150
Very high 2 – 2,5 43 – 56 38,5 – 39 150 – 175
Extreme1ly
2,4 – 4 60 - 100 Over 39 Over 175
high
(Sumber: Nurmianto, 2008)
Pengukuran denyut jantung merupakan salah satu alat untuk mengetahui
beban kerja. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain:
a. Merasakan denyut jantung yang ada pada arteri radial pada pergelangan
tangan.
b. Mendengarkan denyut dengan stethoscope
c. Menggunakan ECG (Electrocardiogram), yaitu mengukur signal elektrik
yang diukur dari otot jantung pada permukaan kulit dada.

Muller (1962) dalam Wignjosoebroto memberikan beberapa pengertian


sebagai berikut :
1. Denyut jantung pada saat istirahat (resting pulse) adalah rata-rata denyut
jantung sebelum suatu pekerjaan dimulai.
2. Denyut jantung selama bekerja (working pulse) adalah rata-rata denyut
jantung selama (pada saat) seseorang bekerja.
3. Denyut jantung untuk bekerja (work pulse) adalah selisih antara denyut
jantung selama bekerja dan selama istirahat.
4. Denyut jantung selama istirahat total (total recovery cost or recovery cost)
adalah jumah aljabar denyut jantung dari berhentinya denyut pada saat
suatu pekerjaan selesai dikerjakan sampai dengan denyut berada pada
kondisi istirahat.
5. Denyut kerja total (total work pulse or cardiac cost) adlaah jumlah denyut
jantung dari mulainya suatu pekerjaan sampai dengan denyut berada pada
pada kondisi istirahatnya (resting level).
Selain faktor di atas, denyut jantung dapat bervariasi sesuai dengan
kebutuhan fisik tubuh, termasuk kebutuhan untuk menyerap oksigen dan
mengeluarkan karbon dioksida. Aktivitas yang bisa memancing perubahan
meliputi latihan fisik, tidur, cemas, stres, sakit, dan konsumsi obat. Faktor-
faktor lain yang mempengaruhi heart rate adalah sebagai berikut:
1. Jenis Kelamin
Pengukuran yang dihasilkan berbeda pada praktikan laki-laki dan
perempuan dalam keadaan tidak beraktivitas maupun beraktivitas.
Pada saat beraktivitas denyut jantung dan denyut nadi pada praktikan laki-
laki-laki dan perempuan tetap berbeda yaitu 110 dan 100 pada 1 menit
pertama dan tetap berbeda di menit-menit selanjutnya. Denyut nadi
menunjukkan pula denyut jantung yang diakibatkan kontraksi ventrikel.
Denyut nadi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi curah
jantung, yaitu volume darah per menit yang dipompakan oleh saluran
ventrikel kiri kedalam sirkuit sistemik (Anonim 2013: 1).
Denyut nadi yang tepat dicapai pada pada perempuan lebih tinggi dari
pada laki-laki. Laki-laki muda dengan kerja 50% maksimal rata-rata nadi
kerja mencapai 128 denyut per menit, pada perempuan 138 denyut per
menit. Berat atau ringannya intensitas kerja berpengaruh terhadap denyut
nadi, lama kerja, waktu istirahat, dan irama kerja yang sesuai dengan
kapasitas optimal manusia akan ikut mempengaruhi frekuensi nadi
sehingga tidak melampaui batas maksimal. Melakukan pekerjaan yang
berat dan waktu yang lama akan mengakibatkan denyut nadi bertambah
sangat cepat dibandingkan dengan melakukan pekerjaan yang ringan dan
dalam waktu singkat (Ganong 1995: 135).
2. Berat Badan
The American Heart Association mendefinisikan bahwa heart rate
sebagai berapa kali jantung berdetak tiap menit. Menurut Henneberger
ukuran tubuh (berat badan) yang lebih besar dapat mempengaruhi denyut
jantung. Jika kelebihan berat badan, maka heart rate akan meningkat.
Jantung juga bekerja seperti otot, harus tetap dilatih dan tetap bugar agar
dapat stabil dan dalam batas normal. Sehingga dengan melakukan olah
raga dan latihan rutin maka jantung dapat lebih efisien memompa darah ke
seluruh tubuh.

1.10 Waktu Periode Kerja dan Istirahat


Jika seseorang bekerja pada tingkat energi diatas 5.2 kkal per menit, maka
pada saat itu akan timbul rasa lelah. Menurut Murrel (1965) manusia masih
mempunyai cadangan sebesar 25 kkal sebelum munculnya asam laktat
sebagai tanda saat dimulainya waktu istirahat. Cadangan energi akan hilang
jika kita bekerja lebih dari 5.0 kkal per menit. Selama periode istirahat,
cadangan energi tersebut akan dibentuk kembali.
1.10.1 Lamanya Waktu Kerja
Untuk menghitung lama waktu kerja dapat dinyatakan dengan
persamaan :
Dimana :
E = Konsumsi energi selama pekerjaan berlangsung (kkal/menit)
(E-5.0) = Habisnya cadangan energi, (kkal/menit)

= Waktu kerja (Working-time), (menit)

1.10.2 Lamanya Waktu Istirahat


Pada lamanya waktu istirahat yang perlu diperhatikan antara lain:
a. Lamanya waktu istirahat diharapkan cukup untuk menghasilkan
cadangan energi tersebut
b. Diasumsikan bahwa selama istirahat jumlah energi adalah 1.5
kkal/menit
c. Periode istirahat (resting time) yang dibutuhkan adalah:

Dimana :
TR = Waktu istirahat yang dibutuhkan (menit)
T = Total waktu kerja (menit)
W = Konsumsi energi rata-rata untuk bekerja (kkal/menit)
S = Pengeluaran energi rata-rata yang direkomendasikan (4
kkal/menit untuk wanita dan 5 kkal/menit untuk pria)

1.11Konsumsi Energi
Konsumsi energi diawali pada saat pekerjaan fisik dimulai. Semakin
banyaknya kebutuhan untuk aktivitas otot bagi suatu jenis pekerjaan, maka
semakin banyak pula energy yang dikonsumsikan dan diekspresikan sebagai
kalori kerja. Kalori ini didapat dengan mengukur konsumsi energy pada saat
bekerja kemudian dikurangi dengan konsumsi energi pada saat metabolism
basal (Wignjosoebroto).
Hal tersebut dapat dituliskan dengan persamaan :
KE = Et –Ei
Dimana :
KE = Konsumsi Energi (kkal/menit)
Et = Pengeluaran energi saat waktu kerja tertentu (kkal/menit)
Ei = Pengeluaran energi saat istirahat (kkal/menit)

Kalori kerja ini menunjukkan tingkat ketegangan otot tubuh manusia


dalam hubungannya dengan :
a. Jenis kerja berat
b. Tingkat usaha kerjanya
c. Kebutuhan waktu untuk istirahat
d. Efisiensi dari berbagai jenis perkakas kerja, dan
e. Produktivitas dari berbagai variasi cara kerja.

Beberapa contoh dari penerapan konsumsi energy untuk perancangan


produk dan kerja, alternative metode kerja, dan lain-lain:
a. Perancangan kerja untuk perpindahan beban variabel yang ditinjau:
o Perpindahan material pada suatu macam beban
o Perpindahan material pada beberapa macam beban yang bervariasi
o Analisa risiko untuk beban yang terlalu berat
b. Perancangan produk parameter yang diamati:
o Energi yang dikonsumsi sebagai fungsi dari diameter roda yang diputar
pada perancangan produk sepeda ergometer
o Meningkatnya energi dengan bertambah besarnya diameter tekanan
udara di dalam ban kendaran
o Menururnya beban otot statis
o Pengukuran frekuensi optimum untuk berbagai macam power output
pada sepeda ergometer.
2 BAB 3
METODOLOGII PRAKTIKUM

2.1 Flow Chart (Diagram Alir)

Mulai

Pembuatan Laporan Pendahuluan dan


Tinjauan Pustaka

Pengambilan Data Heart Rate

Menyusun data berdasarkan variabilitas

Pembuatan Grafik hubungan HR terhadap waktu

Menghitung recovery time, kebutuhan waktu


istirahat dan kebutuhan konsumsi energi

Melakukan analisa data dan pembahasan

Membuat kesimpulan dan laporan resmi

Selesai
2.2 Peralatan
Peralatan yang digunakan adala sebagai berikut:
1. Timbangan badan
2. Observation sheet
3. Tread mill
4. Pulsemeter
5. Stopwatch
6. Ms Excel

2.3 Prosedur Praktikum


Prosedur praktikum phsycological performance yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
1. Masing-masing kelompok memilih 2 orang operator yang cukup sehat
(baik pria maupun wanita).
2. Mengukur berat badan dan HR tiap operator
3. Setiap opertor menjalankan aktivitas sebagai berikut:
a. Ergocycle
 Pada program 9 operator mengayuh selama 5 menit, istirahat 3
menit lalu mengayuh lagi selama 5 menit dan istirahat 10
menit.
 Pada program 9 operator mengayuh selama 10 menit, istirahat
3 menit lalu mengayuh lagi selama 10 menit dan istirahat 10
menit.
 Pada program 6 opertor mengayuh selama 5 menit, istirahat 10
menit lalu mengayuh lagi selama 10 menit dan istirahat 10
menit.
b. Tread mill
 Berjalan (kec. 7-8 kph) selama 5 menit, istirahat selama 3
menit lalu berjalan lagi selama 5 menit dan istirahat selama 10
menit.
 Berjalan (kec. 7-8 kph) selama 10 menit, istirahat selama 3
menit lalu berjalan lagi selama 10 menit dan istirahat selama
10 menit.
 Berlari (kec. 10-11 kph) selama 5 menit, istirahat selama 10
menit lalu berlari lagi selama 10 menit dan istirahat selama 10
menit.
4. Mengukur HR operator tiap menit pada detik ke-51 sampai dengan detik
ke-60 baik pada saat operasi maupun istirahat.
5. Membuat rekap data berdasarkan variabilitas jenis kelamin, berat badan,
working time dan recovery time.
6. Membuat grafik (dari tiap rekap data) yang menunjukan hubungan HR
terhadap waktu, baik waktu operasi maupun waktu istirahat untuk
masingmasing treatment.
7. Menghitung recovery time dan waktu istirahat yang dibutuhkan
berdasarkan jenis kelaminnya.
8. Menghitung kebutuhan konsumsi energi oleh setiap operator sesuai
dengan jenis kelaminnya.
9. Membuat grafik konsumsi energi terhadap heart rate normal.
10. Membuat grafik hubungan antara VO2 max dengan HR normal.
11. Menganalisa data hasil praktikum.
12. Membuat kesimpulan dan saran.
BAB 4
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1. Data Hasil Percobaan


Pengambilan data Heart Rate dilakukan pada 24 mahasiswa kelas yang
diambil 5 menit setelah operator melakukan aktivitas yaitu lari di atas
treadmill selama 3 menit. Perekapan data dilakukan per 10 detik sehingga
data yang diambil sebanyak 30. Hasil rekap data keseluruhan dan hasil rekap
data berdasarkan variabilitas jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan
Tabel 4.2. Untuk hasil rekap data berdasarkan berat badan pada masing-
masing jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan Tabel 4.4
Tabel 4.1 Data Phsycological Performance Perempuan

(Sumber: Data Kelompok 9, 2018)

Tabel 4.1 Data Phsycological Performance Laki-laki

(Sumber: Data Kelompok 9, 2018)


Tabel 4.3 Data Interval Berat Badan Perempuan

(Sumber: Data Kelompok 9, 2018)

Tabel 4.4 Data Interval Berat Badan Laki-laki

(Sumber: Data Kelompok 9, 2018)


4.2. Grafik Phsycologycal Performance
4.2.1. Berdasarkan Variabilitas Jenis Kelamin
Hubungan antara heart rate dengan waktu berdasarkan
variabilitas jenis kelamin dapat dilihat pada grafik Gambar 4.1
dan Gambar 4.2

Gambar 4.2 Grafik HR dengan Waktu Perempuan

Gambar 4.2 Grafik HR dengan Waktu Laki-laki


4.2.2. Berdasarkan Variabilitas Berat Badan
Hubungan antara heart rate dengan waktu berdasarkan
variabilitas berat badan pada pria dapat dilihat pada grafik
Gambar 4.3 dan wanita pada grafik Gambar 4.4

Gambar 4.3 Grafik HR dengan Waktu Berdasarkan Berat Badan pada Perempuan

Gambar 4.4 Grafik HR dengan Waktu Berdasarkan Berat Badan pada Laki-laki
4.2.3. Grafik Hubungan Heart Rate dengan Waktu Tiap Operator
Hubungan serta pengaruh antara heart ratei dan waktu
dapat dilihat pada grafik di masing-masing operator.

Gambar 4.4 Grafik HR dengan Waktu pada Operator Ratri

Gambar 4.4 Grafik HR dengan Waktu pada Operator Betha


Gambar 4.4 Grafik HR dengan Waktu pada Operator Indra

4.3. Recovery Time


Recovery Time dapat langsung diketahui apabila tercatat heart rate
normal selama 5 menit setelah melakukan aktivitas, maka waktu tersebut
merupakan recovery time yang dibutuhkan orang tersebut. Selain itu dapat
dihitung dengancara menentukan rantai urutan terpanjang heart rate yang
mengalami penurunan lalu dilakukan interpolasi.
Perhitungan interpolasi pada operator yang heart rate normalnya tidak
tercatat selama waktu pengukuran adalah sebagai berikut :

Betha Ratrihaning

88 = 5x – 55 148 = 13x – 65
x = 28,6 x = 16,3
maka recovery timenya adalah pada
pada detik ke 286 maka pada detik ke 163
Dari data perhitungan interpolasi di atas data recovery time pada
masing-masing operator dapat dilihat pada Tabel 4.5

Tabel 4.5 Data Recovery Time

(Sumber: Data Kelompok 9, 2018

4.4. Perhitungan Waktu Istirahat


Waktu istirahat dapat dihitung apabila telah melakukan perhitungan
Konsumsi Energi (KE) pada masing-masing operator. Sebagai contoh
perhitungan adalah sebagai berikut :
Pada operator : Indra
Diketahui :
Heart Rate Normal (X₁) = 93
Heart Rate Tertinggi (X₂) = 119
Standar energy yang dikeluarkan (S) = 5 kkal/menit (pria)
= 4 kkal/menit (wanita)
Metabolisme Basal (BM) = 1.7 kkal/menit (pria)
= 1.4 kkal/menit (wanita)

Menghitung energi pada saat heart rate normal

Ei = 1.804 – 0.0229X1 + 4.717 . 10-4 X12


= 1.804 – 0.0229 (93) + 4.717 . 10-4 (93)2
= 3.754033
Menghitung energi pada saat heart rate tertinggi sebelum heart rate
kembali normal
Et = 1.804 – 0.0229X2 + 4.717 . 10-4 X22
= 1.804 – 0.0229 (119) + 4.717 . 10-4 (119)2
= 5.75864

Menghitung konsumsi energi (KE)


KE = Et - Ei
= 5.75864 - 3.754033
= 2.00461

Menghitung waktu istirahat

Apabila nilai KE lebih kecil daripada nilai S maka waktu istirahat


adalah 0. Dengan cara yang sama dilakukan perhitungan pada masing-
masing operator baik pria atau pun wanita dan menghasilkan data Eᵢ, Et, KE
dan Rt sebagai berikut.

Tabel 4.5 Data Waktu Istirahat Pada Perempuan

(Sumber : Data Kelompok 9, 2018)


Tabel 4.5 Data Waktu Istirahat Pada Perempuan

(Sumber : Data Kelompok 9, 2018)


BAB 5
ANALISA DAN PEMBAHASAN

5.1. Analisa dan Pembahasan


5.1.1. Pengaruh Variabel Jenis Kelamin Terhadap Heart Rate
Berdasarkan data yang diperoleh dan diolah serta dari grafik
yang terbentuk pengaruh variabilitas jenis kelamin terhadap heart
rate diketahui bahwa rata-rata nilai heart rate perempuan lebih
tinggi daripada laki-laki namun selisihnya sangat sedikit.. Sehingga
berdasarkan praktikum yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
heart rate wanita lebih tinggi daripada heart rate pria. Hal ini
disebabkan oleh jantung wanita lebih kecil daripada jantung pria
sehingga detak jantung wanita akan berdenyut lebih cepat.

5.1.2. Pengaruh Variabel Berat Badan Terhadap Heart Rate


Berdasarkan rekap data berat badan dan yang berdasarkan
pada Grafik Hubungan Heart Rate dan Waktu Berdasarkan Variabel
Berat Badan pada wanita, wanita dengan berat badan antara 35-45
kg mempunyai rata-rata nilai Heart Rate yang stabil dengan
fluktuatif yang mana mempunyai range yang tinggi. Dimana nilai
rata-rata Heart Rate tertinggi adalah 113,667 bpm pada waktu
istirahat 10 detik ke-6 dan terendah adalah 90,33 bpm pada waktu
istirahat 10 detik ke-18. Sedangkan pada wanita dengan berat
badan 46-55 kg, rata-rata nilai Heart Rate dengan fluktuatif yang
mempunyai range yang rendah. Dimana nilai rata-rata Heart Rate
tertinggi adalah 123,556 bpm pada waktu istirahat 10 detik ke-5
dan terendah adalah 94,667 bpm pada waktu istirahat 10 detik ke-1.
Pada pada wanita dengan berat badan >55 kg memiliki nilai rata-
rata Heart Rate sebesar 120,25 pada waktu istirahat 10 detik ke-4
dan nilai terendah adalah 94 bpm pada waktu istirahat 10 detik ke-
1. Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi dan performa tubuh tiap
individu.
Sedangkan pada pria yang sesuai dengan grafik, Hubungan
Heart Rate dan Waktu Berdasarkan Variabel Berat Badan pada pria,
mempunyai nilai rata-rata yang stabil, baik pria dengan berat badan
40-50kg, 51-60kg, dan >60kg. Untuk berat badan 45-55 kg, nilai
Heart Rate tertinggi adalah 115,33 bpm yaitu pada 10 detik ke 3
dan terendah adalah 91 bpm yaitu pada 10 detik ke 27. Untuk berat
badan 56-65 kg, nilai Heart Rate tertinggi yaitu 121 bpm yaitu pada
10 detik ke 1 dan Heart Rate terendah yaitu 91 bpm pada 10 detik
ke 10 dan 28. Untuk berat badan >65 kg, nilai Heart Rate tertinggi
sebesar 128,75 yaitu pada 10 detik ke 3 dan nilai Heart Rate
terendah yaitu 95 pada 10 detik ke 1.Hal ini dapat disebabkan oleh
kondisi dan performa tubuh pada pria jauh lebih baik daripada
wanita dan berat badan tidak berpengaruh besar jika dilihat dari
grafik yang konstan.
Sehingga berdasarkan grafik-grafik tersebut heart rate pada
wanita dan pada pria, yang ditunjukkan adalah heart rate
tergantung pada kondisi fisik dan performa pria maupun wanita,
berat badan tidak terlalu mempengaruhi heart rate pria maupun
wanita. Hasil tersebut berlawanan dengan teori yang ada, yang
mana pada teori menyebutkan semakin besar berat badan maka
heart rate akan semakin besar pula. Hal ini dapat disebabkan
karena kondisi fisik dan kekuatan fisik setiap individu yang
berbeda, sehingga performa tubuh yang dihasilkan juga berbeda
pula.

2.3.1 Recovery Time


Berdasarkan Rekap Data Recovery Time pada Pria dan Rekap Data
Recovery Time pada Perempuan. Tabel rekap data recovery time, dapat
diketahui bahwa recovery time pada setiap individu dengan individu
yang lain memiliki recovery time yang berbeda-beda. Perbedaan
recovery time pada tiap individu, baik laki-laki maupun perempuan,
bergantung dari gaya hidup, berat badan, serta aktivitas yang dilakukan
secara rutin oleh masing-masing individu.
2.3.2 Hubungan antara Heart Rate dan Konsumsi Energi
Berdasarkan Gambar 4.25 Grafik Hubungan Konsumsi Energi
dengan Waktu Berdasarkan Variabilitas Jenis Kelamin, dapat diketahui
jenis kelamin wanita lebih banyak mengkonsumsi energi daripada pria.
Hal ini menunjukkan bahwa wanita mempunyai metabolisme yang
lebih tinggi daripada pria sehingga energi yang dibutuhkan untuk
pembakaran juga semakin besar. Berbeda dengan pria Perbedaan
metabolisme pada tiap individu, baik laki-laki maupun perempuan,
bergantung dari gaya hidup dan asupan makanan serta aktivitas yang
dilakukan secara rutin oleh masing-masing individu.
5.1.5 Waktu Istirahat yang Dibutuhkan
Berdasarkan data Waktu Istirahat pada Pria dan pada Wanita
kebutuhan waktu istirahat yang diperoleh dari data konsumsi energi per
operator, dapat disimpulkan bahwa masing-masing operator memiliki
waktu istirahat yang berbeda, baik laki-laki maupun perempuan. Hal ini
disebabkan oleh perbedaan konsumsi energi serta metabolisme tubuh
operator dalam mencapai recovery time. Pada waktu istirahat yang
dibutuhkan terdapat nilai negatif yang berarti operator tersebut tidak
memerlukan istirahat.

5.2.
DAFTAR PUSTAKA

Nurmianto, Eko (1996), Ergonomi, Konsep dasar dan Aplikasinya, PT Guna


Widya Jakarta.
Modul Praktikum Ergonomi, Safety Engineering PPNS – ITS.
Wignjosoebroto, Sritomo.2003. Ergonomi Study Gerak dan Waktu.
Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh Nopember
https://cardiacsaveherbalterampuh.wordpress.com/2015 diakses pada tanggal 15
November 2018.
https://id.answers.yahoo.com/question/index diakses pada tanggal 15 November
2018.

Anda mungkin juga menyukai