Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Leukemia disebabkan oleh mutasi dari bone marrow pluripotent atau sel induk yang paling
primitif (Ciesla, 2007).Leukemia akut adalah keganasan tersering pada anak. Angka kejadiannya
mencapai sepertiga dari keganasan pada anak. Terdapat dua kelompok besar leukemia akut, yaitu
leukemia limfoblastik akut (LLA) dan mieloblastik akut (LMA). Leukemia limfoblastik akut
(LLA) adalah leukemia tersering terjadi pada anak.
Sedangkan proporsi LMA sebesar 15%-20% dengan insiden 7,1 per satu juta populasi.
(Supriyadi, 2013) Dari seluruh kejadian kanker, 32% di antaranya terjadi pada usia di bawah 15
tahun. Sekitar 74% dari kelompok umur tersebut adalah kanker darah atau leukemia. Organisasi
kesehatan dunia (WHO) memperkirakan bahwa di Indonesia tiap tahun ada seratus penderita
kanker baru dari 100.000 penduduk dan 2% di antaranya atau 4.100 kasus merupakan kanker
anak. Angka ini terus meningkat 2 lantaran kurangnya pemahaman orang tua mengenai penyakit
kanker dan bahayanya. (Simanjorang, 2009)

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi leukimia ?
2. Apa saja etiologi pada leukimia ?
3. Apa saja tanda gejala pada leukimia ?
4. Apa saja penatalaksanaan pada leukimia ?
5. Apa saja Manefistasi,patofisiologi dan pemeriksaan penunjang pada penderita leukemia ?
6. Bagaimana Asuhan keperawatan pada penderita leukimia anak ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Agar mampu memahami secara menyeluruh tentang penyakit leukimia pada anak.
2. Agar mahasiswa dapat mengidentifikasi bentuk, faktor-faktor yang menyebabkan, serta
dampak terjadinya penyakit leukimia.
3. Dapat mengimplikasikan dan mengetahui bagaimana proses asuhan keperawatan dalam
masalah penyakit leukimia pada anak.

1
D. Manfaat
1. Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mengenai penyakit leukimia pada
anak.
2. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi semua pembaca tentang penyakit leukimia
pada anak.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Leukemia adalah keganasan organ pembuat darah, sehingga sumsum tulang didominasi
oleh limfoblas yang abnormal. Leukemia limfoblastik akut adalah keganasan yang sering
ditemukan pada masa anak-anak (25-30% dari seluruh keganasan pada anak), anak laki lebih
sering ditemukan dari pada anak perempuan, dan terbanyak pada anak usia 3-4 tahun. Faktor
risiko terjadi leukimia adalah faktor kelainan kromosom, bahan kimia, radiasi faktor
hormonal,infeksi virus (Ribera, 2009).
ALL adalah kanker jaringan yang menghasilkan leukosit (Cecily, 2002). Leukemia
Limfoblastik Akut (LLA) adalah suatu keganasan pada sel-sel prekursor limfoid, yakni sel
darah yang nantinya akan berdiferensiasi menjadi limfosit T dan limfosit B. LLA ini banyak
terjadi pada anak-anak yakni 75%, sedangkan sisanya terjadi pada orang dewasa. Lebih dari
80% dari kasus LLA adalah terjadinya keganasan pada sel T, dan sisanya adalah keganasan
pada sel B. Insidennya 1 : 60.000 orang/tahun dan didominasi oleh anak-anak usia < 15
tahun, dengan insiden tertinggi pada usia 3-5 tahun (Landier, 2001)
ALL adalah patologis dari sel pembuluh darah yang bersifat sistematik dan biasanya berakhir
fatal (Ngastiyah, 2005).

B. KLASIFIKASI
1. Leukemia Akut
Leukemia akut adalah keganasan primer sumsum tulang yang berakibat terdesaknya
komponen darah normal oleh komponen darah abnormal (blastosit) yang disertai dengan
penyebaran ke organ-organ lain. Leukemia akut memiliki perjalanan klinis yang cepat, tanpa
pengobatan penderita akan meninggal rata-rata dalam 4-6 bulan.
a. Leukemia Limfositik Akut (LLA)
LLA merupakan jenis leukemia dengan karakteristik adanya proliferasi dan
akumulasi sel-sel patologis dari sistem limfopoetik yang mengakibatkan
organomegali (pembesaran alat-alat dalam) dan kegagalan organ.
LLA lebih sering ditemukan pada anak-anak (82%) daripada umur dewasa
(18%). Insiden LLA akan mencapai puncaknya pada umur 3-7 tahun. Tanpa
pengobatan sebagian anak-anak akan hidup 2-3 bulan setelah terdiagnosis terutama
diakibatkan oleh kegagalan dari sumsum tulang.
Klasifikasi LLA berdasarkan morfologik untuk lebih memudahkan
pemakaiannya dalam klinik, antara lain sebagai berikut:
 L-1 terdiri dari sel-sel limfoblas kecil serupa dengan kromatin homogen,
nucleus umumnya tidak tampak dan sitoplasma sempit
3
 L-2 pada jenis ini sel limfoblas lebih besar tapi ukurannya bervariasi, kromatin
lebih besar dengan satu atau lebih anak inti
 L-3 terdiri dari sel limfoblas besar, homogeny dengan kromatin berbecak,
banyak ditemukan anak inti serta sitoplasma yang basofilik dan bervakuolisasi
b. Leukemia Mielositik Akut (LMA)
LMA merupakan leukemia yang mengenai sel stem hematopoetik yang akan
berdiferensiasi ke semua sel mieloid. LMA merupakan leukemia nonlimfositik yang
paling sering terjadi. LMA atau Leukemia Nonlimfositik Akut (LNLA) lebih sering
ditemukan pada orang dewasa (85%) dibandingkan anak-anak (15%). Permulaannya
mendadak dan progresif dalam masa 1 sampai 3 bulan dengan durasi gejala yang
singkat. Jika tidak diobati, LNLA fatal dalam 3 sampai 6 bulan.
2. Leukemia Kronik
Leukemia kronik merupakan suatu penyakit yang ditandai proliferasi neoplastik dari
salah satu sel yang berlangsung atau terjadi karena keganasan hematologi.
a. Leukemia Limfositik Kronis (LLK)
LLK adalah suatu keganasan klonal limfosit B (jarang pada limfosit T).
Perjalanan penyakit ini biasanya perlahan, dengan akumulasi progresif yang berjalan
lambat dari limfosit kecil yang berumur panjang.
LLK cenderung dikenal sebagai kelainan ringan yang menyerang individu yang
berusia 50 sampai 70 tahun dengan perbandingan 2:1 untuk laki-laki.
b. Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik (LGK/LMK)
LGK/LMK adalah gangguan mieloproliferatif yang ditandai dengan produksi
berlebihan sel mieloid (seri granulosit) yang relatif matang. LGK/LMK mencakup
20% leukemia dan paling sering dijumpai pada orang dewasa usia pertengahan (40-
50 tahun). Abnormalitas genetik yang dinamakan kromosom philadelphia ditemukan
pada 90-95% penderita LGK/LMK.
Sebagian besar penderita LGK/LMK akan meninggal setelah memasuki fase
akhir yang disebut fase krisis blastik yaitu produksi berlebihan sel muda leukosit,
biasanya berupa mieloblas/promielosit, disertai produksi neutrofil, trombosit dan sel
darah merah yang amat kurang.

C. Etiologi
1. Faktor Prediposisi
a. Genetik
1) Keturunan
 Adanya Penyimpangan Kromosom
Insidensi leukemia meningkat pada penderita kelainan kongenital, diantaranya
pada sindroma Down, sindroma Bloom, Fanconi’s Anemia, sindroma Wiskott-
Aldrich, sindroma Ellis van Creveld, sindroma Kleinfelter, D-Trisomy sindrome,

4
sindroma von Reckinghausen, dan neurofibromatosis. Kelainan-kelainan
kongenital ini dikaitkan erat dengan adanya perubahan informasi gen, misal pada
kromosom 21 atau C-group Trisomy, atau pola kromosom yang tidak stabil,
seperti pada aneuploidy.
 Saudara kandung
Dilaporkan adanya resiko leukemia akut yang tinggi pada kembar identik dimana
kasus-kasus leukemia akut terjadi pada tahun pertama kelahiran. Hal ini berlaku
juga pada keluarga dengan insidensi leukemia yang sangat tinggi
2) Faktor Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan di ketahui dapat menyebabkan kerusakan kromosom
dapatan, misal: radiasi, bahan kimia, dan obat-obatan yang dihubungkan dengan
insiden yang meningkat pada leukemia akut, khususnya ALL ,
b. Virus
Dalam banyak percobaan telah didapatkan fakta bahwa RNA virus menyebabkan
leukemia pada hewan termasuk primata. Penelitian pada manusia menemukan
adanya RNA dependent DNA polimerase pada sel-sel leukemia tapi tidak ditemukan pada
sel-sel normal dan enzim ini berasal dari virus tipe C yang merupakan virus RNA yang
menyebabkan leukemia pada hewan. Salah satu virus yang terbukti dapat menyebabkan
leukemia pada manusia adalah Human T-Cell Leukemia. Jenis leukemia yang
ditimbulkan adalah Acute T- Cell Leukemia.
c. Bahan Kimia dan Obat-obatan
1) Bahan Kimia
Paparan kromis dari bahan kimia (misal: benzen) dihubungkan dengan peningkatan
insidensi leukemia akut, misal pada tukang sepatu yang sering terpapar benzen.
Selain benzen beberapa bahan lain dihubungkan dengan resiko tinggi dari AML,
antara lain: produk – produk minyak, cat, ethylene oxide, herbisida, pestisida, dan
ladang elektromagnetik
2) Obat-obatan
Obat-obatan anti neoplastik (misal: alkilator dan inhibitor topoisomere II) dapat
mengakibatkan penyimpangan kromosom yang menyebabkan AML. Kloramfenikol,
fenilbutazon, dan methoxypsoralen dilaporkan menyebabkan kegagalan sumsum
tulang yang lambat laun menjadi AML
d. Radiasi
Hubungan yang erat antara radiasi dan leukemia (ANLL) ditemukan pada pasien-
pasien anxylosing spondilitis yang mendapat terapi radiasi, dan pada kasus lain seperti
peningkatan insidensi leukemia pada penduduk Jepang yang selamat dari ledakan bom
atom. Peningkatan resiko leukemia ditemui juga pada pasien yang mendapat terapi

5
radiasi misal: pembesaran thymic, para pekerja yang terekspos radiasi dan para
radiologis.
e. Leukemia Sekunder
Leukemia yang terjadi setelah perawatan atas penyakit malignansi lain
disebut Secondary Acute Leukemia (SAL) atau treatment related leukemia. Termasuk
diantaranya penyakit Hodgin, limphoma, myeloma, dan kanker payudara. Hal ini
disebabkan karena obat-obatan yang digunakan termasuk golongan imunosupresif selain
menyebabkan dapat menyebabkan kerusakan DNA .
f. Faktor lain
Menurut Ngastiyah (2005) penyebab ALL sampai sekarang belum diketahui dengan
jelas, diduga kemungkinan besar karena virus (virus onkologik), faktor lain yang turut
berperan adalah:
a. Faktor eksterogen seperti sinar X, sinar radioaktif, hormon, bahan kimia (bentol, arsen,
preparat sulfat), infeksi (virus, bakteri).
b. Faktor endogen seperti Ras (orang Yahudi mudah menderita).
D. PATOFISIOLOGI
Leukimia disebabkan karena adanya faktor internal (genetik,imonologi) dan
faktor eksternal (obat-obatan,kimia,radiasi) yang menyebabkan ganguan pembentukan
leukosit.Ganguan pembentukan leukosit yang menyebabkan leukosit meningkat lebih
dari batas normal sehingga menyebabkan terjadinya diagnosa keperawatan nyeri pada
seluruh tubuh,karena meningkatkan leukosit menyebabkan leukosit memakan leukosit
lainnya yang menngakibatkan leukosit kurang sehingga daya tahan tubuh menurun dan
terjadinya diagnosa keperawatan potensial infeksi. Daya tahan tubuh menurun
mengakibatkan mual,muntah,diare dan perdarahan yang menimbulkan terjadinya
diagnosa keperawatan resiko tinggi desisit cairan tubuh.
Selain itu dari faktor eksternal dan internal juga menyebabkan leukosit memfagosit
eritrosit dan trombosit meningkat sehingga menyebabkan terjadinya diagnosa
keperawatan potensial terjadi pendarahan yang tidak terkontrol.Selain itu juga
menyebabkan gangguan penekanan BM(Blood Messure) tekanan darah yang
menyebabkan anemia sehingga akan menimbulkan lemah,nafsu makan turun dan pusing
yang menyebabkan terjadinya diagnosa keperawatan gangguan gerak dan aktivitas.

6
E. Tanda dan Gejala
Leukemia limfositik akut menyerupai leukemia granulositik akut dengan tanda dan
gejala dikaitkan dengan penekanan unsur sumsum tulang normal (kegagalan sumsum tulang)
atau keterlibatan ekstramedular oleh sel leukemia. Akumulasi sel-sel limfoblas ganas di
sumsumtulang menyebabkan berkurangnya sel-sel normal di darah perifer dengan
manifestasi utama berupa infeksi, perdarahan, dan anemia. Gejala lain yang dapat ditemukan
yaitu:
1. Anemia: mudah lelah, letargi, pusing, sesak, nyeri dada
2. Anoreksia, kehilangan berat badan, malaise
3. Nyeri tulang dan sendi (karena infiltrasi sumsum tulang oleh sel leukemia), biasanya
terjadi pada anak
4. Demam, banyak berkeringat pada malam hari (hipermetabolisme)
5. Infeksi mulut, saluran napas, selulitis, atau sepsis. Penyebab tersering adalah gramnegatif
usus stafilokokus, streptokokus, serta jamur
6. Perdarahan kulit, gusi, otak, saluran cerna, hematuria
7. Hepatomegali, splenomegali, limfadenopati
8. Massa di mediastinum (T-ALL)
9. Leukemia SSP (Leukemia cerebral); nyeri kepala, tekanan intrakranial naik,
muntah,kelumpuhan saraf otak (VI dan VII), kelainan neurologik fokal, dan perubahan
statusmental.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

7
Pemeriksaan diagnostik yang lazim dilakukan pada anak dengan Leukemia Limfositik
Akut adalah:
1. Pemeriksaan sumsum tulang Leukemia Limfositik Akut (BMP/Bone Marrow Punction):
a. Ditemukan sel blast yang berlebihan
b. Peningkatan protein
2. Pemeriksaan darah tepi Leukemia Limfositik Akut
a. Pansitopenia (anemia, lekopenia, trombositopneia)
b. Peningkatan asam urat serum
c. Peningkatan tembaga (Cu) serum
d. Penurunan kadar Zink (Zn)
e. Peningkatan leukosit dapat terjadi (20.000 – 200.000/µl) tetapi dalam bentuk sel
blast/sel primitif
3. Biopsi hati, limpa, ginjal, tulang untuk mengkaji keterlibatan/infiltrasi sel kanker ke
organ tersebut
4. Fotothorax untuk mengkaji keterlibatan mediastinum
5. Sitogenik: 50-60% dari pasien ALL mempunyai kelainan berupa:
a. Kelainan jumlah kromosom, seperti diploid (2n), haploid (2n-a), hiperploid (2n+a)
b. Bertambah atau hilangnya bagian kromosom (partial delection)
c. Terdapat marker kromosom, yaitu elemen yang secara morfologis bukan komponen
kromosom normal dari bentuk yang sangat besar sampai yang sangat kecil

G. PENATALAKSANAAN
Menurut Ngastiyah, 2005 penatalaksanaan pada pasien ALL adalah:
1. Transfusi darah, jika kadar Hb kurang dari 69%. Pada trombositopenia yang berat
dan pendarahan pasif dapat diberikan transfusi trombosit dan bila terdapat tanda-
tanda DIC dapat diberikan heparin.
2. Kortosteroid (prednison, kortison, deksametason, dan sebagainya). Setelah dicapai
remisi dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan.
3. Sitostatika, selain sitistatika yang lama (6-merkaptispurin atau 6 mp, metotreksat
atau MTX) pada waktu ini dipakai pula yang baru dan lebih paten seperti obat
lainnya. Umumnya sitostatika diberikan dalam kombinasi bersama-sama dengan
prednison. Pada pemberian obat-obatan ini sering terdapat akibat samping berupa
alopsia (botak), stomatitis, leucopenia, infeksi sekunder atau kadidiasis. Bila jumlah
leukosit kurang dari 2000 / mm3 pemberiannya harus hati-hati.
4. Infeksi sekunder dihindarkan (lebih baik pasien dirawat di kamar yang suci hama).
5. Imunoterapi, merupakan cara pengobatan yang terbaru. Setelah dicapai remisi dan
jumlah sel leukimia cukup rendah (105-106), imunoterapi mulai diberikan (mengani
cara pengobatan yang terbaru masih dalam perkembangan).

8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas Anak
 Umur: ALL lebih sering terjadi pada umur kurang dari 5 tahun. Angka kejadian
tertinggi adalah pada umur 3 tahun.
 Jenis kelamin: leukemia limpfositik akut paling sering terjadi pada laki-laki
dibandingkan perempuan.
b. Identitas Orang Tua
 Pendidikan: Pendidikan yang rendah pada orang tua mengakibatkan kurangnya
pengetahuan terhadapa penyakit anaknya.
 Pekerjaan: Pekerjaan orang tua yang berhubungan dengan bahan kimia, radiasi
sinar X, sinar radioaktif, berpengaruh kepada anaknya. Selain itu sejauh mana
orang tua mempengaruhi pengobatan penyakit anaknya.
2. Keluhan Utama
Nyeri sendi dan tulang sering terjadi, lemah, nafsu makan menurun, demam (jika
disertai infeksi) bisa juga disertai dengan sakit kepala, purpura, penurunan berat badan dan
sering ditemukan suatu yang abnormal. Kelelahan dan petekie berhubungan dengan
trombositopenia juga merupakan gejala-gejala umum terjadi
3. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Saat hamil ibu sering mengkomsumsi makanan dengan bahan pengawet dan
penyedap rasa. Radiasi pada ibu selama kehamilan dapat meningkatkan resiko Saat hamil
ibu sering mengkomsumsi makanan dengan bahan pengawet dan penyedap rasa. Radiasi
pada ibu selama kehamilan dapat meningkatkan resiko pada janinnya. Lebih sering pada
saudara sekandung, terutama pada kembar.
4. Riwayat Keluarga
Insiden ALL lebih tinggi berasal dari saudara kandung anak-anak yang terserang terlebih
pada kembar monozigot (identik).
5. Riwayat Tumbuh Kembang
Pada penderita ALL pertumbuhan dan perkembangannya mengalami keterlambatan akibat
nutrisi yang didapat kurang karena penurunan nafsu makan, pertumbuhan fisiknya
terganggu, terutama pada berat badan anak tersebut. Anak keliatan kurus, kecil dan tidak
sesuai dengan usia anak.
a. Riwayat Perkembangan
 Motorik Kasar
9
Pada anak dengan penyakit ALL pada umumnya dapat melakukan aktivitas
secara normal, tapi mereka cepat merasa lelah saat melakukan aktivitas yang
terlalu berat (membutuhkan banyak energi).
 Motorik Halus
Pada umumnya anak dengan ALL masih dapat melakukan aktivitas ringan
seperti halnya anak-anak normal. Karena aktivitas ringan tidak membutuhkan
energi yang banyak dan anak tidak mudah lelah
6. Data Psikososio Spiritual
a. Psikologi
Anak belum tahu tentang penyakitnya, sehingga anak tidak merasa memiliki
penyakit. Orang tua mengalami kecemasan mengenai penyakit yang dialami anak,
kondisinya apakah bisa sembuh atau tidak, serta masalah financial keluarga.
b. Sosial
Anak jarang bermain dengan teman-temannya, karena kondisi anak lemah sehingga
orangtua tidak mengizinkan anak untuk beraktivitas yang berat. Dirumah anak
bermain dengan orang tua dan saudaranya, tetapi bermain yang ringan.
c. Spiritual
Sebelum tidur anak diingatkan oleh orang tua untuk berdoa. Saat anak melihat
orang tuanya berdoa anak mengikuti cara orang tuanya berdoa.
7. ADL
a. Nutrisi
Anak makan 2 kali sehari, pada ALL terjadi penurunan nafsu makan. Anak suka
makan makanan siap saji maupun jajan diluar rumah. Anak tidak suka makan sayur-
sayuran, makan buah kadang-kadang sehingga zat besi yang diperlukan berkurang.
Selain itu pengaruh ibu yang suka masak menggunakan penyedap rasa dan sering
menyediakan makanan siap saji dirumah.
b. Aktivitas istirahat dan tidur
Saat beraktivitas anak cepat kelelahan. Anak kebanyakan istirahat dan tidur karena
kelemahan yang dialaminya. Sebagaian aktivitas biasanya dibantu oleh keluarga. Saat
tidur anak ditemani oleh ibunya. Tidur anak terganggu karena nyeri sendi yang sering
dialami oleh leukemia.
c. Eliminasi
Anak gangguan ALL pada umumnya mengalami diare, dan penurunan haluran urin.
BAB 3-5x sehari, dengan konsistensi cair. Haluan urin sedikit yang disebabkan
susahnya masukan cairan pada anak, warna urine kuning keruh. Saat BAK anak
merasa nyeri karena nyeri tekan diperianal.
d. Personal hygiene
Anak mandi 2x sehari, gosok gigi 2x setelah makan dan mau tidur. Sebagaian aktivitas
hygiene personal sebagaian dibantu oleh orang tua.
8. Keadaan Umum
Pada anak –anak tampak pucat, demam, lemah, sianosis
10
9. Pemeriksaan TTV
a. RR: Pada penderita PDA, manifestasi kliniknya pada umumnya anak sesak nafas,
tachypnea (Pernafasan >70x/menit)
b. Nadi: Pada penderita ALL, terdapat manifestasi klinik nadi teraba kuat dan cepat
(takikardia)
c. TD: pada penderita ALL, tekanan darahnya tinggi disebabkan oleh hiperviskositas
darah (Aziz, 2005)
d. Suhu: Pada penderita ALL yang terjadi infeksi l suhu akan naik (hipertermi, >37,5 0C)
(Weni K, 2010)
10. Pemeriksaan Fisik head to toe
a. Kepala dan Leher
1) Rongga mulut: apakah terdapat peradangan (infeksi oleh jamur atau bakteri),
perdarahan gusi, pertumbuhan gigi apakah sudah lengkap, ada atau tidaknya karies
gigi.
2) Mata: Konjungtiva (anemis atau tidak), sclera (kemerahan, ikterik)
3) Telinga : ketulian
4) Leher: distensi vena jugularis
5) Perdarahan otak: Leukemia system saraf pusat: nyeri kepala, muntah (gejala
tekanan tinggi intrakranial), perubahan dalam status mental, kelumpuhan saraf
otak, terutama saraf VI dan VII, kelainan neurologic fokal.
b. Pemeriksaan Dada dan Thorax
1) Inspeksi: bentuk thorax, kesimetrisan, adanya retraksi dada, penggunaan otot
bantu pernapasan
2) Palpasi denyut apex (Ictus Cordis)
3) Perkusi untuk menentukan batas jantung dan batas paru.
4) Auskultasi: suara nafas, adakah ada suara napas tambahan: ronchi (terjadi
penumpukan secret akibat infeksi di paru), bunyi jantung I, II, dan III jika ada
c. Pemeriksaan Abdomen
1) Inspeksi bentuk abdomen apakah terjadi pembesaran pada kelenjar limfe, ginjal,
terdapat bayangan vena, auskultasi peristaltik usus, palpasi nyeri tekan bila ada
pembesaran hepar dan limpa
2) Perkusi adanya asites atau tidak.
d. Pemeriksaan Genetalia
e. Pemeriksaan integument
1) Perdarahan kulit (pruritus, pucat, sianosis, ikterik, eritema, petekie, ekimosis,
ruam)
2) nodul subkutan, infiltrat, lesi yg tidak sembuh, luka bernanah, diaforesis (gejala
hipermetabolisme).
3) peningkatan suhu tubuh
4) Kuku : rapuh, bentuk sendok / kuku tabuh, sianosis perifer.
f. Pemeriksaan Ekstremitas
1) Adakah sianosis, kekuatan otot
2) Nyeri tulang dan sendi (karena infiltrasi sumsum tulang oleh sel-sel leukemia
B. Diagnosa Keperawatan
11
1. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
3. Resiko terhadap cedera: perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah
trombosit
4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran
berlebihan seperti muntah, dan penurunan intake
5. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
6. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
7. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi,
radioterapi, imobilitas.
C. Rencana Keperawatan
1. Resiko infeksi b.d menurunnya sistem pertahanan tubuh
Tujuan: Anak tidak mengalami gejala-gejala infeksi dan TTV dbn.
Intervensi Rasional

1. Pantau suhu, RR, nadi 1. Untuk mendeteksi kemungkinan


2. Anjurkan keluarga untuk
infeksi dan menentukan intervensi
mencuci tangan sebelum
selanjutnya
menyentuh pasien 2. untuk meminimalkan pajanan pada
3. Berikan periode istirahat tanpa
organisme infektif
gangguan 3. menambah energi untuk
4. Melakukan kolaborasi dalam
penyembuhan dan regenerasi seluler
pemberian obat sesuai 4. diberikan sebagai profilaktik atau
ketentuan mengobati infeksi khusus

2. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan akibat anemia


Tujuan: terjadi peningkatan toleransi aktifitas
Intervensi Rasional

1. Evaluasi laporan kelemahan, 1. Menentukan derajat dan efek


perhatikan ketidakmampuan ketidakmampuan untuk menentukan
untuk berpartisipasi dala intervensi selanjutnya
2. Menghemat energi untuk aktifitas
aktifitas sehari-hari
2. Berikan lingkungan tenang dan dan regenerasi seluler atau
perlu istirahat tanpa gangguan penyambungan jaringan
3. Kaji kemampuan untuk 3. Mengidentifikasi kebutuhan
berpartisipasi pada aktifitas individual dan membantu pemilihan
yang diinginkan atau intervensi
4. Memaksimalkan sediaan energi
dibutuhkan
4. Berikan bantuan dalam aktifitas untuk tugas perawatan diri
12
sehari-hari dan ambulasi

3. Resiko terhadap perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit


Tujuan: klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan
Intervensi Rasional

1. Pantau tanda-tanda perdarahan 1. Mengetahui tanda-tanda perdarahan


2. Anjurkan keluarga untuk 2. Membantu pasien mendapatkan
memberitaukan apabila ada penanganan sedini mungkin
3. Keterlibatan keluarga dapat
tanda perdarahan
3. Anjurkan keluarga untuk membantu untuk mencegah
memantau pergerakan pasien terjadinya perdarahan lebih lanjut
4. Kolaborasi dalam monitor 4. Penurunan trombosit merupakan
trombosit tanda kebocoran pembuluh darah

4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d kehilangan berlebihan melalui feses dan
muntah serta intake terbatas (mual)
Tujuan:
 Tidak terjadi kekurangan cairan melalui feses
 Pasien tidak mengalami mual dan muntah
Intervensi Rasional

1. Kaji tanda-tanda dehidrasi 1. Untuk mengetahui tindakan yang


2. Berikan cairan oral dan
akan dilakukan
parinteral 2. Sebagai upaya untuk mengatasi
3. Pantau intake dan output
cairan yang keluar
4. Kolaborasi Pemberian obat
3. Dapat mengetahui keseimbangan
anti diare
cairan
4. Menghentikan diare

5. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, malaise, mual dan
muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
Tujuan: pasien mendapat nutrisi yang adekuat
Intervensi Rasional

1. Dorong masukan nutrisi dengan Mempertahankan asupan nutrisi


jumlah sedikit tapi sering
2. Timbang berat badan pasien 2. Karena jumlah yang kecil biasanya
3. Kolaborasi dengan tim ditoleransi dengan baik
kesehatan dalam pemberian 3. Membantu dalam mengidentifikasi

13
nutrisi malnutrisi protein kalori.
4. Membantu proses penyembuhan
dalam kebutuhan nutrisi

6. Nyeri yang b.d efek fisiologis dari leukemia


Tujuan: pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterima
anak.
Intervensi Rasional

1. Mengkaji tingkat nyeri dengan 1. informasi memberikan data dasar


skala 0 sampai 5 (PQRST) untuk mengevaluasi kebutuhan atau
2. Evaluasi efektifitas penghilang
keefektifan intervensi
nyeri dengan derajat kesadaran 2. untuk menentukan kebutuhan
dan sedasi perubahan dosis. Waktu pemberian
3. Lakukan teknik pengurangan
atau obat
nyeri non farmakologis yang 3. sebagai analgetik tambahan dan
tepat klien merasa rileks
4. Berikan obat-obat anti nyeri 4. untuk mencegah kambuhnya nyeri
secara teratur

7. Kerusakan integritas kulit b.d pemberian agens kemoterapi, radioterapi, imobilitas.


Tujuan: pasien mempertahankan integritas kulit
Intervensi Rasional

1. Berikan perawatan kulit yang 1. Karena area ini cenderung


cemat, terutama di dalam mulut mengalami ulserasi
2. Untuk merangsang sirkulasi dan
dan daerah perianal.
2. Ubah posisi dengan sering mencegah tekanan pada kulit
3. Mandikan dengan air hangat dan 3. Mempertahankan kebersihan tanpa
sabun ringan mengiritasi kulit
4. Anjurkan pasien untuk tidak 4. Membantu mencegah friksi atau
menggaruk dan menepuk kulit trauma kulit
5. Untuk mencegah keseimbangan
yang kering
5. Dorong masukan kalori protein nitrogen yang negative
6. Untuk meminimalkan iritasi
yang adekuat
6. Pilih pakaian yang longgar dan tambahan
lembut diatas area yang teradiasi

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Leukemia adalah keganasan organ pembuat darah, sehingga sumsum tulang didominasi
oleh limfoblas yang abnormal. Leukemia limfoblastik akut adalah keganasan yang sering
ditemukan pada masa anak-anak (25-30% dari seluruh keganasan pada anak), anak laki lebih
sering ditemukan dari pada anak perempuan, dan terbanyak pada anak usia 3-4 tahun. Faktor
risiko terjadi leukimia adalah faktor kelainan kromosom, bahan kimia, radiasi faktor
hormonal,infeksi virus (Ribera, 2009).
Leukemia limfositik akut menyerupai leukemia granulositik akut dengan tanda dan
gejala dikaitkan dengan penekanan unsur sumsum tulang normal (kegagalan sumsum tulang)
atau keterlibatan ekstramedular oleh sel leukemia. Akumulasi sel-sel limfoblas ganas di
sumsumtulang menyebabkan berkurangnya sel-sel normal di darah perifer dengan
manifestasi utama berupa infeksi, perdarahan, dan anemia.
B. Saran
Dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Kami butuh banyak masukan
yang membangun agar makalah ini bisa menjadi sesuatu yang berguna bagi yang lain.

15
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Hidayat A. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1 . Salemba Medika Jakarta
Betz, Cecily, L. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik (Mosby’s Pediatric Nursing
Reference). Edisi 3. Jakarta:EGC
Herdman, T. Hether. 2012. Dignosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta:
EGC
Landier, W. 2001. Childhood Acute Lymphoblastic Leukimia. Current Perspectives. Oncol Nurs
Forum.
Kristyanasari, Weni. 2010. Gizi Ibu Hamil. Jakarta: Nuha Medika
Ngastiyah, 2005. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta: EGC
Nuraruf, Huda Amin, dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan nanda Nic-Noc Eisi Revisi Jilid 1. Yogyakarta: MediAction
Wong, Donna, L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4. Jakarta: EGC

16

Anda mungkin juga menyukai