Anda di halaman 1dari 6

2a

Dafpus : Wijaya AM. Kebutuhan Dasar Anak untuk Tumbuh Kembang Yang Optimal
[Internet]. website dikjen kemenkes. 2011 [cited 2019 Sep 11]. Available from:
http://www.kesmas.kemkes.go.id/portal/konten/~rilis-berita/021113-kebutuhan-dasar-
anak-untuk-tumbuh-kembang-yang-optimal

Biologis (ASUH):

Meliputi kebutuhan sandang, pangan, papan seperti: nutrisi, imunisasi, kebersihan tubuh &
lingkungan, pakaian, pelayanan/pemeriksaan kesehatan dan pengobatan, olahraga, bermain dan
beristirahat.

 Nutrisi: Harus dipenuhi sejak anak di dalam rahim. Ibu perlu memberikan nutrisi
seimbang melalui konsumsi makanan yang bergizi dan menu seimbang. Air Susu Ibu
(ASI) yang merupakan nutrisi yang paling lengkap dan seimbang bagi bayi terutama pada
6 bulan pertama (ASI Eksklusif).

 Imunisasi: anak perlu diberikan imunisasi dasar lengkap agar terlindung dari penyakit-
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

 Kebersihan: meliputi kebersihan makanan, minuman,udara, pakaian, rumah,


sekolah, tempat bermain dan transportasi

 Bermain, aktivitas fisik, tidur: anak perlu bermain, melakukan aktivitas fisik
dan tidur karena hal ini dapat

o merangsang hormon pertumbuhan, nafsu makan, merangsang


metabolisme karbohidrat, lemak, dan proteiN

o merangsang pertumbuhan otot dan tulang

o merangsang perkembangan

 Pelayanan Kesehatan: anak perlu dipantau/diperiksa kesehatannya secara teratur.


Penimbangan anak minimal 8 kali setahun dan dilakukan SDIDTK minimal 2 kali
setahun. Pemberian kapsul Vitamin A dosis tinggi setiap bulan Februari dan bulan
Agustus. Tujuan pemantauan yang teratur untuk : mendeteksi secara dini dan
menanggulangi bila ada penyakit dan gangguan tumbuh-kembang, mencegah penyakit
serta memantau pertumbuhan dan perkembangan anak
4a2

Dafpus : Departemen Kesehatan. Keputusan Menteri Kesehatan


RI No.920/Menkes/SK/VIII/2002 tentang Klasifikasi Status Gizi Anak. Jakarta. 2002

INDEKS STATUS GIZI AMBANG BATAS *)


Gizi Lebih > + 2 SD
Berat badan menurut Gizi Baik ≥ -2 SD sampai +2 SD
umur (BB/U) Gizi Kurang < -2 SD sampai ≥ -3 SD
Gizi Buruk < – 3 SD
Tinggi badan menurut Normal ≥ 2 SD
umur (TB/U) Pendek (stunted) < -2 SD
Gemuk > + 2 SD
Berat badan menurut Normal ≥ -2 SD sampai +2 SD
tinggi badan (BB/TB) Kurus (wasted) < -2 SD sampai ≥ -3 SD
Kurus sekali < – 3 SD

6d

Dafpus : Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC; 2012.

Patofisiologi
Terjadinya obesitas menurut jumlah sel lemak, adalah sebagai berikut:
1. Jumlah sel normal, tetapi terjadi hipertrofi/perbesaran
2. Jumlah sel lemak meningkat/hiperplasi dan juga terjadi hipertrofi
Penambahan dan pembesaran jumlah sel lemak paling cepat pada masa anak-anak
dan mencapai puncaknya pada masa meningkat dewasa. Setelah masa dewasa tidak akan
terjadi penambahan jumlah sel, tetapi hanya terjadi pembesaran sel. Obesitas yang terjadi
pada masa anak selain hiperplasi juga terjadi hipertrofi. Sedangkan obesitas yang terjadi
setelah masa dewasa pada umumnya hanya terjadi hipertrofi sel lemak.
Obesitas pada anak terjadi kalau masukan kalori berlebihan, terutama pada tahun
pertama kehidupan. Rangsangan untuk meningkatkan jumlah sel terus berlanjut sampai
dewasa, setelah itu hanya terjadi pembesaran sel saja. Sehingga kalau terjadi penurunan
berat badan setelah masa dewasa bukan karena jumlah sel lemaknya yang berkurang
tetapi besarnya sel yang berkurang.
Di samping itu, pada penderita obesitas juga menjadi resisten terhadap hormon
insulin, sehingga kadar insulin di dalam peredaran darah di dalam peredaran darah akan
meningkat. Insulin berfungsi menurunkan lipolisis dan meningkatkan pembentukan
jaringan lemak.

6g

Dafpus : Güngör NK. Overweight and Obesity in Children and Adolescents. Journal of
Clinical Research in Pediatric Endocrinology. 2014; 6(3): 129-43.

Obesitas pada masa kanak-kanak merupakan salah satu tantangan kesehatan masyarakat
yang paling serius di abad 21. Anak yang kelebihan berat badan cenderung menjadi orang
dewasa gemuk. Mereka lebih mungkin daripada anak-anak yang tidak kelebihan berat badan
untuk mengembangkan diabetes dan penyakit kardiovaskular pada usia yang lebih muda, yang
pada gilirannya terkait dengan kemungkinan kematian prematur dan kecacatan yang lebih tinggi.

7a ,7h ,7k

Dafpus : Markum AH dkk. BUKU AJAR ILMU KESEHATAN ANAK JILID 1.


JAKARTA: FKUI; 1991.

7a

Rakitis(defisiensi vitamin D) adalah istilah yang dipakai untuk kegagalan mineralisasi tulang
yang sedang tumbuh atau jaringan osteoid .Sedangkan kegagalan mineralisasi tulang yang telah
matang(dewasa) disebut osteomalasia .

7h

Sebenarnya dengan mudah diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan riwayat kurangnya masukan
vitamin D dan manifestasi klinis ,asalkan ada kecurigaan terhadap kemungkinan rakitis
.Pembengkakan pergelangan tangan merupakan gejala awal yang sangat bermanfaat .Data klinis
yang ditemukan diperkuat oleh pemeriksaan kimia darah dan pemeriksaan radiologik .

7k

Edukasi yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pencegahan yaitu dengan pemberian
vitamin D profilaksis dan berjemur dibawah cahaya matahari atau sinar ultraviolet .kecukupan
vitamin D adalah 10𝜇g atau 400 IU/hari .Bayi premature dan bayi yang mendapat ASI dari
seorang ibu yang kurang mendapat cahaya matahari ,harus mendapat vitamin D profilaksis
.Vitamin D juga harus diberikan pada ibu hamil dan menyusui .

8b

Dafpus : Sabharwal S. Blount Disease. J Bone Jt Surg. 2009;91(7):1758–76

Etiologi
Saat ini, etiologi dari Blount disease masih belum diketahui dan mungkin multifaktorial.
Faktor genetik, humoral, biomekanik, dan lingkungan mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan fisis. Manifestasi klinis dari kedua bentuk Blount disease menunjukkan adanya
alterasi dari pertumbuhan dan perkembangan normal dari anak-anak yang memiliki predisposisi
secara genetik melalui cara yang berbeda namun terkait.
Beberapa penelitian mencatat adanya riwayat keluarga yang positif pada individu
dengan Blount disease. Sevastikoglou dan Eriksson melaporkan temuan empat individu dengan
tibia vara dalam satu keluarga, dimana dua diantaranya adalah kembar identik. Schoenecker, dkk
juga menemukan adanya riwayat keluarga dengan tibia vara pada 14 dari 33 pasien. Namun
begitu, bukti jelas keterkaitan genetik pada Blount disease belum ditemukan.
Salah satu faktor perkembangan yang berkontribusi pada terjadinya Blount disease adalah
biomekanikal yang berlebihan pada fisis tibia proksimal akibat varus stasik dan berat badan
berlebih. Selain itu, berjalan terlalu dini (kurang dari 1 tahun) juga berimplikasi pada
terjadinya Blount disease infantile type. Meskipun proses yang sama mungkin berimplikasi pada
terjadinya Blount disease adolescence type, namun pada tipe ini tidak harus diawali dengan varus
statik. Variasi pola jalan dinamis akibat melebarnya lingkar panggul atau paha berimplikasi
utama terhadap terjadinya Blount disease adolescence type .
8g

Dafpus : 1. Kliegman R.M. et al. Nelson Text Book of Pediatrics. 18th ed. Blount
disease. Saunders, Elseviers. USA. 2007 ; 2788-2790

2. Behrman, Richard E, et al. Ilmu Kesehatan Anak, edisi 15. Jakarta : EGC.
2000

MANIFESTASI KLINIS
Presentasi klinis bagi tibia vara bervariasi sesuai dengan usia onset. Pada tibia vara
infantil, umumnya apabila anak-anak mulai berjalan awal, biasanya pada usia 9-10
bulan.[1] Pada onset, untuk membedakan antara penyakit Blount infantil anak-anak
dan bowlegs fisiologis sulit dibedakan.
Fisiologis genu varum adalah deformitas torsi umum yang terjadi sekunder normal dalam
posisi rahim. Kapsul posterior pinggul yang ketat menyebabkan rotasi eksternal paha di pinggul.
Ketika dikombinasikan dengan torsi tibialis internal, tampilan yang dihasilkan adalah deformitas
Varus. Deformitas ini biasanya sembuh secara spontan pada saat anak berusia 2 tahun. Berbeda
dengan genu varum fisiologis, penyakit Blount infantil dapat berkembang menjadi
deformitas berat.
Bentuk infantil lebih umum pada anak perempuan, kulit hitam, dan orang-orang dengan
obesitas yang ditandai. Hal ini terkait dengan tonjolan metaphyseal, torsi tibialis internal, dan
ketidaksesuaian kaki-panjang [2]. Kasus bilateral adalah sekitar 80%. Tonjolan Metaphyseal
yang kelihatan, dapat teraba atas aspek medial tibia proksimal Kondilus. Pasien biasanya tidak
mengeluh sakit. Namun, deformitas ekstremitas bawah dapat cukup jelas.
Sebaliknya, pasien dengan penyakit blount adolesence biasanya mengeluhkan
rasa nyeri pada aspek medial lutut, tidak teraba tonjolan metafisis medial proksimal, torsi tibia
interna minimal, kelemahan ligamentum kolaterale medial ringan dan ketidaksesuaian panjang
tungkai bawah yang ringan. Pasien-pasien ini biasanya kelebihan berat badan atau obesitas.
Pasien mungkin mengalami kesulitan berjalan tanpa tersandung. Cara berjalan mungkin terlihat
tidak normal.
Berbeda dengan tibia vara infantil, kasus unilateral adalah 80% dan kaki yang terlibat
kadang-kadang lebih pendek dari kaki yang normal dengan perbedaan sebanyak 2-3
cm. Tingkat deformitas Varus biasanya tidak separah pada individu dengan bentuk infantil dan
biasanya tidak melebihi 20 °. Perbedaan antara ketiga kelompok ini dimulai dari umurnya,
besarnya sisa pertumbuhan, dan besar gaya kompresi medial. Kelompok infantil mempunyai
potensi terbesar untuk terjadinya deformitas, dan kelompok adolesence mempunyai potensi yang
terkecil .
Anak 10 tahun dengan Penyakit Blount, ditandai dengan obesiti dan kasus bilateral.

Anda mungkin juga menyukai