Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa nifas merupakan masa yang retan terhadap kelangsungan hidup
ibu baru bersalin. Sebagian besar kematian ibu terjadi setelah masa nifas
sehingga pelayanan masa nifas sangat penting dalam upaya dalam
penurunan angka kematian ibu. Banyak Negara menanggulangi
kematian ibu dan bayi dengan upaya pertolongan di fokuskan pada
priode intrapartum. Upaya ini telah terbukti menyelamatkan lebih dari
separuh ibu bersalin dan bayi baru lahir disertai dengan penyulit proses
persalinan atau komplikasi yang mengancam keselamatan jiwa. Namun
tidak semua intervensi yang sesuai bagi suatu negara dengan serta
menjalankan dan memberi dampak menguntungkan bila diterapkan di
negara lain (Saleha, 2009).

Masa nifas merupakan sebuah fase setelah ibu melahirkan dengan


rentang waktu kira-kira selama 6 minggu. Masa nifas (puerperium)
dimulai setelah plasenta keluar sampai alat-alat kandungan kembali
normal seperti sebelum hamil. Selama masa pemulihan tersebut
berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan, baik secara fisik
maupun psikologis. Perubahan tersebut sebenarnya sebagian besar
bersifat fisiologis (Purwanti, 2012).

Pada ibu post partum memiliki adapatasi fisilogis dan adaptasi


psikologis. Pada adaptasi fisiologis yaitu dimana ibu dalam tahap
pemulihan organ-organ kembali ke semula seperti hematologi, sistem
kardiovaskuler, sistem perkemihan sistem pencernaan, sistem
muskuloskeletal, sistem endokrin dan organ reproduksi. Sedangkan
adaptasi psikologisnya dimana respon psikologis ibu tentang gejala-
gejala psikiaters, demikian juga pada masa menyusui. Namun ada
beberapa ibu yang tidak mengalami hal ini, agar tidak terjadi masalah

1
ibu perlu mengetahui lebih lanjut masalah yang akan di hadapi. Proses
adaptasi psikologi yang dialami oleh seorang ibu yaitu fase taking in,
taking hold, dan letting go. Pada kasus ibu post partum masalah yang
sering muncul yaitu nyeri karena jahitan, kecemasan, kurang
pengetahuan, gangguan pola istirahat dan tidur, ketidaknyamanan pasca
partum.

Setiap individu membutuhkan rasa nyaman. Kebutuhan rasa nyaman ini


dipersepsikan berbeda pada tiap orang. Dalam konteks asuhan
keperawatan, perawat harus memperhatikan dan memenuhi rasa nyaman.
Salah satu kondisi yang menyebabkan ketidaknyamanan pasien adalah
nyeri (Asmadi, 2009). Rasa ketidaknyamanan (nyeri) dapat disebabkan
oleh terjadinya keruskan saraf sensorik atau juga diawali rangsangan
aktivitas sel T ke korteks serebri dan menimbulkan persepsi nyeri
(Hidayat,2009).

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak


menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual dan potensial.
Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan banyak orang dibanding
suatu penyakit manapun (Smeltzer, 2010). Tanpa melihat sifat, pola
atau penyebab nyeri, nyeri yang tidak diatasi secara adekuat
mempunyai efek yang membahayakan diluar ketidaknyamanan yang
disebabkannya, hal ini dapat mempengaruhi sistem pulmonari,
kardiovaskular, gastrointestinal, endokrin dan imunologi (Yeager dkk,
1987 dalam Smeltzer, 2010). Strategi penatalaksanaan nyeri mencakup
baik pendekatan farmakologis dan non-farmakologis. Semua intervensi
akan sangat berhasil bila dilakukan sebelum nyeri menjadi lebih
parah dan keberhasilan sering dicapai jika beberapa intervensi
diterapkan secara simultan (Smeltzer, 2010).

2
Metode non-farmakologis bukan merupakan pengganti obat-obatan,
tindakan ini diperlukan untuk mempersingkat keluhan nyeri yang
berlangsung hanya beberapa detik atau menit. Mengkombinasikan
metode non-farmakologis dengan obat-obatan merupakan cara yang
paling efektif untuk mengontrol nyeri. Pengendalian nyeri non-
farmakologis menjadi lebih murah, mudah, efektif dan tanpa efek yang
merugikan (Potter & Perry, 2005). Salah satu metode untuk mengatasi
nyeri secara non-farmakologis adalah terapi relaksasi autogenik
(Asmadi, 2009). Relaksasi merupakan suatu keadaan dimana seseorang
merasakan bebas mental dan fisik dari ketegangan dan stress. Teknik
relaksasi bertujuan agar individu dapat mengontrol diri ketika terjadi
rasa ketegangan dan stres yang membuat individu merasa dalam kondisi
yang tidak nyaman (Potter & Perry, 2009).

Menurut Pratiwi (2012) dalam Nurhayati dkk (2015), relaksasi


autogenik merupakan relaksasi yang bersumber dari diri sendiri dengan
menggunakan kata-kata atau kalimat pendek yang bisa membuat
pikiran menjadi tenang. Widyastuti (2009) menambahkan bahwa
relaksasi autogenik membantu individu untuk dapat mengendalikan
beberapa fungsi tubuh seperti tekanan darah, frekuensi jantung dan
aliran darah. Kang et al (2009) dalam Nurhayati dkk (2015),
mendefinisikan relaksasi autogenik sebagai teknik atau usaha yang
disengaja diarahkan pada kehidupan individu baik psikologis maupun
somatik menyebabkan perubahan dalam kesadaran melalui auto sugesti
sehingga tercapailah keadaan rileks.

Hasil penelitian Nurhayati, Andriyani & Malisa (2015) dengan judul


relaksasi autogenik terhadap penurunan skala nyeri pada ibu post operasi
sectio caesarea menunjukkan hasil bahwa skala nyeri post operasi sectio
caesarea sebelum dilakukan intervensi 64% responden mengalami nyeri
luka post operasi dengan rentang skala 4-6 (nyeri sedang). Sedangkan
skala nyeri post operasi sectio caesarea setelah dilakukan intervensi

3
73,3% responden mengalami nyeri dengan rentang skalam 4-6 (nyeri
sedang). Terdapat pengaruh yang signifikan antara relaksasi autogenik
dengan penurunan skala nyeri. Hasil uji t menunjukkan 0,0001 artinya
ada perbedaan skala nyeri antara sebelum dan sesudah dilakukan
relaksasi autogenik dengan nilai mean = 1,080 yaitu terjadi
kecenderungan penurunan skala nyeri sesudah perlakuan dengan rata-
rata penurunan skala nyerinya 1,080.

Hasil wawancara kepada Ny. T 35th di Ruang Cilamaya Rawat Gabung


RSUD Karawang dengan post partum normal, Ny. T mengatakan nyeri
pada perineum, nyeri bertambah saat bergerak dan nyeri berkurang saat
terbaring. Nyeri seperti di sayat, nyeri di bagian perineum dan nyeri
pada satu titik, nyeri dengan skala 6, nyeri terasa kurang dari 30 menit.

Berdasarkan kasus di atas, penulis tertarik untuk melakukan asuhan


keperawatan yang komprehensif pada Ny. T 35th dengan post partum
normal di Ruang Cilamaya Rawat Gabung RSUD Karawang.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana perawatan ibu post partum normal di Ruang Cilamaya Rawat
Gabung RSUD Karawang

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan keperawatan pada ibu post partum normal di
Ruang Cilamaya Rawat Gabung RSUD Karawang
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada ibu post partum normal di
Ruang Cilamaya Rawat Gabung RSUD Karawang
b. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada ibu post partum
normal di Ruang Cilamaya Rawat Gabung RSUD Karawang

4
c. Mampu merencanakan tindakan yang akan diberikan pada ibu
post partum normal di Ruang Cilamaya Rawat Gabung RSUD
Karawang
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada ibu post
partum normal di Ruang Cilamaya Rawat Gabung RSUD
Karawang
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada ibu post partum
normal di Ruang Cilamaya Rawat Gabung RSUD Karawang

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Instansi Pendidikan
Diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu
dan praktik keperawatan khususnya dalam pengelolaan Asuhan
keperawatan pada ibu dengan post partum normal
2. Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam
pelaksanaan praktek pelayanan keperawatan khususnya dalam
pengelolaan Asuhan keperawatan pada ibu dengan post partum
normal
3. Penulis
Untuk menambah pengetahuan serta menerapkan pengelolaan
Asuhan keperawatan pada ibu dengan post partum normal.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP POST PARTUM


1. Pengertian
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selam kira-kira 6 minggu.Wanita yang melalui periode
puerperium disebut puerpura. Nifas berlangsung selama 6 minggu atau
42 hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat
kandungan pada keadaan yang normal (Halen Varney, 2009).

Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari


persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra
hamil. Lama masa nifas 6-8 minggu. Batasan waktu nifas yang paling
singkat (minimum) tidak ada batas waktunya, bahkan bisa jadi dalam
batas waktu yang relatif pendek darah sudah keluar, sedangkan batas
maksimumnya adalah 40 hari.

2. Tahapan Masa Nifas


Nifas dibagi menjadi 3 tahap :
a. Puerperium dini
Kepulihan dimanan ibu telah diperbolekan berdiri dan berjalan-
jalan. Dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja
40 hari
b. Puererium intramedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yanglamanya 6-89
minggu
c. Remote puererium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil atau waktu

6
3. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
a. Perubahan Sistem Reproduksi
1). Infolusi
a). Pengertian
Infolusi atau pengurutan uterus merupakan suatu proses
dimana uetus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan
berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah
plasenta lahir ekibat kontraksi otot-otot polos uterus
b). Proses Involusi Uteri
Pada akhir persalinan kala III, uterus berada di garis tengah,
kira- kira 2 cm dibawah umbilikus dengan bagian fundus
bersandar pada promotorium sakralis. Pada saat ini besar
uterus kira-kira sama dengan besar uterus sewaktu usia
kehamilan 16 minggu dengan berat 1000 gram. Peningkatan
kadar estrogen dan progesterone bertanggung jawab untuk
pertumbuhan masif uterus selama masa hamil.
Pertumbuhan uterus pada masa prenatal bertanggung jawab
pada hyperplasia, peningkatan jumlah sel-sel otot dan
hipertropi, yaitu pembesaran sel-sel yang sudah ada. Pada
masa post partum penurunan kadar hormon-hormon ini
menyebabkan terjadinya autolisis.

Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :


1) Autolysis
Autolysis merupakan proses penghancuran diri
sendiri yang terjadi di dalam otot uterine. Enzim
proteolitik dan memendekan jaringan otot yang telah
sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari
semula dan 5 kali lebar semula selama kehamilan.
Sitoplasma sel yang berlebih akan tercerna sendiri
sehingga tertinggal jaringan fibro elastic dalam jumlah
renik sebagai bukti kehamilan.

7
2) Atrofi jaringan
Jaringan yang berpoliferasi dengan adanya estrogen
dalam jumlah besar, kemudian mengalami atrofi sebagai
reaksi terhadap penghentian produksi estrogen yang
menyertai pelepasan plasenta. Selain perubahan atrofi
pada otot-otot uterus, lapisan desidua akan mengalami
atrofi dan terlepas dengan meninggalkan lapisan basal
yang akan berregenerasi menjadi endometrium yang
baru.
3) Efek oksitosin (kontraksi)
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna
segera setelah bayi lahir, diduga sebagi respon terhadap
penurunan volume intrauterin yang sangat besar.
Hormon oksitosin yang dilepas oleh kelenjar hipofisis
memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengopresi
pembuluh darah yang membantu proses hemostatis.
Kontraksi dan retraksi otot uterin akan mengurangi
suplai darah ke uterus. Proses ini membantu mengurangi
bekas luka tempat implantasi plasenta serta mengurangi
perdarahan. Luka bekas perlekatan plasenta
memerlukan waktu 8 minggu untuk sembuh total.

Selama 1-2 jam pertama post partum intensitas


kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi teratur.
Karena itu penting sekali menjaga dan
mempertahankan kontraksi uterus pada masa ini.
Suntikan oksitosin biasanya diberikan secara intravena
atau intramuskuler segera setalah bayi lahir pemberian
ASI segera setelah bayi lahir akan merangsang
pelepasan oksitosin karena usapan bayi pada payudara.

8
c). Perubahan normal pada uterus selama post partum
Involusi uteri TFU Berat uterus Diameter Palpasi
uterus cerdik
Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gr 12,5 cm Lembut/lunak
7 hari Pertengahan 500 gr 7,5 cm 2 cm
(minggu 1) antara pusat
dan simpisis
14 hari Tidak teraba 350 gr 5 cm 1 cm
(minggu 2)
6 minggu Normal 60 gr 2,5 cm menyempit

2). Lochea
Lochea adalah eksresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea
mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari
dalam uterus. Lochea mempunyai reaksi basa atau alkalis
yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari
pada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lochea
mempunyai bau amis atau anyir seperti darah menstruasi,
meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda
pada setiap wanita. Lochea yang berbau tidak sedap
menandakan adanya infeksi. Lochea mempunyai perubahan
karena proses involusi.

Proses keluarnya darah nifas atau lochea terdiri atas 4 tahapan :


a. Lochea rubra /merah
Lochea ini muncul pada hari 1 sampai hari ke empat masa
postpartum. Cairan yang keluar berwarna marah karena
berisih darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding
rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi) dan mekonium

9
b. Lochea sanguinolenta
Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan
berlendir. Berlangsung dari hari ke empat sampai hari ke 7
postpartum
c. Lochea serosa
Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena
mengandung serum, leukosit dan robekan/laserasi plasenta.
Muncul pada hari ke 7 sampai ke 14 postpartum
d. Lochea alba
Mengandung leukosit,sel desidua, sel epitel, selaput lendir
serviks dan serabut jaringan yang mati lochea alba bisa
berlangsung selama 2-6 minggu postpartum
3). Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama dengan uterus.Warna
serviks sndiri berwarna kehitam-hitaman karena penuh
pembuluh darah. Konsistensinya lunak kadang-kadang
terdapat laserasi atau perlukaan kecil. Karena robekan kecil
yang terjadi selama dilatasi, serviks tidak pernah kembali
kepada keadaan sebelum hamil. Bentuknya seperti corong
karena disebabkan oleh korpus uteri yang mengadakan
kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehinga pada
perbatasan antara korpus uteri dan servikd terbentuk cincin.
Muara serviks yang berdilatasi 10 cm pada waktu persalinan,
menutup secara bertahap. Setelah bayi lahir, tangan masi bisa
masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dimasuki 2-3 jari,
pada minggu ke 6 postpartum serviks menutup.
4). Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang
besar selama proses persalinan dan akan kembali secara
bertahap dalam 6-8 minggu postpartum. Penurunan hormon
estrogen pada masa postpartum berperan dalam penipisan

10
mukosa vagina dan hilangnya rugae. Rugae akan terlihat
kembali pada sekitar minggu ke 4.

b. Perubahan Sistem Pencernaan


Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah melahirkan anak. Hal
ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan
mendapat tekanan yang menyebabkan colon menjadi kosong,
pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan
(dehidrasi), kurang makan haemoroid, laserasi jalan lahir.
Supaya buang air besar kembali teratur dapat diberikan diit atau
makanan yang mengandung serat dan pemberian cairan yang
cukup.

c. Perubahan Sistem Perkemihan


Hendaknya buang air kecil dapat dilakukan sendiri secepatnya.
Kadang-kadang puerperium mengalami sulit buang air kecil,
karena spingter ditekan oleh kepala janindan spasme oleh iritasi
muskulus spingter ani selama persalinan, kadang-kadang edema
dari triogonium menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga sering
terjadi retensio urine. Kandung kemih dalam puerperium sangat
kurang sensitif dan kapasitasnya bertambah, sehingga kandung
kemih penuh atau sesudah buang air kecil masih tertinggal urine
residual (normal kuang lebih 150cc).

Sisa urine dan trauma pada kandung pada kandung kencing waktu
persalinan memudahkan terjadinya infeksi. Dilatasi reter dan
pyelum normal kembali dalam waktu 2 minggu. Urine biasanya
berlebihan (poliurie) antara hari kedua dan kelima, hal ini
disebabkan karena kelebihan cairan sebagai akibat retensi air
dalam kehamilan dan sekarang dikeluarkan. Kadang-kadang
hematuri akibat proses katalitik involusi. Acetonurieterutama
setelah partus yang sulit dan lama yang disebabkan pemecahan

11
karbohidrat yang banyak, karena kegiatan otot-otot rahim dan
karena kelaparan. Protein urine akibat dari autolisis sel-sel otot.

d. Perubahan Sistem Muskuloskeletal


Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu
persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut
dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh kebelakang
dan menjadi retrofleksi, karena rotundum menjadi kendor.
Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah
persalinan. Sebagai akibat putusnya serat- serat elastik kulit dan
distensi yang berlangsung lama akibat besarnya uterus pada
saat hamil, dinding abdomen masih lunak dan kendur untuk
sementara waktu. Pemulihan dibantu dengan latihan.

e. Perubahan Sistem Endokrin


1. Hormon plasenta
Selama periode pasca partum terjadi perubahan hormon yang
besar. Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan
signifikan hormon-hormon yang diproduksi oleh plasenta.
Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan.
2. Hormon pituitary
Prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak
menyusui menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH
meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada minggu ke 3,
dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi
3. Hormon oksitosin
Oksitosin dikeluarkan dari kelenjar bawah otak bagian
belakang (posterior), bekerja terhadap otot uterus dan jaringan
payudara. Selama tahap ketiga persalinan, oksitosin
menyebabkan pemisahan plasenta. Kemudian seterusnya
bertindak atas otot yang menahan kontraksi, mengurangi
tempat plasenta dan mencegah perdarahan. Pada wanita

12
yang memilih menyusui bayinya, isapan sang bayi merangsang
keluarnya oksitosin lagi dan ini membantu uterus kembali ke
bentuk normal dan pengeluaran air susu.
4. Hipotalamik pituitari ovarium
Untuk wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan
mempengaruhi lamanya ia mendapatkan menstruasi. Sering
kali menstruasi pertama itu bersifat anovulasi yang
dikarenakannya rendah kadar estrogen dan progesteron.

f. Perubahan Tanda-tanda Vital


1. Suhu badan

24 jam post partum suhu badan akan naik sedikit (37,5oc-38oc)


sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan kehilangan cairan
dan kelelahan, apabila keadaan normal suhu badan akan biasa
lagi. Pada hari ketiga suhu badan kan naik laik karena ada
pembentukan asi, buah dada akan menjadi bengkak berwarna
merah karena ada banyak asi bila suhu tidak turun
kemungkinan adanya infeksi endometrium, mastitis, traktus
urognitalis atau sistem lain.
2. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80x/menit. Sehabis
melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih cepat. Setiap denut
nadi yang lebih 100 adalah abnormal dan hal ini mungkin
disebabkan oleh infeksi atau perdarahan postpartum tertunda.
3. Tekana darah
Biasanya tidak berubah kemungkina tekanan darah akan rendah
setelah melahirkan karena adanya perdarahan tekanan darah
tinggi pada post partum menandakan terjadinya prekeklamsi
post partum
4. Pernapasan
Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu
dan denyut nadi. Apabila suhu dan denyut nadi tidak normal

13
maka pernapasan juga kan mengikutinya kecuali ada gangguan
kusus di saluran pernapasan.

g. Perubahan Sistem Kardiovaskuler


Pada persaliana pervaginam kehilangnya darah sekitar 300-400 cc.
bila kelahiran melalui SC kehilangan darah akan dua kali lipat.
Perubahan terdiri dari volume darah dan hemokonsentrasi. Apabila
persalinan pervaginam hemokonsentrasi akan naik dan pada SC
hemokonsentrasi cenderung stabil dan kembali normal setelah 4-6
minggu.

4. Proses Adapatasi Psikologis Ibu Masa Nifas


Secara psikologis, setalah melahirkan seorang ibu akan merasakan
gejala-gejala psikiaters, demikian juga pada masa menyusui. Meskipun
demikian ada pula ibu yang tidak mengalami hanl ini. Agar perubahan
psikologi yang dialami tidak berlebihan, ibu perlu mengetahui
tenatang hal yang lebih lanjut. Wanita banyak mengalami perubahan
emosi selama masa nifas sementara ia menyesuaikan didi meenjadi
seorang ibu.

Beberapa penulis berpendapat, dalam minggu pertama setelah


melahirkan, banyak wanita menunjukan gejala psikiatrik, terutama
gejala depresi dari ringan sampai berat serta gejala-gejala neurosis
traumatik. Berikut bebrapa faktor yang berperan antara lain,
ketakutan yang berlebihan dalam masa hamil, struktur perorangan
yang tidak normal sebelumnya, riwayat psikiatrik abnormal,riwayat
perkawinan abnormal, riwayat obstetrik (kandungan) abnormal,
riwayat kelahiran mati atau kelahiran cacat, riwayat penyakit lainnya.

Biasanya penderita dapat sembuh kembali tanpa atau dengan


pengobatan. Meskipun demikian, kadang di perlukan terapi oleh ahli
penyakit jiwa .sering pula, kelainan-kelainan psikiatrik ini berulang

14
setelah persalinan berikutnya. Hal yang perlu diperhatikan yaitu
adapatsi psikososial pada masa pasca persalinan. Bagi keluarga
muda, masa pasca persalinan merupakan “ awal keluarga baru”
sehingga keluarga perlu beradaptasi dengan peran barunya. Tanggung
jawab keluarga bertambah dengan hadirnya bayi beru lahir.
Dorongan serta perhatian anggota keluarga lainnya merupakan
dukungan positif bagi ibu.
Adaptasi psikologis ibu masa nifas :
1. Fase taking in
Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung
dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat
itu, fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman
selama proses persalinan sering berulang diceritakannya.
Kelelahan membuat ibu cukup istirahat untuk mencegah gejala
kurang tidur, seperti muda tersinggung. Hal ini membuat ibu
cenderung menjadi pasif terhadap lingkungannya. Oleh kerena itu
kondisi ibu perlu di pahami dengan menjaga komunikasi yang
baik. Pada fase ini perlu di perhatikan pemberian ekstra makanan
untuk proses pemulihannya. Disamping nafsu makan ibu memang
meningkat.
2. Fase taking hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase
taking hold, ibu ibu mersa kuatir akan ketidak mampuan dan rasa
tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Selain itu perasaannya
sangat sensitiv sehingga mudah tersinggung jika komunakinya
kurang hati-hati. Oleh karena itu ibu memerlukan kesempatan yang
baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan
bayinya sehingga tumbuh rasa percaya diri.
3. Fase letting go
Fase ini merupakan fase meneriam tanggung jawab akan peran
barunya yang menerima tanggung jawab peran barunya yang
berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai

15
menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Keinginan
untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini.

B. KONSEP RELAKSASI AUTOGEENIK


1. Pengertian
Relaksasi merupakan suatu keadaan dimana seseorang merasakan
bebas mental dan fisik dari ketegangan dan stres. Teknik relaksasi
bertujuan agar individu dapat mengontrol diri ketika terjadi rasa
ketegangan dan stres yang membuat individu merasa dalam kondisi
yang tidak nyaman (Potter & Perry, 2009).
Menurut Aryanti (2007) dalam Pratiwi (2012), relaksasi autogenik
merupakan relaksasi yang bersumber dari diri sendiri dengan
menggunakan kata-kata atau kalimat pendek yang bisa membuat
pikiran menjadi tenang. Widyastuti (2009) menambahkan bahwa
relaksasi autogenik membantu individu untuk dapat mengendalikan
beberapa fungsi tubuh seperti tekanan darah, frekuensi jantung dan
aliran darah. Luthe (1969) dalam Kang et al (2009) mendefinisikan
relaksasi autogenik sebagai teknik atau usaha yang disengaja
diarahkan pada kehidupan individu baik psikologis maupun somatik
menyebabkan perubahan dalam kesadaran melalui autosugesti
sehingga tercapailah keadaan rileks.

2. Indikasi Terapi Relaksasi Autogenik


Indikasi Relaksasi Autogenik menurut SOP Poltekkes Malang, yaitu:
a. Respon Verbal:
1) Klien mengatakan rileks.
2) Klien mengatakan ketegangan berkurang.
3) Klien mengatakan sudah merasa nyaman.
b. Respon non Verbal:
1) Klien tampak tenang
2) Ekspresi wajah klien tampak tegang.
3) Klien dapat melanjutkan pekerjaan kembali.

16
4) Tanda-tanda vital:tensi,nadi dalam batas normal

3. Manfaat Teknik Relaksasi Autogenik


Menurut Pratiwi (2012), seseorang dikatakan sedang dalam keadaan baik
atau tidak, bisa ditentukan oleh perubahan kondisi yang semula tegang
menjadi rileks. Kondisi psikologis individu akan tampak pada saat
individu mengalami tekanan baik bersifat fisik maupun mental. Potter &
Perry (2005) mengatakan bahwa setiap individu memiliki respon yang
berbeda terhadap tekanan, tekanan dapat berimbas buruk pada respon fisik,
psikologis serta kehidupan sosial seorang individu.

Teknik relaksasi dikatakan efektif apabila setiap individu dapat merasakan


perubahan pada respon fisiologis tubuh seperti penurunan tekanan darah,
penurunan ketegangan otot, denyut nadi menurun, perubahan kadar lemak
dalam tubuh, serta penurunan proses inflamasi. Teknik relaksasi memiliki
manfaat bagi pikiran kita, salah satunya untuk meningkatkan gelombang
alfa (α) di otak sehingga tercapailah keadaan rileks, peningkatan
konsentrasi serta peningkatan rasa bugar dalam tubuh (Potter & Perry,
2009).

Teknik relaksasi autogenik mengacu pada konsep baru. Selama ini, fungsi-
fungsi tubuh yang spesifik dianggap berjalan secara terpisah dari pikiran
yang tertuju pada diri sendiri. Teknik relaksasi ini membantu individu
dalam mengalihkan secara sadar perintah dari diri individu tersebut. Hal
ini dapat membantu melawan efek akibat stres yang berbahaya bagi tubuh.
Teknik relaksasi autogenik memiliki ide dasar yakni untuk mempelajari
cara mengalihkan pikiran berdasarkan anjuran sehingga individu dapat
menyingkirkan respon stres yang mengganggu pikiran.

17
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

FORMAT PENGKAJIAN KEP. MATERNITAS UNIT


POSTPARTUM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

BIODATA PASIEN
Nama Lengkap Pasien: Status perkawinan:
Ny. T  BK  Jd Lama kawin :
K
Nama Panggilan: Pendidikan Tanggal Umur: Sex:
terakhir: lahir:
Ny.T TS / SD / 20 / 06 / 35 thn P
SMP / SMA / 1984 5 bln
PT
Alamat Tinggal Sekarang (Lengkap): Kabupaten Telpon yang bisa dihubungi:
Karang jati Karawang ......................... ...............................
Propinsi Suku: Bahasa
sehari-hari:
Jawa barat Sunda Sunda
Pekerjaan saat Alamat tempat kerja P. Jawab:
ini
Ibu rumah Rumah Suami
tangga
NRM Diagnosa Medis: Tgl MRS Tanggal Kaji
79.14.70 (p) 29-11-2019 29-11-2019

RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN YANG LALU


No Tahun Jenis Penolong Jenis Keadaan Bayi Masalah
Kelamin Persalinan Waktu lahir Kehamilan
1 2004 P  Bidan N  Normal
L Dokter SC lainya,.................
 Paraji
2 2014 P  Bidan N  Normal
L Dokter SC  lainya,.................
 Paraji
Pengalaman Menyusui : () Ya* ( ) Tidak
*Berapa Lama : 4 Tahun

RIWAYAT KEHAMILAN SAAT INI


Periksa : Rutin setiap bulan, selama 9 kali, USG 4x
kehamilan
Masalah selama : Tidak ada masalah dalam kehamilan
Kehamilan

Riwayat

18
persalinan
a. Jenis :  Spontan
Persalinan
Spontan : Letak Kepala  Letak Bokong  Letak Lintang
 Tindakan EP  Tindakan EV
Tgl/ Jam : 29 November 2019
b. Jenis :  LK  PR
Kelamin
c. BB/ PB : BB 2.900 gram
PB 48 cm
d. Apgar : 6/8
Score
e. Perdara : 200 cc
han
f. Masalah
dalam : Tidak ada masalah dalam persalinan
persalinan
g. Riwayat : Suntik 3 bulan
KB

DATA UMUM KESEHATAN SAAT INI


1. Status Obstetri : NH1 P3 A0
2. Bayi Rawat Gabung : () Ya ( ) Tidak*
*Alasannya : _____________________________________________________________________
3. Keadaan Umum/ Kesadaran : Baik/Composmentis
4. BB/ TB : 76 kg/154 cm
5. Tanda Vital : TD : 120/80 mmHg HR : 100x/mnt
RR : 18x/mnt Suhu : 360c
PEMERIKSAAN FISIK
KEPALA – LEHER
a. Kepala : Warna Rambut : Hitam
Kebersihan : Bersih  Kotor* (______________________________________)
Palpasi : (Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan)
b. Wajah :  Chloasma Gravidarum
 Jerawat
Tidak ada hiperpigmentasi
c. Mata : Sclera : Anikterik
Konjungtiva : Ananemis
Pupil : Isokor
Reaksi terhadap cahaya : Miosis  Midriasis
Fungsi penglihatan : Baik  Rabun
Penggunaan alat bantu : Tidak
d. Hidung: Kebersihan : Bersih  Kotor* (______________________________________)
Nyeri Tekan :  Ya* (_________________________________________) Tidak
Cuping Hidung :  Ya* (______________________________________) Tidak
e. Mulut : Mukosa : Lembab Kering
Stomatitis : Ya* (__________________________________________) Tidak
Kebersihan gigi : Bersih  Kotor* (___________________________________)
Gigi berlubang :  Ya* (_____________________________________) Tidak
Gigi tanggal :  Ya* (_______________________________________) Tidak
Gusi : Normal
Kebersihan Lidah : Bersih  Kotor* (___________________________________)

19
Pembengkakan Tonsil :  Ya* (________________________________) Tidak
f. Telinga : Bentuk Telinga: Simetris  Tidak Simetris
Kebersihan :  Bersih  Kotor* (_______________________________________)
Massa :  Ya* (______________________________________________) Tidak
Gangguan Pendengaran :  Ya* (_________________________________) Tidak
Alat bantu dengar :  Ya* (_____________________________________) Tidak
Tes Rinne : Normal. Tes Weber : Normal. Tes Swbach : Normal
g. Leher : Hiperpigmentasi :  Ya* (____________________________________) Tidak
Kesulitan Menelan :  Ya* (___________________________________) Tidak

DADA
a. Jantung : Bunyi Jantung I/II: Normal  Suara Tambahan (murmur/ gallop)
Irama : Reguler Ireguler
b. Paru : Pergerakan Dinding Dada : Simetris Tidak simetris
Penggunaan OBN :  Ya Tidak
Suara Paru :Vesikuler Suara Tambahan (_______________________________)
Irama : Reguler Ireguler
Kedalaman : Dangkal  Dalam  Tidak Teratur
Perkusi Paru : Sonor Ka/Ki  Hipersonor Ka/Ki
 Pekak Ka/Ki  Timpani Ka/ Ki
c. Payudara : Payudara : Simetris Tidak simetris
Kebersihan Puting Susu : Bersih Tidak* (________________________________)
Puting Susu : Eksverted  Flatt Nipple  Inverted
Hiperpigmentasi Aerola :  Ya*(________________________________) Tidak
Palpasi : (Tidak ada pembengkakan, tidak ada bendungan ASI)
Pengeluaran ASI :  Ya* (________________________________________) Tidak**
** Pembesaran KGB :  Ya* (________________________________________) Tidak
Hiperpigmentasi Aksila :  Ya*(________________________________) Tidak
ABDOMEN
a. Abdomen : Inspeksi : Bekas SC (_______________________________________)
 Lesi
 Lainnya, ________________________________________
b. Pigmentasi : Linea Nigra  Striae
c. Uterus : TFU : 3 Jari
Posisi : Di bawah pusat
Kontraksi :  Ya*(___________________________________________) Tidak
d. Kandung Kemih:  Distensi Tidak
e. DRA : ________________________ x _________________________ cm
f. Fungsi Pencernaan: BAB :  Sudah  Belum*(__________________________________)
g. Hepar & Splen: Palpasi Hepar : Tidak ada pembesaran, tidak ada nyeri tekan
Palpasi Splen : tidak ada pembesaran, tidak ada nyeri tekan

PERINEUM & GENITAL


a. Vagina : Varises : Ya* (________________________________________) Tidak
Edema :  Ya* (________________________________________) Tidak
Hematom :  Ya* (________________________________________)Tidak
Kebersihan: Ya Tidak* (terdapat darah nifas)
b. Perineum  Utuh Episiotomi  Ruptur
: Tanda REEDA :

20
Red : Ya Tidak
Edema :  Ya Tidak
Echimosis :  Ya Tidak
Discharge :  Ya Tidak
Approximate :  Ya Tidak
c. Lochea : Rubra  Serosa  Alba
Jumlah : 2 Pembalut dalam 4 jam
Warna : Merah muda
Konsistensi : Cair
Bau : Amis
d. Hemoroid  Ya* Tidak
:
EKSTREMITAS
a. Ekstremitas Atas : Kesemutan :  Ya Tidak
Lesi : Tidak Turgor Kulit : Elastis
b. Ekstremitas Bawah : Edema :  Ya* (________________________________) Tidak
Kesemutan :  Ya Tidak
Lesi : Tidak Turgor Kulit : Elastis
Varises :  Ya* (________________________________)  Tidak
Homan Sign :  + -
STATUS NUTRISI
a. Antopometri : TB 154 cm/ BB 70 Kg
LLA : 23 cm
IMT :
BBI :
b. BB : saat hamil 70 kg/ saat ini 64 kg
c. Nafsu Makan : Baik  Kurang
d. Proses Digestive :  Keluhan Mual  Keluhan Muntah
 Nyeri Lambung  Sulit Menelan/ Makan
e. Eliminasi : BAK : Frekuensi 600 cc (terpasang kateter urine)
BAB : Frekuensi 1x/hari
Konstipasi :  Ya Tidak

MOBILISASI – ISTIRAHAT
a. Mobilisasi Tingkat Mobilisasi : Mandiri  Menggunakan Alat Bantu
:  Dibantu
b. Rentang 4/5 4/5
Kekuatan Otot 4/5 4/5
c. Pola Tidur : Saat ini : Frekuensi 1x/hari Lama 6-7 jam
d. Keluhan Ya*  Tidak
ketidaknyama * Lokasi : perineum
n: * Sifat : nyeri
* Intensitas : seperti di sayat-sayat

KEADAAN MENTAL
a. Adaptasi Psikologi : Taking in
b. Penerimaan Terhadap Bayi : Ibu menerima kehadiran bayi nya
KEMAMPUAN MENYUSUI
Ibu mampu menyusui bayi nya dengan posisi yang benar.

21
HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Normal Ket
Laboratorium Hemoglobin 10,8 11,7-15,5
Eritrosit 3,96 4,10-5,10
Leukosit 14,51 4,40-11,30
Trombosit 243 150-400
Hematokrit 32,3 35,0-47,0
MCV 82 80-100
MCH 27 26-34
MCHC 33 32-36
RDW-CV 13,4 12,0-14,8
Masa Perdarahan 2 1-3
Masa pembekuan 10 3-11
HBsAg Non reaktif -
GDS 101 70-110

C. ANALISA DATA
Data Fokus Etiologi Masalah
DS : Post partum fisiologis Nyeri Akut
- Klien mengatakan
nyeri Episiotomi
- P : Nyeri
bertambah saat Terputusnya
melakukan inkontinuitas jaringan
aktivitas dan nyeri
berkurang saat Luka jahitan perineum
berbaring
- Q : Nyeri seperti di Nyeri akut
sayat-sayat
- R: Nyeri di bagian
perineum
- S : Nyeri dengan
skala 5
- T : Nyeri terasa <
30 menit
DO :

22
- Ekspresi wajah
klien terlihat
meringis
- klien terlihat
gelisah
- TD : 120/70 mmhg
- N : 100 x/menit
- R : 18 x/menit
- Sh : 36° C
- Akral dingin
- Saat klien merubah
posisi terlihat
merintih

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut

E. RENCANA KEPERAWATAN
Tanggal No Tujuan & Kriteris Hasil Intervensi
Dx
29 Nov 1 Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (I. 08238)
2019 intervensi selama 2 x 30 Observasi
menit diharapkan masalah  Identifikasi lokasi,
keperawatan nyeri akut karakterisitk, durasi,
frekuensi, kualitas,
dapat membaik dengan
intensitas dan skala nyeri
kriteria hasil :  Identifikasi respon nyeri
Tingkat nyeri nonverbal
1. Keluhan nyeri  Identifikasi faktor yang
menurun memperberat dan
2. Gelisah menurun memperringan nyeri
3. Meringis menurun  Monitor keberhasilan
4. Tekanan darah terapi komplementer yang
sudah diberikan
membaik
Terapeutik
5. Pola tidur membaik  Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(relaksasi autogenik)

23
Edukasi Teknik Napas
(I. 12452)
Observasi
 Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima
informasi
Terapeutik
 Sediakan materi dan
media pendidikan
kesehatan
 Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
 Berikan kesempatan
untuk bertanya
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan
manfaat teknik napas
relaksasi autogenik
 Jelaskan prosedur teknik
napas relaksasi autogenik
 Anjurkan memposisikan
tubuh senyaman mungkin
(mis. duduk, baring)
 Anjurkan menutup mata
dan berkonsentrasi penuh
 Ajarkan melakukan
inspirasi dengan
menghirup udara melalui
hidung secara perlahan
dengan membayangkan
sesuatu yang membuat
pasien bahagia dan
tenang.

24
F. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Hari/Tgl Jam Implementasi Respon Paraf
dx
1 Jum’at 10.00  Memonitor tanda- S: -
29 Nov WIB tanda vital pasien O:
2019 - TD : 120/70
mmHg
- N : 100
x/menit
- R : 18
x/menit
- Sh : 36 ° C
1 Jum’at 10.10  Mengkaji nyeri S:
29 Nov WIB secara - P : Nyeri
2019 komprehensif bertambah
saat
beraktivitas
dan
berkurang
saat istirahat
- Q : Nyeri
seperti di
sayat
- R : Nyeri di
bagian
perineum
- S : skala nyeri
5
- T : Nyeri
terassa < 30
menit

25
O:
- Ekspresi
wajah klien
meringis
- Terlihat
gelisah
- Akral dingin
1 Jum’at 10.15  Menjelaskan S:
29 Nov WIB prosedur dan tujuan - Klien
2019 relaksasi autogenik mengatakan
mengerti dan
mau
melakukan
relaksasi
autogenik
dengan di
bimbing oleh
perawat
O:
- Klien terlihat
siap dan mau
menerima
terapi
relaksasi
autogenik
yang akan
diberikan dan
dibimbing
oleh perawat

26
1 Jum’at 10.20  Mengajarkan terapi S:
29 Nov WIB relaksasi autogenik - Klien
2019 dengan cara mengatakan
menutup mata , tenang,
membayangkan nyaman
sesuatu yang - Klien
tenang dan mengatakan
menyebutkan suatu masih nyeri
kalimat pada luka
‘’astagfirulloh’’ perineum
kemudian dengan skala
melakukan tarik nyeri 5
napas melalui O:
hidung secara - Klien terlihat
perlahan dan mampu
menghembuskan melakukan
napas melalui relaksasi
mulut. Lakukan autogenik
berulang selama 10 seara mandiri
menit
1 Jum’at 10.30  Menganjurkan S:
29 Nov WIB klien untuk - Klien
2019 melakukan mengatakan
relaksasi autogenik akan
secara mandiri melakukan
relaksasi
autogenik jika
merasa nyeri
O:-

27
1 Sabtu 08.30  Memonitor tanda- S:-
30 Nov WIB tanda vital O:
2019 - TD 110/80
mmHg
- Nadi
86x/menit
- R 17x/menit
- Sh 36C

1 Sabtu 30 08.40  Mengevaluasi klien S:


Nov WIB dalam melakukan - Klien
2019 relaksasi autogenik mengatakan
sudah
melakukan
relaksasi
autogenik
secara
mandiri pada
sore dan
malam hari
- Klien
mengatakan
lebih tenang
dan nyaman
setelah
melakukan
relaksasi
autogenik
O:-

28
1 Sabtu 30 08.45  Menganjurkan S:-
Nov WIB klien untuk O:
2019 melakukan - Klien terlihat
relaksasi autogenik melakukan
secara mandiri relaksasi
autogenik
dengan posisi
duduk,
menutup mata
dan
menghirup
napas melalui
hidung secara
perlahan
dengan
mengatakan
‘’astagfirulloh
’’ dan
mengehembu
skan napas
melalui mulut
secara
perlahan dan
melakukan
nya selama 10
menit.

29
1 Sabtu 30 08.55  Mengevaluasi S:
Nov WIB perasaan dan skala - Klien
2019 nyeri setelah mengatakan
melakukan merasa
relaksasi autogenik tenang
- Klien
mengatakan
nyeri pada
perineum
berkurang
dengan skala
3
O:
- Ekspresi
wajah tidak
meringis
- Klien terlihat
welcome
dengan
perawat
- Klien terlihat
tenang

30
1 Sabtu 09.00  Menganjurkan S:
30 Nov klien untuk - Klien
2019 menerapkan mengatakan
relaksasi autogenik akan
secara mandiri di melakukan
rumah relaksasi
autogenik
- Klien
mengatakan
nyaman dan
tenang setelah
melakukan
relaksasi
autogenik

1 Sabtu 09.05  Memonitor tanda- S:-


30 Nov tanda vital setelah O:
2019 dilakukan - TD 110/80
implementasi mmHg
- Nadi
86x/menit
- R 17x/menit
- Sh 36C

31
G. EVELUASI KEPERAWATAN
Hari/Tgl Jam Evaluasi Perkembangan
Jumat 11.00 S :
29 Nov WIB - Klien mengatakan lebih tenang dan nyaman
2019 - Klien mengatakan masih nyeri
- P: nyeri bertambah saat melakukan aktivitas dan nyeri
berkurang saat berbaring
- Q : nyeri seperti di cubit
- R: nyeri di bagian perineum
- S : nyeri dengan skala 5
- T : nyeri terasa <30 menit
O:
- Ekspresi wajah terlihat meringis
- Klien terlihat gelisah
- Td : 120/80 mmHg
- N : 100x/menit
- R 18x/menit
- Sh : 36 ° C
A : Masalah teratasi sebagaian
P : Intervensi dilanjutkan
- Lanjutkan pemberian relaksasi autogenik pada hari ke-
2
- Monitor tanda-tanda vital
- Kaji nyeri secara komprehensif
30 Nov 09.30 S :
2019 WIB - Klien mengatakan nyaman dan tenang
- Klien mengatakan sudah melakukan relaksasi
auttogenik secara mandiri
- Klien mengatakan nyeri pada perineum berkurang
dengan skala 3
O:
- Klien terlihat tenang

32
- Ekspresi wajah tidak meringis
- Klien mampu melakukan relaksasi autogenik secara
mandiri
- TD : 110/80 mmhg
- N : 86 x/menit
- R 17 x/menit
Sh : 36 ° C
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

33
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Setelah dilakukan tindakan Teknik Relaksasi Autogenik hari
pertama pasien mengatakan masih nyeri dengan skala 5
2. Setelah dilakukan tindakan Teknik Relaksasi Autogenik hari kedua
pasien mengatakan skala nyeri berkurang menjadi 3
3. Pasien tampak lebih nyaman karena rasa nyeri berkurang
4. Berdasarkan hasil penelitian Nungati nurhayati, dkk terdapat
pengaruh yang signifikan antara relaksasi autogenik dengan
penurunan skala nyeri yaitu dengan t hitung 26,077, hasil uji t
menunjukan 0,0001 artinya ada perbedaan skala nyeri antara
sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi autogenik

B. Saran
1. Dengan adanya hasil penelitian ini, diharapkan bagi instansi
pelayanan kesehatan untuk untuk mempertimbangkan hasil
penelitian ini sebagai intervensi dalam program dukungan terhadap
penurunan skala nyeri dan mengembangkan SOP latihan relaksasi
autogenik untuk menjadi standar pelaksaan
2. Pemberian relaksasi autogenik dapat digunakan sebagai intervensi
keperawatan mandiri yang diberikan untuk menurunkan skala nyeri
dan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik
3. Untuk hasil yang lebih baik diharapkan klien melakukan teknik
relaksasi autogenik sebanyak 2 x sehari secara teratur

34
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati E,R Diah, W. 2010. Asuhan keperawatannifas. Yogyakarta:


Nuha Medika
Green,caroolJ,Wilkinson
Judith.2012.RencanaAsuhanKeperawatanMaternaldanBayibaru lahir
.jakarta:kedokteran EGC Norhimawat2013.Konsep dasarpostpartum.
Pdf
Nanda Internasional(2015).Diagnose Keperawatan: Definisidan Classifikasi
2015-2017(10th, ed). Jakarta: ECG
Moor head Sue,dkk. (2013): Nursing Outcome Classifikasion (NOC),5th
Indonesian edition. Indonesia: Mecomedia
Nursalam (2012). Prosesdan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika
Saleha, sitti (2009). Asuhan Keperawatan Pada Masa nifas. Jakarta :
Salemba medika

35
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
TERAPI RELAKSASI AUTOGENIK
LABORATORIUM KEPERAWATAN KOMUNITAS
JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES DEPKES MALANG
No. Dokumen No. Revisi Halaman

Prosedur tetap Ditetapkan tgl, 2009


bangsal perawatan Ketua Jurusan Keperawatan

Tanggal terbit

Budi Susatia, SKp, M.Kes


NIP.
Pengertian Relaksasi autogenik adalah relaksasi yang bersumber dari diri sendiri
berupa kata-kata/ kalimat pendek ataupun pikiran yang bisa membuat
pikiran tentram.
Tujuan 1. Memberikan perasaan nyaman.
2. Mengurangi stress, khususnya stress ringan/ sedang.
3. Memberikan ketenangan.
4. Mengurangi ketegangan.
Kebijakan Terapi ini merupakan salah satu cara untuk membantu klien yang sedang
mengalami ketegangan atau stress fisik dan psikologis yang bersifat
ringan atau sedang, dengan menekankan pada latihan mengatur pikiran,
posisi yang rileks dan mengatur pola pernafasan.
PROSEDUR PERSIAPAN

A. Pasien/ klien

1. Beritahu klien

2. Atur posisi dalam posisi duduk atau berbaring

B. Alat

Tidak ada alat khusus yang dibutuhkan.

Bila diinginkan, dapat dilakukan sambil mendengarkan musik


ringan.

C. Lingkungan

36
Atur lingkungan senyaman dan setenang mungkin agar pasien/
klien mudah berkonsentrasi.

PELAKSANAAN

1. Pilihkah satu kata/ kalimat yang dapat membuat kita tenang


misalnya “Astaghfirullah”. Jadikan kata-kata/ kalimat tersebut
sebagai “mantra” untuk mencapai kondisi rileks.

2. Atur posisi klien senyaman mungkin.

3. Tutup mata secara perlahan-lahan.

4. Instruksikan klien untuk melemaskan seluru anggota tubuh dari


kepala, bahu, punggung, tangan sampai kaki secara perlahan-
lahan.

5. Instruksikan klien untuk menarik nafas secara perlahan :

Tarik nafas melalui hidung dan buang nafas melalui mulut.

6. Pada saat menghembuskan nafas melalui mulut, ucapkan dalam


hati “mantra” tersebut.

7. Lakukan berulang selama kurang lebih 10 menit, bila tiba-tiba


pikiran melayang, upayakan untuk memfokuskan kembali pada
kata-kata “mantra” tadi.

8. Bila dirasakan sudah nyaman atau rileks, tetap duduk tenang


dengan mata masih tertutup untuk beberapa saat.

9. Langkah terakhir, buka mata secara perlahan-lahan sambil


rasakan kondisi rileks.

Perhatian :

 Untuk mencapai hasil yang optimal dibutuhkan konsentrasi


penuh terhadap kata-kata “mantra” yang dapat membuat rileks.

 Lakukan prosedur ini sampai 2-3 kali agar mendapatkan hasil


yang optimal.
INDIKATOR A. Respon verbal
PENCAPAIAN

37
1. Klien mengatakan rileks.

2. Klien mengatakan ketegangan berkurang.

3. Klien mengatakan sudah merasa nyaman.

B. Respon non verbal

1. Klien tampak tenang.

2. Ekspresi wajah klien tidak tampak tegang.

3. Klien dapat melanjutkan pekerjaannya kembali.

4. Tanda-tanda vital : tekanan darah dan nadi dalam batas


normal.

38

Anda mungkin juga menyukai