Makalah Ebp Fix
Makalah Ebp Fix
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas merupakan masa yang retan terhadap kelangsungan hidup
ibu baru bersalin. Sebagian besar kematian ibu terjadi setelah masa nifas
sehingga pelayanan masa nifas sangat penting dalam upaya dalam
penurunan angka kematian ibu. Banyak Negara menanggulangi
kematian ibu dan bayi dengan upaya pertolongan di fokuskan pada
priode intrapartum. Upaya ini telah terbukti menyelamatkan lebih dari
separuh ibu bersalin dan bayi baru lahir disertai dengan penyulit proses
persalinan atau komplikasi yang mengancam keselamatan jiwa. Namun
tidak semua intervensi yang sesuai bagi suatu negara dengan serta
menjalankan dan memberi dampak menguntungkan bila diterapkan di
negara lain (Saleha, 2009).
1
ibu perlu mengetahui lebih lanjut masalah yang akan di hadapi. Proses
adaptasi psikologi yang dialami oleh seorang ibu yaitu fase taking in,
taking hold, dan letting go. Pada kasus ibu post partum masalah yang
sering muncul yaitu nyeri karena jahitan, kecemasan, kurang
pengetahuan, gangguan pola istirahat dan tidur, ketidaknyamanan pasca
partum.
2
Metode non-farmakologis bukan merupakan pengganti obat-obatan,
tindakan ini diperlukan untuk mempersingkat keluhan nyeri yang
berlangsung hanya beberapa detik atau menit. Mengkombinasikan
metode non-farmakologis dengan obat-obatan merupakan cara yang
paling efektif untuk mengontrol nyeri. Pengendalian nyeri non-
farmakologis menjadi lebih murah, mudah, efektif dan tanpa efek yang
merugikan (Potter & Perry, 2005). Salah satu metode untuk mengatasi
nyeri secara non-farmakologis adalah terapi relaksasi autogenik
(Asmadi, 2009). Relaksasi merupakan suatu keadaan dimana seseorang
merasakan bebas mental dan fisik dari ketegangan dan stress. Teknik
relaksasi bertujuan agar individu dapat mengontrol diri ketika terjadi
rasa ketegangan dan stres yang membuat individu merasa dalam kondisi
yang tidak nyaman (Potter & Perry, 2009).
3
73,3% responden mengalami nyeri dengan rentang skalam 4-6 (nyeri
sedang). Terdapat pengaruh yang signifikan antara relaksasi autogenik
dengan penurunan skala nyeri. Hasil uji t menunjukkan 0,0001 artinya
ada perbedaan skala nyeri antara sebelum dan sesudah dilakukan
relaksasi autogenik dengan nilai mean = 1,080 yaitu terjadi
kecenderungan penurunan skala nyeri sesudah perlakuan dengan rata-
rata penurunan skala nyerinya 1,080.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana perawatan ibu post partum normal di Ruang Cilamaya Rawat
Gabung RSUD Karawang
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan keperawatan pada ibu post partum normal di
Ruang Cilamaya Rawat Gabung RSUD Karawang
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada ibu post partum normal di
Ruang Cilamaya Rawat Gabung RSUD Karawang
b. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada ibu post partum
normal di Ruang Cilamaya Rawat Gabung RSUD Karawang
4
c. Mampu merencanakan tindakan yang akan diberikan pada ibu
post partum normal di Ruang Cilamaya Rawat Gabung RSUD
Karawang
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada ibu post
partum normal di Ruang Cilamaya Rawat Gabung RSUD
Karawang
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada ibu post partum
normal di Ruang Cilamaya Rawat Gabung RSUD Karawang
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Instansi Pendidikan
Diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu
dan praktik keperawatan khususnya dalam pengelolaan Asuhan
keperawatan pada ibu dengan post partum normal
2. Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam
pelaksanaan praktek pelayanan keperawatan khususnya dalam
pengelolaan Asuhan keperawatan pada ibu dengan post partum
normal
3. Penulis
Untuk menambah pengetahuan serta menerapkan pengelolaan
Asuhan keperawatan pada ibu dengan post partum normal.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
3. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
a. Perubahan Sistem Reproduksi
1). Infolusi
a). Pengertian
Infolusi atau pengurutan uterus merupakan suatu proses
dimana uetus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan
berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah
plasenta lahir ekibat kontraksi otot-otot polos uterus
b). Proses Involusi Uteri
Pada akhir persalinan kala III, uterus berada di garis tengah,
kira- kira 2 cm dibawah umbilikus dengan bagian fundus
bersandar pada promotorium sakralis. Pada saat ini besar
uterus kira-kira sama dengan besar uterus sewaktu usia
kehamilan 16 minggu dengan berat 1000 gram. Peningkatan
kadar estrogen dan progesterone bertanggung jawab untuk
pertumbuhan masif uterus selama masa hamil.
Pertumbuhan uterus pada masa prenatal bertanggung jawab
pada hyperplasia, peningkatan jumlah sel-sel otot dan
hipertropi, yaitu pembesaran sel-sel yang sudah ada. Pada
masa post partum penurunan kadar hormon-hormon ini
menyebabkan terjadinya autolisis.
7
2) Atrofi jaringan
Jaringan yang berpoliferasi dengan adanya estrogen
dalam jumlah besar, kemudian mengalami atrofi sebagai
reaksi terhadap penghentian produksi estrogen yang
menyertai pelepasan plasenta. Selain perubahan atrofi
pada otot-otot uterus, lapisan desidua akan mengalami
atrofi dan terlepas dengan meninggalkan lapisan basal
yang akan berregenerasi menjadi endometrium yang
baru.
3) Efek oksitosin (kontraksi)
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna
segera setelah bayi lahir, diduga sebagi respon terhadap
penurunan volume intrauterin yang sangat besar.
Hormon oksitosin yang dilepas oleh kelenjar hipofisis
memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengopresi
pembuluh darah yang membantu proses hemostatis.
Kontraksi dan retraksi otot uterin akan mengurangi
suplai darah ke uterus. Proses ini membantu mengurangi
bekas luka tempat implantasi plasenta serta mengurangi
perdarahan. Luka bekas perlekatan plasenta
memerlukan waktu 8 minggu untuk sembuh total.
8
c). Perubahan normal pada uterus selama post partum
Involusi uteri TFU Berat uterus Diameter Palpasi
uterus cerdik
Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gr 12,5 cm Lembut/lunak
7 hari Pertengahan 500 gr 7,5 cm 2 cm
(minggu 1) antara pusat
dan simpisis
14 hari Tidak teraba 350 gr 5 cm 1 cm
(minggu 2)
6 minggu Normal 60 gr 2,5 cm menyempit
2). Lochea
Lochea adalah eksresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea
mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari
dalam uterus. Lochea mempunyai reaksi basa atau alkalis
yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari
pada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lochea
mempunyai bau amis atau anyir seperti darah menstruasi,
meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda
pada setiap wanita. Lochea yang berbau tidak sedap
menandakan adanya infeksi. Lochea mempunyai perubahan
karena proses involusi.
9
b. Lochea sanguinolenta
Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan
berlendir. Berlangsung dari hari ke empat sampai hari ke 7
postpartum
c. Lochea serosa
Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena
mengandung serum, leukosit dan robekan/laserasi plasenta.
Muncul pada hari ke 7 sampai ke 14 postpartum
d. Lochea alba
Mengandung leukosit,sel desidua, sel epitel, selaput lendir
serviks dan serabut jaringan yang mati lochea alba bisa
berlangsung selama 2-6 minggu postpartum
3). Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama dengan uterus.Warna
serviks sndiri berwarna kehitam-hitaman karena penuh
pembuluh darah. Konsistensinya lunak kadang-kadang
terdapat laserasi atau perlukaan kecil. Karena robekan kecil
yang terjadi selama dilatasi, serviks tidak pernah kembali
kepada keadaan sebelum hamil. Bentuknya seperti corong
karena disebabkan oleh korpus uteri yang mengadakan
kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehinga pada
perbatasan antara korpus uteri dan servikd terbentuk cincin.
Muara serviks yang berdilatasi 10 cm pada waktu persalinan,
menutup secara bertahap. Setelah bayi lahir, tangan masi bisa
masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dimasuki 2-3 jari,
pada minggu ke 6 postpartum serviks menutup.
4). Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang
besar selama proses persalinan dan akan kembali secara
bertahap dalam 6-8 minggu postpartum. Penurunan hormon
estrogen pada masa postpartum berperan dalam penipisan
10
mukosa vagina dan hilangnya rugae. Rugae akan terlihat
kembali pada sekitar minggu ke 4.
Sisa urine dan trauma pada kandung pada kandung kencing waktu
persalinan memudahkan terjadinya infeksi. Dilatasi reter dan
pyelum normal kembali dalam waktu 2 minggu. Urine biasanya
berlebihan (poliurie) antara hari kedua dan kelima, hal ini
disebabkan karena kelebihan cairan sebagai akibat retensi air
dalam kehamilan dan sekarang dikeluarkan. Kadang-kadang
hematuri akibat proses katalitik involusi. Acetonurieterutama
setelah partus yang sulit dan lama yang disebabkan pemecahan
11
karbohidrat yang banyak, karena kegiatan otot-otot rahim dan
karena kelaparan. Protein urine akibat dari autolisis sel-sel otot.
12
yang memilih menyusui bayinya, isapan sang bayi merangsang
keluarnya oksitosin lagi dan ini membantu uterus kembali ke
bentuk normal dan pengeluaran air susu.
4. Hipotalamik pituitari ovarium
Untuk wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan
mempengaruhi lamanya ia mendapatkan menstruasi. Sering
kali menstruasi pertama itu bersifat anovulasi yang
dikarenakannya rendah kadar estrogen dan progesteron.
13
maka pernapasan juga kan mengikutinya kecuali ada gangguan
kusus di saluran pernapasan.
14
setelah persalinan berikutnya. Hal yang perlu diperhatikan yaitu
adapatsi psikososial pada masa pasca persalinan. Bagi keluarga
muda, masa pasca persalinan merupakan “ awal keluarga baru”
sehingga keluarga perlu beradaptasi dengan peran barunya. Tanggung
jawab keluarga bertambah dengan hadirnya bayi beru lahir.
Dorongan serta perhatian anggota keluarga lainnya merupakan
dukungan positif bagi ibu.
Adaptasi psikologis ibu masa nifas :
1. Fase taking in
Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung
dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat
itu, fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman
selama proses persalinan sering berulang diceritakannya.
Kelelahan membuat ibu cukup istirahat untuk mencegah gejala
kurang tidur, seperti muda tersinggung. Hal ini membuat ibu
cenderung menjadi pasif terhadap lingkungannya. Oleh kerena itu
kondisi ibu perlu di pahami dengan menjaga komunikasi yang
baik. Pada fase ini perlu di perhatikan pemberian ekstra makanan
untuk proses pemulihannya. Disamping nafsu makan ibu memang
meningkat.
2. Fase taking hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase
taking hold, ibu ibu mersa kuatir akan ketidak mampuan dan rasa
tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Selain itu perasaannya
sangat sensitiv sehingga mudah tersinggung jika komunakinya
kurang hati-hati. Oleh karena itu ibu memerlukan kesempatan yang
baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan
bayinya sehingga tumbuh rasa percaya diri.
3. Fase letting go
Fase ini merupakan fase meneriam tanggung jawab akan peran
barunya yang menerima tanggung jawab peran barunya yang
berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai
15
menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Keinginan
untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini.
16
4) Tanda-tanda vital:tensi,nadi dalam batas normal
Teknik relaksasi autogenik mengacu pada konsep baru. Selama ini, fungsi-
fungsi tubuh yang spesifik dianggap berjalan secara terpisah dari pikiran
yang tertuju pada diri sendiri. Teknik relaksasi ini membantu individu
dalam mengalihkan secara sadar perintah dari diri individu tersebut. Hal
ini dapat membantu melawan efek akibat stres yang berbahaya bagi tubuh.
Teknik relaksasi autogenik memiliki ide dasar yakni untuk mempelajari
cara mengalihkan pikiran berdasarkan anjuran sehingga individu dapat
menyingkirkan respon stres yang mengganggu pikiran.
17
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
BIODATA PASIEN
Nama Lengkap Pasien: Status perkawinan:
Ny. T BK Jd Lama kawin :
K
Nama Panggilan: Pendidikan Tanggal Umur: Sex:
terakhir: lahir:
Ny.T TS / SD / 20 / 06 / 35 thn P
SMP / SMA / 1984 5 bln
PT
Alamat Tinggal Sekarang (Lengkap): Kabupaten Telpon yang bisa dihubungi:
Karang jati Karawang ......................... ...............................
Propinsi Suku: Bahasa
sehari-hari:
Jawa barat Sunda Sunda
Pekerjaan saat Alamat tempat kerja P. Jawab:
ini
Ibu rumah Rumah Suami
tangga
NRM Diagnosa Medis: Tgl MRS Tanggal Kaji
79.14.70 (p) 29-11-2019 29-11-2019
Riwayat
18
persalinan
a. Jenis : Spontan
Persalinan
Spontan : Letak Kepala Letak Bokong Letak Lintang
Tindakan EP Tindakan EV
Tgl/ Jam : 29 November 2019
b. Jenis : LK PR
Kelamin
c. BB/ PB : BB 2.900 gram
PB 48 cm
d. Apgar : 6/8
Score
e. Perdara : 200 cc
han
f. Masalah
dalam : Tidak ada masalah dalam persalinan
persalinan
g. Riwayat : Suntik 3 bulan
KB
19
Pembengkakan Tonsil : Ya* (________________________________) Tidak
f. Telinga : Bentuk Telinga: Simetris Tidak Simetris
Kebersihan : Bersih Kotor* (_______________________________________)
Massa : Ya* (______________________________________________) Tidak
Gangguan Pendengaran : Ya* (_________________________________) Tidak
Alat bantu dengar : Ya* (_____________________________________) Tidak
Tes Rinne : Normal. Tes Weber : Normal. Tes Swbach : Normal
g. Leher : Hiperpigmentasi : Ya* (____________________________________) Tidak
Kesulitan Menelan : Ya* (___________________________________) Tidak
DADA
a. Jantung : Bunyi Jantung I/II: Normal Suara Tambahan (murmur/ gallop)
Irama : Reguler Ireguler
b. Paru : Pergerakan Dinding Dada : Simetris Tidak simetris
Penggunaan OBN : Ya Tidak
Suara Paru :Vesikuler Suara Tambahan (_______________________________)
Irama : Reguler Ireguler
Kedalaman : Dangkal Dalam Tidak Teratur
Perkusi Paru : Sonor Ka/Ki Hipersonor Ka/Ki
Pekak Ka/Ki Timpani Ka/ Ki
c. Payudara : Payudara : Simetris Tidak simetris
Kebersihan Puting Susu : Bersih Tidak* (________________________________)
Puting Susu : Eksverted Flatt Nipple Inverted
Hiperpigmentasi Aerola : Ya*(________________________________) Tidak
Palpasi : (Tidak ada pembengkakan, tidak ada bendungan ASI)
Pengeluaran ASI : Ya* (________________________________________) Tidak**
** Pembesaran KGB : Ya* (________________________________________) Tidak
Hiperpigmentasi Aksila : Ya*(________________________________) Tidak
ABDOMEN
a. Abdomen : Inspeksi : Bekas SC (_______________________________________)
Lesi
Lainnya, ________________________________________
b. Pigmentasi : Linea Nigra Striae
c. Uterus : TFU : 3 Jari
Posisi : Di bawah pusat
Kontraksi : Ya*(___________________________________________) Tidak
d. Kandung Kemih: Distensi Tidak
e. DRA : ________________________ x _________________________ cm
f. Fungsi Pencernaan: BAB : Sudah Belum*(__________________________________)
g. Hepar & Splen: Palpasi Hepar : Tidak ada pembesaran, tidak ada nyeri tekan
Palpasi Splen : tidak ada pembesaran, tidak ada nyeri tekan
20
Red : Ya Tidak
Edema : Ya Tidak
Echimosis : Ya Tidak
Discharge : Ya Tidak
Approximate : Ya Tidak
c. Lochea : Rubra Serosa Alba
Jumlah : 2 Pembalut dalam 4 jam
Warna : Merah muda
Konsistensi : Cair
Bau : Amis
d. Hemoroid Ya* Tidak
:
EKSTREMITAS
a. Ekstremitas Atas : Kesemutan : Ya Tidak
Lesi : Tidak Turgor Kulit : Elastis
b. Ekstremitas Bawah : Edema : Ya* (________________________________) Tidak
Kesemutan : Ya Tidak
Lesi : Tidak Turgor Kulit : Elastis
Varises : Ya* (________________________________) Tidak
Homan Sign : + -
STATUS NUTRISI
a. Antopometri : TB 154 cm/ BB 70 Kg
LLA : 23 cm
IMT :
BBI :
b. BB : saat hamil 70 kg/ saat ini 64 kg
c. Nafsu Makan : Baik Kurang
d. Proses Digestive : Keluhan Mual Keluhan Muntah
Nyeri Lambung Sulit Menelan/ Makan
e. Eliminasi : BAK : Frekuensi 600 cc (terpasang kateter urine)
BAB : Frekuensi 1x/hari
Konstipasi : Ya Tidak
MOBILISASI – ISTIRAHAT
a. Mobilisasi Tingkat Mobilisasi : Mandiri Menggunakan Alat Bantu
: Dibantu
b. Rentang 4/5 4/5
Kekuatan Otot 4/5 4/5
c. Pola Tidur : Saat ini : Frekuensi 1x/hari Lama 6-7 jam
d. Keluhan Ya* Tidak
ketidaknyama * Lokasi : perineum
n: * Sifat : nyeri
* Intensitas : seperti di sayat-sayat
KEADAAN MENTAL
a. Adaptasi Psikologi : Taking in
b. Penerimaan Terhadap Bayi : Ibu menerima kehadiran bayi nya
KEMAMPUAN MENYUSUI
Ibu mampu menyusui bayi nya dengan posisi yang benar.
21
HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Normal Ket
Laboratorium Hemoglobin 10,8 11,7-15,5
Eritrosit 3,96 4,10-5,10
Leukosit 14,51 4,40-11,30
Trombosit 243 150-400
Hematokrit 32,3 35,0-47,0
MCV 82 80-100
MCH 27 26-34
MCHC 33 32-36
RDW-CV 13,4 12,0-14,8
Masa Perdarahan 2 1-3
Masa pembekuan 10 3-11
HBsAg Non reaktif -
GDS 101 70-110
C. ANALISA DATA
Data Fokus Etiologi Masalah
DS : Post partum fisiologis Nyeri Akut
- Klien mengatakan
nyeri Episiotomi
- P : Nyeri
bertambah saat Terputusnya
melakukan inkontinuitas jaringan
aktivitas dan nyeri
berkurang saat Luka jahitan perineum
berbaring
- Q : Nyeri seperti di Nyeri akut
sayat-sayat
- R: Nyeri di bagian
perineum
- S : Nyeri dengan
skala 5
- T : Nyeri terasa <
30 menit
DO :
22
- Ekspresi wajah
klien terlihat
meringis
- klien terlihat
gelisah
- TD : 120/70 mmhg
- N : 100 x/menit
- R : 18 x/menit
- Sh : 36° C
- Akral dingin
- Saat klien merubah
posisi terlihat
merintih
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut
E. RENCANA KEPERAWATAN
Tanggal No Tujuan & Kriteris Hasil Intervensi
Dx
29 Nov 1 Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (I. 08238)
2019 intervensi selama 2 x 30 Observasi
menit diharapkan masalah Identifikasi lokasi,
keperawatan nyeri akut karakterisitk, durasi,
frekuensi, kualitas,
dapat membaik dengan
intensitas dan skala nyeri
kriteria hasil : Identifikasi respon nyeri
Tingkat nyeri nonverbal
1. Keluhan nyeri Identifikasi faktor yang
menurun memperberat dan
2. Gelisah menurun memperringan nyeri
3. Meringis menurun Monitor keberhasilan
4. Tekanan darah terapi komplementer yang
sudah diberikan
membaik
Terapeutik
5. Pola tidur membaik Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(relaksasi autogenik)
23
Edukasi Teknik Napas
(I. 12452)
Observasi
Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima
informasi
Terapeutik
Sediakan materi dan
media pendidikan
kesehatan
Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
Berikan kesempatan
untuk bertanya
Edukasi
Jelaskan tujuan dan
manfaat teknik napas
relaksasi autogenik
Jelaskan prosedur teknik
napas relaksasi autogenik
Anjurkan memposisikan
tubuh senyaman mungkin
(mis. duduk, baring)
Anjurkan menutup mata
dan berkonsentrasi penuh
Ajarkan melakukan
inspirasi dengan
menghirup udara melalui
hidung secara perlahan
dengan membayangkan
sesuatu yang membuat
pasien bahagia dan
tenang.
24
F. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Hari/Tgl Jam Implementasi Respon Paraf
dx
1 Jum’at 10.00 Memonitor tanda- S: -
29 Nov WIB tanda vital pasien O:
2019 - TD : 120/70
mmHg
- N : 100
x/menit
- R : 18
x/menit
- Sh : 36 ° C
1 Jum’at 10.10 Mengkaji nyeri S:
29 Nov WIB secara - P : Nyeri
2019 komprehensif bertambah
saat
beraktivitas
dan
berkurang
saat istirahat
- Q : Nyeri
seperti di
sayat
- R : Nyeri di
bagian
perineum
- S : skala nyeri
5
- T : Nyeri
terassa < 30
menit
25
O:
- Ekspresi
wajah klien
meringis
- Terlihat
gelisah
- Akral dingin
1 Jum’at 10.15 Menjelaskan S:
29 Nov WIB prosedur dan tujuan - Klien
2019 relaksasi autogenik mengatakan
mengerti dan
mau
melakukan
relaksasi
autogenik
dengan di
bimbing oleh
perawat
O:
- Klien terlihat
siap dan mau
menerima
terapi
relaksasi
autogenik
yang akan
diberikan dan
dibimbing
oleh perawat
26
1 Jum’at 10.20 Mengajarkan terapi S:
29 Nov WIB relaksasi autogenik - Klien
2019 dengan cara mengatakan
menutup mata , tenang,
membayangkan nyaman
sesuatu yang - Klien
tenang dan mengatakan
menyebutkan suatu masih nyeri
kalimat pada luka
‘’astagfirulloh’’ perineum
kemudian dengan skala
melakukan tarik nyeri 5
napas melalui O:
hidung secara - Klien terlihat
perlahan dan mampu
menghembuskan melakukan
napas melalui relaksasi
mulut. Lakukan autogenik
berulang selama 10 seara mandiri
menit
1 Jum’at 10.30 Menganjurkan S:
29 Nov WIB klien untuk - Klien
2019 melakukan mengatakan
relaksasi autogenik akan
secara mandiri melakukan
relaksasi
autogenik jika
merasa nyeri
O:-
27
1 Sabtu 08.30 Memonitor tanda- S:-
30 Nov WIB tanda vital O:
2019 - TD 110/80
mmHg
- Nadi
86x/menit
- R 17x/menit
- Sh 36C
28
1 Sabtu 30 08.45 Menganjurkan S:-
Nov WIB klien untuk O:
2019 melakukan - Klien terlihat
relaksasi autogenik melakukan
secara mandiri relaksasi
autogenik
dengan posisi
duduk,
menutup mata
dan
menghirup
napas melalui
hidung secara
perlahan
dengan
mengatakan
‘’astagfirulloh
’’ dan
mengehembu
skan napas
melalui mulut
secara
perlahan dan
melakukan
nya selama 10
menit.
29
1 Sabtu 30 08.55 Mengevaluasi S:
Nov WIB perasaan dan skala - Klien
2019 nyeri setelah mengatakan
melakukan merasa
relaksasi autogenik tenang
- Klien
mengatakan
nyeri pada
perineum
berkurang
dengan skala
3
O:
- Ekspresi
wajah tidak
meringis
- Klien terlihat
welcome
dengan
perawat
- Klien terlihat
tenang
30
1 Sabtu 09.00 Menganjurkan S:
30 Nov klien untuk - Klien
2019 menerapkan mengatakan
relaksasi autogenik akan
secara mandiri di melakukan
rumah relaksasi
autogenik
- Klien
mengatakan
nyaman dan
tenang setelah
melakukan
relaksasi
autogenik
31
G. EVELUASI KEPERAWATAN
Hari/Tgl Jam Evaluasi Perkembangan
Jumat 11.00 S :
29 Nov WIB - Klien mengatakan lebih tenang dan nyaman
2019 - Klien mengatakan masih nyeri
- P: nyeri bertambah saat melakukan aktivitas dan nyeri
berkurang saat berbaring
- Q : nyeri seperti di cubit
- R: nyeri di bagian perineum
- S : nyeri dengan skala 5
- T : nyeri terasa <30 menit
O:
- Ekspresi wajah terlihat meringis
- Klien terlihat gelisah
- Td : 120/80 mmHg
- N : 100x/menit
- R 18x/menit
- Sh : 36 ° C
A : Masalah teratasi sebagaian
P : Intervensi dilanjutkan
- Lanjutkan pemberian relaksasi autogenik pada hari ke-
2
- Monitor tanda-tanda vital
- Kaji nyeri secara komprehensif
30 Nov 09.30 S :
2019 WIB - Klien mengatakan nyaman dan tenang
- Klien mengatakan sudah melakukan relaksasi
auttogenik secara mandiri
- Klien mengatakan nyeri pada perineum berkurang
dengan skala 3
O:
- Klien terlihat tenang
32
- Ekspresi wajah tidak meringis
- Klien mampu melakukan relaksasi autogenik secara
mandiri
- TD : 110/80 mmhg
- N : 86 x/menit
- R 17 x/menit
Sh : 36 ° C
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
33
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Setelah dilakukan tindakan Teknik Relaksasi Autogenik hari
pertama pasien mengatakan masih nyeri dengan skala 5
2. Setelah dilakukan tindakan Teknik Relaksasi Autogenik hari kedua
pasien mengatakan skala nyeri berkurang menjadi 3
3. Pasien tampak lebih nyaman karena rasa nyeri berkurang
4. Berdasarkan hasil penelitian Nungati nurhayati, dkk terdapat
pengaruh yang signifikan antara relaksasi autogenik dengan
penurunan skala nyeri yaitu dengan t hitung 26,077, hasil uji t
menunjukan 0,0001 artinya ada perbedaan skala nyeri antara
sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi autogenik
B. Saran
1. Dengan adanya hasil penelitian ini, diharapkan bagi instansi
pelayanan kesehatan untuk untuk mempertimbangkan hasil
penelitian ini sebagai intervensi dalam program dukungan terhadap
penurunan skala nyeri dan mengembangkan SOP latihan relaksasi
autogenik untuk menjadi standar pelaksaan
2. Pemberian relaksasi autogenik dapat digunakan sebagai intervensi
keperawatan mandiri yang diberikan untuk menurunkan skala nyeri
dan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik
3. Untuk hasil yang lebih baik diharapkan klien melakukan teknik
relaksasi autogenik sebanyak 2 x sehari secara teratur
34
DAFTAR PUSTAKA
35
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
TERAPI RELAKSASI AUTOGENIK
LABORATORIUM KEPERAWATAN KOMUNITAS
JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES DEPKES MALANG
No. Dokumen No. Revisi Halaman
Tanggal terbit
A. Pasien/ klien
1. Beritahu klien
B. Alat
C. Lingkungan
36
Atur lingkungan senyaman dan setenang mungkin agar pasien/
klien mudah berkonsentrasi.
PELAKSANAAN
Perhatian :
37
1. Klien mengatakan rileks.
38