Anda di halaman 1dari 25

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 ANALISIS SITUASI

Puskesmas Srondol dengan letak yang sangat strategis di Jl. Setiabudi No 209,
kelurahan Srondol kulon, kecamatan Banyumanik dengan jumlah penduduk 40.258 jiwa
yang terdiri dari, laki-laki 19.772 juwa, perempuan 20.486 jiwa dengan jumlah
penduduk kategori miskin 1680 KK (5668 jiwa) yang memiliki jamkesmas 4280 jiwa,
jumlah ibu hamil 108 orang, jumlah ibu menyusui 97, jumlah bayi 976 orang, jumlah
balita 2438 Jumlah lanjut usia 6854 dengan Jumlah kader kesehatan 286,

Batas Wilayah Kerja Sebelah utara wilayah kerja Puskesmas Ngesrep, sebelah timur
wilayah kerja Puskesmas padangsari, sebelah selatan wilayah kerja Puskesmas Pudak
Payung dan sebelah barat wilayah kerja Puskesmas Gunung Pati. Jumlah Wilayah Kerja
3 Kelurahan, RW : 38, RT : 237, yaitu : Srondol Kulon(Jml RW: 11, Jml RT: 63,
Srondol Wetan (Jml RW: 18, Jml RT: 48), Banyumanik (Jml RW: 9, Jml RT: 48)

Dari Uraian di atas, maka “Pemberdayaan Keluarga Melalui Kegiatan centered


maternity care (FCMC) sebagai Salah Satu Upaya Skrining Deteksi Dini Resiko Tinggi
Ibu Hamil Berbasis Keluarga Di wilayah kerja puskesmas srondol” sangat perlu
dilakukan.

1.2 Perumusan Masalah


Dari hasil analisa profil puskesmas srondol kota semarang maka penulis mencoba
membuat rumusan permasalahan sebagai berikut:
1.2.1 Wilayah kerja puskesmas Srondol sudah memiliki 38 posyandu dan 286 orang
kader posyandu namun yang aktif 136 kader kesehatan
1.2.2 Secara kuantitas jumlah kader aktif dibanding jumlah posyandu kurang
mencukupi, untuk 36 posyandu dibutuhkan 190 kader aktif.
1.2.3 Wilayah kerja puskesmas Srondol banyak kader kesehatan yang sudah pindah
tempat tinggal tanpa ada penggantinya.
1.2.4 Menurut pengakuan kader para kader kesehatan di kerja puskesmas Srondol
sudah lama tidak ada pelatihan ketrampilan untuk kader tentang skrining untuk
ibu hamil

1
1.2.5 Tingkat pengetahuan dan ketrampilan kader sangat rendah tentang skrineng ibu
hamil untuk deteksi dini kehamilan dengan risiko.

1.3 Target Luaran


1.3.1 Pengetahuan kader kesehatan puskesmas Srondol tentang konsep posyandu dan
pengelolaannya meningkat.
1.3.2 Pengetahuan tentang tanda-tanda kehamilan berisiko kader kesehatan di
puskesmas Srondol meningkat.
1.3.3 Pengetahuan kader kesehatan tentang gizi ibu hamil, bayi dan balita mengalami
peningkatan
1.3.4 Ketrampilan kader kesehatan di puskesmas Srondol memadai untuk melakukan
skrineng kehamilan sederhana agar mampu mendeteksi sedini mungkin
kehamilan berisiko diwilayah tempat tinggalnya
1.3.5 Kader kesehatan di puskesmas Srondol memahami tentang peran dan fungsi
kader kesehatan dalam rangka deteksi dini ibu hamil dengan risiko tinggi.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kehamilan Risiko Tinggi


2.1.1 Definisi Kehamilan Risiko Tinggi
Kehamilan berisiko adalah kehamilan yang akan menyebabkan terjadinya
bahaya dan komplikasi yang lebih besar, baik terhadap ibu maupun terhadap janin
yang dikandungnya selama masa kehamilan, melahirkan ataupun nifas bila
dibandingkan dengan kehamilan persalinan dan nifas normal (Haryati N., 2012).
Kehamilan risiko tinggi adalah suatu proses kehamilan yang kehamilannya
mempunyai risiko lebih tinggi dan lebih besar dari normal umumnya kehamilan
(baik itu bagi sang ibu maupun sang bayinya) dengan adanya risiko terjadinya
penyakit atau kematian sebelum atau pun sesudah proses persalinanya kelak
Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya bahaya
dan komplikasi yang lebih besar baik terhadap ibu maupun terhadap janin yang
dikandungnya selama masa kehamilan, persalinan, ataupun nifas bila
dibandingkan dengan kehamilan persalinan dan nifas normal.
2.1.2 Faktor-Faktor Yangi8 Mempengaruhi Ibu Hamil Risiko Tinggi
2.1.2.1 Tekanan darah tinggi lebih dari 140/90 mmHg
Perlu diketahui bahwa tekanan darah tinggi ada dua. Pertama, penderita
yang sudah mengidap hipertensi sebelum kehamilan terjadi. Kedua, penderita
hipertensi akibat kehamilan itu sendiri. Jadi mungkin saja sebelum kehamilan
tekanan darah ibu normal, lalu disaat kehamilan mendadak tinggi. Kondisi inilah
yang disebut preklamsia dan eklamsia. Preklamsia biasanya terjadi pada
kehamilan lebih dari 20 minggu dan harus segera ditangani agar tidak meningkat
menjadi eklamsia yang tidak saja berbahaya bagi ibu tapi
juga janin. Ibu bisa mengalamkejang - kejang hingga bisa tidak terselamatkan,
tentunya jika ibu tidak terselamatkan, janin pun bisa mengalami nasib yang sama.
2.1.2.2 Kaki bengkak (Odema)
Biasanya pembengkakan terjadi pada tungkai bawah, yang disebabkan
penekanan rahim yang membesar seiring dengan bertambahnya usia kehamilan.
Hal ini tampak saat usia kehamilan semakin tua. Jika pembengkakan juga terjadi
pada tangan dan wajah., atau sakit kepala kadangkala disertai kejang. Ini bisa

3
membahayakan keselamatan ibu dan bayi dalam kandungan. Untuk mengetahui
apakah kaki mengalami pembengkakan tekanlah kulit disekitar pergelangan kaki
dengan ibu jari. Jika tempat yang ditekan menjadi kempis dan tidak segera pulih
berarti kaki tersebut bengkak.
2.1.2.3 Peningkatan berat badan lebih dari 5 kg atau kurang 4 kg Penambahan berat
badan yang normal hingga kehamilan berusia 6
bulan adalah sekitar 1- 1,5 kg / bulan. Setelah memasuki kehamilan bulan 7
kenaikan bobot sebaiknya berkisar antara 0,5- 1/ bulan.
2.1.2.4 Pucat
Wajah pucat, kelopak dalam mata pucat, telapak tangan pucat, mudah
lelah, lemah, lesuh, kemungkinan ibu hamil menderita anemia (kurang darah).
Sebenarnya ibu hamil kekurangan hemoglobin pada sel darah merahnya pada ibu
hamil. anemia sering disebabkan kekurangan zat besi. Anemia kekurangan zat
besi mudah diatasi dengan pemberian tambahan pil zat besi (sulfas ferosus) atau
tablet penambah zat besi lainnya. Anemia dalam kehamilan berakibat buruk pada
kehamilan dan janin yang dikandung. Pasokan oksigen janin kurang normal.
Gangguan plasenta dan pendarahan pasca persalinan juga sering terjadi pada ibu
hamil yang anemia.
2.1.2.5 Tinggi badan kurang dari 145 cm
Wanita hamil yang mempunyai tinggi badan kurang dari 145 cm, memiliki
resiko tinggi mengalami persalinan secara premature, karena lebih mungkin
memiliki panggul yang sempit.
2.1.2.6 Perdarahan
Perdarahan adalah salah satu kejadian yang menakutkan selama kehamilan.
Perdarahan ini dapat bervariasi mulai dari jumlah yang sangat kecil (bintik-
bintik), sampai pendarahan hebat dengan gumpalan dan kram perut. Perdarahan
hamper 30% terjadi pada kehamilan. Kondisi ini terjadi di awal masa kehamilan
(trimester pertama), tengah semester (trimester kedua) atau bahkan pada masa
kehamilan tua (trimester ketiga).
Perdarahan pada kehamilan merupakan keadaan yang tidak normal
sehingga harus diwaspadai. Ada beberapa penyebab perdarahan yang dialami oleh
wanita hamil. Setiap kasus muncul dalam fase tertentu. Ibu hamil yang
mengalami perdarahan perlu segera diperiksa untuk mengetahui penyebabnya
agar bisa dilakukan solusi medis yang tepat untuk menyelamatkan kehamilan.

4
Adakalanya kehamilan bisa diselamatkan, namum tidak jarang yang gagal.
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan kandungan disertai dengan
pengajuan beberapa pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan terjadinya
perdarahan. Bila perlu dilakukan pemeriksaan penunjang seperti ultrasonographi
(USG) dan pemeriksaan laboratorium.
2.1.2.7 Deman Tinggi
Demam tinggi pada ibu hamil biasanya disebabkan karena infeksi atau
malaria. Demam tinggi biasanya membahayakan keselamatan jiwa ibu bisa
menyebabkan keguguran atau kelahiran (Nurhayati, N., 2012)

2.1.3 Tanda-Tanda Kehamilan Risiko Tinggi


2.1.3.1 Keguguran.
Keguguran dapat terjadi secara tidak disengaja. misalnya : karena terkejut,
cemas, stres. Tetapi ada juga keguguran yang sengaja dilakukan oleh tenaga non
profesional sehingga dapat menimbulkan akibat efek samping yang serius seperti
tingginya angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat
menimbulkan kemandulan.
2.1.3.2 Persalinan Prematur
Prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat reproduksi terutama
rahim yang belum siap dalam suatu proses kehamilan, berat badan lahir rendah
(BBLR) juga dipengaruhi oleh kurangnya gizi saat hamil dan juga umur ibu yang
belum 20 tahun. Cacat bawaan dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan ibu
tentang kehamilan, pengetahuan akan asupan gizi sangat rendah, pemeriksaan
kehamilan (ANC) yang kurang, keadaan psikologi ibu kurang stabil. Selain itu
cacat bawaan juga di sebabkan karena keturunan (genetik) proses pengguguran
sendiri yang gagal, seperti dengan minum obat-obatan (gynecosit sytotec) atau
dengan loncat-loncat dan memijat perutnya sendiri.
Pengetahuan ibu hamil akan gizi masih kurang, sehingga akan berakibat
kekurangan berbagai zat yang diperlukan saat pertumbuhan dengan demikian
akan mengakibatkan makin tingginya kelahiran prematur, berat badan lahir
rendah dan cacat bawaan.
2.1.3.3 Mudah terjadi infeksi.
Keadaan gizi buruk, tingkat sosial ekonomi rendah, dan stress
memudahkan terjadi infeksi saat hamil terlebih pada kala nifas.

5
2.1.3.4 Anemia Kehamilan / Kekurangan Zat Besi.
Penyebab anemia pada saat hamil disebabkan kurang pengetahuan akan
pentingnya gizi pada saat hamil karena pada saat hamil mayoritas seorang ibu
mengalami anemia. Tambahan zat besi dalam tubuh fungsinya untuk
meningkatkan jumlah sel darah merah, membentuk sel darah merah janin dan
plasenta. Lama kelamaan seorang yang kehilangan sel darah merah akan
menjadi anemis.
2.1.3.5 Keracunan Kehamilan (Gestosis).
Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia
makin meningkatkan terjadinya keracunan hamil dalam bentuk pre-eklampsia
atau eklampsia. Pre-eklampsia dan eklampsia memerlukan perhatian serius
karena dapat menyebabkan kematian.
2.1.3.6 Kematian ibu yang tinggi.
Kematian ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan karena perdarahan
dan infeksi (Rochyati, P., 2011).
2.1.4 Penanganan Kehamilan Berisiko tinggi.
Lebih banyak melakukan ANC dibandingkan dengan mereka yang tidak
memiliki risiko tinggi. Tekanan darah anda akan diperiksa secara teratur, dan urin
anda akan dites untuk melihat kandungan protein dalam urin (tanda preeclampsia)
dan infeksi pada saluran kencing.
Tes genetik mungkin dilakukan bila anda berusia diatas 35 tahun atau
pernah memiliki masalah genetik pada kehamilan sebelumnya. Dokter akan
meresepkan obat-obatan yang mungkin anda butuhkan, seperti obat diabetes, asma,
atau tekanan darah tinggi. Lebih sering melakukan ANC, Makan makanan sehat
yang mengandung protein, susu dan produk olahannya, buah-buahan, dan sayur-
sayuran.
Minum obat-obatan, zat besi, atau vitamin yang diresepkan dokter.
Jangan minum obat-obatan yang dijual bebas tanpa resep dokter, minum asam folat
setiap hari. Minum asam folat sebelum dan selama masa awal kehamilan
mengurangi kemungkinan anda melahirkan bayi dengan gangguang saraf/otak
maupun cacat bawaan lainnya. Ikuti instruksi dokter anda dalam melakukan
aktivitas sehari-hari, berhenti merokok dan jauhkan diri dari asap rokok, dan
berhenti minum alkohol serta menjaga jarak dari orang-orang yang sedang terkena
flu atau infeksi lainnya (Wulandari, 2011).

6
2.1.5 Pencegahan Kehamilan Risiko Tinggi
Sebagian besar kematian ibu hamil dapat dicegah apabila mendapat
penanganan yang adekuat difasilitas kesehatan. Kehamilan dengan risiko tinggi
dapat dicegah bila gejalanya ditemukan sedini mungkin sehingga dapat dilakukan
tindakan pencegahan menurut Kusmiyati (2011), antara lain:
Sering memeriksakan kehamilan sedini mungkin dan teratur, minimal 4x
kunjungan selama masa kehamilan yaitu satu kali kunjungan pada triwulan
pertama (tiga bulan pertama), satu kali kunjungan pada triwulan kedua (antara
bulan keempat sampai bulan keenam) dan dua kali kunjungan pada triwulan
ketiga (bulan ketujuh sampai bulan kesembilan).
Imunisasi TT yaitu imunisasi anti tetanus 2 (dua) kali selama kehamilan
dengan jarak satu bulan, untuk mencegah penyakit tetanus pada bayi baru lahir.
bila ditemukan risiko tinggi, pemeriksaan kehamilan harus lebih sering dan
intensif, makan makanan yang bergizi Asupan gizi seimbang pada ibu hamil dapat
meningkatkan kesehatan ibu dan menghindarinya dari penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan kekurangan zat gizi dan menghindari hal-hal yang dapat
menimbulkan komplikasi pada ibu hamil
2.2 Konsep Antenatal Care
2.2.1 Definisi
Pengertian Antenatal Care /Asuhan antenatal adalah suatu program yang terencana
berupa observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh
suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan.
2.2.2 Tujuan Antenatal Care :
Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang janin, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial
ibu dan janin, mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang
mungkin terjadi selama hamil, mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan
dengan selamat ibu dan bayinya, mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal
dan pemberian ASI ekslusif, mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima
kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
2.2.3 Kunjungan Ante Natal Care ( ANC )
Kunjungan antenatal care (ANC) sebaiknya dilakukan 4 kali selama kehamilan, yaitu:
1 Kali Pada Trimester Pertama, Yaitu membina hubungan saling percaya antara
bidan dan ibu sehingga suatu mata rantai penyelamatan jiwa telah terbina jika

7
diperlukan, mendeteksi masalah yang dapat diobati sebelum menjadi bersifat
mengancam jiwa, mencegah masalah, seperti tetanus neonatorum, anemia defisiensi
zat besi, penggunaan praktek tradisional yang merugikan, memulai persiapan
persalinan dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi dan mendorong perilaku yang
sehat ( nutrisi, latihan, dan kebersihan, istirahat dan sebagainya ).
1 kali pada trimester kedua ( sebelum minggu ke 28 ), yaitu sama seperti
kunjungan pada trimester pertama, perlu kewaspadaan khusus mengenai pre
eklampsia, pantauan tekanan darah, periksa protein urine dan gejala yang lainnya.
2 kali pada trimester ketiga, yaitu sama seperti kunjungan sebelumnya, perlu
adanya palpasi abdomen untuk mendeteksi adanya kehamilan ganda dan deteksi
kelainan letak atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di Rumah
2.2.4 Asuhan Standar minimal 7T
Standar 7T artinya ada tujuh langkah yang harus dikerjakan pada setiap ibu
yang melakukan ANC yaitu ukurn tinggi badan dan berat badan, rersiapan pasien
menyediakan timbangan, kertas dan alat tulis, memberitahukan klien tentang prosedur
yang akan dilakukan dengan langkah-langkah : mengatur timbangan sehingga jarum
menunjukan angka nol dan seimbang, menganjurkan klien untuk berdiri diatas,
timbangan tanpa sepatu/sandal, pakaian tidak terlalu tebal, membaca berat badan,
merapihkan alat, perawat mencuci tangan dilakukan harus dengan sikap teliti, sopan
dan sabar.
2.2.5 Mengukur Tekanan darah
Gangguan tekanan darah selama kehamilan dibagi menjadi hipertensi kronis,
preeklampsia-eklampsia, hipertensi kronis dengan superimposed preeklampsia, serta
hipertensi gestasional. Gangguan-gangguan ini bisa menyebabkan berat bayi lahir
rendah (BBLR) atau kelahiran prematur. Preeklampsia bisa menjadi komplikasi
hipertensi kronis serta hipertensi gestasional. Tandanya antara lain tekanan darah
tinggi dan tingginya kadar protein dalam urine (air kencing). Ini bisa menyebabkan
tangan dan kaki membengkak
Langkah – langkahnya atur posisi sebaiknya dengan tidur yang rata, jika telah
melakukan aktivitas istirahatkan dulu sampai tenang, karena akan berpengaruh
terhadap hasil pengukuran tekanan darah, persiapkan alat spigmomanometer (Tensi
meter) dan stetoskop.
Pelaksanaan, atur posisi tangn minimal sejajar dengan letak jantung dan tidak
terlalu rendah, tempatkan atau letakan manset pada lengan atas 3 jari diatas sikut,

8
tempelkan manometer pada manset yang telah dipasang, cari denyut nadi pada arteri
brachialis (pada lipatan siku), setelah nadi ditemukan tempelkan stetoskop pada
daerah denyutan nadi tersebut, pasang stetoskop pada telinga pemeriksa, cari denyut
nadi pada arteri radialis (pada daerah pergelangan tangan), mulai melakukan
pemompaan sampai dirasakan denyutan nadi pada pergelangan tangan menghilang,
lalu tambahkan 1 – 2 pompaan dan pegang ujung stetoskop lalu mulai turunkan
tekanaan pada manset secara perlahan – lahan sambil dengarkan adanya suara ”dug –
dug–dug” bunyi pertama menunjukan tekanan sistolik dan bunyi yang terakhir
terdengar menunjukan tekanan diastolik.
Evaluasi nilai normal adalah sistolik : 120 – 160 mmHg, diastolik : 60 – 100
mmHg. Interpretasi: Hipertensi ringan adalah tekanan darah antara 140/90 dan 149/99
mm Hg, hipertensi sedang adalah tekanan darah antara 150/100 dan 159/109 mm Hg
dan hipertensi berat adalah tekanan darah 160/110 mm Hg atau lebih tinggi.
2.2.6 Mengukur TFU
Mengukur tinggi fundus uteri adalah teknik pengukuran dengan menggunakan
meteran yang dilakukan pada ibu hamil dengan cara mengukur dari puncak fundus
uteri sampai diatas simfisis pubis. Tujuan dari dilakukannya tindakan ini yaitu sebagai
salah satu indikator untuk menentukan kemajuan janin, sebagai perkiraan usia
kehamilan secara kasar dan membantu mengidentifikasi faktor-faktor resiko tinggi
yang dapat mengganggu kehamilan.
Adapun tujuan mengukur tinggi fundus uteri adalah untuk memantau tumbuh
kembang janin : untuk mengetahui usia kehamilan, pada kehamilan diatas 20 minggu
fundus uteri diukur dengan pita ukur (cm), jika usia kehamilan kurang dari 20 minggu
menggunakan petunjuk-petunjuk badan. Langkah – langkah sebagai berikut
menganjurkan pasien bertanya sebelum kegiatan dilakukan, sebelum dilakukan
tindakan anjurkan pasien untuk buang air kecil agar hasil pengukuran lebih akurat,
pastikan privacy dari pasien terjaga dengan menutup pintu dan jendela atau
memasangkan tirai, posisikan pasien tidur terlentang dengan memberi bantal tidur di
bagian kepala dan melakukan pengukuran tinggi fundus uteri (TFU), cara mengukur
dengan meletakkan ujung alat ukur tepat diatas simpisis pubis, ukur sepanjang garis
tengah fundus uteri hingga batas atas mengikuti kurve fundus untuk tentukan tinggi
fundus uteri.
2.2.7 Pemberian imunisasi TT lengkap.
Imunisasi TT yang harus didapat adalah TT1 dapat diberikan pada kunjungan

9
ANC pertama, TT2 diberikan 4 minggu setelah TT1, lama perlindungan 3 tahun, TT3
diberikan 6 bulan setelah TT2, lama perlindungan 5 tahun, TT4 diberikan 1 tahun
setelah TT3, lama perlindungan 10 tahun dan TT5 diberikan 1 tahun setelah TT4,
lama perlindungan 25 tahun / seumur hidup.
2.2.8 Pemberian Tablet Fe
Tablet Pemberian Tambah Darah (Fe) pada ibu hamil 90 tablet selamamasa
kehamilan, tablet Fe dapat diberikan setelah rasa mual hilang dan pemberian minimal
90 tablet selama kehamilan, tablet Fe tidak boleh diminum bersama kopi atau teh dan
tablet Fe bisa diberikan secara bersamaan dengan vitamin C.
2.2.9 Tes terhadap penyakit menular seksual.
Jika mengalami gejala penyakit menular seksual, maka akan menanyakan
perihal hubungan intim dan penyakit yang pernah diderita. Kemudian, penderita akan
menjalani beberapa tes untuk mendeteksi keberadaan virus atau bakteri penyebab
penyakit menular seksual. Tes yang akan dijalani adalah tes darah dan tes urine. Tes
ini dilakukan untuk mendeteksi virus atau bakteri penyebab penyakit menular seksual.
Dokter juga akan melakukan tes usap untuk mengambil sampel cairan tubuh di sekitar
area kelamin. Sampel ini kemudian akan diperiksa di laboratorium.
2.2.10 Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.
Kegiatan skrining antenatal, melalui kunjungan rumah merupakan langkah awal
dari pemeliharaan kesehatan ibu hamil dan termasuk salah satu upaya antisipasi untuk
mencegah terjadinya kematian ibu. Skrining pertama dilakukan untuk memisahkan
kelompok ibu hamil tanpa resiko dari kelompok dengan faktor resiko.
Resiko Tinggi Ibu hamil dengan faktor resikonya dapat diamati dan ditemukan
sedini mungkin pada awal kehamilan pada ibu hamil yang masih sehat dan merasa
sehat. Kemudian pada setiap kontak dilakukan skrining berulang, secara periodic
berulang 6 kali selama kehamilan sampai hamil genap enam bulan.

2.2.11 Tujuan Skrining antenatal


Melakukan deteksi dini resiko tinggi ibu hamil dengan macam faktor resikonya,
menemukan ibu risiko tinggi dengan pengertian kemungkinan terjadinya risiko
kematian/kesakitan ibu, memberi penyuluhan dalam bentuk Komunikasi Informasi
Edukasi (KIE), mengenai kondisi ibu dan janin kepada ibu hamil, suami dam
keluarga, agar tahu, peduli dan patuh untukpersiapan mental, biaya dan transportasi

10
dalam pengambialan keputusan untuk perencanaan tempat dan penolong menuju
persalinan aman dan membantu untuk memecahkan permasalahan yang ada dengan
cara memberi informasi, adanya faktor resiko dan kelompok resiko pada ibu hamil.
2.3. KONSEP FCMC
2.3.1. Definisi
Family centered maternity care (FCMC) adalah asuhan keperawatan
maternitas yang berfokus pada keluarga untuk mengupakan proses kehamilan,
melahirkan secara aman dengan pelayanan keperawatan yang berkualitas dengan
menggali, memfokuskan dan mengadaptasikan terhadap kebutuhan klien, bayi dan
keluarga (May, & Mahlmiester, 1994).
Konsep keperawatan maternitas berpusat pada keluarga, diarahkan kepada
pemenuhan kebutuhan ibu dan keluarga pada masa kehamilan, persalinan, dan
postpartum, dengan melibatkan keluarga dan lingkungannya sebagai sumber daya
manusia yang dapat dioptimalkan untuk mensejahterakan dan mempromosikan ibu
dan bayinya (Pilliteri, 2003).
Untuk mewujudkan pelayanan maternitas yang berpusat pada keluarga,
perawat harus berupaya berubah sikap dan perilaku dalam hal pemberian pelayanan.
Perawat diharapkan dapat menggali apa yang diinginkan klien dan bekerjasama
dengan klien untuk mencapai pelayanan kesehatan yang optimal.
2.3.2. Pendekatan family centered maternity care
Sepuluh pendekatan yang digunakan pada model family centered maternity
care menurut Phillip dan Zwelling (1996) adalah peristiwa persalinan dan kelahiran
dipandang sebagai suatu keadaan sejahtera (normal dan alamiah) bukan suatu
keadaan sakit, tetapi ibu saat ini mengalami perkembangan kedewasaan, sehingga ibu
dapat melakukan perawatan diri dan bayinya sendiri dengan batuan keluarga.
Pelayanan perinatal bersifat personal disesuaikan dengan kebutuhan fisik,
psikososial, latar belakang pendidikan, spiritual dan budaya dari setiap ibu dan
keluarga, sehingga ibu dan keluarga dapat melakukan aktifitasnya sesuai dengan
kemampuan dan pengalamannya, program komprehensif edukasi perinatal,
mempersiapkan keluarga untuk aktif berpartisipasi sepanjang periode perinatal, serta
masa menjadi orang tua, Program ini mempersiapkan ibu dan keluarga sesuai
kemampuannya belajar merawat diri, bayi dan keluarganya.
Penyedia pelayanan kesehatan membantu keluarga agar dapat membuat
keputusan untuk perawatan mereka dan membantu keluarga memiliki pengalaman

11
positif sesuai dengan harapannya. Pelayanan yang diberikan diharapkan memberi
pengalaman positif dalam merawat keluarga, sehingga keluarga dapat memilih
pelayanan yang berkualitas.
Pasangan/suami/orang yang dipercaya ibu untuk membantu dirinya secara
aktif selama proses perinatal. Dalam hal ini FCMC memfasilitasi pasangan/orang
yang dipercaya ibu untuk belajar merawat bayinya selama dirumah sakit, agar dapat
membantu istrinya/ibu postpartum setelah pulang perawatan (di rumah).
Memenuhi kebutuhan sesuai dengan keinginan ibu dan keluarga selama
perawatan di ruang rawat. Model ini mengajarkan keluarga bagaimana mengetahui
masalah dan memecahkan/ mengatasi masalahnya, perawatan rooming-in diberikan
kecuali pada ibu dengan persalinan seksio sesarea. Model ini memberi gambaran
bagaimana peran keluarga (ayah, ibu dan anak) dalam menjalankan perannya masing-
masing di rumah dengan memberikan kesempatan untuk melakukan perawatan
sendiri dengan pemantauan perawat. Pemulangan dini dapat dilakukan setelah melihat
kesiapan ibu dan keluarga, seperti hasil penelitian Grullon, dan Grimes (1997) bahwa
pemulangan dini postpartum akan nampak aman bila dilakukan sesuai dengan kriteria
secara umum atau kriteria ibu dan bayi (http://www.greenjournal.org, diperoleh 02
Februari 2019),
Ibu adalah perawat untuk bayinya sendiri, ibu melakukan aktifitas untuk
memenuhi kebutuhan bayinya kapanpun, dimanapun dan dalam kondisi apapun.
Perawat memfasilitasi ibu dan bayi sebagai satu kesatuan yang menjadi tanggung
jawabnya, memberi gambaran pada ibu dan keluarga, kebutuhan mana yang
memerlukan bantuan orang lain.
Para orangtua diijinkan untuk merawat bayi mereka yang sakit/resiko tinggi
setiap ada waktu dan mereka diikutsertakan dalam merawat bayinya sesuai dengan
kondisinya, memberi kesempatan pada ibu dan keluarga dengan melibatkan ibu dan
pasangan dalam merawat bayi yang bermasalah sesuai kemampuannya dengan
melihat kondisi bayi, sehingga keluarga tahu masalah bayi dan dapat mengambil
keputusan dalam meminta bantuan untuk mengatasinya.

12
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENGABDIAN MASYARAKAT

3.1 Tujuan Pengabdian Masyarakat


3.1.1 Menciptakan inovasi teknologi untuk mendorong pembangunan kesehatan diwilaah
kerja puskesmas srondol dengan mengaplikaskan hasil penelitian.
3.1.2 Memberikan solusi tentang masalah kehamilan risiko tinggi berdasarkan kajian
akademik atas kebutuhan, tantangan, atau persoalan yang dihadapi masyarakat
diwiayah kerja puskesmas srondol, baik secara langsung maupun tidak langsung.
3.1.3 Melakukan kegiatan yang mampu meningkatkan kemampuan dan ketrampilan kader
posyandu di wilayah kerja puskesmas srondol.
3.1.4 Melakukan alih teknologi, ilmu, dan seni kepada kader posyandu untuk
pengembangan pengetahuan an ketrampilan deteksi dini ehmilan berisiko.

3.2 Manfaat Pengabmas Bagi Dosen Dan Mahasiswa


3.2.1 Memperdalam pengertian dan penghayatan dosen dan mahasiswa tentang cara berfikir
dan bekerja secara interdisipliner atau lintas sektoral, tentang kegunaan hasil
pendidikan bagi pembangunan kesehatan masyarakat.
3.2.2 Melatih mahasiswa menelaah dan memecahkan setiap masalah yang ada didalam
masyarakat secara pragmatis ilmiah.
3.2.3 Melatih ketrampilan mahasiswa dalam melaksanakan program-program
pengembangan pembangunan kesehatan di masyarakat.
3.2.4 Memberikan pengalaman dan melatih mahasiswa menjadi kader pembangunan.
3.2.5 Membentuk sikap, rasa cinta, tanggung jawab, jiwa solidaritas dan rasa persaudaraan
terhadap kemajuan masyarakat serta sanggup untuk ditempatkan dimana saja kelak
sudah menjadi ahli madya.
3.2.6 Melaksanakan program pengabdian kepada masyarakat dengan materi yang sesuai
dengan disiplin keilmuan perpajakan, akuntansi dan perbankan.

13
BAB IV
METODE PENGABDIAN MASYARAKAT

Yang dimaksud dengan metode pengabdian masyarakat disini ialah pola atau sistim
tindakan yang dilakukan, ataupun urutan atau tahapan-tahapan yang perlu dalam menjalankan
kegiatan pengabdian-pengabdian pada masyarakat. Adapun tahapan-tahapan pengabdian
masyarakat tentang “pelatihan kader kesehatan deteksi dini kehamil resiko tinggi dengan
pendekatan family centered maternity care (FCMC) wilayah kerja puskesmas srondol“yang saya
lakukan dengan tahapan – tahapan sebagai berikut:
4.1 Analisa situasi masyarakat
Tahapan ini pengabdi lakukan pada saat pengabdi melakukan bimbingan kepada
mahasiswa di posyandu, pengabdi melihat secara langsung situasi dan kondisi saat pelayanan
posyandu berlangsung. Tahapan ini merupakan awal yang amat penting dimana pengabdi
melakukan analisa situasi di wilayah kerja puskesmas Srondol terutama saat kegiatan diluar
gedung lebih khusus saat pelaksanaan kegiatan postyandu, keterlibatan masyarakat dalam
pelayanan kesehatan inu dan anak saat pelaksanaan kegiatan posy yandu di wilayah kerja
puskesmas srondol masih ditemukan adanya pelayanan meja 1 dan 2 dirangkap oleh 1 orang
padahal data kader yang terdata sebanyak 286 orang, tetapi setelah di data oleh mahasiswa
ternyata kader yang aktif hanya 136 Orang. Tahap ini pengabdi menentukan khalayak
sasaran, dalam hal ini pengabdi tidak mengambil seluruh anggota masyarakat diwilayah kerja
puskesmas Srondol namun pengabdi membatasi hanya masyarakat yang peduli dan terlibat
langsung dalam kegiatan posyandu (Kader postyandu).
Kegiatan pengabdian pada masyarkat harus dimulai dari niat untuk membantu
masyarakat, hasil dari kerja analisis situasi lapangan yang mencakup sasaran dan bidang
permasalahan yang pengabdi dapat temukan dan kemudian pengabdi merumuskan
permaslahan yang dihadapi oleh para kader posyandu diwilayah kerja puskesmas Srondol,
dalam tahap ini sasaran yang akan ditangani melalui kegiatan pengabdian pada masyarakat
adalah kemampuan dan ketrampilan para kader posyadu.

4.2 Menentukan Tujuan


Pada tahap ini pengabdi menetapkan “kondisi baru” setelah dilakukan pengabdian
masyarakat atau dihasil yang di inginkan melalui kegiatan pengabdian masyarakat nantinya.

14
Adapun hasil yang diinginkan pengabdi dalam pengabdian masyarakat ini adalah :
Pengetahuan kader posyandu puskesmas Srondol tentang konsep posyandu dan
pengelolaannya meningkat, pengetahuan tentang tanda-tanda kehamilan berisiko kader
kesehatan di puskesmas Srondol meningkat, pengetahuan kader kesehatan tentang gizi ibu
hamil, bayi dan balita mengalami peningkatan, etrampilan kader kesehatan di puskesmas
Srondol memadai untuk melakukan skrineng kehamilan sederhana agar mampu mendeteksi
sedini mungkin kehamilan berisiko diwilayah tempat tinggalnya
4.3 Kerangka pemecahan masalah
Kegiatan pengabdian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
kader Posyandu terhadap berbagai aspek antara lain: upaya untuk meningkatkan pengetahuan
tentang tanda-tanda kehamilan berisiko, gizi ibu hamil, ibu menyusui dan gisi balita serta
meningkatkan ketrampilan kader dalan membantu mensekrining ibu hamil berisiko diwilayah
tempat tinggalnya.

Tabel 1. Kerangka pemecahan masalah

No Situasi sekarang Perlakuan Situasi diinginkan


Keterbatasan pemahaman kader Pelatihan kader Kader memahami tanda-
Posyandu terhadap antisipasi posyandu
kehamilan berisiko, gagal tanda kehamilan
tumbuh pada anak usia balita berisiko.
1 dengan akibat kurangnya
ketrampilan dan pengetahuan
tentan tanda kehamilan berisiko
serta gizi ibu hamil, menyusui
dan gizi balita.
Kurangangnya pengetahuan Ceramah tentang Kader mampu
kader tentang konsep tentang konsep menjelaskan kembali
2 posyandu, peran dan fungsi posyandu, peran dan tentang posyandu, peran
kader posyandu fungsi kader posyandu dan fungsi kader
posyandu
Kurangnya pengetahuan kader Ceramah tentang Kader mampu
3 tentang tanda-tanda kehamilan tentang tanda-tanda menyebutkan kembali
berisiko kehamilan berisiko tanda-tanda kehamilan
berisiko
Kurangnya pengetahuan kader Ceramah dan diskusi Kader mampu
posyandu tentang kebutuhan gizi pentingnya kebutuhan menjelaskan dan
4
ibu hamil gizi ibu hamil menghitung kebutuhan
gizi ibu hamil
Keterbatasan pengetahuan Ceramah dan diskusi Kader mampu
kader posyandu tentang gizi ibu pentingnya kebutuhan menjelaskan dan
5
menyusui gizi ibu menyusui menghitung kebutuhan
gizi ibu menyusui
15
Kurangnya pengetahuan kader Ceramah tentang gizi Kader memahami dan
6 posyandu tentang gizi bayi dan bayi dan balita mampu menjelaskan
balita kembali tentang gizi bayi
dan balita
Kurangnya pengetahuan dan Ceramah, demonstrasi Kader memahami dan
keterampilan kader posyandu dan praktik terampil dalam
7
dalam menskrining ibu hamil pemeriksaan ibu hamil memeriksa ibu hamil
dengan risiko tinggi dengan risiko tinggi.
Kurang ketrampilan kader Deminstrasi dan praktik Kader terampil dalam
posyandu dalan memeriksa secara tekanan darah, memeriksa ibu hamil
8
tekanan darah, mengukur tinggi mengukur tinggi dengan risiko tinggi.
fundus uteri fundus uteri
Kurang tersedia sarana dan Bantuan alat Tersedia sarana dan
prasarana dalam penimbang berat prasarana yang memadai
9 penyelenggaraan posyandu badan, pengukur dalam penyelenggaraan
panjang badan, posyandu
pengukur tekanan
darah
4.4 Pendekatan Sosial
Pendekatan social yang dimaksud adalah pendekatan terhadap sasaran dalam kal ini
kader posyandu dijadikan subyek dan bukan obyek dari kegiatan pengabdian pada
masyarakat ini. Untuk ini kader posyandu harus sebanyak mungkin dan sejauh mungkin
dilibatkan dalam kegiatan, termasuk dalam proses perencanaan. Kalau dalam proses
perencanaan mungkin hanya beberapa orang saja yang dilibatkan, maka pada tahap
pendekatan sosial ini semua kader posyandu yang akan terkena program kegiatan dijadikan
sasaran pendekatan.
Kader posyandu diwilayah kerja puskesmas srondol harus menyadari bahwa mereka
menghadapi masalah seperti yang dirumuskan diatas, mereka harus ditumbuhkan
kesadarannya bahwa masalah itu adalah masalah mereka yang perlu untuk dipecahkan
mereka. Selanjutnya apabila para kader posyandu tak mampu memecahkan masalah itu
sendiri, maka mereka dapat meminta bantuan pada puskesmas atau perguruan tinggi. Dengan
demikian kesadaran dari kader posyandu perlu ditumbuhkan dan bergairah untuk
memecahkan masalah, yang berarti usaha untuk memperbaiki hidup mereka sendiri harus
ditingkatkan.
4.5 Pelaksanaan kegiatan
Pada tahap ini pelaksanaan kegiatan yang akan segera dilakukan itu harus direncanakan
secara matang dan terinci meliputi :

16
4.5.1 Pelatihan kader posyandu diwilayah kerja puskesmas srondol dengan susunan
kegiatan sebagai berikut :
Tabel 2 Jadwal Acara Kegiatan Pelatihan Kader Posyandu Upt Puskesmas
Srondol Tahun 2019 Hari ( I ) Pertama
Nara Penanggun
NO Tgl/jam ACARA METODE
Sumber g Jawab
09.00 S/D 1. Pembukaan
09.40 2. Sambutan Ketua Suharto,
jurusan S.Pd,.MN
keperawatan. Ceramah Ka UPT Pusk
1. Mahasiswa
3. Sambutan Srondol
kepala
puskesmas
srondol.
09.40 s/d Pre Tes
2 Mahasiswa
10.00
10.00 s/d Pemberdayaan Ceramah, Ka UPT Pusk Mahasiswa
10.50 masyarakat (Peran, diskusi Srondol
3 fungsi dan tugas- Tanya jawab
tugas Kader
Posyandu).
Konsep Ceramah Hesti Mahasiswa
10.50 s/d peningkatan gizi Diskusi
11.30 ibu hamil, bayi Tanya jawab
4
baru lahir dan
balita serta tumbuh
kembang anak
Konsep kehamilan, Ceramah,
Tes kehamilan, diskusi
Pengukuran TFU, Tanya jawab
Pemeriksaan
11.30 s/d inspeksi umum ibu Yuli
5 Mahasiswa
12.20 hamil dari kepala Prasetyowati
sampai kaki, cara
menaksirkan HPL,
cara menghitung
usia kehamilan.
12.20 –
6 Ishoma SEKSI KONSUMSI
13.00
13.00 s/d Pengukuran tinggi Ceramah, Dra. Ns.
13.30 badan dan berat diskusi Desak
7 Mahasiswa
badan ibu hamil Tanya jawab Parwati,
dan interpretasinya. M.Kes,
17
13.30 s/d Konsep Ceramah, Lucia Endang
14.00 pengukuran diskusi Hartati, YK,
tekanan darah ibu Tanya jawab
8 hamil. Mahasiswa
Konsep
pemeriksaan Nadi
dan pernafasan.
14.00 s/d Pemeriksaan Ceramah, Wagiyo,
15.00 palpasi Leupold I – diskusi SKp.,M.Kep.,
IV dan cara Tanya jawab Sp.Mat
9
membuat
kesimpulan.

Jadwal Acara Kegiatan Pelatihan Kader Posyandu Upt Puskesmas Srondol


Tahun 2019 Hari ( II ) Kedua

TRENER
N0 KETRAMPILAN waktu
Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4 Kel 5
Pemeriksaan
umum ibu hamil 08.00
1 Tes kehamilan S/D WGY LUCY DESAK YULI HESTY
dan pengukuran 10.00
LILA
Pengukuran
tinggi badan dan
berat badan ibu 10.00
2 hamil serta S/D LUCY DESAK YULI HESTY WGY
interpretasinya 11.00
dan pengukuran
TFU
Pengukuran
11.00
tekanan darah ibu
3 S/D DESAK HESTY YULI WGY LUCY
hamil dan
12.00
interpretasinya
12.00
ISOMA S/D ISOMA
13.00
4 Pemeriksaan 13.00 YULI HESTY WGY LUCY DESAK
inspeksi umum S/D
ibu hamil dari 14.00
kepala sampai
kaki, cara
menaksirkan
18
HPL, cara
menghitung usia
kehamilan
Pemeriksaan
palpasi Leupold I
–IV dan cara
14.00
membuat
5 S/D HESTY WGY LUCY DESAK YULI
kesimpulan.
15.00
Pemeriksaan
denyut jantung
bayi (DJJ)
15.00 s/d
6 Post tes Mahasiswa
15.20
15.20 s/d
7 Penutupan Mahasiswa
16.00
4.5.2 Penetapan waktu pelaksanaannya
Kegiatan pelatihan kader posyandu ini akan dilaksanakan pada hari senin-selasa
tgl 26-27 Agustus 2019
4.5.3 Penetapan tempat-tempat pelaksanaan kegiatan
Kegiatan pelatikan kader posyandu wilayah kerja puskesmas srondol akan
dilaksanakan di aula pertemuan puskesmas srondol.
4.5.4 Penetapan orang-orang yang akan terlibat dalam kegiatan.

Tabel ke 3 Nama Orang – orang yang akan terlibat dalam pelaksanakan kegiatan
ini adalah sebagai berikut :
N
NAMA PESERTA TRENER MAHASISWA IBU HAMIL
o
Dr. Mohamad Rr. Cinara Reta sifa F
1 Eko Asriatun Hidayanto Rahmandita
Suharto, Spd.MN NovemaAshar Mardiyah
2 Suwati Nurahman
Wagiyo, Istania Fransiska Andriyani
SKp.,M.Kep.,Sp.Ma sholihah
3 Siti Asyah t
Luciana endang Khaleda Laeliyah
4 sutinah hartati, SKp.,MN Sananingrum
Dra. Desak parwati,
5 Puji Lestari S.Kep.,Ners.,M.Kes
Yuli Prasetyawati,
6 Prinahti Amd.Keb
Hesti BR Ginting,
7 Tuti Sugiarti S.Gz
19
8 Hastuti
9 Prinah
10 Nina
11 Yani Yuliono
12 Sri Rahayu
13 Hastuti
14 Neneng
15 Sri Utami
16 Muzaina Endin
17 Noer Budiman
18 Emi
19 Budjinah
20 Petty
21 Netty
22 Anik
23 Ichna
24 Ita Pudji
25 Sumiyati
26 Yuni Arif
27 Ratih
28 Yayuk
29 Supartic
30 Tri Giyanti
31 Suliyah
32 Sunarni
33 Yuli
34 Insani Diah
35 Agnes Rini
36 Kartini
37 Siswati
38 Dwi
39 sumiati
40 jumuati

BAB V
HASIL YANG DICAPAI
20
Kegiatan pelatihan kader posyandu telah dilakukan pada kader posyandu di
wilayah kesrja puskesmas Srondol. Aktivitas posyandu di wilayah kerja puskesmas
srondol mendapat dukungan penuh dari Kepala puskesmas Srondol dan semua
perawat dan bidan serta ahli gizi dari puskesmas serta semua kader di wilayah
kerja puskesmas srondol

Di wilayah kerja puskesmas srondol dukungan Dr. Mohamad Hidayanto


selaku kepala puskesmas, bidan Yuli dan ibu Hesti BR Ginting S.Gz serta para
kader dan ibu-ibu PKK merupakan motivasi dalam menyukseskan program
posyandu, karena komitmen dan dukungan mereka sangat menentukan
keberhasilan dan kesinambungan kegiatan posyandu. Kegiatan pelatihan kader
yang dilakukan di aula gedung puskesmas merupakan upaya peningkatan kualitas
kader sehingga pelayanan kesehatan melalui posyandu diwilayah kerja puskesmas
srondol semakin bagus.
Proses evaluasi terhadap keberhasilan pelatihan kader posyandu ini
dilakukan pada awal kegiatan (pre test) dan akhir kegiatan (post test) serta penilain
praktik terhadap semua materi yang diberikan. Untuk mempermudah pemahaman
kader Posyandu, materi disampaikan narasumber dengan menggunakan
multimedia LCD. Materi pelatihan diberikan dalam satu berkas pelatihan kit yang
dilengkapi dengan block note dan alat tulis dan materi pelatihan. Keseluruhan
materi merupakan bagian dari modul KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi)
bagi kader posyandu.

Penyampaian materi oleh narasumber dan kegiatan demonstrasi berjalan dengan


sangat baik dan lancar. Hal ini terlihat dari besarnya pertanyaan dari kader
Posyandu/ perserta pelatihan selama berlangsungnya kegiatan pelatihan.
Rekapitulasi pre test dan post test terhadap pengetahuan kader posyandu terlihat
pada Tabel 2.
Tabel 5. Rekapitulasi pre-test dan post-test

21
No Nama Peserta Nilai Pre Nilai Post Selisih
1 Eko Asriatun 50 89 39
2 Suwati 30 65 35
3 Siti Asyah 30 70 40
4 sutinah 50 85 35
5 Puji Lestari 50 85 35
6 Prinahti 40 70 30
7 Tuti Sugiarti 40 68 28
8 Hastuti 55 82 27
9 Prinah 20 60 40
10 Nina 50 65 15
11 Yani Yuliono 35 60 25
12 Sri Rahayu 40 70 30
13 Hastuti 40 70 30
14 Neneng 50 68 18
15 Sri Utami 35 68 33
16 Muzaina Endin 35 60 25
17 Noer Budiman 50 70 20
18 Emi 35 73 38
19 Budjinah 25 60 35
20 Petty 25 58 33
21 Netty 50 80 30
22 Anik 40 79 39
23 Ichna 35 70 35
24 Ita Pudji 40 80 40
25 Sumiyati 35 75 40
26 Yuni Arif 30 68 38
27 Ratih 25 68 43
28 Yayuk 60 82 22
29 Supartic 50 70 20
30 Tri Giyanti 50 80 30
31 Suliyah 30 60 30
32 Sunarni 50 70 20
33 Yuli 45 70 25
34 Insani Diah 30 68 38
35 Agnes Rini 25 68 43
36 Kartini 40 70 30
37 Siswati 25 70 45
38 Dwi 45 73 28
39 sumiati 25
22 60 35
40 jumuati 50 73 23
1565 2830 1265
Rata-rata 39,125 70,75 31,625
Rata-rata nilai saat pre test kader posyandu 39,125 artinya materi pembelajaran
telah dikuasai < 40% oleh kader posyandu sebelum materi materi pembelajaran diberikan.
Hasil post test menunjukkan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan kader posyandu
terhadap semua materi yang diberikan narasumber dengan nilai rata-rata post-tes sebesar
70, 75. Dengan demikian, peningkatan pengetahuan peserta setelah diberikan pelatihan
meningkat sebesar 32 %. Peningkatan hasil evaluasi akhir ini tergolong pada kategori
sedang (berada pada kisaran persentase >30% sd < 70%). Lama kerja sebagai kader
posyandu juga berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan yang dimiliki, karena sebagian
kader posyandu belum pernah mengikuti pelatihan peningkatan kinerja kader posyandu
yang diadakan di tingkat kabupaten maupun provinsi.
Kehadiran kader mutlak dibutuhkan dalam posyandu, di mana cakupan pencatatan
dan penimbangan balita pengukuran panjang badan bayi di posyandu merupakan indikator
cakupan pelayanan gizi dan pemantauan tumbuh kembang anak balita diketahui dengan
penimbangan berat badan dan pengukuran panjang badan secara teratur sebulan sekali.
Pada kegiatan pengabdian ini telah dilakukan pelatihan materi posyandu dengan melihat
kondisi dan kebutuhan masyarakat sehingga dapat menyelesaikan masalah yang terkait
dengan kesehatan ibu hamil dan anak balita di wilayah kerja puskesmas srondol.
Pemberdayaan kader posyandu dilakukan melalui peningkatan pemahaman kader
posyandu terhadap pentingnya deteksi dini kehamilan berisiko dan pemantauan
pertumbuhan dan perkembangan anak melalui pelatihan terhadap kader posyandu.
Peningkatan pemahaman pada kader kosyandu ditujukan agar pengetahuan kader dapat
diaplikasikan padasaat pelayanan posyandu pada ibu-ibu hamil dan anak-anak balita di
seluruh wilayah kerja puskesmas srondol. Keberhasilan posyandu tidak lepas dari kerja
keras kader posyandu yang dengan suka rela tanpa pamrih mengelola posyandu di tempat
tinggal masing.
Dengan keterpaduan pelayanan kesehatan dasar khususnya untuk ibu dan anak,
posyandu menjadi ujung tombak dalam penanggulangan masalah ibu hamil dan tumbuh
kembang anak mengingat program posyandu berfokus pada pencegahan masalah
kesehatan.

23
BAB VI
RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

Yndak lanjut yang akan diblakukan pengabdi selanjutnya adalah :


4.1 Melakukan evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses identifikasi untuk mengukur/ menilai apakah suatu
kegiatan atau program yang dilaksanakan sesuai dengan perencanaan atau tujuan yang
ingin dicapai. Evaluasi sangat dibutuhkan dalam berbagai bidang kehidupan manusia
sehingga meningkatkan efektivitas dan produktivitas, baik dalam lingkup individu,
kelompok, maupun lingkungan kerja. Adapun beberapa informasi yang didapatkan dari
proses evaluasi adalah sebagai berikut:
4.1.1 Tingkat kemajuan suatu kegiatan.
Dalam kegiatan pelatihan kader posyandu di wilayah kerja puskesmas srondol
evaluasi kemajuan dilakukan dengan kegiatan post-tes untuk mengetahui
kemajuan kemampuan kognitif setelah mengikuti pemaparan materi pelatihan.
4.1.2 Tingkat pencapaian suatu kegiatan sesuai dengan tujuannya.
Evaluasi tingkat pencapaian kegiatan pelatihan kader posyandu diwilayah kerja
puskesmas srondol ini bertujuan untuk melihat secara langsung bagaimana para
kader posyandu yang telah mengikuti pelatihan mengaplikasikan ilmu dan
ketrampilannya secara langsung dalam kegiatan posyandu.
4.1.3 Hal-hal yang harus dilakukan di masa mendatang.

4.2 Membuat laporan pertanggungjawaban


4.2.1 Laporan pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat
4.2.2 Laporan keuangan

24
DAFTAR PUSTAKA

Bobak Jensen, Zalar, (2002), Maternity and Gynecologycal Care, St. Lois, Baltimore,
Toronto, The C.V. Mosby Co (hal 8-9 dan 106).
Departemen Kesehatan RI. 1999. Pedoman Penataran dan Lokakarya
Penggunaan Model Pelatihan/Penyegaran Kader Posyandu /UPGK. Dirjen
Kesmas, Depkes RI dan UNICEF. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2003. Gizi Dalam Angka. Direktorat Jenderal Bina
Kesehatan Masyarakat, Direktorat Gizi Masyarakat. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Umum Pemberian Makanan
Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) Lokal Tahun 2006. Direktorat Jenderal
Bina Kesehatan Masyarakat. Jakarta
FAO/WHO. 1994. Guidelines on Formulated Suplementary Food for Older
Infant and Young Childern. Roma. FAO/WHO
Hartoyo, D. Astuti, D. Briawan dan B. Setiawan. 2000. Pemberian Makanan
Tambahan pada Anak Balita dan Pemberdayaan Keluarga/ Masyarakat di
Kodya Bogor. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. IPB,
Bogor.
Hanifah, W.,(1991), Ilmu Kebidanan, Bagian Kebidanan FKUI- RSCM, Jakarta,
Yayasan Bina Pustaka (hal 3 – 45).
Hamilton, P.M (1995). Dasar-dasar keperawatan Maternitas (terjemahan), Edisi 6.
Jakarta: EGC.
Reeder, S.J., Martin, L.L., & Griffin, D.K. (1997), Maternity Nursing: Family
newborn and women’s health care, 18th ed. Philadelphia: Lippincott hal 4-6,
75-76)
Kelompok Kerja Teknis MPS. (2002). Rencana Strategis nasional Making Pregnancy
Safer (MPS) di Indonesia 2001-2010. Journal Obstetri Ginekologi Indonesia.
26 (1). P 3-17
Varney, H., Kriebs, J.M., gegor, C.L (1998). Buku Saku bidan (terjemahan). Jakarta:
EGC.
JHPIEGO, (2006 ) Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, Halaman 100 - 119

25

Anda mungkin juga menyukai