Anda di halaman 1dari 6

ULJ 2 (2) (2013)

UNNES LAW JOURNAL

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ulj

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PELAKU USAHA


JASA PENGIRIMAN BARANG

Junita Simamora 

Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Info Artikel Abstrak
________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Adanya hubungan hukum antara perusahaan penyedia jasa pengiriman barang Pos Express dengan masyarakat pengguna
Diterima Agustus 2013 jasa tersebut, maka terjadi suatu perikatan antara pihak yang satu dengan pihak yang lain.yang didasarkan oleh adanya
Disetujui September 2013 perjanjian antara PT. Pos Indonesia (Persero) dengan Konsumen. Selain itu, masing-masing pihak juga memiliki hak dan
kewajiban, yang harus dipenuhi. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan
Dipublikasikan Oktober
jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan yuridis-sosiologis. Sedangkan metode pengumpulan data yang digunakan dalam
2013
penelitian adalah metode wawancara, observasi, dokumentasi, penelitian kepustakaan. Teknik pengolahan keabsahan data
________________ menggunakan Trianggulasi. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengumpulan data, reduksi
Keywords: data, penyajian data, penarikan kesimpulan. Hasil dan pembahasan dari penelitian ini adalah (1) Hambatan yang terjadi
Bussiness doer; Goods dalam penyelenggaraan jasa pengiriman barang ada tiga, dari pihak PT. Pos Indonesia (Persero) selaku Pelaku Usaha yaitu
Shipping; protection kelalaian dari karyawan dan akibat kesalahan teknis dalam transportasi dan teknologi, dari pihak Konsumen yaitu adanya
____________________ Konsumen yang kurang beritikad baik dan hambatan lain seperti alamat yang tidak jelas serta tumpang tindih antara
peraturan perundang-undangan yang satu dengan yang lain. (2) Perlindungan terhadap Pelaku Usaha atas tindakan
Konsumen pengguna jasa pengiriman barang yang tidak beritikad baik yaitu terdapat dalam Undang-Undang Nomor 38
Tahun 2009 tentang Pos dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen serta Resi dan SOP
pengiriman barang. Payung hukum sudah mengatur tetapi masih memungkinkan terjadinya sengketa antara Pelaku Usaha
dalam hal ini PT. Pos Indonesia (Persero) dengan Konsumen.. Karena payung hukum hanya memberikan perlindungan
secara represif, sedangkan bentuk perlindungan preventif akan mampu memberikan perlindungan tanpa harus adanya
sengketa. Saran dari hasil penelitian dan pembahasan adalah (1) Seharusnya Konsumen secara jujur dan terbuka pada saat
transaksi pengiriman barang. (2) Adanya mekanisme/prosedur pengiriman barang yang melindungi para pihak sebagai
bentuk tindakan preventif sebelum terjadi sengketa. Semisal pembungkusan barang ditempat atau pada saat transaksi
pengiriman barang dihadapan petugas kantor Pos.

Abstract
____________________________________
The law correlation between goods shipping service company Pos Express and the consumers made a bond between them. The
base of this bond was the agreement between PT Pos Indonesia with the consumers where they had rights and obligations that
should be obeyed. The research method which was used in this research was descriptive qualitative research by using juridical-
sociological. The method of collecting data which was used were interview, observation, documentation, and literature research.
The technique of data validation test was Trianggulation. The technique of analyzing data were data collecting, data eduction,
data presentation, and conclusion drawing. The result and discussion of this research were (1) There were 3 obstacles occurred
in carrying out the goods shipping service: from PT Pos Indonesia (Persero), they were employees dereliction and technical
problem in transportation and technology; from the consumers, there were some customers with bad behaviour, unclear
address, and also another unclear rules. (2) the protection toward bussiness doer upon consumers’ bad behaviour of goods
shipping service was UU no.38 year 2009 about Postage and also UU no.8 year 1999 about consumer protection, receipt,
goods shipping SOP. Some legal dispute between bussiness doer and the consumer, in this case PT Pos Indonesia with its
consumer, keep rising although some rules applied. This rule gives some repressive protection instead of preventive which could
give some protection without any legal dispute. The suggestion the writer can give are (1) Consumer should be honest and open
in the shipping transaction. (2) There should be an agreement of goods shipping which protect the parties as a preventive action
of legal dispute like by the time package system or when goods shipping transactionng .
© 2013 Universitas Negeri Semarang

Alamat korespondensi: ISSN 2252-6536
Gedung C4 Lantai 1 FH Unnes
Kampus Sekaran, Gunung Pati, Semarang, 50229
E-mail: jujunitata@yahoo.com

123
Junita Simamora / Unnes Law Journal 2 (2) (2013)

PENDAHULUAN masing-masing pihak juga memiliki hak dan


kewajiban, dimana hak dan kewajiban tersebut
Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, diatur dalam Pasal 4 sampai Pasal 7 Undang-
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
maju dengan pesatnya, hal ini juga disertai dengan Perlindungan Konsumen.
banyaknya kebutuhan yang dibutuhkan oleh Oleh karena itu dengan adanya Undang-
manusia baik itu yang bersifat primer atau yang Undang tersebut, maka hak dan kewajiban baik itu
bersifat sekunder dan semuanya itu manusia bagi Konsumen pengguna jasa atau Pelaku Usaha
membutuhkannya dengan cepat guna untuk penyedia jasa tersebut bisa terlindungi dengan
memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Bidang jasa menetapkan aspek standar sekuriti dan keamanan
merupakan bidang yang menawarkan pelayanan pada saat pengiriman, standar perlindungan
yang mementingkan membantu Konsumen dalam Konsumen, standar pengawasan dan penyelesaian
berbagai hal. sengketa. Baik yang menyangkut tentang
Jasa pengiriman sangat membantu kedudukan, hak dan kewajiban nasabah selaku
mengirimkan benda kepada seseorang. Jaraknya Konsumen berdasarkan Undang-Undang
memang sangat jauh, atau tidak begitu jauh, yang Perlindungan Konsumen maupun Undang-Undang
pasti perusahaan pengiriman memiliki andil dalam yang lain.
sampainya benda yang dikirim kepada yang dituju Permasalahan yang sering muncul adalah
atau yang dimaksud. bagaimanakah keterlambatan barang konsumen
Sehubungan dengan hal itu sekarang banyak yang datang tidak tepat waktu dan ru-sak pada jasa
berdiri penyedia jasa pengiriman barang seperti pengiriman, dan bagaimana upaya penyelesaian
yang dilakukan oleh PT. Pos Indonesia (Persero) yang ditempuh oleh konsumen sebagai pihak yang
yang memberikan jasa pengiriman barang kepada dirugikan. Permasalahan tersebut merupakan
para masyarakat indonesia. Fungsi dari penyedia masalah yang dihadapi konsumen pada masa
jasa pengiriman barang tersebut adalah setelah transaksi terjadi dari peristiwa di atas, hal
memindahkan barang dari tempat satu ketempat tersebut ada yang tercatat pada pihak yang
yang lain dengan maksud meningkatkan daya guna berwenang, tetapi banyak yang hilang begitu saja.
dan nilai. Hal ini terjadi karena faktor budaya lebih suka
Salah satu cara untuk meningkatkan menghindari konflik dari konsumen Indonesia.
pelayanan kepada Konsumen jasa pada PT. Pos Padahal sesungguhnya setiap perbuatan yang
Indonesia (Persero) yang menggunakan jasa menimbulkan kerugian pada orang lain dapat
pengiriman barang adalah selalu berusaha dimintakan pertanggungja-waban dari pelakunya.
mengutamakan kepuasan Konsumen dalam Berbagai transaksi barang/jasa, dapat
menggunakan jasanya. Sebagai penyedia jasa menimbulkan peristiwa lain yaitu berupa masalah
pengiriman barang PT. Pos Indonesia (Persero) antara para pihak tersebut, pihak yang
mempunyai tanggung jawab yaitu mengirimkan berkewajiban menyerahkan barang atau
barang dan menjaga keselamatan barang yang akan menyelenggarakan jasa tidak melakukan atau ji-ka
dikirim, mulai pada saat barang itu diterima sampai melakukannya tidak sesuai dengan mutu, jumlah
diserahkan kepada pengguna jasa. Maka dari itu, serta lain-lain kualifikasi sebagaimana yang telah
PT. Pos Indonesia (Persero) wajib menjalankan disepakati, yang seharusnya atau sepatutnya
tanggung jawabnya secara tepat, sehingga tidak diharapkan dari jenis barang/jasa tersebut. Dalam
merugikan Konsumen. (www. Posindonesia.co.id) Uundang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor
Adanya hubungan hukum antara 8 Tahun 1999 dalam pasal 19 ayat (1) dinyatakan
perusahaan penyedia jasa pengiman barang Pos bahwa pelaku usaha bertanggung-jawab
Express dengan masyarakat pengguna jasa tersebut, memberikan ganti rugi atas kerusakan,
maka terjadi suatu perikatan antara pihak yang satu pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat
dengan pihak yang lain. Perikatan tersebut mengkonsumsi barang dan atau jasa yang
didasarkan oleh adanya perjanjian antara PT. Pos dihasilkan atau diperdagangkan. Berdasarkan hal
Indonesia (Persero) dengan Konsumen. Selain itu, tersebut, maka adanya produk barang/jasa yang
124
Junita Simamora / Unnes Law Journal 2 (2) (2013)

cacat bukan merupakan satu satunya dasar penyelenggaraan pengiriman barang. Dimana
tanggungjawab pe-laku usaha, hal ini berarti bahwa Konsumen yang kurang mengerti dan memahami
tanggung-jawab pelaku usaha meliputi segala segala ketentuan/aturan dan pelayanan yang
kerugian yang dialami konsumen. diselengarakan PT. Pos Indonesia (Persero) selaku
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penyelenggara jasa pengiriman barang. Konsumen
rumusan permasalahan yang akan dikaji dalam yang keberadaan sangat tidak terbatas dengan strata
penelitian ini adalah (1) Apakah hambatan- yang sangat bervariasi menyebabkan Pelaku Usaha
hambatan yang terjadi dalam penyelenggaraan jasa jasa pengiriman barang melakukan kegiatan
pengiriman barang di PT. Pos Indonesia (Persero), pengiriman barang dengan cara se efektif mungkin
(2) Bagaimana perlindungan terhadap Pelaku agar dapat mencapai Konsumen yang sangat
Usaha atas tindakan Konsumen pengguna Jasa majemuk.
Pengiriman Barang yang tidak beritikad baik. Dalam penyelenggaraan pengiriman barang
PT. Pos Indonesia (Persero) memiliki hambatan-
METODE PENELITIAN hambatan. Hambatan-hambatan yang dialami
tersebut antara lain:
Penelitian ini menggunakan pendekatan a) Hambatan dari pihak PT. Pos Indonesia
penelitian kualitatif. Dengan pendekatan penelitian (Persero)
kualitatif akan memberikan data awal yang seteliti 1) Sumber Daya Manusia (SDM)
mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala Pengiriman barang pada PT. Pos Indonesia
lainnya dengan maksud memperoleh data untuk (Persero) salah satunya adalah packing. Pada saat
membantu penulisan skripsi ini. Spesifikasi packing, atau saat pengecekan ulang, kemungkinan
penelitian, Pendekatan penelitian kualitatif dengan kesalahan dapat terjadi. Misalnya dalam packing,
jenis penelitian secara yuridis sosiologis, yang karyawan yang bertugas ada kemungkinan
dalam perkembangan dalam rangka kajian sociologi memasukkan nomor resi ke komputer salah atau
of law dimanfaatkan untuk menganalisis dan memasukkan nama atau jenis barang ada
memberikan jawaban untuk mengaktifitaskan kesalahan, sehingga hal ini dimungkinkan terjadi.
bekerjanya seluruh struktur institusional hukum Apabila seorang karyawan di PT. Pos
(Sunggono 1997:73). Indonesia (Persero) melakukan kesalahan, dia akan
Sumber data, penulis menggunakan sumber mendapat teguran lisan terlebih dahulu, kemudian
data berupa data primer dan data sekunder. Data baru diberlakukan Surat Peringatan I (SP I), Surat
primer diperoleh dengan menggunakan metode Peringatan 2 (SP 2), dan Surat Peringatan (SP 3)
wawancara pengamatan dan pencatatan data (Pemecatan). Tetapi jika yang dilakukan adalah
sebagai dokumen dan record di PT. Pos Indonesia kesalahan yang berhubungan dengan keuangan,
(Persero) Cabang Semarang. Data sekunder adalah maka dapat langsung dilakukan pemecatan.
sumber data dari dokumen-dokumen resmi, buku- 2) Transportasi
buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan, Sarana transportasi pada PT. Pos Indonesia
dan sebagainya yang memiliki hubungan yang (Persero) adalah darat, air, dan udara. Dalam
relevan dengan perlindungan terhadap Pelaku pengiriman barang, transportasi yang memadai
Usaha jasa pengiriman surat dan barang (studi pada sangat penting, sehingga apabila transportasi yang
PT. Pos Indonesia (Persero) Cabang Semarang). digunakan kurang layak jalan atau secara
mendadak mengalami kerusakan, maka hal ini
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN dapat menghambat proses pengiriman paket.
3) Teknologi
Penelitian yang dilakukan oleh penulis Teknologi pada saat sekarang ini, sangat
mendapatkan hasil bahwa tidak selamanya PT. Pos penting bagi perkembangan untuk menunjang suatu
Indonesia (Persero) selaku Pelaku Usaha yang manajemen dalam perusahaan. Komputer dengan
melakukan kesalahan dalam penyelenggaraan jasa dilengkapi program yang menunjang
pengiriman barang. Adapun Konsumen juga penyelenggaraan jasa pengiriman barang dalam
kadang melakukan kesalahan atau kelalaian saat pengecekan barang di PT. Pos Indonesia (Persero)
125
Junita Simamora / Unnes Law Journal 2 (2) (2013)

menjadi faktor penting. Apabila komputer yang dilakukan oleh Konsumen yang tidak
mengalami kerusakan, maka menghambat proses beritikad baik, maka diperlukan perlindungan bagi
pengiriman barang ke Penerima. PT. Pos Indonesia (Persero) selaku Pelaku Usaha
Ketiga hal diatas diatur dalam Undang- jasa pengiriman barang untuk menjamin pelayanan
Undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang Pos pada yang telah diberikan. Perilaku Konsumen yang
Pasal 28, yaitu: tidak beritikad baik itu diantaranya, tidak mau
“Pengguna layanan Pos berhak menggunakan asuransi, keengganan Konsumen
mendapatkan ganti rugi apabila terjadi: memberikan keterangan yang benar mengenai isi
a. Kehilangan kiriman; paket, tidak menyimpan bukti pengiriman atau Resi
b. Kerusakan isi paket; dan alamat penerima atau Konsumen tidak jelas.
c. Keterlambatan kiriman; atau Adapun masalah-masalah yang timbul akibat
d. Ketidaksesuaian antara barang yang dikirim Konsumen yang kurang beritikad baik yaitu
dan yang diterima.” keterlambatan pengantaran, rusaknya barang yang
Dan bentuk-bentuk pertanggung jawaban dikirim, susahnya melacak dan mencari kembali
Pelaku Usaha akan hal itu tercantum dalam Pasal barang yang belum sampai ke tujuan pengiriman
19 Bab VI Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 karena Konsumen yang tidak menyimpan resi
tentang Perlindungan Konsumen, yang meliputi: pengiriman. Kebanyakan dari Konsumen juga tidak
1. Pelaku Usaha bertanggungjawab memberikan memperhatikan dan tidak peduli atas informasi dan
ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, dan ketentuan/ atauran yang diberikan PT. Pos
atau kerugian Konsumen akibat Indonesia (Persero) selaku Pelaku Usaha jasa
mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang pengiriman barang. Sehingga Konsumen tidak
dihasilkan atau diperdagangkan. tahu akan himbauan dan larangan yang telah
2. Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat diberikan oleh PT. Pos Indonesia (Persero).
(1) dapat berupa pengembalian uang atau Hal yang terpenting dalam memberikan
penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis perlindungan kepada PT. Pos Indonesia (Persero)
atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan selaku Pelaku Usaha adalah melalui peraturan
dan/atau pemberian santunan yang sesuai perundang-undangan sehingga perlu melengkapi
dengan ketentuan peraturan perundang- ketentuan peraturan perundang-undangan bidang
undangan yang berlaku. perlindungan Pelaku Usaha. Munculnya Undang
3. Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
tenggang waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal Konsumen merupakan langkah pertama untuk
transaksi. memberikan perlindungan terhadap Konsumen dan
4. Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud juga Pelaku Usaha. Dan sebagai payung hukum
pada ayat (1) dan ayat (2) tidak bagi Pelaku Usaha dalam menjalankan usahanya
menghapuskan kemungkinan adanya tuntutan dalam hal ini PT. Pos Indonesia (Persero).
pidana berdasarkan pembuktian lebih lanjut Adanya hubungan hukum antara Pelaku
mengenai adanya unsur kesalahan. Usaha jasa pengiriman barang dengan masyarakat
5. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat pengguna jasa tersebut, maka terjadi suatu
(1) dan ayat (2) tidak berlaku apabila Pelaku perikatan antara pihak yang satu dengan pihak
Usaha dapat membuktikan bahwa kesalahan yang lain. Perikatan tersebut didasarkan oleh
tersebut merupakan kesalahan Konsumen. adanya perjanjian antara PT. Pos Indonesia
Dari hasil penelitian penulis dapat diketahui (Persero) dengan Konsumen.
para pihak yaitu Pelaku Usaha dalam hal ini PT. Permasalahan yang dihadapi PT. Pos
Pos Indonesia (Persero) dan Konsumen yang tidak Indonesia (Persero) selaku Pelaku Usaha jasa
melakukan/memenuhi peraturan perundang- pengiriman barang, tidak hanya sekedar bagaimana
undangan dan/atau perjanjian dalam melakukan memilih barang dan/atau jasa tetapi jauh lebih
transaksi penyelenggaraan pengiriman barang. kompleks dari itu yaitu menyangkut pada
Adanya hambatan-hambatan yang terjadi kesadaran semua pihak, baik itu pengusaha,
dalam penyelenggaraan jasa pengiriman barang pemerintah maupun Konsumen sendiri tentang
126
Junita Simamora / Unnes Law Journal 2 (2) (2013)

pentingnya perlindungan Pelaku Usaha. Pelaku yang tidak menyimpan bukti pengiriman atau Resi
Usaha menyadari bahwa mereka harus menghargai pengiriman.
hak-hak Konsumen yakni memproduksi barang Payung hukum sudah mengatur tetapi masih
dan/atau jasa yang berkualitas, aman digunakan bisa memberikan peluang terjadinya sengketa
serta mengikuti standar yang berlaku. antara Pelaku Usaha dalam hal ini PT. Pos
Kepuasan Konsumen diukur dari tanggung Indonesia (Persero) dengan Konsumen. Isi dari
jawab Pelaku Usaha sebagai penyedia jasa peraturan tersebut hanya memberikan perlindungan
pelayanan pengiriman barang, yaitu memberikan setelah adanya sengketa, sedang sebelum adanya
pelayanan terbaik kepada Konsumen, menjamin sengketa belum ada peraturan yang mengaturnya.
kerahasian isi atas setiap informasi yang dikirim Dimana Konsumen bisa melakukan perbuatan
dan penyampaian surat dan barang kepada setiap yang merupakan tindakan Konsumen yang tidak
alamat sesuai dengan jadwal yang diinginkan. beritikad baik. Pelaku Usaha dalam hal ini PT. Pos
Tidak hanya itu kepuasan Konsumen Indonesia (Persero) kurang mendapatkan
sebagai pengguna jasa layanan pengiriman surat perlindungan dalam bentuk rasa nyaman dan aman
dan barang juga diukur dari ketaatan PT. Pos pada saat penyelenggaraan pengiriman barang.
Indonesia (Persero) memenuhi ganti rugi kepada Perlunya suatu aturan yang bersifat preventif untuk
Konsumen manakala surat dan barang yang memberikan perlindungan lebih awal bagi PT. Pos
dikirim hilang, rusak, atau terlambat. Ketidak Indonesia (Persero) selaku Pelaku Usaha agar
pedulian Konsumen atas informasi yang telah meminimalisir terjadinya sengketa antara
diberikan oleh pihak penyedia jasa yaitu Pelaku Konsumen dan Pelaku Usaha.
Usaha menyebabkan terganggunya pelayanan
dalam pengiriman barang. Dan Konsumen yang SIMPULAN
tidak beritikad baik dalam transaksi pengiriman
barang dapat menjadikan pengiriman barang jadi Penyelenggaraan pengiriman barang di PT.
terhambat. Pos Indonesia (Persero) memiliki hambatan dalam
Di sini PT. Pos Indonesia (Persero) selaku pelayanannya. Adapun hambatan yang dialami ada
Pelaku Usaha jasa pengiriman barang tidak cukup (3) tiga, yaitu hambatan dari pihak PT. Pos
menginformasikan ketentuan tersebut kepada Indonesia (Persero) sendiri, hambatan dari pihak
Konsumen, tetapi juga harus diinformasikan Konsumen dan hambatan-hambatan lain.
kepada Konsumen bagaimana mekanisme Hambatanr dari pihak PT. Pos Indonesia (Persero)
penyelesaian pengaduan Konsumen. Dan begitu dalam penyelenggaraan pengiriman kebanyakan
pula dengan Konsumen pengguna jasa pengiriman terjadi akibat kesalahan teknis, diantaranya dari
barang harus juga beritikad baik untuk mengetahui SDM (Sumber Daya Manusia)/ karyawan yang
segala aturan dan ketentuan-ketentuan yang lalai dalam melakukan pekerjaannya, kerusakan
diberikan oleh PT. Pos Indonesia (Persero) selaku teknis dalam transportasi dan teknologi. Adapun
Pelaku Usaha jasa pengiriman barang. hambatan dari Konsumen adalah Konsumen yang
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tidak mau menggunakan asuransi, keengganan
tentang Perlindungan Konsumen, Undang-Undang Konsumen memberikan keterangan yang benar
Nomor 38 Tahun 2009 tentang Pos dan Perjanjian mengenai isi paket dan Konsumen yang tidak
yang tertuang dalam Resi dan SOP sudah mengatur menyimpan bukti pengiriman atau Resi
mengenai hak Pelaku Usaha dan telah memberikan pengiriman. Dan hambatan-hambatan lain seperti
perlindungan terhadap Pelaku Usaha. Namun alamat penerima atau Konsumen tidak jelas, juga
dalam prakteknya masih ada Konsumen yang tidak tumpang tindih antara peraturan perundang-
beritikad baik yaitu adanya Konsumen jasa undangan yang satu dengan yang lain, sehingga
pengiriman barang di PT. Pos Indonesia (Persero) Pelaku Usaha mengalami hambatan dalam
yang tidak mau menggunakan asuransi, melakukan perlindungan hukum, karena merasa
keengganan Konsumen memberikan keterangan bingung akan menggunakan payung hukum yang
yang benar mengenai isi paket, dan Konsumen mana.

127
Junita Simamora / Unnes Law Journal 2 (2) (2013)

Pelaksanaan perlindungan terhadap Pelaku Moleong, Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Usaha atas tindakan Konsumen pengguna jasa Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset
pengiriman barang yang tidak beritikad baik pada N.H.T Siahaan. 2005. Hukum Konsumen. Jakarta: Panta
Rei
prakteknya belum berjalan dengan baik. Seperti
R.Soetojo Prawirohamidjojo dan Marthalena Pohan.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
1984. Hukum perikatan. Surabaya: Bina Ilmu
Perlindungan Konsumen, Undang-Undang Nomor Shidarta, 2006. Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia.
38 Tahun 2009 tentang Pos dan Perjanjian yang Jakarta: PT. Grasindo
tertuang dalam Resi dan SOP pada transaksi Soekanto, S Dan Abdurrahman. 1997. Metode Penelitian
penyelenggaraan jasa pengiriman barang. Adanya Hukum. Jakarta: Rineke Cipta
payung hukum untuk memberikan perlindungan Soekanto, S.1984. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta:
terhadap Pelaku Usaha belum bisa melindungi UI Press
Pelaku Usaha dalam hal ini PT. Pos Indonesia Strauss, Anselm Dan Juliet Corbin. 2003. Dasar-Dasar
Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
(Persero) secara maksimal karena Konsumen yang
Subekti. 2002. Hukum Perjanjian. Jakarta: Intermasa
tidak beritikad baik masih mempunyai cela untuk
Sudaryatmo. 1996. Masalah Perlindungan Konsumen Di
menciderai Pelaku Usaha dan tidak dapat dideteksi. Indonesia. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti
Karena payung hukum hanya memberikan Sunggono, Bambang. 1997. Metode Penelitian Hukum.
perlindungan secara represif sedangkan bentuk Jakarta: Pradya Paramitha
perlindungan preventif akan mampu memberikan Tri Siwi Kristiyanti, Celina. 2008. Hukum Perlindungan
perlindungan tanpa harus adanya sengketa. Konsumen. Jakarta: Sinar Grafika
Widjaja, Gunawan dan dan Ahmad Yani. 2000. Hukum
Tentang Perlindungan Konsumen. Jakarta:
DAFTAR PUSTAKA
Gramedia Pustaka Utama
Drawan, Hasyim. 2012. Tinjauan Yuridis Terhadap
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo. 2010. Hukum
Perlindungan Hak Konsumen Di PT. Citra Van
Perlindungan Konsumen. Jakarta: Rajawali Pers
Titipan Kilat Cabang Samarinda Berdasarkan
Ahmadi Miru. 2011. Prinsip-Prinsip Perlindungn Hukum
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
Bagi Konsumen Di Indonesia. Jakarta: Rajawali
Perlindungan Konsumen. Jurnal Sociosscientia
Pers
Kopertis Wilayah XI Kalimantan. Volume 4 nomor
Az. Nasution. 2002. Hukum Perlindungan Konsumen.
1. 2 (12): 1-54
Jakarta: CV. Triarga Utama
http://www.posindonesia.co.id/index.php/profil-
Drs. M. Sadar,MH, Prof. Moh. Taufik Makarao,SH,MH,
perusahaan/sejarah-pose
Habloel Mawardi, SH. 2012. Hukum Perlindungan
http://aishkhuw.blogspot.com/2010/10/prinsip-
Konsumen Di Indonesia. Jakarta Barat: Permata
tanggung-jawab-pengangkut-dalam.html
Puri Media
http://akubukanmanusiapurba.blogspot.com/2010/07/p
I Ketut Artadi & I Dewa Nyoman Rai Asmara Putra.
erlindungan-hukum-bagi-pengguna-jasa.html
2010. Implementasi Ketentuan-Ketentuan Hukum
Kitab Undang Undang Hukum Dagang
Perjanjian Kedalam Perancangan Kontrak.
Kitab Undang Undang Hukum Perdata
Denpasar-Bali: Udayana University Press
Undang UndangNo. 8 Tahun 1999 Tentang
Janus Sidabalok. 2010. Hukum perlindungan Konsumen di
Perlindungan Konsumen
Indonesia. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun
Kartini, Kartono, 1996. Pengantar Metodologi Riset Sosial.
2009 Tentang Pos
Bandung: Mandar Maju

128

Anda mungkin juga menyukai