Dosen Pengampu :
Widaryati, M.Kep
Disusun oleh :
2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Tutorial
Keperawatan Kritis yang berjudul “Skenario I”.
Makalah ini kami susun guna untuk mengetahui dan memahami tentang perawatan
pasien kritis. Selain itu, juga menyelesaikan skenario disertai asuhan keperawatan yang
diperlukan dalam kasus.
Kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar kami memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang skenario Keperawatan Kritis ini
dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sindrom koroner akut atau infark miokard akut merupakan salah satu diagnosis
rawat inap tersering di negara maju. Laju mortalitas awal (30hari) pada SKA adalah
30% denganlebih dari separuh kematian terjadi sebelum pasien mencapai rumah sakit.
Walaupun laju mortalitas menurun sebesar 30% dalam 2 dekade terakhir, sekitar 1 di
antara 25 pasien yang tetap hidup pada perawatan awal, meninggal dalam tahun
pertama setelah infark miokard akut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa nama istilah dalam scenario yang belum diketahui?
2. Bagaimana patofisiologi pada scenario tersebut?
3. Bagaimana tanda dan gejala pada scenario tersebut?
4. Bagaimana asuhan keperawatan pada scenario tersebut?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui nama istilah dalam scenario yang belum diketahui
2. Mengetahui patofisiologi pada scenario tersebut
3. Mengetahui tanda dan gejala pada scenario tersebut
4. Mengetahui asuhan keperawatan pada scenario tersebut
D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan ini guna mengetahui nama istilah, patofisiologi, tanda gejala,
dan asuhan keperawatan pada scenario Acut Myocardial Infarction (AMI).
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Definisi IMA
adalah Infark miokard akut, yang dikenal sebagai serangan jantung adalah
terbentuknya suatu daerah nekrosis pada sel otot miokardium akibat suplai darah
yang tidak adekuat ke suatu daerah yang diawali dengan iskemik (Robbins et al.,
2007)
B. Gejala IMA
1. Nyeri dada, punggung, rahang dan area lain di tubuh bagian atas selama
beberapa menit dan dapat hilang timbul
2. Sesak napas
3. Sesak di dada
4. Berkeringat
5. Mual
6. Muntah
7. Gelisah
8. Batuk
9. Pusing
10. Detak Jantung cepat
PEMBAHASAN
1. Devi: Tropomin
Jawab:
Tropomin adalah kompleks dari 3 protein pengatur dari bagian integral di
kontraksi otot pada otot rangka dan otot jantung (Astri)
2. Annisa : SGOT/ALT
Jawab:
- Merupakan suatu enzim yang terdapat didalam tubuh, yang biasanya ditemukan
dijantung, ginjal, otot dan hati. SGOT ini bertugas membantu mencerna protein di
dalam tubuh(Laras)
- Pemeriksaan spesifik terhadap inflamasi parenkin hati yang bertujuan untuk
mengetahui inflamasi yang terjadi di dalam tubuh dan biasanya menjadi indikasi
gangguan inflamasi pada hati (Devi)
- Kepanjangan dari Serum Glutamic Oxaloacethic Transaminase(Widria)
3. Ika :CK/CPK
Jawab:
- Adalah enzim utama dalam jantung yang diteliti pada pasien yang mengidap
penyakit jantung (Saadah)
- Creatinin Phosphokinase banyak ditemukan dalam otot jantung, otot rangka, dan
otak (Ida)
4. Kiki :CKMB
Jawab:
Kepanjangan kreatinin kinase myocardial ben yang bertujuan untuk mendeteksi
adanya kerusakan otot jantung(nabilah)
5. Supriyati : HCO3
Jawab :
Adalah ion bikarbonat yaitu suatu basa yang dapat menerima ion H+ untuk
membentuk asam karbonat H2CO3 (Ainun)
6. Widria : ICCU
Jawab:
- Adalah intensif coronary care unit merupakan unit perawatan intensif untuk
penyakit jantung (catur)
- Pada pasien ini membutuhkan penanganan intensif dan dijaga untuk tetap steril
(Lida)
7. Astri : SO 2%
Jawab:
Saturasi oksigen (Nabilah)
1. Apa yang menyebabkan suara paru redup di kedua lapang paru dan suara napas ronchi
meningkat ? (Astri)
Jawab:
2. Bagaimana terjadinya pembesaran vena jugularis pada pasien yang mengalami nyeri
jantung? (Ainun)
Jawab:
3. Tindakan keperawatan apa yang harus dilakukan setelah melakukan pengkajian pada
skenario tersebut? (Catur)
Jawab:
4. Apa tanda dan gejala awal pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler pada penyakit
jantung koroner? (Ogi)
Jawab :
Jawab:
6. Mengapa pasien mengalami nyeri dada seperti ditindih benda berat dan sesak napas?
(saadah)
Jawab:
Jawab:
Jawab:
Karena jantung bekerja lebih keras untuk menyalurkan darah akibat tersumbatnya
aliran darah (Aji)
Jawab:
- Karena pasien mengalami shock sehingga suplai darah menuju otak sampai organ
vital menjadi terhambat (astri)
- Hasil pengkajian menunjukkan CRT/capillary refill kurang dari 3 detik (Aji)
1. Apa yang menyebabkan suara paru redup di kedua lapang paru dan suara napas ronchi
meningkat ?
Jawab:
2. Bagaimana terjadinya pembesaran vena jugularis pada pasien yang mengalami nyeri
jantung?
Jawab:
(Sumber: https://id.scribd.com/doc/121434402/Pemeriksaan-JVP)
3. Tindakan keperawatan apa yang harus dilakukan setelah melakukan pengkajian pada
skenario tersebut?
Jawab:
4. Apa tanda dan gejala awal pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler pada penyakit
jantung koroner?
Jawab :
1) Nyeri Dada
Mayoritas pasien AMI (90%) datang dengan keluhan nyeri dada. Perbedaan
dengan nyeri pada angina adalah nyeri pada AMI lebih panjang yaitu minimal 30
menit, sedangkan pada angina kurang dari itu. Disamping itu pada angina
biasanya nyeri akan hilang dengan istirahat akan tetapi pada infark tidak. Nyeri
dan rasa tertekan pada dada itu bisa disertai dengan keluarnya keringat dingin atau
perasaan takut. Meskipun AMI memiliki ciri nyeri yang khas yaitu menjalar ke
lengan kiri, bahu, leher sampai ke epigastrium, akan tetapi pada orang tertentu
nyeri yang terasa hanya sedikit. Hal tersebut biasanya terjadi pada manula, atau
penderita DM berkaitan dengan neuropathy. gambaran klinis bisa bervariasi dari
pasien yang datang untuk melakukan pemeriksaan rutin, sampai pada pasien yang
merasa nyeri di substernal yang hebat dan secara cepat berkembang menjadi syok
dan oedem pulmonal, dan ada pula pasien yang baru saja tampak sehat lalu tiba-
tiba meninggal.
Terdapat laporan adanya infark miokard tanpa rasa sakit. Namun hila
pasien-pasien iniditanya secara cermat, mereka biasanya menerangkan adanya
gangguan pencernaan ataurasa benjol didada yang samar-samar yang hanya
sedikit menimbulkan rasa tidak enak/senang. Sekali-sekali pasien akan mengalami
rasa napas yang pendek (seperti orang yang kelelahan) dan bukanya tekanan pada
substernal. Sekali-sekali bisa pula terjadi cekukan/singultus akibat irritasi
diapragma oleh infark dinding inferior. Pasien biasanya tetap sadar ,tetapi bisa
gelisah, cemas atau bingung. Syncope adalah jarang, ketidaksadaran akibat iskemi
serebral, sebab cardiac output yang berkurang bisa sekali-sekaliterjadi.Bila pasien-
pasien ditanyai secara cermat, mereka sering menyatakan bahwa untukmasa yang
bervariasi sebelum serangan dari hari 1 hingga 2 minggu ) ,rasa sakitanginanya
menjadi lebih parah serta tidak bereaksi baik tidak terhadap pemberian
nitrogliserin atau mereka mulai merasa distres/rasa tidak enak substernal yang
tersamar atau gangguan pencernaan (gejala -gejala permulaan /ancaman
/pertanda). Bila serangan-serangan angina menghebat ini bisa merupakan petunjuk
bahwa ada angina yang tidakstabil (unstable angina) dan bahwasanya dibutuhkan
pengobatan yang lebih agresif.
2) Sesak Nafas
Sesak nafas bisa disebabkan oleh peningkatan mendadak tekanan akhir
diastolic ventrikel kiri, disamping itu perasaan cemas bisa menimbulkan
hipervenntilasi. Pada infark yang tanpa gejala nyeri, sesak nafas merupakan tanda
adanya disfungsi ventrikel kiri yang bermakna.
3) Gejala Gastrointestinal, peningkatan aktivitas vagal menyebabkan mual dan
muntah, dan biasanya lebih sering pada infark inferior, dan stimulasi diafragma
pada infak inferior juga bisa menyebabkan cegukan terlebih-lebih apabila
diberikan martin untuk rasa sakitnya.
4) Gejala lain termasuk palpitasi, rasa pusing, atau sinkop dari aritmia ventrikel, dan
gejala akibat emboli arteri (misalnya stroke, iskemia ekstrimitas).
5) Bila diperiksa, pasien sering memperlihatkan wajah pucat bagai abu dengan
berkeringat ,kulit yang dingin walaupun bila tanda-tanda klinis dari syok tidak
dijumpai.
6) Nadi biasanya cepat, kecuali bila ada blok/hambatan AV yang komplit atau
inkomplit. Dalam beberapa jam, kondisi klinis pasien mulai membaik, tetapi
demam sering berkembang. Suhu meninggi untuk beberapa hari, sampai 102
derajat Fahrenheid atau lebih tinggi, dan kemudian perlahan-lahan turun ,kembali
normal pada akhir dari minggu pertama.
Sumber :
Jawab:
Nyeri akut, penurunan curah jantung, hambatan pertukaran gas
7. Mengapa pasien mengalami nyeri dada seperti ditindih benda berat dan sesak napas?
Jawab:
Kondisi ini terjadi saat aliran darah ke jantung atau pada arteri koroner
tersumbat sehingga dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang membahyakan
nyawa. Penyumbatan ini umumnya dapat terjadi akibat penumpukan plak yang terdiri
dari kolesterol, lemak, dan sisa metabolisme.
Sumber : //www.alodokter.com/waspadai-infark-miokard-akut-pada-kelompok-ini
Jawab:
1) Merokok, peran rokok dalam penyakit jantung koroner ini antara lain:
menimbulkan aterosklerosis;peningkatan trombogenessis dan vasokontriksi;
peningkatan tekanan darah; pemicu aritmia jantung, meningkatkan kebutuhan oksigen
jantung, dan penurunan kapasitaspengangkutan oksigen. Merokok 20 batang rokok
atau lebih dalam sehari bias meningkatkan resiko 2-3 kali dibanding yang tidak
merokok.
2) Konsumsi alcohol. Meskipun ada dasar teori mengenai efek protektif alcohol
dosis rendah hingga moderat, dimana ia bisa meningkatkan trombolisis endogen,
mengurangi adhesi platelet, danmeningkatkan kadar HDL dalam sirkulasi, akan tetapi
semuanya masih controversial. Tidaksemua literature mendukung konsep ini, bahkan
peningkatan dosis alcohol dikaitkan dengan peningkatan mortalitas cardiovascular
karena aritmia, hipertensi sistemik dan kardiomiopati dilatasi.
3) Hipertensi sistemik. Hipertensi sistemik menyebabkan meningkatnya after load
yang secara tidak langsung akanmeningkan beban kerja jantung. Kondisi seperti ini
akan memicu hipertropi ventrikel kirisebagai kompensasi dari meningkatnya after
load yang pada akhirnya meningkatan kebutuhan oksigen jantung.
4) Kurang olahraga Aktivitas aerobic yang teratur akan menurunkan resiko terkena
penyakit jantung koroner,yaitu sebesar 20-40 %.g.
Sumber:
(https://www.academia.edu/9725501/A._Definisi_Akut_Miokard_Infark_AMI )
8. Apa yang menyebabkan tekanan darah dan nadi meningkat pada pasien?
Jawab:
Jawab:
Karena suplay oksigen yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh, tidak
tertangani dengan baik segingga menyebabkan kematian sel sel jantung.
Sumber: :
https://www.academia.edu/9725501/A._Definisi_Akut_Miokard_Infark_AMI
PATOFISIOLOGI
Sebagian besar SKA adalah manifestasi akut dari plak ateroma pembuluh
darah koroner yang koyak atau pecah. Hal ini berkaitan dengan perubahan komposisi
plak dan penipisan tudung fibrus yang menutupi plak tersebut. Kejadian ini akan
diikuti oleh proses agregasi trombosit dan aktivasi jalur koagulasi. Terbentuklah
trombus yang kaya trombosit (white thrombus). Trombus ini akan menyumbat liang
pembuluh darah koroner, baik secara total maupun parsial; atau menjadi mikroemboli
yang menyumbat pembuluh koroner yang lebih distal. Selain itu terjadi pelepasan zat
vasoaktif yang menyebabkan vasokonstriksi sehingga memperberat gangguan aliran
darah koroner. Berkurangnya aliran darah koroner menyebabkan iskemia
miokardium. Pasokan oksigen yang berhenti selama kurang-lebih 20 menit
menyebabkan miokardium mengalami nekrosis (infark miokard).
Infark miokard tidak selalu disebabkan oleh oklusi total pembuluh darah
koroner. Obstruksi subtotal yang disertai vasokonstriksi yang dinamis dapat
menyebabkan terjadinya iskemia dan nekrosis jaringan otot jantung (miokard). Akibat
dari iskemia, selain nekrosis, adalah gangguan kontraktilitas miokardium karena
proses hibernating dan stunning (setelah iskemia hilang), distritmia dan remodeling
ventrikel (perubahan bentuk, ukuran dan fungsi ventrikel). Sebagian pasien SKA tidak
mengalami koyak plak seperti diterangkan di atas. Mereka mengalami SKA karena
obstruksi dinamis akibat spasme lokal dari arteri koronaria epikardial (Angina
Prinzmetal). Penyempitan arteri koronaria, tanpa spasme maupun trombus, dapat
diakibatkan oleh progresi plak atau restenosis setelah Intervensi Koroner Perkutan
(IKP). Beberapa faktor ekstrinsik, seperti demam, anemia, tirotoksikosis, hipotensi,
takikardia, dapat menjadi pencetus terjadinya SKA pada pasien yang telah
mempunyai plak aterosklerosis.
Keluhan pasien dengan iskemia miokard dapat berupa nyeri dada yang tipikal
(angina tipikal) atau atipikal (angina ekuivalen). Keluhan angina tipikal berupa rasa
tertekan/berat daerah retrosternal, menjalar ke lengan kiri, leher, rahang, area
interskapular, bahu, atau epigastrium. Keluhan ini dapat berlangsung
intermiten/beberapa menit atau persisten (>20 menit). Keluhan angina tipikal sering
disertai keluhan penyerta seperti diaphoresis, mual/muntah, nyeri abdominal, sesak
napas, dan sinkop. Presentasi angina atipikal yang sering dijumpai antara lain nyeri di
daerah penjalaran angina tipikal, rasa gangguan pencernaan (indigestion), sesak napas
yang tidak dapat diterangkan, atau rasa lemah mendadak yang sulit diuraikan.
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengidentifikasi faktor pencetus iskemia,
komplikasi iskemia, penyakit penyerta dan menyingkirkan diagnosis banding.
Regurgitasi katup mitral akut, suara jantung tiga (S3), ronkhi basah halus dan
hipotensi hendaknya selalu diperiksa untuk mengidentifikasi komplikasi iskemia.
Ditemukannya tanda-tanda regurgitasi katup mitral akut, hipotensi, diaphoresis,
ronkhi basah halus atau edema paru meningkatkan kecurigaan terhadap SKA.
Pericardial friction rub karena perikarditis, kekuatan nadi tidak seimbang dan
regurgitasi katup aorta akibat diseksi aorta, pneumotoraks, nyeri pleuritik disertai
suara napas yang tidak seimbang perlu dipertimbangkan dalam memikirkan diagnosis
banding SKA.
Semua pasien dengan keluhan nyeri dada atau keluhan lain yang mengarah
kepada iskemia harus menjalani pemeriksaan EKG 12 sadapan sesegera mungkin
sesampainya di ruang gawat darurat. Sebagai tambahan, sadapan V3R dan V4R, serta
V7-V9 sebaiknya direkam pada semua pasien dengan perubahan EKG yang mengarah
kepada iskemia dinding inferior. Sementara itu, sadapan V7-V9 juga harus direkam
pada semua pasien angina yang mempunyai EKG awal nondiagnostik.
Sumber :
Dellonge, B. (n.d.). Nilai Normal Pemeriksaan Enzim Jantung. Retrieved Oktober 20,
2019, from http://www.academia.edu
A. Skenario
Seorang pasien laki-lakiusia 59 tahun dirawat di ICCU dengan keluhan nyeri dada
seperti ditindih benda berat, terasa panas dan sesak nafas. Pasien mengatakan bahwa
sebelumnya dirumah mengalami nyeri dada yang hebat sejak sehari yang lalu dan hilang
timbul serangan terakhir tadi pagi dan klien memutuskan untuk ke rumah sakit. Hasil
pemeriksaan fiisk didapatkan pembesaran vena jugularis 5+4cmH2O. Pengkajian paru
suara redup dikedua lapang paru dan Suara nafas ronkhi meningkat. TD : 150/90mmHg,
N : 109x/menit, S : 36,5°C, Capillary Refil < 3 Detik, RR:22x/Menit. Kulit pucat dan
keringat dingin.
B. Pengkajian
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 59 tahun
Satus : Menikah
Diagnosa Medik : AMI (Acut Myocard Infark)
C. Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan nyeri dada seperti ditindih benda berat, terasa panas, dan
sesak nafas.
G. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Kesadaaran pasien Tn.A baik atau composmentis
2. Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : 150/90 mmHg
Nadi : 109x/menit
Suhu : 36,5oC
Respirasi : 22x/menit
Capillary refil : <3 detik
3. Pemeriksaan persistem
a. Sistem persyarafan
Kesadaran pasien composmentis
b. System kardiovaskuler
Paru suara redup dikedua lapang paru dan suara nafas ronkhi meningkat.
Pembesaran vena jugularis 5+4cm H2O.
c. System integument
Kulit terlihat pucat dan keringat dingin
d. pemeriksaan EKG
Irama sinus, regular, HR 88 x/m, axis normal, gelombang P normal, lebar 0,12
detik tinggi 0,2 mv, selalu diikuti gelombang QRS, PR interval <0,12 Detik,
interval QRS 0,12 detik, ada ST Elevasi pada Elevasi pada lead V1-V4.
e. Pemeriksaan laboratorium
H. Analisis Data
Data Subyektif Data Obyektif
1. Pasien wanita berusia 32 tahun.
2. Pasien tidak sadar, , terpasang neck
collar, terintubasi dan menggunakan
dukungan ventilator.
3. Frekuensi nadi 112x/menit,
4. tekanan darah 90/60 mmHg,
5. capillary revil > 2 detik,
6. pernafasan 24x/menit,
7. suhu 37℃,
8. GCS E1V1M1,
9. Early warning score 10, pupil anisocoria.
10. Fraktur pada pelvis, humerus dan rahang
kiri dan tampak perdarahan aktif pada
pelvis dan hematoma besar pada area
hipogastric.
11. Hasil USG tidak menunjukkan adanya
cairan pada abdomen.
12. Resusitasi awal dilakukan dengan
memberikan 2 liter RL dan 3 paket RBC.
DATA FOKUS
DS :
Pasien mengatakan nyeri dada
seperti di tindih benda berat,
terasa panas. Sebelumnya
mengalami nyeri dada sejak
sehari yang lalu dan hilang
timbul
2. DO : Penurunan curah perubahan
Sesak napas jantung kontraktilitas
Hasil lab, hasil EKG jantung
Pembesaran vena jugularis
Kulit pucat
Tekanan darah meningkat
Ada suara ronkhi meningkat
DS : -
E:
− Ajarkan metode
farmakologi untuk
menurunkan nyeri
C:
− Kolaborasikan dengan tim
kesehatan lainnya untuk
memilih dan
mengimplimentasikan
tindakan penurunan nyeri
non farmakologi, sesuai
kebutuhan
2. Penurunan Setelah dilakukan asuhan Pengaturan Hemodinamik :
curah jantung keperawatan 2 x 24 jam Monitor dan
b.d perubahan keefektifan pompa jantung dokumentasikan tekanan
kontraktilitas (0400) pasien membaik nadi proporsional (yaitu
jantung dengan kriteria: tekann darah sistolik
Tekanan darah sistol dikurangi tekanan darah
(2-4) diastolic dibagi dengan
Tekanan darah tekanan darah sistolik,
diastole (2-4) sehingga menghasilkan
Dyspnea pada saat persentase yang
istirahat (2-4) porporsial)
Pucat (2-4) Arahkan pasien dan
keluarga mengenai
pemantauan hemodinamik
(misalnya obat-obatan,
terapi, tujuan peralatan)
Identifikasi adanya tanda
dan gejala peringatan dini
system hemodinamik yang
dikompromikan
(misalnya, dyspnea
penurunan kemampuan
untuk olahraga, ortopnea,
sangat kelelahan, pusing,
melamun, edema,
palpitasi, dyspnea
paroksismal nocturnal,
perubahan berat badan
tiba- tiba)
Monitor adanya tanda dan
gejala masalah status
volume (misalnya, distensi
vena, peningkatan tekanan
di vena jugularis interna
kanan, reflex vena
jugularis positif pada
abdomen, edema, asites,
crackles, dyspnea,
ortopnea, dyspnea
paroxysmal nocturnal)
Perawatan jantung :
secara rutin mengecek
pasien baik secara fisik
dan sikologis sesuai
dengan kebijakan tiap
agen/penyedia layanan.
Pastikan tingkat aktivitas
pasien yang tidak
membahayakan curah
jantung atau
memprovokasi serangan
jantung.
Evaluasi episode nyeri
dada (intensitas, lokasi,
radiasi, durasi, dan faktor
yang memicu serta
meringankan nyeri dada).
Catat tanda dan gejala
penurunan curah jantung.
Monitor EKG, adakah
perubahan sekmen ST,
sebagaimana mestinya.
Monitor distritmia
jantung, termasuk
gangguan ritme dan
konduksi jantung.
Intruksikan pasien tentang
pentingnya untuk segera
melaporkan bila
merasakan nyeri dada.
http://eprints.ums.ac.id/27738/3/4._BAB_I.pdf
https://doktersehat.com/infark-miokard/
https://docplayer.info/68226527-Karya-tulis-ilmiah-asuhan-keperawatan-pada-klien-
infark-miokard-akut-dengan-masalah-penurunan-curah-jantung-di-ruang-icu-rsud-ibnu-
sina-gresik.html
Dellonge, B. (n.d.). Nilai Normal Pemeriksaan Enzim Jantung. Retrieved Oktober 20,
2019, from http://www.academia.edu