Disusun oleh:
KELOMPOK III
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
METODOLOGI UNTUK PERANCANGAN PENGUJIAN RINCI SALDO
Dalam perancangan pengujian rinci saldo untuk piutang usaha auditor harus
mendapatkan hasil yang memuaskan atas delapan tujuan audit saldo, kedelapan tujuan umum
ini sama untuk semua akun, untuk akun piutang, tujuan audit saldo piutang usaha sebagai
berikut:
1. Piutang usaha dalam daftar umur piutang cocok dengan jumlah dalam master file yang
bersangkutan, dan penjumlahannya sudah benar dan cocok dengan saldo di buku besar.
(Kecocokan saldo).
2. Piutang yang tercantum dalam pembukuan sungguh-sungguh ada (Keberadaan).
3. Semua piutang yang ada telah dicatat dalam pembukuan (Kelengkapan).
4. Piutang usaha telah dicatat dengan akurat (Ketelitian).
5. Piutang usaha telah digolongkan dengan benar (Penggolongan).
6. Pisah batas piutang usaha ditetapkan dengan benar (Pisah-batas).
7. Piutang usaha dinyatakan sebesar nilai yang bisa direalisasi (Nilai bisa direalisasi).
8. Klien memiliki hak terhadap piutang usaha.
1
bawaan dan rencana pengumpulan bukti untuk piutang usaha. Sebagai conto, sebagai
akibat adanya penurunan kondisi perekonomian, auditor bisa menaikkan risiko bawaan
untuk nilai bersih bisa direalisasi piutang usaha.
2. Menetapkan kesalahan penyajian bisa ditoleransi dan risiko bawaan
Auditor pertama-tama menetapkan pertimbangan materialitas pendahuluan untuk
keseluruhan laporan keuangan, dan kemudian mengalokasikan jumlah pertimbangan
pendahuluan tersebut ke setiap akun neraca yang signifikan.
Auditor menetapkan risiko bawaan untuk setiap tujuan audit untuk suatu akun
seperti halnya piutang usaha, dengan mempertimbangkan risiko bisnis klien dan sifat
klien serta bidang usahanya. Auditor umumnya mengidentifikasi suatu risiko kecurangan
(fraud risk) tertentu untuk pengakuan pendapatan. Hal ini bisa mempengaruhi penetapan
risiko bawaan oleh auditor untuk tujuan: keberadaan, pisah batas penjualan, dan pisah
batas retur penjualan.
3. Menetapkan risiko pengendalian untuk siklus penjualan dan pengumpulan piutang.
Auditor biasanya menekankan tiga aspek pengendalian internal, yaitu:
a. Pengendalian untuk mencegah atau mendeteksi kesalahan dan kecurangan.
b. Pengendalian terhadap pisah batas (cutoff).
c. Pengendalian yang berkaitan dengan akun cadangan kerugian piutang.
Auditor harus menghubungkan risiko pengendalian untuk transaksi dengan tujuan
audit saldo dalam menetapkan risiko deteksi direncanakan dan bukti yang direncanakan
untuk pengujian detil saldo. Sebagian besar hubungan tersebut bersifat langsung,
ditunjukan gambar berikut.
Hubungan antara Tujuan Audit Transaksi untuk Penjualan dan Pengumpulan Piutang
dengan Tujuan Audit Saldo untuk Piutang Usaha
2
Sebagai contoh, misalkan auditor menyimpulkan bahwa risiko pengendalian untuk
transaksi penjualan dan penerimaan kas adalah rendah untuk tujuan audit transaksi –
Ketelitian. Selanjutnya auditor dapat menyimpulkan bahwa pengendalian untuk tujuan audit
saldo – Ketelitian untuk piutang usaha akan efektif karena transaksi yang mempengaruhi
piutang usaha hanya penjualan dan penerimaan kas.
Ada dua aspek hubungan dalam gambar diatas yang mendapat perhatian khusus:
1. Untuk penjualan, tujuan audit transaksi – keterjadian mempengaruhi tujuan audit saldo –
keberadaan. Namun untuk penerimaan kas, tujuan audit transaksi – keterjadian
mempengaruhi tujuan audit saldo – kelengkapan. Hubungan serupa terjadi untuk tujuan
audit transaksi – kelengkapan. Alasan terjadinya kesimpulan ini karena kenaikan dalam
penjualan otomatis akan menyebabkan kenaikan piutang usaha; tetapi kenaikan dalam
penerimaan kas akan mengurangi piutang usaha. Sebagai contoh: Mencatat suatu
penerimaan yang tidak terjadi melanggar tujuan audit transaksi – keterjadian, tetapi hal
itu juga melanggar tujuan audit saldo – kelengkapan untuk piutang usaha karena piutang
yang masih ada tidak diikutsertakan dalam catatan.
2. Tujuan audit saldo – nilai bersih bisa direalisasi dan hak demikian pula tujuan audit
penyajian dan pengungkapan, tidak berpengaruh oleh penetapan risiko pengendalian
untuk golongan transaksi.
4. Merancang dan melaksanakan pengujian pengendalian dan substantif transaksi
Hasil pengujian pengendalian menentukan apakah penetapan risiko pengendalian
untuk penjualan dan pengumpulan piutang harus direvisi atau tidak. Auditor
menggunakan hasil pengujian substantif transaksi untuk menentukan seberapa besar
risiko deteksi untuk memenuhi setiap tujuan audit saldo piutang usaha.
5. Merancang dan melaksanakan prosedur analitis
Auditor melakukan prosedur analitis untuk keseluruhan siklus penjualan dan
pengumpulan piutang, tidak hanya piutang usaha. Hal ini penting karena adanya
hubungan erat antara akun-akun laba-rugi dengan akun-akun neraca. Apabila auditor
mengidentifikasi adanya kemungkinan kesalahan penyajian dalam penjualan atau retur
penjualan dengan menggunakan prosedur analitis, kemungkinan kesalahan penyajian
piutang usaha akan terkurangi. Tabel berikut menyajikan contoh rasio-rasio dan
perbandingan untuk siklus penjualan dan pengumpulan piutang dan kesalahan penyajian
yang mungkin bisa diungkap melalui penggunaan prosedur analitis.
3
Prosedur Analitis Kemungkinan Kesalahan Penyajian
Perbandingan persentase laba kotor dengan Lebih saji atau kurang saji penjualan dan
tahun lalu (per jenis produk) piutang usaha
Perbandingan saldo-saldo individual Kesalahan penyajian piutang usaha dan
pelanggan dengan tahun yang lalu akun laba-rugi yang bersangkutan
Perbandingan beban kerugian piutang Ada piutang usaha yang sudah tidak dapat
sebagai persentase dari penjualan kotor ditagih tetapi tidak dicadangkan
dengan tahun lalu
Perbandingan cadangan kerugian piutang Lebih saji atau kurang saji cadangan
sebagai persentase dari piutang usaha kerugian piutang dan beban kerugian
dengan tahun sebelumnya piutang
Selain menggunakan prosedur analitis seperti tercantum dalam Tabel diatas, auditor
juga harus mereview piutang usaha yang bersaldo besar dan jumlahnya tidak biasa, akun
piutang yang sudah lama tidak dilunasi, piutang kepada perusahaan afiliasi, piutang
kepada direksi dan staf perusahaan, serta piutang bersaldo kredit. Gambaran penggunaan
prosedur analitis dalam tahap pengujian detil saldo dan prosedur analitis substantif sebagai
berikut.
4
*) Hanya berdasar saldo piutang akhir tahun. Komentar: Cadangan yang ditetapkan atas dasar
suatu persentase dari piutang usaha telah menurun dari 6,4% menjadi 6,1%. Jumlah hari
piutang dan kondisi ekonomi tidak mendukung perubahan ini. Kesalahan penyajian potensial
berkisar Rp60.000 (Rp20.197.000 x (0,064 – 0,061).
Risiko deteksi direncanakan untuk setiap tujuan audit saldo piutang usaha nampak
pada baris pertama kolom diatas. Ini merupakan keputusan subyektif tentang setiap
faktor yang tercantum di atas baris tersebut. Tugas untuk memadukan faktor-faktor yang
menentukan risiko deteksi direncanakan cukup kompleks karena pengukur setiap faktor
tidak bisa dipresisi dan bobo yang diberikan pada setiap faktor sangat subyektif.
Sebaliknya, hubungan antara setiap faktor dan risiko deteksi direncanakan ditetapkan
dengan baik. Sebagai contoh, auditor mengetahui bahwa risiko bawaan atau risiko
pengendalian yang tinggi menurunkan risiko deteksi direncanakan dan menaikkan
pengujian substantif direncanakan.
Baris paling bawah menunjukkan bukti audit direncanakan untuk pengujian rinci
saldo piutang usaha per tujuan. Jumlah bukti audit direncanakan berkebalikan dengan
risiko deteksi direncanakan. Setelah bukti audit direncanakan ditentukan apakah tinggi,
medium, atau rendah, selanjutnya auditor harus memutuskan prosedur audit, ukuran
sampel, unsur yang dipilih, dan saat yang tepat.
5
PERANCANGAN PENGUJIAN RINCI SALDO
Untuk pembahasan pengujian rinci saldo atas piutang usaha, kita kan fokus pada
tujuan-tujuan audit saldo. Kita juga mengasumsikan dua hal:
1. Auditor telah menyelesaikan kerta kerja perencanaan bukti
2. Auditor telah menetapkan risiko deteksi direncanakan untuk pengujian rinci untuk
setiap tujuan audit.
Kecocokan Saldo dalam Catatan
Sebagian besar pengujian atas akun piutang usaha dan akun cadangan kerugian piutang
akan didasarkan pada daftar umur piutang. Daftar umur piutang adalah suatu daftar yang
berisi saldo-saldo setiap akun yang terdapat dalam master file piutang usaha per tanggal
neraca. Saldo dalam daftar umur piutang akan dicocokan dengan piutang usaha yang terdapat
dalam neraca saldo.
6
PENGGOLONGAN – PIUTANG USAHA
Pada umumnya auditor dapat mengevaluasi penggolongan piutang dengan mudah.
Dengan cara review daftar umur piutang dapat diketahui ada tidaknya piutang kepada
perusahaan afiliasi, piutang kepada pejabat dan staf perusahaan ataupun piutang kepada
pihak-pihak berelasi yang material
7
2. Piutang tak tertagih yang telah dihapus telah diperiksa sebagai bagian dari pengujian
substantif transaksi
3. Saldo akhir dalam akun cadangan telah diperiksa dengan berbeagai cara
8
SA lainnya mengakui pentingnya konfirmasi eksternal sebagai bukti audit, sebagai
contoh :
1. SA 330 paragraf 5-6 mensyaratkan auditor untuk memperoleh bukti audit yang lebih
meyakinkan dengan makin tingginya tingkat risiko yang ditentukan oleh auditor. Untuk
melakukan ini, auditor dapat meningkatkan kuantitas bukti atau memperoleh bukti audit
yang lebih relevan atau andal atau keduanya
JENIS-JENIS KONFIRMASI
Konfirmasi Positif
Konfirmasi positif adalah suatu permintaan konfirmasi kepada pihak ketiga untuk
merespons secara langsung kepada auditor yang menunjukkan apakah pihak yang
dikonfirmasi setuju atau tidak setuju dengan informasi yang terdapat pada permintaan
konfirmasi atau menyediakan informasi yang diterima (SA 505.6b)
Konfirmasi bentuk kosong adalah sejenis konfirmasi positif tetapi konfirmasi tersebut
tidak menyebutkan jumlah rupiah melainkan meminta si penerima untuk menyebutkan
jumlah saldo atau menyampaikan informasi lainnya
Konfirmasi faktur adalah jenis lain dari konfirmasi positif yang hanya minta
konfirmasi atas suatu faktur tertentu, tidak mengenai saldo piutang secara keseluruhan.
Banyak pelanggan menggunakan sistem voucher sehingga memungkinkan mereka untuk
memberi jawaban tentang faktur tertentu, bukan informasi tentang saldo
Konfirmasi Negatif
Konfirmasi negatif adalah permintaan konfirmasi kepada pihak ketiga untuk
merespons secara langsung kepada auditor hanya jika pihak yang dikonfirmasi tidak setuju
dengan informasi yang terdapat dalam permintaan konfirmasi
Dibandingkan dengan konfirmasi negatif, konfirmasi positif lebih bisa dipercaya
karena auditor bisa melakukan prosedur tindak lanjut apabila jawaban dari debitur tidak
diterima. Dalam hal konfirmasi negatif, apabila tidak diterima jawaban dianggap bahwa apa
yang tercantum dalam konfirmasi sudah benar, meskipun mungkin saja sebenarnya debitur
tidak acuh atas konfirmasi tersebut
9
Standar auditing menyatakan bahwa konfirmasi negatif bisa digunakan untuk
mengurangi risiko audit ke tingkat yang dapat diterima jika :
1. Gabungan tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian taksiran adalah rendah
2. Sebagian besar akun bersaldo kecil
3. Auditor tidak yakin bahwa penerima permintaan konfirmasi akan mempertimbangkan
permintaan tersebut
Sedangkan konfirmasi tidak tepat digunakan dalam keadaan sebagai berikut :
1. Auditor memandang konfirmasi tidak akan menjadi bukti yang efektif karena tingkat
jawaban diperkirakan tidak akan cukup atau tidak bisa dipercaya
2. Tingkat risiko bawaan ditambah dengan risiko pengendalian adalah rendah dan bukti
substantif lain bisa dikumpulkan untuk memperoleh bukti yang cukup
10
berjumlah rupiah besar dan telah lewat waktu karena akun yang demikian berpotensi
termasuk dalam kesalahan penyajian.
ANALISIS SELISIH
Apabila konfirmasi dikembalikan oleh debitur, auditor harus menentukan apa yang
menyebabkan terjadinya selisih (jika ada). Perbedaan sering disebabkan karena perbedaan
waktu pencatatan klien dengan debiturnya.
11
Perbedaan catatan klien dengan debitur seringkali timbul apabila debitur telah
melakukan pembayaran sebelum tanggal konfirmasi, tetapi klien belum menerima
pembayaran tersebut sampai tanggal konfirmasi.
MENARIK KESIMPULAN
Setiap kesalahan penyajian yang dilakukan oleh klien harus dianalisis untuk
menentukan apakah hal itu konsisten atau tidak dengan tingkat risiko pengendalian yang
ditetapkan semula. Generalisasi dari sampel ke populasi keseluruhan juga perlu dilakukan.
Keputusan akhir tentang piutang usaha dan penjualan adalah apakah bukti kompeten yang
cukup telah diperoleh melalui pengujian pengendalian dan substantif transaksi, prosedur
analitis, pisah batas, konfirmasi, dan pengujian substantif lain untuk penarikan kesimpulan.
Program Audit untuk Pengujian Rinci Saldo Siklus Penjualan dan Pengumpulan
Piutang
1. Review daftar umur piutang, perhatikan kemungkinan adanya piutang bersaldo besar dan
tidak biasa.
2. Lakukan prosedur analitis dan lakukan tindak lanjut atas setiap perubahandari tahun lalu
yang signifikan.
3. Review piutang yang tercantum dalam daftar umur piutang, perhatikan kemungkinan
adanya piutang wesel dan piutang kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa.
4. Tanyakan kepada manajemen apakah dalam daftar umur piutang terdapat piutang kepada
pihak yang mempunyai hubungan istimewa, piutang wesel, atau piutang berjangka
panjang.
12
5. Review notulen rapat dewan komisaris dan tanyakan kepada manajemen apakah ada
piutang yang digadaikan, dialihkan, atau dijual.
6. Telusuri 10 akun dari daftar umur piutang ke akun piutang dalam master file untuk
memeriksa kebenaran saldo dan penentuan umurnya.
7. Periksa kebenaran jumlah vertikal dalam kolom-kolom rupiah dalam daftar umur piutang
dan jumlahkan seluruh halaman.
8. Telusuri saldo ke buku besar.
9. Telusuri 5 akun dari master file piutang ke daftar umur piutang.
10. Konfirmasi piutang usaha, gunakan konfirmasi positif.
11. Lakukan prosedur alternatif untuk debitur yang tidak menjawab konfirmasi setelah
dikirimi konfirmasi kedua kalinya.
12. Diskusikan dengan manajer kredit kemungkinan bisa ditagihnya piutang-piutang yang
telah lama tak tertagih. Periksa penerimaan kas, kemudian evaluasi kolektibilitas piutang.
13. Evaluasi apakah cadangan mencukupi setelah dilakukan prosedur audit lain tentang
kolektibilitas piutang.
14. Pilih 20 transaksi penjualan terakhir dari jurnal penjualan tahun ini dan 20 transaksi
penjualan pertama dari tahun berikutnya dan telusuri setiap ayat jurnal tersebut ke bukti
pengiriman barang, periksa tanggal pengiriman sesungguhnya, dan kebenaran
jumlahnya.
15. Periksa retur penjualan berjumlah besar sebelum dan sesudah tanggal neraca untuk
menentukan bahwa retur telah dicatat pada periode yang benar.
DAFTAR PUSTAKA
Jusup, Al Haryono. 2014. Auditing (Pengauditan Berbasis ISA). Yogyakarta: Sekolah Tinggi
Ilmu Manajemen YKPN
13