MAKALAH FITOKIM KEL 9 Fix
MAKALAH FITOKIM KEL 9 Fix
DisusunOleh:
Dinda Rosalinda
Maftuhah
Rio Haromansyah
RisyaRismayanti
YAYASAN HAZANAH
BANDUNG
2019
BAB I
PEDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Kencur (Kaempferiagalanga L.) adalah tanaman Keluarga
Zingiberaceae. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa kencur
dapat mengurangi peradangan karena flavonoid kaempferol yang
terkandung dalam kencur memiliki aktivitas anti-inflamasi.
Dioptimalkan penggunaan rimpang kencur, penelitian dilakukan pada
plester anti-inflamasi yang mengandung ekstrak rimpang kencur dan
efektivitasnya untuk mengobati peradangan. Penelitian dilakukan
melalui tahapan pembuatan ekstrak rimpang kencur rimpang dan
efektivitas uji plesteranti inflamasi pada inflamasi akut. Berdasarkan
penelitian ini, ekstrak rimpang kencur dapat diproduksi sebagai plester.
Ada 5 kelompok hewan uji menggunakan tikus putih jantang alur
Wistar yang diinduksi oleh karaginan untuk uji inflamasi akut. Hasilnya
ditunjukkan oleh ANOVA satu arah (analisisvarian) dengan tingkat
kepercayaan 95%, adaperbedaan yang signifikan antara kelompok uji
dan kelompok control negative berdasarkan dosis variasi untuk uji
inflamasi. Ekstrak etanol rimpang Kencur dapat digunakan sebagai
plesteranti inflamasi untuk mengurangi peradangan pada tikus.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah kencur dapat dibuat sebagai plester anti-inflamasi ?
2. Bagaimana cara pembuatan plester anti-inflamasi ?
1.3 Tujuan
Untuk mengatahui bahwa kencur dapat mengurangi peradangan atau
anti-inflam
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
Obat plester adalah sediaan obat yang fleksibel yang mengandung satu atau
lebih zat aktif. Plester obat dirancang untuk mempertahankan agen aktif dalam kontak
langsung dengan kulit dan dapat diserap perlahan-lahan, atau sebagai bahan
ceratolytic (pelindung).
Plester antiinflamasi dibuat dalam 5 jenis plester, yaitu:
1. Plester yang bantalan luka diresapi dengan 60% etanol dan satu tetes gliserol
(kontrol negatif).
2. Plester yang bantalan luka diresapi dengan etanol 60% dan gel topikal
diklofenak (kontrol positif)
3. Plester yang bantalan luka diresapi dengan ekstrak kencur dosis 18 mg / Kg
BW (tes I) 4
4. Plester yang bantalan luka diresapi dengan ekstrak kencur dosis 36 mg / Kg
BB (tes II)
5. Plester yang bantalan luka diresapi dengan ekstrak kencur dosis 45 mg / Kg
BB (tes III).
Etanol 60% digunakan sebagai pelarut selain itu juga berfungsi sebagai
pengawet dan penstabil dan juga dapat melarutkan ekstrak berdasarkan hasil uji dari
ekstrak larut air dan ekstrak yang larut dalam konsentrasi etanol. Jumlah ekstrak air
diresapi kedalam bantalan luka adalah 0,5 mL. Itu jumlah yang dapat diserap
sepenuhnya oleh bantalan luka. Bantalan luka dibuat panjang persegi dengan tiap sisi
1 cm. Ukuran ini disesuaikan dengan kaki tikus yang diinduksi oleh karagenan.
Tikus kaki sebelum diinduksi karagenan diukur dengan menggunakan pletis
mometer. Setelah diperoleh V0, kaki tikus diberikaragenan diinduksi sebanyak 0,1
mL untuk menyebabkan edema. Karagenan digunakan karena mampu melepaskan
prostaglandin setelah disuntikkan kehewan uji. Setelah 30 menit diinduksi karagenan,
kaki tikus diukur volumenyakemudiandiberiplester. Pengukuran volume kaki
tikussetelah kaki diberiplestersetiap 30 menitselama 2 jam. Dari tigadosis yang
diberikan, dosis 45 mg / Kg BB yang memberikanefek anti-inflamasi yang paling
baik, volume menurunsesudah 30 menit, Persentasepenghambatandosis 45 mg / Kg
BB paling besardibandingkandenganpersentasepenghambatankelompokujidosis 18
mg / Kg BB dan 36 mg / Kg BB ( Tab. 2). Setelah tes menggunakan ANOVA satu
arah statistik, itu adalah signifikan dosis variasi dengan tingkat kepercayaan 95%.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian, kencur ( Kaempferiagalanga L.) ekstrak
rimpang etanol dapat dibuat sebagai plester anti-inflamasi. Sebuah dosis 45
mg / Kg BB tikus kencur ( Kaempferiagalanga L.) ekstrak rimpang etanol
memberikan efek anti-inflamasi yang paling baik.