PH : 7,35 – 7,45
PCO2 : 35 – 45
H3C03 : 23 – 28
RESPITATORI METABOLIK
BASAH + BASAH
CARA BACA AGD :
saya akan mencoba menjelaskan kembali tentang apa sih yang dimaksud dengan EKG normal dan
macam-macam irama jantung yang sumber pacemakernya berasal dari SA node. Ada beberapa nama
irama jantung yang dominan pacemekernya berasal SA node, dan anda harus mengenal dan memahami
gambaran EKG yang menggambarkan irama jantung dengan pacemaker berasal dari SA node. Inilah
nama-nama gambaran EKG atau irama jantung yang sumber pacemakernya berasal dari SA node adalah
sebagai berikut :
1. Normal Sinus Rhytm
2. Sinus Bradikardia
3. Sinus Takikardia
Anda masih ingat bahwa ada 3 sumber pusat pacemaker alami yang dimiliki oleh jantung kita yaitu
berasal dari SA node, AV node, Furkinje fiber. Ketiga sumber pacemaker alami jantung tersebut akan
merefleksikan gambaran EKG yang satu sama lain akan berbeda. Untuk itu kita harus benar-benar
memahami dan mengerti dalam mengidentifikasi dominan sumber pacemaker pada gambaran sebuah
EKG.
Salah satu kriteria normal EKG adalah sumber pacemakernya berasal dari SA node, maka dari itu anda
tidak boleh ragu untuk memutuskan dalam menyimpulkan hasil analisa/interpretasi EKG untuk
mengatakan aritmia/disritmia jika sumber pacemaker berasal selain dari SA node.
Jadi keempat irama jantung diatas yang berasal dari SA node adalah normal EKG abu ?? Jawabnya tidak
!! Kita hanya bisa mengatakan Normal Sinus Rhytm sebagai parameter normal EKG.
Sedangkan ketiga nama lainya bisa normal dan tidak normal karena ketiga nama tersebut merefleksikan
gambaran EKG akibat pengaruh atau reaksi/respon dari tubuh kita. Untuk itu saya akan menjelaskan satu
persatu gambaran EKG yang sumber pacemakernya berasal dari SA node.
2. SINUS BRADIKARDIA
Yang membedakan antara sinus bradikardi dengan normal sinus rhytm adalah Frekfensi
jantungnya.
Pada sinus bradikardia frekfensi jantungya kurang dari 60 x/menit, sedangkan ciri yang lainya
persis sama dengan normal sinus rhytm.
Seringkali kita menemukan pasien dengan frekfensi jantung yang kurang dari 60 x/menit dan
bahkan kurang dari 50 x/menit tanpa ada keluhan yang berarti, ini biasanya kita temukan pada
jantung olah ragawan atau orang yang melakukan kegiatan olah raga yang teratur seperti para atlit.
Jadi siapapun orangnya yang melakukan olah raga secara teratur dan benar, akan didapatkan
frekfensi jantung yang kurang dari 60 atau bahkan kurang dari 50 x/menit tanpa adanya keluhan.
Frekfensi jantung yang kurang dari 60 x/menit juga bisa disebabkan oleh beberapa penyebab seperti
obat-obatan (digoxin, beta blockers, calcium channel blockers) dan biasanya terjadi setelah pasca
serangan jantung dan stroke. Jadi kita hanya melakukan intervensi pada pasien dengan frekfensi
jantung yang kurang dari 60 x/menit apabila si pasien mengalami gejala-gejala yang menganggu
haemodinaik pasien.
Untuk itu kita tidak boleh memutuskan hasil analisa EKG hanya dengan melihat EKG saja tanpa
mempertimbangkan keadaan klinis pasien maupun riwayat kesehatan pasien.
Ingat !!! jangan obati EKG tapi obati klinis pasiennya.
3. SINUS TAKIKARDIA
Seperti halnya dengan sinus bradikardia, hanya satu yang membedakan antara sinus takikardia
dengan normal sinus rhytm yaitu frekfensi jantungnya.
Pada sinus takikardia, frekfensi jantungnya lebih dari 100 x/menit. Ada batas atasnya abu? Saya
tidak mengatakan ada atau tidak adanya batasan atas (upper limit) untuk sinus takikardia, semuanya
kita jawab pada prakteknya nanti. Kalau kita batasi upper limitnya seperti yang tertulis pada buku-
buku EKG dengan batasan antara 100 – 150 x/menit, saya akan balik tanya dengan beberapa
pertanyaan. Apakah anda akan masih mengatakan sinus takikardi jika menemukan frekfensi
jantung lebih dari 100 x/menit dan kurang dari 150 x/menit, walaupun morfologi gelombang P nya
tidak sama dari beat to beat? Anda yakin gelombang Pnya berasal dari SA node??
Peningkatan frekfensi jantung pada pasien dengan sinus takikardia biasanya terjadi oleh adanya
respon fisiologi dari tubuh terhadap suatu keadaan yang menggangu hemostasis tubuh. Dari sekian
banyak penyebab frekfensi jantung melebihi 100 x/menit pada kasus sinus takikardia, kita
mengenal beberapa keadaan yang harus kita tahu seperti :
– Keadaan normal respon : sehabis melakukan aktivitas, kesakitan, demam, stress dan cemas.
– Hypovolemik
– Anemia
– Obat-obatan
– Gagal jantung
– Perdarahan
– Emboli pulmonal dan Distress pernapasan
– Sepsis
– Perikarditis
– Dll
Jadi kita tidak boleh serta merta melakukan intervensi untuk menurunkan frekfensi jantungnya.
4. SINUS ARITMIA
Untuk membedakan sinus aritmia dengan normal sinus rhytm dan sinus bradikardia adalah pada
sinus aritmia iramanya tidak teratur yang disebabkan oleh pengaruh pernapasan, baik inspirasi
maupun ekspirasi.
Biasanya kita akan menemukan pada anak ABG atau anak-anak yang masih muda.
Diskusi Jawaban Latihan EKG 12 Lead No.1-10
Membaca EKG 12 lead tidaklah semudah seperti membaca EKG strip, karena kita menghadapi 12
lead atau 12 sandapan yang merekam aktivitas listrik jantung dari tempat, arah dan sudut yang
berbeda. Dan sudah pasti bentuk gelombang atau morfologi gelombang EKG akan berbeda antara
lead yang satu dengan lead lainnya. Sedangkan EKG strip merupakan bagian dari salah satu lead
sebuah EKG 12 lead, bisa dari bipolar lead atau unipolar lead.
Saya sarankan untuk membaca lagi blog kursus ekg yang telah saya publiskan lebih awal dengan
sabar dan jangan tergesah-gesah sebelum anda mengikuti diskusi ini.Seperti halnya dengan ekg
strip, untuk membaca EKG 12 lead harus mempunyai langkah dasar yang menuntun kita saat
membaca atau menginterpretasi sebuah EKG 12 lead sehingga kita tidak hanyut dalam kebingungan
dan anda akan yakin dengan hasil analisa EKG 12 lead anda.
Dibawah ini adalah langkah-langkah dasar yang harus anda lakukan secara berurutan dan secara
umum langkah-langkah ini sudah saya jelaskan dikursus ekg bagian 5.
1. Pastikan kalau EKG 12 lead yang kita baca direkam dengan kecepatan 25mm/detik dan voltase
1mV.
2. Identifikasi gel P & dominan pacemaker berasal
Silahkan anda cari di lead mana saja, yang penting anda sudah menemukan gel P.
Pada EKG normal biasanya gel P akan jelas terlihat di lead II, dan harus
mempunyai bentuk yang sama, jarak antara PP interval harus sama, dan selalu berbanding 1 : 1
dengan komplek QRS atau dengan kata lain gel P harus selalu diikuti komplek QRS.
Jadi anda tidak perlu pusing memikirkan bentuk gel P di lead yang lain.
1. Tentukan aksis jantung.
Dengan mengetahui lebih awal aksis jantung, kita bisa mengidentifikasi dan
memperkirakan arah depolarisasi yang meyebabkan bentuk atau morfologi komplek QRS yang
berbeda disetiap lead.
4. Identifikasi iramanya (teratur atau tidak).
5. Hitung frekfensi jantungnya
6. Identifikasi semua morfologi gelombang EKG.
Bagi pemula sebaiknya lakukan dengan mengamati dan menghitung semua gel.
Atau cukup anda perhatikan dan amati bentuk gelombang yang tampak abnormal
Gel P = anda sudah lakukan di langkah kedua
Q = anda amati ada atau tidaknya gel Q pada lead (I,II,III,aVL, aVF,V1,V6,
karena akan mempunyai nilai diagnosa.
R = adakah gel R yang tingginya melebihi 15 mm, karena akan mempunyai nilai
diagnosa.
S = gel S akan mempunyai nilai diagnosa V1,V6,dan lateral lead (I,aVL)
T = Amati di setiap lead kecuali aVR
PR & QT interval = dilangkah nomor dua, anda sudah menemukan gel P yang jelas.
Disitulah anda mengitung panjang PR interval juga QT interval
ST segmen = anda harus amati di setiap lead.
QRS komplek = anda cukup tentukan lebarnya normal atau tidak.
1. Amati konfigurasi komplek QRS di precordial lead.
Tinggi gel R dari V1 menuju V6 akan bertambah secara progressive.
Dalamnya gel S dari V1 menuju V6 akan berkurang secara progresive.
2. Cocokan temuan anda dengan kriteria pembesaran jantung, kriteria gangguan keseimbangan
elektrolit, kriteria heart blok dan lain-lain.9. Kesimpulan
Saya ingatkan kembali untuk terus berlatih menginterpretasi EKG, sehingga anda akan terbiasa dan
sensitip terhadap berbagai macam perubahan morfologi gelombang EKG yang secara teori menurut
anda mungkin abnormal, akan tetapi sebenarnya itu adalah perubahan-perubahan atau variasi-
variasi bentuk normal dalam ilmu ekg yang nanti anda temukan. Inilah yang mungkin
membingungkan anda untuk menentukan diagnosis yang tepat. Untuk itu, jangan patah semangat
dan terus berlatih……
Dibawah ini contoh EKG 12 lead yang akan saya diskusikan dan semuanya direkam dengan
standarisasi internasional yaitu kecepatan 25 mm/detik dan voltase 1mV.
1. Identifikasi gel P
Tampak jelas gel P di lead I, II, aVR. Gel P di II defleksi positip, defleksi negatif di aVR, dan
setiap 1 gel P diikuti 1 komplek QRS. Adanya gel P menandakan pacemaker berasal dari SA node
—-> normal
2. Tentukan aksis jantung.
3. Dari semua bipolar lead, hanya lead I yang mempunyai voltase paling tinggi. Jadi aksis jantung
mengarah ke lead I yang kurang lebih O derajat, setiap lead yang dijauhi arah aksis jantung akan
menghasilkan arah defleksi berlawanan dengan lead yang dituju aksis jantung. Seperti lead III &
aVF akan menghasilkan arah defleksi dominan negatif—–>normal
Tentukan irama
4. Irama teratur—-> normal
Frekfensi jantung kurang lebih 70x/menit —-> normal
5. Morfologi Gelombang
Lihat gel T di lead III negatif, di lead aVF pendek/kecil —-> normal
6. Setiap lead yang mempunyai tinggi gel R kurang dari 5 mm biasanya akan memiliki gel T negatif,
datar, atau pendek.
7. Konfigurasi komplek QRS —-> normal
8. Tidak ditemukan adanya kelainan atau abnormal dalam ekg ini.
9. Kesimpulan : NORMAL SINUS RHYTM
1. Identifikasi gel P
Tampak jelas sekali adanya gel P dan selalu diikuti komplek QRS —-normal
2. Dominan pacemaker berasal dari SA node—-> normal pacemaker
3. Tentukan aksis jantung
Lead II, III, aVF mempunyai voltase yang paling tinggi , menunjukan aksis antara 60-90 derajat.
Lead aVL lebih banyak dijauhi oleh aksis jantung dari pada lead I, sehingga defleksi negatif di
lead aVL akan dominan.—-> normal
4. Tentukan irama
Anda perhatikan dengan jeli kalau panjang antara RR interval tidaklah sama —tidak teratur
5. Karena tidak ada lead panjang, anda boleh menggunakan RR intervaal atau cara lain.
Frekfensi jantungnya kurang lebih 65 x/menit —-normal
6. Morfologi Gelombang
Anda bisa lihat T negatif di lead V1, V2, V3 dan Gel R yang tinggi V5, V6, II, III
7. Konfigurasi komplek QRS masih normal
Disinilah pengalaman yang akan menentukan kasus ini. Secara teori data yang kita dapat
menandakan adanya Hipertropi ventrikel kiri dengan penjumlahan (gel R di V5/V6 + gel S di
V1/V2 > 35 mm) dan besar kemungkinan juga adanya iskemia di anterior lead (v1,v2,v3). Saya
tidak menyalahkan anda jika hasil analisa anda seperti itu. Tapi perlu anda tahu bahwa untuk
hipertropi, BBB biasanya akan selalu di ikuti dengan adanya “strain pattern” yaitu repolarisasi
yang abnormal. Dan hipertropi ventrikel kiri akan menghasilkan aksis ke kiri atau LAD (left
aksis deviation). Untuk T inverted di lead V1,2,3 tergantung klinis pasien, tapi kalau secara klinis
tidak ditemukan tanda-tanda iskemia berarti keadaan ini adalah masih dalam batas normal.
8. Kesimpulan : SINUS ARHYTMIA dengan voltase yang tinggi di ventrikel kiri + T
inverted merupakan masih dalam batas normal.
Gambar EKG (elektrokardiografi) 12 lead No. 3
1. Identifikasi gel P
Tampak jelas sekali gel P dengan defleksi positip di lead II dan negatif di lead aVR, satu gel P
diikuti 1 komplek QRS —-> normal
Adanya normal gel P menunjukan pacemaker berasal dari SA node —–> normal pacemaker2.
Tentukan aksis jantung
Aksis jantung mengarah ke arah lead II, III, aVF kurang lebih 60 derajat —> normal aksis
2. Tentukan irama
Jarak RR interval tampak sama, tapi kalau anda hitung dengan teliti RR interval tidaklah sama —
-> irama tidak teratur
3. Frekfensi jantung
Frekfensi jantung kurang lebih 60 x/menit
4. Morfologi gelombang
Pada ekg ini tampak sekali ST segmen elevasi di lead I, II, aVF, V2 s/d V6 dan gelombang R
yang melebihi 15 mm di lead V5/V6. Gel S juga yang dalam di lead V2
5. Konfigurasi komplek QRS di precordial lead
Adanya gel R kecil di V1 yang tingginya semakin bertambah, begitupun gel S yang dalamnya
semakin memendek —–> normal
6. Anda hanya menemukan irama yang tidak teratur, bila kita jumlahkan gel R di V5/6 + gel S di
V1/V2 > 35 mm dan gel R yang tingginya > 25mm tapi tidak adanya strain pattern sehingga tidak
kuat untuk mengatakan adanya LVH. Adanya ST segmen yang tampak seperti elevasi di lead
yang saya sebutkan di atas sebenarnya masih dalam normal variant yang sering kita temukan pada
anak muda.
7. Kesimpulan : SINUS ARRHYTMIA DENGAN ADANYA EARLY REPOLARIZATION
1. Identifikasi gel P
Tampak jelas sekali gel P di semua lead dengan bentuk yang runcing. Setiap gel P diikutidengan
komplek QRS. Biarpun gambaran gel P hampir di semua lead berbentuk runcing, tetap kita
katakan kalau gel P pada EKG ini berasal dari SA node.
2. Tentukan aksis jantung
Banyak cara untuk menentukan aksis jantung, anda lihat di lead I & aVR dengan morfologi
komplek QRS bifasik (setengah positip dan setengah negatif). Aksis jantungnya tegak lurus
dengan kedua lead tersebut, yaitu lead aVF & III. Jadi aksis jantungnya antara 90 sampai 120
derajat —> Normal tapi cenderung ke kanan atau RAD
3. Tentukan irama
Saya rasa jelas sekali pada EKG ini iramanya teratur.
4. Frekfensi Jantung
Frekfensi jantungnya 100 x/menit
5. Morfologi gelombang
Gel R di lead V1 lebih besar dari gel S, ST strain pattern di V1-V3, ST segmen deperesi di
II,III,aVF,V4,V5,V6.
6. Konfigurasi komplek QRS di precordial lead
Diawali dengan gel R yang lebih tinggi dari gel S di V1 menandakan adanya pembesaran otot
ventrikel.
7. Gel P yang runcing, frekfensi jantung 100x/mnt, RAD, gel R yang lebih tinggi dari gel S, ST
strain pattern di V1,2,3 dan ST segmen depresi di II, III, aVF,V4, V5, V6
8. Kesimpulan : SINUS TAKIKARDI Dengan Adanya P Pulmonal dan Pembesaran Ventrikel
kanan/RVH dan Iskemia di Inferior lateral wall
1. Identifikasi gel P
Tidak ditemukan adanya gel P yang meyakinkan tapi komplek QRS tidak melebar atau masih
dalam batas normal. Ini menunjukan irama masih berasal dari atas ventrikel.
2. Tentukan aksis jantung.
Anda lihat di lead II mempunyai morfologi kompek QRS yang bifasik, jadi aksis jantungnya
tegak lurus dengan lead II adalah lead aVL atau negatif 30 atau LAD.
3. Tentukan irama jantung
Jarak yang berbeda antara RR interval menandakan irama tidak teratur.
4. Hitung frekfensi jantung
Karena tidak ada lead yang dibuat panjang, silahkan anda hitung dengan menggunakan RR
interval. Frekfensi jantungnya kurang lebih 90 x/menit.
5. Morfologi gelombang
Adanya gel S yang dalam di lead II, III, aVF dkarenakan aksis jantung menjauhi ketiga lead
tersebut. Gel R yang tinggi di lead V4,5,6, dan adanya ST strain pattern di lead I, aVL, V4,5,6.
6. Konfigurasi komplek QRS di precordial lead masih normal
7. Tidak adanya gel P, komplek QRS normal, irama tidak teratur, Gel R yang tinggi di lead V4,5,6
dengan ST strain pattern, LAD
8. Kesimpulan : ATRIAL FIBRILATION Dengan Normal Ventrikel Respon, Pembesan Otot
Jantung kiri
1. Identifikasi gel P
Tampak jelas gel P defleksi positip di lead II dan gel P defleksi negatif di lead aVR. Setiap gel P
bisa anda lihat selalu diikuti komplek QRS. Adanya gel P menunjukan pacemaker berasal dari
SA node —–> Normal
2. Tentukan aksis jantung.
Dominan defleksi positip di lead I dan lead aVF memastikan kalau aksis jantungnya dalam batas
normal.
3. Tentukan irama
Anda bisa lihat jarak PP atau RR interval antara beat yang satu dengan lainnya sama, ini
menandakan iramanya teratur.
4. Hitung Frekfensi jantung.
Saya percaya anda sudah tahu bagaimana cara menghitung frekfensi jantung. Pada ekg ini
frekfensi jantungnya kurang lebih 80 x/menit.
5. Identifikasi morfologi gelombang
Saya hanya manandai morfologi gelombang yang patut diperhatikan, tapi anda boleh melakukan
step step dasar yang telah saya sebutkan di atas. Tampak gel R di lead I yang tingginya lebih dari
15 mm, gel R di V4,5,6 yang tingginya lebih dari 25 mm, gel S yang dalam di V1,2 yang
melebihi 20 mm, ST strain pattern di lead I, aVL, V4, V5, V6. Tampak gel T inverted atau datar
atau kecil di lead II, III, aVF adalah variant normal. Perlu anda ketahui bahwa variant normal
adalah yang tampak abnormal tapi sebenarnya masih normal.
6. Konfigurasi komplek QRS di prekordial lead masih normal
7. Adanya gel R yang tingginya lebih dari normal di lead I, V4, V5, V6 yang diikuti ST pattern dan
penjumlahan gel R di lead V5/V6 + gel S di lead V1/V2 melebihi 35 mm mengarahkan ke
pembesaran otot ventrikel kiri, yang walaupun aksis jantungnya masih dalam batas normal.
8. Kesimpulan : SINUS RHYTM Dengan LVH (left ventrikel hypertropi)
Gambar EKG (elektrokardiografi) 12 lead No.7
1. Identifikasi gel P
Tampak jelas gel P defleksi positip di lead II, I,III, aVF dan gel P defleksi negatif di lead aVR. Setiap gel
P selalu diikuti komplek QRS, adanya gel P menunjukan pacemaker berasal dari SA node.
Anda lihat di lead I tampak komplek QRS dominan berdefleksi negatif dan komplek QRS di lead aVF
dominan berdefleksi positip, ini menunjukan kalau aksis jantungnya mengarah ke kanan atau RAD. Atau
anda bisa lihat lead bifasik ada di lead aVR, aksi jantung akan mengarah tegak lurus dengan lead befasik.
Jadi aksis jantungnya mengarah ke lead III 120 derajat, karena lead III tegak lurus dengan lead aVR.
3. Tentukan iramanya.
Anda bisa menghitungnya, pada EKG ini frekfensi jantungnya kurang lebih 80x/menit5. Identifikasi
morfologi gelombang
Anda lihat lead I dan aVL ditemukan morfologi komplek QRS dengan pola r kecil dan S besar.
Sedangkan di lead II, III, aVF dengan pola q kecil dan R besar. Di lead v1 tampak gel R yang tinggi yang
melebihi gel S, tampak juga ST strain pattern di lead V1 & V3.
6. Konfigurasi komplek QRS yang abnormal di mana gel R yang tinggi di V1 yang di ikuti ST strain
pattern menandakan adanya pembesaran ventrikel kanan atau RVH
7. Ditemukan RAD (aksis jantung 120 derajat), pola rS komplek QRS di lead I &aVL, pola qR komplek
QRS di lead II, III, aVF. Adanya juga gel R yang melebihi voltase gel S di V1.
8. Kesimpulan : SINUS RHYTM Dengan RVH dan LPHB (left posterior hemiblok)
Gambar EKG (elektrokardiografi) 12 lead No.8
1. Identifikasi gel P
Masih tampak jelas gel P defleksi positip di lead I, II, III dan gel P defleksi negatif di lead aVR. Setiap
gelombang P masih diikuti komplek QRS. Adanya gel P manandakan pacemaker masih berasal dari SA
node.
Komplek QRS dominan defleksi positip di lead I dan dominan defleksi negatif di lead aVF menunjukan
kalau aksi jantung mengarah ke kiri atau LAD.
3. Tentukan iramanya
Biarpun gambar EKGnya agak mengerikan, tapi jarak RR interval antara tiap beat adalah sama. Hal ini
manandakan iramanya teratur.
Saya percaya anda bisa cara menghitungnya. Pada EKG ini frekfensi jantungnya kurang lebih 75 x/menit.
Sekilas gambaran EKG ini tampak mengerikan, jangan panik…..ikuti langkah-langkah yang sudah saya
jelaskan diatas… Tampak dengan jelas komplek QRS yang melebar hampir di semua lead yang diikuti
dengan perubahan gel T. Amati dengan jeli di lateral lead (I,aVL, V5/V6) tidak ada gel q kecil. Lihat
juga tidak ada gel r kecil di V1. Gel Q di lead V1 dan V2 bukan karena infark, tapi dikarenakan adanya
blok bundle branch sebelah kiri.
6. Konfigurasi komlek QRS abnormal. Tidak adanya gel r kecil V1 menandakan adanya gangguan
konduksi.
7. Komplek QRS lebar di semua lead dengan perubahan gel T, aksis jantung ke kiri atau LAD, tidak ada
gel r kecil di V1, tidak ada juga gel q kecil di lead lateral (I, aVL, V5,V6).
Yang membedakannya adalah komplek QRS pada kasus ini masih dalam batas normal tapi terdapat
morfologi/bentuk M shave atau kuping kelinci.
Biarbagaimanapun akan saya jelaskan gambar ekg ini. Di lead V1 gel P diikuti komplek QRS yang lebar
dengan frekfensi jantung kurang lebih 80x/menit, kemudian terjadi perubahan dimana masih tampak gel
P yang diikuti normal komplek QRS dan T inverted, frekfensi jantung kurang lebih 70 x/menit. Di lead II
dan V5 juga tampak gel P yang diikuti komplek QRS yang lebar, frekfensi jantung kurang lebih
75x/menit, juga ditemukan PVC. Kemudian terjadi perubahan dimana gel P diikuti oleh normal komplek
QRS.
Kesimpulan : SINUS ARITMIA Dengan LBBB terjadi pada peningkatan frekfensi jantung.
3. Identifikasi gel P
Masih tampak jelas gel P berdefleksi positip di lead II dan berdefleksi negatif di aVR dengan diikuti
komplek QRS. Dengan adanya gel P yang normal kita yakin kalau pacemeaker berasal dari SA node.
Tampak jelas juga komplek QRS dominan berdefleksi positip di lead I dan aVF yang menandakan kalau
aksis jantung masih dalam batas normal.
Saya rasa tanpa diukur juga sudah tampak jelas irama jantungnya teratur.
Tampak jelas sekali gel Q patologis pada lead anteroseptal (V1,V2,V3)yang diikuti ST segmen elevasi di
lead V1-V4, ST segmen depresi di lead II, III, aVF,V6 dan lead I yang tampak normal tapi sebenarnya
ST segmen di lead I mengalami depresi.
6. Konfigurasi komplek QRS di precordial lead abnormal karena tidak ada gel R melainkan gel Q yang
dalam. Keadaan seperti ini dinamakan poor R wave progression.
7. Ditemukan ST segmen elevasi di lead V1, V2, V3, V4 dan ST depresi di lead I, V6, II, III, aVF.8.
Kesimpulan : SINUS RHYTM Dengan ACUT MI ANTEROSEPTAL Reciprocal di INFEROLATERAL
Pada EKG ini hampir sama dengan gambar EKG 12 lead no.20 . Yang membedakan hanya frekfensi
jantungnya saja, dimana pada kasus ini frekfensi jantungnya kurang lebih 85 x/menit.
Silahkan lihat penjelasan pada gambar no.20Gambar EKG (elektrokardiografi) 12 lead No.23
Maaf kesalahan upload (double). Gambar ini sama dengan gambar EKG sebelumnya ya.
1. Identifikasi gel P
Tampak masih jelas sekali gel P yang berdefleksi positip di lead II dan berdefleksi negatif di lead aVR
dengan diikuti komplek QRS menandakan pacemaker dari SA node.
Tampak komplek QRS dominan defleksi positip di lead I dan dominan berdefleksi negatif di lead aVF
menunjukan kalau aksis jantungnya mengarah ke kiri. Atau dengan cara yang lebih akurat dengan
melihat lead yang bifasik yaitu di lead aVR. Lead aVR tegak lurus dengan lead III, dimana lead III
komplek QRSnya dominan berdefleksi negatif. Jadi aksis jantungnya -60 derajat.3. Tentukan irama
jantungnya
Anda bisa lihat gel Q yang dalam di lead inferior yang (II, III, aVF) juga diikuti dengan ST segmen
elevasi. Biarpun tidak jelas, tapi di lead I, aVL , V5, V6 ditemukan ST depresi. Di Lead V1, V2, dan V3
juga tampak keanehan, yaitu adanya gel R yang tinggi tapi tidak ada perubahan gel T.
6. Konfigurasi komplek QRS di precordial lead abnormal, dimana gel R yang tinggi ditemuan di V1.
7. Adanya ST segemn elevasi di inferior lead(II, III, aVF) dan ditemuakn juga ST elevasi pada lead yang
sama menunjukan MI di inferior. Akan tetapi perubahan komplek QRS di lead V1 bisa kemungkinan
adanya gangguan dibagian posterior juga. Kita juga menemukan ST depresi di lead lateral.
dan Kemungkinan posterior wall juga mengalami injury.Gambar EKG (elektrokardiografi) 12 lead No.25
1. Identifikasi gel P
Masih tampak jelas gel P berdefleksi positip di lead II, III, aVF dan berdefleksi negatif di lead aVR.
Semua ini menandakan gel P normal yang berasal dari pacemaker SA node.2. Tentukan aksis jantung
Komplek QRS dominan berdefleksi positip di lead I tapi berdefleksi negatif di lead aVF yang
menunjukan kalau arah aksis jantung mengarah ke kiri. Tepatnya kurang lebih – 30 derajat.3. Tentukan
iramanya
Tampak jelas gel Q patologis diikuti dengan ST elevasi di lead inferior (II, III, aVF), komplek QRS yang
lebar yang diikuti dengan perubahan repolarisasi yang ditandai dengan perubahan bentuk ST depresi
maupun tampak seperti elevasi di lead (I, aVL, V1-6). Anda juga bisa lihat tidak ada gel Q kecil di lateral
lead (I, aVL, V5,V6) serta Q dalam di V1, V2.6. Konfigurasi komplek QRS di precordial lead abnormal
karena tidak ada gel r kecil. Kita namakan poor R wave progession.
7. Gel Q patologis dengan ST elevasi di Inferior (II,III, aVF) menunjukan MI. QRS komplek yang lebar,
tidak ada gel r di V1, tidak ada gel q di lead V5/V6, aksis jantung – 30 derajat dan perubahan repolarisasi
di lead lateral.
1. Identifikasi gel P
Anda bisa lihat secuil gel P di lead II panjang berdefleksi positip. Jadi kita mengatakan kalau pacemaker
berasal dari pacemaker.
Komplek QRS dominan defleksi positip di lead I dan defleksi negatif di lead aVR menunjukan aksis
jantung mengarah ke kiri. Dengan cara yang akurat anda bisa lihat lead yang bifasik tampak di lead II,
lead II tegak lurus dengan lead aVL, dimana lead aVL berdefleksi negatif. Jadi aksis jantungnya – 30
derajat.
Tanpa diukur juga anda bisa lihat lead II panjang yang tertata dan teratur. Ini menunjukan kalau iramanya
teratur.
Saya yakin anda semua bisa menghitung frekfensi jantungnya. Hasil penghitungan saya adalah kurang
lebih 75 x/menit
Gel Q di III, V1, V2 yang dalam. Tidak ada el Q di lateral lead (I, V5, V6), komplek QRS yang tampak
melebar disemua lead. Tampak jelas T inverted yang dalam di anterolateral lead (V2-V6) sementara T
inverted di lead I, aVL disebabkan karena BBB yang mengakibatkan perubahan repolarisasi, begitu juga
dengan V5 & V6. Akan tetapi T inverted di V5,V6 begitu dalam.6. Konfigurasi kompleh QRS abnormal,
karena tidak ada gel R kecil di V1 dan tingginya juga tidak mengalami penambahan. Maka kita namakan
poor R wave progression.
7. Komplek QRS lebar disemua lead, tidak ada gel Q di lateral lead, tidak ada gel R di V1, gel Q di lead
III, aksis jantung -30 derajat atau LAD.
8. Kesimpulan : SINUS RHYTM Dengan LBBB dan besar kemungkinan adanya iskemia di anterior
wall.
2. Identifikasi gel P
Gel P normal, defleksi positip di lead II dan defleksi negatif di lead aVR. Untuk itu kita yakin kalau
pacemaker berasal dari SA node.
Komplek QRS di lead I dan aVF berdefleksi positip, menunjukan kalau arah aksis masih dalam batas
normal.
Dengan melihat lead II panjang dan tanpa di ukur juga tampak teratur.
Hasil penghitungan saya, pada EKG ini frekfensi jantungnya kurang lebih 70 x/menit.
Hampir semua morfologi gelombang normal, kecuali anda bisa lihat jelas dengan adanya ST segmen
elevasi di anterior lead (V1, V2, V3, V4).
6. Konfigurasi komplek QRS normal walaupun tidak adanya gel r kecil di V1. Tapi tinggi gel R semakin
meninggi dari V2 ke V6.
1. Identifikasi gel P
Gel P normal, defleksi positip di lead II dan defleksi negatif di lead aVR. Jadi pacemaker berasaldari SA
node.
Tolong dicatat ! setiap lead dengan tinggi gel R yang kurang dari 5 mm, biasanya (tidak semua) akan
mempunyai gel T yang datar dan bahkan inverted.
Pada EKG ini tampak ST depresi di anterolaterl lead (I,aVL, V2-V6). Morfologi gel yang lain masih
dalam batas normal.
8. Kesimpulan : SINUS RHYTM Dengan ACUT ISKEMI DI ANTEROLATERL atau ACUT NON Q
WAVE atau ACUT Non STEMI
Saya rasa anda sudah mengerti dan mengikuti langkah-langkah yang saya lakukan. Untuk itu pada EKG
coba anda lihat di lead II panjang. Anda bisa lihat adanya gel P yang selalu diikuti komplek QRS. Gel
apa yang ditujukan oleh anak panah??? Gel yang ditujukan anak panah adalah gel P, dibeat 2 & 4 AES
atau PAC. Sementara gel P yang lain yan ditujukan anak panah adalah gel P yang berasal dari sel
pacemaker otot atrium yang mengalami blok sehingga tidak bisa diteruskan ke ventrikel. Oleh karena itu
gel P tidak diikuti oleh komplek QRS.Kesimpulan : SINUS RHYTM Dengan AES/PAC BIGIMINI
BLOK
Saya rasa anda sudah mengerti dan mengikuti langkah-langkah yang saya lakukan. Untuk itu pada EKG
coba anda lihat di lead II panjang. Anda bisa lihat adanya gel P yang selalu diikuti komplek QRS. Gel
apa yang ditujukan oleh anak panah??? Itu adalah gel P yang tidak diteruskan ke ventrikel yang
dikarenakan adanya blok. Tapi gel P yang ditujukan oleh anak panah bukan berasal dari SA node,
melainkan dari sel pacemaker yang berasal dari otot atrium yang muncul prematur. Karena gel P yang
prematur tersebut muncul selang seling dengan beat yang normal, maka di sebut bigimini.
TERIMA KASIHEKG – Normal Sinus Rhytm & Irama Yang Berasal Dari SA Node
Pada topik ini saya akan mencoba menjelaskan kembali tentang apa sih yang dimaksud dengan EKG
normal dan macam-macam irama jantung yang sumber pacemakernya berasal dari SA node. Ada
beberapa nama irama jantung yang dominan pacemekernya berasal SA node, dan anda harus mengenal
dan memahami gambaran EKG yang menggambarkan irama jantung dengan pacemaker berasal dari SA
node. Inilah nama-nama gambaran EKG atau irama jantung yang sumber pacemakernya berasal dari SA
node adalah sebagai berikut :
2. Sinus Bradikardia
3. Sinus Takikardia
Anda masih ingat bahwa ada 3 sumber pusat pacemaker alami yang dimiliki oleh jantung kita yaitu
berasal dari SA node, AV node, Furkinje fiber. Ketiga sumber pacemaker alami jantung tersebut akan
merefleksikan gambaran EKG yang satu sama lain akan berbeda. Untuk itu kita harus benar-benar
memahami dan mengerti dalam mengidentifikasi dominan sumber pacemaker pada gambaran sebuah
EKG.
Salah satu kriteria normal EKG adalah sumber pacemakernya berasal dari SA node, maka dari itu anda
tidak boleh ragu untuk memutuskan dalam menyimpulkan hasil analisa/interpretasi EKG untuk
mengatakan aritmia/disritmia jika sumber pacemaker berasal selain dari SA node.
Jadi keempat irama jantung diatas yang berasal dari SA node adalah normal EKG abu ?? Jawabnya tidak
!! Kita hanya bisa mengatakan Normal Sinus Rhytm sebagai parameter normal EKG.
Sedangkan ketiga nama lainya bisa normal dan tidak normal karena ketiga nama tersebut merefleksikan
gambaran EKG akibat pengaruh atau reaksi/respon dari tubuh kita. Untuk itu saya akan menjelaskan satu
persatu gambaran EKG yang sumber pacemakernya berasal dari SA node.
Untuk menentukan sumber utama pacemaker berasal dari mana adalah dengan membuat rekaman EKG
strip panjang yang diambil salah satu EKG 12 lead yang dianggap jelas morfologi gelombangnya. Tapi
biasanya semua dokter atau semua interpreter EKG akan memilih dan membuat panjang EKG strip yang
diambil dari lead II dan V1. Menurut saya ambilah rekaman strip panjang dari lead yang mempunyai
morfologi gelombang yang bagus dan jelas, tapi prioritaskan kita ambil dari lead II dan V1.
Setelah itu kita identifikasi morfologi gelombang P antara beat yang satu dengan beat yang lainnya dalam
lead panjang yang kita ambil. Tentunya gelombang yang berasal dari SA node akan mempunyai
bentuk/ukuran gelombang P dan PP interval dari beat ke beat akan sama.Gelombang yang berasal dari
SA node akan mengeluarkan impuls berkisar antara 60 sampai 100 x/menit, bagaimana cara
menghitungnya? Penghitungannya sama dengan cara menghitung frekfensi jantung umumnya. Tapi
untuk menghitung impuls atau frekfensi dari SA node atau atrial adalah dengan menghitung PP
intervalnya.
Baik pada lead panjang yang kita pilih maupun pada semua 12 lead yang kita rekam, antara atrial dan
ventrikel harus berbanding 1 : 1 atau dengan kata lain setiap 1 (satu) gelombang P harus diikuti oleh 1
(satu) komplek QRS. Dan morfologi gelombang serta jaraknya sama, sehingga akan membentuk irama
jantung yang teratur.
Pada saat membaca EKG 12 lead dengan gambaran EKG normal sinus rhytm, kita harus menemukan
gelombang P akan selalu berdefleksi positip di lead II dan akan selalu berdefleksi negatif di lead aVR.
Kecuali terdapat 2 kemungkinan yaitu kesalahan penempatan elektroda dan EKG dextrocardia atau posisi
jantung bergeser ke kanan.
Normal Sinus Rhytm adalah gambaran murni EKG normal tanpa adanya intervensi subtansi lain yang
mempengaruhinya.
2. SINUS BRADIKARDIA
Yang membedakan antara sinus bradikardi dengan normal sinus rhytm adalah Frekfensi jantungnya.
Pada sinus bradikardia frekfensi jantungya kurang dari 60 x/menit, sedangkan ciri yang lainya persis
sama dengan normal sinus rhytm.
Seringkali kita menemukan pasien dengan frekfensi jantung yang kurang dari 60 x/menit dan bahkan
kurang dari 50 x/menit tanpa ada keluhan yang berarti, ini biasanya kita temukan pada jantung olah
ragawan atau orang yang melakukan kegiatan olah raga yang teratur seperti para atlit. Jadi siapapun
orangnya yang melakukan olah raga secara teratur dan benar, akan didapatkan frekfensi jantung yang
kurang dari 60 atau bahkan kurang dari 50 x/menit tanpa adanya keluhan.
Frekfensi jantung yang kurang dari 60 x/menit juga bisa disebabkan oleh beberapa penyebab seperti obat-
obatan (digoxin, beta blockers, calcium channel blockers) dan biasanya terjadi setelah pasca serangan
jantung dan stroke. Jadi kita hanya melakukan intervensi pada pasien dengan frekfensi jantung yang
kurang dari 60 x/menit apabila si pasien mengalami gejala-gejala yang menganggu haemodinaik pasien.
Untuk itu kita tidak boleh memutuskan hasil analisa EKG hanya dengan melihat EKG saja tanpa
mempertimbangkan keadaan klinis pasien maupun riwayat kesehatan pasien.
3. SINUS TAKIKARDIA
Seperti halnya dengan sinus bradikardia, hanya satu yang membedakan antara sinus takikardia dengan
normal sinus rhytm yaitu frekfensi jantungnya.
Pada sinus takikardia, frekfensi jantungnya lebih dari 100 x/menit. Ada batas atasnya abu? Saya tidak
mengatakan ada atau tidak adanya batasan atas (upper limit) untuk sinus takikardia, semuanya kita jawab
pada prakteknya nanti. Kalau kita batasi upper limitnya seperti yang tertulis pada buku-buku EKG
dengan batasan antara 100 – 150 x/menit, saya akan balik tanya dengan beberapa pertanyaan. Apakah
anda akan masih mengatakan sinus takikardi jika menemukan frekfensi jantung lebih dari 100 x/menit
dan kurang dari 150 x/menit, walaupun morfologi gelombang P nya tidak sama dari beat to beat? Anda
yakin gelombang Pnya berasal dari SA node??
Peningkatan frekfensi jantung pada pasien dengan sinus takikardia biasanya terjadi oleh adanya respon
fisiologi dari tubuh terhadap suatu keadaan yang menggangu hemostasis tubuh. Dari sekian banyak
penyebab frekfensi jantung melebihi 100 x/menit pada kasus sinus takikardia, kita mengenal beberapa
keadaan yang harus kita tahu seperti :
– Keadaan normal respon : sehabis melakukan aktivitas, kesakitan, demam, stress dan cemas.
– Hypovolemik
– Anemia
– Obat-obatan
– Gagal jantung
– Perdarahan
– Sepsis
– Perikarditis
– Dll
Jadi kita tidak boleh serta merta melakukan intervensi untuk menurunkan frekfensi jantungnya.4. SINUS
ARITMIA
Untuk membedakan sinus aritmia dengan normal sinus rhytm dan sinus bradikardia adalah pada sinus
aritmia iramanya tidak teratur yang disebabkan oleh pengaruh pernapasan, baik inspirasi maupun
ekspirasi.
Biasanya kita akan menemukan pada anak ABG atau anak-anak yang masih muda.
Membaca EKG 12 lead tidaklah semudah seperti membaca EKG strip, karena kita menghadapi 12 lead
atau 12 sandapan yang merekam aktivitas listrik jantung dari tempat, arah dan sudut yang berbeda. Dan
sudah pasti bentuk gelombang atau morfologi gelombang EKG akan berbeda antara lead yang satu
dengan lead lainnya. Sedangkan EKG strip merupakan bagian dari salah satu lead sebuah EKG 12 lead,
bisa dari bipolar lead atau unipolar lead.
Saya sarankan untuk membaca lagi blog kursus ekg yang telah saya publiskan lebih awal dengan sabar
dan jangan tergesah-gesah sebelum anda mengikuti diskusi ini.Seperti halnya dengan ekg strip, untuk
membaca EKG 12 lead harus mempunyai langkah dasar yang menuntun kita saat membaca atau
menginterpretasi sebuah EKG 12 lead sehingga kita tidak hanyut dalam kebingungan dan anda akan
yakin dengan hasil analisa EKG 12 lead anda.
Dibawah ini adalah langkah-langkah dasar yang harus anda lakukan secara berurutan dan secara umum
langkah-langkah ini sudah saya jelaskan dikursus ekg bagian 5.
1. Pastikan kalau EKG 12 lead yang kita baca direkam dengan kecepatan 25mm/detik dan voltase 1mV.
Pada EKG normal biasanya gel P akan jelas terlihat di lead II, dan harus
mempunyai bentuk yang sama, jarak antara PP interval harus sama, dan selalu berbanding 1 : 1 dengan
komplek QRS atau dengan kata lain gel P harus selalu diikuti komplek QRS.
Jadi anda tidak perlu pusing memikirkan bentuk gel P di lead yang lain.
Dengan mengetahui lebih awal aksis jantung, kita bisa mengidentifikasi dan
memperkirakan arah depolarisasi yang meyebabkan bentuk atau morfologi komplek QRS yang berbeda
disetiap lead.
Bagi pemula sebaiknya lakukan dengan mengamati dan menghitung semua gel.
Atau cukup anda perhatikan dan amati bentuk gelombang yang tampak abnormal
Q = anda amati ada atau tidaknya gel Q pada lead (I,II,III,aVL, aVF,V1,V6,
R = adakah gel R yang tingginya melebihi 15 mm, karena akan mempunyai nilai
diagnosa.
PR & QT interval = dilangkah nomor dua, anda sudah menemukan gel P yang jelas.
2. Cocokan temuan anda dengan kriteria pembesaran jantung, kriteria gangguan keseimbangan
elektrolit, kriteria heart blok dan lain-lain.9. Kesimpulan
Saya ingatkan kembali untuk terus berlatih menginterpretasi EKG, sehingga anda akan terbiasa dan
sensitip terhadap berbagai macam perubahan morfologi gelombang EKG yang secara teori menurut anda
mungkin abnormal, akan tetapi sebenarnya itu adalah perubahan-perubahan atau variasi-variasi bentuk
normal dalam ilmu ekg yang nanti anda temukan. Inilah yang mungkin membingungkan anda untuk
menentukan diagnosis yang tepat. Untuk itu, jangan patah semangat dan terus berlatih……
Dibawah ini contoh EKG 12 lead yang akan saya diskusikan dan semuanya direkam dengan standarisasi
internasional yaitu kecepatan 25 mm/detik dan voltase 1mV.
1. Identifikasi gel P
Tampak jelas gel P di lead I, II, aVR. Gel P di II defleksi positip, defleksi negatif di aVR, dan setiap 1 gel
P diikuti 1 komplek QRS. Adanya gel P menandakan pacemaker berasal dari SA node —-> normal
Dari semua bipolar lead, hanya lead I yang mempunyai voltase paling tinggi. Jadi aksis jantung mengarah
ke lead I yang kurang lebih O derajat, setiap lead yang dijauhi arah aksis jantung akan menghasilkan arah
defleksi berlawanan dengan lead yang dituju aksis jantung. Seperti lead III & aVF akan menghasilkan
arah defleksi dominan negatif—–>normal
3. Tentukan irama
5. Morfologi Gelombang
Lihat gel T di lead III negatif, di lead aVF pendek/kecil —-> normal
Setiap lead yang mempunyai tinggi gel R kurang dari 5 mm biasanya akan memiliki gel T negatif, datar,
atau pendek.
6. Konfigurasi komplek QRS —-> normal
1. Identifikasi gel P
Tampak jelas sekali adanya gel P dan selalu diikuti komplek QRS —-normal
Lead II, III, aVF mempunyai voltase yang paling tinggi , menunjukan aksis antara 60-90 derajat. Lead
aVL lebih banyak dijauhi oleh aksis jantung dari pada lead I, sehingga defleksi negatif di lead aVL akan
dominan.—-> normal
3. Tentukan irama
Anda perhatikan dengan jeli kalau panjang antara RR interval tidaklah sama —tidak teratur
4. Karena tidak ada lead panjang, anda boleh menggunakan RR intervaal atau cara lain.
5. Morfologi Gelombang
Anda bisa lihat T negatif di lead V1, V2, V3 dan Gel R yang tinggi V5, V6, II, III
7. Disinilah pengalaman yang akan menentukan kasus ini. Secara teori data yang kita dapat menandakan
adanya Hipertropi ventrikel kiri dengan penjumlahan (gel R di V5/V6 + gel S di V1/V2 > 35 mm) dan
besar kemungkinan juga adanya iskemia di anterior lead (v1,v2,v3). Saya tidak menyalahkan anda jika
hasil analisa anda seperti itu. Tapi perlu anda tahu bahwa untuk hipertropi, BBB biasanya akan selalu di
ikuti dengan adanya “strain pattern” yaitu repolarisasi yang abnormal. Dan hipertropi ventrikel kiri akan
menghasilkan aksis ke kiri atau LAD (left aksis deviation). Untuk T inverted di lead V1,2,3 tergantung
klinis pasien, tapi kalau secara klinis tidak ditemukan tanda-tanda iskemia berarti keadaan ini adalah
masih dalam batas normal.
1. Identifikasi gel P
Tampak jelas sekali gel P dengan defleksi positip di lead II dan negatif di lead aVR, satu gel P diikuti 1
komplek QRS —-> normal
Adanya normal gel P menunjukan pacemaker berasal dari SA node —–> normal pacemaker2. Tentukan
aksis jantung
Aksis jantung mengarah ke arah lead II, III, aVF kurang lebih 60 derajat —> normal aksis
3. Tentukan irama
Jarak RR interval tampak sama, tapi kalau anda hitung dengan teliti RR interval tidaklah sama —->
irama tidak teratur
4. Frekfensi jantung
5. Morfologi gelombang
Pada ekg ini tampak sekali ST segmen elevasi di lead I, II, aVF, V2 s/d V6 dan gelombang R yang
melebihi 15 mm di lead V5/V6. Gel S juga yang dalam di lead V2
Adanya gel R kecil di V1 yang tingginya semakin bertambah, begitupun gel S yang dalamnya semakin
memendek —–> normal
7. Anda hanya menemukan irama yang tidak teratur, bila kita jumlahkan gel R di V5/6 + gel S di V1/V2
> 35 mm dan gel R yang tingginya > 25mm tapi tidak adanya strain pattern sehingga tidak kuat untuk
mengatakan adanya LVH. Adanya ST segmen yang tampak seperti elevasi di lead yang saya sebutkan di
atas sebenarnya masih dalam normal variant yang sering kita temukan pada anak muda.
1. Identifikasi gel P
Tampak jelas sekali gel P di semua lead dengan bentuk yang runcing. Setiap gel P diikutidengan
komplek QRS. Biarpun gambaran gel P hampir di semua lead berbentuk runcing, tetap kita katakan kalau
gel P pada EKG ini berasal dari SA node.
Banyak cara untuk menentukan aksis jantung, anda lihat di lead I & aVR dengan morfologi komplek
QRS bifasik (setengah positip dan setengah negatif). Aksis jantungnya tegak lurus dengan kedua lead
tersebut, yaitu lead aVF & III. Jadi aksis jantungnya antara 90 sampai 120 derajat —> Normal tapi
cenderung ke kanan atau RAD
3. Tentukan irama
4. Frekfensi Jantung
5. Morfologi gelombang
Gel R di lead V1 lebih besar dari gel S, ST strain pattern di V1-V3, ST segmen deperesi di
II,III,aVF,V4,V5,V6.
Diawali dengan gel R yang lebih tinggi dari gel S di V1 menandakan adanya pembesaran otot ventrikel.
7. Gel P yang runcing, frekfensi jantung 100x/mnt, RAD, gel R yang lebih tinggi dari gel S, ST strain
pattern di V1,2,3 dan ST segmen depresi di II, III, aVF,V4, V5, V6
1. Identifikasi gel P
Tidak ditemukan adanya gel P yang meyakinkan tapi komplek QRS tidak melebar atau masih dalam
batas normal. Ini menunjukan irama masih berasal dari atas ventrikel.
Anda lihat di lead II mempunyai morfologi kompek QRS yang bifasik, jadi aksis jantungnya tegak lurus
dengan lead II adalah lead aVL atau negatif 30 atau LAD.
3. Tentukan irama jantung
Karena tidak ada lead yang dibuat panjang, silahkan anda hitung dengan menggunakan RR interval.
Frekfensi jantungnya kurang lebih 90 x/menit.
5. Morfologi gelombang
Adanya gel S yang dalam di lead II, III, aVF dkarenakan aksis jantung menjauhi ketiga lead tersebut. Gel
R yang tinggi di lead V4,5,6, dan adanya ST strain pattern di lead I, aVL, V4,5,6.
7. Tidak adanya gel P, komplek QRS normal, irama tidak teratur, Gel R yang tinggi di lead V4,5,6
dengan ST strain pattern, LAD
8. Kesimpulan : ATRIAL FIBRILATION Dengan Normal Ventrikel Respon, Pembesan Otot Jantung kiri
1. Identifikasi gel P
Tampak jelas gel P defleksi positip di lead II dan gel P defleksi negatif di lead aVR. Setiap gel P bisa
anda lihat selalu diikuti komplek QRS. Adanya gel P menunjukan pacemaker berasal dari SA node —–>
Normal
Dominan defleksi positip di lead I dan lead aVF memastikan kalau aksis jantungnya dalam batas normal.
3. Tentukan irama
Anda bisa lihat jarak PP atau RR interval antara beat yang satu dengan lainnya sama, ini menandakan
iramanya teratur.
Saya percaya anda sudah tahu bagaimana cara menghitung frekfensi jantung. Pada ekg ini frekfensi
jantungnya kurang lebih 80 x/menit.
7. Adanya gel R yang tingginya lebih dari normal di lead I, V4, V5, V6 yang diikuti ST pattern dan
penjumlahan gel R di lead V5/V6 + gel S di lead V1/V2 melebihi 35 mm mengarahkan ke pembesaran
otot ventrikel kiri, yang walaupun aksis jantungnya masih dalam batas normal.
1. Identifikasi gel P
Tampak jelas gel P defleksi positip di lead II, I,III, aVF dan gel P defleksi negatif di lead aVR. Setiap gel
P selalu diikuti komplek QRS, adanya gel P menunjukan pacemaker berasal dari SA node.
Anda lihat di lead I tampak komplek QRS dominan berdefleksi negatif dan komplek QRS di lead aVF
dominan berdefleksi positip, ini menunjukan kalau aksis jantungnya mengarah ke kanan atau RAD. Atau
anda bisa lihat lead bifasik ada di lead aVR, aksi jantung akan mengarah tegak lurus dengan lead befasik.
Jadi aksis jantungnya mengarah ke lead III 120 derajat, karena lead III tegak lurus dengan lead aVR.
3. Tentukan iramanya.
Anda bisa menghitungnya, pada EKG ini frekfensi jantungnya kurang lebih 80x/menit
Anda lihat lead I dan aVL ditemukan morfologi komplek QRS dengan pola r kecil dan S besar.
Sedangkan di lead II, III, aVF dengan pola q kecil dan R besar. Di lead v1 tampak gel R yang tinggi yang
melebihi gel S, tampak juga ST strain pattern di lead V1 & V3.
6. Konfigurasi komplek QRS yang abnormal di mana gel R yang tinggi di V1 yang di ikuti ST strain
pattern menandakan adanya pembesaran ventrikel kanan atau RVH
7. Ditemukan RAD (aksis jantung 120 derajat), pola rS komplek QRS di lead I &aVL, pola qR komplek
QRS di lead II, III, aVF. Adanya juga gel R yang melebihi voltase gel S di V1.
8. Kesimpulan : SINUS RHYTM Dengan RVH dan LPHB (left posterior hemiblok)Gambar EKG
(elektrokardiografi) 12 lead No.8
1. Identifikasi gel P
Masih tampak jelas gel P defleksi positip di lead I, II, III dan gel P defleksi negatif di lead aVR. Setiap
gelombang P masih diikuti komplek QRS. Adanya gel P manandakan pacemaker masih berasal dari SA
node.
Komplek QRS dominan defleksi positip di lead I dan dominan defleksi negatif di lead aVF menunjukan
kalau aksi jantung mengarah ke kiri atau LAD.
3. Tentukan iramanya
Biarpun gambar EKGnya agak mengerikan, tapi jarak RR interval antara tiap beat adalah sama. Hal ini
manandakan iramanya teratur.
Saya percaya anda bisa cara menghitungnya. Pada EKG ini frekfensi jantungnya kurang lebih 75 x/menit.
Sekilas gambaran EKG ini tampak mengerikan, jangan panik…..ikuti langkah-langkah yang sudah saya
jelaskan diatas… Tampak dengan jelas komplek QRS yang melebar hampir di semua lead yang diikuti
dengan perubahan gel T. Amati dengan jeli di lateral lead (I,aVL, V5/V6) tidak ada gel q kecil. Lihat
juga tidak ada gel r kecil di V1. Gel Q di lead V1 dan V2 bukan karena infark, tapi dikarenakan adanya
blok bundle branch sebelah kiri.
6. Konfigurasi komlek QRS abnormal. Tidak adanya gel r kecil V1 menandakan adanya gangguan
konduksi.
7. Komplek QRS lebar di semua lead dengan perubahan gel T, aksis jantung ke kiri atau LAD, tidak ada
gel r kecil di V1, tidak ada juga gel q kecil di lead lateral (I, aVL, V5,V6).
8. Kesimpulan : SINUS RHYTM Dengan adanya LBBB
Yang membedakannya adalah komplek QRS pada kasus ini masih dalam batas normal tapi terdapat
morfologi/bentuk M shave atau kuping kelinci.
Biarbagaimanapun akan saya jelaskan gambar ekg ini. Di lead V1 gel P diikuti komplek QRS yang lebar
dengan frekfensi jantung kurang lebih 80x/menit, kemudian terjadi perubahan dimana masih tampak gel
P yang diikuti normal komplek QRS dan T inverted, frekfensi jantung kurang lebih 70 x/menit. Di lead II
dan V5 juga tampak gel P yang diikuti komplek QRS yang lebar, frekfensi jantung kurang lebih
75x/menit, juga ditemukan PVC. Kemudian terjadi perubahan dimana gel P diikuti oleh normal komplek
QRS.
Kesimpulan : SINUS ARITMIA Dengan LBBB terjadi pada peningkatan frekfensi jantung.
3. Identifikasi gel P
Masih tampak jelas gel P berdefleksi positip di lead II dan berdefleksi negatif di aVR dengan diikuti
komplek QRS. Dengan adanya gel P yang normal kita yakin kalau pacemeaker berasal dari SA node.
Tampak jelas juga komplek QRS dominan berdefleksi positip di lead I dan aVF yang menandakan kalau
aksis jantung masih dalam batas normal.
Saya rasa tanpa diukur juga sudah tampak jelas irama jantungnya teratur.
4. Hitung frekfensi jantungnya
Saya yakin anda sudah ok dalam menghitung frekfensi jantung. Pada EKG ini frekfensi jantungnya
kurang lebih 90 x/menit.
Tampak jelas sekali gel Q patologis pada lead anteroseptal (V1,V2,V3)yang diikuti ST segmen elevasi di
lead V1-V4, ST segmen depresi di lead II, III, aVF,V6 dan lead I yang tampak normal tapi sebenarnya
ST segmen di lead I mengalami depresi.
6. Konfigurasi komplek QRS di precordial lead abnormal karena tidak ada gel R melainkan gel Q yang
dalam. Keadaan seperti ini dinamakan poor R wave progression.
7. Ditemukan ST segmen elevasi di lead V1, V2, V3, V4 dan ST depresi di lead I, V6, II, III, aVF.
Pada EKG ini hampir sama dengan gambar EKG 12 lead no.20 . Yang membedakan hanya frekfensi
jantungnya saja, dimana pada kasus ini frekfensi jantungnya kurang lebih 85 x/menit.
Silahkan lihat penjelasan pada gambar no.20Gambar EKG (elektrokardiografi) 12 lead No.23
Maaf kesalahan upload (double). Gambar ini sama dengan gambar EKG sebelumnya ya.
1. Identifikasi gel P
Tampak masih jelas sekali gel P yang berdefleksi positip di lead II dan berdefleksi negatif di lead aVR
dengan diikuti komplek QRS menandakan pacemaker dari SA node.
Tampak komplek QRS dominan defleksi positip di lead I dan dominan berdefleksi negatif di lead aVF
menunjukan kalau aksis jantungnya mengarah ke kiri. Atau dengan cara yang lebih akurat dengan
melihat lead yang bifasik yaitu di lead aVR. Lead aVR tegak lurus dengan lead III, dimana lead III
komplek QRSnya dominan berdefleksi negatif. Jadi aksis jantungnya -60 derajat.3. Tentukan irama
jantungnya
Anda bisa lihat gel Q yang dalam di lead inferior yang (II, III, aVF) juga diikuti dengan ST segmen
elevasi. Biarpun tidak jelas, tapi di lead I, aVL , V5, V6 ditemukan ST depresi. Di Lead V1, V2, dan V3
juga tampak keanehan, yaitu adanya gel R yang tinggi tapi tidak ada perubahan gel T.
6. Konfigurasi komplek QRS di precordial lead abnormal, dimana gel R yang tinggi ditemuan di V1.
7. Adanya ST segemn elevasi di inferior lead(II, III, aVF) dan ditemuakn juga ST elevasi pada lead yang
sama menunjukan MI di inferior. Akan tetapi perubahan komplek QRS di lead V1 bisa kemungkinan
adanya gangguan dibagian posterior juga. Kita juga menemukan ST depresi di lead lateral.
dan Kemungkinan posterior wall juga mengalami injury.Gambar EKG (elektrokardiografi) 12 lead No.25
1. Identifikasi gel P
Masih tampak jelas gel P berdefleksi positip di lead II, III, aVF dan berdefleksi negatif di lead aVR.
Semua ini menandakan gel P normal yang berasal dari pacemaker SA node.2. Tentukan aksis jantung
Komplek QRS dominan berdefleksi positip di lead I tapi berdefleksi negatif di lead aVF yang
menunjukan kalau arah aksis jantung mengarah ke kiri. Tepatnya kurang lebih – 30 derajat.3. Tentukan
iramanya
Tampak jelas gel Q patologis diikuti dengan ST elevasi di lead inferior (II, III, aVF), komplek QRS yang
lebar yang diikuti dengan perubahan repolarisasi yang ditandai dengan perubahan bentuk ST depresi
maupun tampak seperti elevasi di lead (I, aVL, V1-6). Anda juga bisa lihat tidak ada gel Q kecil di lateral
lead (I, aVL, V5,V6) serta Q dalam di V1, V2.6. Konfigurasi komplek QRS di precordial lead abnormal
karena tidak ada gel r kecil. Kita namakan poor R wave progession.
7. Gel Q patologis dengan ST elevasi di Inferior (II,III, aVF) menunjukan MI. QRS komplek yang lebar,
tidak ada gel r di V1, tidak ada gel q di lead V5/V6, aksis jantung – 30 derajat dan perubahan repolarisasi
di lead lateral.
1. Identifikasi gel P
Anda bisa lihat secuil gel P di lead II panjang berdefleksi positip. Jadi kita mengatakan kalau pacemaker
berasal dari pacemaker.
Komplek QRS dominan defleksi positip di lead I dan defleksi negatif di lead aVR menunjukan aksis
jantung mengarah ke kiri. Dengan cara yang akurat anda bisa lihat lead yang bifasik tampak di lead II,
lead II tegak lurus dengan lead aVL, dimana lead aVL berdefleksi negatif. Jadi aksis jantungnya – 30
derajat.
Tanpa diukur juga anda bisa lihat lead II panjang yang tertata dan teratur. Ini menunjukan kalau iramanya
teratur.
Saya yakin anda semua bisa menghitung frekfensi jantungnya. Hasil penghitungan saya adalah kurang
lebih 75 x/menit
6. Gel Q di III, V1, V2 yang dalam. Tidak ada el Q di lateral lead (I, V5, V6), komplek QRS yang
tampak melebar disemua lead. Tampak jelas T inverted yang dalam di anterolateral lead (V2-V6)
sementara T inverted di lead I, aVL disebabkan karena BBB yang mengakibatkan perubahan repolarisasi,
begitu juga dengan V5 & V6. Akan tetapi T inverted di V5,V6 begitu dalam.6. Konfigurasi kompleh
QRS abnormal, karena tidak ada gel R kecil di V1 dan tingginya juga tidak mengalami penambahan.
Maka kita namakan poor R wave progression.
7. Komplek QRS lebar disemua lead, tidak ada gel Q di lateral lead, tidak ada gel R di V1, gel Q di
lead III, aksis jantung -30 derajat atau LAD.
8. Kesimpulan : SINUS RHYTM Dengan LBBB dan besar kemungkinan adanya iskemia di anterior
wall.
1. Identifikasi gel P
Gel P normal, defleksi positip di lead II dan defleksi negatif di lead aVR. Untuk itu kita yakin kalau
pacemaker berasal dari SA node.
3. Komplek QRS di lead I dan aVF berdefleksi positip, menunjukan kalau arah aksis masih dalam
batas normal.
Dengan melihat lead II panjang dan tanpa di ukur juga tampak teratur.
Hasil penghitungan saya, pada EKG ini frekfensi jantungnya kurang lebih 70 x/menit.
Hampir semua morfologi gelombang normal, kecuali anda bisa lihat jelas dengan adanya ST segmen
elevasi di anterior lead (V1, V2, V3, V4).
7. Konfigurasi komplek QRS normal walaupun tidak adanya gel r kecil di V1. Tapi tinggi gel R
semakin meninggi dari V2 ke V6.
Gel P normal, defleksi positip di lead II dan defleksi negatif di lead aVR. Jadi pacemaker berasaldari SA
node.
Komplek QRS dominan berdefleksi positip di lead I dan aVF, menandakan kalau aksis jantungnya masih
dalam batas normal.
6. Tolong dicatat ! setiap lead dengan tinggi gel R yang kurang dari 5 mm, biasanya (tidak semua)
akan mempunyai gel T yang datar dan bahkan inverted.
Pada EKG ini tampak ST depresi di anterolaterl lead (I,aVL, V2-V6). Morfologi gel yang lain masih
dalam batas normal.
11. Kesimpulan : SINUS RHYTM Dengan ACUT ISKEMI DI ANTEROLATERL atau ACUT NON
Q WAVE atau ACUT Non STEMI
Saya rasa anda sudah mengerti dan mengikuti langkah-langkah yang saya lakukan. Untuk itu pada EKG
coba anda lihat di lead II panjang. Anda bisa lihat adanya gel P yang selalu diikuti komplek QRS. Gel
apa yang ditujukan oleh anak panah??? Gel yang ditujukan anak panah adalah gel P, dibeat 2 & 4 AES
atau PAC. Sementara gel P yang lain yan ditujukan anak panah adalah gel P yang berasal dari sel
pacemaker otot atrium yang mengalami blok sehingga tidak bisa diteruskan ke ventrikel. Oleh karena itu
gel P tidak diikuti oleh komplek QRS.Kesimpulan : SINUS RHYTM Dengan AES/PAC BIGIMINI
BLOK
Gambar EKG (elektrokardiografi) 12 lead No.30
Saya rasa anda sudah mengerti dan mengikuti langkah-langkah yang saya lakukan. Untuk itu pada EKG
coba anda lihat di lead II panjang. Anda bisa lihat adanya gel P yang selalu diikuti komplek QRS. Gel
apa yang ditujukan oleh anak panah??? Itu adalah gel P yang tidak diteruskan ke ventrikel yang
dikarenakan adanya blok. Tapi gel P yang ditujukan oleh anak panah bukan berasal dari SA node,
melainkan dari sel pacemaker yang berasal dari otot atrium yang muncul prematur. Karena gel P yang
prematur tersebut muncul selang seling dengan beat yang normal, maka di sebut bigimini.