Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

PROSES MENUA

STASE GERONTIK

OLEH :

NAMA : Pina Dianti, S.Kep


NPM : 1814901210172

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM PROFESI NERS
2019/2020
KONSEP TEORI PROSES MENUA

A. Tinjauan Teori
Proses Menua merupakan suatu yang fisiologis, yang akan dialami oleh
setiap orang. Lansia atau lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60
tahun ke atas (Undang-Undang No. 13/th. 1998 BAB I pasal 1 ayat 2). Menua
bukan suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh
dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Penurunan fungsi
tubuh pada setiap individu berbeda-beda dan tidak ada batas yang tegas pada
usia berapa penampilan seseorang mulai menurun (Nugroho, 2000).
1. Teori-Teori Proses Penuaan
Teori-teori yang menjelaskan bagaimana dan mengapa proses menua
itu terjadi biasanya dikelompokkan dalam dua kelompok besar, yaitu teori
biologis (fisiologis) dan psikologis (Stanley, 2006).
a. Teori Biologis
1) Teori Genetika
Menurut teori ini menua terjadi sebagai akibat dari perubahan
biokimia yang diprogam oleh molekul-molekul/DNA dan setiap sel
pada saatnya akan mengalami mutasi.
2) Teori Wear and Tear
Teori wear and tear (dipakai dan rusak) mengusulkan bahwa
akumulasi sampah metabolik atau zat nutrisi dapat merusak sintesis
DNA, sehingga mendorong malfungsi organ tubuh. Radikal bebas
adalah contoh dari produk sampah metabolisme yang menyebabkan
kerusakan ketika akumulasi terjadi.
3) Teori Imunitas
Teori imunitas menggambarkan suatu kemunduran dalam sistem
imun yang berhubungan dengan penuaan. Ketika orang bertambah
tua, proses metabolisme tubuh mengalami perubahan dan
mengeluarkan zat tertentu yang tidak dapat diterima oleh jaringan
tubuh lainnya. Hal ini yang menyebabkan pertahanan mereka
terhadap organisme asing mengalami penurunan.
4) Teori Neuroendokrin
Para ahli mengemukakan bahwa penuaan terjadi oleh karena
adanya suatu perlambatan dalam sekresi hormon tertentu yang
mempunyai suatu dampak pada reaksi yang diatur oleh sistem
saraf.
5) Riwayat Lingkungan
Menurut teori ini, faktor-faktor di dalam lingkungan misalnya
karsinogen, cahaya matahari, trauma dan infeksi dapat membawa
perubahan dalam proses penuaan. Walaupun dampak dari
lingkungan diketahui dapat mempercepat penuaan, namun dampak
tersebut merupakan dampak sekunder dan bukan faktor utama
dalam penuaan.
b. Teori Psikologis
1) Teori Kepribadian
Teori kepribadian menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan
psikologis tanpa menggambarkan harapan atau tugas spesifik
lansia. Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada
lansia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimilikinya.
2) Teori Tugas Perkembangan
Hasil penelitian Erickson menguraikan bahwa tugas perkembangan
adalah aktivitas dan tantangan yang harus dipenuhi oleh seseorang
pada tahap-tahap spesifik dalam hidupnya untuk mencapai penuaan
yang sukses. Erickson menguraikan tugas utama lansia adalah
mampu melihat kehidupan seseorang sebagai kehidupan yang
dijalani dengan integrita.
3) Teori Disengagement
Teori disengagement (teori pemutusan hubungan) menggambarkan
proses penarikan diri oleh lansia dari peran bermasyarakat dan
tanggung jawabnya.
4) Teori Aktivitas
Teori ini berpendapat bahwa jalan menuju penuaan yang sukses
adalah dengan cara tetap aktif. Pentingnya tetap aktif secara sosial
sebagai alat untuk penyesuaian diri yang sehat untuk lansia.
5) Teori Kontinuitas
Teori ini juga dikenal dengan teori perkembangan. Teori ini
menekankan pada kemampuan koping individu sebelumnya dan
kepribadian sebagai dasar untuk memprediksi bagaimana seseorang
akan dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan akibat penuaan.
2. Penurunan Fungsi Fisiologis pada Lansia
Penurunan fungsi fisiologis pada lansia meliputi perubahan dari
tingkat sel sampai ke semua sistem organ tubuh, diantaranya:
a. Penurunan Fungsi Pernafasan
Penurunan fungsi pernafasan yang sering terjadi pada lansia terjadi
akibat adanya perubahan struktural dan fungsional multipel pada paru.
Penurunan fungsi tersebut meliputi:
1) Elastisitas paru menurun, kekakuan dinding dada meningkat,
kekuatan otot dada menurun sehingga pernafasan cepat dan
dangkal (normal: 12-20 kali/menit).
2) Terjadi penurunan gerak silia di dinding sistem respirasi
menyebabkan penurunan refleks batuk sehingga potensial terjadi
penumpukan sekret dan menyebabkan obstruksi.
3) Penurunan aktivitas paru (mengembang & mengempisnya)
sehingga jumlah udara pernafasan yang masuk ke paru mengalami
penurunan.
4) Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang (luas
permukaan normal (50m²) menyebabkan terganggunya proses
difusi.
5) Penurunan oksigen (O2) arteri menjadi 75 mmHg menggangu
proses oksigenasi dari hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut
semua ke jaringan dan menyebabkan sesak nafas.
6) CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri
juga menurun yang lama kelamaan menjadi racun pada tubuh
sendiri.
b. Penurunan Fungsi Kardiovaskuler
Dengan meningkatnya usia, jantung dan pembuluh darah
mengalami perubahan baik struktural maupun fungsional. Penurunan
fungsi kardiovaskuler tersebut:
1) Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
2) Kemampuan jantung memompa darah menurun yang menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya.
3) Kehilangan elastisitas pembuluh darah menyebabkan nyeri dada.
4) Kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
menyebabkan odeme pada kaki, perubahan posisi dari tidur ke
duduk (duduk ke berdiri) bisa mengakibatkan pusing mendadak.
5) Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi
pembuluh darah perifer (normal ± 170/90 mmHg).
6) Denyut jantung menurun (normal 60-90 kali/menit)
c. Penurunan Fungsi Pencernaan
Penurunan fungsi pencernaan ini dimulai dari gigi sampai anus.
Penurunan tersebut adalah:
1) Perubahan atrofik pada rahang, sehingga gigi lebih mudah tanggal.
2) Gusi tampak pucat adalah akibat dari menurunnya suplai darah.
3) Para lansia kadang mengalami gangguan sensasi rasa dan
penurunan kemampuan mengenali rasa yang tidak tajam karena
danya iritasi yang kronis dari selaput lendir.
4) Esofagus melebar.
5) Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.
6) Kesulitan dalam mencerna makanan adalah akibat dari atrofi
mukosa lambung dan penurunan motilitas lambung.
7) Peristaltik lemah dan fungsi absorbsi melemah (normal 5-25
kali/menit) sehingga menyebabkan konstipasi.
d. Penurunan Fungsi Urogenital
Pada usia lanjut akan mengalami penurunan fungsi ginjal dan
sexual antara lain:
1) Ginjal mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal
menurun sampai sehingga penyaringan di glomerolus menurun.
2) Fungsi tubulus berkurang mengakibatkan; berat jenis urin
menurun; proteinuria (biasanya +1); BUN meningkat sampai 21mg
%; nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.
3) Otot otot vesika urinaria (kandung kemih) menjadi lemah yang
menyebabkan frekuensi BAK meningkat.
4) Vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga
meningkatnya retensi urin (>600mL per hari).
5) Peningkatan tekanan darah (terutama tekanan sistolik) walaupun
tekanan diastolik juga sering meningkat karena pembuluh darah
tepi meningkat.
6) Pembesaran prostat ± 75 % dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun.
7) Atropi vulva.
8) Selaput vagina menjadi kering, elastisotas jaringan menurun juga
permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi
sifatnya lebih alkali terhadap perubahan warna.
9) Frekuensi sexsual intercouse cenderung menurun.
e. Penurunan Fungsi Metabolik/Endokrin
Penurunan fungsi Metabolik/Endokrin yang mungkin dialami
lansia antara lain:
1) Produksi hampir semua hormon menurun.
2) Fungsi paratiroid dan sekresinya tak berubah.
3) Pituitary: pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya
ada di pembuluh darah dan berkurangnya produksi dari ACTH,
TSH, FSH dan LH.
4) Menurunnya aktivitas tiriod BMR (Basal Metabolic Rate) turun
dan menurunnya daya pertukaran zat.
5) Menurunnya sekresi hormon aldesteron, progesteron, estrogen,
testosteron.
6) Perubahan fisik yang dapat terjadi akibat dari penurunan fungsi
endokrin pada lansia antara lain keletihan, sering buang air kecil
pada malam hari, polifagia, polidipsia dan pusing.
f. Penurunan Fungsi Persendian dan Tulang
Tulang dan persendian mengalami penuaan yang
mempengaruhi penurunan fungsi fisiologis. Penurunan fungsi ini
antara lain:
1) Tulang kehilangan density (cairan) dan rapuh sehingga lansia
mempunyai resiko lebih besar terjadi fraktur.
2) Kyphosis
3) Persendian membesar dan menjadi kaku yang menyebabkan nyeri.
4) Pinggang, lutut dan jari pergelangan tangan terbatas.
5) Pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tinggi
badan berkurang).
6) Tendon mengerut dan mengalami sklerosis
7) Serabut otot mengecil sehingga seseorang bergerak menjadi
lamban, otot-otot kram dan tremor.
g. Penurunan Fungsi Persarafan
Komponen pusat dan perifer dari sistem saraf
mengintegrasikan semua fungsi tubuh. Fungsi sisitem saraf adalah
untuk menerima, menyimpan, memproses dan mengirimkan
informasi. Pada lansia teerjadi penuaan pada sistem saraf, antara lain:
1) Berat otak akan menurun sekitar 10-20% pada penuaan antara
umur 30-70 tahun.
2) Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan.
3) Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir.
4) Mengecilnya syaraf panca indera.
5) Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya
syaraf pencium dan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu
dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
6) Kurang sensitif terhadap sentuhan
h. Penurunan Fungsi Penglihatan
Penurunan yang terjadi pada fungsi penglihatan lansia, antara lain:
1) Kornea lebih berbentuk sferis (bola).
2) Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap
sinar.
3) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa).
4) Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap
kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam cahaya gelap.
5) Hilangnya daya akomodasi.
6) Menurunnya lapang pandang dan berkurangnya luas pandang.
7) Menurunnya daya membedakan warna biru atau warna hijau pada
skala.
i. Penurunan Fungsi Pendengaran
Penurunan yang terjadi pada fungsi pendengaran lansia, antara lain:
1) Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam
terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara
yang tidak jelas, sulit mengerti kata kata.
2) Vertigo.
3) Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis.
4) Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena
meningkatnya kreatin.
B. Patofisiologi

A. Pengkajian
1. Fisiologis/fisik
a. Stratus gizi
b. IMT = Kg BB normal laki laki = 18 -25
c. (TB)2 wanita = 17 – 23
d. Intake cairan dalam 24 jam
e. Kondisi kulit
f. Kondisi bibir, mukosa mulut, gigi
g. Riwayat pengobatan, alkhohol, zat adiktif lainnya
h. Evaluasi kemampuan penglihatan, pendengaran dan mobilitas
i. Keluhan yang berhubungan dengan nutrisi : gangguan sistem digestif,
nafsu makan, makanan yang disukai dan tidak disukai, rasa dan aroma
j. Kebiasaan waktu makan (2 –3 X sehari, snak dlll)
2. Psikososial/afektif
a. Kebiasaan saat makan (makan sendiri, sambil nonton TV,dll)
b. situasi lingkungan (kapasitas penyediaan makanan, pengolahan dan
penyimpanan makanan)
c. sosiokultural yang berlaku yang mempengaruhi pola nutrisi dan eleminasi
d. Kondisi depresi yang dapat mengganggu pemenuhan nutrisi
3. Pemeriksaan tambahan/laborat
a. Analisa darah :
b. Kreatinin : indekz massa otot
c. Serum protein khususnya untuk sintesa antibodi dan limfosit, dalam
kekebalan seluler, enzym, hormon, struktur sel yang luas, struktur
jaringan.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d asupan nutrisi yang tidak
adekuat akibat anoreksia.
2. Resiko tinggi infeksi b.d penurunan asupan kalori dan protein.
3. Kerusakan mobilitas fisik b/d deformitas skleletal,, nyeri, intoleransi aktifitas.
4. Nyeri b. d proses inflamasi, destruksi sendi.
5. Resiko cedera (dislokasi sendi) b.d otot hilang kekuatannya, rasa nyeri sendi.

C. Rencana Asuhan Keperawatan


1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d asupan nutris kurang adekuat
akibat anoreksia
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi secara adekuat
Kriteria :
Meningkatkan masukan oral
Menunjukkan peningkatan BB
Intervensi Rasional
a. Buat tujuan BB ideal dan a. Nutrisi yang adekuat
kebutuhan nutrisi harian yang menghindari adanya
adekuat malnutrisi

b. Timbang setiap hari , pantau hasil b. Deteksi dini perubahan BB


pemeriksaan laborat dan masukan nutrisi

c. Jelaskan pentingnya nutrisi yang c. Dengan pemahaman yang


adekuat benar akan memotivasi klien
untuk masukan nutrinya

d. Ajarkan individu menggunakan d. Aroma yang enak akan


penyedap rasa (seperti bumbu) membangkitkan selera
makan

e. Beri dorongan individu untuk e. Dengan makan bersama


makan bersama orang lain sama secara psikologis
meningkatakan selera makan

f. Pertahankan kebersihan mulut yang f. Situasi mulut yang bersih


baik (sikat gigi) sebelum dan meningkatkan kenyamanan
sesudah mengunyah makanan

g. Anjurkan makan dengan porsi yang g. Mengurangi perasaan tegang


kecil tapi sering pada lambung

h. Instruksikan individu yang h. Meningkatkan asupan


mengalami penurunan nafsu makan makanan
untuk :
Makan-makan kering saat
bangun tidur
Hindari makanan yang terlalu
manis, berminyak
Minum sedikit-sdikit melalui
sedotan
Makan kapan saja bila dapat
toleransi
Makan dalam porsi kecil rendah
lemak dan makan sering
2. Resiko tinggi infeksi b/d penurunan asupan kalori dan protein
Tujuan : Klien akan memperlihatkan kemampuan terhindar dari tanda-tanda
infeksi
Kriteria : tanda-tanda peradangan tidak ditemukan : panas, bengkak, nyeri,
merah,gangguan fungsi
Intervensi Rasional
a. Kaji tanda-tanda radang umum a. Mendeteksi dini untuk
secara teratur mencegah terjadinya radang

b. Ajarkan tentang perlunya menjaga b. Mencegah terjadinya infeksi


kebersihan diri dan lingkungan akibat lingkungan dan
kebersihan diri yang kurang
sehat

c. Tingkatkan kemampuan asupan c. Meningkatkan kadar protein


nutris TKTP dalam tubuh sehingga
meningkatkan kemampuan
kekebalan dalam tubuh

d. Perhatikan penggunaan obat-obat d. Menurunkan resiko


jangka panjang yang dapat terjadinya infeksi
menyebabkan imunosupresi

3. Kerusakan mobilitas fisik b.d deformitas skeletal, nyeri


Tujuan : klien dapat mobilisasi dengan adekuat
Kriteria : Mendemontrasikan tehnik/perilaku yang memungkinkan melakukan
aktifitas
Intervensi Rasional
a. Evaluasi pemantauan tingkat a. Tingkat aktifitas tergantung
inflamasi/rasa sakit dari perkembangan /resolusi
dari proses inflamasi

b. Bantu dengan rentang gerak b. Mempertahankan fungsi


aktif/pasif sendi, kekuatan otot

c. Ubah posisi dengan sering dengan c. Menghilangkan tekanan pada


personal cukup jaringan dan meningkatkan
sirkulasi
d. Berikan lingkungan yang nyaman
misaal alat bantu d. Menghindari cedera

4. Nyeri ( akut/kronis) b.d proses inflamasi, destruksi sendi


Tujuan : Menunjukkan nyeri berkurang/hilang
Kriteria : terlihat rileks , dapat tidur dan berpartisipasi dala aktifitas
Intervensi Rasional
a. Kaji keluhan nyeri, catat lokasi a. Membantu dalam
nyeri dan intensitas. Catat faktor menentukan managemen
yang mempercepat tanda tanda nyeri
nyeri

b. Biarkan klien mengambil posisi b. Pada penyakit berat tirah


yang nyaman pada waktu istirahat baring sangat diperlukan
ataupun tidur untuk membatasi nyeri

c. Anjurkan klien mandi air hangat , c. Panas meningkatkan


sediakan waslap untuk kompres relaksasi otot dan mobilitas,
sendi menurunkan rasa sakit dan
kekakuan sendi.
d. Berikan masase lembut d. Meningkatkan relaksasi/
mengurangi ketegangan otot

e. Kolaborasi pemberian obat-obatan e. Sebagai anti inflamasi dan


seperti : aspirin, ibuprofen, efek analgesik ringan dalam
naproksin, piroksikam, fenoprofen mengurangi kekakuan.
5. Resiko cedera b.d hilangnya kekuatan otot, rasa nyeri
Tujuan : klien terhindar dari cedera
Kriteria : klien berada pada perilaku yang aman dan lingkungan yang nyaman
Intervensi :
a. Kaji tingkat kekuatan otot
b. Kaji tingkat pergerakan pasif
c. Beri alat bantu sesui kebutuhan
d. Ciptakan lingkungan yang aman (lantai tidak licin)
e. Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan yang tidak bisa dilakukan secara
mandiri
DAFTAR PUSTAKA

Anonym, 2009. panduan gerontology. EGC. Jakarta

czeresna. H,dkk. 2000. Pedoman Pengelolaan Kesehatan Pasien Geriatri. Edisi


Pertama FKUI. Bagian Ilmu Penyakt Dalam

Martono, hadi & kris pranarka. 2009. Buku Ajar Geriatri (ilmu kesehatan usia
lanjut). Jakarta : FK UI

Anda mungkin juga menyukai