https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/meteorologi/proses-terjadinya-awan
Kodensasi terjadi melalui beberapa tahapan atau skenario seperti yang pertama jika suhu udara telah
mencapai suhu dimana terjadi proses pengembunan tanpa adanya tambahan jumlah uap air, yang kedua
jika ada penambahan uap air namun tanpa penambahan panas dan yang ketiga jika kemampuan udara
menampung uap air berkurang akibat kenaikan tekanan atau penurunan suhu.
1 – Naiknya Massa Uap Air, Sebelum terjadinya awan harus ada syarat dan kondisi seperti naiknya
masaa udara yang menguap dari permukaan bumi menuju atmosfer dan setelah itu mengalami
pendinginan Adiabatik pada ketinggian tertentu.
2- Munculnya awan menjadi salah satu indikator penting yang menunjukan telah terjadi perubahan uap
air menjadi titik titk air.
3- Untuk bisa menjadi hujan diperlukan proses pendinginan, adanya inti kodensasi dan volume titik air di
awan sudah berada pada titik jenuh.
4- Proses Kodensasi Berlangsung, Setelah kumpulan uap air dari bumi naik pada ketinggian tertentu
lantas mengalami proses perubahan bentuk uap air menjadi titik titik air, suhu yang rendah pada daerah
yang tinggi mendukung terjadinya kodensasi, indicator yang bisa menujukan telah terjadinya proses
pegembunan yakni dengan terbentuknya awan.
5- Jika sudah terdapat awan maka uap air sudah sepenuhnya berubah menjadi titik air.
6- Terbentuknya Titik Air, Pada daerah tertentu dimana suhu udara sangat rendah, titik titik air tadi dapat
berubah menjadi butiran es yang ringan sehingga masih bisa melayang mengkuti arah angin yang
membawanya.
7- Jadi faktor yang menentukan hujan adalah proses pengembunan dan pasokan uap air, jika volume
uap air yang naik sangat besar dan proses kodensasi berlangsung cepat maka hujan dapat segera
terjadi.
Lantas apa perbedaan antara kabut dan awan? Sebenarnya sistem pembentukannya sama namun yang
membedakan-nya hanyalah ketinggian tempat berlangsungnya kodensasi. Kabut atau frost proses
pengembunan terjadi dekat dengan permukaan bumi dan umumnya terjadi pada malam hari dimana
mana uap air yang tersebar di suatu tempat dapat langsung berubah menjadi titik air. Namun karena
prosesnya terjadi pada malam atau pagi hari uap air tadi tidak mampu naik lebih tinggi lagi sehingga
hanya berada di sekitar permukaan bumi dan langsung menguap pada pagi harinya.
Awan Cirrus (Ci) merupakan awan tertinggi dari kelompok ini yang berada pada ketinggian diatas 9.000
meter dpl, berbentuk sangat halus seperti benang sutra dan mengandung kristal es sering terlihat apabila
cuaca cerah.
Awan Cirrocumulus (Cc) merupakan awan yang berada pada ketinggian antara 7.500 dpl hingga 9.000
meter, bentuk umum dari jenis ini seperti gumpalan bulu domba dan berwarna putih serta dapat
terhimpun menjadi globuler.
Awan Cirrostratus (Cs) merupakan jenis awan yang berada di ketinggian antara 6.000 hingga 7.500
meter dpl, berbentuk tipis dan putih seperti susu. Awan ini juga yang sering menghasilkan sebuah
lingkaran (Hallo) yang diyakini oleh sebagian orang sebagai tanda akan terjadinya angin topan atau
badai.
Sebagai Indikator Cuaca Dan Iklim – Keberadaan awan sangatlah penting bagi manusia untuk bisa
mengukur kondisi cuaca dan iklim di bumi. Tanpa adanya awan maka Badan Metreologi dan Geofisika
(BMKG) akan kesulitan memetakan cuaca sehingga tidak aka nada lagi perkiraan cuaca. Awan juga
berfungsi sebagai petunjuk arah angin, karena dengan melihat pengerakan awan, kita dapat mengetahui
secara pasti kemana angin bergerak dan seberapa kecepatannya
Sebagai Pengatur Cuaca – Karena terdapat kandungan air dalam jumlah besar didalamnya, awan juga
bisa menjadi pengatur suhu dan cuaca melalui proses hujan. Daerah yang mengalami kekeringan dan
panas akan segera ternetralisir jika sudah terjadinya hujan.
Sumber Air Bagi Bumi – Dengan adanya hujan maka airnya akan segera terserap kembali kebumi dan
akan dikembalikan dalam bentuk mata air kemudian menjadi sungai yang dapat menjadi sumber ruang
publik untuk kehidupan bagi semua makhluk hidup. Perputaran air ini sering disebut dengan Siklus
Hidrologi.
Pemantul Radiasi Matahari – Tidak semua radiasi surya dapat terpantul oleh atmosfer, kadangkala-nya
juga radiasi sinar Ultaviolet sebagian masuk ke bumi. Beruntung dengan adanya awan, radiasi yang
sempat lolos tersebut langsung dipantulkan kembali ke luar angkasa. (baca : bagian bagian matahari).
Longsoran angin pada awan badai juga sangat menganggu keseimbangan pesawat, sehingga ada
beberapa jenis awan dan jenis jenis hujan yang sangat dihindari oleh pilot, mereka memilih membelokan
arah pesawat atau menaikkan ketinggian daripada berhadapan langsung dan menerobos gumpalan
awan badai tersebut. Tak sedikit kecelakaan udara sering terjadi yang disebabkan oleh gangguan awan
badai.