PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Memang saat luka sudah terinfeksi akan terdapat kesulitan dalam
menyembuhkan luka tersebut. Hal ini karena infeksi pada luka menghambat
proses pertumbuhan jaringan dan merusak jaringan yang tersisa. Memang luka
yang infeksi harus diketahui penyebab infeksinya, sebelum dilakukan
perawatan secara tepat.
Infeksi pada luka harus diketahui jenis bakteri atau kuman yang menjadi
penyebabnya. Biasanya ini dilakukan dengan melakukan kultur jaringan lewat
pemeriksaan laboratorium. Ini dikenal dengan pus swabs, yaitu mengambil
jaringan yang terinfeksi untuk dibiakan di laboratorium, agar bisa diketahui
jenis bakteri atau kumannya. Setelah jenis bakteri atau kumannya diketahui,
baru diberikan oleh dokter obat antibiotika yang tepat, yang akan membasmi
bakteri yang menginfeksi di luka tersebut.
Biasanya bila pengobatan antibiotika tidak dilakukan, maka luka infeksi
tidak akan sembuh, bahkan bisa menjadi sepsis atau infeksi yang parah.
Tanda-tandanya biasanya luka semakin menghitam, tubuh terasa panas atau
demam, diikuti gejala sepsis yang bisa mengancam jiwa. Bila ini terjadi
penderita harus dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan yang
intensif.
Pengobatan ini diikuti pula dengan perawatan luka yang intensif pula,
sehari bisa dilakukan dua kali, tergantung dengan keadaan lukanya. Pada luka
yang terbuka memang perlu dibersihkan dengan larutan antiseptik yang cukup
kuat, seperti rivanol atau betadin. Juga luka harus dibersihkan dari jaringan
yang sudah mati. Biasanya jaringan yang sudah mati ini bisa menginduksi
terjadinya infeksi atau menghambat proses penyembuhan luka.
Luka yang sudah dibersihkan juga harus ditutup atau kompres dengan
dengan boorwater, namun bila jaringan mulai tumbuh, seperti pada luka
terbuka, maka pemberian sufratul sangat disarankan. Perbedaan dalam
perawatan luka infeksi memang dengan melihat perkembangan dan kondisi
jaringan pada luka. Namun yang jelas luka yang sudah dirawat harus ditutup,
dan dijauhkan dari kontaminasi baik oleh debu maupun air.
Balutan pada luka juga janganlah terlalu ketat, agar longgar namun
juga cukup menutupi luka yang terbuka tersebut. Bila produksi pus atau nanah
sangat sering, memang harus dilakukan perawatan yang lebih intensif, bahkan
sehari bisa tiga kali. Perawatan luka juga harus dilakukan secara steril dengan
alat-alat, kasa dan larutan yang steril. Tujuannya memang mencegah infeksi
lanjutan maupun nosokomial infeksi.
Biasanya bila terjadi nosokomial infeksi akan membuat luka semakin
sulit untuk disembuhkan. Kebanyakan perawatan luka yang sembarangan bisa
menyebabkan infeksi lanjutan. Juga perlu diperhatikan asupan makanan yang
baik selama terjadi infeksi pada luka. Ini untuk membantu tubuh dalam
melawan infeksi, sekaligus untuk pertumbuhan jaringan pada luka.
Perawatan luka infeksi juga harus memperhatikan adanya penyebab
dari dalam tubuh, seperti adanya penyakit gula darah atau diabetes yang bisa
menyulitkan penyebuhan luka. Pada luka infeksi dengan diabetes, penderita
harus menstabilkan kadar gula darahnya, agar luka bisa sembuh dengan cepat.
Kalau ini tidak dilakukan luka infeksi akan susah sembuhnya dan bisa menjadi
gangrene serta bila berlanjut bisa dilakukan amputasi pada jaringan yang
nekrosis atau mati.
Pada saat ini, perawatan luka telah mengalami perkembangan yang
sangat pesat terutama dalam dua dekade terakhir ini. Teknologi dalam bidang
kesehatan juga memberikan kontribusi yang sangat untuk menunjang praktek
perawatan luka ini. Disamping itu pula, isu terkini yang berkait dengan
manajemen perawatan luka ini berkaitan dengan perubahan profil pasien,
dimana pasien dengan kondisi penyakit degeneratif dan kelainan metabolic
semakin banyak ditemukan. Kondisi tersebut biasanya sering menyertai
kekompleksan suatu luka dimana perawatan yang tepat diperlukan agar proses
penyembuhan bisa tercapai dengan optimal.
Dengan demikian, perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan
keterampilan yang adekuat terkait dengan proses perawatan luka yang dimulai
dari pengkajian yang komprehensif, perencanaan intervensi yang tepat,
implementasi tindakan, evaluasi hasil yang ditemukan selama perawatan serta
dokumentasi hasil yang sistematis. Isu yang lain yang harus dipahami oleh
perawat adalah berkaitan dengan cost effectiveness. Manajemen perawatan luka
modern sangat mengedepankan isu tersebut. Hal ini ditunjang dengan semakin
banyaknya inovasi terbaru dalam perkembangan produk-produk yang bisa dipakai
dalam merawat luka
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang Perawatan Luka Infeksi.
2. Tujuan Khusus
a. Pengertian Luka
b. Penyembuhan luka
c. Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka
d. Perawatan luka
BAB II
PERAWATAN LUKA
A. Pengertian Luka
Secara definisi suatu luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan
oleh karena adanya cedera atau pembedahan. Luka ini bisa diklasifikasikan
berdasarkan struktur anatomis, sifat, proses penyembuhan dan lama
penyembuhan. Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana
secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang. Ketika luka
timbul, beberapa efek akan muncul :
1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2. Respon stres simpatis
3. Perdarahan dan pembekuan darah
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel
Sedangkan klasifikasi berdasarkan struktur lapisan kulit meliputi:
superfisial, yang melibatkan lapisan epidermis; partial thickness, yang
melibatkan lapisan epidermis dan dermis; dan full thickness yang
melibatkan epidermis, dermis, lapisan lemak, fascia dan bahkan sampai ke
tulang. Berdasarkan proses penyembuhan, dapat dikategorikan menjadi
tiga, yaitu:
a. Healing by primary intention
Tepi luka bisa menyatu kembali, permukan bersih, biasanya terjadi
karena suatu insisi, tidak ada jaringan yang hilang. Penyembuhan luka
berlangsung dari bagian internal ke ekseternal.
b. Healing by secondary intention
Terdapat sebagian jaringan yang hilang, proses penyembuhan akan
berlangsung mulai dari pembentukan jaringan granulasi pada dasar luka
dan sekitarnya.
c. Delayed primary healing (tertiary healing)
Penyembuhan luka berlangsung lambat, biasanya sering disertai dengan
infeksi, diperlukan penutupan luka secara manual.
Berdasarkan klasifikasi berdasarkan lama penyembuhan bisa
dibedakan menjadi dua yaitu: akut dan kronis. Luka dikatakan akut jika
penyembuhan yang terjadi dalam jangka waktu 2-3 minggu. Sedangkan
luka kronis adalah segala jenis luka yang tidak tanda-tanda untuk sembuh
dalam jangka lebih dari 4-6 minggu. Luka insisi bisa dikategorikan luka
akut jika proses penyembuhan berlangsung sesuai dengan kaidah
penyembuhan normal tetapi bisa juga dikatakan luka kronis jika
mengalami keterlambatan penyembuhan (delayed healing) atau jika
menunjukkan tanda-tanda infeksi.
B. Menurut tingkat Kontaminasi terhadap luka :
1. Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah tak terinfeksi yang mana
tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem
pernafasan, pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih
biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan dimasukkan
drainase tertutup (misal; Jackson – Pratt). Kemungkinan terjadinya infeksi
luka sekitar 1% - 5%.
2. Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan luka
pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau
perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi,
kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% - 11%.
C. PENGERTIAN INFEKSI
Infeksi adalah kolonalisasi yang dilakukan olehspesies asing terhadap
organisme inang, dan bersifat pilang membahayakan inang. Organisme
penginfeksi, atau patogen, menggunakan saranayang dimiliki inang untuk
dapat memperbanyakdiri, yang pada akhirnya merugikan inang.Patogen
mengganggu fungsi normal inang dandapat berakibat pada lukakronik,
gangrene, kehilangan organ tubuh, danbahkan kematian.
Kemampuan bakteri untuk menghasilkan efek yang merusak dipengaruhi
oleh
1. Kemampuan system imunitas pasien untuk menyerang bakteri (host
resistence).
2. Jumlah bakteri pada luka, semakin banyak bakteri akan semakin beresiko.
3. Jenis bakteri pada luka. Beberapa bakteri memiliki kemampuan besar
(virulensi) dibanding jenis lain dan dapat menyebabkan penyakit walaupun
masih dalam jumlah yang sedikit.
Keberadaan bakteri pada luka mungkin akan menimbulkan:
1. Kontaminasi : bakteri tidak berkembang biak dan belum menimbulkan
masalah klinis.
2. Kolonisasi : Bektari berkembang biak tapi tidak merusak jaringan.
3. Infeksi : Bakteri berkembang biak, penyembuhan terganggu dan jaringan
luka mengalami kerusakan (infeksi lokal) bila tidak ditangani dapat
menimbulkan infeksi sitemik.
Karakteristik luka yang beresiko untuk infeksi Luka Akut
1. Kontaminasi pembedahan.
2. Prossedur operasi yang lama.
3. Trauma, dengan pertolongan yang lambat.
4. Nekrotik jaringan atau benda asing.Luka Kronik
5. Nekrotik jaringan atau benda asing.
6. Durasi yang lama.
7. Ukuran luka yang luas dan dalam.
8. Lokasi luka yang dekat dengan daerah
9. kontaminasi, seperti anal.
G. Penyebaran infeksi
1. Sumber-sumber infeksi
Sumber infeksi dapat bersifat endogen, yaitu berasal dari pasien itu
sendiri, atau eksogen, yaitu berasal dari kasus infeksi atau karier.
Banyak patogen potensial yang bersifat komensal, hidup di dalam
usus atau saluran pernapasan atas. Flora usus dengan mudah dapat
mengkontaminasi luka didekatnya, seperti dekubitus daerah sakrum atau
ulkus tungkai, khususnya pada pasien konfusi yang menderita
inkontinensia fekal. Komensal kulit dapat masuk melalui luka pada kulit.
Dengan demikian, pasien dapat menginfeksi diri mereka sendiri.
Kemungkinan lain, sumber dari suatu infeksi dapat pula berasal
dari pasien lain. Pasien yang telah pulih kembali dari infeksi masih dapat
menjadi karier konvalesen. Meskipun demikian, karier yang paling
berbahaya adalah pasien yang tidak pernah memperlihatkan tanda dan
gejala penyakit dan oleh karenanya mereka tidak pernah teridentifikasi
sebagai karier.
A. Kesimpulan
suatu luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena
adanya cedera atau pembedahan. Luka ini bisa diklasifikasikan berdasarkan
struktur anatomis, sifat, proses penyembuhan dan lama penyembuhan. Luka
adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat
substansi jaringan yang rusak atau hilang. Ketika luka timbul, beberapa efek
akan muncul :
1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2. Respon stres simpatis
3. Perdarahan dan pembekuan darah
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel
Penggunaan ilmu dan teknologi serta inovasi produk perawatan luka dapat
memberikan nilai optimal jika digunakan secara tepat
Prinsip utama dalam manajemen perawatan luka adalah pengkajian luka yang
komprehensif agar dapat menentukan keputusan klinis yang sesuai dengan
kebutuhan pasien
Peningkatan pengetahuan dan keterampilan klinis diperlukan untuk menunjang
perawatan luka yang berkualitas
B. Saran
Pergunakanlah makalah ini sebagai pedoman dalam pembelajaran perawatan
luka modern.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta: Salemba Medika
Bobak, K. Jensen. 2005. Perawatan Maternitas. Jakarta: EGC.
Dudley HAF, Eckersley JRT, Paterson-Brown S. 2000. Pedoman Tindakan Medik dan
Bedah. Jakarta: EGC.
Effendy, Christantie dan Ag. Sri Oktri Hastuti. 2005. Kiat Sukses menghadapi Operasi.
Yogyakarta: Sahabat Setia.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EG
DAFTAR PUSTAKA
Ganong F. William. (1998). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 17. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.