Studi Khasiat Keamanan Dan Mutu Kemangi
Studi Khasiat Keamanan Dan Mutu Kemangi
)
1 2 3
Ayu Syafitri S (G84110002) , Synta HF , Popi Asri Kurniatin
1 2 3
Mahasiswa Praktikum , Asisten Praktikum , Dosen Praktikum
Pengantar Penelitian Biokimia
Departemen Biokimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
2014
ABSTRAK
Kemangi (Ocimum sp.) merupakan salah satu tanaman yang
dimanfaatkan sebagai bahan pangan, namun memiliki potensi sebagai tanaman
obat. Daun kemangi berwarna hijau, berbau aromatik kuat dan terasa kasar.
Simplisia yang diperoleh melalui teknik thermogravimetri berukuran 0.5 mm,
berwarna hijau gelap, berbau aromatik lemah dan terasa tawar dengan kadar air
sebesar 7.5%, susut sampel sebesar 88.36%, rendemen ekstrak sebesar 6.39%
dan rendemen ekstrak terkoreksi sebesar 6.92%. Mutu simplisia diuji dan
ditentukan kandungan bioaktif yang terlarut dalam ekstrak etanol daun kemangi,
mengetahui teknik dan metode ekstrasi jahe dengan maserasi, dan dilakukan
penentuan potensi farmakologi sederhana dari suatu sediaan tanaman obat melalui
metode BSLT (Brine shrimp lethality test) dan pengujian aktivitas antibakteri.
Ekstrak etanol daun kemangi mengandung senyawa aktif alkaloid, tanin,
flavonoid, saponin dan steroid, sedangkan komponen triterpenoid tidak
dikandung oleh ekstrak daun kemangi. Konsentrasi ekstrak (ppm) yang diperoleh
dari penentuan LC50 adalah 248.90 ppm. Nilai konsentrasi menunjukkan bahwa
ekstrak kemangi bersifat toksik karena tidak berada dalam rentang LC 50 < 1000
ppm. Daun kemangi tidak memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus
aureus, namun memiliki aktivitas anti bakteri pada Escherichia coli dengan
KHTM pada 100 ppm dengan diameter zona bening sebesar 0.661 cm.
Kata kunci: Ekstrak daun kemangi, analisis mutu, uji fitokimia, BSLT, uji
antibakteri
Pendahuluan
Tanaman obat adalah tanaman yang mengandung bahan yang dapat
digunakan sebagai pengobatan dan bahan aktifnya dapat digunakan sebagai bahan
obat sintetik (WHO dalam Sofowora 1982). Penggunaan bahan alam sebagai obat
cenderung mengalami peningkatan dengan adanya isu back to nature dan krisis
berkepanjangan yang mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat terhadap
obat-obat modern yang relatif lebih mahal harganya. Obat bahan alam juga
dianggap hampir tidak memiliki efek samping yang membahayakan. Namun,
untuk mengetahui manfaat dan efek samping obat secara pasti perlu dilakukan
penelitian, uji praklinis dan uji klinis.
Salah satu tanaman yang memiliki khasiat sebagai obat adalah daun
kemangi (Ocimum sanctum Linn.) (gambar 1). Tanaman kemangi merupakan
tanaman herba tegak atau semak, tajuk membulat, bercabang banyak, dan
tingginya 0,3-1,5 meter. Daunnya tunggal, berhadapan, tangkai daun berukuran
0,25-3 cm, berbentuk bulat telur – elip – memanjang dengan ujung meruncing
atau tumpul, di kedua permukaan berambut halus, tepi daun bergerigi lemah-
bergelombang-rata. Susunan bunganya majemuk berkarang atau tandan, terminal,
dan panjangnya 2,5-14 cm (Sudarsono dkk. 2002).
Gambar 1 Kemangi
Daun kemangi mengandung tanin (4,6%), flavonoid, steroid, triterpenoid,
minyak atsiri (2%), asam heksauronat, pentosa, xilosa, asam metil homoanisat,
molludistin serta asam ursolat (Peter 2002 dan Meyer et al. 1982). Komponen
minyak atsiri Ocimum sanctum terdiri dari α-pinen, β-pinen, sabinen, mirsen,
limonen, 1,8 sineol, Z-β-osimen, E-β-osimen, E-sabinenhidrat, E-α-bergamoten,
β-kariofilen, E-β-farnesen, α-humulen, metilkavikol, α-terpineol, germakaran-D,
β-bisabolen, α-bisabolen, eugenol (62%), metileugenol, α-bisabolol, eukaliptol,
estragol, borneol, osimen, geraniol, anetol, 10-kadinol, β-karofilen, α-terpinol,
kamfora, 3-oktanon, safrol, seskuitujen, linalool. Flavonoidnya terdiri dari flavon
epigenin, luteolin, flavon-O-glikosida apigenin 7-O-glukoronida, luteolin 7-
Oglukoronida, flavon C-glukosida orientin, vicenin, cirsilineol, cirsimaritin,
isothymusin, isothymonin (Sudarsono dkk. 2002 dan Depkes RI 1995).
Kandungan fitokimia tersebut menyebabkan daun kemangi mempunyai
beragam khasiat antara lain: analgesik, antiamnesik, nootropik, antihelmintik, anti
bakterial, anti katarak, anti fertilitas, anti hiperlipidemi, anti inflamasi, anti
lipidperoksidatif, anti oksidan, anti stress, anti thyroid, antitusif, anti ulkus,
kemoprotektif, imunomodulator, radioprotektif, aktivitas hipoglikemik, aktivitas
hipotensif, dan anti kanker (Dattani 2008). Kemangi juga memiliki beragam efek
biologi dan farmakologi pada kandungan minyak atsiri dan ekstrak etanol daun
kemangi yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri seperti: Staphylococcus
aureus dan Escherichia coli (Sudarsono dkk. 2002).
Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia bergantung pada bagian
tanaman yang digunakan, umur tanaman, atau bagian tanaman saat panen, waktu
panen, dan lingkungan tempat tumbuh (Agoes 2007). Kandungan senyawa aktif
dari daun kemangi dapat diperoleh dengan cara ekstraksi. Ekstraksi merupakan
peristiwa pemindahan massa zat aktif yang semula berada dalam sel ditarik oleh
pelarut sehingga terjadi larutan zat aktif dalam pelarut tersebut. Metode ekstraksi
bahan alam umumnya dilakukan dengan maserasi. Maserasi merupakan teknik
ekstraksi menggunakan pelarut-pelarut organik yang volatil. Penekanan utama
pada maserasi adalah tersedianya waktu kontak yang cukup antara pelarut dan
jaringan yang diekstraksi (Guether 1987).
Penggunaan suatu bahan alam sebagai senyawa obat perlu perlu melalui
uji toksisitas. Uji toksisitas didefinisikan sebagai segala hal yang memiliki bahaya
dari senyawa aktif maupun dari obat terhadap organisme target. Uji toksisitas
dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) merupakan uji toksisitas akut
dengan efek toksik suatu senyawa ditentukan dalam waktu singkat, yaitu rentang
waktu selama 24 jam setelah pemberian dosis uji. Hasilnya akan diperoleh nilai
Metode Percobaan
Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Biokimia Departemen Biokimia
FMIPA IPB setiap hari Kamis pukul 10.00-13.00 WIB, mulai tanggal 27 Februari
sampai 20 Maret 2014.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini, antara lain pisau stainless
steel, oven, blender, wadah plastik, kantong plastik, nampan pengering,
mikroskop, cawan petri steril, eksikator, neraca analitik, labu bersumbat, labu
takar, labu Erlenmeyer 500 mL, shaker orbital, evaporator dan asesorisnya,
aluminium foil, plastik perekat, kertas saring, lemari es, wadah penumbuh larva
udang, lampu, vial pengujian, tabung reaksi, pipet Mohr, pipet tetes, pipet mikro,
autoklaf, laminar air flow, dan penggaris.
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan kali ini, antara lain daun
kemangi 1 kg, simplisia kemangi, akuades steril, larutan etanol 95%, larutan
kloroform, larva udang Artemia salina L., ekstrak kemangi, air laut, larutan
amonia, larutan H2SO4, reagen Dragendorf, reagen Meyer, reagen Walkner,
larutan etanol 30%, larutan asam glasial, larutan asam sulfat pekat, media nutrient
agar (NA), media nutrient broth (NB), isolat bakteri Escherichia coli, isolat
bakteri Staphylococcus aureus, kloramfenikol dan larutan DMSO 2%.
Prosedur Percobaan
Pembuatan Simplisia Tanaman Obat. Tanaman obat daun kemangi
dipreparasi melalui beberapa tahap, yaitu pencucian dan penyotiran basah. Daun
kemangi dicuci dengan air bersih, lalu ditiriskan dalam wadah berlubang-lubang
agar air cucian yang tertinggal dapat dipisahkan, kemudian ditempatkan ke dalam
wadah yang bersih dan kering. Daun kemangi sebanyak 3 kg ditempatkan dalam
o
nampan tahan panas, dikeringkan dalam oven pada suhu 50 C selama 3 hari.
Simplisia kering ini ditimbang beratnya dan dihaluskan menggunakan alat
penggiling (blender) berukuran 20-80 mesh, dikemas dalam plastik, dan disimpan
dalam suhu ruang untuk pengujian selanjutnya.
× 100%
bobot sampel awal
2.00
= 7,5%
Susut sampel = bobot sampel basah − bobot sampel kering
× 100%
bobot sampel basah
= 1100− 128
× 100%
1100
= 88.36%
Rendemen ekstrak (cawan 1 dan 2) = bobot cawan +ekstrak − bobot cawan kosong
x 100%
bobot simplisia
= 99.16g−94.8 0 g x 100%
68.15 g
= 6.39 %
Rendemen terkoreksi = bobot cawan +ekstrak − bobot cawan kosong x 100% bobot simplisia −(kadar air x bobot simplisia )
99.16g−94.80 g
=
68.15 g−(7.5% x 68.15 g) x 100%
= 6.92%
Kadar air ditentukan melalui metode thermogravimetri yang dilakukan
triplo (AOAC 2006). Prinsip metode thermogravimetri adalah menguapkan air
yang ada dalam bahan melalui pemanasan. Secara umum proses thermogravimetri
dilakukan dengan perlakuan yang mencakup penimbangan, pengovenan,
pendinginan hingga diperoleh berat konstan (Sudarmadji dkk.1989). Cawan yang
digunakan untuk menampung sampel pada metode ini di oven terlebih dahulu
sebelum digunakan untuk meminimalisir kadar airnya. Kadar air
temu ireng hasi lpercobaan dengan tiga kali pengukuran (tabel 2) ialah 7.5%
dengan susut sampel sebesar 88.36%. Hasil ini tidak berbeda nyata dengan
Fadlianti (2010) bahwa kadar air dari daun kemangi adalah 7.99%. Hasil
pengeringan sampel yang diperoleh dapat dinyatakan baik karena memiliki kadar
air lebih kecil dari 10% sehingga tidak mudah terkontaminasi oleh mikroba.
Fitokimia merupakan senyawa yang ditemukan pada tumbuhan, tidak
dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh namun memiliki efek yang menguntungkan
bagi kesehatan. Keberadaan senyawa–senyawa ini merupakan hasil dari proses
biosintesis dengan berbagai khasiat, antara lain sebagai pelindung terhadap
penyakit atau pemangsa (Achmad 2001). Pengujian kandungan fitokimia ekstrak
tanaman kemangi meliputi uji alkaliod (uji Dragendorf, Meyer dan Wagner),
tanin. Flavonoid, saponin, steroid dan triterpenoid. Berdasarkan hasil pengamatan
(tabel 3) diperoleh bahwa ekstrak etanol daun kemangi memiliki kandungan
alkaloid, tanin, flavonoid, saponin dan steroid. Hal ini sesuai dengan penelitian
sebelumnya bahwa ekstrak tanaman kemangi mengandung flavonoid (Fathiazad
dkk. 2008); saponin, tanin (Ramasubramania dkk. 2012); alkaloid, terpenoid
(Naibaho dkk. 2013); Steroid (Tewari dkk. 2012), namun menurut Bilal dkk.
(2012) ekstrak daun kemangi juga mengandung triterpenoid.
Meyer + +
Wagner + +
2. Tanin + +
3. Flavonoid + +
4. Saponin + +
5. Steroid + +
6. Triterpenoid - -
= 2
100%
10
= 20%
1+ 2+ 3
Rerata % kematian = %
= 0+20+0
3
= 6.67
120
% Kematan rerata
3). Hasil dari analisis grafik menunjukkan harga LC 50 dari ekstrak daun kemangi
adalah 248.90 ppm, sehingga dapat dikatakan ekstrak daun kemangi pada
percobaan ini memiliki potensi toksisitas akut menurut metode BSLT yaitu pada
perlakuan dengan hewan coba larva Artemia salina Leach.
Semakin besar konsentrasi ekstrak maka tingkat kematian larva udang
Artemia salina L. juga semakin besar (Harborne 1994). Namun, pernyataan ini
kurang sesuai dengan data yang dihasilkan dari pengamatan. Konsentrasi tertinggi
(500 ppm) mematikan artemia dalam jumlah yang paling banyak, namun pada
konsentrasi yang lebih kecil %kematian menjadi bervariasi. Hal ini mungkin
disebabkan oleh kontaminan pada aquades yang digunakn saat pengenceran.
Konsentrasi ekstrak (ppm) yang didapatkan pada percobaan ini menyatakan
ekstrak kemangi bersifat toksik. Berbeda dengan konsentrasi ekstrak yang
didapatkan dari penelitian Hendrawati ARE (2009), konsentrasi ekstrak kemangi
bersifat tidak toksik karena berada dalam rentang LC50 > 1000 ppm yaitu
5901.815 ppm. Hal ini disebabkan perbedaan perlakuan dan jumlah Artemia yang
digunakan serta lingkungan sekitar baik internal dan eksternal mempengaruhi
kematian Artemia yang digunakan.
Pada penelitian ini didapatkan bahwa ekstrak daun kemangi mempunyai
potensi toksisitas akut. Hal tersebut berkaitan dengan keempat senyawa yang
terdapat dalam daun kemangi yaitu saponin, alkaloid, flavonoid, steroid dan tanin
dimana pada kadar tertentu memiliki potensi toksisitas akut serta dapat
menyebabkan kematian larva Artemia salina L. Mekanisme kematian larva
berhubungan dengan fungsi senyawa-senyawa tersebut dalam daun kemangi yang
dapat menghambat daya makan larva (antifedant). Cara kerja senyawa-senyawa
tersebut adalah dengan bertindak sebagai stomach poisoning atau racun perut.
Oleh karena itu, bila senyawa-senyawa ini masuk ke dalam tubuh larva, alat
pencernaannya akan terganggu. Selain itu, senyawa ini menghambat reseptor
perasa pada daerah mulut larva. Hal ini mengakibatkan larva gagal mendapatkan
stimulus rasa sehingga tidak mampu mengenali makanannya. Akibatnya, larva
mati kelaparan (Nguyen dan Widodo 1999).
Kandungan berbagai senyawa fitokimia pada ekstrak daun kemangi
menyebabkannya dapat menghambat aktivitas beberapa jenis bakteri. Bakteri
indikator yang digunakan ialah Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Uji
aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan metode difusi dan metode
pengenceran. Disc diffusion test atau uji difusi disk dilakukan dengan mengukur
diameter zona bening (clear zone) yang merupakan petunjuk adanya respon
penghambatan pertumbuhan bakteri oleh suatu senyawa antibakteri dalam ekstrak.
Syarat jumlah bakteri untuk uji kepekaan/sensitivitas yaitu 105-108 CFU/mL
(Hermawan dkk. 2007). Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak daun kemangi
terhadap bakteri E. Coli dan S. aureus disajikan dalam tabel 5. Tabel 5 Uji aktivitas
antibakteri ekstrak daun kemangi
Bakteri Ulangan Sampel Diameter Zona Bening
(cm)
Kontrol positif 2.529
Kontrol negatif 0,000
1 Ekstrak 100 ppm 0,000
Ekstrak 250 ppm 0,000
Ekstrak 500 ppm 0,000
Staphylococcus aureus Ekstrak 1000 ppm 0,000
Kontrol positif 3.581
Kontrol negatif 0,000
2 Ekstrak 100 ppm 0,000
Ekstrak 250 ppm 0,000
Ekstrak 500 ppm 0,000
Ekstrak 1000 ppm 0,000
Kontrol positif 2.080
Kontrol negatif 0,000
Escherichia coli 1 Ekstrak 100 ppm 0,000
Ekstrak 250 ppm 0,000
Ekstrak 500 ppm 0,000
Ekstrak 1000 ppm 0,000
Kontrol positif 3.540
Kontrol negatif 0.650
2 Ekstrak 100 ppm 0.661
Ekstrak 250 ppm 0.641
Ekstrak 500 ppm 0.761
Ekstrak 1000 ppm 0.764
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 4 Uji aktivitas antibakteri ekstrak daun kemangi terhadap bakteri (a)
Escherichia coli ulangan 1 (b) Escherichia coli ulangan 2 (c) Staphylococcus aureus
ulangan 1 (d) Staphylococcus aureus ulangan 2
Hasil uji aktivitas antibakteri akstrak daun kemangi tidak menunjukkan
penghambatan terhadap pertumbuhan S. Aureus sedangkan pada E. Coli aktivitas
penghambatan ditunjukkan hanya pada cawan ke-2. Diameter zona bening ekstrak
terhadap E. coli yang terbentuk pada cawan kedua dengan konsentrasi 100 ppm,
250 ppm, 500 ppm, dan 1000 ppm masing-masing 0.661 cm, 0.641 cm, 0.761 cm
dan 0.764 cm dengan diameter cakram yang digunakan untuk meneteskan ekstrak
terukur sebesar 0,460 cm (gambar 4). Kontrol positif yang digunakan dalam
praktikum adalah ampisilin dengan aquades sebagai kontrol negatif. Ampisilin
menunjukkan aktivitas penghambatan terhadap kedua bakteri yang digunakan
dengan diameter zona bening 2.529 cm dan 3.581 cm pada S. Aureis serta 2.080
cm dan 3.540 cm pada E. Coli.
Menurut Davis dan Stout (1971) bahwa ketentuan kekuatan daya
antibakteri ialah daerah hambatan 20 mm atau lebih termasuk sangat kuat, daerah
hambatan 10-20 mm kategori kuat, daerah hambatan 5-10 mm kategori sedang,
dan daerah hambatan 5 mm atau kurang termasuk kategori lemah. Oleh karena itu,
ekstrak daun kemangi tidak memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri gram
positif (Staphylococcus aureus), namun memiliki aktivitas antibakteri terhadap
bakteri gram negatif (Escherichia coli). Aktifitas ini tergolong dalam daerah
hambatan sedang karena zona bening terbesar yang dibentuk oleh ekstrak
kemangi sebesar 0.764 cm atau 7.64 mm. Nilai KHTM yang diperoleh pada
bakteri gram negatif sebesar 100 ppm dengan diameter 0.661 cm. Aktivitas
antibakteri yang tidak teramati pada cawan pertama bakteri E. Coli dapat
disebabkan adanya air hasil pendinginan uap media agar yang terserap oleh
cakram, seningga cakram tidak dapat lagi menampung cairan ekstrak. Hal ini
sesuai dengan Kadarohman (2011) bahwa nilai diameter zona bening yang
terbentuk pada rentang < 8 mm masih berada dalam kisaran tidak efektif.
Ampisilin yang digunakan sebagai kontrol positif berupa serbuk hablur,
putih dan tak berbau. Ampisilin merupakan derivat penisilin yang merupakan
kelompok antibiotik β–laktam yang memiliki spektrum antimikroba yang luas.
Ampisilin efektif terhadap mikroba Gram positif dan Gram negatif. Ampisilin
digunakan untuk infeksi pada saluran urin yang disebabkan oleh Escherichia coli
dan juga untuk infeksi saluran pernafasan, telinga bagian tengah yang disebabkan
Streptococcus pneumoniae (Brooks dkk 2005).
Bakteri yang digunakan dalam praktikum ini adalah Eschericia coli dan
Staphylcoccus aureus. E. coli merupakan bakteri gram negatif, berbentuk batang
pendek, motil aktif dan tidak membentuk spora. Pembiakkan E. coli bersifat aerob
atau fakultatif anaerob, pertumbuhan optimum pada suhu 37ºC. E. coli
mempunyai beberapa antigen, yaitu antigen O (polisakarida), antigen K
(kapsular), antigen H (flagella). Antigen O merupakan antigen somatik berada
dibagian terluar dinding sel lipopolisakarida dan terdiri dari unit berulang
polisakarida. Antibodi terhadap antigen O adalah IgM. Antigen K adalah antigen
polisakarida yang terletak di kapsul (Juliantina dkk. 2008).
Bakteri S. aureus tergolong bakteri gram positif yang merupakan flora
normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia. Staphylococcus dapat menjadi
penyebab infeksi baik pada manusia maupun pada hewan. Bakteri ini dapat
mengakibatkan infeksi kerusakan pada kulit atau luka pada organ tubuh jika
bakteri ini mengalahkan mekanisme pertahanan tubuh. Saat bakteri masuk ke
peredaran darah bakteri dapat menyebar ke organ lain dan meyebabkan infeksi
(Pelczar dan chan 1986).
Simpulan
Daun kemangi memiliki ciri visual berwarna hijau, berbau aromatik kuat
dan terasa kasar. Proses pembuatan simplisia daun kemangi bertujuan menambah
umur simpan dan mempermudah reaksi. Simplisia yang diperoleh melalui teknik
thermogravimetri berukuran 0.5 mm, berwarna hijau gelap, berbau aromatik
lemah dan terasa tawar. Kadar air yang diperoleh dalam pembuatan simplisia
sebesar 7.5%, susut sampel sebesar 88.36, rendemen ekstrak sebesar 6.39% dan
rendemen ekstrak terkoreksi sebesar 6.92%. %. Hasil uji fitokimia menunjukkan
bawa ekstrak etanol daun kemangi mengandung senyawa aktif alkaloid, tanin,
flavonoid, saponin dan steroid. Sedangkan komponen triterpenoid tidak
dikandung oleh ekstrak daun kemangi. Konsentrasi ekstrak (ppm) yang diperoleh
dari penentuan LC50 adalah 248.90 ppm. Nilai konsentrasi menunjukkan bahwa
ekstrak kemangi bersifat toksik karena tidak berada dalam rentang LC 50 < 1000
ppm. Daun kemangi tidak memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus
aureus, namun memiliki aktivitas anti bakteri pada Escherichia coli dengan
KHTM pada 100 ppm dengan diameter zona bening sebesar 0.661 cm.
Daftar Pustaka
[AOAC] The Association of Official Analytical Chemist. 2006. Official Methods
of Analysis. Edisi ke-18. Washington DC: Association of Official
Analytical Chemist.
Achmad SA. 2001. Prospek Kimia Bahan Alam Konservasi Hutan Tropika
Indonesia. Makalah Seminar Nasional VI Kimia Dalam Industri dan
Lingkungan. Padang (ID).
Agoes G. 2007. Teknologi Bahan Alam. Bandung (ID): ITB Pr.
Baraja, M., 2008, Uji Toksisitas Ekstrak Daun Ficus elastica Nois ex Blume
terhadap Artemia salina Leach dan Profil Kromatografi Lapis Tipis,
Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta,
Surakarta.
Bilal A, Nasreen J, Ajij A, Saima, NB, Shahida H dan Syeda H. 2012.
Phytochemical and pharmacological and studies of Ocimim bacilium Linn-a
review. Ilt Journal of Rev. Vol 04 (23): 73.
Brooks GF, JS Butel dan SA Morse. 2005. Medical Microbiology. New York
(US): Mc Graw Hill.
Brooks GF, JS Butel dan SA Morse. 2005. Medical Microbiology. New York
(US): Mc Graw Hill.
Dattani M. 2008. Ocimum sanctum and its therapeutic application. [online].
[Diakses pada 2014 February 26]. Tersedia pada:
http://www.pharmainfo.net/keywords/ocimum-sanctum.
Davis WW dan TR Stout. 1971. Disc plate method of microbiological antibiotic
assay. Journal of Microbiology. 22(4): 659-665.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Materia Medika Indonesia Jilid
VI. Jakarta (ID): Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Fadlianti. 2010. Karakterisasi Simplisia Isolasi dan Analisis Komponen Minyak
atsiri dari Daun kemangi Segar dan Kering (Ocimumi Folium) secara GC-
MS [skripsi]. Universitas Sumatera Utara: Tidak diterbitkan.
Fathiazad F, Amin M, Arash K, Sanaz H, Hamid S, Mojtaba H, Nasrin MD, dan
Alireza G. 2012. Phytocjemical screening and evaluation of
cardioprotective activity of ethanolic exntract of Ocimim bacilium L.
Against isoproterenol induced myocardial infarction in rats. Journal of
Pharmaceutical Sciences. 20: 87.
Guether E. 1987. Minyak Atsiri Jilid I. Ketaren S, penerjemah. Jakarta (ID):
Universitas Negeri Jakarta.
Harborne JB.1994. Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Bandung (ID): ITB.
Hermawan A, Hana W dan Wiwiek T. 2007. Pengaruh Ekstrak Daun Sirih (Piper
betle L.) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia
coli dengan Metode Difusi Disk [skripsi]. Universitas Erlangga.
Juliantina FR, Ayu DCM dan Nirwani B. 2008. Manfaat Sirih Merah (Piper
crocatum) sebagai Agen Antibakterial Terhadap Bakteri Gram Positif dan
Gram Negatif. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia. 2(04): 180-
186.
Juniarti, Delvi O and Yuhernita. 2009. Kandungan senyawa kimia, uji toksisitas
(Brine Shrimp Lethality Test) dan antioksidan (1,1-diphenyl-2-
pikrilhydrazyl) dari ekstrak daun saga (Abrus precatorius L.). Makara
Sains. Vol 13 (01): 50-54.
Kadarohman A et al. 2011. Komposisi kimia dan uji aktivitas antibakteri minyak
kemangi (Ocimum americanum L.) terhadap bakteri Escherichia coli,
Shigella sonnei, dan Salmonella enteritidis. Penel Hayati. 16: 101-110.
Ketaren S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta (ID): Balai Pustaka.
Mayer BNNR, Ferrigni ML. 1982. Brine Shrimp, a convinient general bioassay
for active plant constituents. J of Plant Medical Research. 45: 31-34.
Naibaho OH, Paulina VY, Yamelan dan Weny W. 2013. Pengaruh basis salep
terhadap formulasi sediaan salep ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum
L.) pada kulit punggung kelinci yang dibuat infeksi Staphylococcus
aureus. Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol 02 (02): 27-33.
Nguyen HH, Widodo S.1999. Momordica L. In: Medicinal and Poisinous Plant
Research of South-East Asia 12. De Padua L. S. N. Bunyapraphatsana and
R. H. M. J. Lemmens (eds.). Pudoc Scientific Publisher. 353-359.
Pelczar MJ dan Chan ECS. 1986. Dasar-Dasar Mikribiologi. Hadioetomo RS,
Tjitrosomo SS, Angka SL dan Imas T, penerjemah. Jakarta (ID): UI Press.
Pratiwi ST. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga.
Ramasubramania RR, Satyathan V, Sekhar V dan Roosewelt C. 2012.
Standardization and antibacterial screening of Ocimum bacilium
(Lamiaceae) leaf, seed and stem extract against the organism of
Propionibacterium acne. Journal of Pharmacy and Industrial Research.
Vol 02 (04): 440-445.