I. PEMERIKSAAN REFLEKS
Lengkung refleks terdiri dari reseptor, neuron aferen, euron eferen, dan
organ efektor. Neuron aferen dan eferen akan bersinaps di sistem saraf
pusat (otak atau medula spinalis).1
Alur sistem refleks dimulai dari rangsangan yang diterima suatu
reseptor sampai terjadinya respon yang dilakukan oleh efektor. Suatu
sistem alur tersebutdinamakan dengan lengkung refleks atau reflex .1
Lengkung refleks ini terdiri dari reseptor sensorik, serat saraf
aferen, satu atau lebih sinaps yang terdapat di susunan saraf pusat
atau di ganglion simpatis, serat saraf eferen, dan efektor. 2
Aktivitas lengkung refleks ini dimulai dari reseptor sensorik,
sebagai potensial reseptor yang besarnya sebanding dengan kuat
rangsang. Potensial reseptor ini akan membangkitkan potensial aksi yang
bersifat gagal atau tuntas pada serat saraf aferen. Frekuensi potensial aksi
yang terbentuk akan sebanding dengan besarnya potensial generator. Pada
sistem saraf pusat (SSP), terjadi lagi respon yang besarnya sebanding
dengan kuat rangsang yang berupa potensial eksitasi pascasinaps
(Excitatory Postsynaptic Potential/EPSP) dan potensial inhibisi
postsinaps (Inhibitory Postsynaptic Potential=IPSP) di hubungan-
hubungan saraf (sinaps). Respon yang timbul di serat eferen juga
berupa respon yang bersifat gagal atau tuntas. Bila potensial aksi ini
sampai ke efektor, maka akan terjadi lagi respon yang besarnya sebanding
dengan kuat rangsang. Bila efektornya berupa otot polos, maka akan
terjadi sumasi respon sehingga dapat mencetuskan potensial aksi di otot
polos. Akan tetapi, di efektor yang berupa otot rangka, respon bertahap
tersebut selalu cukup besar untuk mencetuskan potensial aksi yang
mampu menghasilkan kontraksi otot. Perlu ditekankan bahwa hubungan
antara neuron aferen dan eferen biasanya terdapat di sistem saraf pusat dan
kegiatan di dalam lengkung refleks ini dapat dimodifikasi oleh berbagai
masukan dari neuron lain yang juga bersinap pada neuron eferen tersebut.2
Sensasi taktil dibawa ke korda spinalis oleh satu dari tiga jenis
neuron sensorik: serat tipe A beta yang besar, serat tipe A delta yang kecil,
dan serat tipe C yang paling kecil. Kedua jenis serat tipe A mengandung
mielin dan menyalurkan potensial aksi dengna sangat cepat; semakin besar
serat semakin cepat transmisinya dibanding serat yang lebih kecil.
Informasi taktil yang dibawa dalam serat A biasanya terlokalisasi baik.
Serat C yang tidak mengandung mielin dan menyalurkan potensial aksi ke
korda spinalis jauh lebih lambat daripada serat A. 2
Nyeri alih adalah fenomena yang hadir di dalam struktur seperti otot-
otot karena jalur nyeri yang dipetakan secara somatotopikal. Otak tidak dapat
mendeteksi fokus yang tepat untuk rasa sakit yang dirasakan dari struktur
dalam seperti otot atau visera. Jalur neospinothalamic yang memediasi nyeri
kulit sangat terorganisasi secara somatotopikal. Nosiseptor, reseptor sentuhan,
dan reseptor tekanan juga terstimulasi ketika ada nyeri di kulit. Sinyal
sentuhan dan tekanan dihantarkan oleh kolumna posterior yang lebih baik
diatur secara somatopikal daripada jalur neospinothalamik. Otak melalui
thalamus menerima lebih dari satu set informasi yang memungkinkan
pemetaan yang tepat dari nyeri kulit. Jalur palaeospinothalamic memberikan
informasi ke thalamus untuk rangsangan berbahaya di internal. Pemetaan
somatotopik relatif lemah dan menyediakan lokalisasi dalam satu segmen dari
sumsum tulang belakang. Semakin dalam struktur, semakin sulit untuk
lokalisasi. Tidak ada yang mnegawali informasi dari reseptor lain di jaringan
dalam yang dapat membantu otak memetakan rasa sakit secara tepat. Pada
persendian ada proprioseptor yang bergerak di kolumna posterior yang
dipetakan dengan somatotopikal dan membantu melokalisasi nyeri sendi.6
Pola nyeri alih dari otot-otot individu tidak tergantung pada dermatom
yang memasok kulit di atasnya tetapi suplai segmental otot yang
mendasarinya. Misalnya, bagian atas bahu dipasok oleh dermatom C3 / 4.
Trapezius dan skapula levator dipasok oleh C3 / 4 juga. Nyeri alih oleh
struktur dengan suplai segmen C5 / 6 ke area bahu disebabkan oleh otot-otot
bahu yang disuplai oleh C5 / 6 dan bukan karena kulit di atasnya disuplai oleh
dermatoma ini. Otot bahu dan leher dapat merasakan nyeri alih ke lengan jika
mereka memiliki persarafan segmental yang serupa. Nyeri alih karena iritasi
diafragma oleh darah dialihkan ke ujung bahu karena diafragma dan struktur
bahu di bawahnya memiliki suplai segmental yang serupa. Pola nyeri alih
bukan karena distribusi dermatom pada kulit.6 Teori-teori yang mendasari
nyeri alih :
1. Teori proyeksi-konvergen
Aferen yang berbeda bertemu di neuron spinal yang umum dan tidak
dapat dibedakan oleh pusat yang lebih tinggi. Teori ini menjelaskan sifat nyeri
segmental dan juga intensitas nyeri yang dialihkan ketika stimulus
ditingkatkan. Teori ini tidak menjelaskan keterlambatan perkembangan nyeri
yang dialihkan atau hiperalgesia atau nyeri yang dialihkan belum dijelaskan
sebagai fenomena dua arah. Ambang batas untuk lokal dan dirujuk sakitnya
juga berbeda.7
2. Teori refleks akson
Akson dari dua struktur yang berbeda berkonvergen sebelum memasuki
dorsal horn dan menyebabkan kebingungan dimana lokasi nosisepsi. Neuron-
neuron ini sifatnya jarang.
3. Teori kovergensi thalamus yaitu dimana konvergensi terjadi di otak.
4. Teori hipereksitabilitas sentral
Dalam studi melalui hewan, rangsangan berbahaya di otot telah terbukti
membuka bidang reseptif pada jarak dari bidang reseptif asli di dorsal horn.
Aferen konvergen laten di dorsal horn terbuka dalam beberapa menit oleh
rangsangan berbahaya di dalam otot. Substansi P dilepaskan di dorsal horn
dari aferen primer dan dianggap berperan dalam konektivitas dari dorsal horn.
Hipereksitabilitas sentral juga telah ditunjukkan pada pasien dengan nyeri
kronis pada fibromyalgia. Ketika otot disuntikkan dengan saline pola nyeri
alih tersebar lebih luas daripada subjek control.8,9
Pada praktikum kali ini, dilakukan stimulus ketuk pada saraf ulnaris
disiku tangan dimana saraf ulnaris adalah saraf perifer komprehensif dari
ekstremitas atas. Ligamentum kolateral ulnaris sendi siku berhubungan
dengan saraf ulnaris. Saraf ulnaris secara langsung melekat pada jari
kelingking dan setengah dari jari manis yang berdekatan menginervasi sisi
palmar jari-jari ini sehingga saraf ini dapat menghasilkan sensasi seperti
sengatan listrik dengan memukul epikondilus medial humerus dari posterior,
atau inferior di antara siku yang tertekuk. Saraf ulnaris berasal dari medial
pleksus brakialis (C8-T1). Hal ini berkaitan dengan dermatom saraf ulnaris
tersebut sehingga menyebabkan nyeri alih pada lengan bawah bagian medial
tangan hingga kelingking.
Gambar 6. Peta Dermatom10
7. Sebutkanlah daerah-daerah pada kulit yang biasanya menjadi lokasi
nyeri alih pada nyeriviseral, kaitkan dengan dermatomnya.
Lokasi nyeri alih pada nyeri viseral terkait dengan dermatomnya dapat
dilihat pada Tabel 1.11
Tabel 1. Nyeri Alih pada Penyakit Dalam
Jantung (Auricula) C8–T4 (C3?)
Paru-paru T2–T5
Esofagus T4–T6
Diafragma C3–C4
Lambung dan duodenum T6–T10
Hepar and kantung empedu T7–T9 kanan
Limpa T7–T10 kiri
Pankreas T8
Usus halus T9–T10
Appendiks T10–L1
Ginjal T10–T12 (L1)
Ureter T11–T12
Kelenjar suprarenal T11–L1
Ovarium dan testis T11–T12 (L1)
Epididimis T10
Kolon: asendens T10–L1
Fleksura L2–L3
Sigmoid S3–S5
Rektum S3–S5
DAFTAR PUSTAKA
1. Hall JE. Guyton dan Hall: buku ajar fisiologi kedokteran. 12th ed. Philadelphia,
PA: Saunders Elsevier; 2011. p. 658; 661-2.
2. Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. 6th ed. Jakarta: EGC; 2011.
p.189-93.
3. Tortora GJ, Derrickson B. Principle of anatomy and physiology. 12th ed. United
States of America: John Wiley & Sons, Inc. 2009. p. 482-3.
4. Barret KE, Barman SM, Brooks HL, Yuan J. Ganong’s review of medical
physiology. 26th ed. New York: McGraw-Hill;2019. 1 leaf.
5. McMahon S, Koltzenburg M. Wall and Melzack’s Textbook of Pain. 5th ed.
Philadelphia, PA: Churchill Livingstone; 2006.
6. Bogduk N. The physiology of deep somatic. Australas Musculoskelet Med.
2002;7(1):6–15.
7. Vecchiet, LA., Vecchiet, JA., Giamberardino A. Referred muscle pain: Clinical
and pathophysiological aspects. Curr Pain Headaches Reports. 1999;3:489–98.
8. Mense S. Referral of muscle pain. Am Pain Soc J. 1993;3:1–9.
9. Arendt-Neilsen, L., Svensson P. Referred muscle pain: basic and clinical
findings. Clin J Pain. 2001;17(1):11–9.
10. Snell R. Neuroanatomi klinik. 7th ed. Lidya, Djayasaputra., Salim C, editor.
Jakarta: EGC; 2011. p 102–3.
11. Ombregt L. A System of Orthopaedic Medicine: Chapter 1 Pain. 3rd Edition.
London: Churchill Livingstone. 2013: 15.