1. muncul pada akhir abad ke-18 dan banyak digunakan pada country house milik belanda. 2. Indisch Stijl dibagi menjadi 3 arketipe, yaitu: Nederlandse Stijl, Nederlands-Indische Stijl, dan Indo Europeesche Stijl Indisch Rijksstijl / Indies Empire Style 1. bangunan simetris, 2. dinding tebal, 3. plafon tinggi, 4. lantai marmer, 5. adanya pilar-pilar khas Yunani. Neo-Gotik / Gothic Revival atau Kebangkitan Gotik 1. mengambil dasaran desain dari gaya Gotik, 2. memiliki beberapa perbedaan di seperti berkurangnya ornamen-ornamen yang rumit dan digantikan dengan molding sederhana. 3. Penggunaan materialnya juga berbeda, sebelumnya material yang digunakan pada gaya Gotik adalah batu alam, sedangkan pada gaya Neo-Gotik ini material yang digunakan adalah beton, kayu, dan konstruksi baja. Nieuwe Indische Bouwstijl 1. adanya fasad ganda yang membentuk lorong tertutup serta ukuran pintu dan jendela yang besar. Art Deco 2. bentuk bangunan yang simetris, 3. kaya akan warna, 4. memiliki bentuk-bentuk geometri yang mencolok dan ornamentasi. Nieuwe Bouwen 1. perubahan dari Art Deco, 2. termotivasi dari bangunan-bangunan karya Bauhaus dan Le Corbusier. 3. Bentuk bangunannya menggunakan bentu-bentuk geometri universal seperti kubus dan tabung. Amsterdam School 1. penyusunan bata dengan bentuk yang sangat plastis, 2. adanya ornamen sculptural 3. permainan warna dari bahan-bahan asli seperti bata, batu alam, dan juga kayu. ERA 1600-1800 Ciri Arsitektural tahun 1600 – 1800 disebut juga sebagai masa arsitektur modern aal di Indonesia, yang ditandai dengan kedatangan bangsa Eropa seperti Portugis, Belanda, Spanyol, dan juga Inggris. Berikut beberapa ciri arsitektur modern awal - Bagian depan bangunan rata tanpa beranda - Dinding bata tebal - Lebihan atap pendek - Bukaan yang sedikit - Ventilai silang - Entrance utama dua daun pintu - Simetris dalam segala aspek - Biasanya ada material yang ter expose ERA 1800-1902 Indische Culture Rumah jenis ini pada waktu itu sering disebut sebagai heerenhuizen dan landhuizen. Elemen-elemen lain yang sering terlihat adalah: kolam, pergola, patung dari para dewa dewi dari cerita mitologi Yunani, air mancur, pagar-pagar hias, jembatan mini (Liliputan Bridge), air terjun buatan, pohon-pohon yang dipangkas dengan bentuk geometris. Indische Empire Style “Denahnya simetri penuh. Temboknya tebal. Langit-langitnya tinggi. Lantainya dari marmer. Ditengah bangunan terdapat ‘Central Room’ yang berhubungan langsung dengan beranda depan dan beranda belakang. Beranda depan dan belakang terbuka tanpa tembok, sangat luas. Barisan kolom Yunani (Doric, Ionic dsb.nya), berfungsi sebagai pendukung atap yang menjulang keatas. Disamping kiri dan kanan ‘Central Room’ terdapat kamar tidur. Central Room tersebut berhubungan dengan Handinoto. 2008. DAENDELS DAN galeri PERKEMBANGAN ARSITEKTUR DI HINDIA samping, dapur, kamar mandi/wc dan fasilitas BELANDA ABAD 19. 36(!): 47
service lainnya seperti gudang dan sebagainya.
Disamping bangunan utama terdapat pavilliun yang digunakan sebagai kamar tidur tamu. Keseluruhan bangunan terletak pada sebidang tanah yang luas dengan kebun di depan, samping dan belakang rumah. ERA 1902-1920 Pada awal abad ke-20 datang arsitek generasi pertama. Para Arsitek generasi pertama ini memperkenalkan gaya Modernisme di Hindia Belanda bisa disebut Nieuwe Indische Bouwstijl dengan bereksperimen menggunakan bahan baru dalam pembuatan bangunan dan mencoba membuat bangunan yang beradaptasi dengan iklim setempat, disusul pada tahun 1914 datangnya para arsitek muda generasi kedua. Karakteristik 1. Penggunaan Gevel (Gable) pada fasad bangunan. 2. Bangunan berbentuk simetris. 3. Terdapat selasar pada bangunan. 4. Penggunaan Menara. 5. Penggunaan Dormer. ERA 1920-1940 Pada tahun 1920-an arsitektur kolonial Belanda memunculkan gaya arsitektur baru yaitu arsitektur Indo-Eropa (Indo Europeesche Stijl) yang dicetuskan oleh Thomas Karsten dan Maclaine Pont. Gaya ini disebut sebagai gaya ekletisisme (gaya campuran) karena merupakan perpaduan antara arsitektur modern Eropa dan arsitektur lokal. Setelah para arsitek dari luar mulai datang ke Indonesia pada tahun 1920-an, terjadi diskusi tentang arsitektur modern sebenarnya. Salah satu perdebatan yang terjadi adalah perdebatan antara MacLaine Pont dan Wolff Schoemaker. Perdebatan mereka tentang sifat dasar arsitektur lokal. MacLaine Pont menyatakan bahwa pekembangan arsitektur modern di Indonesia terdapat pada adanya arsitektur Jawa. Penelitian candi-candi di Jawa Tengah membuat MacLaine Pont menyimpulkan candi-candi tersebut merupakan rancangan asli peradaban Jawa dan ingin menambahkan unsur tradisional Jawa. Sedangkan Wolff Schoemaker lebih melakukan pendekatan fungsional dan tidak ingin memasukan unsur tradisional Jawa karena menurutnya arsitekur tradisional Jawa tidak dapat dijadikan patokan untuk arsitektur modern.