Anda di halaman 1dari 15

BAB VI

POLA BILANGAN, BARISAN DAN DERET

A. Pola Bilangan
Perhatikanlah gambar dan pemasalahan berikut ini !
a. Gambar 1 :

b. Gambar 2 :

Gambar 1 dan 2 merupakan contoh dalam kehidupan nyata yang menggunakan


pola bilangan. Kita perhatikan gambar 1 :

Awalnya 1, kemudian bercabang menjadi 3, masing-masing cabang memiliki 3 cabang


lagi begitu seterusnya, maka dapat kita buatkan polanya sebagai berikut :

1,3,9,27 dst

Begitu juga dengan bunga matahari, ada pola yang berbentuk lingkaran. Begitu
besarnya kekuasaan Allah, yang menciptakan segala sesuatu yang ada pelajaran didalamnya.

c. Sekarang perhatikan gambar dan permasalahan berikut ini :

Adi mempunyai beberapa buah kelereng, kemudian menyusunnya seperti gambar berikut
ini:

13
, , ,

Jika Adi terus menyusun kelereng tersebut, cobalah fikirkan penyelesaian dari
permasalahan di bawah ini :
a) Apakah bilangan berikutnya, jika kelereng tersebut terus disusun ( Bilangan ke 4
:𝑈4 )
b) Berapakah banyak bilangan ke -5 (𝑈5 )
c) Berapakah jumlah semua kelereng sampai bilangan ke-4 (𝑆4 )

Dari permasalahan c di atas, buatlah pertanyaan dengan menggunakan kata :


apa/mengapa atau bagaimana, pada kertas 1 lembar, maksimal 2 buah masing-
masing kelompok.

Perhatikan gambar berikut ini !

Dari gambar di atas dapat kita lihat bahwa :


Gambar 1 ada 2 buah heksagonal
Gambar 2 ada 4 buah heksagonal
Gambar 3 ada 6 buah heksagonal
Gambar 4 ada 8 buah heksagonal

Dari gambar diatas maka susunan angkanya merupakan suatu pola yaitu :
2, 4, 6, 8
Jika kita ingin menentukan pola atau gambar yang ke-5, berapakan jumlah
heksagonalnya?
Heksagonal tersebut akan berjumlah 10 buah.

Kenapa demikian?
Ini terjadi karena dalam pola tersebut bilangan selanjutnya selalu ditambah 2

2, 4, 6, 8

+2 +2 +2

14
Maka untuk bilangan berikutnya 8 + 2 = 10

Dari contoh di atas dapat kita ambil sebuah pengertian bahwa pola bilangan adalah
sebuah susunan bilangan yang mempunyai bentuk teratur/mempunyai aturan tertentu.
Dari contoh di atas aturannya adalah selalu di tambah 2. Pola dengan angka seperti ini
disebut pola bilangan genap

Sekarang bagaimana menentukan pola ke-20 dari gambar di atas?

Untuk menentukan pola ke-20 dari gambar di atas dapat kita tentukan dengan langkah
berikut :

Bilangan 1 = 2, maka 2 = 2 x 1, Bilangan 1 disingkat dengan U1


Bilangan 2 = 4, maka 4 = 2 x 2, Bilangan 2 disingkat dengan U2
Bilangan 3 = 6, maka 6 = 2 x 3, Bilangan 3 disingkat dengan U3
Bilangan 4 = 8, maka 8 = 2 x 4, Bilangan 4 disingkat dengan U4
Bilangan 5 = 10, maka 10 = 2 x 5, Bilangan 5 disingkat dengan U5

Dari aturan di atas, maka untuk menentukan Bilangan ke-20 ( U20) dapat digunakan 2 x 20 =
40.
Dan untuk menentukan bilangan ke-n dari pola tersebut dapat kita gunakan rumus 2 x n.
Bilangan ke-n dari suatu pola dapat disingkat dengan Un
Jadi Un dari pola di atas adalah Un = 2 x n. Untuk pola yang berbeda maka
rumus Un nya juga berbeda.
Dalam suatu pola juga dapat kita tentukan jumlah dari beberapa bilangan /bilangan.
Contoh :
Jumlah bilangan 1 + bilangan 2 =2+4 = 6, atau disebut
S2
Jumlah bilangan 1 + bilangan 2 + bilangan 3 =2+4+6 = 12, atau disebut
S3
Jumlah bilangan 1 + bilangan 2 + bilangan 3 + bilangan 4 = 2 + 4 + 6 + 8 = 20, atau disebut
S4

Berapakah jumlah 20 bilangan pertama (S20)?


Untuk menentukan S20, maka kita harus menjumlahkan bilangan 1 sampai bilangan ke-20.
Karena kita tidak mengetahui bilangan 1 sampai bilangan ke-20, kita dapat menemukan
rumus jumlah bilangan ke-20 tersebut dengan cara sebagai berikut :

Jumlah bilangan 1 + bilangan 2 = 6, maka 6 = 2 (2+1)


Jumlah bilangan 1 + bilangan 2 + bilangan 3 = 12, maka 12 = 3 ( 3+1)
Jumlah bilangan 1 + bilangan 2 + bilangan 3 + bilangan 4 = 20, maka 20 = 4 (4+1)

Jadi jumlah 20 bilangan tersebut adalah 20 (20+1) = 20 (21)


= 420

Dari langkah di atas dapat kita menentukan jumlah n bilangan ( Sn ) dengan rumus
Sn = n ( n + 1 )
Rumus Sn tersebut dapat kita gunakan untuk menyelesaikan contoh berikut ini!
Contoh :
1. Tentukanlah S8 dari pola di atas!

15
Penyelesaian :
S8 berarti jumlah bilangan pertama sampai bilangan ke delapan, karena rumusnya
sudah kita ketahui, maka bisa langsung kita masukkan ke dalam rumus :
Sn = n ( n + 1 )
S8 = 8 (8 + 1)
= 8 (9)
= 72
Jadi S8 = 72

Pola bilangan ada beberapa macam, pada contoh di atas merupakan salah satu pola
bilangan yaitu pola bilangan genap. Pola bilangan yang lain adalah sebagai berikut :

1) Pola bilangan persegi


Contoh pola bilangan persegi: 1, 4, 9, 16, 25 dan seterusnya

Mengapa disebut pola bilangan persegi? Perhatikan pola bilangan pada gambar berikut.

Pola bilangan tersebut dapat disusun dari barisan bilangan berikut:


Bilangan 1 = 1 x 1 = 1
Bilangan 2 = 2 x 2 = 4
Bilangan 3 = 3 x 3 = 9
Bilangan 4 = 4 x 4 = 16 dst….
Ternyata banyaknya titik yang membentuk barisan persegi tersebut sama dengan cara
mencari luas sebuah persegi, yaitu sisi x sisi. Maka untuk bilangan kesembilan dari pola
tersebut adalah 81, didapat dari 9 x 9 = 81.
Jadi, rumus untuk mencari bilangan ke-n dari pola bilangan persegi adalah n x n =
n.2

Dan Jumlah n suku pertama: Sn = 1/6 n( n + 1 )( 2n + 1 )

2) Pola bilangan ganjil

Pola bilangan ganjil adalah 1, 3, 5, 7, 9, …


Rumus suku ke-n adalah Un = 2n-1
Jumlah n suku pertama: Sn = n²
Gambar pola:

3) Pola bilangan persegi panjang


Pola bilangan persegi panjang adalah 2, 6, 12, 20, …
Rumus suku ke-n adalah Un = n(n+1)
16
Untuk menentukan rumus Un dapat digunakan cara sebagai berikut :
Perhatikan gambar berikut !

Bilangan ke-1 = 2 x 1 = 2
Bilangan ke-2 = 3 x 2 = 6
Bilangan ke-3 = 4 x 3 = 12
Bilangan ke-4 = 5 x 4 =20
.
.
.
Bilangan ke-50 = 51 x 50 = 2.450
Untuk suku ke-n maka:
Bilangan ke-n = (n +1) x n atau n(n+1)
Jumlah n suku pertama: Sn = 1/3 n ( n + 1 ) ( n + 2 )

4) Pola bilangan segitiga

Pola bilangan segitiga adalah 1, 3, 6, 10, …


Rumus suku ke-n >> Un = 1/2 n (n+1)
Jumlah n suku pertama: Sn = 1/6 n ( n + 1 ) ( n + 2 )
Gambar pola:

5) Pola bilangan segitiga pascal


Rumus jumlah baris ke-n adalah 2n-1
Pola bilangan segitiga Pascal:

6) Pola bilangan fibonacci


Pola bilangan Fibonacci adalah pola bilangan yang bilangan setelahnya
merupakan jumlah dari dua bilangan sebelumnya.
Pola bilangan Fibonacci adalah 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, …
Jumlah n suku pertama: Sn = 2Un+U(n-1)-U2

LEMBAR KERJA SISWA

17
Untuk lebih memahami materi tentang pola bilangan, lakukanlah kegiatan
berikut secara berkelompok !

1. TUGAS I

a) Ambilah sehelai kertas yang sudah disediakan secara bergantian untuk melakukan
kegiatan berikut ini
b) Lipat kertas pertama sebanyak satu kali, Kemudian hitung ada berapa bagian kertas
yang ada dan catatkan dalam kolom di bawah.
c) Lipat kertas kedua sebanyak 2 kali, kemudian hitung ada berapa bagian kertas yang
ada dan catatkan dalam kolom
d) Lakukan hal tersebut secara terus menerus sampai selesai isi kolom di bawah !

Banyak
lipatan 1 2 3 4 5
kertas
Banyak
potongan 2 4 …. …. ….
kertas

Dari kegiatan yang kamu kerjakan di atas dapatkah kamu menentukan pola bilangan
pada potongan kertas !
Jawab :
Pola bilangannya adalah : 2, 4, ….., ….., ……,

e) Setelah pola bilangannya dapat kamu susun, tentukanlah :


1) 2 buah pola bilangan lagi
2) Banyak pola bilangan ke-6
3) Jumlah pola bilangan dari pola pertama sampai dengan pola ke-6

TUGAS 2:
Perhatikan pola bilangan berikut ini, kemudian isilah titik-titik yang merupakan

lanjutan dari pola tersebut, kemudian buatkan aturannya :

a. 3, 6, 9,12, 15, ….., ……., …….

b. 5, 10, 15, ….., ……, ……, ……

Soal latihan pola bilangan :

1. Perhatikan gambar pola berikut!

Tentukanlah banyak lingkaran pada pola ke-10 !

2. Diketahui barisan bilangan −3, 1, 5, 9, 13,.... . tentukanlah suku ke-52!

18
3. Rumus suku ke-n barisan adalah Sn = 2n (n − 1), tentukanlah hasil dari U6 !

B. Barisan bilangan
Barisan Bilangan adalah bilangan-bilangan dalam matematika yang diurutkan dengan
aturan tertentu.
Contoh :
1. Perhatikan bilangan berikut ini : 5, 7, 9, 11, 13,...
Aturan dari penulisan barisan di atas adalah selalu ditambah 2
2. Perhatikan barisan di bawah ini :

Pada contoh 1 aturannya selalu ditambah 1 sedangkan pada contoh 2 selalu di bagi 2 .
Dari contoh di atas barisan dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. barisan aritmetika, yaitu barisan yang aturannya ditambah atau dikurang
2. barisan geometri, yaitu barisan yang aturannya dikali atau dibagi

C. Deret

Deret Aritmatika atau Deret Hitung

1. Pengertian Deret Aritmetika


Deret aritmetika dinyatakan dengan menjumlahkan suku- suku pada barisan aritmetika

a. Pengertian Deret
Jika suatu barisan bilangan dinyatakan dalam bentuk penjumlahan, maka akan
terbentuk suatu deret.

Barisan Bilangan : U1, U2, U3, U4, …, Un


Deret : U1 + U2 + U3 + U4 +…+ Un

b. Pengertian Deret Aritmetika


Barisan Bilangan Aritmetika : U1, U2, U3, U4, …, Un
Deret U1 + U2 + U3 + U4 +…+ Un disebut deret

Aritmetika atau deret hitung, Jika:


U2 – U1, U3 – U2, U4 – U3, …, Un – Un-1 selalu memperoleh hasil yang sama atau
tetap.

U2 – U1 = U3 – U2 = U4 – U3 dan seterusnya disebut beda

19
Deret Aritmetika naik, jika bedanya positif
Deret Arimetika turun, jika bedanya negatif

Contoh:
4 + 7 + 10 + 13 + 16, …

U1 = 4
U2 = 7
U2 – U1 = 7 – 4 = 3
U3 – U2 = 10 – 7 = 3
U4 – U3 = 13 – 10 = 3
U5 – U4 = 16 – 13 = 3

Karena bedanya selalu tetap yaitu 3, maka


4 + 7 + 10 + 13 + 16, …adalah deret aritmetika atau deret hitung.

2. Rumus Suku ke-n Deret Aritmetika

Rumus Suku ke-n untuk deret aritmetika:

Un = U1 + (n – 1)b
Un = suku ke-n
U1 = suku ke-1
n = banyak suku
b = beda

Contoh:
Deret Aritmetika 5 + 11 + 17 + 23 + …
Beda = 11 – 5 = 6
Suku ke-n = Un = U1 + (n – 1)b
Suku ke-12 = U12 = 5 + (12 – 1)6
= 5 + 11.6
= 5 + 66
= 71

3. Suku Tengah Deret Aritmatika

Suku tengah suatu deret aritmetika terletak ditengah antara U1 dan Un dengan banyak
suku ganjil.
Suku tengah deret aritmetika dapat ditentukan dengan rumus berikut.

Contoh:

Deret 3 + 8 + 13 + 18 + … + 103

20
Suku tengah deret tersebut = 53

4. Sisipan pada Deret Aritmatika

Sisipan dalam deret aritmetika adalah menambahkan beberapa buah bilangan diantara dua
suku yang berurutan pada suatu deret aritmetika sehingga terjadi deret
aritmetika yang baru

Deret mula-mula:
3 + 15 + 27 + …
Suku Tengah Deret Aritmatika

Suku tengah suatu deret aritmetika terletak ditengah antara U1 dan Un dengan banyak
suku ganjil.
Suku tengah deret aritmetika dapat ditentukan dengan rumus berikut.

Contoh:

Deret 3 + 8 + 13 + 18 + … + 103

Suku tengah deret tersebut = 53

4. Sisipan pada Deret Aritmatika

Sisipan dalam deret aritmetika adalah menambahkan beberapa buah bilangan diantara dua
suku yang berurutan pada suatu deret aritmetika sehingga terjadi deret
aritmetika yang baru

Deret mula-mula:
3 + 15 + 27 + …
Setelah disisipi:
3 + 7 + 11 + 15 + 19 + 23 + 27 + …
21
Besar beda deret setelah diberi sisipan dinyatakan dengan
b1 dan dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

b1 = beda pada deret baru


b = beda deret mula-mula
k = banyak bilangan yang disisipkan

Contoh:

Di antara dua suku yang berurutan pada deret


7 + 19 + 31 + 43 + 55 + … disisipkan dua buah bilangan, maka:

b = 19 – 7 = 12
k=2

Beda deret baru setelah diberi sisipan adalah 4


5. Jumlah n Suku Pertama Deret Aritmatika

Jumlah n suku pertama dari deret aritmetika dapat ditentukan dengan rumus:

atau

Contoh:

Jumlah 14 suku pertama dari deret


4 + 12 + 20 + 28 + 36 + …
Ditentukan dengan cara
U1 = 4
b = 12 – 4 = 8
n = 14
Karena Un tidak diketahui, kita gunakan rumus kedua, yaitu:

22
Jadi, Jumlah 20 suku pertama dari deret
4 + 12 + 20 + 28 + 36 + … adalah 784

A. Deret Geometri atau Deret Ukur

1. Pengertian Deret Geometri


Barisan Bilangan Geometri: U1, U2, U3, U4, …, Un
Deret U1 + U2 + U3 + U4 +…+ Un disebut deret geometri atau deret ukur, jika

Pada deret geometri U1 + U2 + U3 + U4 +…+ Un , jika


Un+1 > Un , maka deretnya disebut deret geometri naik
Jika Un+1 < Un , maka deretnya disebut deret geometri turun

Contoh:
3 + 6 + 12 + 24 + 48 + 96 + …

Karena rasionya selalu tetap yaitu 2 dan Un+1 > Un , maka


3 + 6 + 12 + 24 + 48 + 96 + …adalah deret geometri naik

23
2. Rumus Suku ke-n Deret Geometri
Rumus Suku ke-n untuk deret geometri:
Un = U1 × r n – 1

Un = suku ke-n
U1 = suku ke-1
n = banyak suku
r = rasio

Contoh:
Deret Geometri 2 + 6 + 18 + 54 + …
Rasio = 6/2= 3

Suku ke-n = Un = U1 × r n – 1

Suku ke-9 = U9 = 2 × 39 – 1
= 2 × 38
= 2 × 6561
= 13122
3. Suku Tengah Deret Geometri

Suku tengah suatu deret geometri terletak di tengah-tengah antara U1 dan Un dengan
banyak suku ganjil. Suku tengah deret geometri dapat ditentukan dengan rumus
berikut.

4. Sisipan pada Deret Geometri


Sisipan dalam deret geometri adalah menambahkan beberapa buah bilangan diantara
dua suku yang berurutan sehingga terjadi deret geometri yang baru.
Rasio deret baru ( r1 ) setelah disisipkan beberapa buah bilangan diantara a dan b
dapat ditentukan dengan rumus:

r1 = rasio pada deret baru


k = banyak bilangan yang disisipkan
a dan b adalah dua suku mula-mula

Contoh:
Di antara dua suku yang berurutan pada deret geometri yaitu 6 dan 162 disisipkan dua
buah bilangan. Rasio deret baru dapat kita tentukan dengan cara:
a = 6, b = 162
24
k=2

Rasio deret baru setelah diberi sisipan adalah 3

5. Jumlah n Suku Pertama Deret Aritmatika

Jumlah n suku pertama dari deret aritmetika dapat ditentukan dengan rumus:

Contoh:

Jumlah 8 suku pertama dari deret 3 + 9 + 27 + 81 + …


Ditentukan dengan cara:

Jadi, Jumlah 8 suku pertama dari deret 3 + 9 + 27 + 81 + … adalah 9840

6. Pemecahan Masalah Berkaitan Dengan Deret Geometi


25
Jumlah produksi buku tulis di sebuah pabrik dalam tahun 2009 sebanyak 5 juta buah
buku, bila setiap tahun jumlah produksi ditingkatkan 20% atau 0,2 , maka tentukan
jumlah pruduk dalam tahun ke 2015?

Penyelesaian :
Langkah 1.
Menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan soal.
Diketahui pruduksi pada

Tahun 2009 = a = U1= 5.000.000

Tahun 2010 = U2 = 5000.000 + ( 0,2 x 5000.000)


= 5000.000+ 0,2 x 5000.000
= 5000.000 ( 1 + 0,2)
= 5000000 ( 1,2)1
= (1,2 ) 5000.000 (1,2)

Tahun 2011 = U3 = 5000.000( 1,2 ) + 0,2 (5000.000 ( 1,2))


= (1,2 ) 5000.000 ( 1+ 0,2 )
= 5000.000 ( 1,2 )2

Tahun 2012 = U4 = 5000.000 ( 1,2 )2 + 0,2 (5000.000 ( 1,2 )2


= 5000.000 ( 1,2 )2 ( 1 + 0,2 )
= 5000.000 ( 1,2 )2 ( 1 ,2 )
= 5000.000 ( 1,2 )3

Dari hal di atas dapat diperoleh deret a, U1, U2, U3, ......
5000.000, 5000000 ( 1,2)1, 5000.000 ( 1,2 )2, 5000.000 ( 1,2 )3, .......

Langkah ke-2:
Untuk menentukan jumlah pruduk pada tahun ke 2015 = U7 sebagai berikut . Amati
bahwa barisan yang diperoleh pada langkah ke-2 adalah barisan geometri dengan suku
pertama (U1)= 5000.000 dan pembanding p= 1,2.

Rumus suku ke-n barisan geometri adalah Un = a x p n-1 = 5000.000 x (1,2 )6


= 14.929.920

Tentukan suku pertaman, rasio, rumus suku ke-n, dan ke-10 dari deret geometri
berikut!

a. 3, 9, 27, …

b. 4, 8, 16, 32…

c. 4, 2, 1, ,…

2. Dalam suatu deret geometri, suku ke-2 = 10 dan suku ke-5 = 80.
Hitunglah:

26
a. rasionya

b. suku pertamanya

c. jumlah 8 suku pertama

3. Tentukan banyaknya suku dan Jumlah seluruh suku-sukunya dari deret geometri berikut!

a. 1 + + + …+

b. 2 + 4 + … + 1.024

27

Anda mungkin juga menyukai