Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh seluruh wanita di dunia. Dalam
melewati proses kehamilan seorang wanita harus mendapat penatalaksanaan yang benar.
Karena ini semua berpengaruh terhadap morbiditas dan mortalitas itu. Ini terbukti dengan
angka kematian yang tinggi di negara Indonesia. Dengan keadaan tersebut memberi support
dan memacu untuk memberikan penatalaksanaan yang benar saat kehamilan.
Kehamilan adalah peristiwa alamiah, yang akan dialami oleh seluruh ibu yang
mengharapkan anak. Namun demikian setiap kehamilan perlu perhatian khusus, untuk
mencegah dan mengetahui penyakit-penyakit yang dijumpai pada persalinan, baik penyakit
komplikasi dan lain-lain.
Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan kehamilan
sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu pelayanan antenatal care merupakan cara
penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil dan mendeteksi adanya
kehamilan resiko tinggi. Dengan adanya antenatal care sebagai deteksi dini adanya kehamilan
yang beresiko tinngi sebagai salah satu penyebab kematian ibu hamil, sehingga antenatal care
diharapkan dapat mengurangi angka kematian ibu.
Ibu hamil tersebut harus sering dikunjungi jika terdapat masalah dan hendaknya
disarankan untuk menemui petugas kesehatan bila merasakan tanda-tanda kehamilan. Untuk
itu ibu hamil terutama trimester ini untuk lebih sering memeriksakan diri sejak dini dengan
tujuan untuk mengurangi penyulit saat inpartu.
Untuk itulah tenaga kesehatan dituntut untuk memberikan pelayanan obstetrik dan
neonatal, khususnya bidan harus mampu dan teerampil memeberikan pelayanan sesuai dengan
standart yang diterapkan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut: Apa saja gangguang-gangguan yang dapat
terjadi saat kehamilan?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. PATOLOGI KEHAMILAN
Patologi kehamilan adalah penyulit atau gangguan atau komplikasi yang menyertai ibu
saat hamil (Sujiyatini,2009:3). Patologi merupakan cabang bidang kedokteran yang berkaitan
dengan ciri-ciri dan perkembangan penyakit melalui analisis perubahan fungsi atau keadaan
bagian tubuh. Bidang patologi terdiri atas patologi anatomi dan patologi klinik. Ahli patologi
anatomi membuat kajian dengan mengkaji organ sedangkan ahli patologi klinik mengkaji
perubahan pada fungsi yang nyata pada fisiologis tubuh.
Patologi anatomi adalah spesialisasi medis yang berurusan dengan diagnosis penyakit
berdasarkan pada pemeriksaan kasar, mikroskopik, dan molekuler atas organ, jaringan, dan sel.
Di banyak negri, dokter yang berpraktek patologi dilatih dalam patologi anatomi dan patologi
klinik, diagnosis penyakit melalui analisis laboratorium pada cairan tubuh.
Patologi anatomi mendiagnosis penyakit dan memperoleh informasi yang berguna
secara klinis melalui pemeriksaan jaringan dan sel, yang umumnya melibatkan pameriksaan
visual kasar dan mikroskopik pada jaringan, dengan pengecatan khusus dan imunohistokimia
yang dimanfaatkan untuk menvisualisasikan protein khusus dan zat lain pada dan dikelilingi
sel. Kini, patolog anatomi mulai mempergunakan biologi molekuler untuk memperolah
informasi klinis tambahan dari spesimen yang sama. Ada beberapa macam patologi kebidanan
yang harus di antisipasi oleh setiap bidan dan tenaga kesehatan lainnya : patologi kehamilan,
patologi persalinan, patologi nifas, asuhan kebidanan patologi. Patologi kehamilan terdiri atas
: Mola hidatidosa, Ketuban pecah dini, Abortus, Kehamilan lewat waktu, Persalinan preterm,
Kehamilan ektopik, Solusio plasenta, Pre eklamsia, Eklamsia, Plasenta previa (Sujiatini, 2009).

Tanda Bahaya Kehamilan


Tanda bahaya kehamilan adalah tanda -tanda yang mengindikasikan adanya bahaya
yang dapat terjadi selama kehamilan/periode antenatal, yang apabila tidak dilaporkan atau
tidakterdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu (Pusdiknakes, 2003).

2
B. KOMPLIKASI-KOMPLIKASI SEBAGAI AKIBAT LANGSUNG KEHAMILAN
1. Gestosis
1. Hiperemesis Gravidarum
a. Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah berlebihan sehingga mengganggu
pekerjaan sehari hari dan keadaan umum menjadi buruk. Mual dan muntah merupakan
gangguan yang paling sering ditemui pada kehamilan trismeter 1, kurang lebih 6 minggu
setelah haid terakhir selama 10 minggu.sekitar 60-80% multigravida mengalami mual muntah,
namun gejala ini terjadi lebih berat hanya pada 1 diantara 1.000 kehamilan (Mitayani,
2009:40).
b. Etiologi
Etiologi hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, namun diduga
dipengarui oleh berbagai faktor berikut ini:
1. Faktor presdisposisi seperti primigravida, molahidatidosa, dan kehamilan ganda.
2. Faktor organik seperti alergi masuknya vilikhorialis dalam sirkulasi, perubahan metabolic
akibat kehamilan,dan resistensi ibu yang menurun.
3. Faktor psikologis
c. Patofisiologi
Secara fisiologis, rasa mual terjadi akibat kadar estrogen yang meningkat dalam darah
sehingga mempengarui sitem pencernaan, tetapi mual muntah yang terjadi secara terus
menerus dapat mengakibatkan dehidrasi,hiponatremia, hipokloromia, serta penurunan klorida
urine yang selanjutnya mengakibatkan hemokosentrasi yang mengurangi perfusi darah
kejaringan dan menyebabkan tertimbunya zat toksik.
Pemakaian cadangan karbohidrat dan lemak menyebabkan oksidasi lemak tidak
sempurna, sehingga terjadi ketosis. Hipokalemia akibat muntah dan ekskresi yang berlebihan
selanjutnya menambah frekuensi muntah dan merusak hepar.Selaput lendir esophagus dan
lambung dapat robek (sindrom Mallory-weiss),sehingga terjadi pendarahan gastrointestinal
(Mitayani, 2009:40-41).
d. Manifestasi klinis
Berdasarkan berat ringannya gejala, hiperemesis gravidarum dibagi menjadi tiga
tingkatan:
1. Tingkat I
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum,menimbulkan rasa lemah,
penurunan nafsu makan, berat badan turun, dan nyeri epigastrium. Frekuensi nadi ibu biasanya

3
naik menjadi 100 kali/menit,tekanan darah sistolik turun, turgor kulit menurun, lidah kering,
dan mata cekung.
2. Tingkat II
Ibu tampak lemah dan apatis, lidah kotor, nadi kecil dan cepat, suhu tubuh terkadang
naik, serta mata sedikit ikterik. Berat badan ibu turun, timbul hipotensi, hemokonsentrasi,
oligouria, konstipasi, dan nafas bau aseton.
3. Tingkat III
Kesadaran ibu turun dari somnolen hingga koma, muntah berhenti, nadi cepat dan kecil,
suhu meningkat, serta tekanan darah semakin turun.
e. Penatalaksanaan
Bila pencegahan tidak berhasil, maka diprlukan pengobatan dengan tahapan sebagai
berikut:
1. Ibu diisolasi di dalam kamar yang tenang dan cerah dengan pertukaran udara yang baik.
Kalori diberiakan secara perenteral dengan glukosa 5% dalam cairan fisiologis sebanyak 2-3
liter sehahri.
2. Diuresis selalu dikontrol untuk keseimbangan cairan.
3. Bila selama 24 jam ibu tidak muntah, coba berikan makan dan minum sedikit demi sedikit.
4. Sedatif yang diberikan adalah fenobarbital.
5. Pada keadaan lebih berat, diberikan antiemetic seperti metoklopramid, disiklomin
hidroklorida, atau klopromazin.
6. Berikan terapi psikologis yang meyakinkan ibu bahwa penyakitnya bias disembuhkan
serta menghilangkan perasaan takut akan kehamilan dan konflik yang melatarbelakangi
hiperemasis (Mitayani,2009:40-41).

2. Preeklampsia-eklampsia
a. Pengertian Pre Eklamsi dan Eklamsi
Pre Eklamsi dan Eklamsi adalah : Merupakan kumpulan gejala yang timbul pada ibu
hamil, bersalin dan masa nifas yang terdiri dari tanda trias yaitu : hipertensi, proteinuria, dan
odema yang kadang-kadang disertai konvulsi sampai koma.pada ibu, namun hal tersebut tidak
menunjukan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya.(Muchtar. 1998. hal.
272-273 ).
Pre eklamsi dan eklamsi adalah penyakit hipertensi yang khas dalam kehamilan,
dengan gejala utama penyakit hipertensi yang akut pada wanita hamil dan dalam masa nifas.
Pada tingkat tanpa kejang disebut pre eklamsia dan pada tingkat dengan kejang disebut eklamsi

4
(Djamhoer. 2005.hal. 68).
Dari beberapa definisi diatas dapat diketahui bahwa pre eklamsi dan eklamsi
merupakan merupakan penyakit yang dapat timbul pada saat kehamilan.
b. Etiologi
Faktor pencetusnya adalah : Jumlah usia ibu diatas 35 tahun. Distensi rahim
berlebihan pada primigravida, kehamilan kembar atau hamil mola, Penyakit yang menyertai
kehamilan seperti diabetes mellitus, dan kegemukan.
c. Gejala Klinis
Kenaikan tekanan darah, Odema kaki, tangan sampai muka, Terjadi gejala
subjektif : Kenaikan tekanan darah, Penglihatan kabur, Nyeri pada epigastium, Sesak nafas,
Berkurangnya urin, Penurunan kesadaran ibu hamil sampai koma, Terjadinya kejang.
d. Komplikasi
1) Komplikasi pada ibu: Lidah tergigit, Terjadi perlukaan dan fraktur, Gangguan pernafasan,
Perdarahan otak, Solusio plasenta, Merangsang persalinan.
2) Komplikasi pada janin: Kematian bayi dalam kandungan (KJDK), Lahir prematur.

2. Perdarahan dalam kehamilan


Perdarahan Hamil Muda
1. Abortus
a. Definisi
Abortus adalah berakhirnya kehamilan dengan pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup di luar kandungan dengan usia gestasi kurang dari 20 minggu dan berat janin
kurang dari 500 gram (Murray,2002).
b. Etiologi
Etiologi yang menyebabkan terjadinya abortus adalah sebagai berikut :
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi : kelaina kromosom, lingkungan nidasi kurang
sempurna, dan pengaruh luar.
2. Infeksi akut, pneumonia, pielitis, demam tifoid, toksoplasmosis, dan HIV.
3. Abnormalitas traktus genitalis, serviks inkompeten, dilatasi serviks berlebihan, robekan
serviks, dan retroversion uterus.
4. Kelainan plasenta.
c. Klasifikasi
Klasifikasi abortus dalah sebagai berikut :

5
1. Abortus iminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu, saat hasil konsepsi masih dalam uterus tanpa adanya dilatasi serviks.
2. Abortus insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan adanya dilatasi serviks uterus yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
3. Abortus inkompletus adalah pengeliaran hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan masih adanya sisa yang tertinggal dalam uterus.
4. Abortus kompletus adalan abortus yang hasil konsepsinya sudah dikeluarkan.
5. Abortus servikalis adalah keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium uterus
ekternum yang tidak membuka, sehinga semuanya terkumpul dalam kanalis servikalis uterus
menjadi besar, kurang lebih bundar dengan dinding.
6. Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin mati itu
tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.
7. Abortus habitualis adalah abortus yang berulang dengan frekuensi lebih dari 3 kali.
8. Abortus septik adalah abortus infeksius berat disertai penyebaran kuman atau toksin ke
dalam peredaran darah atau peritoneum.
d. Manifestasi klinis
Diduga abortus apabila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh tentang
perdarahan per vaginam setelah mengalami haid yang terlambat juga sering terdapat rasa mulas
dan keluhan rasa perut nyeri bagian bawah.
e. Penatalaksanaan
Ibu hamil sebaiknya segera menemui dokter apabila perdarahan terjadi selama
kehamilan. Ibu harus istirahat total dan di anjurkan untuk relaksasi. Tetapi intravena atau
transfusi darah dapat dilakukan bila diperlukan. Pada kasus aborsi inkomplet diusahakan untuk
mengosongkan uterus melalui pembedahan. Begitu juga dengan kasus missed abortion jika
janin tidak keluar spontan. Jika penyebabnya adalah infeksi, evakuasi isi uterus sebaiknya
ditunda sampai dapat penyebab yang pasti untuk memulai terapi antibiotik (Mitayani, 2009:22-
23).

2. Mola Hidatidosa
a. Definisi
Mola hidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan) yang tumbuh berganda
berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai
buah anggur atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan (Moctar,
Rustam, dkk, 1998:238 dalam Sujiatini,2009).

6
Mola hidatidosa adalah penyakit yang berasal dari kelainan pertumbuhan trofoblas
plasenta atau calon plasenta dan disertai dengan degenerasi kistik villi dan perubahan hidropik.
Hamil anggur atau mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal berupa tumot jinak yang terjadi
sebagai akibat kegagalan pembentukan “bakal janin” sehingga terbentuk jaringan permukaan
membrane (villi) mirip gelombolan buah anggur (Sujiatini,2009).
b. Etiologi
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor penyebabnya
adalah :
1. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan.
2. Imunoselektif dari tropobalast.
3. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah, paritas tinggi.
4. Kekurangan protein.
5. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas (Moctar, Rustam, 1998: 238 dalam
Sujiyatini,2009).
c. Patofisiologi
Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi :
1. Mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin.
2. Mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian janin.
Ada beberapa teori yang dianjurkan untuk menerangkan pathogenesis dari penyakit
trofoblast : teori missed abortion. Mudigah mati pada kehamilan 3-5 minggu karena itu terjadi
gangguan peredaran darah sehingga terjadi penimbunan cairan masenkim dari villi dan
akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung. Teori neoplasma dari park. Sel-sel trofoblast
adalah abnormal dan memiliki fungsi yang abnormal dimana terjadi reabsobsi cairan yang
berlebihan ke dalam villi sehingga timbul gelembung. Studi dari hertig lebih menegaskan lagi
bahwa mola hidatidosa semata-mata akibat dari akumulasi cairan yang menyertai degenerasi
awal atau tidak adanya embrio komlpit pada minggu ke tiga dan kelima. Adanya sirkulasi
maternal yang terus-menerus dan tidak adanya fetus menyebabkan trofoblast berpoliferasi dan
melakukan fungsinya selama pembentukan cairan (Silvia, Wilson, 2000:467 dalam Sujiatini,
2009).
d. Gambaran klinik
Gambaran klinik yang biasanya timbul pada klien dengan “mola hidatidosa” adalah:
1. Amenore dan tanda-tanda kehamilan.
2. Perdarahan pervaginam berulang. Darah cenderung berwarna coklat. Pada keadaan lanjut
kadang keluar gelembung mola.

7
3. Perbesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
4. Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengarnya DJJ sekalipun uterus
membesar setinggi pusat atau lebih.
5. Preekalmsia atau eklamsia yang terjadi sebelum kehamilan 24 minggu (Mansjoer, Arif,
dkk, 2001:266 dalam sujiyatini, 2009).
e. Penatalaksanaan Medik
1. Penanganan yang biasa dilakukan pada pasien mola hidatidosa adalah : Diagnosis dini kan
menguntungkan prognosis.
2. Pemeriksaan USG sangat membantu diagnosis dini akan menguntungkan prognosis. Pada
fasilitas kesehatan di mana sumber daya sangat terbatas, dapat dilakukan evaluasi klinik dengan
focus pada : a.Riwayat haid terakhir dan kehamilan, b.Perdarahan tidak teratus atau spotting,
c.Perbesaran abnormal uterus, d.Perlunakan servik dan korpus uteri. Kaji uji kehamilan dengan
pengenceran urin, pastikan tidak ada janin (Ballotement) atau DJJ sebelum upaya diagnosis.
3. Lakukan pengosongan jaringan mola dengan segera.
4. Antisipasi komplikasi (krisis tiroid, perdarahan hebat atau pervorasi uterus).
5. Lakukan pengmatan lanjut hingga minimal 1 tahun (Sujiatini, 2009:8-9).

3. Kehamilan Ektopik
a. Definisi
Kehamilan ektopik adalah setiap implantasi yang telah dibuahi di luar cavum uterus.
Implantasi dapat terjadi dituba falopi, ovarium, serviks, dan abdomen. Namun kejadian
kehamilan ektopik yang terbanyak adalah di tuba falopi (Murria,2002).
b. Etiologi
Sebagian besar penyebab tidak banyak diketahui, kemungkinan faktor yang memegang
peranan adalah sebagai berikut.
1. Faktor dalam lumen tuba : endosalfingitis, hipoplasia lumen tuba.
2. Faktor dinding lumen tuba : endometriosis tuba, diventrikel tuba congenital.
3. Faktor di luar dinding lumen tuba : perlengketan pada tuba, tumor.
4. Faktor lain : migrasi ovarium, fertilisasi in vitro.
c. Manifestasi klinik
Manifestasi klinik pada pasien dengan kehamilan ektopik adalah sebagai berikut :
1. Gambaran klinis kehamilan tuba belum terganggu tidak khas. Pada umumnya ibu
menunjukkan gejala-gejala kehamilan muda dan mungkin merasa nyeri sedikit di perut bagian
bawah yang tidak seberapa dihiraukan. Pada pemeriksaan vagina, uterus membesar dan

8
lembek, walaupun mungkin besarnya tidak sesuai dengan usia kehamilan. Tuba yang
mengandung hasil konsepsi karena lembeknya sukar diraba pada pemeriksaan bimanual.
2. Gejala kehamilan tuba terganggu sangat berbeda-beda dari perdarahan banyak yang tiba-
tiba dalam rongga perut sampai terdapat gejala yang tidak jelas sehingga sukar membuat
diagnosisnya.
3. Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu. Pada ruptur tuba
nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba-tiba dan intensitas yang kuat disertai dengan
perdarahan yang menyebabkan ibu pingsan dan masuk dalam syok.
4. Perdarahan per vaginam merupakan salah satu tanda penting yang kedua pada kehamilan
ektopik tergamggu (KET). Hal ini menunjukkan kematian janin.
5. Amenore juga merupakan tanda yang penting pada kehamilan ektopik. Lamanya amenore
bergantung pada kehidupan janin, sehingga dapat bervariasi (Mitayani, 2009:30).
d. Penatalaksanaan
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparatomi.dalam tindakan
demikian,beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu sebagai berikut:
1. Kondisi ibu pada saat itu
2. Keinginan ibu untuk mempertahankan fungsi reproduksinya.
3. Lokasi kehamilan ektopik.
4. Kondisi anatomis organ pelvis.
5. Kemampuan teknik bedah mikro dokter.
6. Kemampuan teknologi fertilasi in vitro setempat.
Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi pada
kehamilan tuba Atau dapat dilakukan pembedahan konservatif. Apabila kondisi ibu buruk,
misalnya dalam keadaan syok , lebih baik dilakukan salpigektomi. Pada kasus kehamilan
ektopik di pars ampularis tuba yang belim pecah biasanya ditangani dengan menggunakan
kemoterapi untuk menghindari tindakan pembedahan (Mitayani, 2009:29-31).

Perdarahan Hamil Tua


1. Plasenta Previa
Plasenta merupakan bagian dari kehamilan yang penting, mempunyai bentuk bundar
dengan ukuran 15 x 20 cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan beratnya 500 gram. Plasenta
merupakan organ yang sangat aktif dan memiliki mekanisme khusus untuk menunjang
pertumbuhan dan ketahanan hidup janin. Hal ini termasuk pertukaran gas yang efisien,
transport aktif zat-zat energi, toleransi imunologis terhadap imunitas ibu pada alograft dan

9
akuisisi janin. Melihat pentingnya peranan dari plasenta maka bila terjadi kelainan pada
plasenta akan menyebabkan kelainan pada janin ataupun mengganggu proses persalinan. Salah
satu kelainan pada plasenta adalah kelainan implantasi atau disebut dengan plasenta previa
(Manuaba, 2005).
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal,
yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan
lahir (ostium uteri internal) dan oleh karenanya bagian terendah sering kali terkendala
memasuki Pintu Atas Panggul (PAP) atau menimbulkan kelainan janin dalam rahim. Pada
keadaan normal plasenta umumnya terletak di korpus uteri bagian depan atau belakang agak
ke arah fundus uteri (Prawirohardjo, 2008).
Penyebab plasenta previa belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor
yang meningkatkan kemungkinan terjadinya plasenta previa, antara lain :
1. Umur
2. Banyaknya jumlah kehamilan dan persalinan (paritas)
3. Hipoplasia endometrium
4. Korpus luteum bereaksi lambat
5. Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium
6. Endometrium cacat, seksio cesarea, kuretase, dan manual plasenta
7. Kehamilan kembar
8. Riwayat plasenta previa sebelumnya (Mochtar, 2002).
Klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui
pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu, karena klasifikasi tidak didasarkan pada keadaan
anatomi melainkan pada keadaan fisiologis yang dapat berubah-ubah, maka klasifikasi ini
dapat berubah setiap waktu misalnya pada pembukaan yang masih kecil, seluruh pembukaan
yang lebih besar, keadaan ini akan menjadi plasenta previa lateralis. Ada juga penulis yang
menganjurkan bahwa menegakkan diagnosa sewaktu “moment opname” yaitu saat penderita
diperiksa (Mochtar, 2002).
Secara umum plasenta previa dapat dibagi menjadi empat, yaitu :
1. Plasenta previa totalis, Apabila jaringan plasenta menutupi seluruh ostium uteri internum.
2. Plasenta previa parsialis, Yaitu apabila jaringan plasenta menutupi sebagian ostium uteri
internum.
3. Plasenta previa marginalis, Yaitu plasenta yang tepinya terletak pada pinggir ostium uteri
internum.
4. Plasenta previa letak rendah, Apabila jaringan plasenta berada kira-kira 3-4 cm di atas

10
ostium uteri internum, pada pemeriksaan dalam tidak teraba (Prawirohardjo, 2008).
a. Pengertian
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat yang
abnormal: yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruhnya
pembukaan jalan lahir (Mochtar.1998. Hal. 269). Plasenta Previa adalah plasenta yang
berimplantasi rendah sehingga menutupi sebagian atau seluruhnya ostium uteri internumn
(prae = didepan, vias=jalan) (Djamhoer. 2005. hal. 83).
Dari beberapa defenisi diatas dapat diketahui bahwa plasenta previa merupakan
plasenta yang berimplantasi pada tempat yang tidak normal.
b. Etiologi
Faktor pencetusnya adalah : Pada primigravida hamil diatas usia 35 tahun (usia tua).
Endometrium cacat pada bekas persalinan berulang-ulang. Adanya tumor seperti mioma uteri
dan polip endometrium. Kadang-kadang pada ibu yang malnutrisi.
c. Gejala Klinis
Sifat perdarahan tanpa sebab, tanpa nyeri, dan terjadi secara berulang. Pada
perdarahan yang banyak ibu tampak anemis. Perdarahan pervaginam dari encer sampai
menggumpal (Muchtar. 1998. hal. 272-273 ).
d. Komplikasi
Komplikasi pada ibu adalah : Letak janin tidak normal, sehingga menyebabkan partus
akan menjadi patologik, Perdarahan sampai syok, Infeksi karena perdarahan yang banyak,
Robekan-robek jalan lahir.
Komplikasi yang dapat terjadi pada janin adalah : Bayi prematur atau mati (KJDK),
(Muchtar.1998. hal. 272-273 ).

2. Solusio Plasenta
a. Pengertian
Solusio plasenta adalah: pemisahan plasenta yang berimplantasi pada tempat yang
normal kebanyakan dan terjadi pada trimester ke III, juga bisa terjadi pada setiap waktu setelah
kehamilan 20 minggu (Danfourt. 2002. hal. 274).
Solusio plasenta adalah: pelepasan sebagian atau seluruhnya plasenta dari tempatnya
berimplantasi sebelum anak lahir (Chalik. 1998. hal. 110). Solusio plasenta adalah: suatu
keadaan dimana plasenta yang letaknya normal terlepas dari perlekatannya sebelum janin lahir.
Biasanya dihitung sejak kehamilan 28 minggu.
Istilah lain dari solusio plasenta adalah ablation plasentae, abruption plasentae,

11
accidental hemorrhage dan premature separation of the normali implated placent (Mochtar.
1998. hal. 297).
Dari beberapa defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa solusio plasenta merupakan
lepasnya plasenta dari tempatnya yang normal dan pelepasan terjadi pada saat janin belum
lahir.
b. Etiologi
Faktor pencetus predisposisi terjadinya adalah: Hamil pada pada usia tua diatas 35
tahun, Mempunyai tekanan darah tinggi., Bersamaan dengan terjadinya pre eklamsia dan
eklamsia., Dan trauma langsung lainya., Tali pusat yang pendek (Hanifa. 1999. hal. 377).
c. Gejala klinisnya adalah:
Perdarahan dengan rasa sakit, Perut terasa tegang, Gerakan janin berkurang/tidak
terasa lagi bergerak, Pada palpasi gerakan janin sulit diraba., Auskultasi jantung janin (-) / tidak
terdengar, Dinding perut sakit, Pada pemeriksaan dalam, ketuban tegang dan menonjol,Uterus
terjadi ganguan kontraksi dan atonia uteri (Manuaba. 1998. hal. 256-260).
d.Komplikasi
Komplikasi pada ibu : Perdarahan dapat menimbulkan : Variasi turunya tekanan darah
sampai keadaan syok. Perdarahan tidak sesuai dengan keadaan penderita yang anenis bahkan
sampai syok. Keadaan bervariasi dari baik sampai koma, Gangguan pembekuan darah dapat
menimbulkan : Masuknya tromboplastin kedalam sirkulasi darah yang menyebabkan
pembekuan darah intravaskuler dan disertai hemolisis. Terjadi penurunan fibrinogen sehingga
hipofibrinogen dapat mengganggu pembekuan darah. Oliguria terjadi sumbatan glomerulus
ginjal dan dapat menimbulkan produksi urin makin berkurang, perdarahan postpartum, Pada
solusio plasenta sedang sampai berat terjadi infiltrasi darah kedalam otot rahim, sehingga
mengganggu kontraksi dan menimbulkan perdarahan karena atonia uteri. Kegagalan
pembekuan darah dapat menambah beratnya perdarahan.
Komplikasi pada janin yang dikandung adalah : Perdarahan yang tertimbun
dibelakang plasenta dapat mengganggu sirkulasi darah janin, sehingga dapat menimbulkan
asfiksia ringan sampai berat, juga dapat menyebabkan kematian janin dalam kandungan
(Manuaba. 1998. hal. 261-262).
3. Kelainan dalam lamanya kehamilan
1. Partus Prematurus
Firmansyah (2006) mengatakan partus prematur adalah kelahiran bayi pada saat
masa kehamilan kurang dari 259 hari dihitung dari hari terakhir haid ibu. Menurut Mochtar
(1998) partus prematurus yaitu persalinan pada kehamilan 28 sampai 37 minggu, berat badan

12
lahir 1000 sampai 2500 gram. Partus prematurus adalah persalinan pada umur kehamilan
kurang dari 37 minggu atau berat badan lahir antara 500 sampai 2499 gram (Sastrawinata,
2003). Sedangkan menurut Manuaba (1998) partus prematurus adalah persalinan yang terjadi
di bawah umur kehamilan 37 minggu dengan perkiraan berat janin kurang dari 2.500 gram.
Jadi dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa Partus Prematurus
adalah persalinan yang terjadi pada saat usia kehamilan ibu 20 sampai 37 minggu dengan berat
badan bayi kurang dari 2500 gram.
Menurut Manuaba (1998), faktor predisposisi partus prematurus adalah sebagai
berikut:
1. Faktor ibu
Gizi saat hamil kurang, umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun, jarak hamil
dan bersalin terlalu dekat, penyakit menahun ibu seperti; hipertensi, jantung, ganguan
pembuluh darah (perokok), faktor pekerjaan yang terlalu berat.
2. Faktor kehamilan
Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum, komplikasi hamil
seperti pre eklampsi dan eklampsi, ketuban pecah dini.
3. Faktor janin
Cacat bawaan, infeksi dalam rahim.
Pencegahan
a. Melakukan pengawasan hamil dengan seksama dan teratur
b. Melakukan konsultasi terhadap penyakit yang dapat menyebabkan kehamilan dan persalinan
preterm.
c. Memberikan nasehat tentang gizi saat kehamilan, meningkatkan pengertian KB-interval,
memperhatikan tentang berbagai kelainan yang timbul dan sgera melakukan konsultasi,
menganjurkan untuk pemeriksaan tambahan sehingga secara dini penyakit ibu dapat diketahui
dan diawasi / diobati.
d. Meningkatakan keadaan sosial – ekonomi keluarga dan kesehatan lingkungan (Manuaba,
1998).
Partus prematurus menurut Mochtar (1998) dapat dicegah dengan mengambil
langkah-langkah berikut ini :
a. Jangan kawin terlalu muda dan jangan pula terlalu tua (idealnya 20 sampai 30 tahun).
b. Perbaiki keadaan sosial ekonomi
c. Cegah infeksi saluran kencing
d. Berikan makana ibu yang baik, cukup lemak , dan protein

13
e. Cuti hamil
f. Prenatal care yang baik dan teratur
g. Pakailah kontrasepsi untuk menjarangkan anak

2. Partus Serotinus
Menurut Manuaba (1998), kehamilan lewat waktu merupakan kehamilan yang
melebihi waktu 42 minggu dan belum terjadi persalinan. Kehamilan umumnya berlangsung 40
minggu atau 280 hari dari Hari Pertama haid terakhir. Menurut Parwirohardjo (2005),
kehamilan lewat waktu atau post term adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih dari
42 minggu. Jadi dari pengertian diatas dapat disimpulkan serotinus adalah kehamilan yang
berlangsung lebih dari 42 minggu.
Etiologi : Etiologi belum diketahui secara pasti namun faktor yang dikemukaan
adalah hormonal, yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup
bulan sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang. Faktor lain seperti herediter,
karena postmaturitas sering dijumpai pada suatu keluarga tertentu (Rustam, 1998).
Patofisiologi Serotinus :Pada kehamilan lewat waktu terjadi penurunan oksitosin
sehingga tidak menyebabkan adanya his, dan terjadi penundaan persalinan. Permasalahan
kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak sanggup memberikan nutrisi dan pertukaran
CO2/O2 sehingga janin mempunyai resiko asfiksia sampai kematian dalam rahim ( Manuaba,
1998).
Tanda dan gejala tidak terlalu dirasakan, hanya dilihat dari tuanya kehamilan.
Biasanya terjadi pada masyarakat di pedesaan yang lupa akan hari pertama haid terakhir. Bila
tanggal hari pertama haid terakhir di catat dan diketahui wanita hamil, diagnosis tidak sukar,
namun bila wanita hamil lupa atau tidak tahu, hal ini akan sukar memastikan diagnosis. Pada
pemeriksaan USG dilakukan untuk memeriksa ukuran diameter biparietal, gerakan janin dan
jumlah air ketuban (Muchtar, 1998).
Menurut Muchtar (1998), pengaruh dari serotinus adalah :
a). Terhadap Ibu :
Pengaruh postmatur dapat menyebabkan distosia karena aksi uterus tidak
terkoordinir, maka akan sering dijumpai patus lama, inersia uteri, dan perdarahan postpartum.
b). Terhadap Bayi :
Jumlah kematian janin/bayi pada kehamilan 43 minggu 3 kali lebih besar dari
kehamilan 40 minggu, karena postmaturitas akan menambah bahaya pada janin. Pengaruh
postmaturitas pada janin bervariasi seperti berat badan janin dapat bertambah besar, tetap dan

14
ada yang berkurang sesudah kehamilan 42 minggu. Ada pula yang terjadi kematian janin dalam
kandungan, kesalahan letak, distosia bahu, janin besar, moulage.

4. Kehamilan Ganda
Kehamilan ganda adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih. Kejadian kehamilan
ganda dipengaruhi oleh faktor keturunan, umur dan paritas.
Gejala dan tanda: Perut lebih buncit dari semestinya sesuai dengan umur tuanya
kehamilan, gerakan janin dirasakan lebih banyak, uterus terasa lebih cepat membesar, pada palpasi
bagian kecil teraba lebih banyak, teraba ada 3 bagian besar janin, teraba ada 2 bollatmen, terdengar
2 denyut jantung janin.
Penanganan dalam kehamilan: Perawatan prenatal yang baik untuk mengenal kehamilan
kembar dan mencegah komplikasi yang timbul, periksa darah lengkap, Hb, dan golongan darah.

5. Ketuban Pecah Dini


Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Bila
ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu maka disebut ketuban pecah dini
pada kehamilan prematur (Sarwono, 2008).
Menurut Manuaba (2008) Ketuban pecah dini atau premature rupture of the membranes
(PROM) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum adanya tanda-tanda persalinan. Sebagian besar
ketuban pecah dini terjadi diatas 37 minggu kehamilan, sedangkan dibawah 36 minggu tidak terlalu
banyak.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketuban pecah dini, Meskipun banyak publikasi
tentang ketuban pecah dini (KPD), namun penyebabnya secara langsung masih belum diketahui
dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang
berhubungan erat dengan ketuban pecah dini, namun faktor-faktor yang lebih berperan sulit
diketahui (Sualman, 2009).
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus dan
peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi perubahan
biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan karena selaput ketuban rapuh.
Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester tiga selaput ketuban
mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput ada hubungannya dengan pembesaran uterus,
kontraksi rahim, dan gerakan janin. Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal
fisiologis. Ketuban pecah dini pada kehamilan prematur disebabkan oleh adanya faktor-faktor
eksternal, misalnya infeksi yang menjalar dari vagina (Sarwono, 2008).

15
Tanda dan Gejala : Tanda dan gejala yang selalu ada ketika terjadi ketuban pecah dini
adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina, cairan vagina berbau amis dan tidak
seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, disertai dengan
demam/menggigil, juga nyeri pada perut, keadaan seperti ini dicurigai mengalami amnionitis
(Saifuddin, 2002).

C. PENYAKIT DAN KELAINAN YANG TIDAK LANGSUNG BERHUBUNGAN


DENGAN KEHAMILAN
1. Anemia
Adalah kekurangan darah yang dapat menganggu kesehatan ibu pada saat proses
persalinan (BKKBN, 2003, p.24). Kondisi ibu hamil dengan kadar Hemoglobin kurang dari 11
g% pada trimester 1 dan 3 dan <10,5 g % pada trimester 2. Anemia dapat menimbulkan dampak
buruk terhadap ibu maupun janin, seperti infeksi, partus prematurus, abortus, kematian janin,
cacat bawaan (Prawirohardjo, 2008,).
Gejala dan tanda: Pusing, rasa lemah, kulit pucat, mudah pingsan, sementara tensi
masih dalam batas normal perlu dicurigai anemia defisiensi. Secara klinik dapat dilihat tubuh
yang malnutrisi dan pucat (MIMS Bidan, 2008/2009)
Penanganan umum: Kekurangan darah merah ini harus dipenuhi dengan
mengkonsumsi makanan bergizi dan diberi suplemen zat besi, pemberian kalori 300 kalori/hari
dan suplemen besi sebanyak 60 mg/hari kiranya cukup mencegah anemia (Maulana, 2008,).
2. Malaria
Malaria adalah infeksi yang disebabkan oleh kuman (plasmodium) dapat
mengakibatkan anemia dan dapat menyebabkan keguguran.
Gejala dan tanda: Demam, anemia, hipoglikemia, edema paru akut dan malaria berat
lainnya.
Penanganan: Dengan pemberian obat kemoprofiksis jenis klorokuin dengan dosis 300
mg/minggu.
3. TBC paru
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh infeksi mycobacterium
tuberculosis.
Sebagian besar kuman tuberkulosis menyerang paru, sehingga dapat menyebabkan
perubahan pada sistem pernafasan.
Gejala dan tanda: Batuk menahun, batuk darah dan kurus kering.
Penanganan: Ibu hamil dengan proses aktif, hendaknya jangan dicampurkan dengan

16
wanita hamil lainnya pada pemeriksaan antenatal.
Penderita dengan proses aktif, apalagi dengan batuk darah, sebaiknya dirawat di
rumah sakit dalam kamar isolasi. Gunanya untuk mencegah penularan, untuk menjamin
istirahat dan makanan yang cukup, serta pengobatan yang intensif dan teratur. (Mansjoer,
2001,).
4. Penyakit jantung
Bila ibu hamil mempunyai penyakit jantung harus ekstra hati-hati. Jangan sampai
terlalu kecapaian dan jaga kenaikan berat badan agar beban kerja jantung bisa berkurang.
Gejala dan tanda: Cepat merasa lelah, jantungnya berdebar-debar, sesak napas apabila
disertai sianosis (kebiruan), edema tungkai atau terasa berat pada kehamilan muda, dan
mengeluh tentang bertambah besarnya rahim yang tidak sesuai.
5. Diabetes mellitus
Diabetes merupakan suatu penyakit dimana tubuh tidak menghasilkan insulin dalam
jumlah cukup, atau sebaliknya, tubuh kurang mampu menggunakan insulin secara maksimal.
Insulin adalah hormon yang dihasilkan oleh pankreas, yang berfungsi mensuplai glukosa dari
darah ke sel-sel tubuh untuk dipergunakan sebagai bahan bakar tubuh.
Gejala dan tanda: Pada masa awal kehamilan, dapat mengakibatkan bayi mengalami
cacat bawaan, berat badan berlebihan, lahir mati, dan gangguan kesehatan lainnya seperti gawat
napas, hipoglikemia (kadar gula darah kurang dari normal), dan sakit kuning.
Penanganan: Menjaga agar kadar glukosa darah tetap normal, ibu hamil harus
memperhatikan makanan, berolahraga secara teratur, serta menjalani pengobatan sesuai
kondisi penyakit pada penderita penyakit ini. (Prawirohardjo, 2008,).
6. Infeksi menular seksual pada kehamilan
Infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, parasit atau jamur, yang penularannya
terutama melalui hubungan seksual dengan pasangan yang menderita penyakit tersebut
(Sjaiful, 2008,).

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Patologi kehamilan adalah penyulit atau gangguan atau komplikasi yang menyertai ibu
saat hamil (Sujiyatini,2009:3). Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah berlebihan
sehingga mengganggu pekerjaan sehari hari dan keadaan umum menjadi buruk. Mual dan
muntah merupakan gangguan yang paling sering ditemui pada kehamilan trismeter 1, kurang
lebih 6 minggu setelah haid terakhir selama 10 minggu.sekitar 60-80% multigravida
mengalami mual muntah, namun gejala ini terjadi lebih berat hanya pada 1 diantara 1.000
kehamilan (Mitayani, 2009:40). Tanda bahaya kehamilan adalah tanda -tanda yang
mengindikasikan adanya bahaya yang dapat terjadi selama kehamilan/periode antenatal, yang
apabila tidak dilaporkan atau tidakterdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu (Pusdiknakes,
2003).

B. Saran
Ibu hamil tersebut harus sering dikunjungi jika terdapat masalah dan hendaknya
disarankan untuk menemui petugas kesehatan bila merasakan tanda-tanda kehamilan. Untuk
itu ibu hamil terutama trimester ini untuk lebih sering memeriksakan diri sejak dini dengan
tujuan untuk mengurangi penyulit saat inpartu. Untuk itulah tenaga kesehatan dituntut untuk
memberikan pelayanan obstetrik dan neonatal, khususnya bidan harus mampu dan teerampil
memeberikan pelayanan sesuai dengan standart yang diterapkan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Mochtar, Rustam.1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC


Manuaba, Chandarnita, dkk,. 2008. Gawat-darurat obstetri-ginekologi &
obstetriginekologi sosial untuk profesi bidan. Jakarta: EGC.
Prawirohardjo S, Hanifa W. 2002. Kebidanan Dalam Masa Lampau, Kini dan Kelak.
Dalam: Ilmu Kebidanan, edisi III. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo.
Sarwono, 2007. Ilmu Kebidanan . Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono prawiroharjo
http://endribehepy.blogspot.com/2010/09/lp-dan-askep-solusio-plasenta.html
http://binbask.blogspot.com/2013/01/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
http://meti-de0rentz.blogspot.com/2011/06/asuhan-keperawatan-dengan-kasus-solutio.html
http://rico-kumpulanaskep.blogspot.com/
http://sahrilramadhan.blogspot.com/2011/06/askep-partus-lama.html
http://axes364yahoo.blogspot.com/2011/08/partus-lama.html

19

Anda mungkin juga menyukai