Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Widyawisata adalah kegiatan wisata yang dilakukan dengan tujuan

untuk menambah pengetahuan mahasiswa serta menambah

pengalaman. Setelah widyawisata kami laksanakan, mahasiswa

diwajibkan untuk membuat laporan widyawisata. Laporan widyawisata

adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dilaksanakan.

Laporan widyawisata ini merupakan tugas bagi semua mahasiswa

tugas belajar tingkat 1, 2, dan 3. Dalam penyusunan widyawisata ini,

mahasiswa diharapkan dapat melaporkan segala pengetahuan dan

pengalamannya yang diperoleh selama menjalankan widyawisata.

Pengalaman dan pengetahuan selama mengikuti widyawisata ke

Yogyakarta diharapkan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari –

hari. Dalam laporan widyawisata ini membahas tentang manajemen

asuhan keperawatan pada gangguan jiwa.

B. Tujuan Umum

Mengetahui pengelolaan manajemen asuhan keperawatan pada

gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta.

1
C. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui arti keperawatan jiwa.

2. Untuk mengetahui model praktik keperawatan jiwa.

3. Untuk mengetahui model stres adaptasi dalam keperawatan jiwa.

4. Untuk mengetahui aspek legal dan etik dalam keperawatan jiwa.

5. Untuk mengetahui standar praktik keperawatan jiwa.

6. Untuk mengetahui aspek etik dalam keperawatan jiwa.

D. Manfaat

Agar mahasiswa tidak hanya mengetahui masalah mengenai

manajemen asuhan keperawatan jiwa tetapi juga harus bisa

mengimplementasikan manajemen asuhan keperawatan pada pasien

gangguan jiwa di dunia kerja nanti.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi Keperawatan Jiwa

Stuart dan Sundeen memberikan batasan tentang keperawatan

jiwa, yaitu suatu proses interpersonal yang berupaya untuk

meningkatkan dan mempertahankan perilaku, yang mengontribusi

pada fungsi yang terintegrasi. Sementara ANA (American Nurses

Association) mendefinisikan keperawatan kesehatan jiwa adalah

suatu bidang spesialisasi praktik keperawatan yang menerapkan teori

perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri secara

terapeutik sebagai kiatnya (Stuart, 2007). Berdasarkan dua pengertian

di atas, maka setiap perawat jiwa dituntut mampu menguasai

bidangnya dengan menggunakan ilmu perilaku sebagai landasan

berpikir dan berupaya sedemikian rupa sehingga dirinya dapat

menjadi alat yang efektif dalam merawat pasien (Depkes RI, 1998).

B. Model Praktik Keperawatan Jiwa

Model adalah suatu cara untuk mengorganisasikan pengetahuan

yang kompleks, membantu praktisi, serta memberi arah dan dasar

dalam menentukan bantuan yang diperlukan. Model praktik

keperawatan jiwa mencerminkan sudut pandang dalam mempelajari

3
penyimpangan perilaku dan proses terapeutik dikembangkan. Model

praktik dalam keperawatan kesehatan jiwa ini menggambarkan

sebuah psikodinamika terjadinya gangguan jiwa.

Psikodinamika terjadinya gangguan jiwa menggambarkan

serangkaian peristiwa, sehingga gangguan jiwa terjadi. Oleh

karenanya, diperlukan pengkajian mendalam terhadap berbagai faktor

penyebab gangguan jiwa, tanda dan gejala, serta urutan kejadian

peristiwa. Dengan demikian, akan tergambarkan sebagai masalah

keperawatan yang ditemukan (pada komponen pengkajian

keperawatan jiwa), sehingga dapat disusun jejaring urutan kejadian

masalah dalam sebuah pohon masalah.

Beberapa model praktik yang dikembangkan dalam keperawatan

kesehatan jiwa antara lain model psikoanalisis, model interpersonal,

model sosial, eksistensial, suportif, komunikasi, perilaku, model medik,

dan yang paling sering digunakan dalam keperawatan jiwa adalah

model stres adaptasi.

C. Model Stres Adaptasi Dalam Keperawatan Jiwa

Keperawatan kesehatan jiwa menggunakan model stres adaptasi

dalam mengidentifikasi penyimpangan perilaku. Model ini

mengidentifikasi sehat sakit sebagai hasil berbagai karakteristik

individu yang berinteraksi dengan faktor lingkungan. Model ini

mengintegrasikan komponen biologis, psikologis, serta sosial dalam

4
pengkajian dan penyelesaian masalahnya. Apabila masalah

disebabkan karena fisik, maka pengobatan dengan fisik atau kimiawi.

Apabila masalah psikologis, maka harus diselesaikan secara

psikologis. Demikian pula jika masalah sosial, maka lebih sering dapat

diselesaikan dengan pendekatan sosial melalui penguatan psikologis.

Beberapa hal yang harus diamati dalam model stres adaptasi

adalah faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap

stresor, sumber koping, dan mekanisme koping yang digunakan. Ada

dua kemungkinan koping terpilih yaitu berada antara adaptif dan

maladaptif. Koping ini bersifat dinamis, bukan statis pada satu titik.

Dengan demikian, perilaku manusia juga selalu dinamis, yakni sesuai

berbagai faktor yang memengaruhi koping terpilih.

D. Aspek Legal dan Etik Dalam Keperawatan Jiwa

Pokok bahasan aspek legal dan etis dalam keperawatan jiwa

diawali dengan pembahasan peran fungsi perawat jiwa, domain

aktivitas keperawatan jiwa, standar praktik keperawatan jiwa, dan

penerapan konsep etika dalam keperawatan jiwa.

Peran dan fungsi perawat jiwa saat ini telah berkembang secara

kompleks dari elemen historis aslinya (Stuart, 2002). Peran perawat

jiwa sekarang mencakup parameter kompetensi klinik, advokasi

pasien, tanggung jawab fiskal (keuangan), kolaborasi profesional,

akuntabilitas (tanggung gugat) sosial, serta kewajiban etik dan legal.

5
Dengan demikian, dalam memberikan asuhan keperawatan jiwa

perawat dituntut melakukan aktivitas pada tiga area utama yaitu:

1. aktivitas asuhan langsung,

2. aktivitas komunikasi, dan

3. aktivitas pengelolaan/penatalaksanaan manajemen keperawatan.

Meskipun tidak semua perawat berperan serta dalam semua aktivitas,

mereka tetap mencerminkan sifat dan lingkup terbaru dari asuhan

yang kompeten dari perawat jiwa. Selain itu, perawat jiwa harus

mampu melakukan hal-hal sebagai berikut.

1. Membuat pengkajian kesehatan biopsikososial yang peka terhadap

budaya.

2. Merancang dan mengimplementasikan rencana tindakan untuk

pasien dan keluarga dengan masalah kesehatan yang kompleks

dan kondisi yang dapat menimbulkan sakit.

3. Berperan serta dalam aktivitas pengelolaan kasus, seperti

mengorganisasi, mengkaji, negosiasi, koordinasi, dan

mengintegrasikan pelayanan serta perbaikan bagi individu dan

keluarga.

4. Memberikan pedoman pelayanan kesehatan kepada individu,

keluarga, dan kelompok untuk menggunakan sumber yang tersedia

di komunitas kesehatan mental termasuk pemberi pelayanan

terkait, teknologi, dan sistem sosial yang paling tepat.

6
5. Meningkatkan, memelihara kesehatan mental, serta mengatasi

pengaruh penyakit mental melalui penyuluhan dan konseling.

6. Memberikan asuhan kepada mereka yang mengalami penyakit fisik

dengan masalah psikologik dan penyakit jiwa dengan masalah fisik.

7. Mengelola dan mengoordinasi sistem pelayanan yang

mengintegrasikan kebutuhan pasien, keluarga, staf, dan pembuat

kebijakan.

E. Standar Praktik Keperawatan Jiwa

Standar praktik klinik keperawatan jiwa menguraikan tingkat

kompetensi dan kinerja perawat yang terlibat di tiap tatanan praktik

keperawatan kesehatan jiwa. Standar ini ditujukan kepada perawat

yang memenuhi persyaratan pendidikan dan pengalaman praktik baik

pada tingkat dasar atau tingkat lanjut keperawatan kesehatan jiwa

(Stuart, 2007). Oleh karena beberapa aktivitas keperawatan sangat

bergantung pada variabel seperti situasi pasien, tatanan klinik, dan

penilaian individual yang cepat, maka istilah seperti “sebagaimana

mestinya”, “bila memungkinkan”, dan “bila dapat diterapkan”

digunakan untuk mengakui suatu keadaan yang mungkin terjadi

pengecualian.

Kondisi keperawatan dan perilaku keperawatan berhubungan

dengan tiap tahap proses keperawatan sebagai berikut.

7
Standar I Pengkajian Perawat kesehatan jiwa mengumpulkan data

kesehatan pasien.

Standar II Diagnosis Perawat kesehatan jiwa menganalisis data

pengkajian dalam menentukan diagnosis.

Standar III Identifikasi Hasil Perawat kesehatan jiwa mengidentifikasi

hasil yang diharapkan dan bersifat individual untuk tiap pasien.

Standar IV Perencanaan Perawat kesehatan jiwa mengembangkan

rencana asuhan yang menggambarkan intervensi untuk mencapai

hasil yang diharapkan.

Standar V Implementasi Perawat kesehatan jiwa

mengimplementasikan intervensi yang teridentifikasi dalam rencana

asuhan.

Standar Va. Konseling Perawat kesehatan jiwa menggunakan

intervensi konseling untuk membantu pasien meningkatkan atau

memperoleh kembali kemampuan koping, memelihara kesehatan

mental, dan mencegah penyakit atau ketidakmampuan mental.

Standar Vb. Terapi Lingkungan Perawat kesehatan jiwa memberikan,

membentuk, serta mempertahankan suatu lingkungan yang terapeutik

dalam kolaborasinya dengan pasien dan pemberi pelayanan

kesehatan lain.

Standar Vc. Aktivitas Asuhan Mandiri Perawat kesehatan jiwa

membentuk intervensi sekitar aktivitas kehidupan sehari-hari pasien

untuk memelihara asuhan mandiri dan kesejahteraan jiwa dan fisik.

8
Standar Vd. Intervensi Psikobiologis Perawat kesehatan jiwa

menggunakan pengetahuan intervensi psikobiologis dan menerapkan

keterampilan klinis untuk memulihkan kesehatan pasien dan

mencegah ketidakmampuan lebih lanjut.

Standar Ve. Penyuluhan Kesehatan Perawat kesehatan jiwa, melalui

penyuluhan kesehatan, serta membantu pasien dalam mencapai pola

kehidupan yang memuaskan, produktif, dan sehat.

Standar Vf. Manajemen Kasus Perawat kesehatan jiwa menyajikan

manajemen kasus untuk mengoordinasi pelayanan kesehatan yang

komprehensif serta memastikan kesinambungan asuhan.

Standar Vg. Pemeliharaan dan Peningkatan Kesehatan Perawat

kesehatan jiwa menerapkan strategi dan intervensi untuk

meningkatkan, memelihara kesehatan jiwa, serta mencegah penyakit

jiwa.

Catatan: Intervensi Praktik Tahap Lanjut Vh–Vj Intervensi berikut ini

(Vh–Vj) hanya mungkin dilakukan oleh spesialis yang bersertifikasi

dalam keperawatan kesehatan jiwa-psikiatri.

Standar Vh. Psikoterapi Spesialis yang bersertifikasi dalam

keperawatan kesehatan jiwa menggunakan psikoterapi individu,

psikoterapi kelompok, psikoterapi keluarga, psikoterapi anak, serta

pengobatan terapeutik lain untuk membantu pasien untuk memelihara

kesehatan jiwa, mencegah penyakit jiwa dan ketidakmampuan, serta

9
memperbaiki atau mencapai kembali status kesehatan dan

kemampuan fungsional pasien.

Standar Vi. Preskripsi Agen Farmakologis Spesialis yang bersertifikasi

menggunakan preskripsi agen farmakologis sesuai dengan peraturan

praktik keperawatan negara bagian, untuk mengatasi gejala-gejala

gangguan jiwa dan meningkatkan status kesehatan fungsional.

Standar Vj. Konsultasi Spesialis yang bersertifikasi memberikan

konsultasi kepada pemberi pelayanan kesehatan dan lainnya untuk

memengaruhi rencana asuhan kepada pasien, dan memperkuat

kemampuan yang lain untuk memberikan pelayanan kesehatan jiwa

dan psikiatri serta membawa perubahan dalam sistem pelayanan

kesehatan jiwa dan psikiatri.

Standar Vl. Evaluasi Perawat kesehatan jiwa mengevaluasi

perkembangan pasien dalam mencapai hasil yang diharapkan.

F. Aspek Etik Dalam Keperawatan Jiwa

Etika berasal dari Bahasa Yunani ethos yang berarti karakter,

watak kesusilaan, atau adat kebiasaan yang etika tersebut

berhubungan erat dengan konsep individu atau kelompok sebagai alat

penilai kebenaran atau evaluasi terhadap sesuatu yang telah

dilakukan. Penerapan aspek etik dalam keperawatan jiwa sangat

terkait dengan pemberian diagnosis, perlakuan atau cara merawat,

10
hak pasien, stigma masyarakat, serta peraturan atau hukum yang

berlaku.

11
BAB III

LAPORAN OBSERVASI

Berikut materi observasi manajemen asuhan keperawatan RSJ Grhasia

Yogyakarta :

A. Standar keperawatan Jiwa

Terdapat 4 dasar standar keperawatan jiwa, yaitu :

1. Tingkat terendah berdasarkan tradisi

Dasar praktik : ritual, peraturan yang tidak diverifikasi, anekdot,

kebiasaan, pendapat dan budaya setempat.

Contoh kasus : pasien gangguan jiwa dikurung tanpa SPO, asuhan

keperawatan tanpa Standar Asuhan Keperawatan (SAK).

2. Tingkat kedua berdasarkan regulasi (UU Praktik)

Dasar praktik : UU Kesehatan, UU Kesehatan Jiwa, UU

Keperawatan, Peraturan Pemerintah, SK SPM43, SK (RS),

kebijakan (Dinkes), Standar akreditasi, SK, SOP.

Semua tindakan yang dilakukan kepada pasien gangguan jiwa

sudah berdasarkan SK pimpinan (Direktur RS) atau kebijakan Ka.

Dinkes atau UU praktek.

3. Tingkat ketiga berdasarkan filosofis/konsepsual untuk praktik.

12
Dasar praktik : Visi, misi, nilai, model praktek profesional, kerangka

kerja konseptual yang tidak teruji, kerangka kerja etik, dan kode etik

profesional.

4. Tingkat keempat berbasis bukti.

Dasar praktik : temuan riset, data tentang hasil kinerja,

kesepakatanan rekomendasi dari pakar yang diakui.

Tujuan : Kualitas praktek keperawatan.

B. Proses Keperawatan

1. Pengkajian

a. Data Demografi

Nama Pekerjaan

Umur Tanggal dirawat

Jenis kelamin Tanggal pengkajian

Alamat Diagnosa media

Agama Penanggung jawab

Pendidikan

b. Alasan Masuk

Penyebab utama klien dibawa ke RS.

c. Faktor Predisposisi dan Presipitasi

Faktor biologis, psikologi, dan sosial budaya.

13
d. Psikososial

Genogram.

e. Konsep Diri

Citra tubuh

Identitas diri

Peran diri

Ideal diri

Harga diri

f. Hubungan Sosial

1). Orang yang berarti

2) Peran dalam masyarakat

3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain.

g. Spiritual

Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah.

h. Status Mental

Penampilan Isi pikir

Pembicaraan Arus pikir

Aktivitas motorik Tingkat kesadaran

Alam perasaan Memori

Afek Tingkat konsentrasi dan berhitung

Interaksi selama wawancara Kemampuan penilaian

Persepsi Daya tilik diri

14
i. Kebutuhan Perencanaan Pulang

Makan Istirahat

BAB/BAK Pemeliharaan kesehatan

Mandi Kegiatan di dalam rumah

Berhias Kegiatan di luar rumah

Penggunaan obat

j. Mekanisme Koping

Adaptif, maladaptif.

2. Diagnosa Keperawatan

3. Intervensi Keperawatan

4. Tindakan Keperawatan

5. Evaluasi.

C. Pendidikan Klien

1. Pencegahan penyakit

2. Mempertahankan kesehatan

3. Informed consent

4. Perencanaan pulang.

D. Sistem MAKP

1. Fungsional

2. Tim

15
3. Primer

4. Modifikasi.

16
BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

1. Keperawatan jiwa, yaitu suatu proses interpersonal yang berupaya

untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku, yang

mengontribusi pada fungsi yang terintegrasi.

2. Manajemen Asuhan Keperawatan di RSJ Grhasia Yogyakarta

mencakup 4 yaitu :

a. Standar keperawatan jiwa

b. Proses keperawatan

3. Pendidikan keperawatan

4. Sistem MAKP.

B. Saran

Setelah penulis menulis simpulan, ada beberapa saran diantaranya

sebagai berikut :

1. Seharusnya mahasiswa lebih mendalami masalah mengenai

manajemen asuhan keperawatan pada gangguan jiwa.

2. Seharusnya mahasiswa tidak hanya mengetahui masalah

mengenai manajemen asuhan keperawatan pada gangguan jiwa

17
tetapi juga harus bisa mengimplementasikan manajemen asuhan

keperawatan pada pasien gangguan jiwa di dunia kerja nanti.

18
DAFTAR PUSTAKA

Yusuf, Rizky dan Hanik. 2015. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta :

Salemba Medika.

Wibawa, Ika Ratih. 2019. Power point Manajemen Asuhan Keperawatan

RSJ Grhasia DIY. Yogyakarta.

19

Anda mungkin juga menyukai