Pengertian Glukoma
Pengertian Glukoma
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Glaukoma” ini dengan
baik dan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Adapun tujuan kami membuat makalah
ini adalah sebagai pemenuhan pertanggung jawaban akan tugas awal laboratorim Histologi
dalam Blok Special Sense di semester V ini.
Makalah mengenai Glaukoma ini belum sepenuhnya sempurna dan masih ada
kekurangan di dalam pembahasan topik ini. Maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini nantinya dapat bermanfaat , memberikan informasi yang baru guna menambah
pengetahuan serta merupakan sumber pengetahuan yang berkualitas bagi pembaca.
Tim Penyusun
LABORATORIUM HISTOLOGI 1
6 Desember 2013 [GLAUKOMA]
DAFTAR ISI
3. Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………….1
1.2 Tujuan ……………………………………………………………………......1
4. Bab II Pembahasan
2.1 Definisi ……………………………………………………………………...2
2.2 Etiologi …………………………………………………………………...…2
2.3 Patofisiologi ………………………………………………………………...3
2.4 Klasifikasi ………………………………………………………………......3
2.5 Gejala Klinis ……………………………………………………………..…4
2.6 Penegakkan Diagnosa …………………………………………………..…..6
2.7 Diagnosa Banding ……………………………………………………..……8
2.8 Penatalaksanaan ………………………………………………………..…...8
2.9 Komplikasi ……………………………………………………………..…...9
2.10 Prognosis ……………………………………………………………..…..…10
LABORATORIUM HISTOLOGI 2
6 Desember 2013 [GLAUKOMA]
BAB I
PENDAHULUAN
Glaukoma juga merupakan penyebab utama kebutaan di Negara barat. Di antara mereka
hamper setenganya mengalami gangguan penglihatan sampai 70 ribu benar – benar buta dan
bertambah sebanyak 5500 orang buta setiap tahunnya. Jika glaukoma didiagnosis lebih awal
dan ditangani dengan benar kebutaan dapat dicegah namun kebanyakan kasus glaukoma
bergejala sampai sudah terjadi maka pemeriksaan rutin dan skrining mempunyai peran
penting dalam mendeteksi penyakit ini. Oleh sebab itu Glaukoma adalah salah satu penyakit
mata yang dapat menyebabkan proses hilangnya penglihatan.
1.2 Tujuan
Agar mahasiswa/i dapat mengerti dan memahami mengenai Glaukoma mulai dari
definisi, manifestasi klinis, penatalaksanan dan lainya sampai prognosis Glaukoma tersebut.
LABORATORIUM HISTOLOGI 3
6 Desember 2013 [GLAUKOMA]
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Glukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa peninggian
tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik dengan defek lapang pandangan
mata.(Sidarta Ilyas,2011).
Glukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan
tekanan intraokuler.( Long Barbara, 1996).
Glaukoma didefinisikan sebagai suatu kumpulan penyakit dengan karakteristik
neuropati optik yang berhubungan dengan penurunan lapang pandangan dan peningkatan
tekanan intraokuli sebagai satu faktor resiko utama (Skuta, et al., 2010; Kansky, 2007).
2.2 Etiologi
Pada dasarnya Glaucoma disebabkan akibat tersumbatnya aliran air mata (aquous
humour) yaitu:
a.Jaringan iris tiba-tiba memblokir jalan pengaliran air mata.
b. Penyempitan sudut bilik mata depan,misalnya : pada Hypermetrophia / Cataract stadium
Immatur dimana lensa menjadi besar.
c. Keadaan di mana papil menjadi besar/ lebar:
-pada kegelapan
-emosi, stress
-kelelahan
-penetesan obat midriatikum
d. Pada infeksi iris dan corpus ciliare dimana terjadi pelebaran pembuluh darah
e. Pada penyakit Uveitis dimana asa synechia ant/post
f. Meningginya outflow resisten dari trabecula karena adanya hipertropi dari sel-sel trabecula
/canalis schlem yang tersumbat,sedangkan sudut blik mata normal (cataract sudur terbuka)
g.penurunan permeability dari trabecula
2.3 Patofisiologi
LABORATORIUM HISTOLOGI 4
6 Desember 2013 [GLAUKOMA]
2.4 Klasifikasi
Glaukoma primer:
Glaukoma kongenital:
1. Primer
2. Sekunder
Glaukoma sekunder
Glaukoma Absolute
Glaucoma kongenital terjadi dari berbagai penyakit. Dapat timbul saat lahir atau dalam tahun
pertama
LABORATORIUM HISTOLOGI 6
6 Desember 2013 [GLAUKOMA]
Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang diketahui penyebab timbulnya .Glaukoma dapat
disebabkan atau dihubungkan dengan kelainan-kelainan atau penyakit yang telah diderita
sebelumnya atau pada saat itu , seperti ; kelainan lensa , kelainan uvea,trauma,pembedahan
dll .Glaukoma sekunder timbul sebagai akibat penyakit lain dalam bola mata ,disebabkan :
Kelainan Lensa
- Luksasi
- Pembengkakan (intumesen)
- Fakoltik
Kelaianan uvea
- Uveitis
- Tumor
Trauma :
- Perdarahan dalam bilik mata depan (hifema).
- Perforasi kornea dan prolaps iris , yang menyebabkan leukoma adheren.
Pembedahan
Bilik mata depan yang tidak cepat terbentuk setelah pembedahan katarak.
Penyebab glaucoma sekunder lainnya :
- Rubeosis iridis (akibat thrombosis vena retina sentral)
- Penggunaan kortikosteroid topical berlebihan
LABORATORIUM HISTOLOGI 7
6 Desember 2013 [GLAUKOMA]
Sering mata dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga
menimbulkan penyulit berupa neovaskularisasi pada iris, keadaaan ini memberikan rasa sakit
sekali akibat timbulnya glaukoma hemoragik.
Pengobatan glaukoma absolute dapat dengan memberikan sinar beta pada badan siliar untuk
menekan fungsi badan siliar , alcohol retrobulbar atau melakukan pengangkatan bola mata
karena mata telah tidak berfungsi dan memberikan rasa sakit (Sidarta,dkk.2011).
Bila ternyata tensi intraokulernya lebih dari 20 m Hg, harus dilakukan pemeriksaan
glukokoma yang lengkap sepeti :
Tonometri, lapang pandangan, oftalmoskopi, gonioskopi, tes provokasi (tes minim air,
pressure congestion test, tes steroid ), tonografi.
Tonometri :
Tekanan intraokuler pad glaukoma ini tidak terlalu tinggi. Menurut Langley an kawan
– kawan pada glaukoma simpleks terdapat 4 tipe variasi diurnal :
LABORATORIUM HISTOLOGI 8
6 Desember 2013 [GLAUKOMA]
Periksaan oftalmoskopi
Penggaungan dan atrofi tampak pada papil N. II. Ada yang mengatakan, bahwa pada
glaukoma sudut terbuka, didalam saraf optik didapatkan kelainan degenerasi yang primer,
yang disebabkan oleh insufisiensi vaskular. Sebab menurut penelitian kemunduran fungsinya
terus berlanjut, meskipun tekanan intraokulernya telah dinormalisir dengan obat – obatan
ataupun dengan operasi. Juga penderita dengan kelainan sistemik seperti diabetes melitus,
arteriosklerosis, lebih mudah mendapat kelainan saraf optik, akibat kenaikan tekanan
intraokuler, dari pada yang lain.
Pemeriksaan Gonioskopi
Pada glaukoma simpleks sudutnya normal. Pada stadium yang lanjut, bila telah timbul
goniosinechiae ( perlengketan pinggir iris pada kornea/trakekula ) maka sudut dapat tertutup.
Tonografi
Tes Provokasi
LABORATORIUM HISTOLOGI 9
6 Desember 2013 [GLAUKOMA]
Tes minum air : Kenaikan tensi 8 – 9 mmHg mencurigakan, 10 mmHg pasti patologis.
Pressure congestion test : Kenaikan 9 mmHg atau lebih mencurigakan. Sedang bila lebih dari
11 mmHg pasti patologis.
b. Operasi.
LABORATORIUM HISTOLOGI 10
6 Desember 2013 [GLAUKOMA]
Pengobatan harus diberikan secara cepat dan tepat, jika terlambat 24-48 jam maka
sinekhia anterior sudah kuat sehingga pengobatan dengan miotikum tak berguna lagi. TIO
harus sudah turun dalam 2-4 jam sedapat-dapatnya.
a) miotikum : untuk mengecilkan pupil, sehingga iris terlepas dari tekanannya ditrebekula
dan sudutnya menjadi terbuka, cara menberikannya : Pilocarpin 2-4 % setiap menit satu
tetes selama 5 menit diteruskan dengan setiap jam.
b) Penghambat karbonik anhidrase ----> mengurangi produksi humor akueus seperti diamox
500 mg sekaligus (2 tablet) kemudian disusul tiap 4 jam 1 tablet.
c) Obat hiperosmotik.
Gliserin 50 % peroral 1-1,8 gram/kg BB.
Dengan pengobatan di atas bersama-sama, tekanan yang tinggi sekali dapat ditekan
sampai dibawah 25 mmHg dalam waktu 24 jam.
Jika tekanan intraokulernya sudah turun, operasi harus dilakukan paling lambat 2-4 hari
kemudian. Selama ini pengobatan tetap dilanjutkan. Bila tekanan tetap tinggi, melebihi 30
mmHg diberikan obat hiperosmotik yang lain yaitu : manitol (1,5-3/kg BB) 20 tetes/ menit
(20%) atau ureum 30% infus, 300 cc diberikan ± 2-3 jam yang diberikan sebelum operasi
dilakukan.
Macam operasi :
1. Iridektomi perifer.
2. Operasi filtrasi (Iridenkleisis, trepanasi, sklerotomi, trabekulektomi).
2.9 Komplikasi
Kebutaan dapat terjadi pada semua galukoma. Glaucoma penutup sudut akut adalah
suatu kedaruratan medis.
LABORATORIUM HISTOLOGI 11
6 Desember 2013 [GLAUKOMA]
Agens topical yang digunakan untuk mengobati glaucoma dapat memiliki efek
sistemik yang merugikan terutama pada lansia. Efek ini dapat berupa perburukan
kondisi jantung, pernafasan, neurologis. (corwin, 2001)
Sinelia anterior perifer
Iris perifer melekat pada jalinan trabekel dan menghambat aliran mata keluar.
Katarak
Lensa kadang-kadang melekat membengkak, dan bisa terjadi katarak. Lensa yang
membengkak mendorong iris lebih jauh kedepan yang akan menambah hambatan
pupil dan pada gilirannya akan menambah derajat hambatan sudut.
Atrofi retina dan saraf optik
Daya tahan unsure-unsur saraf mata terhadap tekanan intraokular yang tinggi adalah
buruk. Terjadi gaung glaukoma pada pupil optik dan atrofi retina, terutama pada
lapisan sel-sel ganglion.
2.10 Prognosis
LABORATORIUM HISTOLOGI 12
6 Desember 2013 [GLAUKOMA]
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Glaukoma adalah suatu keadaan dimana ditandai dengan meningkatnya tekanan intra
okuler yang dapat merusak saraf mata sehingga mengakibatkan kebutaan. Glaukoma
diklasifikasikan menjadi 4 yaitu glaukoma primer, glaukoma congenital, glaukoma sekunder
dan glaukoma absolute.
SARAN
LABORATORIUM HISTOLOGI 13
6 Desember 2013 [GLAUKOMA]
LABORATORIUM HISTOLOGI 14
6 Desember 2013 [GLAUKOMA]
2.makrofag
3.makrofag
LABORATORIUM HISTOLOGI 15
6 Desember 2013 [GLAUKOMA]
3.apoptosis(Kematian sel)
LABORATORIUM HISTOLOGI 16
6 Desember 2013 [GLAUKOMA]
Structural abnormalities in eyes of 21-week-old G60S mice. The eyes of theGja1Jrt/+ mice were severely
deformed. Deviance from (A) wild-type (WT) eye normal histology was evident in moderate (B, C) to severe
(D) disease phenotypes in Gja1Jrt/+ mice at 21 weeks of age. Structural abnormalities include evidence of early
optic nerve head cupping (insets), retinal disorganization and dysplasia (D, inset), and lens atrophy. Solute
precipitation in anterior and posterior chambers was evident in all Gja1Jrt/+eyes. H&E-stained, paraffin-
embedded sections; magnification: (A–D) ×20; (insets) ×100.
LABORATORIUM HISTOLOGI 17
6 Desember 2013 [GLAUKOMA]
DAFTAR PUSTAKA
Barbara C. Long. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan).
Alih bahasa : Yayasan Ikatan alumsi Pendidikan Keperawatan Pajajaran Bandung. Cetakan I
Skuta GL, Cantor LB, Weiss JS. Diagnostic approach to retinal disease. In: American
Academy of Ophthalmology. Retina and Vitreous, Section 12, Basic and Clinical Science
Course
James Bruce, Chris Chew, Anthony Bron. Lecture Notes Oftalmologi.Edisi ke-. 9.Jakarta:
Airlangga.2006
Riordan paul-eva. Anatomi dan Embriologi Mata. Dalam : Vaughan & Asbury Oftalmologi
Umum. Edisi ke-17. Jakarta : EGC. 2010
Ilyas Sidarta, et al .Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum dan Mahasiswa
Kedokteran.Edisi ke-2. Jakarta: Sagung Seto.2010
LABORATORIUM HISTOLOGI 18