Anda di halaman 1dari 12

http://kumpulanmakalah94.blogspot.com/2016/01/pendidikan-anak-usia-dini-dalam.

html
Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Pandangan Islam
7:25:00 PM

abusani tanjung

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah


Menurut ayat suci yang termaktub dalam Al_Qur’an dijelaskan bahwa anak lahir seperti
kertas putih, anak tersebut akan menjadi anak Majusi atau Yahudi, tergantung oleh pendidikan
yang diperoleh. Pendidikan untuk anak usia dini juga sangat penting dalam pembentukan
karakter pada anak. Menurut Islam pendidikan anak dimulai sejak anak dalam kandungan.
Contohnya seorang ibu disarankan banyak membaca ayat suci, Al_Qur’an, dan dinasehatkan
banyak berbuat kebajikan. Pada waktu ibu mengandung dianjurkan bayi yang masih dalam
kandungan di dengarkan lagu-lagu yang Islami, hal itu akan mempengaruhi karakter anak jika
kelak ia dewasa nanti itu merupakan bukti, bayi dalam kandungan terdidik dengan baik.
Pada saat lahir, oleh ayahnya dikumandangkan suara adzan suara ini adalah suara
pertama kali yang dia dengar dan diharapkan kelak dia dewasa anak tergerak jika mendengar
adzan dan melaksanakan sholat.
Pada usia dini merupakan masa-masa Golden Age, pada masa golden age berumur 0-6
tahun pada masa ini otak anak berkembang 80%. Pada masa ini pula anak-anak mudah dibentuk
oleh karena itu Anak perlu dibimbing dengan cara yang baik dan sesuai dengan usianya,
agar nantinya dia menjadi anak yang unggul dalam agama maupun intelektualnya. Oleh Karena
itu peran pendidik dan orang tua dalam mendidik anak sangat penting. Orang tua dan pendidik
harus melihat potensi anak yang dimilikinya dan orang tua maupun pendidik harus membantu
mengembangkan potensi yang dia miliki, dan jangan sampai orang tua memaksa kehendak pada
anaknya.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana menyiapkan suatu individu agar menyembah Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan
Ikhlas dari lubuk hatinya sendiri? · Bagaimana cara mendidik anak yang benar yang sesuai
dengan aturan dan syariat agama Islam?

1.3 Tujuan Penulisan


Untuk membentuk individu yang selalu beribadah dan menyembah Allah Subhanahu wa
Ta’ala. · Untuk memberikan pendidik anak atau orang tua cara mendidik anak yang benar sesuai
dengan syariat agama Islam.

BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Anak Usia Dini Menurut Para Ahli


Dalam sejarah perkembangan anak usia dini terdapat beberapa filsuf yang pemikirannya
mendasari pendidikan anak usia dini hingga saat ini, secara ringkas filosofi para filsuf tersebut
adalah sebagai berikut:
1. John Locke (1632-1704)
John locke terkenal dengan teori “Tabula Rasa”. Teori ini berpendapat bahwa anak lahir
dalam keadaan seperti kertas putih sehingga lingkunganlah yang berpengaruh terhadap
pembentukan dirinya. Lingkunganlah yang mengisi kertas kosong tersebut yang dinamakan
pengalaman. Pengalaman-pengalaman anak akana berpengaruh terhadap pembentukan karakter
anak.
2. Jean Jacques Rousseau (1712-1778)
Jean Jaques Rousseau adalah salah satu filsuf yang mendasari teori maturisional yang
beranggapan bahwa yang berpengaruh terhadap perkembangan anak adalah berasal dari anak
sendiri atau berkembang secara alami. Pendidikan harus membiarkan anak tumbuh tanpa
intervensi dengan cara tidak membandingkan anak antara satu dengan yang lainnya.
Dalam pemikirannya Rousseau beranggapan bahwa anak lahir dalam keadaan baik,
lingkunganlah yang membuat anak menjadi jahat.
3. Friedrich Froebel (1782-1852)
Menurut Froebel, sejak lahir dan menjalani masa kanak-kanak, seseorang harus menjalani
hidup sesuai perkembangannya. Secara kodrati, seorang anak membawa sifat baik, sifat buruk
anak muncul karena pendidikan yang salah.
Froebel juga mengajurkan agar indera anak dilatih dengan pengamatan, eksplorasi atau
peragaan terhadap makhluk hidup, melalui hal tersebut anak akan belajar, berpikira kemudian
melakukan atau yang biasa disebut learning by doing. Tahun 1831 Froebel
mendirikan Kindergarten. Konsep kindergarten Froebel sanagt terkenal dan menjadi rujukan
diberbagai Negara, bahkan di Indonesia konsep Froebel terkenal pada masa sebelum
kemerdekaan.
4. Maria Montessori (1870-1952)
Maria Montessori adalah seorang dokter bidang penyakit anak yang meyakini bahwa
pendidikan dimulai sejak lahir. Bayi yang masih kecil perlu dikenalkan dengan orang-orang dan
suara-suara, diajak bermain dan bercakap-cakap agar anak-anak dapat berkembang menjadi anak
yang normal dan bahagia.
Dasar pendidikan Montessori yaitu penghargaan terhadap anak,absorbent
mind (pemikiran yang cepat menyerap), sensitive periods (masa peka), penataan lingkungan
sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan anak, pendidikan diri sendiri (pedosentris), masa
peka, dan kebebasan”.
5. Ki Hadjar Dewantara (1922-)
Ki Hadjar Dewantara adalah tokoh pendidikan Indonesia, dan karaena kegigihannya ia
dinobatkan sebagai bapak pendidikan Indonesia. Dewantara mendirikan Taman Indria untuk
anak usia dini. Pandangan Dewantara tentang pendidikan adalah ing ngarso sung tulodho, ing
madyo mangunkarso, tut wuri handayani.
Pendidikan di Taman Indria menggunakan gabungan dari pendekatan Montessori dan
Froebel, meskipun tidak sepenuhnya karena Dewantara memasukkan pendidikan berdasarkan
kepada budaya luhur bangsa Indonesia terutama dalam pendidikan watak, kesusilaan dan
agama. Berikut prinsip-prinsip dasar pendidikan Ki Hajar Dewantara menurut Masnipal:

a. Taman siswa menggunakan dasar pendidikan Froebel dan Montessori


b. Ki Hajar Dewantara sangat setuju terhadap konsep Montessori yakni anak belajar dengan
bebas
c. Permainan bagi anak-anak adalah sangat penting, karena itu sesuai dengan dunia kanak-
kanak yakni baki dipandang dari secara psikologis, biologis maupun pedagogis.
d. Permainan anak dan latihan panca indera merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan.
e. Belajar dengan menggunakan pikiran belum tepat diberikan kepada anak usia dini, tetapi
yang tepat adalah pendidikan melaluipanca indera
f. Menggunakan permainan tradisional kepada anak sesuai dengan budaya bangsa,
termasuk nyanyian, cerita dan sandiwara yang berkembang di daerah itu.
g. Malarang pembelajaran yang bersifat intelektualisme seperti: membaca dan berhitung
h. System pendidikan “among” melarang perintah atau paksaan, tetapi menganjurkan
kemerdekaan, toleransi, kerelaan dan demokrasi.
i. Anak perlu didekatkan dengan kebudayaan asli bangsa Indonesia, seperti wayang, batik,
dan kesenian daerah.

6. Howard Gardner (1943-)


Gardner adalah tokoh yang terkenal dengan pemikirannya tentang kecerdasan jamak,
dalam pemikiran Gardner setiap anak adalah cerdas, tugas guru adalah mengarahkannya agar
anak menjadi cerdas. Dimensi kecerdasan menurut Gardner antara lain: kecerdasan bahasa,
kecerdasan logika-matematika, kecerdasan music, kecerdasan gerak tubuh, kecerdasan visual-
spasial, intrapersonal, interpersonal, naturalis dan spiritual.

BAB III
PEMBAHASAN

Merujuk kepada UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,


dinyatakan bahwa pendidikan terdiri atas Pendidikan Anak Usia Dini,pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi,yang keseluruhannya merupakan kesatuan yang
sistematik. Artinya, pendidikan harus dimulai dari usia dini, yaitu Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD). Dengan demikian, PAUD diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. Dalam
penjelasan selanjutnya, PAUD dapat diselenggarakan melalui jalur pedididkan formal, non
formal, dan atau informal. PAUD pada jalur pendidikan formal berbentuk taman kanak-kanak
(TK), RaudhatulAthfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat. PAUD dalam pedidikan
non formal berbentuk kelompok bermain (KB), taman penitipan anak (TPA), atau bentuk lain
yang sederajat. PAUD dalam pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga
atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.

3.1 Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini


Pendidikan anak usia dini merupakan serangkaian upaya sistematis dan terprogram
dalam melakukan pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun yang
dilakukan melalui pemberian rangsangan pendiikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani serta rohani agar anak memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan
lebih lanjut.
Ada dua tujuan diselenggarakannya pedidikan anak usia dini yaitu sebagai berikut :
1. Membentuk anak yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan
tingkat perkembangannya, sehingga memiliki kesiapan yang optimal didalam memasuki
pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa.
2. Membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar( akademik ) di sekolah.

3.2 Prinsip-prinsip dalam Pendidikan Anak Usia Dini.


Dalam melaksanakan Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD ) terdapat prinsip-prinsip utama yang
harus diperhatikan. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut :
1. Mengutamakan kebutuhan anak. Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa
berorientasi kepada kebutuhan anak. Anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan
upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan, baik
perkembangan fisik maupun psikis, yaitu intelektual, bahasa, motorik, dan sosio-emosional.
2. Belajar melalui bermain atau bermain seraya belajar. Bermain merupakan sarana belajar
anak usia dini. Melalui permainan,anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan, memanfaatkan,
dan mengambil kesimpulan mengenai benda disekitarnya.
3. Lingkungan yang kondusif dan menentang. Lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa
sehingga menarik dan menyenangkan, sekaligus menentang dengan memperhatikan keamanan
serta kenyamanan yang dapat mendukung kegiatan belajar melalui bermain.
4. Menggunakan pembelajaran terpadu dalam bermain. Pembelajaran anak usia dini harus
menggunakan konsep pembelajaran terpadu yang dilakukan melalui tema. Tema yang harus
dibangun harus menarik dan dapat membangkitkan minat anak, serta bersifat kontekstual. Hal ini
dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep serta mudah dan jelas sehingga
pembelajaran menjadi mudah dan bermakna bagi anak didik.
5. Mengembangkan berbagai kecakapan atau keterampilan hidup (lifeskills). Mengembangkan
keterampilan hidup dapat dilakukan melalui berbagai proses pembiasaan. Hal ini dimaksudkan
agar anak belajar untuk menolong diri sendiri, mandiri, dan bertanggungjawab, serta memiliki
disiplin diri.
6. Menggunakan berbagai media atau permainan edukatif dan sumber belajar. Media dan
sumber pembelajaran dapat berasal dari lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja
disiapkan oleh pendidik, guru, dan orang tua.
7. Dilaksanakan secara bertahap dan berulang-ulang. Pembelajaran bagi anak usia dini
hendaknya dilakukan secara bertahap, dimulai dari konsep yang sederhana dan dekat dengan
anak. Agar konsep dapat dikuasai dengan baik, hendaknya guru menyajikan kegiatan-kegiatan
yang dilakukan berulang kali.

3.3 Golden Age Anak


Menurut Dr. Damanhuri Rosadi, pengembangan manusia yang utuh dimulai sejak anak
dalam kandungan dan memasuki masa keemasan atau Golden Age pada usia 0-6tahun. Masa
keemasan ini sangat penting bagi perkembangan intelektual, emosi, dan sosial anak dimasa
datang dengan memperhatikan dan menghargai keunikan setiap anak.
Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang berkualitas. Menurut
undang-undang sisdiknas, pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara. Menurut UNESCO, pendidikan hendaknya dibangun dengan empat pilar, yaitu learning
to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together. Pada hakikatnya, belajar
harus berlangsung sepanjang hayat. Untuk menciptakan generasi yang berkualitas, pendidikan
harus dilakukan sejak usia dini.
Teori lama yang merekomendasikan bahwa pendidikan baru dapat dimulai ketika anak
telah berusia tujuh tahun kini terbantahkan. Hasil penelitian mutakhir, dari para ahli neurologi,
psikologi, dan pedagogi menganjurkan pentingnya pendidikan dilakukan sejak anak dilahirkan,
bahkan sejak anak masih dalam kandungan ibunya. Justru pada masa –masa awal inilah yang
merupakan masa emas ( Golden Age) perkembangan.
Hasil penelitian menunjukun bahwa 50% kapabilitas kecerdasan manusia terjadi pada
tingkat kanak –kanak pada kurun waktu 4 tahun pertama sejak kelahirannya. Oleh karena itu,
penanganan anak dengan stimulasi pendidikan pada masa-masa usia tersebut harus optimal.
Kemudian, 80% kecerdasan itu terjadi saat anak usia 8 tahun, dan titik kulminasinya terjadi pada
saat mereka berusia 18 tahun. Setelah melewati masa perkembangan tersebut, maka berapapun
kapabilitas kecerdasan yang dicapai oleh masing-masing individu, tidak akan meningkat lagi.
Hal ini sama dengan pendapat Benjamin S.Bloom, professor pendidikan dari Universitas
Chicago yang menemukan fakta yang cukup mengejutkan :
 Ternyata 50% dari semua potensi hidup manusia terbentuk ketika kita berada dalam kandungan
sampai usia 4 tahun .
 Lalu 30% potensi berikutnya terbentuk pada usia 4-8 tahun.
Ini berarti 80% potensi dasar manusia terbentuk dirumah,justru sebelum masuk sekolah.akan
seperti apa kemampuannya, nilai- nilai hidupnya, kebiasaanya, kepribadiannya , akhlaknya, dan
sikapnya, 80 % tergantung pada orang tua.Sadar atau tidak.Baik “dibentuk” secara sengaja atau
pun tidak sengaja.
Semua aspek perkembangan kecerdasan anak,baik motorik kasar,motorik halus,kemampuan
non fisik ,maupun kemampuan spiritualnya dapat berkembang secara pesat apabila memperoleh
stimulasi lingkungan secara cukup. Perkembangan yang terjadi pada masa ini sangat
berpengaruh terhadap perkembangan anak selanjutnya.

3.4 Pandangan Islam Tentang Anak Usia Dini


Sungguh Alloh Subhanahu Wata’ala telah memberikan berbagai macam amanah dan
tanggung jawab kepada manusia. Diantara amanah dan tanggung jawab terbesar yang Alloh
Ta’ala bebankan kepada manusia, dalam hal ini orang tua (termasuk guru, pengajar ataupun
pengasuh) adalah memberikan pendidikan yang benar terhadap anak. Yang demikian ini
merupakan penerapan dari firman Alloh Ta’ala:
ً ‫س ُك ْم َوأ َ ْه ِلي ُك ْم ن‬
‫َارا‬ َ ُ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا قُوا أَ ْنف‬
“Hai orang-orang yang beriman, jagalah diri dan keluarga kalian dari api neraka”
(QS. At-Tahrim:6).
Sahabat yang mulia Ali bin Abi Tholib rodhiyallohu ‘anhu menafsirkan ayat diatas
dengan mengatakan: “Didik dan ajarilah mereka (istri dan anak-anak) hal-hal kebaikan” (Tafsir
Ath-Thobari, Al-Maktabah As-Syamilah)
Risalah Hadist Nabi telah menjustifikasi akan pentingnya menyelenggarakan pendidikan
kepada anak usia dini, juntifikasi itu memberikan arti bahwa penyelenggaraan pendidikan
pendidikan kepada anak usia dini adalah merupakan perintah yang didalamnya memiliki makna
ibadah yang Agung. Inilah kesempurnaan sebuah ajaran, dimana Islam mengajarkan tentang
pentingnya proses pembentukan generasi muslim dari sejak sedini mungkin untuk membangun
pribadi-pribadi muslim yang kaffah (sempurna).
Beberapa landasan Hadist yang menerangkan betapa pentingnya mendidik anak sejak
usia dini, dapat di renungkan hadist-hadist berikut ini:
‫سانِ ِه (رواه البخارى‬ َ ‫َص َرانِ ِه أَ ْويُ َم ِج‬ ْ ‫ام ْن َم ْولُ ْو ٍد إِالَّي ُْولَد ُ َعلَى ْال ِف‬
ِ ‫ط َرةِفَأَبَ َواهُ يُ َه ِودَانِ ِه أ َ ْويُن‬ ِ ‫ قَا َل َم‬: ‫سلَّ َم‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬َ ُ ‫صلَّى هللا‬ َ ِ ‫سو ُل هللا‬ ُ ‫(قا َل َر‬
Artinya : “ Setiap anak dilahirkan atas fitrah (kesucian agama yang sesuai dengan naluri),
sehingga lancar lidahnya, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan dia beragama Yahudi,
Nasrani, atau Majusi.” (H.R. Bukhori)
‫وأَحْ ِسنُواأَدَبَ ُه ْم‬،َ ‫أ َ ْك ِر ُمواأ َ ْوالَدَ ُك ْم‬
Artinya : “Muliakanlah anak-anak kalian dan didiklah mereka dengan budi pekerti yang baik.”
‫سنَ ُك ْم ُخلُقًا ( رواه البخارى‬ َ ْ‫سلَّ َم ا َِّن ِم ْن أ َ ْخيَ ِر ُك ْم أَح‬َ ‫علَ ْي ِه َو‬َ ُ ‫صلَّى هللا‬ َ ِ‫سو ُل هللا‬ ُ ‫(قَا َل َر‬
Artinya : “ Paling baiknya kamu sekalian adalah dari budi pekertinya. “ (H.R. Bukhori)
‘Amru bin ‘Atabah pernah memberikan pegangan kepada para pengasuh anaknya dengan berkata
:
َ‫صنَعْتَ َو ْالقَ ِب ْي ُح ِع ْندَ ُه ْم َمات ََر ْكت‬
َ ‫سنُ ِع ْندَ ُه ْم َما‬ َ ‫اال َح‬ْ َ‫ف‬, َ‫عي ُْونَ ُه ْم َم ْعقُ ْودَة ٌ ِب َع ْينِك‬
ُ ‫صالَ َحكَ ِلنَ ْفسِكَ فَإِ َّن‬ ْ ‫صالَ ِحكَ ِل َو ِلدَى ِإ‬ ْ ‫ِل َي ُك ْن أ َ َّو ُل ِإ‬
Artinya : “ Hendaklah tuntunan perbaikan yang pertama bagi anak-anakku, dimulai dari
perbaikan anda terhadap diri anda sendiri. Karena mata dan perhatian mereka selalu terikat
kepada anda.Mereka menganggap baik segala yang anda kerjakan, dan mereka menganggap
jelek segala yang anda jauhi.”
Oleh karena itu sudah sepantasnya bagi orang tua untuk memperhatikan masalah
pendidikan anaknya dengan sebaiknya-baiknya.

Dari mana harus memulai?


Segala sesuatu adalah berproses, demikian juga dalam hal mendidik anak. Berikut beberapa
tahapan dalam membina dan mendidik anak

1. Memilih istri (ibu bagi anak) yang sholihah


Hal ini merupakan langkah awal yang dilakukan oleh seseorang (calon bapak) agar anak-
anaknya kelak menjadi anak-anak yang sholih.Karena seorang ibu adalah sekolah pertama
tempat anak-anak menimba ilmu dan belajar. Seorang ibu yang sholihah tentu saja akan
mengajarkan kebaikan dan amal sholih kepada anak-anaknya.
Oleh karena itu Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya : “Wanita
dinikahi karena 4 hal: (yaitu) kekayaanya, kedudukanya, kecantikannya, dan agamanya. Pilihlah
wanita yang memiliki agama, niscaya engkau akan beruntung”(HR. Bukhori Muslim).
Demikian juga sebaliknya. Bagi seorang calon ibu, ia harus memilih pendamping sholih yang
kelak akan menjadi ayah dari anak-anaknya. Ayah adalah pemimpin dalam keluarga yang akan
mengarahkan kemana bahtera rumah tangga akan berlayar. Rosululloh shollallohu ‘alaihi
wasallam bersabda yang artinya : “Apabila datang kepada kalian orang yang kalian ridhoi akhlak
dan agamanya maka nikahkanlah ia, jika tidak kalian lakukan akan terjadi fitnah di muka bumi
dan kerusakan yang luas” (HR At-Tirmidzi)

2. Membiasakan anak untuk mengerjakan ibadah


Diantara yang perlu ditanamkan sejak dini dalam diri anak-anak adalah kesadaran untuk
mengerjakan sholat wajib. Yang demikian ini disebutkan dalam firman Alloh :
‫طبِ ْر َعلَ ْي َها‬
َ ‫ص‬ َّ ‫َوأْ ُم ْرأَ ْهلَكَ بِال‬
ْ ‫ص َالةِ َوا‬
“perintahkan keluargamu untuk mengerjakan sholat dan bersabar atasnya” (QS. Thoha:132).
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya: “ajarkan sholat pada
anak anak disaat berumur 7 tahun” (HR. At-Tirmidzi).
Selain itu pula hendaknya orang tua memotivasi anak-anak untuk mengerjakan ibadah yang
lain agar ketika mereka mencapai usia balig, mereka sudah terbiasa dengan ibadah-ibadah
tersebut.

3. Memberikan teladan yang baik


Teladan yang baik merupakan hal terpenting dalam keberhasilan mendidik anak.Telah
diketahui bersama bahwa seorang anak itu suka meniru tingah laku orang tuanya.Bila orang tua
memberikan teladan yang baik kepada anaknya niscaya anak tersebut menjadi pribadi yang
baik.Begitu juga sebaliknya. Maka hendaknya orang tua memperhatikan dan tidak menyepelekan
masalah ini, serta jangan pula apa yang dikerjakan bertentangan dengan apa yang dikatakan.
Alloh berfirman yang artinya : ”Hai orang-orang yang beriman, mengapa kalian mengatakan apa
yang tidak kalian kerjakan. Amat besar kemurkaan disisi Alloh ta’ala bila kalian mengatakan apa
yang tidak kalian kerjakan” (QS. Ash –Shof : 2-

4. Menjauhkan mereka dari teman teman yang buruk


Hendaknya orang tua memberikan pengarahan kepada anak-anaknya agar memilih teman-
teman yang baik agama dan budi pekertinya. Juga selayaknya orang tua memberikan pengertian
dan senantiasa mengingatkan mereka akan bahaya bergaul dengan orang-orang tak sholih.
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya: “Sesungguhnya,
perumpamaan teman baik dengan teman buruk, seperti penjual minyak wangi dan pandai besi;
adapun penjual minyak, maka bisa jadi dia akan memberimu hadiah atau engkau membeli
darinya atau mendapatkan aromanya; dan adapun pandai besi, maka boleh jadi ia akan
membakar pakaianmu atau engkau menemukan bau busuk” (HR Bukhari dan Muslim)

5. Membentengi diri mereka dari hal hal yang merusak akhlak mereka
Penyebab banyaknya penyimpangan yang dilakukan anak-anak baik dari segi aqidah maupun
akhlak adalah apa yang mereka saksikan baik di media cetak maupun elektronik berupa gambar-
gambar atau tayangan-tayangan yang merusak agama mereka. Solusinya adalah terus memantau
aktivitas sehari-hari mereka, serta memberikan bimbingan akan dampak negatif dari kemajuan
teknologi. Yang demikian ini bukan berarti melarang mereka untuk menggunakan sarana
informasi dan komunikasi, hanya merupakan pengarahan agar teknologi bisa termanfaatkan
dengan baik.

6. Mengajarkan nilai-nilai luhur dalam ajaran islam


Sudah sepantasnya bagi orang tua untuk menanamkan nilai-nilai luhur pada diri anak-
anaknya, seperti pentingnya iman dan islam, kecintaan pada Alloh Ta’ala dan Rosul-Nya
shollallohu ‘alaihi wa sallam (yang nantinya membuahkan ketaatan terhadap perintah-perintah
dan meninggalkan larangan-larangan), juga mengajarkan mereka adab-adab islam sehari-hari,(
seperti adab berpakaian, makan dan minum dsb), dzikir-dzikir dan doa-doa, cara bertutur kata,
bergaul dengan baik terhadap orang yang lebih tua dan sesama, cinta akan kebersihan dan
perilaku baik lainya.

7. Bersikap adil
Yaitu bersikap kepada anak-anak, tidak membedakan antara satu anak dengan anak yang
lainya dalam segala hal, baik dari sisi kasih sayang, perhatian, pengajaran, nafkah, hadiah dan
lain sebagainya sehingga tidak terjadi kecemburuan diantara mereka.
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
‫َّللااَّ َوا ْع ِدلُوابَيْنَ أ َ ْوالَ ِد ُك ْم‬
َ ‫فَاتَّقُو‬
“Bertaqwalah kalian kepada Alloh, dan berbuat adillah terhadap anak-anak kalian” (HR.
Muslim)

8. Mendoakan kebaikan bagi mereka


Hendaknya orang tua menyadari bahwa hidayah berada di tangan Alloh Subhanahu Wa
Ta’ala. Alloh memberikan hidayah kepada siapa saja yang Ia kehendaki dengan rahmat dan
karunia-Nya, sedang orang tua hanya bisa mengajarkan, mengarahkan, dan membimbing anak-
anaknya. Oleh karena itu hendaknya memperbanyak berdoa untuk kebaikan mereka.
‫اجنَا َوذ ُ ِريَّاتِنَاقُ َّرةَأَ ْعي ٍُن َواجْ َع ْلنَا ِل ْل ُمتَّقِينَ ِإ َما ًما‬
ِ ‫َام ْن أ َ ْز َو‬
ِ ‫َوالَّذِينَ يَقُولُونَ َربَّنَاهَبْ لَن‬
“ mereka berdoa: “ wahai Robb kami, berikanlah kami penyejuk hati dari istri-istri dan anak-
anak kami, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa” (QS. Al-Furqon:
74).
Namun sebaliknnya, jauhilah dari mendoakan kejelekan bagi mereka (seperti: mengutuk,
membodoh-bodohi, melaknat dan yang semisalnya)
Anak adalah amanah dari Alloh, dan kita diperintahkan agar bisa menunaikan amanah
dengan sebaik-baiknya.Semoga kita mampu menjaga dan menunaikan amanat yang diberikan
kepada kita.Wallohu Ta’ala A’lam.

BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Dari materi yang kami bahas tentang Pendidikan Anak Usia Dini dan Pandangan Islam
tentang Anak dapat disimpulkan bahwa pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan awal,
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan untuk memasuki pendidikan yang lebih lanjut. Dalam hal ini peran orang tua sangat
penting, karena orang tua adalah pengenalan pertama tentang pendidikan. Pada masa usia dini
anak harus memenuhi aspek-aspek perkembangan seperti moral, bahasa, kognitif, emosi, social,
dan agama.
Setiap anak memiliki perkembangan yang berbeda, karena cara pola asuh mereka tidak
sama. Ali bin Abi Tholib as, mengatakan “didik dan ajarilah mereka (istri dan anak-anak) hal-hal
kebaikan”. Risalah Hadist Nabi telah menjustifikasi akan pentingnya pendidikan anak usia dini.
Dalam hadist diterangkan bahwa “ Setiap anak dilahirkan atas fitrah, sehingga lancar lidahnya,
maka orang tuanya yang menjadikan dia beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi.

4.2 SARAN
Sebaiknya dalam membina dan mendidik anak harus memperhatikan tahapan-tahapan
seperti memilih istri yang sholehah, membiasakn anak untuk mengerjakan sholat, memberikan
teladan yang baik, menjauhkan mereka dari teman-teman yang buruk, membentengi diri mereka
dari hal-hal yang merusak akhlak mereka, mengajarkan nilai-nilai luhur dalam ajaran Islam,
bersikap adil, mendo’akan kebaikan bagi mereka.

DAFTAR PUSTAKA

Hasan, Maimunah. 2011. Pendidikian Anak Usia Dini. Yogyakarta: DIVA press
Mansyur. 2005. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

http://www.radioassunnah.com/2012/pendidikan-anak-dalam-pandangan-islam.html
https://suaramuslim.net/pentingnya-pendidikan-anak-usia-dini-dalam-pandangan-

islam/

Pentingnya Pendidikan Anak Usia


Dini dalam Pandangan Islam
By
Suaramuslim.net
-

Suaramuslim.net – Masa kanak-kanak adalah fase yang penting dalam


pertumbuhan anak. Untuk menumbuhkan karakter yang baik pada anak,
pendidikan anak usia dini sangat diperlukan karena merupakan suatu upaya
pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam
tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani. Hal ini
dimaksudkan agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih
lanjut, yang diselenggarakan dalam jalur formal, non formal dan informal.
Lantas bagaimana mendidik anak di usia dini yang tepat?

Dengan menanamkan akhlak yang baik secara kuat dan kokoh ke dalam jiwa
anak, sehingga ia mampu menolak syahwat yang jelek, dan menjadikan
jiwanya tidak akan merasa nyaman kecuali dengan hal-hal yang baik, dan
jiwanya akan membenci apa pun yang bertentangan dengan akhlak yang baik,
sehingga anak akan menerima akhlak yang baik, dan mencintai akhlak
tersebut.

-Advertisement-

1. Kelembutan

“Dari ‘Aisyah, istri Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, semoga Allah meridhai
beliau, berkata: Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya Allah mencintai kelembutan dalam segala hal” (HR. Bukhari).

Mengajarkan kelembutan pada anak akan menumbuhkan karakter anak


menjadi pribadi yang ramah dan sabar. Di antara tabiat anak-anak adalah
mereka mencintai orang tua yang lemah lembut kepada mereka, membantu
mereka, dan yang perhatian kepada mereka. Jangan sampai berteriak dan
bahkan membentak anak. Anak usia dini membutuhkan hiburan dan permainan,
sebagaimana juga usia dini adalah usia yang tepat untuk menanamkan adab-
adab dan pendidikan yang baik. Oleh karena itu, orang tua harus mampu
menyeimbangkan antara keduanya.
2. Penggunaan hukuman secara bijak

Mendidik anak dengan lembut bukan berarti tidak memberikan anak hukuman
jika ia melakukan kesalahan. Dalam membesarkan anak, hukuman harus
digunakan secara bijak. Tidak benar jika anak selalu dihukum untuk setiap
pelanggaran yang dilakukan. Hukuman diterapkan saat kelembutan tidak lagi
berpengaruh, dan ketika nasehat, perintah dan larangan telah diabaikan.

Kemudian, hukuman juga harus memberikan manfaat. Sebagai contoh, saat


seorang anak terlalu banyak menghabiskan waktu di depan televisi, maka Anda
dapat membatasi program yang mereka tonton, yakni yang bermanfaat dan
tidak membahayakan secara umum, dan bebas dari perkara mungkar sebisa
mungkin.

3. Berikan contoh yang baik

Dalam mendidik anak sejak dini agar tumbuh menjadi anak yang baik, orang
tua harus memiliki akhlaq yang baik terlebih dahulu. Misalnya berkata lembut
kepada anak sehingga anak juga akan memiliki kebiasaan tersebut dengan
teman-temannya.

4. Anak tumbuh di lingkungan yang baik

Lingkungan juga memiliki peran penting dalam pendidikan anak usia dini.
Pastikan lingkungan tempat anak tumbuh terdapat masjid atau pusat kegiatan
Islam yang aktif dalam menjalankan program-program untuk anak-anak
muslim. Sebagai contoh, jika seorang anak tertarik dalam olahraga tertentu
atau aktivitas lainnya, orang tua dapat mencarikan klub olahraga atau
organisasi serupa yang cocok, yang dikelola oleh muslim yang berkomitmen
pada syariat Islam, yang diikuti oleh keluarga-keluarga muslim yang
bersemangat untuk memberikan anak-anak mereka pendidikan yang baik.


https://www.dakwatuna.com/2016/04/14/79973/peran-orang-tua-mendidik-anak-ala-
rasulullah/#axzz5KzuMx1pL

Peran Orang Tua Dalam Mendidik Anak Ala


Rasulullah
Sahrul, S.Pd.I 14/04/16 | 14:53 Pendidikan Anak Belum ada komentar11.656 Hits

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat
dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – Agama Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dengan agama inilah Allah menutup agama-agama sebelumnya. Allah telah menyempurnakan agama ini bagi
hamba-hambaNya. Dengan agama Islam ini pula Allah menyempurnakan nikmat atas mereka. Allah hanya meridhoi
Islam sebagai agama yang harus mereka peluk. Oleh sebab itu tidak ada suatu agama pun yang diterima selain
Islam. Allah berfirman,
“Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagi kalian agama kalian, dan Aku telah cukupkan nikmat-Ku atas kalian
dan Aku pun telah ridha Islam menjadi agama bagi kalian.” (QS. Al Maa’idah: 3)
Salah satu tujuan diturunkannya agama Islam adalah memperbaiki akhlak manusia. Ahklak hanya dapat diperbaiki
dengan proses pendidikan, baik formal maupun informal. Betapa pentingnya pendidikan sehingga ayat yang pertama
diturunkan adalah perintah Allah kepada manusia untuk membaca, membaca semua fenomena yang terjadi di alam
dunia ini. Konsep membaca hanya dapat dilakukan melalui proses pendidikan. Adapun tujuan pendidikan menurut
Islam adalah agar seseorang dapat memahami tentang kekuasaan Allah yang tersirat dan tersurat) dengan segala
peraturan-peraturannya. Allah serta mampu menempatkan posisinya sebagai hamba Allah.

Mengkaji makna pendidikan anak menurut Islam (Al-quran dan Al-hadits) dengan seluruh aspeknya
merupakan kewajiban setiap Muslim, mempelajari berbagai hal, baik ilmu aqidah, syariah maupun muamalah
merupakan rangkuman pokok-pokok ajaran agama Islam yang sesuai dengan Al-qur’an dan Al-hadits Karena itu,
penulis akan menggali khasanah ilmu pendidikan dalam pandangan Islam (Alquran dan Al-hadits), baik pengertian,
tujuan ataupun ruang lingkup pendidikan dan mendidik anak sejak dini menurut Al-qur’an dan Al-hadits. Jadi,
bagaimana peran orang tua terhadap pendidikan dan mendidik anak USIA dini?

Rasulullah telah menyampaikan dalam haditsnya tentang mendidik anak dan peran penting kita sebagai orangtua
dalam mendidik anak, ada beberapa hal yang disampaikan oleh baginda Rasulullah harus kita jadikan contoh
ataupun teladan dalam mendidik anak, apalagi munculnya ilmu-ilmu teknologi yang dapat merusak masa depan
anak-anak, terutama merusak agama, bangsa, Negara maupun masa depan anak itu sendiri. Oleh karena itu, salah
satu cara untuk memperbaiki akhlak anak-anak, agamanya maupun masa depannya, kita sebagai orangtua harus
merujuk kembali, kepada apa yang telah diajarkan oleh baginda Rasulullah seperti ;

1. Rasulullah senang bermain-main (menghibur) dengan anak-anak dan kadang-kadang beliau memangku
mereka. Beliau menyuruh Abdullah, Ubaidillah, dan lain-lain dari putra-putra pamannya Al-Abbas RA untuk
berbaris lalu berkata, “ Siapa yang terlebih dahulu sampai kepadaku akan aku beri sesuatu (hadiah).”merekapun
berlomba-lomba menuju beliau, kemudian duduk di pangkuannya lalu Rasulullah menciumi mereka dan
memeluknya.
2. Membekali Tauhid/Aqidah Yang Mantap
Tauhid merupakan sesuatu yang sangat urgen dalam pendidikan anak. Seperti halnya yang dilakukan oleh seorang
ahli hikmah yang bernama Luqman. Allah Swt mengabadikan nasehat Luqman kepada anaknya dalam al quran,
sebagaimana berikut:
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya diwaktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai
anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar
kezaliman yang besar”.
Pada awal pembinaan para sahabatnya, Rasulullah lebih memprioritaskan pembinaan iman, begitupun yang
dilakukan Luqman terhadap anaknya, maka seyogyanya setiap orangtua pada zaman sekarang juga harus
memanamkan keimanan yang kuat kepada putra putrinya, karena iman itulah yang akan menjadi tamengnya di
manapun dia berada dan dalam kondisi apapun.

3. Medidik Agar Berbakti Kepada Kedua Orang Tua.


Nasihat kepada anak untuk berbakti kepada orang tua sering diulang di dalam Alquran al-Karim dan pesan-pesan
Rasulullah sedangkan nasihat kepada orangtua untuk berbuat baik kepada anak itu sangat sedikit. Yang demikian
dikarenakan fitrah orangtua mengayomi dan menyayangi anaknya.

Inilah gambaran inspiratif dari luqman yang menasehati anaknya agar berbakti kepada orang tuanya. Sebagaimana
tertuang dalam Alquran:

Artinya:”Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya; ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun ,. Bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (Q.S: Luqman:14)
Seorang anak tidak mampu mengganti apa yang telah dikorbankan orangtua, meskipun ia memberikan seluruh
usianya untuk keduanya. Al-Hafizh Abu Bakar al-Bazzar dalam Musnad-nya meriwayatkan,bahwa ada seorang laki-
laki thawaf sambil menggendong ibunya. Lalu IA bertanya kepada Nabi “Apakah laki-laki itu telah membayar hak
ibunya?” Beliau menjawab “Tidak” , meskipun untuk satu keluhan nafas yang panjang.” Demikianlah, meskipun
begitu berat pengorbanan kita namun kita tidak dapat membayar pengorbanan Sang ibu walau untuk satu keluhan
nafas yang panjang, baik saat kehamilan atau dalam persalinan.

4. Mendidik Agar Berakhlakul karimah


Pendidikan akhlak dimulai sejak ibu mengandung, yaitu berakhlak yang baik kepada setiap orang. Perilaku ibu yang
tengah mengandung ini dapat memberikan pembelajaran awal kepada jabang bayi untuk berakhlak mulia.

Sejak kecil anak harus diajarkan, dibiasakan, dan dikondisikan melakukan perbuatan yang baik. Jika seorang anak
terbiasa melakukan perilaku yang buruk hingga ia besar, maka akan sukar meluruskannya. Artinya, penanaman
akhlak kepada anak dimulai sedini mungkin dan seyogianya dilakukan oleh setiap orang tua. Jangan biarkan anak
tanpa pendidikan akhlak dan moral. Mari kita simak hadits Rasulullah berikut:

“Muliakanlah anak-anakmu dan perbaikilah akhlak mereka”(HR Ibnu Majah)


5. Menjaga kesehatan dan keamanan lingkungan.
Rasulullah memerintahkan para orang tua untuk mengajarkan anak-anaknya berenang, memanah dan menunggang
kuda. hal ini akan berdampak pada kesehatan sang anak. Baginda Rasulullah sangat memperhatikan kesehatan dan
keamanan, sebab kesehatan dan keamanan merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Hal ini dapat kita
renungkan, bagaimana jika kita ditimpa penyakit dan keadaan lingkungan tidak aman. Lingkungan yang tidak aman
akan menimbulkan rasa takut, khawatir dan was-was. Perintah ini menunjukkan agar setiap orang Islam hidup sehat
dan senantiasa menjaga keamanan lingkungan, dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda: “Ajarilah anak-anakmu
berenang dan memanah dan menunggang kuda”. (HR. Bukhari/muslim).
Kemudian, ada tiga perkara yang ditekankan Nabi Muhammad dalam mendidik putra-putri kita, sebagaimana sabda
Beliau: “Didiklah anak-anakmu dengan tiga perkara; Mencintai Nabi kalian (Muhammad) mencintai Ahlulbaitnya
dan membaca Alquran”. Teladani Nabi Muhammad memberikan teladan adalah metode paling jitu dalam
pendidikan anak. Karenanya memperkenalkan pribadi Nabi Muhammad sejak dini akan menjadi pondasi kuat dalam
pembangunan akhlaq pada putra dan putri kita. Jadikanlah sosok Nabi itu hidup dalam benak mereka dan sangat
mereka cintai. Tak ada pribadi yang lebih indah budi pekertinya daripada Nabi Muhammad.
Teladani Keluarga Nabi: Keluarga Nabi adalah istri dan anak-anak beliau dan juga menantu beliau yang shalih.
Tidak diragukan merekalah orang-orang terdekat dengan Nabi, Mereka pulalah orang-orang yang paling mencintai
Nabi dan berusaha melanjutkan perjuangan Nabi dalam menyebarkan ajaran Agama Islam. Kisah tentang mereka
pun akan menjadi inspirasi sangat berharga bagi anak-anak kita dalam meneladani Nabi.

Membaca Quran: Alquran merupakan pedoman hidup bagi setiap insan, membaca dan mempelajarinya merupakan
suatu ibadah kepada Allah.

Selain daripada itu, Alquran juga mempunyai rahasia dan hikmah yang tinggi. rahasianya perlu digali, pintu
hikmahnya perlu dipelajari supaya perjalanan hidup kita sentiasa dalam keridhaan Allah.

Lebih-lebih lagi kita wajib mempercayai kitab Alquran yang mana kitab ini merupakan pelengkap dan penyempurna
rukun Iman seorang Muslim. Wallahu ‘alam bi sowaab. (dakwatuna.com/hdn)

Konten Terkait Sebelumnya:


Membangun Karakter Anak dengan Segitiga Pendidikan (Parenting) Kiat Mendidik Anak Untuk Shalat
Sejak Dini Peranan Orang Tua dalam Pendidikan Peran Orang Tua di Era Digital Tayangan Televisi yang

Semakin Merusak Perkembangan Anak Cerdas Mendidik Remaja Empat Kejahatan Orang Tua

Terhadap Anak Mendidik Anak Cara Nabi Ibrahim

Sumber:http://www.dakwatuna.com/2016/04/14/79973/peran-orang-tua-mendidik-anak-ala-
rasulullah/#ixzz5Kzy6sjI2
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

Anda mungkin juga menyukai