Anda di halaman 1dari 5

Peran Kimia menuju

Indonesia Emas 2045

PENDIDIKAN &
Kebudayaan
Education Based Digital Autodidact (EBDA): Sebuah
Metode Pembelajaran Kimia Efektif untuk
Mempermudah Para Harapan Bangsa
Meraih Impian di Masa Mendatang

LATIEF SUSILA AJI

18106070005

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN
KALIJAGA YOGYAKARTA
Peran Kimia menuju Indonesia Emas 2045

Education Based Digital Autodidact (EBDA): Sebuah Metode


Pembelajaran Kimia Efektif untuk Mempermudah
Para Harapan Bangsa Meraih Impian
di Masa Mendatang

RINGKASAN

Education Based Digital Autodidact (EBDA) menjadi suatu solusi terbarukan,


metode ini berguna untuk mengefektifkan waktu belajar kimia bagi generasi emas
harapan bangsa Indonesia di masa mendatang yaitu tahun 2045. Digital Autodidact
di sini menggarisbesarkan bahwa sistem pembelajaran kimia yang dilakukan secara
mandiri menggunakan alat-alat komunikasi berbasis teknologi digital yang meliputi
pengembangan, desain, serta penerapan yang cocok untuk kepribadian masing-
masing peserta didik tanpa batasan tempat. Sementara itu, EBDA memberikan
wadah bagi para pendidik agar mentransfer ilmunya dalam bentuk soft file, baik
melalui aplikasi media sosial atau sejenisnya. Sistem pembelajaran EBDA memiliki
kemampuan lebih bagi peserta didik agar dapat fokus untuk mencapai tujuan yang
mereka cita-citakan, sehingga mampu mengatasi masalah dalam pembelajaran kimia
yang sering membuat semangat belajar mereka menurun, dibantu dengan berbagai
macam aplikasi dari teknologi pembelajaran tentunya dapat dilakukan secara cepat,
efektif, efisien, dan lebih luas serta berkualitas. Demikian juga akselerasi
pencapaian yang sangat cepat dalam mencapai perubahan wawasan peserta didik,
penerapan sistem pembelajaran EBDA ini diharapkan mampu membantu peserta
didik dalam kegiatan belajar kimia yang sesuai dengan Mood belajar masing-masing
individu secara (Autodidact).

ISI
Pendidikan berkembang pesat sejak peningkatan revolusi industri 3.0 yang
biasa disebut digital revolution era dengan sistem teknologi elektronik. Kemudian
berawal ketika masuknya revolusi industri 4.0 yang terjadi di seluruh dunia, maka
ikut memberikan efek besar terhadap perkembangan dunia pendidikan. Hal tersebut
ditandai munculnya inovasi antara lain Artifical Intelligence (AI), Internet of Things
(IoT), Big Data, 3D Printing, Drone, Genetical Manipulation (GM), Drone, Robot,
Mesin Pintar, dll. Secara umum perkembangan kualitas pendidikan di Indonesia
termasuk juga teknologinya mengalami peningkatan yang signifikan seperti halnya
laboratorium terhubung yang memiliki kemampuan Augmented Reality dan Virtual
Reality (AR/VR). Laboratorium ini bisa menghubungkan tiga laboratorium yang
ada di tiga kampus melalui teknologi awan (cloud). Seperti dikutip dalam
REPUBLIKA.co.id dengan judul “Pertama di Dunia, Indonesia Miliki Lab
Teknologi Terhubung”.

Penyelenggara pendidikan mulai merintis dan menggunakan inovasi-inovasi


teknologi terbarukan, maka dari itu penulis mencoba untuk memaksimalkan inovasi
tersebut dalam membantu kegiatan belajar dan mengajar untuk pembelajaran kimia.
Materi pembelajaran kimia yang telah diterapkan di berbagai sekolah menengah
maupun tingkat perguruan tinggi memang banyak memiliki konsep-konsep yang
cukup sulit layaknya pelajaran eksak lainnya. Peserta didik dituntut untuk
memahami reaksi-reaksi kimia dan mengerti tentang perhitungan rumus yang ada.
Apabila tuntutan itu tidak dapat terpenuhi sebagaimana contoh pembelajaran kimia
kurang menarik, monoton, pendidik cenderung pasif tentunya membuat peserta
didik akan mengalami suatu titik jenuh dan materinya pun sulit untuk dipahami.
Bahkan peserta didik dapat mengalami kejengkelan luar biasa, tertekan, dan timbul
sikap bodoh amat terhadap pembelajaran kimia, sehingga tujuan pembelajaran yang
hendak dicapai pun menjadi pupus. (Wayan, 2009).

Education Based Digital Autodidact (EBDA) merupakan gagasan penulis untuk


mengatasi permasalahan-permasalahan diatas. Sistem ini penulis rancang dengan
sistem Digital Autodidact yaitu pemanfaatan teknologi untuk mempermudah
kegiatan belajar mengajar khususnya pada materi pelajaran kimia secara mandiri
serta tanpa terbatas tempat. Konsepnya yaitu dengan bantuan teknologi yang dapat
terhubung dengan internet, yang mana penulis yakin hampir semua masyarakat
Indonesia telah memilikinya, entah itu gadget ataupun laptop. Jadi peserta didik
tidak perlu untuk datang ke suatu tempat lembaga penyelenggara pendidikan atau
sekolahan, cukup menggunakan Internet of Things (IoT) pada alat komunikasi
gadget atau laptop.

Adapun mekanisme-mekanisme EBDA sendiri memerlukan bantuan dari


penyelenggara pendidikan, terutama pihak sekolah dalam menjalankan kurikulum
yang menunjang EBDA ini. Dukungan penuh baik fasilitas maupun kualitas tenaga
pendidik akan sangat berpengaruh terhadap sistem ini, semisal peserta didik maupun
mahasiswa yang terkendala IT termasuk kondisi yang kurang strategis untuk
masuknya jaringan internet, maka dari itu diperlukan tindakan pemerintah untuk
mendukung sistem EBDA ini. Perkembangan pendidikan di Indonesia pada masa
mendatang haruslah berpikir secara futuristik dalam artinya mengikuti proses
perkembangan teknologi, hal ini dikarenakan derasnya arus globalisasi. Selain itu
Sistem EBDA memberikan solusi kepada peserta didik agar lebih termotivasi untuk
belajar kimia serta memberikan kesempatan bagi seluruh peserta didik yang
terkendala masalah finansial sehingga tetap bisa belajar kimia secara keseluruhan.

Penulis memprediksi bahwa di tahun 2045 mendatang menjadi titik balik


perkembangan pendidikan yang awalnya “Ribet” menjadi “Cepet”, melalui
teknologi dan informasi yang awalnya pendidikan serba manual, namun pada masa
keemasan yang akan datang nanti pastinya akan serba canggih dan segala macam
pekerjaan khususnya dalam bingkai pendidikan akan semakin mudah untuk
dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA

Suryana, W. dan Murdaningsih, D. 2018. Pertama di Dunia, Indonesia Miliki Lab


Teknologi Terhubung. Dalam Republika.com, 28 November 2018.
Yogyakarta.

Wayan, S. 2014. Paradigma Baru Pembelajaran Kimia SMA. Prosiding Seminar


Nasional MIPA. FMIPA Universitas Pendidikan Ganesha. Bali.

Anda mungkin juga menyukai