Anda di halaman 1dari 52

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan
manusia. Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapan-
tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin
rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat menyebabkan
kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan,
pencernaan, endokrin dan lain sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiring
meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan,
serta sistem organ. Pada usia lanjut terjadi perubahan anatomik-fisiologik dan dapat
timbul pula penyakit-penyakit pada sistem endokrin khususnya penyakit diabetes
mellitus. Perubahan tersebut pada umumnya berpengaruh pada kemunduran kesehatan
fisik dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh pada ekonomi dan sosial lansia.
Sehingga secara umum akan berpengaruh pada activity of daily living (Fatmah, 2010).
Usia harapan hidup lansia di Indonesia semakin meningkat karena pengaruh status
kesehatan, status gizi, tingkat pendidikan, ilmu pengetahuan dan sosial ekonomi yang
semakin meningkat sehingga populasi lansia pun meningkat.
Penyakit DM sering terjadi pada kaum lanjut usia. Diantara individu yang berusia
>65 tahun, 8,6 % menderita DM tipe II. Angka ini mencakup 15 % populasi pada panti
lansia (Steele, 2008). Laporan statistik dari International Diabetik Federation
menyebutkan, bahwa sudah ada sekitar 230 juta orang pasien DM. Angka ini terus
bertambah hingga 3 % atau sekitar 7 juta orang tiap tahunnya. Dengan demikian, jumlah
pasien DM diperkirakan akan mencapai 350 juta orang pada tahun 2025 dan setengah
dari angka tersebut berada di Asia, terutama India, Cina, Pakistan, dan Indonesia
(Tandra, 2007).
Diabetes melitus pada lanjut usia umumnya adalah diabetes tipe yang tidak
tergantung insulin (NIDDM). Prevalensi diabetes melitus makin meningkat pada lanjut
usia. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus di beberapa negara berkembang akibat
peningkatan kemakmuran di negara yang bersangkutan dipengaruhi oleh banyak faktor

1
antara lain peningkatan pendapatan perkapita dan perubahan gaya hidup terutama di
kota besar menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit degeneratif.
1.2 Tujuan Penulisan
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kperawatan pada lansia secara profesional
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Medis Lansia
2.1.1 Definisi Lansia
Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses
menua merupakan proses sepanjang hidup yang hanya di mulai dari satu waktu tertentu,
tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menua merupakan proses alamiah, yang
berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua.
Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis, maupun psikologis. Memasuki usia tua
berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit
mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas,
penglihatan semakin memburuk, gerakan-gerakan lambat, dan postur tubuh yang tidak
proforsional (Nugroho, 2008).
2.1.2 Penyebab terjadinya penuaan pada lansia
Banyak faktor yang menyebabkan setiap orang menjadi tua melalui proses
penuaan. Pada dasarnya berbagai faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi faktor
internal dan faktor eksternal. Beberapa faktor internal adalah radikal bebas, hormon
yang menurun kadarnya, proses glikosilasi, sistem kekebalan tubuh yang menurun dan
juga faktor genetik. Sedangkan faktor eksternal adalah gaya hidup yang tidak sehat, diet
yang tidak sehat, kebiasaan hidup yang salah, paparan polusi lingkungan dan sinar
ultraviolet, stres dan penyebab sosial lain seperti kemiskinan. Kedua faktor ini saling
terkait dan memainkan peran yang besar dalam penyebab proses penuaan (Uchil Nissa,
2014).
2.1.3 Patofisiologi penyakit diabetes akibat penuaan
Diabetes mellitus adalah “suatu gangguan metabolik yang melibatkan berbagai
sistem fisiologi, yang paling kritis adalah melibatkan metabolisme glukosa.” Fungsi
vaskular, renal, neurologis dan penglihatan pada orang yang mengalami diabetes dapat
terganggu dengan proses penyakit ini, walaupun perubahan-perubahan ini terjadi pada
jaringan yang tidak memerlukan insulin untuk berfungsi (Stanley, Mickey, 2006).

3
Beberapa kondisi dapat menjadi predisposisi bagi seseorang untuk mengalami
diabetes, walaupun terdapat dua tipe yang dominan. Diabetes mellitus tergantung
insulin (Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)), atau diabetes tipe I, terjadi bila
seseorang tidak mampu untuk memproduksi insulin endigen yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan tubuh. Tipe diabetes ini terutama dialami oleh orang yang lebih
muda. Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (Non-Insulin Dependent Diabetes
Mellitus (NIDDM)) atau diabetes tipe II, adalah bentuk yang paling sering pada
penyakit ini. Antara 85-90 % orang dengan diabetes memiliki tipe NIDDM, yang lebih
dekat dihubungkan dengan obesitas daripada dengan ketidakmampuan untuk
memproduksi insulin (Stanley, Mickey, 2006).
NIDDM, bentuk penyakit yang paling sering diantara lansia, adalah ancaman
serius terhadap kesehatan karena beberapa alasan. Pertama, komplikasi kronis yang
dialami dalam hubungannya dengan fungsi penglihatan, sirkulasi, neurologis, dan
perkemihan dapat lebih menambah beban pada sistem tubuh yang telah mengalami
penurunan akibat penuaan. Kedua, sindrom hiperglikemia hipeosmolar nonketotik,
suatu komplikasi diabetes yang dapat mengancam jiwa meliputi hiperglikemia,
peningkatan osmolalitas serum, dan dehidras, yang terjadi lebih sering di antara lansia
(Stanley, Mickey, 2006).
2.1.4 Karakteristik penyakit diabetes mellitus pada lansia
Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik
peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) yang terjadi akibat kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau keduanya. Glukosa dibentuk di hati dari makanan yang
dikonsumsi dan secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Insulin
merupakan suatu hormon yang diproduksi pankreas yang berfungsi mengendalikan
kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi dan penyimpanannya (American
Diabetes Assosiation, 2004 dalam Smeltzer&Bare, 2008).
Secara klinis terdapat dua tipe DM yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2. DM tipe 1
disebabkan karena kurangnya insulin secara absolut akibat proses autoimun sedangkan
DM tipe 2 merupakan kasus terbanyak (90-95% dari seluruh kasus diabetes) yang
umumnya mempunyai latar belakang kelainan diawali dengan resistensi insulin

4
(American Council on Exercise, 2001; Smeltzer&Bare, 2008). DM tipe 2 berlangsung
lambat dan progresif, sehingga tidak terdeteksi karena gejala yang dialami pasien sering
bersifat ringan seperti kelelahan, iritabilitas, poliuria,polidipsi dan luka yang lama
sembuh (Smeltzer&Bare, 2008).
2.1.5 Pencegahan
1. Pencegahan primer
Pendidikan tentang kebutuhan diet mungkin diperlukan. Suatu perencanaan
makanan yang terdiri dari 10% lemak, 15% protein, dan 75% karbohidrat kompleks
direkomendasikan untuk mencegah diabetes. Kandungan rendah lemak dalam diet ini
tidak hanya mencegah arterosklerosis, tetapi juga meningkatkan aktivitas reseptor
insulin (Stanley, Mickey, 2006).
Latihan juga diperlukan untuk membantu mencegah diabetes. Berjalan atau
berenang, dua aktivitas dengan dampak rendah, merupakan permulaan yang sanga baik
untuk para pemula.
2. Pencegahan sekunder
a. Penapisan
Kadar gula darah harus diperiksa secara rutin sebagai komponen dari
penapisan, tetapi hasil yang negatif dalam gejala ringan yang lain tidak dapat
dianggap sebagai suatu kesimpulan. Tes toleransi glukosa oral pada umumnya
dianggap lebih sensitif dan merupakan indikator yang dapat diandalkan
daripada kadar glukosa darah puasa dan harus dilakukan untuk menentukan
diagnosis dan perawatan awal NIDDM (Stanley, Mickey, 2006).
b. Nutrisi
Perawat yang membantu lansia dalam merencanakan makan dapat mengambil
kesempatan untuk memberikan pendidikan kepada klien tentang prinsip umum
nutrisi yang baik. Perawat dapat mengajarkan klien tentang membaca label
untuk menghindari asupan sehari-hari, memilih sumber-sumber makanan
rendah kolesterol, dan memasukkan serat yang adekuat dalam diet mereka
(Stanley, Mickey, 2006).
c. Olahraga

5
Untuk lansia dengan NIDDM, olahraga dapat secara langsung meningkatkan
fungsi fisiologis dengan mengurangi kadar glukosa darah, meningkatkan
stamina dan kesejahteraan emosional, dan meningkatkan sirkulasi. Walaupun
berenang dan berjalan cepat telah dinyatakan sebagai pilihan yang sangat baik
untuk lansia dengan NIDDM, tipe aktivitas lainnya juga sama-sama
bermanfaat. Khususnya, aerobik yang menawarkan manfaat paling banyak.
Seseorang dengan NIDDM harus melakukan latihan minimal satu kali setiap 3
hari (Stanley, Mickey, 2006).
d. Pengobatan
Bila intervensi sebelumnya tidak berhasil dalam memodifikasi kadar gula
darah dan gejala-gejala, terapi agens oral dan insulin akan diperlukan untuk
menambah suplai dari tubuh (Stanley, Mickey, 2006).
2.2 Konsep keperawatan gerontik
2.2.1 Pengkajian
Tujuan :
1. Menentukan kemampuan klien untuk memelihara diri sendiri.
2. Melengkapi dasar – dasar rencana perawatan individu.
3. Membantu menghindarkan bentuk dan penandaan klien.
4. Memberi waktu kepada klien untuk menjawab.

Meliputi aspek gerontik:


1. Fisik
1.1.Wawancara
a. Pandangan lanjut usia tentang kesehatan.
b. Kegiatan yang mampu di lakukan lanjut usia.
c. Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri.
d. Kekuatan fisik lanjut usia : otot, sendi, penglihatan, dan pndengaran.
e. Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, BAB/BAK.
f. Kebiasaan gerak badan / olahraga /senam lanjut usia.
g. Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan.

6
h. Kebiasaan lanjut usia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan dalam minum
obat.
i. Masalah-masalah seksual yang telah di rasakan.

1.2.Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksanaan di lakukan dengan cara inspeksi, palpilasi, perkusi, dan
auskultasi untuk mengetahui perubahan sistem tubuh.
b. Pendekatan yang di gunakan dalam pemeriksanaan fisik,yaitu : Head to toe.

1.3.Psikologis
a. Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan.
b. Apakah dirinya merasa di butuhkan atau tidak.
c. Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan.
d. Bagaimana mengatasi stress yang di alami.
e. Apakah mudah dalam menyesuaikan diri.
f. Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan.
g. Apakah harapan pada saat ini dan akan datang.
h. Perlu di kaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, proses pikir, alam
perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam penyelesaikan masalah.

1.4.Sosial ekonomi
a. Darimana sumber keuangan lanjut usia
b. Apa saja kesibukan lanjut usia dalam mengisi waktu luang.
c. Dengan siapa dia tinggal.
d. Kegiatan organisasi apa yang di ikuti lanjut usia.
e. Bagaimana pandangan lanjut usia terhadap lingkungannya.
f. Berapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
g. Siapa saja yang bisa mengunjungi.
h. Seberapa besar ketergantungannya.

7
i. Apakah dapat menyalurkan hoby atau keinginannya dengan fasilitas yang ada.

1.5.Spiritual
a. Apakah secara teratur malakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya.
b. Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan,
misalnya pengajian dan penyantunan anak yatim atau fakir miskin.
c. Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah apakah dengan berdoa.
d. Apakah lanjut usia terlihat tabah dan tawakal.
2.2.2 Diagnosa keperawatan
1. Aspek fisik atau biologis
a. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
tidak mampu dalam memasukkan, memasukan, mencerna, mengabsorbsi
makanan karena factor biologi.
b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan insomnia dalam waktu lama,
terbangun lebih awal atau terlambat bangun dan penurunan kemampuan fungsi
yng ditandai dengan penuaan perubahan pola tidur dan cemas.
c. Inkontinensia urin fungsional berhubungan dengan keterbatasan neuromuskular
yang ditandai dengan waktu yang diperlukan ke toilet melebihi waktu untuk
menahan pengosongan bladder dan tidak mampu mengontrol pengosongan.
d. Gangguan proses berpikir berhubungan dengan kemunduran atau kerusakan
memori sekunder.
e. Seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh/fungsi yang ditandai
dengan perubahan dalam mencapai kepuasan seksual.
f. Kelemahan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal dan
neuromular.
g. Kelelahan berhubungan dengan kondisi fisik kurang.
h. Risiko kerusakan integritas kulit.
i. Kerusakan memori berhubungan dengan gangguan neurologis.
(NANDA, 2006)
2. Aspek psikososial

8
a. Koping tidak efektif berhubungan dengan percaya diri tidak adekuat dalam
kemampuan koping, dukungan social tidak adekuat yang dibentuk dari
karakteristik atau hubungan.
b. Isolasi social berhubungan dengan perubhaan penampilan fisik, peubahan
keadaan sejahtera, perubahan status mental.
c. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran,
perubahan citra tubuh dan fungsi seksual.
d. Cemas berhubungan dengan perubahan dalam status peran, status kesehatan,
pola interaksi, fungsi peran, lingkungan, status ekonomi.
e. Resiko kesendirian.
(NANDA, 2006)
3. Aspek spiritual
Distress spiritual berhubungan dengan peubahan hidup, kematian atau sekarat diri
atau orang lain, cemas, mengasingkan diri, kesendirian atau pengasingan social, kurang
sosiokultural (NANDA, 2006).
2.2.3 Intervensi keperawatan (NANDA, 2006)
No
Diagnosa keperawatan NOC NIC
.
Aspek fisik atau biologis
1. Ketidakseimbangan Status nutrisi Manajemen
nutrisi : kurang dari Setelah dilakukan intervensi ketidakteraturan makan
kebutuhan tubuh keperawatan selama 3x24 (eating disorder
berhubungan dengan jam pasien diharapkan management)
tidak mampu dalam mampu: 1. Kolaborasi dengan
memasukkan, 1. Asupan nutrisi tidak anggota tim kesehatan
memasukan, mencerna, bermasalah untuk memuat
mengabsorbsi makanan 2. Asupan makanan dan perencanaan
karena factor biologi. cairan tidak perawatan jika sesuai.
bermasalah 2. Diskusikan dengan

9
3. Energy tdak tim dan pasien untuk
bermasalah membuat target berat
4. Berat badan ideal badann, jika berat
badan pasien tdak
sesuia dengan usia
dan bentuk tubuh.
3. Diskusikan dengan
ahli gizi untuk
menentukan asupan
kalori setiap hari
supaya mencapai dan
atau mempertahankan
berat badan sesuai
target.
4. Ajarkan dan kuatkan
konsep nutrisi yang
baik pada pasien
5. Kembangkan
hubungan suportif
dengna pasien.
6. Dorong pasien untuk
memonitor diri sendiri
terhadap asupan
makanan dan
kenaikan atau
pemeliharaan berat
badan.
7. Gunakan teknik
modifikasi tingkah

10
laku untuk
meningkatkan berat
badan dan untuk
menimimalkan berat
badan.
8. Berikan pujian atas
peningkatan berat
badan dan tingkah
laku yang mendukung
peningkatan berat
badan.
2. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan Peningkatan tidur
berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 1. Tetapkan pola
insomnia dalam waktu jam pasien diharapkan kegiatan dan tidur
lama, terbangun lebih dapat memperbaiki pola pasien.
awal atau terlambat tidurnya dengan kriteria : 2. Monitor pola tidur
bangun dan penurunan 1. Mengatur jumlah jam pasien dan jumlah
kemampuan fungsi yng tidurnya jam tidurnya.
ditandai dengan penuaan 2. Tidur secara rutin 3. Jelaskan pentingnya
perubahan pola tidur dan 3. Miningkatkan pola tidur selama sakit dan
cemas. tidur stress fisik.
4. Meningkatkan kualitas 4. Bantu pasien untuk
tidur menghilangkan situasi
5. Tidak ada gangguan stress sebelum jam
tidur tidurnya.
3. Inkontinensia urin Setelah dilakukan intervensi Perawatan inkontinensia
fungsional berhubungan keperawatan selama 3x24 urin
dengan keterbatasan jam diharapkan pasien 1. Monitor eliminasi
neuromuskular yang mampu : urin.

11
ditandai dengan waktu 1. Kontinensia urin 2. Bantu klien
yang diperlukan ke toilet 2. Merespon dengan mengembangkan
melebihi waktu untuk cepat keinginan buang sensasi keinginan
menahan pengosongan air kecil (BAK) BAK.
bladder dan tidak mampu 3. Mampu mencapai 3. Modifikasi baju dan
mengontrol pengosongan. toilet dan lingkungan untuk
mengeluarkan urin memudahkan klien ke
secara tepat waktu toilet.
4. Mengosongkan bladder 4. Instruksikan pasien
dengan lengkap untuk mengonsumsi
5. Mampu memprediksi air minum sebanyak
pengeluaran urin 1500 cc/hari.
4. Gangguan proses berpikir Setelah dilakukan intervensi Latihan daya ingat
berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 1. Diskusi dengan pasien
kemunduran atau jam pasien diharapkan dan keluarga beberapa
kerusakan memori dapat meningkatkan daya masalah ingatan.
sekunder. ingat dengan kriteria : 2. Rangsang ingatan
1. Mengingat dengan dengan mengulang
segera informasi yang pemikiran pasien
tepat kemarin dengan
2. Mengingat inormasi cepat.
yang baru saja 3. Mengenangkan
disampaikan tentang pengalaman
3. Mengingat informasi di masalalu dengan
yang sudah lalu pasien.

5. Seksual berhubungan Fungsi seksual Konseling seksual


dengan perubahan 1. Mengekspresikan 1. Bantu pasien untuk
struktur tubuh/fungsi kenyamanan mengekspresikan

12
yang ditandai dengan 2. Mengekspresikan perubahan fungsi
perubahan dalam kepercayaan diri tubuh termasuk organ
mencapai kepuasan seksual seiring
seksual. dengan bertambahnya
usia.
2. Diskusikan beberapa
pilihan agar dicapai
kenyamanan.
6. Kelemahan mobilitas Level mobilitas (mobility Latihan dengan terapi
fisik berhubungan dengan level) gerakan (exercise
kerusakan Setelah dilakukan intervensi therapy ambulation)
musculoskeletal dan keperawatan selama 2x24 1. Kosultasi kepada
neuromular. jam diharapkan pasien pemberi terapi fisik
dapat : mengenai rencana
1. Memposisikan gerakan yang sesuai
penampilan tubuh dengan kebutuhan.
2. Ambulasi : berjalan 2. Dorong untuk
3. Menggerakan otot bergerak secara bebas
4. Menyambung namun masih dalam
gerakan/mengkolabora batas yang aman.
sikan gerakan 3. Gunakan alat bantu
untuk bergerak, jika
tidak kuat untuk
berdiri (mudah
goyah/tidak kokoh).

7. Kelelahan berhubungan Activity tolerance Energy management


dengan kondisi fisik Setelah dilakukan intervensi 1. Monitor intake nutrisi
kurang. keperawatan selama 2x24 untuk memastikan

13
jam diharapkan pasien sumber energi yang
dapat: adekuat.
1. Memonitor usaha 2. Tentukan
bernapas dalam respon keterbatasan fisik
aktivitas pasien.
2. Melaporkan aktivitas 3. Tentukan penyebab
harian kelelahan.
3. Memonitor ECG dalam 4. Bantu pasien untuk
batas normal jadwal istirahat.
4. Memonitor warna kulit
8. Risiko kerusakan Kontrol risiko (risk control) Penjagaan terhadap kulit
integritas kulit Setelah dilakukan intervensi (skin surveillance)
keperawatan selama 2x24 1. Monitor area kulit
jam diharapkan pasien yang terlihat
dapat : kemerahan dan
1. Kontrol perubahan adanya kerusakan.
status kesehatan 2. Monitor kulit yang
2. Gunakan support sering mendapat
system pribadi untuk tekanan dan gesekan.
mengontrol risiko 3. Monitor warna kulit.
3. Mengenal perubahan 4. Monitor suhu kulit.
status kesehatan 5. Periksa pakaian, jika
4. Monitor factor risiko pakaian terlihat terlalu
yang berasal dari ketat.
lingkungan
9. Kerusakan memori Orientasi kognitif Pelatihan memori
berhubungan dengan Setelah dilakukan intervensi (memory training)
gangguan neurologis. keperawatan selama 2x24 1. Stimulasi memory
jam diharapkan pasien dengan mengulangi

14
dapat : pembicaraan secara
1. Mengenal diri sendiri jelas di akhir
2. Mengenal orang atau pertemuan dengan
hal penting pasien.
3. Mengenal tempatnya 2. Mengenang
sekarang pengalaman masa lalu
4. Mengenal hari, bulan, dengan pasien.
dan tahun dengan 3. Menyediakan gambar
benar untuk mengenal
ingatannya kembali.
4. Monitor perilaku
pasien selama terapi.
Aspek psikososial
1. Koping tidak efektif Koping (coping) Koping enhancement
berhubungan dengan Setelah dilakukan intervensi 1. Dorong aktifitas
percaya diri tidak adekuat keperawatan selama 3x24 social dan komunitas
dalam kemampuan jam pasien secara konsisten 2. Dorong pasien untuk
koping, dukungan social diharapkan mampu : mengembangkan
tidak adekuat yang 1. Mengidentifikasi pola hubungan.
dibentuk dari koping efektif 3. Dorong berhubungan
karakteristik atau 2. Mengedentifikasi pola dengan seseorang
hubungan. koping yang tidak yang memiliki tujuan
efektif dan ketertarikan yang
3. Melaporkan penurunan sama.
stress 4. Dukung pasein untuk
4. Memverbalkan control menguunakan
perasaan mekanisme
5. Memodifikasi gaya pertahanan yang
hidup yang dibutuhkan sesuai.

15
6. Beradaptasi dengan 5. Kenalkan pasien
perubahan kepada seseorang
perkembangan yang mempunyai latar
7. Menggunakan belakang pengalaman
dukungan social yang yang sama.
tersedia
8. Melaporkan
peningkatan
kenyamanan psikologis
2. Isolasi social Lingkungan keluarga : Keterlibatan keluarga
berhubungan dengan internal (family (family involvement)
perubhaan penampilan environment: interna) 1. Mengidentifikasikan
fisik, peubahan keadaan Setelah dilakukan intervensi kemampuan anggota
sejahtera, perubahan keperawatan selama 3x24 keluarga untuk
status mental. jam pasien secara konsisten terlibat dalam
diharapkan mampu : perawatan pasien.
1. Berpatisipasi dalam 2. Menentukan sumber
aktifitas bersama fisik, psikososial dan
2. Berpatisipasi dalam pendidikan pemberi
tradisi keluarga pelayanan kesehatan
3. Menerima kunjungan yang utama.
dari teman dan anggota 3. Mengidentifkasi
keluarga besar deficit perawatan diri
4. Memberikan dukungan pasien.
satu sama lain 4. Menentukan tinggat
5. Mengekspresikan ketergantungan pasien
perasaan dan masalah terhadap keluarganya
kepada yang lain. yang sesuai dengan
6. Mendorong anggota umur atau

16
keluarga untuk tidak penyakitnya.
ketergantungan
7. Berpatisipasi dalam
rekreasi dan acara
aktifitas komunitas
8. Memecahkan masalah
3. Gangguan harga diri Setelah dilakukan tindakan Peningkatan harga diri
berhubungan dengan intervensi keperawatan 1. Kuatkan rasa percaya
ketergantungan, selama 2x24 jam pasien diri terhadap
perubahan peran, diharapkan akan bisa kemampuan pasien
perubahan citra tubuh dan memperbaiki konsep diri mengndalikan situasi.
fungsi seksual. dengan criteria : 2. Menguatkan tenaga
1. Mengidentifikasi pola pribadi dalam
koping terdahulu yang mengenal dirinya.
efektif dan pada saat 3. Bantu pasien untuk
ini tidak mungkin lagi memeriksa kembali
digunakan akibat persepsi negative
penyakit dan tentang dirinya.
penanganan
(pemakaian alkohol
dan obat-obatan;
penggunaan tenaga
yang berlebihan)
2. Pasien dan keluarga
mengidentifikasi dan
mengungkapkan
perasaan dan reaksinya
terhadap penyakit dan
perubahan hidup yang

17
diperlukan
3. Mencari konseling
profesional, jika perlu,
untuk menghadapi
perubahan akibat
penyakitnya
4. Melaporkan kepuasan
dengan metode
ekspresi seksual
4. Cemas berhubungan Anxiety control Anxiety reduction
dengan perubahan dalam Setelah dilakukan intervensi 1. Bantu pasien untuk
status peran, status keperawatan selama 2x24 menidentifikasi
kesehatan, pola interaksi, jam diharapkan pasien situasi percepatan
fungsi peran, lingkungan, dapat: cemas.
status ekonomi. 1. Memonitor intensitas 2. Dampingi pasien
cemas untuk
2. Melaporkan tidur yang mempromosikan
adekuat kenyamanan dan
3. Mengontrol respon mengurangi
cemas ketakutan.
4. Merencanakan strategi 3. Identifikasi ketika
koping dalam situasi perubahan level
stress cemas.
4. Instuksikan pasien
dalam teknik
relaksasi.
5. Resiko kesendirian Family Coping Family support
Setelah dilakukan intervensi 1. Bantu pekembangan
keperawatan selama 2x24 harapan yang realistis.

18
jam diharapkan pasien 2. Identifikasi alami
dapat: dukungan spiritual
1. Mendemontrasikan bagi keluarga.
fleksibelitas peran 3. Berikan kepercayaan
2. Mengatur masalah dalam hubungan
3. Menggunakan strategi dengan keluarga.
pengurangan stress 4. Dengarkan untuk
4. Menghadapi masalah berhubungan dengan
keluarga, perasan dan
pertanyaan.
6. Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan intervensi Peningkatan citra tubuh
berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 1. Bantu pasien untuk
perubahan dan jam pasien diharapkan mendiskusikan
ketergantungan fisik meningkatkan citra perubahan karena
(ketidakseimbangan tubuhnya dengan criteria : penyakit atau
mobilitas) serta 1. Merasa puas dengan pembedahan.
psikologis yang penampilan tubuhnya 2. Memutuskan apakah
disebabkan penyakit atau 2. Merasa puas dengan perubahan fisik yang
terapi. fungsi anggota baru saja diterima
badannya dapat masuk dalam
3. Mendiskripsikan citra tubuh pasien.
bagian tubuh tambahan 3. Memudahkan
hubungan dengan
individu lain yang
mempunyai penyakit
yang sama.
Aspek spiritual
1. Distress spiritual Pengharapan (hope) Penanaman harapan
berhubungan dengan Setelah dilakukan intervensi (hope instillation)

19
peubahan hidup, keperawatan selama 3x24 1. Mengkaji pasian atau
kematian atau sekarat diri jam pasien secara luas keluarga untuk
atau orang lain, cemas, diharapkan mampu : mengidentifikasi area
mengasingkan diri, 1. Mengekspresikan pengharapan dalam
kesendirian atau orientasi masa depan hidup.
pengasingan social, yang positif 2. Melibatkan pasien
kurang sosiokultural. 2. Mengekspresikan arti secara aktif dalam
kehidupan perawatan diri.
3. Mengekspresikan rasa 3. Mengajarkan keluarga
optimis tentang aspek positif
4. Mengekspresikan pengharapan.
perasaan untuk
mengontrol diri sendiri
5. Mengekspresikan
kepercayaan
6. Mengekspresikan rasa
percaya pada diri
sendiri dan orang lain

20
BAB 3
TINJAUAN KASUS

Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan gerontik ini dilaksanakan didusun X pada


tanggal 7-11 Desember 2019, yang mana penulis mengadakan kunjungan rumah
sebanyak 15 kepala keluarga diobservasi dengan usia lansia 55-65 tahun keatas
sebanyak 5 orang. Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan gerontik penulis melakukan
pelayanan kesehatan hanya pada Ny.S, adapun langkah-langkah pembuatan asuhan
keperawatan gerontik dapat dijelaskan sebagai berikut:
3.1 Pengkajian
3.1.1 Pengumpulan Data
1. Identitas
Ny.S berumur 60 tahun, jenis kelamin perempuan, sudah kawin, beragama islam,
suku jawa dan berkebangsaan Indonesia.
2. Riwayat pekerjaan dan status ekonomi
Tn.Z mengatakan semenjak sakit diabetes tidak bekerja lagi hanya Tn.Z menjaga
warung disamping rumahnya, pekerjaan sebelumnya Tn.Z sebagai nelayan dan menjual
ikan hasil tangkapannya ke pasar sedangkan Ny.S bekerja sebagai petani dan membantu
suaminya untuk bertani disawah. Pendapatan Ny.S tidak menentu dalam 1 bulan, yaitu
± 350.000/bulan. Dan anak satu-satunya terkadang mau memberi uang tambahan pada
orang tuanya.
3. Lingkungan tempat tinggal kebersihan dan kerapihan
Rumah Tn.Z merupakan rumah milik pribadi dengan ukuran kurang lebih 100 m2.
Termasuk rumah permanent, berdinding tembok lantainya dari semen. Mempunyai 1
ruang tamu, 2 kamar tidur, 1 ruang makan, 1 dapur , 1 kamar mandi dan WC. Saat
dilakukan pengkajian ventilasi rumah sudah mencukupi 10% dari total bangunan dan
lingkungannya tampak kurang bersih, banyak lawa-lawa diventilasi dan jendela.
Penerangan dalam ruangan dirumah Tn.Z kurang terang pada siang hari
dikarenakan jendela rumah jarang dibuka sehingga sirkulasi dalam ruangan tidak

21
nyaman, keadaan kamar tidur kurang rapi, dapur terlihat berantakan karena alat-alat
dapur tidak disusun dengan rapi, kamar mandi tampak kotor dan berlumut.
Keluarga memperoleh air minum dari sumur pompa yang ada dirumahnya. Kualitas
air jernih dan tidak berbau. Keluarga selalu memasak air sumur sampai
mendidih.Persediaan air mencukupi kebutuhan keluarga, apabila pompa rusak keluarga
berusaha untuk membeli air minum.
Keluarga mempunyai jamban sendiri, pembuangan tinja melalui septik tank.
Kebiasaan keluarga Tn.Z memelihara jamban tidak dimanfaatkan dengan baik sehingga
jamban menjadi tumpukan sampah, tidak terpelihara dan berbau.
Keluarga memiliki tempat pembuangan sampah dan biasanya keluarga membakar
sampah dibelakang rumahnya. Pengolahan air limbah keluarga kurang baik, dibuang ke
selokan dan tersumbat akibat sampah yang dibuang sembarangan.
Lingkungan rumah Ny.S tampak bersih, pekarangan tidak dimanfaatkan secara
maksimal hanya ada beberapa tanaman saja.
4. Riwayat kesehatan
a. Status kesehatan saat ini
Keadaan Ny.S saat ini kurang membaik. Klien mengeluh dengan penyakitnya, klien
mengatakan menderita penyakit diabetes, ada luka pada ibu jari kaki sebelah kanan
berwarna merah sekitar 2 cm dan tidak sembuh sejak 3 bulan yang lalu. Luka sudah
diobati, namun belum bisa sembuh sampai sekarang. Ny.S merasa banyak minum tapi
juga banyak kencing walaupun pada dasarnya Ny.S juga udah sering minum banyak.
Klien tampak lemas, sering ngantuk, berat badan menurun dari 75 kg menjadi 60 kg,
mukosa mulut dan bibir klien kering, pandangan kabur dan klien cemas dengan
kondisinya saat ini. Keluarga mengatakan Ny.S dibawa berobat ke puskesmas namun
penyakitnya tidak bisa sembuh karena jarang kontrol ke puskesmas.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Tn.Z mengatakan tidak ada penyakit masa lalu dan tidak ada alergi terhadap
makanan, obat-obatan dan tidak pernah anggota keluarga yang mengalami kecelakaan.
Ny.S mengatakan jika ada anggota keluarga yang sakit, Ny.S hanya meminum obat
yang ada diwarungnya dan jika tidak sembuh juga Ny.S berusaha membawa berobat ke

22
klinik maupun puskesmas. Keluarga juga mengatakan tidak pernah dirawat dirumah
sakit.

5. Pola fungsional
a. Persepsi kesehatan dan pola manajemen kesehatan
Keluarga mengatakan selalu menjaga kesehatannya dengan makan teratur. Klien
tidak ada riwayat merokok maupun minum-minuman keras. Jika anggota keluarga sakit,
keluarga meminum obat yang ada diwarungnya maupun obat yang telah diresepkan oleh
dokter.
b. Nutrisi metabolik
Kebiasaan keluarga untuk makan dan minum setiap anggota keluarga tidak sama.
Ny.S mempunyai kebiasaan makan tidak tentu kadang 2x atau bisa lebih, suka makan-
makanan yang manis dan kadang tidak tentu berapa kali dalam sehari namun untuk
minum klien lebih senang minum teh yang kental dan manis. Klien mengatakan setelah
mengetahui menderita diabetes, klien mengurangi makan-makanan yang manis. Klien
mengatakan setiap makan hanya menghabiskan ½ porsi karena takut gula darah semakin
naik. Sedangkan Tn.Z dan anaknya makan seadanya 3x sehari, kebiasaan minum
tergantung aktivitas, ketika aktivitasnya berat minumnya bisa lebih dari 2 liter perhari,
ketika aktivitasnya biasa hanya minum 4-5 gelas berupa air putih dan air teh.
c. Eliminasi
Ny. S biasa BAB 1x/hari, BAK tergantung banyaknya air yang Tn.Z minum kalau
minumnya banyak BAK bisa lebih dari 3x. Ny.S banyak minum sehingga di sering kali
kencing terkadang sampai 10 kali sedangkan untuk BAB biasanya 1 kali sehari.
d. Aktivitas pola latihan rutinitas
Keluarga mengatakan mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, keramas sekali 2 hari,
dan ganti pakaian tiap kali selesai mandi.
Kegiatan yang biasa dilakukan Ny.S dan Tn.Z adalah jalan-jalan disekitar rumah
sambil berbincang-bincang dengan tetangga dekat rumah mereka. Tn.Z mengatakan
kadang-kadang kakinya kesemutan.
e. Pola istirahat dan tidur

23
Tn.Z jarang sekali tidur siang, karena tiap hari pergi kesawah. Tidur siang jamnya
tidak tentu dan tidur malam dari pukul 22.00 sampai dengan 04.30 WIB atau ketika
adzan subuh setelah itu tidak tidur lagi sedangkan Ny. S jarang tidur siang atau hampir
tidak pernah tidur siang, untuk malam biasanya tidur diatas pukul 21.00 sampai dengan
05.00 WIB dan setelah itu tidak tidur lagi.
f. Pola kognitif-persepsi
Ny.S mengatakan mata sebelah kiri tidak bisa melihat dengan jelas, pangangan
kabur terutama menjelang malam hari. Klien mengatakan apabila keluar ruangan atau
jalan-jalan di sekitar rumah harus memegang dinding terlebih dahulu sebagai sokongan.
Klien tampak berjalan sambil memegang dinding atau pakai tongkat. Klien tampak
tidak tahu dan tidak melihat dengan jelas pada saat seseorang datang kerumah dan
menanyakan kepada perawat siapa yang datang. Klien mengatakan tidak tahu
komplikasi dari diabetes mellitus, penyebab dan perawatan diabetes terutama pada luka
yang ada dijari kaki sebelah kanannya.
g. Persepsi diri-pola konsepsi diri
Ny. S beranggapan bahwa ia mampu membiayai kebutuhan hidup. Ny. S masih
tetap semangat meskipun sudah tua dan suami tak dapat bekerja lagi. Ny.S mengatakan
tetangga-tetangganya sangat baik kepada mereka dan mau saling membantu dengan
sesama.
h. Pola peran-hubungan
Tn. Z mengatakan perannya sebagai ayah dan suami dikeluarga sangat penting dan
berharga meskipun istri saat ini sedang mengalami penyakit diabetes. Dan Ny. S
sebagai istri hanya bisa membantu untuk menjaga warung dirumah dan mendapat
penghasilan secukupnya, sedangkan An.A yang berperan sebagai anak dan bekerja
mengajar anak SMP dan mau membantu kedua orang tuanya untuk melakukan aktivitas
sehari-hari.
i. Sexualitas
Ny.S mempunyai 1 orang anak yang sudah dewasa dan belum menikah. Ny.S sudah
tidak pernah melakukan hubungan seksual lagi karena menderita penyakit diabetes.
j. Koping-pola toleransi stress

24
Tn.Z mengatakan jika ada kesulitan dalam keluarga, masih mampu untuk
mengatasinya dengan cara bermusyawarah dengan anggota keluarga dirumah.

k. Nilai keyakinan
Ny.S menganut agama Islam dan percaya terhadap agam yang dianutnya. Ny.S
mengatakan selalu berdoa kepada Tuhan jika keluarga ada masalah.
6. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : compos mentis
b. TTV :
- TD : 130/80 mmhg
- T/P : 36,2o C/82 x/i
- RR : 20 x/i
c. BB/TB : 60 kg/155 cm
d. Kepala :
- Rambut : pendek, lurus dan hitam dan mulai memutih
- Mata : konjungtiva tidak anemis dan sklera tidak ikterik
- Telinga : bersih, tidak ada serumen
- Mulut : kotor dan terdapat karang gigi
- Gigi : tidak lengkap, sudah ada yang berlubang dan ompong
- Bibir : tampak lembab
- Dada : simetris dan tidak ada pembengkakan
- Abdomen : simetris, tidak terdapat nyeri tekan
- Kulit : berwarna sawo matang, dan tidak pucat
- Ekstremitas : simetris, dan kekuatan otot baik.

3.1.2 Analisa data


No. Sign sympton Etiologi Problem
1. Ds : Gangguan Kerusakan
- Klien mengatakan ada luka metabolisme integritas kulit

25
pada ibu jari kaki sebelah
kanan yang tidak sembuh
sejak 3 bulan yang lalu. Luka
sudah diobati, namun sampai
sekarang luka tersebut tidak
sembuh-sembuh.
- Klien mengatakan setelah
mengetahui menderita
diabetes, klien mengurangi
makan-makanan yang manis.
- Klien mengatakan setiap
makan hanya menghabiskan ½
porsi karena takut gula darah
semakin naik.

Do :
- Ditemukan adanya luka pada
ibu jari kaki sebelah kanan
berwarna merah sekitar 2 cm.
- Klien tampak lemas dan sering
ngantuk.
- Berat badan klien menurun
dari 75 kg menjadi 60 kg.
- Mukosa mulut dan bibir klien
kering.
2. Ds : Penurunan Resiko terjadi
- Klien mengatakan mata ketajaman cedera
sebelah kiri tidak bisa melihat penglihatan
dengan jelas, pandangan kabur

26
terutama menjelang malam
hari.
- Klien mengatakan apabila
keluar ruangan atau jalan-jalan
di sekitar rumah harus
memegang dinding terlebih
dahulu sebagai sokongan.

Do :
- Klien tampak tidak tahu dan
tidak melihat dengan jelas
pada saat seseorang datang
kerumah dan menanyakan
kepada perawat siapa yang
datang.
- Klien tampak berjalan sambil
memegang dinding atau pakai
tongkat.
- Penerangan dalam ruangan
dirumah Tn. Z kurang terang
pada siang hari dikarenakan
jendela rumah jarang dibuka.
3. Ds : Ketidakmampuan Kurang
- Klien mengatakan mata keluarga pengetahuan
sebelah kiri tidak bisa melihat merawat anggota mengenai
dengan jelas, pandangan kabur keluarga yang penyakit
terutama menjelang malam sakit diabetes mellitus
hari.
- Klien mengatakan tidak tahu

27
komplikasi dari diabetes
mellitus, penyebab dan
perawatan diabetes terutama
pada luka yang ada dijari kaki
sebelah kanannya.

Do :
- Terdapat luka pada ibu jari
kaki sebelah kanan berwarna
merah sekitar 2 cm dan tidak
sembuh sejak 3 bulan yang
lalu. Luka sudah diobati,
namun belum bisa sembuh
sampai sekarang.
- Klien tampak cemas dengan
kondisinya.

3.1.3 Diagnosa keperawatan


Diagnosa Tanggal
No. Paraf
keperawatan Ditemukan Teratasi
1. Kerusakan 7 Desember 2019
integritas kulit
berhubungan
dengan gangguan
metabolik yang
ditandai dengan
klien mengatakan
ada luka pada ibu
jari kaki sebelah D

28
kanan yang tidak E
sembuh sejak 3 S
bulan yang lalu. I
Luka sudah
diobati, namun Y
sampai sekarang A
luka tersebut N
tidak sembuh- T
sembuh. Klien I
mengatakan
setelah
mengetahui
menderita
diabetes, klien
mengurangi
makan-makanan
yang manis.
Klien
mengatakan
setiap makan
hanya
menghabiskan ½
porsi karena takut
gula darah
semakin naik.
Ditemukan
adanya luka pada D
ibu jari kaki E
sebelah kanan S

29
berwarna merah I
sekitar 2 cm,
klien tampak Y
lemas dan sering A
ngantuk, berat N
badan klien T
menurun dari 75 I
kg menjadi 60 kg,
mukosa mulut
dan bibir klien
kering.
2. Resiko terjadi 7 Desember 2019
cedera
berhubungan
dengan
penurunan
ketajaman
penglihatan yang
ditandai dengan
klien mengatakan
mata sebelah kiri
tidak bisa melihat
dengan jelas,
pandangan kabur
terutama
menjelang malam
hari. Klien
mengatakan
apabila keluar

30
ruangan atau
jalan-jalan di
sekitar rumah
harus memegang
dinding terlebih
dahulu sebagai
sokongan. Klien
tampak tidak tahu
dan tidak melihat
dengan jelas pada
saat seseorang
datang kerumah
dan menanyakan
kepada perawat
siapa yang
datang. Klien
tampak berjalan
sambil
memegang
dinding atau
pakai tongkat.
Penerangan
dalam ruangan
dirumah Tn.Z
kurang terang
pada siang hari
dikarenakan
jendela rumah
jarang dibuka.

31
3. Kurang 7 Desember
pengetahuan 2019
mengenai
penyakit diabetes
mellitus
berhubungan
dengan
ketidakmampuan
keluarga merawat
anggota keluarga
yang sakit yang
ditandai dengan
klien mengatakan
mata sebelah kiri
tidak bisa melihat
dengan jelas,
pandangan kabur
terutama
menjelang malam
hari. Klien
mengatakan tidak
tahu komplikasi
dari diabetes
mellitus,
penyebab dan
perawatan
diabetes terutama
pada luka yang
ada dijari kaki

32
sebelah
kanannya.
Terdapat luka
pada ibu jari kaki
sebelah kanan
berwarna merah
sekitar 2 cm dan
tidak sembuh
sejak 3 bulan
yang lalu. Luka
sudah diobati,
namun belum
bisa sembuh
sampai sekarang.
Klien tampak
cemas dengan
kondisinya.

3.2 Intervensi keperawatan


No. Diagnosa keperawatan NOC NIC Paraf
1. Kerusakan integritas Setelah dilakukan 1. Kaji pengetahuan
kulit berhubungan tindakan keperawatan klien mengenai
dengan gangguan 3x30 menit klien adanya faktor resiko
metabolik. mampu yang dapat
mempertahankan menyebabkan D
keutuhan kulit dan kerusakan kulit. E
mengatur pola makan 2. Pantau warna, suhu, S
secara adekuat dengan dan kelembapan I
kriteria: kulit pada klien.

33
- Mukosa mulut dan 3. Identifikasi Y
bibir tidak kering. makanan yang A
- Berat badan dalam disenangi oleh klien. N
batas normal. 4. Libatkan keluarga T
dalam perencanaan I
makan sesuai
indikasi.
5. Kolaborasi
melakukan
pemeriksaan gula
darah.
2. Resiko terjadi cedera Setelah dilakukan 1. Ajarkan kepada
berhubungan dengan tindakan keperawatan keluarga untuk
penurunan ketajaman selama 3x30 menit, menyediakan
penglihatan. cedera tidak terjadi pada lingkungan yang
klien dengan kriteria: aman untuk pasien.
- Klien terbebas dari 2. Identifikasi
cedera kebutuhan
- Klien mampu keamanan pasien,
menjelaskan cara sesuai dengan
untuk mencegah kondisi fisik dan
cedera fungsi kognitif
- Klien mampu pasien dan riwayat
menjelaskan manfaat penyakit terdahulu
senam mata pasien.
- Klien mampu 3. Ajarkan kepada D
mendemonstrasikan keluarga dan klien E
senam mata untuk S
menghindarkan I

34
lingkungan yang
berbahaya (misalnya Y
memindahkan A
perabotan N
berbahaya, T
kebersihan lantai I
rumah dan kamar
mandi).
4. Ajarkan kepada
keluarga untuk
memberikan
penerangan yang
cukup di dalam
rumah.
5. Jelaskan manfaat
senam mata.
6. Ajarkan gerakan
senam mata
3. Kurang pengetahuan Setelah dilakukan 1. Jelaskan pada klien
mengenai penyakit tindakan keperawatan penyebab diabetes
diabetes mellitus 1x30 menit keluarga mellitus.
berhubungan dengan dapat mengenal masalah 2. Jelaskan pada klien
ketidakmampuan kesehatan dengan tanda dan gejala
keluarga merawat kriteria: diabetes mellitus
anggota keluarga yang - Klien dapat 3. Jelaskan pada klien
sakit. menyebutkan komplikasi diabetes D
penyebab diabetes mellitus yang dapat E
mellitus. terjadi. S
- Klien dapat 4. Jelaskan pada I

35
menyebutkan tanda keluarga cara
dan gejala diabetes perawatan pada Y
mellitus. diabetes mellitus. A
- Klien dapat N
menyebutkan T
komplikasi diabetes I
mellitus.
- Keluarga dapat
merawat anggota
keluarga yang sakit
diabetes mellitus.

36
3.3 Implementasi dan evaluasi keperawatan
Tanggal Diagnosa keperawatan Jam Implementasi Evaluasi Paraf
7 Des 2019 Kerusakan integritas kulit 1. Mengucapkan salam kepada S : - Klien mengatakan sudah
berhubungan dengan pasien dan keluarga. mengetahui keadaan
gangguan metabolik. 2. Salam dijawab oleh pasien dan kulitnya.
keluarga. O : - Klien tampak merasa gatal
3. Menjelaskan tujuan yang akan dan sakit pada kulitnya
disampaikan pada klien. - Klien tidak menjawab
4. Mengkaji pengetahuan klien semua pertanyaan dengan
tentang keadaan kulit yang sempurna. D
tampak pada klien (lanjut A : Masalah belum teratasi. E
usia). P : Lanjutkan rencana tindakan. S
5. Mendiskusikan pada klien cara I
untuk mencegah kulit yang
pecah-pecah atau ada luka,
(klien mengatakan tidak
mampu melakukannya karena
tidaknya).
6. Memberi kesempatan pada
klien untuk bertanya apabila

37
ada materi yang belum jelas
(klien mengatakan sudah lupa
tentang cara mencegah kulit
pecah-pecah atau mengobati
luka yang sudah ada).
7. Menjelaskan kembali kepada Y
klien klien cara untuk A
mencegah kulit yang sudah N
kering. T
8. Memberi kesempatan klien I
untuk bertanya.
9. Menanyakan kembali kepada
klien tentang pengobatan luka
pada kulit-kulitnya (klien
menjawab dengan baik tetapi
tidak sempurna).
10. Memberi pujian atas
kemampuan klien mendengar
,dan menjawab sebagian
pertanyaan dari perawat.

38
11. Kontrak waktu kembali
dengan klien.
9 Des 2019 1. Menyampaikan salam, pasien S : - Klien mengatakan
menjawab. mengerti sedikit tentang
2. Membicarakan dengan penyakit yang dialaminya.
keluarga tentang ruangan dan O : - Klien hati-hati dan defektif D
lingkungan yang aman terhadap lingkungan dan E
terhadap resiko cedera ruangan. S
berhubungan dengan keadaan A : - Masalah belum teratasi. I
pasien. P : - Lanjutkan rencana
3. Memotivasi keluarga untuk tindakan
menuntun pasien dorongan dan
lingkungan.
4. Membicarakan
penatalaksanaan kenyamanan
rumah baik dari segi fasilitas
dan kondisi ruangan.
5. Mengidentifikasi tingkat
ketajaman penglihatan pasien
dengan uji lapangan pandang. Y

39
6. Merapikan ruangan dan A
membantu keluarga untuk N
penataan ruangan yang aman T
dari kondisi pasien. I
7. Memotivasi pasien untuk
makan siang. Makanan habis 1
porsi.
8. Menganjurkan pasien untuk
istirahat siang. Pasien dapat
tidur dengan nyenyak.
9. Menganjurkan pasien dan
keluarga untuk perawatan diri.
11 Des 2019 1. Salam pembuka, S : - Klien mengatakan udah
mengingatkan dengan kontrak lupa ,lebih mudah
yang disepakati. mengingat yang dulu dari
2. Menjelaskan tujuan pertemuan pada penjelasan yang
dilakukan. disampaikan .
3. Mengakaji pengetahuan klien O : - Klien menceritakan
tentang kejadian-kejadian kejadian yang dulu kepada
dimasa lampau. perawat. D

40
4. Membantu mengembalikan A : - Masalah teratasi. E
daya ingat klien dengan P : - Lanjutkan rencana S
menunjukan gambar-gambar keperawatan I
atau album foto yang ada pada
keluarga. Y
5. Memberi kesempatan pada A
klien untuk menanyakan atau N
tehnik yang belum jelas (klien T
mengatakan lebih ingat dengan I
kejadian dulu daripada yang
sekarang, klien mudah lupa).
6. Menjelaskan pada klien bahwa
kejadian atau hal yang dialami
pada klien itu karena pengaruh
dari usia yang semakin
bertambah tua, dimana organ
tubuh sudah mulai menurun
fungsinya misalnya otak,
(klien mendengar dengan
antusias).

41
7. Menganjurkan klien agar tetap
melatih daya ingat.
8. Memberi motivasi kepada
keluarga dan klien.
9. Mengevaluasi tingkat
pengetahuan keluarga dan
klien tentang apa yang yang
sudah diberikan.
7 Des 2019 Resiko terjadi cedera 1. Mengucapkan salam kepada S : Klien mengatakn tidak ingat
berhubungan dengan pasien dan keluarga. tentang materi yang dijelskan.
penurunan ketajaman 2. Salam dijawab oleh pasien dan O : Klien tampak duduk santai
penglihatan. keluarga. disamping istri
3. Menjelaskan tujuan yang akan A : Masalah belum teratasi D
disampaikan pada klien. P : Lanjutkan tindakan keperawatan E
4. Memberi kesempatan pada S
klien untuk bertanya apabila I
ada materi yang belum jelas
(klien mengatakan sudah lupa
tentang cara mencegah kulit
pecah-pecah atau mengobati

42
luka yang sudah ada).
5. Menjelaskan kembali kepada
klien klien cara untuk
mencegah kulit yang sudah
kering.
6. Memberi kesempatan klien
untuk bertanya.
7. Memberi pujian atas Y
kemampuan klien mendengar A
,dan menjawab sebagian N
pertanyaan dari perawat. T
8. Kontrak waktu kembali I
dengan klien.
9 Des 2019 1. Menyampaikan salam. S : - Klien mengatakan D
2. Pasien menjawab salam. mengerti sedikit tentang E
3. Membicarakan dengan masalah lantai yang kotor S
keluarga tentang ruangan dan dan licin. I
lingkungan yang aman O : - Klien tampak berjalan
terhadap resiko cedera dengan hati –hati karena
berhubungan dengan keadaan lantai rumah yang licin.

43
pasien. A : Masalah belum teratasi . Y
4. Menganjurkan pasien untuk P : Pertahankan rencana A
istirahat siang. tindakan. N
5. Pasien dapat tidur dengan T
nyenyak. I
6. Menganjurkan pasien dan
keluarga untuk perawatan diri.
11 Des 2019 1. Salam pembuka, S : - Klien dapat menjawab
mengingatkan dengan kontrak sedikit pertanyaan yang
yang disepakati. diberi.
2. Menjelaskan tujuan pertemuan O : - Klien tampak serius D
dilakukan. mendengar penjelasan E
3. Mengkaji pengetahuan klien perawat. S
tentang kejadian-kejadian A : Masalah teratasi. I
dimasa lampau . P : Lanjutkan rencana
4. Memberi kesempatan pada keperawatan.
klien untuk menanyakan atau -
tehknik yang belum jelas
(klien mengatakan lebih ingat
dengan kejadian dulu daripada

44
yang sekarang,klien mudah
lupa) Y
5. Memberi motivasi kepada A
keluarga dan klien. N
6. Mengevaluasi tingkat T
pengetahuan keluarga dan I
klien tentang apa yang yang
sudah diberikan.

7 Des 2019 Kurang pengetahuan 1. Mengucapkan salam dan S : Keluarga dan Ny.S hanya dapat
mengenai penyakit diabetes menjelaskan kegiatan hari ini menyebutkan tanda dan gejala D
mellitus berhubungan akan melakukan penyuluhan dari diabetes mellitus E
dengan ketidakmampuan tentang diabetes mellitus. sering BAK, banyak makan dan S
keluarga merawat anggota 2. Menjelaskan pada keluarga minum. I
keluarga yang sakit. dengan leaflet pengertian O : Keluarga dan Ny.S tampak
diabetes mellitus. memperhatikan saat diberikan
3. Menjelaskan pada keluarga penyuluhan dan
dengan leaflet tanda dan gejala mendemontrasikan diit untuk
diabetes mellitus. penderita DM.
4. Menjelaskan pada keluarga A : masalah belum teratasi, klien

45
dengan leaflet penyebab dan keluarga masih tampak
diabetes mellitus bingung terhadap penjelasan
5. Mendemontrasikan diityang perawat.
tepat untuk penderita diabetes P : Y
mellitus - Anjurkan kepada Ny.S A
6. Mendemontrasikan testurine untuk beristirahat yang N
dengan menggunakan cukup. T
glukotest. - Anjurkan kepada keluarga I
dalam memberikan
makanan sesuai diit untuk
penderita diabetes mellitus.

46
BAB 4
PEMBAHASAN

Setelah penulis menerapkan asuhan keperawatan pada gerontik dengan gangguan


diabetes melitus pada Ny. S di Dusun X Desa Percut Kecamatan Sei Tuan Kabupaten
Deli Serdang, mulai tanggal 01 Desember – 11 Desember 2019 penulis menemukan
kesenjangan antara konsep, teoritis dan tinjauan kasus mulai dari tahap pengkajian
sampai tahap evaluasi, dalam pembahasan ini penulis membahas :

4.1 Tahap Pengkajian


Tahap pengkajian kegiatan mengumpulkan data dilakukan melalui observasi
langsung terhadap pasien. Wawancara langsung dengan pasien mampu keluarga serta
melakukan pemeriksaan fisik yang meliputi inspeksi, palpasi, dari hasil pengkajian yang
dilakukan, penulis menemukan masalah antara teoritis dengan kasus di atas yaitu:
- Pengkajian teoritis ditemukan DM pada pasien usia lanjut umumnya terjadi pada
usia > 60 tahun, namun pada kasus ditemukan umur 64 tahun yang mengalami
penyakit DM.
- Pada pengkajian teoritis riwayat masa lalu merupakan salah satu factor pencetus
seseorang terkena penyakit DM, namun penulis tidak ada menemukan itu pada
kasus.
- Pada pengkajian teoritis riwayat pada keluarga merupakan factor gen yang
menyebabkan munculnya sebuah penyakit, dimana salah satunya yaitu penyakit
DM. Namun penulis tidak ada menemukan factor pencetus tersebut pada kasus.
- Pada pengkajian system penglihatan di teoritis, dilakukan test snelen cart untuk
menentukan ketajaman mata pada seseorang yang mengalami gangguan, salah
satunya yaitu pada lansia. Namun penulis tidak melakukan tindakan tersebut pada
kasus berhubungan karena kurang lengkapnya persiapan alat-alat saat praktek
belajar lapangan, melainkan penulis hanya melakukan secara observasi untuk
mengetahui kelainan pada ketajaman penglihatan pada kasus.

47
- Pada pengkajian di teoritis ditemukan adanya pengkajian sistem pendengaran,
dimana pada lansia biasanya didapatkan data yaitu penurunan proses mendengar,
tetapi pada tahap pengkajian tinjauan kasus, penulis tidak menemukan pada kasus.
- Pada proses pengkajian kasus, penulis tidak melakukan pengkajian tes kadar gula
dara karena adanya halangan.Seharusnya pada tahap ini dilakukan tes kadar gula
darah karena bertujuan untuk mengetahui tinggi rendahnya kadar gula dara pada
klien dengan gangguan DM. Sedangkan di tinjauan teoritis ditemukan adanya tes
kadar gula dara dalam menentukan masalah .

4.2 Tahap Diagnosa Keperawatan


Pada teori penulis menegakkan diagnosa yang di ambil dari beberapa sumber ada 15
diagnosa, tetapi pada tidak semua diagnosa yang ada pada teori terdapat pada kasus dan
penulis hanya mengambil 3 diagnosa dari 15 diagnosa yang ditegakkan, karena
diagnosa yang terdapat pada kasus di sesuaikan dengan data yang penulis temukan pada
kasus. Adapun kesenjangan yang ditemukan penulis , yaitu :
- Gangguan pola tidur berhubungan dengan insomnia dalam waktu lama,
terbangun lebih awal atau terlambat bangun dan penurunan kemampuan fungsi
yng ditandai dengan penuaan perubahan pola tidur dan cemas.
- Inkontinensia urin fungsional berhubungan dengan keterbatasan neuromuskular
yang ditandai dengan waktu yang diperlukan ke toilet melebihi waktu untuk
menahan pengosongan bladder dan tidak mampu mengontrol pengosongan.
- Gangguan proses berpikir berhubungan dengan kemunduran atau kerusakan
memori sekunder.
- Seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh/fungsi yang ditandai
dengan perubahan dalam mencapai kepuasan seksual.
- Kelemahan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal dan
neuromular.
- Kelelahan berhubungan dengan kondisi fisik kurang.

48
- Koping tidak efektif berhubungan dengan percaya diri tidak adekuat dalam
kemampuan koping, dukungan social tidak adekuat yang dibentuk dari
karakteristik atau hubungan.
- Isolasi social berhubungan dengan perubhaan penampilan fisik, peubahan
keadaan sejahtera, perubahan status mental.
- Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran,
perubahan citra tubuh dan fungsi seksual.
- Cemas berhubungan dengan perubahan dalam status peran, status kesehatan,
pola interaksi, fungsi peran, lingkungan, status ekonomi.
- Resiko kesendirian.
- Distress spiritual berhubungan dengan peubahan hidup, kematian atau sekarat
diri atau orang lain, cemas, mengasingkan diri, kesendirian atau pengasingan
social, kurang sosiokultural

4.3 Tahap Intervensi


Pada tahap intervensi tidak semua intervensi yang ada pada teori penulis terapkan
pada intervensi kasus, karena penulis hanya menemukan 3 diagnosa dari diagnose yang
sudah ditegakkan. Sehingga penulis hanya dapat mengangkat 3 intervensi dari 3
diagnosa yang ditemukan pada kasus yaitu:
- Gangguan integritas kulit berhubungan dengan Gangguan system metabolisme
(neuropati perifer)
1. Inspeksi kulit terhadap perubahan warna,turgor,vaskuler,perhatikan
kemerahan.
2. Pertahankan alas kering dan bebas lipatan
3. Beri perawatan kulit seperti penggunaan lotion
4. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptic
5. Motivasi klien untuk menjaga pola makan

- Resiko terjadi cidera berhubungan dengan penurunan penglihatan.


1. Hindarkan lantai yang licin

49
2. Gunakan bed yang rendah
3. Bantu klien dalam memilih aktivitas sehari-hari
4. Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi

- Kurangnya pengetahuan mengenai penyakit berhubungan dengan Kurang


informasi
1. Jelaskan pada klien penyebab diabetes mellitus.
2. Jelaskan pada klien tanda dan gejala diabetes mellitus
3. Jelaskan pada klien komplikasi diabetes mellitus yang dapat terjadi
4. Jelaskan pada klien cara perawatan pada diabetes mellitus.

4.4 Tahap Implementasi


Pada tahap implementasi penulis melaksanakan tindakan keperawatan gerontik
sesuai dengan rencana yang disusun menurut diagnose yang telah didapat pada kasus
dan disesuaikan dengan intervensi yang sudah direncanakan. Adapun kendala yang
dialami penulis saat melakukan implementasi ke rumah klien, yaitu klien sering tidak
berada dirumah melainkan klien sering pergi ke rumah tetangga-tetangganya dan rumah
klien yang begitu cukup jauh.

4.5 Evaluasi
Pada kasus, tahap evaluasi merupakan keberhasilan dan pelaksanaan rencana
keperawatan gerontik dalam memenuhi keperawatan yang diberikan pada klien. Pada
kasus, semua rencana keperawatan yang direncanakan telah berhasil dan dapat
dilakukan dengan baik serta masalah pada klien dapat teratasi dengan baik. Dimana
klien sudah mampu mengerti tentang penyakitnya, resiko terjadinya cidera, serta sudah
dapat melakukan pencegahan pada kulit maupun luka yang ada pada kaki klien.

50
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan tahap-tahap pembuatan asuhan keperawatan pada lansia, penulis
mampu :
a. Melakukan pengkajian terhadap gerontik khususnya pada Ny.S dengan
gangguan diabetes melitus.
b. Menegakkan diagnosa keperawatan pada gerontik khususnya pada Ny.S dengan
gangguan diabetes melitus.
c. Menyusun rencana keperawatan pada gerontik khususnya pada Ny. S dengan
gangguan diabetes melitus.
d. Mengimplementasikan rencana keperawatan yang sudah disusun pada gerontik
khususnya pada Ny.S dengan gangguan diabetes melitus.
e. Mengevaluasi tindakan keperawatan pada gerontik khususnya pada Ny. S
dengan gangguan diabetes melitus.
5.2 Saran
1. Semoga dengan dibuatnya asuhan keperawatan ini, mahasiswa dapat
mempergunakannya dalam menambah wawasan tentang asuhan keperawatan pada
gerontik.
2. Bagi mahasiswa diharapkan untuk memperdalam pengetahuan dalam menerapkan
asuhan keperawatan gerontik secara efektif dan efisien baik teoritis maupun di
dalam kasus.
3. Bagi Ny.S selaku sebagai klien agar dapat mengontrol penyakitnya seperti
mengurangi makanan yang banyak mengandung gula serta tidak melakukan
aktivitas yang berlebihan.

51
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Dinkes Kota Semarang. 2010. Profil Kesehatan Kota Semarang. Semarang : Dinkes
Kota Semarang.

Fatmah. 2010. Gizi Usia Lanjut. Erlangga : Jakarta.

NANDA, 2005/2006, Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, Alih Bahasa Budi


Santosa, Prima Medika, NANDA.

Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare. (2006). Buku Ajar Keperawatan
Gerontik, Edisi 2., Jakarta: EGC.

Tandra. (2007). Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.

WHO., 2008. Integrated Chronic Disease Prevention and Control. www.who.int.

52

Anda mungkin juga menyukai