Anda di halaman 1dari 3

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Pembahasan
Obat golongan anagletika adalah obat yang mempunyai aktivitas menekan
atau mengurangi rasa nyeri terhadap rangsangan mekanik, termik,listrik dan
kimiawi dipusat serta di perifer, yaitu dengan cara menghambat pembentukan
prostaglandin sebagai mendiator sensasi nyeri. Golongan obat ini dibagi dua
menjadi :
1. Golongan anagletika kuat (anagletika narkotik) yang bekerja sentral
terhadap susunan saraf pusat
2. Golongan analgetika lemah (analgetika non narkotik) yang bekerja secara
perifer
Obat yang digunakan kali ini merupakan obat analgetika non narkotik yang
mampu menghilangkan atau meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh pada sistem
susunan saraf pusat atau bahkan hingga efek menurunkan tingkat kesadaran. Obat
Analgetik Non-Narkotik / Obat Analgesik Perifer ini juga tidak mengakibatkan efek
ketagihan pada pengguna (berbeda halnya dengan penggunanaan Obat Analgetika
jenis Analgetik Narkotik).
Efek samping obat-obat analgesik perifer ini yaitu kerusakan lambung,
kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal, kerusakan kulit.
Pada praktikum kali ini akan membahas mengenai percobaan anagletika
menggunakan metode induksi kimia. Pada percobaan ini, akan di berikan oral obat
pereda rasa nyeri yaitu parasetamol sebagai obat standar, aspirin/ asam asetil
salisilat dan ibuprofen sebagai obat uji serta CMC sebagai kelompok kontrol
kemudian di injeksi kan asam asetat sebagai penginduksi rasa nyeri. Pemilihan
asam asetat sebagai induksi nyeri yang dihasilkan berasal dari reaksi inflamasi akut
local yaitu pelepasan asam arakidonat dari jaringan fosfolipid melalui jalur
siklooksigenase dan menghasilkan prostaglandin, terutama prostaglandin E2
(PGE2) dan prostaglandin F2α (PGF2α) didalam cairan peritoneal. Prostaglandin
tersebut dapat menyebabkan rasa nyeri dan meningkatkan permeabilitas kapiler.
Oleh karena itu, suatu senyawa yang dapat menghambat geliat pada mencit
memiliki efek analgetik yang cenderung menghambat sintesis prostaglandin.
Mencit uji yang telah di siapkan kemudian di berikan oral obat yang telah
di sediakan, kemudian di diamkan selama 30 menit. Setelah itu di injeksikan asam
asetat secara intraperitonial sesuai dosis yang di gunakan. Kemudian di amati
jumlah geliat yang di alami oleh mencit yang menandakan reaksi rasa nyeri akibat
pemberian asam asetat tadi. Pada praktikum ini akan di amati keefektifan masing-
masing obat uji yaitu (aspirin dan ibuprofen) kemudian membandingkan nya
dengan parasetamol sebagai kelompok pembanding.
Jumlah geliat pada mencit kelompok kami yang paling banyak terlihat pada
kelompok kontrol yang diberikan CMC tanpa obat analgetika, kemudian
parasetamol sedangkan aspirin jumlah geliat yang dihasilkan sedikit dan pada
mencit yang diberi ibuprofen tidak mengalami geliat. Parasetamol adalah obat
analgetik yang memiliki presentasi yang tidak terlalu tinggi karena parasetamol
merupakan derivat-asetanilida adalah metabolit dari fenasetin. Parasetamol
bertindak sebagai pereda rasa nyeri umum dan memiliki efek mirip dengan
aspirin.Namun, tidak seperti aspirin yang merupakan obat anti inflamasi
parasetamol tidak mempercepat penyembuhan peradangan. Parasetamol lebih
dikenal sebagai penurun demam karena sifat nya sebagai anti piretik. Pada
ibuprofen mencit tidak mengalami geliat dan melakukan pergerakan seperti biasa,
ini dikarenakan pertama, ibuprofen memblokir produksi senyawa kimia mirip
hormon prostaglandin dalam alirah darah yang menyebabkan peradangan dan nyeri.
Kedua, ibuprofen bertindak dengan mengurangi peradangan atau iritasi yang
mengitari luka, sehingga memercepat proses penyembuhan.
Mekanisme kerja nyeri, yaitu perangsang rasa nyeri baik mekanik
maupun kimiawi, panas maupun listrik akan menimbulkan kerusakan pada jaringan
sel sehingga sel-sel tersebut melepaskan suatu zat yang disebut mediator nyeri yang
akan merangsang reseptor nyeri.
1. Rangsangan mekanik yaitu nyeri yang disebabkan karena pengaruh mekanik
seperti tekanan, tusukan jarum, insan pisau, dll.
2. Rangsangan termal, yaitu nyeri yang disebabkan karena pengaruh suhu rata-
rata manusia akam merasakan nyeri jika menerima panas diatas 45oC, dimana pada
suhu tersebut jaringan akan mengalami kerusakan.
3. Rangsangan kimia yaitu jaringan yang akanmengalami kerusakan aka
membebaskan zat yang disebu mediator yang dapat berkaitan dengan reseptor nyeri
antara lain, biokonin, serokinin, dan prostaglandin. Mediator nyeri penting adalah
histamin karen yang bertanggung jawab atas kebanyakan reasi alergi. Biokonin
adalah rangkaian asam amino yang disebut protein plasma.
Nyeri merupakan suatu mekanisme pelindung tubuh mekanik untuk
melandasi dan memberikan tanda bahaya tentang daya gangguan ditubuh.
Mekanisme adalah rangsangan diterima oleh reseptor nyeri diubah dalam bentuk
impuls yang dihantarkan kepusat nyeri ke korteks otak. Setelah diproses dipusat
nyeri, impuls dikembalikan ke perifer dalam bentuk persepsi nyeri.
Pada mencit yang di uji % proteksi yang dihasilkan berbeda setiap 5
menitnya karena % proteksi ini berkaitan dengan efektivitas sediaan analgetika
yang di berikan pada menci dan ketahanan tubuh masing-masing mencit. Dari hasil
yang kelompok kami dapat, ibuprofen lebih efektif untuk mengurangi rasa nyeri
dibandingkan parasetamol dan asetosal, sedangkan asetosal lebih baik dari
parasetamol dalam mengurangi rasa nyeri. Sedangkan pada mencit uji kelompok
yang lain sebagian besar memperlihatkan bahwa ibuprofen lebih efektif.

Anda mungkin juga menyukai