Anda di halaman 1dari 2

Nama : Rahayu Fatmawati

Kelompok : 1
NIM : 18292
Narrative Writing
Ibu X berusia 60 tahun tinggal di desa Talun, Blitar. Desa yang nyaman dan tentram, jarak
rumah satu dengan yang lain masih dekat. Tempat tinggal beliau persis berada di depan rumah
saya.. Beliau tinggal bersama suami yang berusia 65 tahun dan cucu laki-laki yang masih duduk
di bangku Sekolah Menengah Pertama.

Beliau merupakan wanita yang ikut mengasuh saya ketika ibu saya mengandung adik saya
sehingga saya sangat dekat dengan beliau dan suaminya. Saya memanggil mereka dengan sebutan
bapak dan ibu. Mereka mengasuh saya ketika saya masih belum bersekolah hingga saya memasuki
Taman Kanak-kanak. Hubungan kami sangat dekat, karena mereka menganggap saya anak, dan
saya menganggap mereka orang tua saya. Hubungan mereka dengan ibu kandung saya juga dekat
dikarenakan kakek dan nenek saya sudah meninggal, sehingga merekalah yang diangap orang tua
oleh ibu saya.

Dahulu ketika saya belum masuk kuliah di Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat
dan Keperawatan Universitas Gadjah mada, tepatnya saya masih duduk dibangku Sekolah
Menengah Atas, beliau mengeluhkan kaki sering kesemutan, sering tidak bisa tidur dimalam hari
dan ingin makan saat malam hari tiba. Beliau juga mengeluhkan sering merasa haus. Pada saat itu
saya belum mengetahui dengan jelas penyakit apa yang diderita oleh ibu angkat saya ini, karena
saya masih SMA.

Hingga akhirnya salah satu dari anak beliau yang sedang merantau pulang ke desa Talun,
Blitar dikarenakan beliau sakit dan sudah berlangsung beberapa hari. Akhirnya diputuskan untuk
dibawa ke Rumah Sakit Ngudi Waluyo Wlingi Blitar. Setelah menjalani perawatan dan melakukan
cek laboratorium baru diketahui hasilnya. Ternyata beliau menderita diabetes mellitus atau DM.
Pada saat itu beliau sangat terpukul dengan keadaannya, dan susah untuk menerima. Karena beliau
juga tidak mengetahui mengapa bisa beliau menderita penyakit tersebut. Karena menurutnya
dikeluarganya juga tidak ada yang menderita penyakit tersebut.
Dan setelah dokter menjelaskan mengenai penyakitnya, apa saja yang bisa menyebabkan
penyakit tersebut muncul, serta bagaimana cara untuk mengontrol penyakitnya. Akhirnya beliau
perlahan bisa menerima dengan ikhlas. Beliau akhirnya dapat pulang ke rumah. Beliau patuh
dengan perkataan dokter bahwa penyakit tersebut bisa dikontrol dengan cara menjaga kadar gula
dalam batas normal. Beliau rutin meminum obat dan kontrol kepada dokter mengenai kadar gula
dan tekanan darah.

Hal tersebut berlangsung hingga saya sudah mengenyam pendidikan di FKKMK, sehingga
setiap saya pulang ataupun setiap saya melakukan video atau voice call dengan ibu saya beliau
juga selalu ada disana dan selalu bertanya mengenai obat obat yang beliau terima. Kemarin saat
saya melakukan voice call dengan ibu saya ternyata ibu saya sedang berada di rumah ibu angkat
saya tersebut, dikarenakan beliau sakit. Beliau mengeluhkan bagian perutnya sakit, dikarenakan
beliau juga memiliki riwayat asam lambung yang tinggi. Beliau bercerita bahwa saat kontrol
kemarin dokter yang menanganinya berbeda dari biasanya. Akhir-akhir ini yang menangani beliau
ketika melakukan kontrol adalah dokter yang masih muda, kata beliau. Saya bertanya apakah ada
obat yang diganti. Dan beliau menjawab ada, sesaat setelah beliau mengkonsumsi obat tersebut
muncul rasa sakit pada perut beliau, dicurigai asam lambungnya naik. Saat saya mengetahui obat
apa yang diganti, ternyata obat tersebut memang ada kontraindikasi dengan riwayat asam lambung.
Maka dari itu beliau mengeluhkan perutnya sakit. Akhirnya beliau berobat ke dokter lain pada
malam itu dan merasa lebih baik.

Dari kejadian ini dapat kita ambil pelajaran, seharunya dokter pengganti melihat data
rekam medis dari pasien, sehingga dapat memberikan pengobatan yang sesuai dengan keadaan
pasien. Tidak dipukul rata semua kondisi pasien sama. Karena keselamatan pasien yang utama,
mereka berobat atau datang kepada kita dengan tujuan ingin sembuh atau merasa lebih baik, bukan
tambah merasa sakit.

Anda mungkin juga menyukai