I. PENDAHULUAN
Garis-garis Besar Haluan Negara dengan jelas menyebutkan
bahwa sumber alam dan budaya merupakan modal dasar pembangun-
an. Oleh karena itu seperti modal dasar yang lain, pemanfaat-
annya harus memperhatikan faktor dominan seperti faktor-fak-
tor demografi, sosial budaya, geografi, hidrografi, geologi,
topografi, klimatologi, flora dan fauna, yang semuanya meru-
pakan faktor lingkungan hidup.
333
bungan timbal balik antara mahluk hidup dan faktor-faktor
alam, antara mahluk hidup yang satu dan yang lain dan antara
faktor alam yang satu dan yang lain. Lingkungan hidup sebagai
media hubungan timbal balik mahluk hidup dengan faktor-faktor
alam terdiri dari bermacam-macam keadaan dan hubungan yang
secara bersama-sama mewujudkan suatu proses yang menjadikan
suatu struktur dasar ekosistem sebagai suatu kesatuan yang
mantap. Hubungan timbal balik tersebut merupakan matarantai
atau siklus penting yang menentukan daya dukung lingkungan
hidup bagi pembangunan.
(1) Daya guna dan hasil guna yang dikehendaki harus dilihat
dalam batas-batas yang optimal sehubungan dengan kelesta-
rian sumber alam yang mungkin dicapai;
334
(3) Memberikan kemungkinan untuk mengadakan pilihan pengguna-
an dalam pembangunan di masa depan.
335
berpengaruh terhadap sistem perikanan di sekitarnya. Pemanfa-
atan suatu wilayah pesisir akan mempunyai dampak terhadap
sistem perkembangan perikanan di laut lepas. Sebaliknya perlu
diperhatikan pula kenyataan bahwa kelangsungan hidup suatu
waduk tergantung pada keadaan hutan dan pola bercocok tanam
di bagian atas ekosistem sungai yang menjadi sumber air waduk
tersebut dan keadaan Daerah Aliran Sungai yang bersangkutan
antara lain juga ditentukan oleh sistem sosial budaya penduduk
yang tinggal di lingkungannya.
336
pun udara berupa tanah, air, energi, flora, fauna dan
lain-lain yang sangat diperlukan bagi pembangunan.
337
bih-lebih perlu diperhatikan karena sumber-sumber alam yang
ada, terutama lahan, hutan, perairan dan ruang, sudah berada
dalam keadaan yang kritis.
338
cemaran. Sudah barang tentu, seperti yang sudah terjadi pada
tahun-tahun sebelumnya, pencemaran akan terjadi pula di dae-
rah perkotaan.
339
2. Produktivitas Lahan.
340
yang belum memadai, yang disebabkan oleh berbagai hal. Misal-
nya, kurangnya tenaga terampil, bibit, dan peranserta masya-
rakat dan kurangnya pengenalan lahan.
341
Dalam pelaksanaan pembagian hasil antara penggarap dan
pemilik menurut kenyataan masih ada yang tidak mengikuti
ketentuan Undang-undang no. 2 tahun 1960 tentang Bagi hasil
dengan akibat tujuan undang-undang tersebut, yaitu meningkatkan
produktivitas tanah dan melindungi golongan ekonomi lemah,
tidak tercapai.
3. Pencemaran Lingkungan.
Tingkat pencemaran yang tinggi terjadi di lingkungan per-
airan daratan, di sungai-sungai dan danau. Di beberapa daerah
tingkat pencemaran limbah rumah tangga, pestisida, logam be-
rat, dan lain-lain semakin nyata. Sungai-sungai yang melewati
kota-kota besar pada umumnya telah tercemar berat, misalnya
Ciliwung, Kali Surabaya, Kali Garang, Cikapundung, dan lain-
lain. Kerusakan mutu lingkungan hidup perairan daratan diper-
kirakan berlangsung dengan kecepatan 2% setahun.
342
lah limbah kota dan limbah industri serta kerusakan sosial.
Bahan berbahaya yang dihasilkan sebagai limbah oleh kegiatan-
kegiatan industri makin bertambah dan belum ada cara yang
berhasilguna untuk menanganinya. Limbah yang ada dibuang ke
sungai, ke laut, atau ke dalam lapisan bumi yang lebih dalam.
Cara pembuangan demikian membahayakan kelangsungan kehidupan.
Limbah kota, baik yang berupa limbah padat maupun yang berupa
limbah cair atau limbah gas semakin bertambah. Penanggulangan
terhadap masalah ini masih menghadapi kesukaran, terutama da-
lam pengumpulan limbah tersebut dan dalam mendapatkan tempat
buangan yang aman. Peranserta masyarakat dalam usaha penang-
gulangan limbah kota perlu lebih ditingkatkan lagi.
343
4. Peranserta Masyarakat.
345
ma apabila dibanding dengan luasnya wilayah perairan lautan
Indonesia.
346
nya perladangan berpindah, serta karena perlunya ada perlua-
san transmigrasi, usaha perkebunan dan kegiatan pertambangan
permukaan.
Untuk memenuhi keperluan bahan baku bagi industri perka-
yuan dan industri lainnya akan diperlukan hutan produksi yang
lebih luas lagi. Lagi pula akan diperlukan peningkatan kemam-
puan produksi hutan alam dengan memanfaatkan berbagai tekno-
logi mutakhir. Di samping itu masih diperlukan pula hutan
lindung untuk melindungi sistem hidrologi dan pantai, hutan
suaka untuk melindungi plasma nutfah dan sistem ekologi khu-
sus yang sangat penting bagi kehidupan di masa depan.
347
i
daerah-daerah yang pembangunannya berjalan pesat dampak nega-
tifnya terhadap lingkungan lahan dan air sangat terasa sekali
karena, antara lain, belum teratasinya masalah tata ruang.
7. Pelestarian Alam.
Meningkatnya pembangunan perumahan, beberapa jenis kons-
truksi dan prasarana lainnya serta makin meningkatnya pem-
buatan berbagai jenis sarana, memerlukan penyediaan bahan ba-
ngunan yang semakin banyak. Tanah urug, pasir dan batu serta
bahan bangunan yang lain merupakan bahan yang dipergunakan
untuk menunjang pembangunan sektor konstruksi tersebut. Pro-
duksi pertambangan bahan-bahan bangunan tersebut memerlukan
penentuan pembinaannya yang jelas. Bahan tambang golongan C
yang banyak diperlukan untuk pembangunan fisik pada umumnya
berasal dari sungai dan pusat-pusat endapan pasir di pegu-
nungan, di daerah pantai serta pusat-pusat endapan pasir dan
batu di dataran rendah. Penambangan bahan bangunan tersebut
telah banyak mengakibatkan kerusakan lingkungan. Kegiatan itu
mengakibatkan rusaknya sawah-sawah yang subur, rusaknya te-
rumbu karang dan rusaknya sungai-sungai di daerah tempat pem-
bangunan fisik berlangsung, seperti di daerah utara Pulau Ja-
wa, di pegunungan di daerah Bogor, di daerah pantai utara Ja-
wa, Bali, Lombok, dan di sekitar kota-kota besar.
348
garapan lahan oleh penduduk yang dilakukan tanpa disertai
usaha pelestarian. Hutan suaka alam yang ada juga masih meng-
alami gangguan berupa perusakan dan penggarapan lahan secara
liar.
349
i
tian dalam tataruang dan tataguna lingkungan dan kesimpang-
siuran dalam tata-cara pelaksanaan. Meskipun Undang-undang
No. 4 tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelola-
an Lingkungan Hidup sudah diundangkan, peraturan perundangan
dan pengaturan pelaksanaannya masih belum selesai seluruhnya.
Hal ini menyebabkan pengaturan lingkungan hidup dalam pelak-
sanaan pembangunan masih belum terlaksana dengan baik. Pelem-
bagaan analisis mengenai dampak pembangunan terhadap ling-
kungan hidup, baku mutu limbah dan baku mutu bahan buangan,
pengaturan mengenai pelestarian lingkungan dan tata lingkung-
an, pengaturan mengenai tataruang dan tataguna lingkungan,
pengaturan mengenai sanksi hukum dan lain-lain, masih harus
dituangkan ke dalam sistem pengaturan yang dapat menjadi pe-
gangan bagi para pelaksana pembangunan di lapangan.
350
lah pengelolaan interaksi antara manusia dan alam merupakan
masalah utama dalam pelestarian alam dan lingkungan hidup.
351
Kedua langkah kebijaksanaan tersebut tujuannya yang lang-
sung adalah mengatasi masalah-masalah kuantitatif kependuduk-
an. Di samping kedua langkah itu di masa yang lalu juga di-
tempuh langkah-langkah di bidang pendidikan dan kesehatan.
Langkah-langkah tersebut diarahkan untuk mengatasi masalah-
masalah kependudukan yang bersifat kualitatif, baik yang se-
karang ada maupun yang akan timbul di masa datang. Selanjut-
nya di masa yang lalu telah ditempuh pula langkah-langkah di
bidang pemukiman. Dalam hubungan itu antara lain telah dilak-
sanakan kegiatan-kegiatan seperti perbaikan pembangunan jam-
ban keluarga, pembinaan teknik penyehatan lingkungan kampung,
perbaikan sistem pembuangan air limbah, dan penghijauan kota.
Langkah-langkah yang disebutkan ini semuanya juga sangat mem-
bantu usaha-usaha untuk melestarikan sumber alam dan menyela-
matkan lingkungan hidup. Dalam Repelita IV langkah-langkah
itu akan terus dilaksanakan.
352
kotoran, pengendalian sampah, fasilitas pelayanan sosial se-
perti sekolah-sekolah, tempat rekreasi umum, pusat kegiatan
pemuda, penerangan listrik, air minum, pengangkutan umum, dan
lain-lain. Melalui usaha-usaha tersebut diharapkan kesehatan
akan bertambah baik dan timbulnya masalah sosial seperti tin-
dakan kriminal, penyalahgunaan narkotika, tunasusila dan se-
bagainya dapat dicegah atau dikurangi.
353
lokasi wilayah tempat tinggal, wilayah industri, wilayah pu-
sat jasa, tempat-tempat rekreasi, tempat-tempat ibadah, jalur
hijau dan taman-taman kota, dapat terlaksana secara layak.
Pelaksanaan fungsi itu dapat dilaksanakan melalui pengembang-
an manajemen tanah perkotaan dan pengembangan peranserta ma-
syarakat.
354
an itu alasan-alasan untuk berpindah ke kota-kota dapat diku-
rangi.
Dalam rangka mengusahakan penyebaran penduduk dan tenaga
kerja yang lebih serasi dan seimbang, maka kegiatan-kegiatan
pembinaan pemukiman di kota-kota kecil dan sedang serta kota-
kota yang merupakan pusat-pusat perkembangan daerah transmi-
grasi dikembangkan.
355
wilayah. Untuk mempercepat proses pemetaan tersebut akan di-
terapkan berbagai teknologi maju, seperti penggunaan citra
penginderaan jauh, kartografi berkomputer, dan pembuatan peta
ortofoto sebagai pengganti sementara peta dasar. Di samping
itu dalam Repelita IV akan dilanjutkan pula penegasan batas
wilayah Republik Indonesia dengan negara tetangga di Irian
Jaya dan di Kalimantan.
356
akan ditingkatkan pelaksanaan survai hidrografi serta inven-
tarisasi dan evaluasi lingkungan lautan dan sumber alam yang
terdapat di dalamnya. Dalam rangka mempercepat usaha peman-
faatan dan pelestarian lingkungan lautan, terutama dalam hu-
bungannya dengan zona ekonomi eksklusif, kerjasama regional
lautan dengan negara lain, badan-badan internasional, dan
terutama ASEAN akan diteruskan.
357
bagai keseluruhan merupakan suatu ekosistem. Oleh karena itu
dalam tataguna tanah, tataguna ruang, tataguna hutan dan ta-
taguna air, perlu ada pengaturan agar cara pemanfaatan sumber
daya alam di suatu tempat tidak mengurangi manfaatnya di tem-
pat yang lain. Untuk itu perlu ada pengaturan, misalnya agar
tanah dan hutan yang terdapat di lereng-lereng terjal dan di
daerah pegunungan tidak digunakan untuk keperluan-keperluan
yang akan merusak kegunaan tanah dan air di lembah-lembah.
Demikian pula perlu ada pengaturan agar penggunaan sumber
alam air, baik air permukaan maupun air bumi, di suatu tempat di
daerah hulu tidak merusak manfaat air tersebut di daerah
hilirnya. Di daerah-daerah seperti itu segala penggunaan ta-
nah, hutan dan air harus disertai dengan kegiatan-kegiatan
penyelamatan sumber alam dan lingkungan hidup, seperti pence-
gahan erosi, pencemaran air dan sebagainya. Penggunaan wila-
yah pesisir perlu diatur, agar kelangsungan kehidupan per-
ikanan dapat terjamin pada tingkat yang memadai dan kerusakan
pantai dapat dihindarkan.
358
utamakan di daerah aliran sungai yang rawan, seperti DAS Ci-
liwung-Cisadane dan sebagainya.
359
i
ha yang telah ditentukan. Apabila tindakan itu, dan bantuan
yang diberikan, belum berhasil mendorong pemegang hak yang
bersangkutan untuk memanfaatkan tanahnya, maka tanah perke-
bunan terlantar tersebut akan dikuasai kembali oleh negara
dan dijadikan areal kerja perkebunan negara atau kawasan
hutan.
Dalam rangka penjabaran Undang-undang Pokok Agraria dan
Undang-undang Bagi Hasil, dalam Repelita IV akan dilanjutkan
penyusunan peraturan-peraturan pelaksanaannya, antara lain
yang mengatur penggunaan tanah oleh bukan pemilik, pembatasan
luas minimun dan maksimum tanah untuk bangunan, pencabutan
hak milik karena tanah diterlantarkan, hak guna dan hak pa-
kai, dan tataguna tanah. Di samping itu akan terus dikembang-
kan pula peraturan perundangan tentang tatakota, tataruang,
dan tataguna tanah. Peraturan pelaksanaan tersebut diperlu-
kan untuk dapat membantu usaha meningkatkan produktivitas ta-
nah dan pendapatan golongan masyarakat yang mempunyai penda-
patan rendah, seperti petani kecil dan petani penggarap.
360
kegiatan pembangunan. Dalam penatagunaan tanah ini perlu di-
teruskan usaha penetapan hutan lindung, suaka alam, dan wila-
yah perlindungan khusus lainnya. Hal ini sangat penting dalam
rangka menghindarkan terjadinya bencana ekologis di kemudian
hari. Penatagunaan tanah wilayah khusus, seperti wilayah Ba-
duy, akan memperoleh perhatian karena diperlukan untuk membe-
rikan perlindungan bagi perkembangan masyarakat yang bersang-
kutan.
361
diutamakan ialah daerah-daerah pantai utara Jawa, Bali, Lom-
bok, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara,
Aceh bagian Timur, Sumatera Utara, Lampung Selatan, dan pesi-
sir Sumatera Barat.
362
rus dikembangkan. Dalam hubungan ini peranserta masyarakat
petani akan lebih ditingkatkan melalui penyuluhan dan pembi-
naan lembaga swadaya masyarakat.
Pengawetan tanah yang kurang hati-hati dan penggunaan pu-
puk dan pestisida yang kurang cermat dapat menimbulkan dua
kerugian. Pertama, menghambat perkembangan perikanan, dan ke-
dua, mempercepat pendangkalan waduk-waduk dan jaringan peng-
airan. Untuk menghindarkan hal itu kegiatan-kegiatan penyela-
matan tanah akan terus dijalankan, terutama di areal pertani-
an tanah kering di Jawa, Bali, Lampung, Sulawesi Selatan dan
di daerah-daerah hulu di atas bendungan besar. Misalnya,
penggunaan pupuk dan pestisida di daerah-daerah yang mempu-
nyai masalah sumber air minum yang gawat, dan di daerah-dae-
rah yang berdekatan dengan daerah pesisir yang merupakan tem-
pat-tempat perkembangbiakan ikan dan udang, akan lebih dike-
tatkan pengendaliannya dan dipertegas sanksi hukumnya.
363
i
sebagai hutan serbaguna agar dengan demikian rakyat yang
tinggal di daerah itu akan tetap dapat memenuhi kebutuhannya
seperti sediakala.
364
Selain usaha pelestarian yang dilakukan dalam kawasan
konservasi, akan ditingkatkan pula kegiatan pelestarian sum-
ber daya alam dan lingkungan hidup di luar kawasan konserva-
si. Kegiatan di luar kawasan konservasi antara lain meliputi
pengendalian perdagangan flora dan fauna langka yang dilin-
dungi, pengembangan budi daya flora dan fauna yang khas dan
bernilai tinggi dan pelestarian plasma nuftah di luar kawasan
konservasi sumber daya alam. Di samping itu akan ditingkatkan
pula usaha pengendalian gangguan margasatwa terhadap tanah
pertanian dan perkebunan, pemukiman transmigrasi dan pemuki-
man penduduk lainnya dengan memperhatikan keseimbangan ling-
kungan hidupnya. Agar kegiatan ini dapat terlaksana dengan
berhasilguna maka akan ditingkatkan pula keterlibatan aktif
lembaga swadaya masyarakat dan kesadaran serta kecintaannya
terhadap alam dan lingkungan.
365
i
Gejala-gejala terkurasnya sumber daya alam perikanan itu
telah menimbulkan keresahan sosial di lingkungan masyarakat
nelayan pantai. Karena itu akan dikembangkan pengaturan usaha
perikanan pantai agar kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan se-
imbang dengan daya dukung lingkungan pesisir. Pengembangan
peraturan itu sudah sangat diperlukan terutama untuk wilayah
perairan Selat Malaka, Laut Jawa, Selat Makasar, perairan
Bali, Nusa Tenggara Barat dan Maluku.
366
ti bahwa demi pengamanan suatu wilayah yang dimanfaatkan un-
tuk pembangunan diperlukan pula perlindungan terhadap eko-
sistem tempat wilayah tersebut berada.
367
perlindungan budaya asli dan daerah lintasan satwa langka.
Pembinaan daerah-daerah ini dalam Repelita IV akan diterus-
kan, agar fungsi lindung daerah tersebut dapat ditingkatkan.
368
lindungan terhadap pencemaran maupun terhadap kerusakan fisik
sungai dan danau. Kerusakan fisik dasar sungai, misalnya, da-
pat terjadi karena adanya penambangan liar, pertumbuhan eceng
gondok dan gulma air yang berlebihan.
369
menjadi lahan usaha pertanian semusim atau sejenis, dalam
perombakan hutan alam menjadi hutan buatan, dan dalam pengem-
bangan industri pertanian yang besar, seperti usaha-usaha
pengolahan tapioka, kelapa sawit, karet, gula tebu, pengawet-
an kayu dan pembuatan kayu lapis. Analisis dampak lingkungan
juga akan diadakan dalam pembangunan prasarana seperti ja-
ringan jalan angkutan darat, jaringan jalan kereta api, ja-
ringan angkutan air dan udara, pelabuhan air dan udara, ben-
dungan serba guna beserta jaringan salurannya, dan pembangkit
energi listrik beserta jaringan distribusinya, serta saluran
distribusi minyak bumi, semuanya mempunyai pengaruh yang cu-
kup besar terhadap kelestarian sumber alam dan lingkungan hi-
dup. Dengan adanya analisis dampak lingkungan, tindakan-tin-
dakan penyelamatan baik bagi lingkungan sekelilingnya maupun
bagi bangunan prasarana yang dibangun, akan dapat dipersiap-
kan dan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan pem-
bangunannya sendiri.
Dalam rangka membina mutu lingkungan hidup selanjutnya,
perombakan hutan-hutan primer secara besar-besaran untuk pe-
mukiman transmigrasi dan usaha pertaniannya sejauh mungkin
akan dikurangi. Persiapan tanah-tanah untuk pemukiman trans-
migrasi akan lebih diarahkan pada perobahan areal tanah
alang-alang dan hutan-hutan sekunder yang tidak mempunyai
fungsi lindung. Pencadangan areal hutan untuk pemukiman
transmigrasi ditelaah dan ditangani secara lebih terpadu de-
ngan berpedoman pada tataguna hutan kesepakatan. Perluasan
persawahan pasang surut akan dilakukan lebih hati-hati agar
kelestarian ekosistem yang menjamin kesuburan dan keamanan
pembangunan pertanian di kemudian hari dapat dipertahankan
dan dikembangkan.
370
Kerusakan-kerusakan hutan yang disebabkan oleh karena
perladangan berpindah, kebakaran hutan, pembukaan areal per-
tambangan, pembuatan jalan dan infrastruktur lainnya, perlu
dicegah secepat-cepatnya. Pemecahannya dapat dilakukan mela-
lui pendekatan-pendekatan yang mendasar, seperti pemukiman
kembali peladang-peladang berpindah, pemilihan dan tataguna
tanah yang lebih pasti, pelaksanaan hukum dan perundang-un-
dangan yang lebih jelas dan tegas, dan lain-lain, disertai
usaha untuk mengatasi masalah sosial ekonomis masyarakat
penyebab kerusakan sumber alam hutan tersebut. Perlu dite-
kankan bahwa penyebab kerusakan hutan tersebut bukan saja
rakyat sekitar hutan yang miskin, tetapi juga para pengusaha
dan pejabat yang kurang pengetahuan dan tanggungjawabnya da-
lam hal-hal yang menyangkut pelestarian sumber alam hutan.
371
Timur dan lain-lain, akan dikembangkan terus ke arah pembina-
an dan pelaksanaan sistem pengelolaan lingkungan integral.
372
menghasilkan energi yang tidak terlalu banyak mengandung un-
sur kimia yang berbahaya, seperti unsur timah hitam, bele-
rang, nitrogen oksida dan lain-lain. Selanjutnya penyediaan
energi yang bersih seperti energi panas bumi, energi panas
matahari, energi air dan sejenisnya akan mendapatkan perha-
tian yang lebih besar.
373
maka dalam pembangunan industri, pertambangan, dan energi
akan terus diusahakan adanya bantuan untuk meningkatkan fa-
silitas kehidupan bagi masyarakat di sekitarnya. Dalam hu-
bungan ini daerah-daerah industri dan pertambangan seperti di
Aceh Timur, Kalimantan Timur dan Banten Utara akan mendapat
prioritas.
Pemisahan suatu wilayah oleh suatu bangunan fisik, seper-
ti jalan bebas hambatan dan pipa minyak atau gas, akan memi-
sahkan kehidupan sosial yang tadinya merupakan kesatuan. Hal
serupa itu, apabila tidak ditangani dapat menjurus ke kere-
sahan sosial. Oleh karena itu dalam pembangunan jalan lintas
cepat, misalnya, akan dicari jalan agar hubungan sosial anta-
ra kedua bagian wilayah yang mula-mula merupakan satu wilayah
tersebut tidak banyak terganggu.
374
raturan pelaksanaannya lebih lanjut; (3) mencakup semua segi
di bidang lingkungan hidup, agar dapat menjadi dasar bagi
pengaturan masing-masing segi lebih lanjut. Undang-undang
tersebut akan menjadi landasan untuk menilai dan menyesuaikan
semua peraturan perundang-undangan yang memuat sesuatu keten-
tuan tentang segi-segi lingkungan hidup yang berlaku, misal-
nya peraturan perundang-undangan mengenai pengairan, pertam-
bangan dan energi, kehutanan, perlindungan dan pengawetan
alam, industri, pemukiman, tataruang, tataguna tanah, pesi-
sir dan lautan.
375
baik yang meliputi tata ruang nasional, maupun tata ruang re-
gional, baik tata ruang kota maupun tata ruang pedesaan, ta-
taguna sumber alam, penetapan baku mutu lingkungan dan baku
mutu bahan buangan, prosedur analisis dampak lingkungan, pe-
ngaturan pembuangan bahan berbahaya, pengaturan penggunaan
laut sebagai tempat buangan, pengembangan lembaga swadaya
masyarakat dan tatalaksana lingkungan.
376
tu. Dengan adanya pengkaitan itu pendidikan di perguruan
tinggi diharapkan akan dapat menghasilkan tenaga-tenaga ahli
yang pengetahuan dan pengalamannya sesuai dengan kebutuhan
pengembangan lingkungan hidup di Indonesia.
377
9. Pengembangan Sistem Tatalaksana Pembangunan Berwawasan
Lingkungan dan Lain-lain.
378
b. Pengembangan Tata nilai Berwawasan Lingkungan Hidup.
IV. PROGRAM-PROGRAM
Di antara langkah-langkah kebijaksanaan tersebut di atas,
banyak yang dilakukan oleh berbagai sektor dalam rangka pe-
laksanaan program masing-masing. Dalam hubungan itu di bawah
ini akan disebutkan beberapa program yang masing-masing meru-
pakan rangkaian dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam
380
rangka pelaksanaan langkah-langkah kebijaksanaan tersebut di
atas.
381
ngendalian terhadap pencemaran di wilayah-wilayah rawan kare-
na industri, pemukiman, dan kegiatan pembangunan lain, pe-
ngembangan pemanfaatan teknologi yang bersih dari pencemaran,
dan pemanfaatan teknologi untuk menanggulangi pencemaran pada
sumbernya, serta pengelolaan bahan buangan berbahaya. Kecuali
itu akan ditingkatkan pula usaha-usaha untuk mengembangkan
peranserta masyarakat untuk membina lingkungan hidup, me-
ngembangkan tatanilai yang membantu pemeliharaan lingkungan,
dan menumbuhkan kemampuan untuk menangani masalah lingkungan
secara swadaya. Di samping kegiatan di atas, dalam Repelita
IV akan diteruskan juga kegiatan-kegiatan pengembangan meteo-
rologi dan geosifika untuk kepentingan peramalan iklim, pe-
nanggulangan pencemaran udara, peramalan bencana alam, untuk
memperlancar dan menjaga keselamatan pelayaran dan penerbang-
an, dan untuk membantu pengembangan pertanian dan sebagainya.
383
akan dapat diselesaikan pembuatan peta tanah tingkat tinjau
yang meliputi areal seluas 30 juta ha, peta tanah semi detail
dan detail seluas 4 juta ha.
384
tuah perencanaan dan satuan pengelolaannya, dan akan dilaksa-
nakan di 36 Daerah Aliran Sungai yang terpenting. Luas areal
tanah kritis yang akan direhabilitasikan direncanakan melipu-
ti 3,1 juta hektar melalui kegiatan reboisasi dan penghijau-
an. Pengembangan perencanaan dan pengelolaan daerah aliran
sungai terpadu akan dilaksanakan di 11 Daerah Aliran Sungai,
yaitu Citarum, Cimanuk, Citanduy, Billa-Walanae, Ciliwung-Ci-
sadane-Cibeet, Jratunseluna, Solo, Serayu-Luk Ulo, Brantas,
Asahan, dan Saddang.
385
penyerobotan hutan atau perusakan lainnya dan pemukiman kem-
bali peladang berpindah.
386
termasuk pendidikan, latihan dan penelitian perairan laut,
(4) mengurangi pemborosan penggunaan sumber daya alam, (5)me-
ngembangkan peranserta dan swadaya masyarakat dalam usaha
penanggulangan kerusakan lingkungan hidup dan pemeliharaan-
nya, (6) mengendalikan pencemaran lingkungan, baik di darat,
laut maupun udara.
387
rus dikembangkan pembinaan jalur hijau dan taman-taman kota
sehingga daerah perkotaan menjadi daerah pemukiman yang se-
hat. Sebagai telah disebutkan di atas yang paling banyak me-
nimbulkan pencemaran udara adalah kendaraan bermotor, pusat
pembangkit tenaga listrik, industri semen, industri kimia,
industri besi baja dan lain-lain.
Dalam pembinaan perairan lautan akan diutamakan perairan
lautan yang padat kegiatan, seperti Selat Malaka, Laut Cina
Selatan, Laut Jawa, Laut Sulawesi, Laut Banda, Selat Makasar,
Laut Arafuru dan Selat Karimata. Pengendalian pencemaran laut
akan ditujukan terutama pada pengendalian pencemaran minyak,
pencemaran logam berat yang berasal dari daratan dan pence-
maran akibat penambangan dasar lautan. Pengendalian pengguna-
an laut sebagai tempat buangan limbah industri juga akan mu-
lai dikendalikan. Pengendalian darurat pencemaran laut akan
terus dikembangkan terutama di jalur lautan yang padat pem-
bangunan seperti di Selat Malaka, Laut Cina Selatan, Laut Ja-
wa dan Selat Makasar.
388
pengolahan biji mineral dan panas bumi, industri obat-obatan
dan biosida, dan lain-lain.
Pengembangan swadaya masyarakat baik dalam merehabilitasi
sumber daya hutan, tanah dan air yang rusak maupun dalam peme-
1iharaannya akan terus dikembangkan. Kegiatan-kegiatan pe-
ningkatan peranserta masyarakat antara lain meliputi pendi-
dikan dan latihan, penyuluhan dan penerangan, pengembangan
lembaga swadaya masyarakat, dan kegiatan-kegiatan lain yang
dapat mendorong perkembangan kegiatan pelestarian alam dan
lingkungan. Kegiatan ini tidak hanya ditujukan kepada masya-
rakat tetapi juga kepada aparatur negara. Lembaga swadaya
yang akan terus dikembangkan dalam rangka pelaksanaan kegiat-
an ini ialah lembaga milik anggota masyarakat yang tumbuhnya
disebabkan oleh adanya motif yang kuat untuk secara mandiri
berusaha melestarikan sumber alam dan lingkungan hidup atau
merehabilitasikan sumber alam dan lingkungan hidup yang rusak.
389
i
dalam menyediakan jasa meteorologi dan geofisika bagi sektor-
sektor perhubungan darat, laut dan udara dan bagi sektor per-
tanian. Di samping itu program ini juga bertujuan untuk me-
ningkatkan kemampuan bangsa dalam mengendalikan pencemaran
udara dan pencemaran laut dan dalam menanggulangi bencana
alam.
Untuk memperluas cakupan informasi meteorologi dan geofi-
sika, dalam rangka pelaksanaan program ini akan dibangun se-
jumlah stasiun meteorologi baru, stasiun geofisika, stasiun
klimatologi dan berbagai macam stasiun iklim. Selanjutnya
dalam usaha untuk memperbesar produksi jasa meteorologi dan
geofisika dalam pengumpulan, pengolahan dan penyajian infor-
masi yang diperlukan, akan diusahakan penggunaan teknologi
yang mutakhir. Sebagai penunjang kegiatan-kegiatan tersebut
juga akan diselenggarakan pendidikan dan latihan. Dengan pe-
laksanaan program ini diharapkan produksi jasa meteorologi,
jasa klimatologi dan jasa geofisika masing-masing akan me-
ningkat secara berarti.
390
TABEL 8 - 1
PEMBIAYAAN RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEEMPAT,
1984/85 - 1988/89
(dalam j u ta a n rupiah)
1984/85 1984/85-
No. Kode SEKTOR/SUB SEKTOR/PROGRAM (Anggaran (Anggaran
Pembanguna Pembanguna
n) n)
391