Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut WHO pada tahun 2007 yang dikutip dari Senolinggi (2015)

memuat data yang menunjukkan 25 juta wanita di seluruh dunia diperkirakan

mengalami menopause setiap tahunnya dimana ASIA menjadi wilayah

dengan jumlah wanita bergejala awal menopause tertinggi di dunia. Data

departemen kesehatan (Depkes) memperlihatkan bahwa wanita Indonesia

mengalami menopause sebesar 7,4% dari populasi pada tahun 2000 dan

diperkirakan akan meningkatkan menjadi 14% atau sekitar 30 juta orang pada

tahun 2015.

Hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa Indonesia

termasuk lima besar negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di

dunia, yang mecapai 18,1 juta jiwa atau 7,6% dari total penduduk. Badan

Pusat Statistik (2013) memproyeksikan jumlah penduduk lanjut usia (60+)

diperkirakan akan meningkat menjadi 27,1 juta jiwa pada tahun 2020,

menjadi 33,7 juta jiwa pada tahun 2025 dan 48,2 juta jiwa tahun 2035

(Kemenkes RI, 2016).

Sedangkan menurut Milyandra tahun 2010 yang dikutip dari

Munawaroh (2010) menyatakan bahwa wanita Indonesia yang memasuki

masa menopause saat ini semakin meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan

sensus penduduk tahun 2000 jumlah perempuan berusia diatas 50 tahun baru

mencapai 15,5 juta orang atau 7,6% dari total penduduk, sedangkan tahun

1
2

2020 jumlahnya diperkirakan meningkat menjadi 30,0 juta atau 11,5% dari

total penduduk.

Usia menopause di Indonesia ± 49 tahun, tetapi biasanya sejak wanita

di atas 40 tahun menstruasi sudah tidak teratur, siklus sering kali terjadi tanpa

pengeluaran sel telur, hal ini berarti kemungkinan untuk hamil kecil, namun

bila terjadi kehamilan pada usia ini, kemungkinan besar memperoleh anak

yang cacat dengn kualitas yang kurang baik (Kumalasari, 2012).

Berdasarkan pendapat dari Speroff dan Reitz yang dikutip dari Jurnal

Senolinggi (2015) bahwa wanita yang terlambat mendapatkan menstruasi

pertamanya (menarche), pada usia 16 atau 17 tahun justru akan mengalami

menopause lebih dini sedangkan mereka yang haid lebih dini seringkali akan

mengalami menopause sampai pada usia mencapai 50 tahun.

Semakin sering wanita melahirkan maka semakin tua atau lama mereka

memasuki masa menopause, semakin tua seseorang melahirkan anak, semakin

tua pula memasuki masa menopause. Hal ini dikarenakan kehamilan dan

persalinan akan memperlambat sistem kerja organ reproduksi wanita dan juga

dapat memperlambat penuaan tubuh. Wanita yang melahirkan lebih dari 3 kali

mempunyai resiko kematian maternal dan lebih tinggi resiko terjadinya

komplikasi pada kehamilan, persalinan, dan nifas dibandingkan dengan ibu

yang mempunyai anak kurang dari 3 (Sibagariang, 2010).

Dari data profil kesehatan kabupaten/kota tahun 2015 di provinsi

Bengkulu jumlah usila (usia 60 tahun ke atas) sebanyak 80.993 terdiri dari

laki-laki 37.454 orang dan perempuan 43.539 orang, yang mendapat


3

pelayanan kesehatan sebanyak 53.766 (66%). Cakupan tertinggi secara

keseluruhan ada di Kabupaten Muko-Muko sebesar 18.837 orang (152%) dan

cakupan terendah di Kabupaten Kepahiang sebesar 16.067 orang (91%).

Sedangkan untuk Kabupaten Bengkulu utara cakupan pelayanan kesehatan

sebesar 1.787 orang (100%).

Data yang tercatat di Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkulu utara tahun

2015, cakupan pelayanan kesehatan tertinggi di Puskesmas Air Bintunan

dengan jumlah wanita usila 340 orang (100%), cakupan pelayanan kesehatan

kedua di puskesmas air lais dengan jumlah wanita usila 146 orang (100%),

dan cakupan pelayanan kesehatan ketiga Puskesmas Sebelat 64 orang (100%).

Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh peneliti tanggal 21

Februari 2017 di Wilayah Kerja Puskesmas Sebelat terdapat 5 ibu menopause,

2 orang mengalami menopause umur <45 tahun, dengan usia menarche >16

tahun, dan usia melahirkan <40 tahun. 1 ibu mengalami menopause usia 55

tahun dengan usia menarche 10 tahun, dan usia melahirkan terakhir 39 tahun.

1 ibu mengalami menopause umur 56 tahun dengan usia menarche 12 tahun

dan usia melahirkan anak terakhir 41 tahun. 1 ibu mengalami menopause usia

54 tahun dengan usia menarce 14 tahun dan mempunyai anak 4 orang. Dari

data survei awal yang berjumlah 5 orang diketahui bahwa 2 orang ibu

mengalami menopause dini.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Faktor-faktor yang berhubungan dengan usia ibu

menopause di Wilayah Kerja Puskesmas Sebelat Bengkulu Utara.”


4

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ apa saja faktor-faktor

yang berhubungan dengan usia ibu menopause di wilayah kerja Puskesmas

Sebelat Bengkulu Utara ?” .

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mempelajari faktor-faktor yang berhubungan dengan usia ibu

menopouse di Wilayah Kerja Puskesmas Seblat Bengkulu Utara.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran usia ibu menopause di Wilayah Kerja

Puskesmas Sebelat Bengkulu Utara.

b. Untuk mengetahui gambaran menarche pada ibu menopause di Wilayah

Kerja Puskesmas Sebelat Bengkulu Utara.

c. Untuk mengetahui gambaran usia ibu melahirkan anak terakhir di Wilayah

Kerja Puskesmas Sebelat Bengkulu Utara.

d. Untuk mengetahui gambaran paritas pada ibu menopause di Wilayah Kerja

Puskesmas Sebelat Bengkulu Utara.

e. Untuk mengetahui hubungan menarche dengan usia ibu menopause di

Wilayah Kerja Puskesmas Sebelat Bengkulu Utara.

f. Untuk mengetahui hubungan usia ibu melahirkan anak terakhir dengan

usia ibu menopause di Wilayah Kerja Puskesmas Sebelat Bengkulu Utara.

g. Untuk mengetahui hubungan paritas dengan usia ibu menopause di

Wilayah Kerja Puskesmas Sebelat Bengkulu Utara.


5

h. Untuk mengetahui faktor dominan yang berhubungan dengan usia ibu

menopause di Wilayah Kerja Puskesmas Sebelat Bengkulu Utara.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi STIKES Tri Mandiri Sakti

Penelitian ini dapat menambah refrensi pustaka untuk bahan bacaan

sehingga dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan bagi mahasiswa

STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu khususnya mahasiswa kebidanan

sehingga dapat menerapkannya di masyarakat.

2. Bagi Puskesmas Sebelat

Sebagai masukan bagi tim kesehatan Puskesmas untuk lebih

memperhatikan keluhan-keluhan ibu menopause serta memberikan informasi

tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhih usia menopouse.

3. Bagi Responden

Sebagai tambahan pengetahuan dan informasi tentang faktor-faktor yang

dapat memepengaruhi usia menopouse di puskesmas Sebelat Bengkulu Utara.

4. Bagi peneliti lain

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan tambahan pengetahuan

dan wawasan bagi peneliti lain serta dapat di gunakan sebagai referensi untuk

penelitian selanjutnya.
6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Menopause

a. Definisi

Menopause adalah berhentinya siklus menstruasi untuk selamanya

bagi wanita yang sebelumnya mengalami menstruasi setiap bulan, yang

disebabkan oleh jumlah folikel yang mengalami atresia terus meningkat,

sampai tidak tersedia lagi folikel serta dalam 12 bulan terakhir mengalami

amenore dan bukan disebabkan oleh keadaan patologis (Fitri, 2017).

Menurut Sibagariang (2016), menopause adalah haid terakhir yang

dialami oleh wanita yang masih dipengaruhi oleh hormone reproduksi

yang terjadi pada usia menjelang atau memasuki usia 50 tahun.

Menopause adalah keadaan wanita yang mengalami penurunan fungsi

indung telur, sehingga produksi hormone estrogen berkurang yang

berakibat terhentinya menstruasi untuk selamanya (mati menstruasi)

(Kumalasari, 2012).

Menurut Purwoastuti (2012), menopause adalah haid terakhir pada

wanita, yang juga sering diartikan sebagai berakhirnya fungsi reproduksi

seorang wanita. Oleh karena itu, tidak jarang seorang wanita takut

mengahadapi saat menopausenya.

6
7

b. Etiologi

Menurut Sibagariang (2016) faktor-faktor yang mempengaruhi

menopause adalah sebagai berikut:

1) Umur saat haid pertama kali (menarche)

Menarche biasanya terjadi pada usia 12 tahun di negara-negara

berkembang maju, menunjukkan bahwa seorang anak wanita telah

mamasuki usia subur. Menarche merupakan tanda kedewasaan dan

gadis yang mengalami menarche dianggap sudah masanya melakukan

tugas-tugas sebagai seorang wanita.

2) Paritas

Beberapa peneliti menemukan bahwa semakin sering seseorang

melahirkan maka, semakin tua atau semakin lama mereka memasuki

menopause.

3) Faktor psikis

Keadaan wanita yang tidak menikah dan bekerja di duga

mempengaruhi perkembangan psikis seorang wanita. Menurut

beberapa penelitian mereka akan mengalami masa menopause lebih

muda dibandingkan mereka yang menikah dan tidak bekerja atau tidak

menikah dan tidak bekerja.

4) Pemakaian alat kontrasepsi

Pemakaian kontrasepsi ini khususnya alat kontrasepsi hormonal. Hal

ini bisa terjadi karena cara kerja kontrasepsi yang menekan fungsi

indung telur sehingga tidak memproduksi sel telur.


8

5) Merokok, ada dugaan wanita yang merokok akan lebih cepat

mengalami menopause.

6) Nutrisi, wanita yang kesehatan dan asupan gizinya baik cenderung

akan lebih lambat memasuki masa menopause

Menurut Kumalasari (2012), Faktor-faktor yang mempengaruhi usia

menopause diantaranya :

1) Usia haid pertama kali (menarche).

Semakin muda seorang mengalami menstruasi pertam kalinya,

semakin tua atau semakin lama ia memasuki masa menopouse.

2) Jumlah anak.

Beberapa peneliti menemukan bahwa makin sering seorang wanita

melahirkan maka semakin tua atau lama mereka memasuki masa

menopouse.

3) Usia melahirkan.

Semakin tua seseorang melahirkan seorang anak, semakin tua ia mulai

memasuki menopouse. Hal ini terjadi karena kehamilan dan persalinan

akan memperlambat proses penuaan tubuh.

4) Faktor psikis.

Keadaan seorang wanita yang tidak menikah dan bekerja diduga

memengaruhi perkembangan psikis seorang wanita. Menurut beberapa

penelitian, mereka akan mengalami masa menopouse lebih muda,

dibandingkan mereka yang menikah dan tidak bekerja/bekerja atau

tidak menikah dan tidak bekerja.


9

5) Wanita dengan histerektomi.

Menopouse juga dapat terjadi pada wanita yang mengalami

pengangkatan rahim (histerektomi, misalnya sebagai akibat adanya

tumor diuterus. Mereka akan mengalami gejala menopouse pada usia

yang lebih muda).

6) Pemakaian kontrasepsi.

Kontrasepsi jenis hormonal bekerja dengan cara menekan fungsi

indung telur sehingga tidak memproduksi sel telur. Pada wanita yang

menggunakan kontrasepsi ini akan lebih lama atau tua memasuki

menopouse.

7) Merokok.

Wanita merokok diduga akn lebih cepat memasuki masa menopouse.

8) Sosial ekonomi.

Status sosial ekonomi, di samping pendidikan dan pekerjaan suami,

begitu juga hubungan antara tinggi badan dan berat badan wanita

diduga dapat mempengaruhi usia menopouse.

9) Budaya dan lingkungan.

Pengaruh budaya dan lingkungan sudah dibuktikan sangat

memengaruhi wanita untuk dapat atau tidak dapat menyesuiakan diri

dengan fase klimakterium dini.


10

c. Gejala menopause

Menurut Fitri (2017) gejala-gejala menopause adalah sebagai berikut:

1) Gejala umum

a) Haid kadang dating kadang tidak.

b) Haid yang keluar sangat sedikit.

c) Adanya gangguan vasomotoris berupa penyempitan atau pelebaran

pembulu darah.

d) Pusing disertai sakit kepala.

e) Berkeringat tidak hentinya.

f) Gangguan syaraf.

2) Gejala psikologik

Jantung berdebar, perasaan tegang atau tertekan, sulit tidur, mudah

tersinggung, mudah panik, sukar berkonsentrasi, mudah lelah,

hilangnya minat pada banyak hal, perasaan tidak bahagia, mudah

menangis.

3) Gejala somatic

Perasaan kepala pusing, atau badan terasa tertekan, sebagian tubuh

terasa tertusuk duri, sakit kepala, nyeri otot atau persendian, dan

kesukaran bernapas.

4) Gejala vasomotor

Gejala panas (hot flashes) dan berkeringat di malam hari


11

Menurut Sibagariang (2016) gejala-gejala menopause adalah sebagai

berikut:

1) Gangguan system vasomotor (saraf yang mempengaruhi penyempitan

atau pelebaran pembuluh darah) berupa hot flushes (gejolak panas),

vertigo, keringat banyaj, parestesia (gangguan perasaan kulit seperti

kesemutan).

2) Gangguan system konstitusional berupa berdebar-debar, nyeri tulang

belakang, nyeri otot dan migran serta rasa takut.

3) Gangguan system psikis dan neurotic berupa depresi, kelelahan fisik

dan insomatik, susah tidur, serta rasa takut.

4) System lainnya berupa keputihan, sakit saat bersenggama, terganggu

libido, gangguan haid dan pruritus vulva (gatal pada alat kelamin luar

wanita).

5) Dapat pula terjadi gangguan klinis menonjol dengan penurunan

hormone estrogen, seperti dibawah ini:

a) Usia 53 tahun terjadi atrofi, dinding vagina menipis, sering

keputihan dan sakit saat senggama.

b) Usia 54-55 tahun gangguan kandung kemih.

c) Usia 55 tahun gangguan pada kulit, menjadi kering dan kasar.

d) Usia 63-65 tahun gangguan pada pembulu darah dan atero

sclerosis.
12

d. Klasifikasi menopause

Menurut Sibagariang (2016), klasifikasi menopause adalah sebagai

berikut:

1) Menopause dini

Menopause dini adalah menopause yang terjadi sebelum usia 48

tahun, sangat jarang menopause ini hanya dialami kurang dari 1%

wanita. Pengangkatan ovarium (oopheroctomy) merupakan sebab

paling umum terjadinya menopause dini dan juga sebab lain seperti

kehamilan ectopic rupture atau kanker ovarium.

2) Menopause terlambat

Wanita yang baru mengalami menopause pada umur 55 tahun

dianggap mengalami menopause terlambat. Menopause trelambat juga

bisa membawa beberapa konsekuensi karena tubuh anda harus

memproduksi estrogen lebih lama dari pada normalnya yang secara

teoritis dapat meningkatkan resiko kanker rahim dan payudara.

e. Tahap-tahap menopause

Menurut Fitri (2017) tahap-tahap menopause adalah sebagai berikut:

1) Pra menopause

Kekacauan pola mentruasi, perubahan psikologis dan perubahan fisik

(48-55 tahun).

2) Menopause

Menstruasi berhenti, peningkatan perubahan fisik dan psikologis (56-

60 tahun).
13

3) Pasca menopause

Keluahan perubahan fisik dan psikologis makin berkurang (60-65

tahun)

Menurut Prawirohardjo (2010), tahap-tahap menopause terdiri dari

sebagai berikut:

1) Pra-menopause

Masa sebelum menopause yang biasanya dimulai sejak usia 40

tahun, ditandai dengan peningkatan kadar FSH, tetapi sebelum diikuti

penurunan kadar estrogen sehingga pada umumnya siklus haid masih

teratur,pra-menopause adalah masa 4-5 tahun sebelum menopause.

2) Menopause

Masa perubahan antara pra-menopause dan menopause, ditandai

dengan kadar FSH mulai meningkat dan kadar estrogen yang tidak

teratur sehingga siklus haid tidak teratur disertai dengan perubahan-

perubahan fisiologis

3) Pasca Menopause

Setelah berakhirnya masa menopause dimana individu telah

mampu menyesuaikan dengan kondisinya berlangsung spada usia 56-

60 tahun.

f. Dampak negatif pada masa menopause

Menurut Kumalasari (2012), dampak negative yang dapat ersifat

jangka pendek dan panjang di antaranya sebagai berikut:

1) Jangka Pendek
14

a) Perubahan Fisik

(1) Perasaan panas (hot flushes).

(a) Rasa panas yang luar biasa pada wajah dan tubuh bagian

atas (seperti leher dan dada).

(b) Pada saat terjadi gejolak panas, warna kulit menjadi

kemerahan di daerah dada,leher dan wajah serta terasa

terasa adanya peningkatan suhu pada perabaan.

(c) Gejolak terjadi karena jaringan-jaringan yang sensitif atau

yang bergantung pada estrogen akan terpengaruh sewaktu

kadar estrogen menurun,

(d) Sering timbul di malam hari sehingga menyebabkan wanita

terbangun dari tidur.

(e) Terjadi hanya dalam hitungan menit sampai dengan 1 jam

(f) Rasa panas akan berkurang jika udara dingin, namun akan

lebih sering timbul dan sangat mengganggu jika dalam

keadaan stres.

(g) Rasa panas ini akan berkurang dan hilang setelah 4-5 tahun

pascamenopouse.

(2) Kelainan kulit, rambut,gigi, dan keluhan sendi/tulang.

(a) Rendahnya kadar estrogen dalam tubuh berpengaruh pada

jaringan kolagen yang berfungsi sebagai jaringan

penunjang pada tubuh.


15

(b) Hilangnya kolagen menyebabkan kulit kering dan keriput,

rambut terbelah-belah, rontok, gigi mudah goyang dan gusi

berdarah, sariawan kuku rusak, serta timbulnya rasa sakit,

dan ngilu pada persendian.

(3) Vagina kering.

(a) Perubahan pada organ reproduksi, diantaranya daerah

vagina sehingga dapat menimbulkan rasa sakit pada saat

berhubungan intim.

(b) Berkurangnya estrogen menyebabkan keluhan/gangguan

pada epitel vagina, jaringan penunjang, dan elasitas dinding

vagina, padahal epitel vagina mengandung banyak reseptor

estrogen yang sangat membantu mengurangi rasa sakit

dalam berhubungan seksual.

(4) Tidak dapat menahan air seni

Ketika usia bertambah, air seni sering tidak dapat ditahan

pada saat bersin dan batuk. Hal tersebut dikarenakan kadar

estrogen yang berkurang menyebabkan dinding serta lapisan

otot polos uretra wanita yang mengandung banyak reseptor

estrogen mengalami gangguan penutupan uretra, sehingga

salah satu dampaknya adalah inkonsitensia urine (tidak dapat

mengendalikan fungsi kandung kemih dan terjadi perubahan

pola aliran urine menjadi abnormal serta mudah terjadi infeksi

pada saluran kemih bagian bawah


16

(5) Penambahan berat badan.

Saat wanita mulai menginjak usia 40 tahun, biasanya

tubuhnya mudah menjadi gemuk, tetapi sebaliknya sangat sulit

menurunkan berat badannya. Berdasarkan penelitian, setiap

kurun 10, tahun akan bertambah berat badan atau tubuh lebar

kesamping secara bertahap. Hal ini dikarenakan turunnya

estrogen dan gangguan pertukaran zat dasar metabolisme

lemak.

(6) Gangguan mata.

Kurang dan hilangnya estrogen memengaruhi produksi

kelenjar mata sehingga mata tersa kering dan gatal.

(7) Nyeri tulang dan sendi.

Seiring dengan meningkatnya usia maka beberapa organ

tidak lagi mengadakan remodeling bahkan sebaliknya

mengalami proses penurunan karena pengaruh dari perubahan

organ lain, seperti tulang. Selain itu dengan bertambahnya usia,

penyakit yang timbul semakin beragam.

b) Perubahan psikologis.

Selain fisik, perubahan psikis juga sangat memengaruhi

kualitas hidup seorang wanita dalam menjalani masa menopouse.

Pengaruh perubahan psikis ini sangat bergantung pada pandangan

masing-masing wanita terhadap menopouse. Perubahan psikis pada

wanita pramenopouse, muncul karena perubahan fisik dan


17

hormonalnya yang berakibat pada peningkatan sensitivitas seperti

mudah tersinggung atau mudah marah, kurang percaya diri, sukar

berkonsentrasi, perubahan perilaku, menurunnya daya ingat,

kehilangan gairah seksual, depresi, dan mudah berubah suasana

hati.

2) Jangka Pajang

a) Osteoporosis

(1) Berkurangnya kepadatan tulang karena penurunan kadar

estrogen, sehingga tulang menjadi mudah rapuh dan patah.

(2) Osteoporosis umumnya terjadi pada tulang berongga, yaitu

tulang paha, panggul, dan lengan bawah.

(3) Osteoporosis dipercepat oleh kekurangan kalsium, sinar

matahari, aktivitas fisik dan olahraga, kekurangan gizi,

kelainan kelenjar gondok, merokok, dan penggunaan alcohol.

b) Penyakit jantung coroner

Berkurangnya estrogen dapat menurunkan kadar kolesterol baik

(High Density Lipoprotein/HDL) dan meningkatkan kadar

kolesterol jahat (Low Density Lipoprotein/LDL) yang

meningkatkan kejadian jantung coroner pada wanita.

c) Kepikunan (demensia tipe alzheimer)

Kurang estrogen mempengaruhi susunan saraf pusat atau otak

sehingga menyebabkan kesulitan berkonsentrasi, kehilangan


18

ingatan akan peristiwa jangka pendek, sukar tidur, gelisah, depresi,

sampai pada kepikunan tipe alzheimer.

g. Cara Mengatasi Masa Menopause

Menurut Kumalasari (2012), pencegahan dampak negatif pada

menopause antara lain:

1) Pemeriksaan alat kelamin

Pemeriksaan alat kelamin wanita bagian luar, liang vagina, dan leher

Rahim untuk melihat kelainan yang mungkin ada misalnya lecet,

keputihan, pertumbuhan abnormal seperti benjolan atau tanda radang.

2) Pap smear

Pemeriksaan ini dapat dilakukan setahun sekali, untuk melihat adanya

tanda-tanda radang dan deteksi awal bagi kemungkinan adanya kanker

pada saluran reproduksi. Dengan demikian pengobatan terhadap

adanya kelainan dapat segera dilakukan.

3) Perabaan payudara (sadari)

Ketidakseimbagan hormone yang terjadi akibat penurunan kadar

hormone estrogen dapat menimbulkan pembesaran atau tumor

payudara.

4) Makanan yang sehat, rendah lemak, tinggi serat, banyak mengandung

vitamin dan mineral, misalnya buah-buahan dan sayuran berwarna

hijau.

5) Penggunaan bahan makanan yang mengandung unsur fitoestrogen

seperti kedelai, tahu, tempe, papaya, dan semanggi merah


19

6) Penggunaan sumber makanan berkalsium seperti susu, yogurt, keju,

teri dan lain –lain dan menghindari rokok, kopi, dan alkohol.

7) Pertahankan berat badan sehat dan lakukan olahraga secara teratur.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi usia ibu menopause

a. Menarche

1) Definisi

Menurut Sukarni (2013) menarche merupakan menstruasi

pertama yang biasa terjadi dalam rentang usia 10-16 tahun atau pada

masa awal remaja dimana tengah masa pubertas sebelum memasuki

masa reproduksi. Sedangkan menurut Kusmiran (2012), menarche

adalah haid yang pertama kali terjadi pada seorang wanita dan

biasanya rata-rata terjadi pada umur 12-16 tahun.

Menarche adalah haid yang pertama kali dialami seorang wanita,

yang pada umumnya terjadi pada usia sekitar 14 tahun. Menarche

merupakan pertanda berakhirnya masa pubertas, masa peralihan dari

masa anak menuju masa dewasa. Selama kehidupan seorang

perempuan, haid dialami mulai dari menarche sampai menopause

(Prawirohardjo, 2011).

Menarche biasanya terjadi di usia sekitar 10 tahun. Pada

umumnya, sebelum memasuki masa menarche atau sekitar 5 bulan

sebelumnya, seorang perempuan akan mengalami keputihan yang

berwarna keputih-putihan atau kekuningan dan tidak berbau.

(Dianawati, 2006).
20

Menarche adalah menstruasi pertama yang biasa terjadi dalam

rentang usia 10 – 16 tahun atau pada masa awal remaja di tengah masa

pubertas sebelum memasuki masa reproduksi (Proverawati, 2009).

2) Gejala Menarhe

Menurut Sukarni (2013) gejala yang sering menyertai menarche

adalah sebagai berikut:

a) Rasa tidak nyaman disebabkan karena selama menstruasi volume

air di dalam tubuh kita berkurang.

b) Sakit kepala

c) Pegal-pegal di kaki dan dipinggang untuk beberapa jam

d) Kram perut dan sakit perut

e) Perubahan emosional yaitu perasaan suntuk, marah dan sedih yang

disebabkan oleh adanya pelepasan beberapa hormone.

Gejala yang sering menyertai menarche sakit kepala, pegal-pegal

di kaki dan dipinggang untuk beberapa jam, kram perut dan sakit

perut. Perasaan suntuk, marah dan sedih yang disebabkan oleh adanya

pelepasan beberapa hormon (Sastrawinata 2011).

3) Usia Menarche

Menstruasi pertama (menarche) pada remaja putri sering terjadi

pada usia 11 tahun. Namun tidak tertutup kemungkinan terjadi pada

rentang usia 8-16 tahun. Menstruasi merupakan pertanda masa

reproduksi pada kehidupan seorang perempuan yang dimulai dari

menarche sampai terjadinya menopause (Sibagariang, 2016).


21

Menurut Sukarni (2013), usia saat anak perempuan mulai

mendapat menstruasi sangat bervariasi. Terdapat kecenderuangan

bahwa saat ini anak mendapat menstruasi yang pertma kali pada usia

yang lebih muda. Ada yang berusia 12 tahun saat mendapat menstrusi

pertama kali, tapi ada juga yang 8 tahun sudah memulai siklusnya, bila

usia 16 tahun baru mendapat menstruasipun dapat terjadi.

Menurut Sastrawinata (2011), usia menarche dibagi menjadi :

a) Menarche Prekoks (sudah ada haid sebelum umur 10 tahun.

b) Menarche Normal (usia remaja pada waktu pertama kalinya haid

(menarche) yaitu usia 10-14 tahun.

c) Menarche Tarda (menarche yang baru datang setelah usia 14 tahun

dan tidak lebih dari usia 18 tahun)

4) Patofisiologi menarche

Menarche dimulai dari adanya perubahan-perubahan yang terjadi

pada resepto-reseptor dihipotalamus. Steroid seks yang berasal dari

adrenal maupun ovarum membuat reseptor-reseptor hipotalamus

menjadi peka, sehingga memudahkan pengeluaran FSH (Folikel

Stimulating Hormone) dari hipofisis anterior. Kemudian FSH

membangkitkan pematangan folikel primer menjadi folikel degraf,

yang berakibat pada peningkatan sekresi estrogen (Sibagariang, 2016).

Hormon estrogen menekan pengeluaran FSH tapi merangsang

pituitary anterior mangaluarkan LH (luteinizing Hormone), kemudian

LH memicu ovarium dan terjadilah ovulasi. Folikel degraf yang


22

mengalami ovulasi berkembang menjadi korpus luteum dan

menghasilkan hormon progesteron. Progesteron akan mempengaruhi

perkembangan korpus luteum. Bilamana tidak terjadi nidasi, estrogen

dan progesteron akanmenghambat FSH dan LH, sehiingga terjadi

penyempitan pembuluh-pembuluh darah endometrium yang berlanjut

dengan iskemia sehingga endometrium terlepas dan terjadi menstruasi

atau haid (Jacoeb, 2011).

5) Faktor-faktor yang mempengaruhi menarche.

Menurut Sastrawinata (2011), faktor-faktor yang mempengaruhi

menarche yaitu sebagai berikut :

a) Faktor keturunan

Saat timbulnya menarche juga kebanyakan ditentukan oleh pola

dalam keluarga. Hubungan antara usia menarche sesama saudara

kandung lebih erat dari pada antara anak dan ibu

b) Keadaan gizi

Makin baik nutrisi mempercepat usia menarche. Beberapa ahli

mengatakan anak peremppuan dengan jaringan lemak yang lebih

bamnyak, lebih cepat mengalami menarche daripada anak kurus.

c) Kesehatan umum

Badan yang lemah atau penyakit yang mendera seorang anak gadis

seperti penyakit kronis, terutama yang memengaruhi masukan

makanan dan oksigenasi jaringan dapat memperlambat menarche.


23

b. Usia ibu melahirkan anak terakhir

1) Definisi

Usia adalah rentang waktu kehidupan dan lamanya hidup yang

diukur dengan tahun sejak dilahirkan hingga waktu umur itu dihitung,

dikatakan usia yang aman bagi wanita untuk hamil dan bersalin adalah

20-35 tahun (Mubarak, 2012).

Menurut Prasetyawati (2012), umur adalah usia individu yang

terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Jika dilihat

dari sisi biologis, usia lebih 20 sampai 35 tahun merupakan masa yang

pas untuk hamil dan melahirkan.

Usia ibu melahirkan anak terakhir adalah usia saat ibu melahirkan

anak terakhirnya. Ibu yang melahirkan anak terakhirnya di atas 40

tahun proses penuaan tubuh akan menjadi lambat karena proses

kehamilan dan persalinan akan memperlambat sistem kerja reproduksi

(Kumalasari, 2012).

2) Patofisiologi

Proses kehamilan dan persalinan akan memperlambat sistem kerja

organ reproduksi karena fungsi korpus luteum tetap berfungsi

sebagaimana mestinya. Pada saat kehamilan ovum dibuahi oleh

spermatozoa, maka korpus luteum akan dipertahankan oleh korionik

gonadotropin yang dihasilkan oleh sinsisiotrofoblas disekitar blastokis

menjadi korpus luteum kehamilan. Korpus luteum kehamilan ini

memproduksi estrogen dan progesteron (Kumalasari, 2012).


24

Progesteron yang dihasilkan oleh korpus luteum sangat

diperlukan untuk menyiapkan proses implantasi di dinding uterus dan

proses kehamilan dalam trimester pertama. Progesteron yang

dihasilkan dari korpus luteum juga menyebabkan peningkatan suhu

tubuh basal yang terjadi setelah ovulasi akan tetap bertahan.

Konsentrasi tinggi estrogen dan progesteron yang dihasilkan oleh

plasenta menimbulkan perubahan pada payudara, pigmentasi kulit,

dan pembesaran uterus (Syaifuddin, 2008).

Proses bersalin berbeda bagi wanita yang lebih tua. Setelah usia

diatas 35 tahun, ibu lebih banyak memiliki lebih banyak pengetahuan

mengenai apa yang terjadi saat melahirkan dan dukungan yang di

terima juga lebih banyak. Pengetahuan dan dukungan sangat luar

biasa membantu ibu berpartisipasi lebih dalam mengambil keputusan

mengenai pertolongan medis saat melahirkan. Di sisi lain, ibu

memasuki proses bersalin dengan komplikasi medis yang

meningkatkan kemungkinan intervensi seperti monitoring elektronik

terhadap janin dan kemungkinan menjalani oprasi caesarea (Goetzl,

2013).

c. Paritas

1) Definisi

Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin hidup,

bukan janin yang dilahirkan. Janin yang lahir hidup atau mati setelah

viabilitas dicapai, tidak mempengaruhi paritas (Bobak, 2012).


25

Paritas berasal dari kata bahasa artinya keadaan wanita yang

berkaitan dengan jumlah anak yang dilahirkan kemiripan yang

mendekati kesamaan. Selain itu paritas adalah jumlah anak yang telah

dilahirkan oleh seorang wanita (Ramali, 2011).

2) Klasifikasi

Menurut Bobak (2012), klasifikasi paritas dapat dibedakan

menjadi sebagai berikut:

a) Nuligravida adalah seorang wanita yang belum pernah hamil

b) Primigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama

kalinya

c) Multigravida adalah seorang wanita yang sudah hamil dua kali atau

lebih

d) Nulipara adalah seorang wanita yang belum pernah menjalani

kehamilan sampai janin mencapai tahap viabilitas.

e) Primipara adalah seorang wanita yang sudah menjalani kehamilan

sampai janin mencapai tahap viabilitas.

f) Multipara adalah seorang wanita yang sudah menjalani dua atau

lebih kehamilan dan menghasilkan janin sampai tahap viabilitas.

Viabilitas adalah kapasitas untuk hidup di luar uterus sekitar 22

minggu periode menstruasi (20 minggu kehamilan) atau berat janin

lebih dari 500 g.


26

Menurut Manuaba (2010) klasifikasi paritas dapat dibedakan

menjadi 3, yaitu :

a) Primipara

Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak

yang cukup besar untuk hidup di dunia luar (matur/prematur).

Primipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi

hidup untuk pertama kali.

b) Multipara

Multipara adalah wanita yang telah melahirkan anak hidup

beberapa kali dimana persalinan tersebut tidak lebih 5 kali.

c) Grandemultipara

Grandemultipara adalah wanita yang melahirkan 5 orang anak

hidup atau lebih.

3. Hubungan menarche, usia ibu melahirkan, dan paritas dengan usia ibu

menopause.

a. Hubungan menarche dengan usia menopause

Berdasarkan pendapat dari Speroff dan Reitz yang dikutip dari Jurnal

Senolinggi (2015) bahwa wanita yang terlambat mendapatkan menstruasi

pertamanya (menarche), pada usia 16 atau 17 tahun justru akan mengalami

menopause lebih dini sedangkan mereka yang haid lebih dini seringkali

akan mengalami menopause sampai pada usia mencapai 50 tahun.

Beberapa ahli yang melakukan penelitian menemukan adanya

hubungan antara usia pertama kali haid dengan usia seorang wanita
27

memasuki menopause. Kesimpulan dari penelitian-penelitian ini

mengungkapkan bahwa semakin muda seseorang mengalami haid pertama

kalinya semakin tua atau lama ia memasuki masa menopause (Kumalasari,

2012).

Menurut Senolinggi (2015), semakin dini seorang wanita mengalami

menarche maka semakin lambat ia mengalami menopause. Sebaliknya

semakin lambat seorang wanita mengalami menarche maka semakin dini ia

mengalami menopause. Sedangkan menurut Wiknjosastro (2010),

menopause berhubungan dengan menarche. Semakin dini menarche

terjadi, makin lambat menopause timbul. Sebaliknya, makin lambat

menarche terjadi, makin cepat terjadinya menopause

Cepat lambatnya awal menstruasi wanita merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi seseorang memasuki masa menopause. Wanita yang

terlambat mendapat menstruasi, misalkan pada usia 16 atau 17 tahun, akan

mengalami menopause lebih awal. Sedangkan wanita yang cepat mendapat

menstruasi, misalnya pada usia 10 atau 13 tahun, cenderung lebih lambat

memasuki masa menopause, biasanya kira-kira pada usia 50 tahun

(Wirakusumah, 2013)

Menopause rupanya ada hubungan dengan menarche. Makin dini

menarche terjadi, makin lambat menopause timbul sebaliknya makin

lambat menarche terjadi makin cepat menopause timbul. Mennarche yang

cepat terjadi karena wanita memiliki kadar estrogen yang tinggi. Karena

memiliki kadar estrogen yang tinggi sehingga semakin lama mengallami


28

penurunan fungsi pada alat-alat genetalia seperti mengakibatkan tidak

terjadinya atrofi alat-alat genetalia, uterus tidak mengecil dan endometrium

tidak mengalami atrofi sehingga hal ini dapat memperlambat usia

menopause (Sastrawinata, 2011).

b. Hubungan usia melahirkan anak terakhir dengan usia menopause

Semakin tua seseorang melahirkan anak, semakin tua pula memasuki

masa menopause. Hal ini terjadi karena kehamilan dan persalinan akan

memperlambat sistem kerja organ reproduksi, bahkan akan memperlambat

proses penuaan tubuh (Sibagariang, 2016).

Menopouse rata-rata terjadi pada usia 50 tahun, tetapi bisa terjadi

secara normal pada wanita yang berusia 40 tahun. Biasanya, ketika

mendekati masa menopouse, lama dan banyak darah yang keluar pada

siklus menstruasi cenderung bervariasi, tidak seperti biasanya. Pada

beberapa wanita, aktivitas menstruasi berhenti secara tiba-tiba, tetapi

biasanya terjadi secara bertahap (baik jumlah maupun lamanya) dan jarak

antara dua siklus menjadi lebih dekat atau lebih jarang. Ketidakteraturan

tersebut bisa berlangsung selam 2-3 tahun sebelum akhirnya siklus

menstruasi berhenti (El Manan, 2013).

Beberapa ahli yang melakukan penelitian menemukan adanya

hubungan aantara usia melahirkan anak terakhir dengan usia seorang

wanita memasuki menopause. Menurut penelitian yang dilakukan di Beth

Israel Denconess Medical Centre di Boston, menemukan bahwa wanita


29

yang masih melahirkan di atas 40 tahun akan mengalami usia menopause

yang lebih tua ( Jacoeb, 2011).

Seorang ibu yang tidak hamil atau tidak melahirkan diatas 40 tahun

maka akan terjadi kegagalan fungsi korpus luteum, kemudian turunnya

produksi steroid ovarium yang menyebabkan berkurangnya reaksi umapan

balik negatif terhadap hipotalamus. Keadaan ini meningkatkan produksi

FSH dan LH, ternyata yang paling mencolok peningkatannya adalah FSH.

Peningkatan kadar FSH merupakan petunjuk hormonal yang paling baik

untuk mendiagnosa sindrom menopause (Jacoeb, 2011).

c. Hubungan paritas dengan usia menopause

Semakin sering wanita melahirkan maka semakin tua atau lama

mereka memasuki masa menopause. Hal ini dikarenakan kehamilan dan

persalinan akan memperlambat sistem kerja organ reproduksi wanita dan

juga dapat memperlambat penuaan tubuh. Wanita yang melahirkan lebih

dari 3 kali mempunyai resiko kematian maternal dan lebih tinggi resiko

terjadinya komplikasi pada kehamilan, persalinan, dan nifas dibandingkan

dengan ibu yang mempunyai anak kurang dari 3 (Sibagariang, 2010).

Beberapa ahli yang melakukan penelitian menemukan adanya

hubungan antara paritas dengan usia seorang wanita memasuki menopause.

Menurut penelitian yang dilakukan di kecamatan Unggaran Timur

mengatakan bahwa terjadi penurunan jumlah paritas dari tahun ke tahun.

Sehingga di dapatkan ibu yang mengalami menopause terlalu cepat

(Widyayanti, 2012).
30

Wanita menjelang menopause akan mengalami penurunan berbagai

fungsi tubuh, sehingga akan berdampak pada ketidaknyamanan dalam

menjalani kehidupan. Diperlukan sikap positif dengan diimbangi oleh

informasi atau pengetahuan yang cukup, sehingga ibu lebih siap baik siap

secara fisik, mental, dan spiritual (Atik, 2010).

Paritas didefinisikan sebagai keadaan melahirkan anak baik hidup

ataupun mati, tetapi bukan aborsi, tanpa melihat jumlah anaknya dengan

demikian, kelahiran kembar hanya dihitung sebagai satu kali paritas.

Banyak hal yang dapat mempengaruhi usia menopause, diantaranya

pengaruh genetic, riwayat ovarektomo, indeks massa tubuh, kebiasaan

merokok, usia menarche dan jumlah paritas (Widyayanti, 2012).

B. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Menarche

Usia melahirkan
Usia menopause
anak terakhir

Paritas

Bagan 1
Kerangka Konsep Penelitian
31

C. Definisi Operasional

Tabel 1
Definisi Oprasional

Variabel Definisi Alat Cara Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur Ukur Ukur
Dependen
usia Usia ibu yang Kuesi Wawa 0: Menopause dini, Nominal
Menopause sudah oner ncara jika usia
mengalami menopause ibu
menopause <48 tahun
1: Menopause normal,
jika usia
menopause ibu 48-
55 tahun
2: Menopause
terlambat, jika usia
menopause ibu >
55 tahun
Independen
Menarche Menstruasi Kuesi Wawa 0 : ibu yang usia Nominal
pertama yang oner ncara menarche ≥15
biasa terjadi tahun
dalam rentang 1 : ibu yang usia
usia 10 – 16 menarche 10-14
tahun tahun
2 : ibu yang usia
menarche <10
tahun
Usia wanita yang Kuesi Wawa 0 : ibu yang Nominal
Melahirkan masih oner ncara melahirkan
terakhir melahirkan di berusia <35 tahun
atas 40 tahun 1 : ibu yang
melahirkan
berusia≥35 tahun

Paritas Banyaknya Kuesi Wawa 0 : Primipara, jika Nominal


bayi yang telah oner ncara anak pertama
dilahirkan oleh 1 : Multipara, jika
seorang ibu anak 2-3
dalam keadaan 2 : Grandemultipara,
hidup maupun jika anak > 3
mati

D. Hipotesis
32

Ha1 : Ada hubungan menarche dengan usia menopause di Wilayah Kerja

Puskesmas Sebelat Bengkulu Utara

H01 : Tidak ada hubungan menarche dengan usia menopause di Wilayah

Kerja Puskesmas Sebelat Bengkulu Utara

Ha2 : Ada hubungan usia melahirkan terakhir dengan usia menopause di

Wilayah Kerja Puskesmas Sebelat Bengkulu Utara

H02 : Tidak ada hubungan usia melahirkan terakhir dengan usia menopause

di Wilayah Kerja Puskesmas Sebelat Bengkulu Utara

Ha3 : Ada hubungan paritas dengan usia menopause di Wilayah Kerja

Puskesmas Sebelat Bengkulu Utara

H03 : Tidak ada hubungan paritas dengan usia menopause di Wilayah Kerja

Puskesmas Sebelat Bengkulu Utara

Ha4 : Ada hubungan antara faktor dominan dengan usia menopause di

Wilayah Kerja Puskesmas Sebelat Bengkulu Utara.

H04 : Tidak ada hubungan antara faktor dominan dengan usia menopause di

Wilayah Kerja Puskesmas Sebelat Bengkulu Utara.


33

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Sebelat

Bengkulu Utara dan akan dilaksanakan pada bulan April 2017.

B. Desain Penelitian.

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah survey

analitik dengan menggunakan metode pendekatan cross sectional yaitu suatu

penelitian dimana variabel independen (menarche, usia melahirkan terakhir,

dan paritas) dan dependen (usia menopause) di Wilayah Kerja Puskesmas

Sebelat Bengkulu Utara di ukur dalam waktu yang sama.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah wanita yang telah mengalami

menopause yang ada di wilayah kerja puskesmas Sebelat Bengkulu Utara

yaitu selama periode bulan Januari-Maret 2017, yang berjumlah 116

orang.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu menopouse, cara

pengambilan sampel dengan menggunakan metode Total Sampling yaitu

wanita yang telah mengalami menopause yang ada di wilayah kerja

puskesmas Sebelat Bengkulu Utara sebanyak 116 dijadikan sampel.

33
34

Pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunakan

kriteria inklusi, yaitu :

a. Wanita yang telah mengalami menopause atau tidak mendapatkan

menstruasi lebih dari setahun.

b. Sudah pernah melahirkan

c. Berdomisili di Wilayah Kerja Puskesmas Sebelat Bengkulu Utara

d. Sehat jasmani dan rohani

e. Bersedia menjadi responden

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Merupakan data yang didapa langsung dari wanita menopause di

Wilayah Kerja Puskesmas Sebelat Bengkulu Utara.

2. Data Sekunder

Merupakan data penunjang atau pelengkap yang diambil langsung dari

laporan di Wilayah Kerja Puskesmas Sebelat Bengkulu Utara.

E. Teknik Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul dan dianalisis dengan tehnik perhitungan

secara komputerisasi dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Pemeriksaan (Editing Data)

Dilakukan untuk memeriksa dan memastikan kelengkapan data yang

diperoleh, dilakukan pengecekan dokumentasi pasien apakah sudah sesuai

dengan data yang dibutuhkan peneliti.


35

2. Pengkodean (Coding Data)

Koding merupakan kegiatan merubah data atau bilangan dengan

memberikan kode-kode setiap variabel dengan maksud untuk memperoleh

data.

3. Pemasukan data (Entry Data)

Data yang telah dikoding dimasukkan kedalam tabel agar dihitung secara

statistik/memasukkan data dari kuesioner kedalam paket program

komputer.

4. Proses (prosessing data )

Data yang sudah diperiksa dan telah melewati pengkodean, selanjutnya

diproses agar dapat dianalisa dengan memasukan data format

pengumpulan data ke komputer dengan menggunakan bantuan SPSS.

5. Pembersihan data (Cleaning Data)

Sebelumnya Analisis data yang sudah dimasukkan dilakukan

pengecekkan, jika ditemukan kesalahan, maka entry data dapat diperbaiki

dan dinilai (Score) yang ada sesuai dengan pengumpulan data.

F. Teknik Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang

variabel independen (menarche, usia melahirkan anak terakhir, dan

paritas) dengan variabel dependen (usia menopause).


36

2. Analisis Bivariat

Analisis yang digunakan untuk melihat hubungan yang bermakna atau

tidak antara variabel independen (menarche, usia melahirkan anak

terakhir, dan paritas) dan variabel dependen (usia menopause) dengan

menggunakan analisis chi-square. sedangkan untuk mengetahui keeratan

hubungan dengan menggunakan uji statistic Contingency Coefficient (C).

3. Analisis Multivariat

Analisis multipariat bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel

independen secara serentak dengan variabel dependen di Puskesmas

Sebelat Bengkulu Utara.

Anda mungkin juga menyukai

  • Konsep
    Konsep
    Dokumen7 halaman
    Konsep
    Antonius Franklin
    Belum ada peringkat
  • Lampiran Depan
    Lampiran Depan
    Dokumen9 halaman
    Lampiran Depan
    Antonius Franklin
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen24 halaman
    Bab Ii
    Antonius Franklin
    Belum ada peringkat
  • Yurike
    Yurike
    Dokumen21 halaman
    Yurike
    Antonius Franklin
    Belum ada peringkat
  • Master Tabel
    Master Tabel
    Dokumen3 halaman
    Master Tabel
    Antonius Franklin
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka
    Antonius Franklin
    Belum ada peringkat
  • KUESIONER Pengetahuan, Sikap, Kunjungan Ibu Ke Posyandu
    KUESIONER Pengetahuan, Sikap, Kunjungan Ibu Ke Posyandu
    Dokumen3 halaman
    KUESIONER Pengetahuan, Sikap, Kunjungan Ibu Ke Posyandu
    Antonius Franklin
    Belum ada peringkat
  • Pengajuan Agusti
    Pengajuan Agusti
    Dokumen5 halaman
    Pengajuan Agusti
    Antonius Franklin
    Belum ada peringkat
  • DAFTAR PUSTAKA Ok
    DAFTAR PUSTAKA Ok
    Dokumen3 halaman
    DAFTAR PUSTAKA Ok
    Antonius Franklin
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka
    Antonius Franklin
    Belum ada peringkat
  • Berita Acara Bimbingan
    Berita Acara Bimbingan
    Dokumen1 halaman
    Berita Acara Bimbingan
    Antonius Franklin
    Belum ada peringkat
  • Agusti
    Agusti
    Dokumen15 halaman
    Agusti
    Antonius Franklin
    Belum ada peringkat
  • Proposal
    Proposal
    Dokumen40 halaman
    Proposal
    Antonius Franklin
    Belum ada peringkat
  • Sop Kompres Hangat
    Sop Kompres Hangat
    Dokumen2 halaman
    Sop Kompres Hangat
    Antonius Franklin
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustak1
    Daftar Pustak1
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustak1
    Antonius Franklin
    Belum ada peringkat
  • Proposal Yayan
    Proposal Yayan
    Dokumen38 halaman
    Proposal Yayan
    Antonius Franklin
    Belum ada peringkat
  • ABSTRAK Dobi
    ABSTRAK Dobi
    Dokumen1 halaman
    ABSTRAK Dobi
    Antonius Franklin
    Belum ada peringkat
  • BAB 4-5 Baru
    BAB 4-5 Baru
    Dokumen20 halaman
    BAB 4-5 Baru
    Antonius Franklin
    Belum ada peringkat
  • JURNAL
    JURNAL
    Dokumen9 halaman
    JURNAL
    Antonius Franklin
    Belum ada peringkat
  • Proposal
    Proposal
    Dokumen40 halaman
    Proposal
    Antonius Franklin
    Belum ada peringkat
  • Proposal
    Proposal
    Dokumen43 halaman
    Proposal
    Antonius Franklin
    Belum ada peringkat
  • Proposal
    Proposal
    Dokumen36 halaman
    Proposal
    Antonius Franklin
    100% (1)
  • Format Pengkajian
    Format Pengkajian
    Dokumen4 halaman
    Format Pengkajian
    Antonius Franklin
    Belum ada peringkat
  • Lembar Observasi
    Lembar Observasi
    Dokumen1 halaman
    Lembar Observasi
    Antonius Franklin
    Belum ada peringkat
  • Kuesioner Emilia
    Kuesioner Emilia
    Dokumen5 halaman
    Kuesioner Emilia
    Antonius Franklin
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen4 halaman
    Bab Iii
    Antonius Franklin
    Belum ada peringkat
  • Bab I-Iii
    Bab I-Iii
    Dokumen79 halaman
    Bab I-Iii
    Antonius Franklin
    Belum ada peringkat
  • BAB I SK Wayan Eka Bawe
    BAB I SK Wayan Eka Bawe
    Dokumen8 halaman
    BAB I SK Wayan Eka Bawe
    Antonius Franklin
    Belum ada peringkat
  • Bab 1-3
    Bab 1-3
    Dokumen35 halaman
    Bab 1-3
    Antonius Franklin
    Belum ada peringkat