Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

ASFIKSIA

RUANG PERINATOLO

GI RSUD BANYUMAS

YOPI AJI NUGROHO

1911040079

PROGRAM PENDIDIKAN NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERO


LAPORAN PENDAHULUAN

ASFIKSIA

1. DEFINISI ASFIKSIA
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi yang baru dilahirkan tidak segera
bernafas secara spontan dan teratur setelah dilahirkan menurut Mochtar (2011).
Asfiksia adalah kegagalan untuk memulai dan melanjutkan pernafasan secara
spontan dan teratur pada saat bayi baru lahir atau beberapa saat sesudah lahir. Bayi
mungkin lahir dalam kondisi asfiksia (Asfiksia Primer) atau mungkin dapat bernafas
tetapi kemudian mengalami asfiksia beberapa saat setelah lahir ( Asfiksia Skunder)
(Icesmi & Sudarti, 2014:158)
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir (Rukiyah & Yulianti, 2013).
Asfiksia Neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas
secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam
uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam
kehamilan, persalinan atau segera lahir (Prawiro Hardjo, Sarwono, 2007).
Asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan
dengan sempurna, sehingga tindakan perawatan dilaksanakan untuk mempertahankan
kelangsungan hidup dan mengatasi gejala lanjut yang mungkin timbul. Untuk
mendapatkan hasil yang memuaskan, beberapa faktor perlu dipertimbangkan dalam
menghadapi bayi dengan asfiksia.
2. ETIOLOGI
Adapun faktor yang dapat menyebabkan asfiksia menurut (Lia Dewi, 2014)
A. Faktor keadaan ibu
Penyakit kronis (TBC, jantung, kekurangan gizi, ginjal)
a. Penyakit selama kehamilan (preeklamsi dan ekslamsi)
b. Penyakit genetic
c. Persalinan patologis (presentasi bokong, letak lintang, partus lama atau
partus macet, demam sebelum dan selama persalinan, vakum ekstraksi,
forceps)
d. Infesksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
e. Kehamilan lebih bulan (lebih 42 minggu kehamilan)
B. Faktor plasenta
1) Infark plasenta
Yaitu terjadinya pemadatan plasenta, nuduler dank eras sehingga tidak
berfungsi dalam pertukaran nutrisi
2) Solusiom plasenta
Adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri
sebelum lahir. Biasanya terjadi pada trimester III, walaupun dapat pula
terjadi pada setiap saat dalam kehamilan.
3) Plasenta previa
Plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus sehingga
dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Pada keadaan
normal plasenta terletak di bagian atas uterus.
C. Faktor janin
a. Kelainaan genetika
b. Kelainan kromosom
c. Kelainan pertumbuhan
d. Malnutrisi janin
Bila malnutrisi janin terjadi di awal kehamilan, maka bayi bisa lahir mati,
dapat juga terjadi pertumbuhan lambat, sehingga terjadi apa yang disebut
SGA (Small For Gestational Age) atau bayi lebih kecil dari yang
seharusnya sesuai umur.
D. Faktor keadaan bayi
a. Bayi premature (kehamilan kurang dari 37 minggu)
b. Persalinan patologis (presentasi bokong, gemeli, distosia bahu, ekstraksi
vakum, forceps)
c. Kelainan kongenital yang memberi dampak pada pernafasan bayi
d. Aspirasi meconium pada air ketuban bercampur meconium (warna
kehijauan)

3. MANIFESTASI KLINIS
Adapun manifestasi klinis asfiksia menurut (Rahmaharyanti, 2014) :
A. Pada Kehamilan
Denyut jantung janin lebih cepat dari 160x/menit atau kurang dari dari 100x/menit,
halus dan ireguler serta adanya pengeluaran mekonium.
a. Jika DJJ normal da nada mekonium : janin mulai asfiksia
b. Jika DJJ 160x/menit ke atas da nada mekonium : janin sedang asfiksia
c. Jika DJJ 100x/menit ke bawah da nada mekonium : janin dalam gawat
B. Pada bayi setelah lahir
a. Bayi pucat dan kebiruan-biruan
b. Usaha bernafas minimal atau tidak ada
c. Hipoksia
d. Asidosis metabolic atau respiratori
e. Perubahan fungsi jantung
f. Kegagalan system multiorgan
g. Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neurologik,
kejang, nistagmus (gerkan ritmik tanpa control pada mata yang terdiri dari
tremor kecil yang cepat ke satu arah dan yang lebih besar, lebih lambat,
berulang-ulang ke arah yang berlawanan) dan menangis kurang baik/tidak
baik.
Tabel APGAR score (Rahmaharyanti,2014)
Tanda 0 1 2
Frekuensi Tidak ada Kurang dari 100x/menit Lenih dari 100x/menit
jantug
Usaha nafas Tidak ada Lambat tidak teratur Menangis kuat
Tonus otot Lumpuh Ekstremitas fleksi Gerakan aktif
Reflek Tidak ada Gerakan sedikit Gerakan
kuat/melawan
Warna Biru/ pucat Tubuh kemerahan,ekstremitas Seluruh tubuh
biru kemerahan
Apabila nilai apgar Menurut (Arief & Sari, 2009) : 7 – 10: bayi
mengalami asfiksia ringan atau dikatakan bayi dalam keadaan normal = frekuensi
jantung lebih dari 100/menit, usaha nafas : menangis kuat, tonus otot : gerakan
aktif, reflek gerakan kuat/melawan, warna : Seluruh tubuh kemerahan. 4 – 6: bayi
mengalami asfiksia sedang = frekuensi jantung kurang dari 100/menit, usaha
nafas: lambat tidak teratur, tonus otot : ekstremitas fleksi, reflek : gerakan sedikit,
warna : tubuh kemerahan ekstremitas biru. 0 – 3: bayi mengalami asfiksia berat =
frekuensi jantung tidak ada, usaha nafas : tidak ada, tonus otot: lumpuh, reflek :
tidak ada, warna : biru/pucat.

h. Downe Skore pada neonatus post asfiksia (Gopalan & Jain, 2005).
Tabel downe score
Parameter 0 1 2
Respiratory rate Kurang dari 60 60-80 >80 or apnea
Cyanosis None In air in 40% O2
Suara merintih None Audible with Audible to naked
stethoscope ear
Retraction None Mild Moderate severe
Air entry Good Decreased Barely audible
1) Skor kurang dari 3 termasuk gawat nafas ringan
2) Skor 4-5 termasuk gawat nafas sedang
3) Skor lebih dari 6 termasuk gawat nafas berat

4. PATOFISIOLOGI
Pada proses kelahiran selalu menimbulkan asfiksia ringan yang bersifat sementara,
proses ini perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat pernafasan primary
gaspingyang kemudian berlanjut pernafasan teratur. Sifat asfiksia ini tidak
berpengaruh buruk karena reaksi adaptasi bayi dapat mengatasinya. Kegagalan
pernafasan mengakibatkan berkurangnya oksigen dan meningkatkan karbondioksida
diikuti oleh asidosis respiratorik apabila proses ini berlanjut maka metablisme sel akan
berlangsung yang berupa glikolisis glikogen sehingga sumber utama glikogen pada
jantung dan hati akan berkurang dan akan menyebabkan asidosis metabolic.
Sehubungan dengan proses tersebut maka fase awal asfiksia ditandai dengan
pernafasan cepat dan dalam selama tiga menit (periode hiperapnue) diikuti dengan
apnea primer kira-kira satu menit dimana denyut jantung dan tekanan darah menurun.
Kemudian bayi akan memulai bernafas 10x/menit selama beberapa menit, gasping ini
semakin melemah sehingga akan timbul apneu sekunder. Pada keadaan ini tidak
terlihat jelas setelah dilakukannya pembersihan jalan nafas maka bayi akan bernafas
dan menangis kuat. Pemakaian sumber glikogen untuk energi dalam waktu singkat
dapat menyebabkan hipoglikemi pada bayi, pada asfiksia berat dapat menyebabkan
kerusakan membran sel terutama susunan sel saraf pusat sehingga mengakibatan
gangguan elektrolit, hiperkalemi dan pembengkakan sel. Kerusakan pada sel otak
berlangsung setelah asfiksia terjadi 8-10 menit. Manifestasi kerusakan sel otak setelah
terjadi pada 24 jam pertama didapatkan gejala seperti kejang subtel, fokal klonik
manifestasi ini dapat muncul sampai hari ke tujuh maka perlu dilakukannya
pemeriksaan penunjang seperti ultrasonografi kepala dan rekaman elektroensefaografi.

Bayi baru lahir (BBL)

Etiologi

Faktor ibu : Faktor tali pusat : Faktor bayi :


1. Pre eklamsi dan eklamsi 1. Lilitan tali pusat 1. Bayi prematur
2. Perdarahan abnormal 2. Tali pusat pendek 2. Persalinan dengantindakan
3. Partus lama/ partus macet 3. Simpul tali pusat 3. Kelainan kongenital
4. Demam selamat persalinan 4. Prolapsus tali pusat 4. Air ketuban bercampur
infeksi berat mekonikum
5. Kehamilan lewat

Penilaian awal :
1. Frekuensi jantung
2. Tonus otot
3. Pernafasan
4. Refleks
5. Warna kulit

Penilaian skor Penilaian skor tonus Penilaian skor Penilaian skor Penilaian skor
frekuensi jantung : otot : pernafasan : refleks : warna kulit :

0 : Tidak ada 0 :Lumpuh 0 : Tidak ada 0 : Tidak ada 0 : Pucat

1 : <100x/menit 1 : Ekstremitas dan 1 : Lemah, tidak 1 :Sedikit gerak 1 : badan merah,


fleksi sedikit teraba mimik ekstremitas biru
2 : >100x/menit
2 :Gerakan aktif 2 : menangis kuat 2 :menangis, batuk 2. seluruh tubuh
atau bersin kemerah-merahan

Asfiksia Ringan Asfiksia Sedang Asfiksia Berat

( SKOR APGAR 5-7 ) ( SKOR APGAR 3-4 ) ( SKOR APGAR 0-3 )


5. KOMPLIKASI
Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain :
a. Hipoksia dan iskemia otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah berlarut
sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak pun akan
menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik otak.
b. Anuria atau oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia, keadaan ini
dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya, yang disertai dengan
perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung akan terganggu sehingga
darah yang seharusnya dialirkan keginjal menurun. Hal inilah yang menyebabkan
terjadinya pengeluaran urine sedikit.
c. Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran gas dan
transport O2 sehingga penderita kekurangan persediaan O2 dan kesulitan
pengeluaran CO2 hal ini dapat menyebabkan kejang pada anak tersebut karena
perfusi jaringan tak efektif.
d. Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan menyebabkan
koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan perdarahan pada otak.

6. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Resusitasi
a. Tahapan resusitasi tidak melihat nilai apgar (lihat bagan)
b. Terapi medikamentosa
2. Epinefrin
Indikasi :
a. Denyut jantung bayi < 60 x/m setelah paling tidak 30 detik dilakukan
ventilasi adekuat dan pemijatan dada.
b. Asistolik.
Dosis : 0,1-0,3 ml/kg BB dalam larutan 1 : 10.000 (0,01 mg-0,03 mg/kg BB)
Cara : i.v atau endotrakeal. Dapat diulang setiap 3-5 menit bila perlu.
3. Volume ekspander
Indikasi :
a. Bayi baru lahir yang dilakukan resusitasi mengalami hipovolemia dan tidak
ada respon dengan resusitasi.
b. Hipovolemia kemungkinan akibat adanya perdarahan atau syok. Klinis
ditandai adanya pucat, perfusi buruk, nadi kecil/lemah, dan pada resusitasi
tidak memberikan respon yang adekuat.
Jenis cairan :
Larutan kristaloid yang isotonis (NaCl 0,9%, Ringer Laktat)
Transfusi darah golongan O negatif jika diduga kehilangan darah banyak.
Dosis : Dosis awal 10 ml/kg BB i.v pelan selama 5-10 menit. Dapat diulang
sampai menunjukkan respon klinis.
4. Bikarbonat
Indikasi :
a. Asidosis metabolik, bayi-bayi baru lahir yang mendapatkan resusitasi.
Diberikan bila ventilasi dan sirkulasi sudah baik.
b. Penggunaan bikarbonat pada keadaan asidosis metabolik dan hiperkalemia
harus disertai dengan pemeriksaan analisa gas darah dan kimiawi.
Dosis : 1-2 mEq/kg BB atau 2 ml/Kg BB (4,2%) atau 1 ml/kg bb (8,4%)
Cara : Diencerkan dengan aquabides atau dekstrose 5% sama banyak
diberikan secara intravena dengan kecepatan minimal 2 menit.
Efek samping : Pada keadaan hiperosmolaritas dan kandungan CO2 dari
bikarbonat merusak fungsi miokardium dan otak.
5. Nalokson
Nalokson hidrochlorida adalah antagonis narkotik yang tidak menyebabkan
depresi pernafasan. Sebelum diberikan nalakson ventilasi harus adekuat dan stabil.
Indikasi : Depresi pernafasan pada bayi baru lahir yang ibunya menggunakan
narkotik 4 jam sebelum persalinan.
Jangan diberikan pada bayi baru lahir yang ibunya baru dicurigai sebagai pemakai
obat narkotika sebab akan menyebabkan tanda with drawltiba-tiba pada sebagian
bayi.
Dosis : 0,1 mg/kg BB (0,4 mg/ml atau 1 mg/ml)
Cara : Intravena, endotrakeal atau bila perpusi baik diberikan i.m atau s.c
6. Suportif
a. Jaga kehangatan.
b. Jaga saluran napas agar tetap bersih dan terbuka.
c. Koreksi gangguan metabolik (cairan, glukosa darah dan elektrolit)

7. PATHWAYS

Persalinan lama, lilitan Faktor lain :anastesi, obat-


8. Paralisis pusat pernafasan
tali pusat, presentasi janin obatan narkotik
abnormal

Asfiksia

Janin kekurangan O2 dan Paru-paru terisi


kadar CO2 meningkat cairan

Bersihan jalan
Nafas cepat Suplay O2 dalam
Suplay O2 dalam nafas tidak efektif
darah menurun darah

Apneu Gangguan metabolisme dan


perubahan asam basa
Pola nafas
tidak Kerusakan otak Hipotermi
DJJ dan TD efektif
Asidosis respiratorik

Bayi tidak bereaksi Gangguan ventilasi perfusi


Kematian bayi
terhadap
rangsangan
Gangguan
pertukaran gas
8. ASUHAN KEPERAWATAN

Konsep Asuhan Keperawatan Asfiksia

Asuhan keperawatan adalah tindakan yang berurutan dilakukan sistematis untuk menentukan
masalah pasien, membuat perencanaan untuk mengatasinya, melaksanakan rencana
itu/menugaskan orang lain untuk melakukan dan mengevaluasi keberhasilan secara efektif
terhadap masalah yang diatasinya (Efendi. Nasrul, 1995 ; 3).

1.1 Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien agar dapat mengidentifikasi,
mengenali masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien baik fisik, mental,
sosial dan lingkungan. Dalam tahap pengkajian ini dibagi menjadi tiga meliputi
pengumpulan data, pengelompokan data dan perumusan masalah. Ada beberapa
pengkajian yang harus dilakukan yaitu :
1. Sirkulasi
a. Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180 x/mnt.
b. Tekanan darah 60 sampai 80 mmHg (sistolik), 40 sampai 45 mmHg (diastolik).
c. Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas maksimal tepat di kiri
dari mediastinum pada ruang intercosta III/ IV.
d. Murmur biasa terjadi di selama beberapa jam pertama kehidupan.
e. Tali pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1 vena.
2. Eliminasi
a. Dapat berkemih saat lahir.
3. Makanan/ cairan
a. Berat badan : 2500-4000 gram
b. Panjang badan : 44 - 45 cm
c. Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai gestasi)
4. Neurosensori
a. Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas.
b. Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30 menit pertama
setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas). Penampilan asimetris (molding,
edema, hematoma).
c. Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi menunjukkan abnormalitas
genetik, hipoglikemi atau efek narkotik yang memanjang)
5. Pernafasan
a. Skor APGAR : 1 menit s/d 5 menit dengan skor optimal harus antara 7-10.
b. Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat.
c. Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels umum pada awalnya silindrik thorak :
kartilago xifoid menonjol, umum terjadi.
6. Keamanan
a. Suhu rentang dari 36,5º C sampai 37,5º C. Ada verniks (jumlah dan distribusi
tergantung pada usia gestasi).
b. Kulit : lembut, fleksibel, pengelupasan tangan/ kaki dapat terlihat, warna merah muda
atau kemerahan, mungkin belang-belang menunjukkan memar minor (misal :
kelahiran dengan forseps), atau perubahan warna herlequin, petekie pada kepala/
wajah (dapat menunjukkan peningkatan tekanan berkenaan dengan kelahiran atau
tanda nukhal), bercak portwine, nevi telengiektasis (kelopak mata, antara alis mata,
atau pada nukhal) atau bercak mongolia (terutama punggung bawah dan bokong)
dapat terlihat. Abrasi kulit kepala mungkin ada (penempatan elektroda internal)
1.2 Analisa Data
1. Data Subyektif
Data subyektif adalah persepsi dan sensasi klien tentang masalah kesehatan.

Data subyektif terdiri dari

a. Biodata atau identitas pasien :


Bayi meliputi nama tempat tanggal lahir jenis kelamin

b. Orangtua meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau kebangsaan,
pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat.
2. Riwayat kesehatan
1. Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal pada kasus
asfiksia berat yaitu :
a. Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk, merokok
ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit seperti diabetes mellitus,
kardiovaskuler dan paru.
b. Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran multipel,
inkompetensia serviks, hidramnion, kelainan kongenital, riwayat persalinan
preterm.
c. Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi tidak teratur
dan periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan.
d. Gerakan janin selama kehamilan aktif atau semakin menurun.
e. Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan (kehamilan
postdate atau preterm).
2. Riwayat natal komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat erat dengan
permasalahan pada bayi baru lahir. Yang perlu dikaji :
a. Kala I :
ketuban keruh, berbau, mekoneal, perdarahan antepartum baik solusio plasenta
maupun plasenta previa.

b. Kala II :
persalinan lama, partus kasep, fetal distress, ibu kelelahan, persalinan dengan
tindakan (vacum ekstraksi, forcep ektraksi). Adanya trauma lahir yang dapat
mengganggu sistem pernafasan. Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena
pemakaian obat penenang (narkose) yang dapat menekan sistem pusat pernafasan.

3. Riwayat post natal


Yang perlu dikaji antara lain :

a. Apgar skor bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS (0-3) asfiksia
berat, AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia ringan.
b. Berat badan lahir : kurang atau lebih dari normal (2500-4000 gram).
Preterm/BBLR < 2500 gram, untu aterm  2500 gram lingkar kepala kurang atau
lebih dari normal (34-36 cm).
c. Adanya kelainan kongenital : Anencephal, hirocephalus anetrecial aesofagal.
3. Pola nutrisi
Yang perlu dikaji pada bayi dengan post asfiksia berat gangguan absorbsi
gastrointentinal, muntah aspirasi, kelemahan menghisap sehingga perlu diberikan cairan
parentral atau personde sesuai dengan kondisi bayi untuk mencukupi kebutuhan elektrolit,
cairan, kalori dan juga untuk mengkoreksi dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi
disamping untuk pemberian obat intravena.
Tabel kebutuhan nustrisi BBL

Kebutuhan parenteral

Bayi BBLR < 1500 gram menggunakan D5%

Bayi BBLR > 1500 gram menggunakan D10%

Kebutuhan nutrisi enteral

BB < 1250 gram = 24 kali per 24 jam

BB 1250 - < 2000 gram = 12 kali per 24 jam

BB > 2000 gram = 8 kali per 24 jam

Kebutuhan minum pada neonatus :

Hari ke 1 = 50-60 cc/kg BB/hari

Hari ke 2 = 90 cc/kg BB/hari

Hari ke 3 = 120 cc/kg BB/hari

Hari ke 4 = 150 cc/kg BB/hari

Dan untuk tiap harinya sampai mencapai 180 – 200 cc/kg BB/hari

4. Pola eliminasi
Yang perlu dikaji pada neonatus adalah :

BAB : frekwensi, jumlah, konsistensi.

BAK : frekwensi, jumlah

5. Latar belakang sosial budaya


Kebudayaan yang berpengaruh terhadap kejadian asfiksia, kebiasaan ibu merokok,
ketergantungan obat-obatan tertentu terutama jenis psikotropika

Kebiasaan ibu mengkonsumsi minuman beralkohol, kebiasaan ibu melakukan diet


ketat atau pantang makanan tertentu.

6. Hubungan psikologis
Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan rawat gabung dengan ibu jika
kondisi bayi memungkinkan. Hal ini berguna sekali dimana bayi akan mendapatkan kasih
sayang dan perhatian serta dapat mempererat hubungan psikologis antara ibu dan bayi.
Lain halnya dengan asfiksia karena memerlukan perawatan yang intensif

7. Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang diperoleh melalui suatu pengukuran dan
pemeriksaan dengan menggunakan standart yang diakui atau berlaku (Effendi Nasrul,
1995)

a. Keadaan umum
Pada neonatus post asfiksia berat, keadaannya lemah dan hanya merintih.
Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan menangis keras.
Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan. Adanya BB
yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar kepala
dapat menunjukkan kondisi neonatus yang baik.

b. Tanda-tanda Vital
Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan asfiksia
benar, tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya hipothermi bila suhu
tubuh < 36 C dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh < 37 C. Sedangkan
suhu normal tubuh antara 36,5C – 37,5C, nadi normal antara 120-140 kali per menit
respirasi normal antara 40-60 kali permenit, sering pada bayi post asfiksia berat
pernafasan belum teratur.

8. Data Penunjang
Data penunjang pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakkan
diagnosa atau kausal yang tepat sehingga kita dapat memberikan obat yang tepat pula.

Pemeriksaan yang diperlukan adalah :

1) Darah
a. Nilai darah lengkap pada bayi asfiksia terdiri dari :
 Hb (normal 15-19 gr%) biasanya pada bayi dengan asfiksia Hb cenderung
turun karena O2 dalam darah sedikit.
 Leukositnya lebih dari 10,3 x 10 gr/ct (normal 4,3-10,3 x 10 gr/ct) karena
bayi preterm imunitas masih rendah sehingga resiko tinggi.
 Trombosit (normal 350 x 10 gr/ct)
 Distrosfiks pada bayi preterm dengan post asfiksi cenderung turun karena
sering terjadi hipoglikemi.
b. Nilai analisa gas darah pada bayi post asfiksi terdiri dari :
 pH (normal 7,36-7,44). Kadar pH cenderung turun terjadi asidosis metabolik.
 PCO2 (normal 35-45 mmHg) kadar PCO2 pada bayi post asfiksia cenderung
naik sering terjadi hiperapnea.
 PO2 (normal 75-100 mmHg), kadar PO2 pada bayi post asfiksia cenderung
turun karena terjadi hipoksia progresif.
 HCO3 (normal 24-28 mEq/L)
2) Urine
Nilai serum elektrolit pada bayi post asfiksia terdiri dari :

 Natrium (normal 134-150 mEq/L)


 Kalium (normal 3,6-5,8 mEq/L)
 Kalsium (normal 8,1-10,4 mEq/L)
3) Photo thorax
Pulmonal tidak tampak gambaran, jantung ukuran normal.

3.2.1 Analisa data dan Perumusan Masalah


Analisa data adalah kemampuan mengkaitkan data dan
menghubungkan data tersebut dalam konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk
membuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan keperawatan
pasien (Effendi Nasrul,1995 : 23).

Tabel 1.3 Analisa Data dan Perumusan Masalah

Kemungkinan Penyebab Masalah


Sign / Symptoms
1. Pernafasan tidak teratur, - Riwayat partus lama Gangguan
pernafasan cuping hidung, pemenuhan
- Pendarahan peng-obatan.
cyanosis, ada lendir pada kebutuhan O2
hidung dan mulut, tarikan - Obstruksi pulmonary
inter-costal, abnormalitas gas
- Prematuritas
darah arteri.

2. -Bayi mengalami -Janin kekurangan O2 dan Pola nafas tidak


bradipneu : 25x/m, Suara kadar CO2 meningkat efektif
nafas melemah, Ekspansi -Nafas cepat
dada berkurang -Apneu
-DJJ dan TD menurun
2. Keadaan umum lemah, - Reflek menghisap lemah gangguan pemenuhan
reflek menghisap lemah, kurang dari
masih terdapat retensi pada kebutuhan
sonde

3.3 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon individu,
keluarga atau komunitas terhadap masalah-masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang aktual atau potensial.
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien asfiksia antara
lain:
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan imaturitas neurologis.
2. Hipotermia berhubungan dengan penurunan kebutuhan oksigen
3. Resiko infeksi factor resiko tali pusat basah
Tabel 1.4. Perencanaan / Intervensi

No. Diagnosa Perawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional

1 1. Ketidakefektifan Tujuan: 1.buka jalan nafas 1.ttv dalam batas normal


pola nafas
Status respirasi 2.posisikan bayi untuk 2.mengetahui status 02
berhubungan
memaksimalkan ventilasi
dengan imaturitas Kriteria: 3.tidak ada bunyi nafas tambahan
neurologis. 3.monitor respirasi o2
- ttv normal
4. auskultasi suara nafas catat
-otot nafas tambahan suara tambahan

5. kolaborasi pemasangan alat


jalan nafas
Tabel 1.4. Perencanaan / Intervensi

No. Diagnosa Perawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional

2. 1. Hipotermia Klien memperlihatkan pola 1.monitor suhu 1.ttv dalam batas normal
berhubungan dengan nafas yang efektif, dengan 2.pola nafas normal
2.monitor nadi pernapasan
penurunan Kriteria hasil : 3.mengetahui warna kulit
kebutuhan oksigen 3.monitor warna kulit

4.kaji tanda gejala hipotermi

1. suhu, respirasi normal


Tabel 1.4. Perencanaan / Intervensi

No. Diagnosa Perawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional

3. 1. Resiko infeksi factor Tujuan 1. batasi pengunjung 1. mencuci tangan dengan sabun
resiko tali pusat basah
Immune status 2.lakukan perawatan taali pusat 2.sebelum dan sesudah tindakan

Kriteria 3.cuci tangan sebelum dan 3. lingkungan asptik dipertahankan


sesudah tindakan
- Itregitas mukosa lembab
- Bebas dari tanda dan gejala 4pertahankan lingkungan
infeksi aseptic

5. observasi tanda infeksi


4. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Tindakan keperawatan adalah pelaksanaan asuhan keperawatan yang
merupakan realisasi rencana tindakan yang telah ditentukan dalam tahap
perencanaan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal

5. Tahap Evaluasi
Evaluasi adalah merupakan langkah akhir dari proses keperawatan
yaitu proses penilaian pencapaian tujuan dalam rencana perawatan, tercapai
atau tidak serta untuk pengkajian ulang rencana keperawatan. Evaluasi
dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan
petugas kesehatan yang lain. Dalam menentukan tercapainya suatu tujuan
asuhan keperawatan pada bayi dengan post Asfiksia sedang, disesuaikan
dengan kriteria evaluasi yang telah ditentukan. Tujuan asuhan keperawatan
dikatakan berhasil bila diagnosa keperawatan didapatkan hasil yang sesuai
dengan kriteria evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA

Arief, & Sari, W. K. (2009). Neonatus Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta:


NUHA MEDIKA.

Lia Dewi, V. N. (2014). Resusitasi Neonatus. Jakarta: Salemba Medika.

Mochtar, R. 2011. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC

Rahmaharyanti, R. (2014). Laporan Pendahuluan Asfiksia Neonatorum Stase


Keperawatan Anak di Rumah Sakit Umum Banyumas. Purwokerto.

Rukiyah, A. Y., & Yulianti, L. (2013). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.
JAKARTA: CV. Trans Info Medika.
Aminullah Asril. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina pustaka Sarwono
Prawirohardjo

Effendi Nasrul. 2012. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta.

Manuaba, Ida Bagus Gde. 2011. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan &
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

Talbot Laura A. 2007, Pengkajian Keperawatan, EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai

  • Resume 1 Wahdah
    Resume 1 Wahdah
    Dokumen4 halaman
    Resume 1 Wahdah
    Catur Putri
    Belum ada peringkat
  • LP Katim
    LP Katim
    Dokumen4 halaman
    LP Katim
    Catur Putri
    Belum ada peringkat
  • LP PP
    LP PP
    Dokumen6 halaman
    LP PP
    Catur Putri
    Belum ada peringkat
  • Ect New
    Ect New
    Dokumen20 halaman
    Ect New
    Catur Putri
    Belum ada peringkat
  • Askep Ump
    Askep Ump
    Dokumen33 halaman
    Askep Ump
    Catur Putri
    Belum ada peringkat