Anda di halaman 1dari 4

‫إإ‬

‫)ذوذذككرر فذإنن الكذركذرىَ تذنرنَنذفعع الرعمرؤمنَ ذ‬


55:‫ي(َن الذاريات‬


Haji Koboy
Haji merupakan ibadah agung yang diwajibkan oleh Allah kepada
para hambanya. Allah berfirman:
( ‫ع إهلوييهه وسهبْيلل‬
‫ت ومهن ايستوطواَّ و‬ ‫و‬ ‫) وولهلهه وعولىَ النلاَّ ه‬
‫س هحجج ايلبْبيي ه‬
Artinya: "Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah
(bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah ".1
Para ulama telah berijma' tentang wajibnya ibadah wajib bagi
seorang muslim sekali dalam hidupnya. Lebih dari itu adalah sunnah. 2
Banyak sekali hadits-hadits yang menerangkan keutamaan haji.
Diantaranya: janji surga dari Allah bagi siapa yang hajinya mabrur. Nabi
bersabda:
‫العمرة إلىَ العمرة كفاَّرة لماَّ بينهماَّ والحج المبْرور ليس له جزاء إل الجنة‬
"Dari satu umrah ke umrah yang lain merupakan penghapus dosa-dosa
diantara keduanya. Sedang haji mabrur tak ada balasan baginya kecuali
surga".3
Ketika seorang muslim mendengarkan janji dan balasan haji yang
besarnya seperti ini, tentunya dia akan bersegera mempersiapkan diri
sebisa mungkin untuk berangkat haji. Persiapan ini terkadang sudah
dimulai sebulan sebelumnya. Ada yang urus surat ijin (baca: tashrih), ada
yang menelpon syaikhnya biar dapat bantuan. Ya, beragam usaha
mereka.
Namun di balik keutamaan haji dan usaha mereka yang ikhlash itu,
terkadang membuat mereka lupa sisi yang lain, sehingga mengantarkan
mereka untuk menempuh cara-cara yang tidak diizinkan oleh Allah,
Rasulullah, dan pemerintah.
Tak heran jika sudah mendekati hari haji, di sana sini ada tempat-
tempat khusus mobil-mobil caprise yang sudah berderet menunggu
orang-orang yang siap mereka larikan ke Mekkah. Padahal orang-orang
yang mau melaksanakan haji tersebut tidak memiliki tashrih sehingga
mereka rela beribadah haji dengan melanggar aturan pemerintah.
Mereka sebut ibadah haji model ini dengan "Haji Koboy".
Mereka lupa bahwa ibadah haji itu merupakan ibadah yang harus
terpenuhi di dalamnya dua syarat sehingga bisa mendapatkan haji
mabrur. Dua syarat itu adalah ikhlash dan ittiba (mencontoh Nabi) dalam
berhaji.
Jika haji koboy ini ditinjau dari dua syarat ini, maka anggaplah
pelakunya ikhlas, tapi apakah mereka ittiba dengan sunnah Nabi dalam
mempersiapkan dan melaksanakan ibadah haji dengan minta tashrih/ijin
pemerintah ?

1
QS.Ali Imran: 97.
2
Lihat Nadzarat wa Ta'ammulat min Waqi' Al-Hayah, (hal.11) karya Dr. Muhammad Al-Khumayyis.
3
HR. Bukhary dan Muslim (3/597 bersama Al-Fath), dan Muslim (3/983).
‫إإ‬
‫)ذوذذككرر فذإنن الكذركذرىَ تذنرنَنذفعع الرعمرؤمنَ ذ‬
55:‫ي(َن الذاريات‬

Ketahuilah, ibadah haji merupakan ibadah yang ada kaitannya


dengan hak pemerintah. Sedang pemerintah merupakan sosok yang
harus ditaati dalam perkara ma'ruf sebagaimana disebutkan oleh Allah
dalam Al-Qur'an. Bahkan taat kepada mereka termasuk masalah aqidah
yang telah disepakati ulama Ahlus Sunnah1.
Para ulama kita -ketika membahas masalah ini lebih rinci-
mereka menegaskan bahwa di antara bentuk ketaatan terhadap
pemerintah; adalah berhaji bersama mereka atau mendapatkan
izin dari mereka untuk bisa berhaji. Dan melanggar larangan dan
aturan mereka merupakan dosa2. Sebab dengan pelanggaran tersebut
berarti seorang telah melanggar firman Allah:
( ‫)يواَّ أويجبوهاَّ الهذيون آومننوُا أوهطينعوُا ال لهو ووأوهطينعوُا اللرنسوُول وونأوهليِ ايلويمهر همنينكيم‬
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah
rasul, dan ulil amri di antara kalian"3
Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata setelah menukil
ayat ini: "Inilah jalan keselamatan dan petunjuk, yaitu mentaati Allah,
Rasul-Nya dalam segala hal. Sedang mentaati ulil amri dalam perkara
yang ma'ruf termasuk ketaaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, karena
Allah berfirman (yang artinya): " taatilah Allah dan taatilah rasul, dan
ulil amri di antara kalian " . Jadi, ketaatan kepada ulul amri ikut pada
ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Ulul amri adalah para
pemerintah dan ulama. Kewajiban (kita) ialah mentaati mereka ".4
Jika pemerintah secara khusus telah melarang seseorang untuk
melaksanakan ibadah haji, mka dia wajib taat kepada mereka, menahan
diri dan bersabar untuk tidak menunaikan ibadah haji. Sebenarnya
pemerintah tidaklah melarang seseorang untuk beramal sholeh,
seperti ibadah haji. Akan tetapi hakekatnya mereka membatasi
jumlah orang-orang yang mau berhaji karena suatu maslahat,
antara lain:
 Taat kepada Allah, Rasul-Nya, dan pemerintah yang
mengandung pahala besar.
 Agar orang-orang bisa beribadah haji dengan tenang, tanpa
ada desak-desakan yang keras.
 Fasilitas pelayanan haji, seperti masjid, hotel, mobil, toilet,
RS, tukang cukur dan lainnya bisa berfungsi dengan baik.
 Mengurangi jumlah kematian, sakit, dan kesibukan.
 Bisa menekan jumlah kejahatan, maksiyat dan bid'ah.
 Ibadah bisa ditunaikan dengan baik sesuai tuntuan Nabi.
 Pengaturan jalannya manasik haji berjalan lancar.
 Sebagai ujian keimanan dan kesabaran bagi seorang muslim
dalam mentaati pemerintah.

1
Lihat Syarah Al-Aqidah Ath-Thahawiyyah, dan Al-Wasithiyyah beserta Syarah Syaikh Ibnu Utsaimin (2/236-
241).
2
Ini seperti yang dikatakan oleh Syaikh Shalih Al-'Abud, Rektor Islamic University of Madinah ketika kami
bertanya langsung kepada beliau seusai shalat Dhuhur di masjid kampus.
3
QS.An-Nisaa': 59.
4
Lihat Fatawa Al-A'immah fi An-Nawazil Al-Mudlahimmah (hal.82).
‫إإ‬
‫)ذوذذككرر فذإنن الكذركذرىَ تذنرنَنذفعع الرعمرؤمنَ ذ‬
55:‫ي(َن الذاريات‬

Adapun jika aturan tersebut dilanggar, maka akan timbul mafsadat


sebagai berikut:
 Kemacetan lalu-lintas, tidak terpenuhinya fasilitas tempat
tinggal, tempat-tempat ibadah tak bisa menampung mereka,
toilet-toilet akan penuh dengan desakan manusia, terjadinya
ikhtilath.
 Jika tak dibatasi akan menimbulkan banyak bahaya kematian
- seperti di tempat pelontaran - sakit, dan permusuhan,
marah dan jengkel disebabkan adanya semacam usaha saling
desak-desakan.
 Para petugas pelayan haji, seperti polisi, penjaga masjid,
dokter, sopir mobil tidak bisa melaksanakan tugas dengan
baik. Bahkan terkadang tugas mereka macet.
 Terjadinya banyak pencurian, penipuan, dan tindak kriminal
lainnya disebabkan para pelakunya mendapatkan
kesempatan yang cocok.
 Ibadah haji tidak bisa ditunaikan sebagaimana tuntunan
Nabi , contohnya: orang yang sakit di atas kursi roda tak
bisa naik ke Shofa dan Marwa untuk berdoa, tapi hanya bisa
sekedar lewat di tepinya. Sehingga orang menyangka seperti
itulah sa'i, tak perlu do'a, tapi sekedar lewat aja.
 Tersebarnya banyak penyakit, khususnya penyakit
pernafasan.
 Tidak terkontrolnya kebersihan, keamanan, tata-tertib dan
kemacetan dalam segala lini.
 Para wanita, anak kecil, dan lansia tak bisa melaksanakan
sendiri manasik.
 Cukuplah mafsadat besar jika seseorang melanggar perintah
Allah dan Rasul-Nya tatkala dia melanggar pemerintah1.
Inilah sebagian maslahat dan mafsadat yang dipikirkan dan
dipertimbangkan oleh pemerintah Arab Saudi sehingga mereka
memandang perlunya membatasi jumlah orang berhaji, bukan melarang
untuk beramal shalih.
Atas dasar ini, para ulama' kita melarang seseorang berhaji tanpa
tashrih. Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad pernah ditanya tentang hal ini,
beliau menjawab: "Haji tanpa tashrih tidak boleh karena di dalamnya ada
penyelisihan terhadap ulul amri".
Maka bagi orang yang tidak diberi tashrih oleh pemerintah
menunaikan haji, tidaklah boleh melaksanakan ibadah haji. Dan
ketahuilah niat kita akan dicatat oleh Allah sebagai orang yang berhaji
sekalipun dia tidak berangkat haji, demi mentaati pemerintah. Ingatlah
sabda Nabi:
"Jika aku melarang kalian dari sesuatu, maka jauhilah, dan jika aku
memerintahkan suatu perkara, maka kerjakanlah sesuai
kesanggupanmu"2.

1
Sebenarnya masih banyak lagi mafsadat lainnya jika mau dirinci.
2
HR.Al-Bukhary dan Muslim.
‫إإ‬
‫)ذوذذككرر فذإنن الكذركذرىَ تذنرنَنذفعع الرعمرؤمنَ ذ‬
55:‫ي(َن الذاريات‬

Dalam hadits lain Nabi menegaskan: "Dengar dan taatlah kepada


pemerintah. Sekalipun ia memukuli punggung kalian dan mengambil
harta kalian, dengarlah dan taatlah".3 .
Kami kira pemerintah tidak memukuli kita dan merampasi harta
kita. Mereka hanya memerintahkan kita untuk bersabar tidak berhaji
setiap tahun demi kemaslahatan kaum muslimin. Jangan sampai kita
ingin meraih fadhilah haji sunnah dengan melakukan perbuatan haram
(baca: melanggar syari'at dan tuntunan Nabi).
Inilah nasehat ringkas kepada para pencinta sunnah Nabi, semoga
bisa direnungi dan diamalkan.

3
HR.Muslim (1847).

Anda mungkin juga menyukai