BIOTEKNOLOGI
BIOTEKNOLOGI
1. Glowfish
A. Pengertian
Ikan Bercahaya GlowFish merupakan salah satu contoh hewan transgenik yang
direkayasa secara genetiknya. Ikan ini dikembagkan dari Amerika Serikat yang
merekayasa DNA dari ikan zebra (Danio rerio) dengan gen pengkode protein flourens
warna hijau dari gfp (green flourescent protein). Namun secara fenotip, warna yang
dihasilkan bukan hanya warna hijau saja melainkan warna kuning hingga merah (Pray,
2008).
B. Mekanisme Pembuatan
Dimulai dengan menambahkan gen fluoresensi untuk disuntikkan kedalam genom
ikan zebra yang belum menetas tentunya. Setelah gen terintegrasi ke dalam genom
(Yaitu, kode genetik) dari embrio, yang mengembangkan ikan akan dapat lulus gen
fluoresensi bersama untuk keturunannya pada saat waktu yang ditentukan. Karena itu,
gen hanya perlu ditambahkan ke satu embrio dari saat itu, berikutnya semua ikan neon
adalah hasil dari pembiakan tradisional. Glofish ini diproduksi dengan menyuntikkan
telur ikan zebra dengan gen anemon laut yang membuatnya berwarna merah dan ke-
empat warna lainnya. Para peneliti juga telah memproduksi ikan hijau dengan
menyuntikkan telur dengan gen penanda fluorescent dari ubur-ubur, yang umum
digunakan dalam eksperimen
Untuk memungkinkan penggunaan ikan sebagai indikator polusi para ilmuwan
telah menunjuk promotor gen yang bertindak sebagai pemicu tombol on/off jika
dihadapkan dengan lingkungan yang tercemar racun. Salah satu jenis saklar diaktifkan
oleh estrogen hormon seks, yang dapat mencemari air. tombol cahaya lainnya bisa
stress dan akan menanggapi kehadiran zat kimia yang merusak seperti logam berat.
Transgen yang diperkenalkan ke Glowfish terdiri dari dua bagian. Bagian pertama
adalah promotor dan bagian kedua adalah urutan coding unuk protein reporter.
Promotor A mengontrol dimana dan kapan akan diekspresikan. Sedangkan protein
reporter digunakan untuk menandai sel.Transgen Glofish mengkodekan protein
fluorescent endogen. Sekarang ada banyak warna Glofish diantaranya: GFP, Starfire-
Red, Sunburst Orange, Electrik Green, Cosmic Blue dan Galactic Purple.
Metode yang dikembangkan untuk penyisipan DNA ke dalam embrio ikan zebra
diantaranya injeksi, infeksi retroviral, penggunaan microprojectiles dan transfer gen
dengan media listrik. Injeksi DNA plasmid telah terbukti menjadi sarana yang dapat
diandalkan dan tetap menjadi metode paling banyak yang digunakan untuk
memproduksi ikan zebra transgenik. Dengan injeksi DNA, ikan zebra transgenik
dihasilkan melalui penyutikkan plasmid superkoil dan linearisasi. Namun, DNA
plasmid linear lebih mungkin diintegrasikan secara stabil ke dalam genom. Setelah
injeksi, DNA plasmid linear umumnya disusun kembali menjadi kepala ke ekor
konkatamer dan terintegrsi pada satu bagian. Pembelahan sel yang yang cepat dalam
embrio ikan zebra menyokong integrasi DNA asing selama tahap akhir pembangunan,
sehingga terlihatlah pola ekspresi mosaik pada ikan zebra tersebut.
2. Kelinci Penghasil Bisposifik T-Cell Antibodi
A. Pengertian dan Mekanisme Pembuatan
Salah satu penyakit pada manusia yang mematikan adalah kanker. Penyakit ini
dapat diatasi dengan meningkatkan antibodi sel T. Sekarang dengan menggunakan
rekayasa genetika, kelinci dapat dipakai sebagai hewan uji untuk menghasilkan dua
macam antibodi spesifik, yakni molekul CD28 dan r28M yang mampu menginduksi
TCR/CD3 yang mampu membunuh sel kanker. Dengan ditemukannya antibodi
bispesifik ini dapat diharapkan untuk mendapatkan cukup banyak pengetahuan
tentang antibodi bispesifik bagi aplikasi medis (Hovest et al.,2004).
B. Mekanisme Pembuatan
Pada awalnya Tetrasiklin ditemukan oleh Lloyd Conover dan dipatenkan pada tahun
1955. Antibiotik golongan tetrasiklin yang pertama ditemukan adalah klortetrasiklin yang
dihasilkan oleh Streptomyces aureofaciens. Penemuan tentrasiklin ini merupakan
penemuan yang sangat penting dan memberi harapan bagi penyembuhan beberapa
penyakit. Namun tetrasiklin yang dihasilkan oleh mikroba Streptomyces aureofaciens ini
masih memiliki kekurangan yaitu tetrasiklin sangat labil sehingga cepat berkurang
potensinya serta hanya mikroba yang cepat membelah yang dipengaruhi antibiotika
Tetrasiklin.
Oleh karena itu, diadakan penilitian lebih lanjut untuk menghasilkan antibiotic tetrasiklin
dalam jumlah banyak dan bersifat lebih stabil. Bermula dari pengembangan bioreactor
sehingga ditemukan terobosan baru sebagai pengganti mikroba Streptomyces
aureofaciens sebagai penghasil tetrasiklin dengan ayam transgenic penghasil antibiotic
tetrasiklin yang mampu menghasilkan biofarmasi dalam kualitas dan kuantitas yang besar,
yang diperlukan dalam dunia medis untuk men-treatment pasien, dan diharapkan dalam
terobosan ini dapat menghasilkan antibiotic tetrasiklin dalam jumlah lebih banyak serta
lebih hemat dalam pembuatannya.
Dalam penelitian ini digunakan retrovirus sebagai vektornya. Dimana retrovirus didesain
untuk membawa materi genetik berupa GFP (Green Flourescent Protein) dan rtTA
(reverse tetracycline-controlled transactivator) dibawah pengontrolan tetracycline-
inducible promoter dan PGK (Phosphoglycerate Kinase) promoter. Setelah itu, ayam
transgenik dihasilkan yang mana pada bagian telur ditemukan doxycycline yang
merupakan derivat dari tetrasiklin serta tidak ditemukan adanya disfungsi fisiologis secara
signifikan dari telur tersebut (Kwon, 2011).
Tetrasiklin digunakan untuk mengatasi berbagai infeksi yang disebabkan oleh kuman
gram positif maupun gram negatif, terutama pada penyakit saluran pernafasan,
perkencingan, leptospirosis (penyakit manusia dan hewan dari kuman dan
disebabkan kuman Leptospira yang ditemukan dalam air seni dan sel-sel hewan yang
terkena), dan panleukopenia (penyakit yang menyebabkan jumlah sel darah putih kucing
menurun dengan drastis).
N-3 Polyunsaturated fatty acids (n-3 PUFA) atau omega 3 merupakan salah satu zat
yang sangat penting bagi manusia. Dengan pendekatan secara ekonomi, maka dapat
dihasilkan omega 3 dengan cara merekayasa sapi menjadi hewan transgenik penghasil
omega 3. Sapi yang direkayasa disisipi dengan gen mfat-1 yang mampu memproduksi
n-3 PUFA. Dari penelitian ini diperoleh hasil ekpresi gen berupa n-3 PUFA pada
jaringan dan susu sapi.