Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Rabb semesta alam, atas rahmat dan hidayah-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah “Sistem Urinaria”
dengan baik. Salawat serta salam tidak lupa kami curahkan kepada nabi besar kita,
Muhammad saw, yang telah membawa kita dari zaman kegelapan kepada zaman yang
terang benderang.

Terima kasih yang tak terhingga kami sampaikan kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses
penyusuan makalah inj.

Kami menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari berbagai kesalahan baik
dalam segi isi maupun penulisan. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan pembuatan makalah ke depannya. Semoga
makalah ini bermanfaat serta membawa berkah bagi pembaca maupun penyusunnya.

Banda Aceh, 21
September 2019

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................1

DAFTAR ISI ...........................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................3

1.1 Skenario ...........................................................................................3


1.2 Learning objective ..........................................................................3

BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................4

2.1 Sel ...................................................................................................4

2.2 Jaringan .......................................................................................24

2.3 Adaptasi Sel .................................................................................37

BAB 111 PENUTUP.............................................................................................42


3.1 Kesimpulan ...................................................................................42

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................44


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Skenario
Hari ini adalah hari pertama kuliah seorang mahasiswa kedokteran gigi. Hari
yang sangat cerah, mahasiswa tersebut merasa kepanasan dan berkeringat, setelah
selesai kuliah mahasiswa tersebut banyak minum dan pada sore harinya merasa
sebentar sebentar ingin berkemih. Esok harinya mahasiswa tersebut puasa sunnah dan
lupa sahur, sehingga tidak sempat minum. Pada siang hari diajak temannya berolahraga
sepak bola, karena ajakan temannya iapun ikut, setelahnya ia merasa kehausan dan
pada hari itu ia mengamati tidak seperti hari sebelumnya dimana ia sebentar sebentar
ingin berkemih.

1.2. Learning Objective

1.2.1 Sitem Urinaria

a. Definisi

1.2.2 Organ Sistem Uriinaria


a. Anatomi

b. Fisiologi

c. Histologi

1.2.3 Pembentukan urine


a. Proses pembentukan urine
b. Faktor pembentukan urine

1.2.4. Mekanisme rasa haus


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya
proses terjadinya penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak
dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh.
Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin
(Air Kemih). (dr. Rusbandi Sapini, 2015.)

Sistem urinaria terdiri atas dua ginjal (ren), dua ureter yang menuju ke satu
kantung kemih (Vesica Urinaria) dan satu uretra. (Atlas Histologi diFiore, Victor P.
Eroschenko, EGC, Jakarta.)

2.1 Organ-Organ Sistem Urinaria.

1. Ginjal
Ginjal adalah sepasang organ yang terletak di bagian
belakang dari kavum abdominalis di belakang peritoneum pada
kedua sisi vertebra lumbalis III, dan terbungkus oleh kapsul Renalis.
Bentuknya seperti biji buah kacang merah, Jumlahnya ada dua, di
kiri dan di kanan. Letak ginjal kiri sedikit lebih tinggi dibanding
ginjal kanan. Pada bagian yang melengkung (concave) adalah
tempat keluarnya pembuluh renal dan ureter. (dr. Rusbandi Sapini,
2015.)
Ginjal adalah organ paling besar yang letaknya
retroperitoneal pada dinding posterior tubuh. Di setiap ginjal
terdapat kelenjar adrenal (Glanula suprarenalis) yang terbenam di
dalam lemak dan jaringan ikat ginjal. Batas medial ginjal yang
cekung adalah hilum, yang terdiri atas 3 bangunan besar yaitu arteri
renalis, vena renalis, dan pelvis renalis bentuk corong. Struktur ini
dikelilingi oleh jaringan ikat longgar dan rongga berisi lemak yang
disebut sinus renalis. (Victor P. Eroschenco, 2015)

Setiap ginjal dilapisi oleh kapsul jaringan ikat padat tidak


teratur. Irisan sagital ginkal menunjukkan korteks yang lebih gelap
di bagian luar, da medulla yang lebi terang di bagian dalam, yang
terdiri dari banyak pyramid ginjal (Pyramides renales) bentuk
kerucut. Basis setiap pyramid menghadap ke korteks dan
membentuk batas kortikomedularis. Apeks setiap pyramid yang
bulat meluaske arah pelvis ginjal untuk membentuk kolumna
renalis. (Victor P. Eroschenco, 2015)

Setiap papilla realis dikelilingi oleh kaliks minor berbentuk


corong, yang mengumpulkan urin dari papilla. Kalik minor
bergabung di sinus renalis membentuk kaliks bayor. Selanjutnya
bergabung di sinus renalis membentuk kaliks mayor. Kaliks mayor,
selanjutnya bergabung membentuk pelvis renalis berbentuk corong
yang lebih besar. Pelvis renalis keluar dari ginjal melalui hilum,
menyempit menjadi ureter yang berotot, dan turun ke arah kantung
kemih di masing-masing sisi dinding tubuh posterior. (Victor P.
Eroschenco, 2015)
Pada orang dewasa, berat ginjal sekitar 200 gram. Pada
umumnya ginja laki-laki lebih panjang dibanding dengan Ginjal
perempuan.
Satuan structural dan fungsional ginjal yang terkecil disebut
nefron. Tiap-tiap nefron terdiri atas komponen vaskuler dan tubuler.
Komponen vaskuler terdiri atas pembuluh-pembuluh darah yaitu
glomerulus (berbentuk mangkok) dan kapiler peritubuler yang
mengintari tubuli. Dalam komponen tubuler terdapat kapsul
Bowman, serta tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus
distal, tubulus pengumpul dan lengkung henle yang terdapat pada
medulla. (dr. Rusbandi Sapini, 2015.)
Kapsula Bowman terdiri atas lapisan parietal (luar)
berbentuk gepeng dan lapisan visceral (langsung membungkus
kapiler glomerulus). Kapsula Bowman bersama glomerolus disebut
korpuskel renal, bagian tubulus yang keluar dari korpuskel renal
disebut dengan tubulus kontortus proksimal karena jalannya
berbelok-belok, kemudian menjadi saluran yang lurus, yang semula
tebal kemudian menjadi tipis disebut ansa henle atau loop of Henle,
karena membuat lengkungan tajam berbalik kembali ke korpuskel
renal asal, kemudian berlanjut sebagai tubulus kontortus distal. (dr.
Rusbandi Sapini, 2015.)

Bagian-bagian Ginjal.
(1) Kulit ginjal (Cortex). Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas
melaksanakan penyaringan darah yang disebut nefron. Tiap ginjal
terdapat 1-1,5 juta uit fungsional yang disebut nephron. Nephron
terdiri dari (a) Glomerulus, (b) capsula/simpai bowman, (c)
Tubulus. Penyaringan darah terjadi di badan malphigi, yaitudiantara
glomerulus dan simpai bowman. Zat-zat terlarut dalam darah akan
masukke dalam simpai bowman. Dari sini maka zat-zat tersebut
akan menuju ke pembuluh yang merupakan lanjutan dari simpai
bowman.
(2) Bagian tengah ginjal (medulla). Terdiri beberapa badan berbentuk
kerucut yang sering disebut pyramid renal. Dengan dasarnya
menghadap korteks dan puncakna disebut apeks atau papilla renis,
mengarah ke bagian dalam ginjal. Satu pyramid dengan jaringan
korteks di dalamnya disebut lobus ginjal. Piramid antara 8 hingga
18 buah tampak bergaris-garis karena terdiri atas berkas saluran
parallel (tubuli dan duktus koligentes), diantara pyramid terdapat
jaringan korteks yang disebut dengan kolumna renal. Pada bagian
ini berkumpul ribuan pembuluh halus yang merupakan lanjutan dari
simpai bowman. Di dalam pembuluh halus ini terangkut urine yang
merupakan hasil penyaringan darah dalam badan Malpighi, setelah
mengalami berbagai proses.
(3) Pelvis Renalis. Adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal,
berbentuk seperti cotong lebar. Sebelum berbatasan dengan jaringan
ginjal, pelvis renalis bercabang dua atau tiga disebut kaliks mayor,
yang masing-masing bercabang membentuk beberapa kaliks minor
yang langsung menutupi papila renis dari piramid. Kaliks minor ini
menampung urine yang terus keluar dari papila. Dari kaliks minor,
urine masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renalis, ke ureter, hingga di
tampung dalam kantung kemih (vesicaurinaria).

2. Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa untuk mengalirkan urine dari ginjal
ke kandung kemih, panjangnya sekitar 25 cm dengan penampang
sekitar 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan
sebagian terletak dalam rongga pelvis. Lapisan dinding ureter
terdiri dari 3 lapisan :
a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b. Lapisan tengah otot polos (smoothmuscle)
c. Lapisan sebelah dalam (lapisan mukosa)

Bagian atas ureter dilapisi oleh lapisan otot polos


longitudinal dan sirkular tengah. Lapisan ketiga yaitu otot polos
longitudinal ditemukan di sepertiga bawah ureter. Ureter
dikelilingi jaringan ikat advensitia. (Atlas Histologi diFiore, Victor
P. Eroschenko, EGC : Jakarta.)

Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan gerakan


peristaltik tiap 5 menit sekali yang akan mendorong air kemih
masuk ke dalam kandung kemih. Gerakan peristaltik mendorong
urin melalui ureter yang diekresikan oleh ginjal dan disemprotkan
dalam bentuk pancaran, melalui osteumuteralis masuk ke dalam
kandung kemih.

Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia


mulkulus psoas dan dilapisi oleh peritonium. Penyempitan ureter
terjadi pada tempat ureter meninggalkan pelvis renalis.

3. Vesika Urinaria (Kandung Kemih)

Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti


balon karet, terletak di belakang simfisis pubis di dalam rongga
panggul. Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi
oleh otot yang kuat berhubungan dengan ligamentum vesika
umbikalis medius.

Bagian vesika urinaria terdiri dari :

a. Fundus, yaitu bagian yang menghadap ke arah belakang


dan bawah, bagian ini terpisah dari rektrum oleh spatium
rectovesikale.
b. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.
c. Verteks, bagian yang maju ke arah muka dan berhubungan
dengan ligamentum vesika umbilikalis.
Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu,
peritonium (lapisan sebelah luar), tunika muskularis, tunika
submukosa, dan lapisam mukosa (lapisan bagian dalam).

Dinding kandung kemih berotot tebal dengan tiga lapisan otot


yang batasnya tidak jelas. Serosa melapisi permukaan superior dan
adventisia melapisi permukaan inferior. Epitel transisional di
kandung kemih yang kosong memperlihatkan sekitar 6 lapisan sel.
Jika terenggang, epitel transisional tampa sebagai epitel berlapis
gepeng. Perubahan di epitel disebabkan oleh membrane plasma sel
superficial yang lebih tebal dan crusta urothelialis. Crusta berfungsi
sebagai “engsel”, memungkinkan sel mengembang. Sewaktu
terenggang, Sel menjadi gepeng. Membran plasma yang lebih tebal
dan epitel transisional membentuk sawar osmotic terhadap urine.
(Atlas Histologi diFiore, Victor P. Eroschenko, EGC, Jakarta.)

4. Uretra

Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung


kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar dari tubuh.
Pada kandung kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar
dari tubuh. Pada laki-laki uretra berjalan berkelok-kelok melalui
tengah-tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa ke
bagian penis (panjangnya sekitar 20cm).
Uretra pada laki-laki terdiri dari :
a. Uretra prostatika
b. Uretra membranosa
c. Uretra kavernosa

Lapisan uretra laki-laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan


yang paling dalam), dan lapisan submukosa. Uretra pada wanita
terletak di belakang simfisis pubis, berjalan miring sedikit ke arah
atas, panjangnya sekitar 3-4 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri
dari tunikamuskularis (sebelah luar), lapisamspongeosa merupakan
pleksus dari vena-vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah
dalam). Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina
(antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai saluran
ekskresi.

2.2 Pembentukan Urine

2.2.1 Mekanisme Pembentukan Urine


a. Penyaringan (Filtrasi)
Filtrasi darah terjadi di glomerulus, dimana jaringan
katiler dengan struktur spesifik dibuat untuk menahan komponen
selular dan medium molecular protein besar ke dalam vascular
sistem, menekan cairan yang identik dengan plasma di
elektrolitnya dan komposisi air. Cairan ini disebut filtrate
glomerular. Tumpukan glomerulus tersusun dari jaringan kapiler.
Pada mamalia, arteri renalismengirim darah ke arteriol afferent
dan melanjut diri sebagai artiriol eferen yang meninggalkan
glomerulus. Tumpukan glomerulus dibungkus di dalam lapisan
sel epithelium yang disebut kapsula bowman. Area antara
glomerulus dan kapsula bowman disebut bowman space dan
merupakan bagian yang mengumpulkan filtrate glomerular, dan
menyalurkan ke segmen pertama dari tubulus proksimal. Struktur
kapiler glomerular terdiri atas 3 lapisan yaitu: Endothelium
capiler, membrane dasar, epithelium viscelar. Endothelium capiler
terdiri satu lapisan sel yang perpanjangan sitoplasmik yang
ditembus oleh jendela atau fenestrate. (Guyton, 1996)
Dinding kapiler glomerular membuat rintangan untuk pergerakan
air dan solute menyebrangi kapiler glomerular. Tekanan
hidrostatik darah di dalam kapiler dan tekanan osmotic dari cairan
di dalam bowman space merupakan kekuatan untuk proses filtrasi.
Normalnya, tekanan osmotic di ruang bowman tidak ada karena
molekul protein yang medium-besar tidak tersaring. Rintangan
untuk filtrasi (filtration barier) bersifat selektif permeable.
Normalnya komponen selular dan protein plasma tetap di dalam
darah, sedangkan air dan larutan akan bebas tersaring. (Guyton,
1996)
Pada umumnya molekul dengan radius 4 nm atau lebih tidak
tersaring, sebaiknya sebaliknya moekul 2 nm atau kurang akan
tersaring tanpa batasan. Bagaimanapun karakteristik juga
mempengaruhi kemampuan dari komponen darah untuk
menyebrangi filtrasi. Selain itu beban listrik (elektrik charnged)
dari setiap molekul juga mempengaruhi filtrasi. Kation (positive)
lebih mudah tersaring daripada anion. Bahan-bahan kecil yang
dapat terlarut dalam plasma, seperti glukosa, asam amino,
natrium, kalium, klorida, bikarbonat, garam lain, dan urea
melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan. Hasil
penyaringan di glomerulus berupa filtrate glomerulus (urin
primer) yang komposisinya serupa dengan darah. Tetapi tidak
mengandung protein. (Guyton, 1996)

b. Penyerapan (Absorbsi)
Tubulus proksimal bertanggung jawab terhadap reabsorbsi
bagian terbesar dari filtered solute. Percepatan dan kemampuan
reabsorbsi dan sekresi dari tubulus renal tidak sama. Pada
umumnya, pada tubulus proksimal bertanggung jawab untuk
mereabsorbsi ultrafiltrate lebih luas dari tubulus yang lain. Paling
tidak 60% kandungan yang tersaring di reabsorbsi sebelum cairan
meninggalkan tubulus proksimal.

c. Penyerapan kembali (Reabsorbsi)


Volume urine manusia hanya 1% dari filtrate glomerulus. Oleh
karena itu, 99% filtrate glomerulus akan direabsorbsi secara aktif
pada tubulus kontortus proksimal dan terjadi penambahan zat-zat
sisa serta urea pada tubulus kontortus distal. Substansi yang masih
berguna sepeti glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah.
Sisa sampah kelebihan garam dan bahan lain pada filtrate
dikeluarkan dalam urine. Tiap hari, tubulus ginjal mereabsorpsi
lebih dari 178 liter air, 1200gr garam, dan 150gr glukosa.
Sebagian besar dari zat-zat ini di reabsorbsi beberapa kali. Setelah
terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urine sekunder
yang komposisinya sangat berbeda dengan urine primer. Pada
urine sekunder, zat-zat yang masih diperlukan tidak akan
ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolism
yng bersifat racun bertambah, misalnya; ureum dari 0,03% dalam
urin primer dapat mencapai 2% dalam urin sekunder. Meresapnya
zat pada tubulus ini melalui 2 cara. Gula dan asam amino meresap
melalui peristiwa difusi sedangkan air melalui peristiwa osmosis.
Reabsorbsi air terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus distal.

d. Augmentasi
Adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di
tubulus kotortus distal. Komposisi urine yang dikeluarkan lewat
ureter adalah 96% air, 1,5% garam, 2,5% urea dan sisa subtansi
lainnya. Misalnya, pigmen empedu yang berfungsi member warna
dan bau pada urine. Zat sisa metabolism adalah hasil katabolisme
zat makanan yang bermolekul kompleks. Zat sisa ini sudah tidak
berguna lagi bagi tubuh. Sisa metabolisme antara lain; CO2, H2O,
NHS, Zat warna empedu, dan asam urat. Karbon dioksida dan air
merupakan sisa oksidasi atau sisa pembakaran zat makanan yang
berasal dari karbohidrat, lemak, dan protein. Kedua senyawa
tersebut tidak berbahaya bila kadarnya tidak berlebihan.
Walaupun CO2 berupa zat sisa, namun sebagiannya masih dapat
dipakai sebagai dapar (Penjaga kestabilan PH) dalam darah.
Demikian juga H2O dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan,
misalnya sebagai pelarut. Ammonia (NH3), Hasil
pembongkaran/pemecahan protein, merupakan zat yang beracun
bagi sel. Oleh karena itu, zat ini harus dikeluaran dari tubuh.
Namun demikian, Jika untuk sementara disimpan dalam tubuh, zat
tersebut akan dirombak menjadi zat yang kurang beracun yaitu
dalam bentuk urea. Zat warna empedu adalah sisa hasil
perombakan sel darah merah yang dilaksanakan oleh hati dan
disimpan pada kantung empedu. Zat inilah yang akan dioksidasi
jadi urobilinogen yang berguna memberi warna pada tinja dan
urin. Asam urat merupakan sisa metabolism yang mengandung
nitrogen (sama dengan amonia) dan mempunyai daya racun lebih
rendah dibandingkan ammonia, karena daya larutnya dalam air
rendah.
2.2.2 Faktor Pembentukan Urine

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan urine adalah;

1. Hormon:
a. ADH
Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorbsi air
sehingga dapat mengendalikan keseimbangan air di dalam tubuh.
Hormon ini dibentuk oleh hipofisis posterior yang mensekresi
ADH dengan meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan
ekstrasel.
b. Aldosteron
Hormon ini disekresi oleh kelenjar adrenal, berfungsi pada
absorbs natrium di tubulus Ginjal. Proses pengeluaran aldosteron
ini diatur oleh adanya perubahan konsentrasu kalium, natrium,
dan sistem angiotensin rennin.
c. Prostaglandin
Merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang berfungsi
merespon radang, pengendalian darah, kontraksi uterus, dan
pengaturan pergerakan gastrointestinal. Pada ginjal, asam lemak
ini berperan dalam mengatur sirkulasi.
d. Glukokortikoid
Hormon ini bersungsi mengatur peningkatan reabsorbsi natrium
dan air yang menyebabkan volume darah meningkat sehingga
terjadi retensi natrium.
e. Renin
Selain itu ginjal menghasilkan rennin; yang dihasilkan oleh sel-
sel apparatus juxta glomerularis. Sel ini merupakan renggangan
yang apabila renggangannya turun akan mengeluarkan rennin.
Renin mengakibatkan hipertensi ginjal, sebab rennin
mengakibatkan aktifnya angiotensinogen menjadi angiotensin I,
yang oleh enzim lain diubah menjadi angiotensin II dan ini
efeknya menaikkan tekanan darah.

2. Zat-zat diuretik :
Banyak terdapat pada kopi, teh, alkohol. Akibatnya, jika banyak
mengkonsumsi zat diuretic ini maka akan menghambat proses
reabsorbsi, sehingga volume urin bertambah.

3. Suhu Internal dan Eksternal


Jika suhu naik di atas normal, maka kecepatan respirasi meningkat
dan mengurangi volume urin.

4. Konsentrasi darah
Jika kita tidak minum air seharian, maka konsentrasi air di dalam
darah akan rendah. Reabsorbsi air di ginjal meningkat, volume urin
menurun.

5. Emosi
Emosi tertentu dapat merangsang meningkatan dan penurunan
volume urin.

2.3 Mekanisme Rasa Haus

Untuk menjaga keseimbangan cairan, orang sehat dengan fungsi ginjal yang
normal dan tidak berkeringat berlebihan, harus minum sedikitnya 1 liter cairan per
hari. Untuk mencegah dehidrasi dan pembentukan batu ginjal, dianjurkan untuk
minum cairan sebanyak 1,5-2 liter per hari. Bila otak dan ginjal berfungsi dengan
baik, tubuh dapat mengatasi parubahan yang ekstrim dalam asupan cairan.
Seseorang biasanya dapat minum cairan yang cukup untuk menggantikan
kehilangan air yang berlebihan dan mempertahankan volume darah dan konsentrasi
dari garam-garam mineral yang terlarut ( elektrolit ) dalam darah. Jika seseorang
tidak dapat minum air yang cukup untuk menggantikan kehilangan air yang
berlebihan (seperti yang terjadi pada muntah berkelanjutan atau diare hebat), maka
bisa mengalami dehidrasi. Terjadinya dehidrasi dapat memicu proses osmosis,
dimana akan menimbulkan berkerutnya sel dan berkurangya kadar H2O yamg
merusak keseimbangan osmoregulator tubuh

Ginjal meminimalkan kehilangan cairan selama terjadi kekurangan air, melalui


sistem umpan balik osmoreseotor-ADH. Akan tetapi, asupan cairan yang kuat
diperlukan untuk mengimbangi kehilangan cairan yang terjadi melalui keringat dan
napas serta melalui saluran pencernaan . Asupan cairan diatur oleh mekanisme rasa
haus, yang bersama dengan mekanisme osmoreseptor-ADH, mempertahankan
kontrol osmolaritas cairan esktrasel dan konsentrasi natrium secara tepat. Pusat
haus terdapat pada hipotalamus bagian lateral sedangkan rangsangan haus berasal
dari kondisi dehidrasi intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai respon dari
penurunan tekanan darah, perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume
darah. Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus
walupun kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan segera hilang setelah
minum sebelum proses absorbsi oleh tractus gastrointestinal.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sistem urinaria merupakan salah satu sistem yang paling penting bagi tubuh. Sistem
perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya proses
terjadinya penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak
dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh.
Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin
(Air Kemih).Sistem urinaria terdiri atas dua ginjal, dua ureter, satu kandung kemih,
dan satu uretra.

Tahap pembentukan urine dibagi menjadi tiga tahap yaitu filtrasi, reabsorpsi, dan
filtrasi.

Anda mungkin juga menyukai