Anda di halaman 1dari 18

URGENSI TURUNNYA AL-QUR’AN BAGI MANUSIA DAN

KEMANUSIAAN

Makalah:
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia

Oleh:
MOH KHOLILUR RAHMAN
E93219104

Dosen Pengampu:
Drs. H. Fadjrul Hakam Chozin, MM

PROGRAM STUDI ILMU AL QURAN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UIN SUNAN AMPEL

SURABAYA
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulilla. Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan
hidayah-Nya. Segala pujian hanya layak kita aturkan kepada Allah SWT. Tuhan
seru sekalian alam atas segal berkat , rahmat, taufik, serta petunjuk_Nya yang
sungguh tiada terkira besarnya, sehinnga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang penulis beri judul “URGENSI TURUNNYA AL-QURAN MANUSIA
DAN KEMANUSIAAN”.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mendapat banyak bantuan dari
berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan rasa berterimakasih yang
sebesar-besarnya kepada mereka, kedua orang tua dan segenap keluarga besar
penulis yang telah memberi dukungan, moril, dan kepercayaan yang sangat berarti
bagi penulis.
Berkat dukungan mereka semua kesuksesan ini dimulai, dan semoga semua
ini bias memberikan sebuah nilai kebahagiaan dan menjadi bahan tuntunan kearah
yang lebih baik lagi. Penulis tentunya berharap isi makalah ini tidak
meninggalkan celah, berupa kekurangan atau kesalahan, namun kemungkinan
akan selalu tersisa kekurangan yang tidak disadari oleh penulis.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
agar makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, penulis mengharapkan
agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Wassalamualaiku Wr. Wb.

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Al Quran sebagai Petunjuk ................................................................. 2


B. Al Quran sebagai Pembeda ................................................................ 5
C. Al Quran sebagai Obat Penawar ......................................................... 7
D. Al Quran membersihkan Jiwa Manusia .............................................. 8
E. Meluruskan Aqidah dan Kepercayaan ................................................ 9
F. Al Quran sebagai Sumber Hukum Islam ........................................... 12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................................... 14
B. Saran .................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sesungguhnya merupakan nikmat Allah Swt yang terbesar adalah diutusnya
Nabi Muhammad Saw dan diturunkanya al-Qur’an kepadanya untuk dijadikan
petunjuk kepada manusia, mengajari dan mengingatkan mereka tentang segala
yang bermanfaat bagi mereka di dunia dan di akhirat. Atas dasar inilah Allah Swt
memuliakan umat Islam
Al-Qur’an adalah kalam Allah Swt baik huruf maupun maknanya dan dia
bukan mahluk. Dari Allah Swt al-Qur’an berasal dan kepada-Nya dia akan
kembali. Al-Qur’an sebagaimana ia di turunkan oleh Allah mempunyai
keunggulan-keunggulan yang membuatnya istimewa dibandingkan kitab suci
lainnya. Ia adalah kitab ilahi, kitab suci yang menjadi mukjizat, kitab yang
memberikan penjelasan dan di mudahkan untuk di pahami, kitab suci yang
dijamin pemeliharaan keauntetikannya, kitab suci bagi agama seluruhnya, kitab
bagi seluruh zaman, dan kitab suci bagi seluruh manusia.
Al-Qur’an merupakan kitab yang universal untuk seluruh manusia, bahkan
untuk bangsa jin,untuk memberikan kabar gembira dan peringatan kepada
mereka. Ia juga bertujuan untuk menghubungkan manusia dengan Rabbnya agar
manusia hanya menyembah-Nya dan bertakwa kepada-Nya dalam segala
urusan.Al-Qur’an juga bertujuan untuk membersihkan jiwa manusia. Sebab jika
jiwa itu tekah besih, niscaya baiklah seluruh masyarakat.Dan jika jiwa itu rusak,
niscaya rusaklah masyarakaat seluruhnya.
B. Rumusan Masalah
Apa saja urgensi diturunkannya al-Qur’an bagi manusia dan kemanusiaan ?
C. Tujuan Penulis
Mengtahui urgensi diturunkannya al-Qur’an bagi manusia dan kemanusiaan

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Al-Qur‟an Sebagai Petunjuk
Allah SWT menurunkan pesan-pesannya melalui al-Qur‟an kepada
manusia, untuk dijadikan pegangan dan pedoman, way of life, agar manusia
sukses menjalankan hidup di dunia dan bahagia di akhirat nanti. Allah
menurunkan al-Qur‟an kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat
Jibril As, menggunakan bahasa Arab, dan di belahan bumi pilihan Allah SWT,
yakni Makah al-Muqarramah dan Madinah al-Munawarah, sebagai umat yang
juga terpanggil untuk menjalankan pesan pesan Allah SWT, maka sudah wajib
bagi kita menjadikan al-Qur‟an sebagai petunjuk dan pedoman dalam hidup dan
kehidupan, yakni memasyarakatkan isi, bacaan, dan mengamalkan al-Qur‟an
dalam kehidupan sehari-hari.

Allah SWT telah berfirman yang artinya “kitab (al-Qur’an) ini tidak ada
keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa” (QS.al-Baqarah: 1-2)
Dan juga Allah berfirman di pertengahan surat al-Baqarah, (Beberapa hari yang
telah ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan didalamnya diturunkan
(permulaan) al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan penjelasan
mengenai prtunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang batil). (Q.S.al-
Baqarah: 185)
Di awal surat al-Baqarah Allah telah berfirma al-Qur‟an sebagai petunjuk bagi
orang yang bertakwa, sedangkan di tengah al-Qur‟an sebagai petunjuk bagi
manusia, dan ini sifatnya umum baik bagi orang yang bertakwa maupun yang
tidak bertakwa. Adapun petunjuk bagi orang yang bertakwa, mempunyai arti
bahwa mereka mampu mengambil manfaat dan mengambil faedah dari al-Qur‟an
itu, serta mereka mampu menjadikan cahaya al-Qur‟an sebagai penerang bagi
mereka.
“Alif Laam Raa…(ini adalah) kitab yang kmi turunkan kepadamu
(Muhammad) supaya kamu mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada
cahaya terang benderang yang di izinkan Tuhan, (yaitu) menuju jalan Tuhan
yang maha terpuji”(Q.S.Ibrahim: 1)

2
3

Dari ayat di atas, jelas bahwa fungsi al-Qur‟an adalah untuk membebaskan
manusia dari kegelapan-kegelapan menuju cahaya terang-benderang. Pada ayat ini
Allah SWT menyebutkan kegelapan menggunakan jamak mu‟annas salim dari
isim mufrad artinya kegelapan kegelapan. Mengandung makna kegelapan di dunia
ini macam raga dan bentuk. Hal ini juga dijelaskan beberapa tafsir, baik itu at-
Tabari, Jalalain, Ibnu Kasir, dan al-Kurtubi disebutkan bahwa makna kegelapan-
kegelapan mempunyai makna, kekafiran, kebodohan, dan kesehatan. Sementara
dalam ayat ini cahaya menggunakan isim mufrad tidak menggunakan bentuk
jamak, itu membuktikan atau menunjukkan bahwa cahaya itu satu, yakni cahaya
iman petunjuk dan hidayah Allah SWT.
Pada saat Nabi Muhammad SAW yang begitu semangat-semangatnya
mempelajari al-Quran hingga malaikat Jibril as belum menuntut, Nabi
Muhammad SAW sudah menirukannya. Allah melarang Nabi Muhammad SAW,
menirukan bacaan Jibril kalimat demi kalimat, sebelum malaikat Jibril as
membacakannya sampai selesai. Hal ini dilakukan agar Nabi Muhammad SAW
benar-benar faham dan hafal ayat-ayat yang ditirukan. Artinya tanamkanlah
kegemaian membaca al-Quran, pelajari secara bertahap, dan siapapun yang ingin
mempelajarinya haruslah ada pembimbingnya, agar ketika terjadi kesalahan ada
yang mengoreksinya.
Allah SWT berfirman dalam surat al-Qiyamah ayat 16-21 yang artinya:
“Jangalah kamu gerakan lidahmu untuk (membaca) al-Quran karena hendak
cepet-cepet (menguasai)nya (16) Sesungguhnya atas tanggungan kalimah
mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya (17).
Apabila kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu (18).
Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan kalimah penjelasannya (19). Sekali-
kali jangan demikian, sebenarnya kamu (hai manusia) mencintai kehidupan
dunia (20). Dan meninngalkan (kehidupan) akhirat (21)”… (Q.S.al-Qiyamah: 16-
21).
Pada ayat diatas Allah SWT memerintahkan dengan fi‟il amal maka itulah
bacaan itu artinya, setelah gemar membaca dan mengamalkan al-Qur‟an kita tidak
hanya tinggal diam. Kita disuruh mengikuti al-Quran, mengikuti amalan syariat
dan hokum-hukumnya, sesuai dengan kapasitas dari masing-masing. Pelestarian
4

dan pengakulturasian nilai-nilai al-Quran dalam kehidupan sehari-hari sangatlah


penting. Dengan kecintaan membaca ayat-ayat al_Qur‟an, merupakan akan lahir
suatu motivasi untuk mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kecintaan
terhadap al-Qur‟an tidak lahir terhadap spontanitas, selain upaya yang sungguh-
sungguh dari diri sendiri, keluarga dan para ulama dalam meningkatkan tulis baca
al-Quran, namun yang tidak kalah pentingnya adalah faktor apresiasi dari
pemerintah. Jikalau kita seorang pejabat, tiada salahnya membuat peraturan
daerah yang berhubungan dengan al-Quran, mkisalnya setiap anak yang
melanjutkan studinya ketingkat SLTP atau SLTA hendaknya memiliki sertifikat
tulis baca al-Quran. Dengan demikian, TPA-TPA yang ada disekitar kita tidak
akan sepi seperti sekarang ini.
Jadi al-Quran merupakan petunjuk dialah dan irsyad (penjelas dan
bimbingan) bagi seluruh manusia, dan petunjuk taufiq bagi orang yang bertakwa,
khususnya mereka yang memenuhi panggilan al-Quran. Jadi hidayah itu ada dua
macam yaitu hidayah taufiq wal „amal (respon dan aksi). Ini khusus bagi orang
yang beriman. Dan hidayah taufiq wa irsyad (bimbingan dan penjelas) yang
bersifat informative bagi seluruh umat manusia.
Allah SWT juga berfirman yang artinya, “sesungguhnya al-Quran ini
memberi petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus, dan memberikan kabar
gembira bagi orang mukmin yang mengerjakan amal-amal soleh bahwa bagi
mereka ada pahala yang besar, dan sesungguhnya orang yang tidak beriman
kepada hari akhirat, kami sediakan bagi mereka azab yang pedih,”(Q.S.al-Isra: 9-
10). Allah SWT menyebutkan al-Quran sebagai petunjuk yang paling lurus
(aqwam), yaitu kepada jalan yang paling lurus dan adil yang mengantarkan
kepada Allah SWT. Jika kita menghendaki untuk sampai kepada Allah Azza wa
Jalla dan Surga-Nya maka kita harus beramal dengan al-Quran karim.
Petunjuk al-Quran itu ada dua macam. Pertama, petunjuk berupa larangan,
perintah dan berita baik. Kedua, petunjuk bagaimana mengambil manfaat dari
landasan yang dikenal. Bagian pertama, bahwa sebagian besar petunjuk yang
terdapat di dalam al-Quran itu terkait dengan masalah-masalah kebaikan,
termasuk masala hokum. Sedangkan bagian kedua, inilah yang akan kita bahas
kali ini. Allah SWT mengajak makhluk-Nya dalam banyak ayat untuk
5

memikirkan penciptaan langit dan bumi, serta isinya. Allah SWT menjelaskan,
bahwa dia menundukkan langit dan bumi itu untuk kepentingan manusia. Allah
SWT mengingatkan orang-orang memiliki akal untuk menggunakannya, dengan
memikirkan apa-apa yang ada di langit dan di bumi, kemudian mengeksplorasi
kekayaan yang da di dalamnya. Jika kita memikirkan apa yang ada di dalam
keduanya, melihat fenomena dan keteraturan yang ada padanya, untuk apa ini
semua di ciptakan dan manfaat apa yang terkandung di dalamnya, niscaya kita
dapat mengambil pelajaran yang sangat berharga dari semua ini. Yaitu, pertama
kita dapat melihat bukti nyata kesempurnaan dan keagungan yang di miliki oleh
Allah SWT. Sedangkan yang kedua, kita dapat memikirkan fenomena-fenomena
alam kemudian menggali manfaat yang ada di dalamnya. Allah SWT telah
menundukan alam semesta kepada manusia, lalu menyerahkan seluruhnya kepada
manusia agar manusia dapat menggali manfaat yang amat sangat besar di
dalamnya, baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Semua ini Allah SWT beritahukan kepada manusia, agar mereka semua
bias mengambil manfaat dan dapat mengingat pencipta dibalik semua penciptaan
ini. Allah SWT memaparkan jalan yang penuh petunjuk agar manusia mengikuti,
dan juga menggambarkan jalan kesesatan agar mereka semua dapat menghindari
darinya.
B. Al-Quran Sebagai Pembeda
Allah SWT juga menyifati al-Quran sebagai Furqaan (pembeda)
sebagaimana firmannya:
“Maha suci Allah yang telah menurunkan al-Furqan (yaitu al-Quran)
kepada hamba-hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada
seluruh alam”(Q.S.al-Furqan: 1)
Artinya al-Qur‟an membedakan antara yang hak dengan yang batil, antara
yang lurus dengan yang sesat, yang bermanfaat dengan berbahaya. Dia menyuruh
kita untuk berbuat kebaikan dan melarang kita untuk berbuat yang buruk dan dia
memperlihatkan segala apa yang kit6a butuhkan untuk urusan di dunia maupun di
akhirat kekal, maka dia adalah Furqan dalam arti membedakan antara yang hak
dan yang batil.
6

Al-Quran juga menetapkan hak-hak manusia, al-Quran menegaskan


kemulian manusia atau yang didengungkan oleh manusia pada era kontenporer ini
sebagai hak-hak asasi manusia (HAM) semenjak 14 abad lalu. Sementara orang
yang jahil menyangkanya sebagai pencempaian zaman modern.
Hak-hak manusia yang dijamin oleh al-Quran itu dapat kita lihat pada
beberapa firman Allah berikut ini:
1. Hak berfikir, meneliti, dan mengkaji dengan bebas.
“Katakanlah, perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi”(Yunus: 101)
2. Hak menentukan keyakinan
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (islam)”(al-Baqarah: 256)
3. Hak berekspresi, memberi perintah, dan mengeluarkan larangan.
“Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka
(adalah) menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh
(mengrjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar”(at-Taubah: 71)
4. Persamaan dengan manusia lainnya yang berbeda ras, warna kulit, dan
keturunan.
“Hai manusia, sesungguhnya Kami ciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang rezeki yang baik dari Allah perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal.
Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling bertakwa di antara kamu”(al-Hujurat: 13)
5. Hak untuk menikmati rezeki yang baik dari Allah SWT.
“katakanlah, siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah di
keluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang
mengharamkan) rezeki yang baik…?”(al-A’raf: 32)
6. Hak untuk menikah dan membina rumah tangga.
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaa-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram
kepada-Nya, dan dijadikan-Nya di antaramu raasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
berfikir”.(ar-Rum: 21)
7

7. Hak untuk melahirkan keturunan


“Allah menjadikan kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan
bagimu dari istri-istri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu”(an-Nahl: 72)
8. Hak untuk hidup
Islam memberikan hak kepada manusia untuk hidup. Itulah sebabnya al-Quran
sangat mempersalahkan orang-orang jahiliyah yang mengubur hidup-hidup
anak perempuan merdeka, dan membunuh anak-anak mereka karena takut
kelaparan. Al-quran menilai hal itu sebagai kesalahan dan dosa yang sangat
besar. Allah SWT berfirman: “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu
karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka
dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang
besar.”(al-Isra: 31)
9. Hak untuk hidup selama tidak melakukan kejahatan.
“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah(membunuhnya)
melainkan dengan suatu sebab yang benar.”(al-An’am: 51 dan al-Isra: 33).
10. Hak untuk bekerja dan bepergian
“Dialah yang menjadikan bumi ini mudah bagi kamu, maka berjalanlah di
segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya.”(al-Mulk: 15).
C. Al-Quran sebagai obat penawar
Allah SWT juga menyebutkan al-Qur‟an sebagai Syifa‟ (obat penawar)
Allah SWT berfirman yang artinya: “Hai manusia sesungguhnya telah datang
kepadamu pelajaran dari Rabbmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakitb (yang
berbeda) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang
beriman” (Q.S.Yunus: 57).
Dia obat bagi penyakit mereka yang bersifat hakiki (yang menimpa badan)
dean penyakit yang bersifat maknawi (yang menimpa hati). Merupakan obat yang
menimpa badan, dengan cara membacakannya untuk orang yang sakit atau
terkena ain (hinotis), kesurupan jin dan semisalnya. Dengan seizing Allah SWT
orang yang sakit akan menjadi sembuh jika bacaan tersebut berasal dari hati
seorang mukmin yang yakni kepada-Nya. Apabila keyakinan yang kuat
berkumpul antara orang yang membacakannya dengan yang dibacakan untuknya
maka Allah SWT memberikan kesembuhan bagi yang si sakit.
8

Al-Quran juga merupakan obat bagi penyakit maknawi, seperti penyakit


ragu-ragu (syak), syubhat (keracunan), kufur dan nafik. Penyakit ini lebih
berbahaya dari penyakit-penyakit badan. Penyakit hati lebih berbahaya dari
penyakit badan karena penyakit badan ujung penghabiskannya adalah mati
sedangkan mati itu pasti terjadi dan tidak mungkin dapat di tolak. Penyakit hati
apabila dibiarkan terus-menerus maka akan menyebabkan matinya hati, rusak
secara total sehingga hati condong kepada keburukan, fasik dan tidak ada obat
baginya kecuali al-Quran yang telah diturunkan oleh Allah SWT sebagai obat
penawar.
D. Al Quran membersihkan jiwa manusia
Diantara tujuan diturunkannya al-Quran adalah membersihkan jiwa
manusia. Jiwa mempunyai fitran untuk menjadi kotor apabila manusia melakukan
kejahatan. Namun, jiwa juga siap membawa manusianya untuk bertakwa dengan
cara ia senantiasa di bersihkan dan di sucikan. Manusia dengan akal dan
kemauannya
Tazkiah „pembersihan‟ berasal dari kata zaka-yazku-zakatan. Ia adalah kata
yang mengandung dua makna atau unsur, yaitu pembersihan dan pertumbuhan.
Oleh karena itu, tugas Nabi SAW. Terhadap bangsa Arab ada dua. Pertama,
membersihkan akal mereka dari kemusyrikan dan kebatilan, membersihkan hati
mereka dari kekerasan jahiliyah, membersihkan keinginan mereka dari syahwat
binatang, dan membersihkan mereka dari perbuatan-perbuatan kotor. Kedua,
mengembangkan akal mereka dengan ilmu pengetahuan dan hati mereka dengan
keimanan sehingga kehendak hati mereka mengarah pada amal sholeh, kebaikan,
dan akhlak mulia. Inilah yang dilakukan oleh Nabi SAW. Beliau mengajarkan
bangsa Arab al-Quran dan hikmah, membersihkan jiwa sehingga mereka dapat
menghancurkan dari dalam diri mereka pemikiran-pemikiran paganisme dan
penyelewengan jahiliah, dan membangun keutamaan keimanan. Sehingga mereka
benar-benar menjadi umat yang terbaik, firman Allah dalam al-Quran “kamu
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia.” (ali-Imran: 110).
Pembersihan jiwa hanya dapat terlaksana berkat anugrah dari Allah SWT dan
taufik-Nya. Seperti firman Allah SWT “Sekiranya tidaklah karena karunia Allah
dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorang pun dari kamu
9

bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi


Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya.” (an-Nur: 21)
Hal yang tidak dapat diragukan adalah bahwa kebaikan umat dan bangsanya
ditentukan oleh kebaikan individu-individunya. Dan, kebaikan individu-individu
itu ditentukan oleh kebaikan jiwanya. Dengan kata lain, dengan membersihkan
jiwa maka jiwa mereka akan berubah dari nafsu ammarah bissuu „jiwa yang
memerintahkan untuk berbuat jahat‟ kepada an nafsul lawwamah „jiwa yang
mendorong untuk dan mencela dari keburukan, dan kemudian menjadi an nafsul
muthmainnah „jiwa yang tenang‟
E. Meluruskan akidah dan kepercayaan
1. Membentuk dasar-dasar tauhid
Al-Quran mengatakan bahwa kemusyrikan merupakan dosa yang paling
besar yang dilakukan oleh manusia karena dalam kemusyrikan itu terkandung
pendzaliman tehadap hakikat, pemalsuan fakta, dan menurunkan manusia dari
tingkat penguasa dunia seperti dikehendaki Allah SWT ketingkat perbudakan
dan ketundukan kepada makhluk itu benda mati, pepohonan, hewan, manusia,
atau yang lainnya. Oleh karena itu Allah SWT berfirman: “ sesungguhnya
Allah tidak akan mengampuni dosa (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-
Nya”(an-Nisa: 48)
Karena kemusyrikan adalah sarang kebatilan dan khufarat, maka al-Quran
mengajak untuk menyembah Allah SWT semata, dan mendeklarasikannya
sebagai prinsip utama bersama risalah para nabi seluruhnya. Seluruh Nabi
mengajak kaumnya untuk menyembah Allah.
Dakwah tauhid adalah pokok kebebasan yang sebenarnya karena orang
yang menyakralkan dan menyucikan manusia atau menyembah batu, sama
sekali tidak mempunyai kebebasan.
Ia adalah pokok persaudaraan dan persamaan karena ia berdiri di atas
keyakinan bahwa manusia seluruhnya adalah hamba Allah SWT, dan mereka
adalah anak-anak dari bapak dan ibu yang satu. Mereka bersaudara satu sama
lain, dan satu orang tidak menjadi tuhan bagi yang lainnya.
Al-Quran dari awal hingga akhirat adalah ajakan kepada tauhid,
mengingkari kemusyikan, menjelaskan balasan yang baik bagi orang yang
10

bertauhid di dunia dan di akhirat, dan alasan yang buruk bagi orang-orang yang
musyrik di dunia dan di akhirat.
2. Meluruskan akidah tentang kenabian dan risalah
Meluruskan akidah tentang kenabian dan risalahnya dilakukan dengan
metode berikut:
a. Menjelaskan kebutuhan manusia kepada kenabian dan risalah kenabian
b. Menjelaskan tugas para Rosul dalam memberikan kabar gembira dan
ancaman tuhan.
c. Menjawab tuduhan-tuduhan yang dilontarkan manusia dari dahulu
tentang keberadaan Rosul, seperti ucapan mereka.
3. Al-Quran menjawab tuduhan-tuduhan mereka itu dengan firman Allah
“Rasul-rasul mereka berkata kepada mereka, “kami tidak lain hanyalah
manusia seperti kamu, akan tetapi Allah memberi karunia kepada siapa yang
Dia kehendaki diantara hamba-hamba-Nya”(Ibrahim: 11) Menjelaskan
balasan-balasan orang-orang yang membenarkan para Rosul dan akibat yang
dirasakan oleh orang-orang yang mendustakan mereka, yang selalu berakhir
dengan kebinasaan orang-orang mendustakan mereka dan keselamatan bagi
kalangan yang beriman.
“Kemudian kami selamatkan Rosul-rosul kami dan oramg-orang yang
beriman, demikianlah menjadi kewajiban atas kami menyelamatkan orang-
orang yang beriman.”(Yunus: 103).
4. Menguatkan akidah keimanan tentang Akhirat dan balasan amal perbuatan.
Perbuatan yang diberikan perhatian al-Quran dan diulang-ulang dalam
surat Makiyah dan Madaniyah adalah keimanan terhadap akhirat dan balasan
yang akan didapatkan terhadap amal perbuatan manusia, perhitungan amal
perbuatan, serta Surga dan Neraka.
Dalam menetapkan akidah ini dan pelurusannya, al-Quran menggunakan
berbagai cara.
1. Memberikan dalil-dalil tentang kebangkitan manusia dengan menjelaskan
kekuasaan Allah SWT untuk mengembalikan penciptaan makhluk
sebagaimana pertama kali diciptakan.
11

“Dan Dialah yang mencptakan (manusia) dari permulaan, kemudian


mengembalikan (menghidupkan)nya kembali, dan menghidupkan
kembaliitu lebih mudah bagi-Nya.”(ar-Rum: 27)
2. Mengingatkan tentang penciptaan benda-benda besar yang jika
dibandingkan penciptaan semua itu dengan penciptaan manusia, maka
penciptaan manusia adalah hal yang sangat mudah dan sederhana.
3. Menjelaskan hikmah Allah SWT dalam memberikan balasan terhadap
amal perbuatan manusia, sehingga orang yang berbuat baik(shaleh) pada
akhirnya tidakn sama nasibnya dengan orang yang berbuat jahat. Jika tidak
ada balasan itu, maka kehidupan ini menjadi sia-sia dan tak berharga.
Allah SWT tidak menciptakan bumu ini untuk kesia-siaan.
“Maka apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya kami menciptakan
kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan
kepada kami?”(al-Mu’minun: 115).
“Apakah manusia mengira bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa
pertanggung jawaban)?”(al-Qiyamah: 36).
4. Menjelaskan balasan baik dan keridhaan yang menunggu kaum Mukmin di
akhirat kelak nantki, serta kerugian dan siksa yang menanti orang-orang
yang kafir. Oleh karena itu, Al-qur‟an banyak berbicara tentang hari
kiamat dan kepedihannya, tentang catatan amal perbuatan yang tidak
sedikitpun meninggalkan catatan atas perbuatan manusia, yang besar
maupun yang kecil, tentang neraca penimbang kebaikan dan keburukan
manusia, sehingga tidak ada yang tercecer sedikit pun dari amal manusia,
walaupun sebesar atom. Al-qur‟an juga membicarakan tentang
penghitungan yang amat teliti yang tidak menzhalimi siapapun sehingga
satu orang tidak menanggung dosa orang lain. Membicarakan tentang
surga dan apa yang disediakan didalamnya, dari berbagai kenikmatan
materi dan ruhani, juga tentang neraka dan isinya dari bermacam azab
yang pedih, baik indrawi maupun maknawi. Sebab manusia di akhirat
nanti adalah juga manusia ynag pernah hidup di dunia.Oleh karena itu,
balasan dan siksaan harus mencakup kedua hal itu, indrawi dan maknawi.
Membatalkan khayalan yang dihasilkan kemusyrikan dan orang-orang
12

musyrik; bahwa tuhan-tuhan mereka itu akan memberikan bantuan kepada


mereka di hadapan Allah SWT pada hari kiamat nanti. Demikian juga
yang dipercayai oleh kalangan Ahli Kitab terhadap bantuan orang-orang
suci mereka dan lainnya. Ini semua ditolak oleh Al-qur‟an dan
dibatalkannya dengan amat keras.Tidak ada syafaat kecuali dengan izin
Allah SWT, dan syafaat itu hanya diberikan kepada individu mukminyang
bertauhid.Manusia hanya diberikan manfaat oleh amal perbuatannya.Ia
juga tidak menanggung dosa orang lain, seperti firman Allah:
“Orang-orang yang zalim tidajk mempunyai teman setia seorang pun dan
tidak (pula) mempunya pemberi syafaat yang diterima syafaatnya.”(al-
Mu‟min: 18)
“Tiada yang dapat memberi syafaat disisi Allah tanpa izin-Nya...”(al-
Baqoroh: 255)
F. Al-Quran sebagai sumber dari segala sumber hokum Islam
Al-Quran juga berfungsi sebagai sumber segala macam aturan tentang
hokum, social, ekonomi, kebudayaan, pendidikan, moral dan sebagainya yang
harus dijadikan way of life bagi semua umat manusia untuk memecahkan
persoalan yang dihadapinya. Sebagai hakim yang diberi wewenang oleh tuhan
memberikan keputusan terakhir mengenai beberapa masalah yang diperselisihkan
dikalangan pemimpin-pemimpin agama dari berrmacam-macam agama dan
sekaligus sebagai korektor yang mengoreksi kepercayaan-kepercayaan atau
pandangan-pandangan yang salah di kalangan umat beragama, termasuk
kepercayaan-kepercayaan yang salah yang terdapat di dalam kitab lain yang
dipandang suci oleh pemeluknya.
Ajaran-ajaran atau anggapan-anggapan dari agama lain yang salah kemudia
di koreksi al-Qur‟an antara lain sebagai berikut :
1. Ajaran trinitas dalam Byble
2. Kepercayaan bangsa Arab pada masa pra-Islam yang mempunyai anggapan
bahwa Tuhan memiliki anak-anak perempuan yaitu para malaikat (surat al-
Najm: 27)
3. Sejumlah Nabi-Nabi dan Rasul yang terhormat dan merupakan manusia
pilihan Allah Swt yang di jadika sauri tauladan bagi umatnya, di ungkapkan
13

dalam Byble sebagai orang-orang yang melakukan perbuatan hina dan


tercela. Misalnya Nabi Ibrahim digambarkan sebagai orang yang pendusta
atau pembohong.Nabi Luth diungkapkan sebagai orang yang pernah berbuat
sexs dengan putri-putrinya.Nabi daud diceritakan sebagai orang yang
bermain serong dengan istri Uria. Nabi Sulaiman digambarkan sebagai
orang yang pernah menyembah berhala ubtuk menyenangkan isteri-
isterinya.
Menurut pandangan Islam, bahwa Nabi dan Rasul adalah ma‟sum, artinya
mereka pasti terhindar dan terprlihara dari perbuatan-perbuatan yang hina dan
tercela, seperti berdusta, berzina, dan menyembah berhala. Al-Qur‟an juga sebagai
pengukuh dan penguat yang mengukuhkan dan menguatkan kebenaran adanya
kitab-kitab suci yang pernah diturunkan sebelum al-Qur‟an dan kebenaran adanya
Nabi dan Rasul sebelum Nabi Muhammad Saw.Hanya saja ajaran-ajaran dari para
Nabi sebelum nabi Muhammad Saw beserta kitab-kitab sucinya sudah tidak
orisinil lagi, sebab tidak sedikit yang telah diubah oleh pemimpin mereka.
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Jadi fungsi al-Qur’an bagi manusia dan kemanusiaan adalah sebagai berikut :
1. Al-Qur’an berfungsi sebagai petunjuk
2. Al-Qur’an berfungsi sebagai pembeda antara yang hak dengan yang batil
3. Al-Qur’an berfungsi sebagai obat penawar bagi manusia (as-Syifa’)
4. Al-Qur’an berfungsi membersihkan jiwa manusia
5. Al-Qur’an berfungsi untuk meluruskan aqidah dan kepercayaan
6. Al-Qur’an berfungsi sebagai sumber dari segala sumber hukum Islam

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan,
dan berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca terutama bagi
mahasiswa jurusan Ilmu al-Quran dan Tafsir.

14
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qaradhawi yusuf, Berinteraksi dengan Al-Qur’an, Gema Insani Press.


Syaikh Abdurrahman As-Sa’id, Bacalah Al-Qur’an Seolah-Olah Ia Diturunkan
Kepadamu, Hikmah Production
Drs. Masjfuk zuhdi, Pengantar Ulumul Qur’an, PT Bina Ilmu

15

Anda mungkin juga menyukai