Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagian besar anak-anak di Indonesia menyukai jajanan. Jajanan adalah segala jenis
makanan yang dijual di pedagang kaki lima, toko-toko dan swalayan. Anak-anak banyak
menyukai jajanan yang berwarna mencolok atau bentuknya menarik, ditambah dengan
rasa yang manis dan gurih, tapi ternyata makanan tersebut tidak aman untuk dikomsumsi.
Pada zaman modern ini, banyak juga orang tua yang tidak memantau pola makan dan
jajanan yang dikonsumsi anak-anaknya, jadi jangan sembarang menjajankan anaknya.
Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena anak adalah generasi penerus
bangsa. Kualitas bangsa di masa depan ditentukan oleh kualitas anak-anak saat ini.
Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini, sistematis
dan berkesinambungan.Tumbuh berkembangnya anak usia sekolah yang optimal
tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar.
Pencapaian gizi seimbang masih merupakan masalah yang cukup berat.
Pada hakikatnya berpangkal pada keadaan ekonomi yang kurang dan terbatasnya
pengetahuan tentang nilai gizi dari makanan yang ada (Irianto, 2004).
Dalam masa tumbuh kembang tersebut pemberian nutrisi atau asupan makanan pada
anak tidak selalu dapat dilaksanakan dengan sempurna. Sering timbul masalah terutama
dalam pemberian makanan yang tidak benar dan menyimpang. Penyimpangan ini
mengakibatkan gangguan pada banyak organ-organ dan sistem tubuh anak. Foodborne
diseases atau penyakit bawaan makanan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
utama dibanyak negara. Penyakit ini dianggap bukan termasuk penyakit yang
serius untuk jangka pendek, sehingga seringkali kurang diperhatikan baik oleh orang tua,
masyarakat atau instansi yang terkait dengan masalah ini (Anonim, 2007).
Makanan yang baik dan aman bagi kesehatan salah satu syaratnya adalah memenuhi
standar kesehatan, yaitu menggunakan bahan tambahan makanan yang tidak melebihi
ambang batas yang telah ditentukan dan bahkan disarankan untuk tidak mengkonsumsi
makanan yang mengandung bahan tambahan. Bahan tambahan makanan adalah bahan
kimia yang sengaja ditambahkan ke dalam makanan atau yang secara alami bukan
merupakan bahan baku yang berfungsi menambah cita rasa, warna, tekstur serta
memperpanjang umur kualitas makanan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi jajanan (street food)?
2. Apa saja jenis makanan dan jajanan?
3. Apa saja macam-macam bahan kimia berbahaya yang digunakan sebagai bahan tambahan
makanan?
4. Apa dampak bahan kimia bagi kesehatan tubuh?
5. Bagaimana cara memilih jajanan yang baik?
6. Bagaimana pencegahan supaya tidak sembarangan membeli jajanan?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi jajanan (street food)
2. Mengetahui jenis-jenis makanan dan jajanan
3. Mengetahui macam-macam bahan kimia berbahaya yang digunakan sebagai bahan
tambahan makanan
4. Mengetahui dampak bahan kimia bagi kesehatan tubuh
5. Mengetahui cara memilih jajanan yang baik
6. Mengetahui bagaimana pencegahan supaya tidak sembarangan membeli jajanan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Menurut FAO, jajanan (street food) didefisinisikan sebagai makanan dan minuman
yang dipersiapkan dan/atau dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat-
tempat keramaian umum yang langsung dimakan atau dikonsumsi tanpa pengolahan atau
persiapan lebih lanjut. Makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang di olah oleh
pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau di sajikan sebagai makanan siap santap
untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan
hotel (KEPMENKES 942 Th 2003).
Jajanan sehat adalah jajanan yang bergizi dan tidak mengandung zat-zat berbahaya.
Jajanan yang sehat dapat membuat tubuh terhindar dari penyakit.

2.2 Jenis Makanan dan Jajanan


Jenis makanan menurut winarno dan mulyati(2003:22) di bagi menjadi 4 kelompok :
1. makanan utama, seperti rames, nasi pecel, bakso, mi ayam dll
2. sneck atau penganan, seperti kue-kue, onde-onde, pisang goreng, dll
3. golongan minuman seperti cendol, es teh, dawet, es cream, dll
4. buah-buahan

2.3 Macam-Macam Bahan Kimia Berbahaya Sebagai Bahan Tambahan Makanan


Pada dasarnya baik masyarakat desa maupun kota, pasti telah menggunakan zat
adiktif atau bahan tambahan makanan dalam kehidupannya sehari-hari. Secara ilmiah,
zat adiktif makanan didefinisikan sebagai bahan yang ditambahkan dan dicampurkan
sewaktu pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu. Zat adiktif makanan yang
dimaksud dalam hal ini adalah pengawet, penyedap, pewarna, pemantap, antioksidan,
pengemulsi, pengumpal, pemucat, pengental, dan anti gumpal.
Dilihat dari sumbernya, zat adiktif dapat berasal dari sumber alamiah seperti lesitin,
asam sitrat, dan lain-lain. Selain itu dapat juga disintesis dari bahan kimia yang
mempunyai sifat serupa dengan bahan alamiah yang sejenis, baik susunan kimia,
maupun sifat metabolismenya seperti karoten, asam askorbat, dan lain-lain. Pada
umumnya bahan sintetis mempunyai kelebihan, yaitu lebih pekat, lebih stabil, dan lebih
murah, akan tetapi walaupun demikian ada kelemahannya yaitu sering terjadi
ketidaksempurnaan proses sehingga mengandung zat-zat berbahaya bagi kesehatan, dan
kadang-kadang bersifat karsinogen yang dapat merangsang terjadinya kanker pada
hewan dan manusia. Zat adiktif atau bahan tambahan makanan telah dimanfaatkan dalam
berbagai proses pengolahan makanan, berikut adalah beberapa contoh zat aditif yang
sering dijumpai dalam masyarakat adalah :
1. Bahan Pengawet
Bahan pengawet umumnya digunakan untuk mengawetkan makanan yang
mempunyai sifat rusak, akan tetapi tidak jarang produsen menggunakannya pada
makanan yang relatif awet dengan tujuan untuk memperpanjang masa simpan atau
memperbaiki tekstur. Pengawet yang banyak dijual dipasaran dan banyak digunakan
adalah benzoat, yang umumnya dalam bentuk natrium benzoat atau kalium benzoat yang
bersifat lebih mudah larut. Pengggunaan pengawet dalam makanan harus tepat, baik jenis
maupun dosisnya. Suatu bahan pengawet mungkin efektif untuk mengawetkan makanan
tertentu, tetapi tidak efektif untuk mengawetkan pangan yang lain karena pangan
mempunyai sifat berbeda-beda sehingga mikroba perusak yang akan dihambat
pertumbuhannya juga berbeda.
Pemakaian bahan pengawet dari satu sisi menguntungkan karena dengan bahan
pengawet bahan pangan dapat dibebaskan dari kehidupan mikroba, baik yang bersifat
pathogen yang dapat menyebabkan keracunan atau gangguan kesehatan lainnya maupun
mikroba yang nonpatogen yang dapat menyebabkan kerusakan bahan makanan, misalnya
pembusukkan. Namun dari sisi lain, bahan pengawet pada dasarnya adalah senyawa
kimia yang merupakan bahan asing yang masuk bersama pangan yang dikonsumsi.
Apabila pemakaian bahan makanan dan dosisnya tidak diatur dan diawasi
kemungkinan besar akan menimbulkan kerugian besar bagi pemakainya, baik
yang bersifat langsung misalnya keracunan, maupun yang bersifat tidak langsung atau
kumulatif misalnya apabila pengawet yang digunakan bersifat karsinogenik. Penggunaan
bahan pengawet yang dapat membahayakan kesehatan adalah penggunaan boraks dan
formalin.
a. Boraks
Boraks adalah bahan pengawet kayu dan antiseptik pengontrol kecoa. Fungsinya
hampir sama dengan pestisida. Boraks berbentuk serbuk kristal putih tanpa bau dan
mudah larut dalam air. Boraks digunakan secara illegal dalam industri makanan bakso
dan kerupuk, karena mampu memberi efek bagus pada tekstur makanan. Bakso dengan
boraks menjadi kenyal, renyah, dan tahan lama. Kerupuk dengan boraks pun lebih
renyah dan empuk. Di Jawa Barat boraks dikenal dengan nama “pijer”, di Jawa Tengan
dan Jawa Timur dikenal dengan nama “bleng” dan digunakan sebagai tambahan
makanan untuk pengenyal ataupun pengawet.
Akibat yang ditimbulkan bisa iritasi saluran pernapasan, kulit, dan mata,
menyebabkan mual, sakit kepala, nyeri hebat pada perut. Jika dikonsumsi dalam jangka
panjang akan menyebabkan kerusakan ginjal, kegagalan sistem sirkulasi akut, bahkan
kematian.
Penyalahgunaan boraks dalam pangan antara lain pada bakso, cilok, lontong, kerupuk
gendar. Ciri-ciri mi basah, bakso, lontong, cilok, dan otak-otak mengandung boraks:
tekstur sangat kenyal, tidak lengket, tidak mudah putus. Kerupuk mengandung boraks
teksturnya sangat kenyal dan terasa getir.

b. Formalin
Formalin merupakan bahan kimia dalam industri kayu lapis, dan digunakan sebagai
bahan disinfektan pada rumah sakit. Formalin digunakan secara illegal untuk bahan
pengawet. Deteksi formalin kualitatif maupun kuantitatif secara akurat hanya dapat
dilakukan di laboratorium dengan menggunakan pereaksi kimia.
Formalin sangat berbahaya jika terhirup, terkena kulit, dan tertelan, karena bisa
menyebabkan iritasi saluran pernapasan, reaksi alergi dan luka bakar pada kulit, rasa
terbakar pada mulut, mual, muntah, hingga kejang dan koma.
Formalin merusak hati, jantung, otak, ginjal, saraf. Konsumsi dalam jangka panjang akan
menyebabkan kanker. Penyalahgunaan formalin pada pangan antara lain: mi basah, tahu,
ikan segar dan ikan kering.
Namun, ada beberapa ciri pangan berformalin yang dapat membantu membedakan
dari makanan tanpa formalin:

1. Mie basah berformalin


Tidak lengket, lebih mengilat, bau menyengat, tidak rusak sampai dua hari pada
suhu kamar (25 derajat celcius) dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es
(10 derajat celcius). Tidak lengket dan mie lebih mengkilap dibandingkan mie yang
lain.
2. Tahu berformalin
Tidak mudah hancur, tidak rusak sampai tiga hari pada suhu kamar (25 derajat
celcius) dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es (10 derajat celcius). Tahu
terlampau keras, kenyal namun tidak padat.
3. Ikan Segar atau Hasil Laut Berformalin
Tidak dihinggapi lalat, tidak rusak sampai tiga hari pada suhu kamar (25 derajat
celcius). Warna insang merah tua dan tidak cemerlang dan warna daging putih bersih.
Ada beberapa jenis bahan pengawet yang banyak digunakan dalam masyarakat, yaitu :
a. Zat Pengawet Anorganik
Zat pengawet anorganik yang masih sering dipakai adalah sulfit, hydrogen
peroksida, nitrat, dan nitrit. Molekul sulfit lebih mudah menembus dinding sel
mikroba membentuk senyawa yang tidak dapat difermentasi oleh enzim membentuk
hidroksisulfonat yang dapat menghambat mekanisme pernafasan. Penggunaan garam
nitrat dan nitrit yaitu umumnya pada proses curing daging untuk memperoleh warna
yang baik dan mencegah pertumbuhan mikroba seperti Clostridium botulinum, yaitu
suatu bakteri yang dapat memproduksi racun yang mematikan. Akan tetapi sekarang
ini nitrit dan nitrat tidak hanya digunakan pada daging tetapi pada ikan dan keju.
Penggunaannya pun semakin luas dikarenakan selain sebagai pembentuk warna dan
bahan pengawet antimikroba, juga berfungsi sebagai pembentuk factor sensori lain,
yaitu aroma dan cita rasa (flavour).
b. Zat Pengawet Organik
Zat pengawet lebih banyak dipakai daripada yang anorganik karena bahan ini lebih
mudah dibuat. Bahan organik digunakan baik dalam bentuk asam maupun bentuk
garamnya. Zat kimia yang sering dipakai sebagai bahan pengawet ialah asam sorbat,
asam propionat, asam benzoat, asam asetat, dan epoksida.
2. Perwarna
Penampilan makanan termasuk bentuk dan warnanya dapat menambah daya tarik dan
menggugah selera, oleh karenanya, sejak lama penggunaan pewarna makanan telah
dikenal luas di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia. Masyarakat tradisional
Indonesia biasa menggunakan bahan-bahan alami sebagai pewarna makanan, misalanya
kunyit untuk warna kuning, daun suji untuk warna hijau. Namun seiring perkembangan
teknologi dan tuntutan zaman, penggunaan pewarna makanan alami mulai diganti
dengan pewarna makanan sintesis karena penggunaannya lebih praktis dan harganya
lebih murah.
Berdasarkan sumbernya, secara garis besar dikenal dua jenis zat pewarna yang
termasuk kedalam golongan bahan tambahan pangan, yaitu :
a. Pewarna Alami
Banyak warna bagus yang dimiliki oleh tanaman dan hewan dapat digunakan sebagai
perwarna untuk makanan. Beberapa pewarna alami yang banyak mengandung nilai
nutrisi (karotenoid, riboflavin, dan kobalamin), merupakan bumbu (kunir dan paprika)
atau pemberi rasa (karamel) ke bahan olahannya. Kelompok tanaman atau hewan yang
memiliki warna alami dan dapat digunakan dalam tambahan makanan, diantaranya :
1. Karamel, berasal dari gula yang dipanaskan dengan air dan dapat menghasilkan
warna coklat;
2. Anthosianin, berasal dari tanaman yang dilarutkan kedalam air dan dapat
menghasilkan warna jingga, merah, dan biru;
3. Tannin, berasal dari tanaman yang dilarutkan kedalam air dan menghasilkan warna
bening atau tidak berwarna;
4. Batalain, berasal dari tanaman yang dilarutkan kedalam air dan menghasilkan
warna kuning dan merah;
5. Xanthon, berasal dari tanaman yang dilarutkan kedalam air dan menghasilkan
warna kuning;
6. Klorofil, berasal dari tanaman yang dilarutkan kedalam lipida dan air dan
menghasilkan warna hijau dan coklat;
7. Heme, berasal dari hewan dan menghasilkan warna merah dan coklat.
b. Pewarna Sintesis
Zat pewarna buatan yang diizinkan penggunaannya dalam pangan disebut sebagai
permitted color atau certified color. Zat warna yang akan digunakan harus menjalani
pengujian dan prosedur penggunaanya, yang disebut proses sertifikasi. Proses sertifikasi
ini meliputi pengujian kimia, biokimia, toksikologi, dan analisis media terhadap zat
warna tersebut. Di Indonesia peraturan mengenai penggunaan zat pewarna yang
diizinkan dan dilarang untuk pangan diatur melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 722/Menkes/Per/IX/88 mengenai bahan tambahan pangan.
Penyalahgunaan pemakaian zat pewarna untuk sembarang bahan pangan walaupun sudah
ada peraturan yang mengaturnya masih seringkali terjadi, misalnya zat pewarna untuk
tekstil dan kulit dipakai untuk mewarnai bahan pangan. Pewarna tekstil tersebut yang
banyak digunakan adalah :
1. Rhodamin B
Rhodamin B merupakan bahan pewarna sintetis dalam industri tekstil dan kertas, yang
secara illegal digunakan untuk pewarna makanan. Makanan yang menggunakan bahan
ini bisa dikenali dari warna merah mencolok yang tidak wajar, banyak terdapat titik-titik
warna karena tidak homogen dan tidak pudar apabila terkena panas (digoreng atau
direbus). Rhodamin B berupa serbuk kristal berwarna merah keunguan, dan ketika
dilarutkan dalam air akan berubah merah berpendar yang membangkitkan selera.
Biasanya digunakan pada industri kerupuk, terasi, dan makanan kecil untuk anak-anak.
2. Methanyl Yellow (pewarna kuning)
Metanil Yellow adalah pemberi warna kuning, yang digunakan untuk industri tekstil
dan cat. Bentuknya bisa berupa serbuk, bisa pula berupa padatan. Biasanya digunakan
secara illegal pada industri mie, kerupuk dan jajanan berwarna kuning mencolok. Ciri-
ciri makanan yang mengandung pewarna kuning metanil antara lain makanan berwarna
kuning mencolok dan cenderung berpendar serta banyak memberikan titik-titik warna
karena tidak homogen. Hal ini jelas sangat berbahaya bagi kesehatan karena adanya
residu logam berat pada zat pewarna tersebut. Timbulnya penyalahgunaan tersebut antara
lain disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat mengenai zat pewarna untuk pangan, dan
disamping itu harga zat pewarna untuk industri jauh lebih murah dibandingkan dengan
harga zat pewarna untuk pangan. Hal ini disebabkan bea masuk zat pewarna untuk
pangan jauh lebih tinggi daripada zat pewarna bahan nonpangan, selain itu warna dari zat
pewarna tekstil atau kulit biasanya lebih menarik.

Ada beberapa bahan pewarna sintesis yang boleh digunakan dalam makanan di
Indonesia dengan penggunaan yang tidak berlebihan, yaitu :
1. Amaran (Amaranth : Cl Food Red 9)
2. Biru berlian (Brilliant blue FCF : Cl)
3. Eritrosin (Food red 2 Erithrosin : Cl)
4. Hijau FCF (Food red 14 Fast green FCF : Cl)
5. Hijau S (Food green 3 Green S : Cl.Food)
6. Indigotin (Green 4 Indigotin : Cl.Food)
7. Ponceau 4R (Blue I Ponceau 4R : Cl)
8. Kuning (Food red 7)
9. Kuinelin (Quineline yellow Cl. Food yellow 13)
10. Kuning FCF (Sunset yellow FCF Cl. Food yellow 3
11. Riboflavina (Riboflavina)
12. Tartrazine (Tartrazine)
Menurut Kepala Balai Besar POM DKI Jakarta, Dewi Prawitasari mengatakan empat
bahan kimia berbahaya yang kerap dipakai untuk membuat jajanan sekolah. "Ada
formalin, boraks, methanil yellow, dan rodhamin B," kata Dewi saat sidak jajanan
sekolah di SD Negeri 13 Rawamangun, Jakarta Timur.
Dewi menambahkan formalin biasanya dipakai untuk mengawetkan mayat dan
disinfektan. Tapi, pedagang jajanan sekolah memakai formalin sebagai campuran bahan
makanan untuk memberi efek kenyal dan keras. "Biasanya dipakai untuk makanan
seperti tahu, bakso, atau mie kuning,".
Selain formalin, pedagang biasanya mencampur boraks. Bahan berbentuk serbuk ini
biasa dipakai untuk pembuatan pupuk. Efeknya pada makanan sama seperti formalin
yakni membuat mkanan kenyal dan renyah. Pedagang mencampur boraks untuk
membuat ketupat, bakso, dan roti kerucut untuk wadah es krim.
Ada juga pewarna berbahaya yakni methanil yellow yang dicampur ke bahan
makanan.Tujuan pencampuran ini ialah memberi efek warna terang dan mencolok pada
makanan. Padahal, methanil yellow digunakan sebagai pewarna tekstil dan cat. "Keripik
atau roti kering wadah es krim mengandung methanil yellow."
Selain methanil yellow, pewarna sejenis yang dipakai sebagai camputan ialah
rodhamin B. Bahan ini menimbulkan efek warna merah menyala. Bila menemui roti
kukus dan gula-gula yang berwarna merah terang, disarankan untuk tidak membeli.
Menurut Dewi, bahan kimia yang terkandung dalam jajanan sekolah punya dampak
buruk bagi kesehatan anak dalam jangka panjang. "Bisa kerusakan hati, ginjal, otak,
paru-paru, serta menjadi penyebab kanker."

2.4 Dampak Bahan Kimia Bagi Kesehatan


Banyaknya kasus keracunan makanan, food safety perlu ditingkatkan secara terus
menerus, sehingga kejadian keracunan makanan dapat ditekan seminimal mungkin.
Dikarenakan hal tersebutlah maka perlu diadakan pengujian terlebih dahulu sebelum
makanan tersebut diedarkan ke masyarakat luas atau dikonsumsi.
Pengujian bahan kimia berbahaya atau toksisitas pada suatu bahan makanan biasanya
dilakukan melalui tiga macam percobaan yang dilakukan pada hewan. Pertama,
penentuan dosis suatu bahan. Kedua, penentuan dosis maksimum yang dapat ditolerir
yaitu dosis harian maksimum saat hewan dapat bertahan hidup untuk periode 21 hari,
dengan tujuan pengujian ini adalah untuk menunjukkan bahan organ yang diperiksa
memperlihatkan adanya efek keracunan. Ketiga, pengujian pemberian makanan selama
90 hari, dimana setelah 90 hari percobaan dapat diketahui gejala tidak normal pada
hewan percobaan sehubungan dengan makanan yang diberikan. Hasil dari ketiga
percobaan tersebut dapat menunjukkan atau menetapkan dosis atau ambang batas wajar
penggunaan bahan tambahan makanan untuk dikonsumsi manusia.
Penggunaan bahan kimia berbahaya atau bahan tambahan makanan tersebut apabila
melebihi ambang batas maka akan menimbulkan efek negatif bagi kesehatan,
diantaranya :
1. Penggunaan Bahan Pengawet
Penggunaan zat pengawet yang berlebihan dapat mengurangi daya tahan tubuh
terhadap penyakit, penggunaan bahan pengawet di satu sisi menguntungkan karena
bahan makanan dapat terbebas dari kehidupan mikroba, baik yang bersifat pantogen
yaitu yang dapat menyebabkan keracunan atau gangguan kesehatan lainnya maupun
mikroba yang bersifat nonpatogen yang dapat menyebabkan kerusakan bahan makanan.
6 Bahan pengawet yang sangat luas pemakaiannya yaitu belerang yang dioksidasi yang
dapat menyebabkan luka pada usus, selain itu penggunaan nitrit dan nitrat pada daging
kalengan dan keju dapat menyebabkan kanker, hal ini dikarenakan nitrit merupakan
senyawa yang tergolong sebagai racun, apabila terserap oleh darah akan mengubah
hemoglobin menjadi nitrose haemoglobin atau methaemoglobin yang tidak mampu lagi
untuk mengangkut oksigen. Penderita penyakit ini terlihat dari tanda-tanda perubahan
pada kulit yang berubah menjadi biru, sesak nafas, muntah dan shock bahkan dapat
menyebabkan kematian apabila kandungan methaemoglobin lebih tinggi dari 70%.
2. Penggunaan Bahan Pewarna pada Makanan
Pemakaian bahan pewarna sintesis dalam makanan walaupun memiliki dampak positif
bagi produsen dan konsumen, yaitu dapat membuat suatu makanan lebih menarik,
meratakan warna makanan dan mengembalikan warna dari bahan dasar yang hilang atau
berubah selama pengolahan, ternyata dapat pula menumbulkan hal-hal yang tidak
diinginkan dan bahkan memberi efek negatif bagi kesehatan manusia. Beberapa hal yang
dapat menimbulkan dampak negatif tersebut apabila terjadi :
a. Bahan pewarna sintesis yang terdapat dalam makanan ini dikonsumsi dalam
jumlah kecil, namun berulang.
b. Bahan pewarna sintesis yang terdapat dalam makanan ini dikonsumsi dalam jangka
waktu lama.
c. Kelompok masyarakat luas dengan daya tahan yang berbeda-beda, yaitu
tergantung pada umur, jenis kelamin, berat badan, mutu pangan sehari-hari, dan keadaan
fisik.
d. Berbagai lapisan masyarakat yang mungkin menggunakan bahan pewarna sintesis
secara berlebih.
e. Penyimpanan bahan pewarna sintesis oleh pedagang bahan kimia yang tidak
memenuhi persyaratan.
Efek kronis yang dapat ditimbulkan dari pewarna sintesis ini adalah apabila
dikonsumsi dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan kanker hati.
3. Penggunaan MSG
a. Chinese Restaurant Syndrome
Tahun 1968 dr. Ho Man Kwok menemukan penyakit pada pasiennya yang gejalanya
cukup unik. Leher dan dada panas, sesak napas, disertai pusing-pusing. Pasien itu
mengalami kondisi ini sehabis menyantap masakan cina di restoran. Masakan cina
memang dituding paling banyak menggunakan MSG. Karena itulah gejala serupa yang
dialami seseorang sehabis menyantap banyak MSG disebut Chinese Restaurant
Syndrome.
Bagaimana sampai MSG bisa menimbulkan gejala di atas, masih dugaan sampai saat
ini. Tetapi diperkirakan penyebabnya adalah terjadinya defisiensi vitamin B6 karena
pembentukan alanin dari glutamat mengalami hambatan ketika diserap. Konon
menyantap 2 – 12 gram MSG sekali makan sudah bisa menimbulkan gejala ini.
Akibatnya memang tidak fatal betul karena dalam 2 jam Cinese Restaurant Syndrome
sudah hilang.
b. Kerusakan Sel Jaringan Otak
Hasil penelitan Olney di St. Louis. Tahun 1969 ia mengadakan penelitian pada tikus
putih muda. Tikus-tikus ini diberikan MSG sebanyak 0,5 – 4 mg per gram berat
tubuhnya. Hasilnya tikus-tikus malang ini menderita kerusakan jaringan otak. Namun
penelitian selanjutnya menunjukkan pemberian MSG yang dicampur dalam makanan
tidak menunjukkan gejala kerusakan otak.
Asam glutamat meningkatkan transmisi signal dalam otak, gamma-asam aminobutrat
menurunkannya. Oleh karenanya, mengkonsumsi MSG berlebihan pada beberapa
individu dapat merusak kesetimbangan antara peningkatan dan penurunan transmisi
signal dalam otak (Anonimous 2006).
c. Kanker
MSG menimbulkan kanker betul adanya kalau kita melihatnya dari sudut pandang
berikut. Glutamat dapat membentuk pirolisis akibat pemanasan dengan suhu tinggi dan
dalam waktu lama. Pirolisis ini sangat karsinogenik. Padahal masakan protein lain yang
tidak ditambah MSG pun, bisa juga membentuk senyawa karsinogenik bila dipanaskan
dengan suhu tinggi dan dalam waktu yang lama. Karena asam amino penyusun protein,
seperti triptopan, penilalanin, lisin, dan metionin juga dapat mengalami pirolisis dari
penelitian tadi jelas cara memasak amat berpengaruh.
d. Alergi
MSG tidak mempunyai potensi untuk mengancam kesehatan masyarakat umum,
tetapi juga bahwa reaksi hypersensitif atau alergi akibat mengkonsumsi MSG memang
dapat terjadi pada sebagian kecil sekali dari konsumen. Beberapa peneliti bahkan
cenderung berpendapat nampaknya glutamat bukan merupakan senyawa penyebab yang
efektif, tetapi besar kemungkinannya gejala tersebut ditimbulkan oleh senyawa hasil
metabolisme seperti misalnya GABA (Gama Amino Butyric Acid), serotinin atau bahkan
oleh histamin (Winarno 2004).

2.5 Cara Memilih Jajanan Sehat


1. Bersih
2. Jauh dari tempat sampah, got, debu dan asap kendaraan bermotor
3. Tertutup
4. Tidak bekas dipegang-pegang orang
5. Tidak terlalu manis dan berwarna mencolok
6. Masih segar
7. Tidak digoreng dengan minyak goreng yang sudah keruh
8. Tidak mengandung zat pemanis, zat pengawet, zat penyedap, dan zat pewarna
buatan
9. Bau tidak apek atau tengik
10. Tidak dibungkus dengan kertas bekas atau Koran
11. Dikemas dengan plastik atau kemasan lain yang bersih dan aman
12. Lihat tanggal kadaluwarsa
Contoh jajanan tidak sehat :
1. Es mambo berwarna mencolok dan terlalu manis → pemanis buatan dan
pewarna pakaian
2. Permen → pemanis buatan dan pewarna pakaian
3. Bakso → bahan pengenyal
4. Chiki/ makanan ringan → menggunakan MSG sebagai penambah rasa, zat
pewarna dan pemanis buatan
5. Gorengan → pakai minyak goreng bekas dipakai berkali-kali sehingga minyak
sudah berwarna sangat keruh
6. Cakwe, cilok dan bakso goreng → pakai saus/ sambal berwarna merah cerah
dan terbuat dari bahan-bahan yang telah busuk
7. Kue berwarna mencolok → pewarna pakaian
8. Es sirup/ minuman berwarna mencolok → tidak higienis, memakai air mentah,
dan terdapat zat pewarna pakaian

2.6 Pencegahan
Sarapan pagi adalah makanan yang paling penting dalam aktivitas harian. Begitu pula
pada anak-anak sekolah, sebab waktu sekolah penuh dengan aktifitas yang membutuhkan
energi dan kalori yang cukup besar. Dengan mengkonsumsi 2 potong roti dan telur atau
satu porsi bubur ayam. Atau bisa juga satu gelas susu dan buah, anak-anak akan
mendapatkan kalori yang cukup untuk aktivitas awal hari mereka. Sebagai upaya agar
anak-anak tidak sembarangan membeli jajanan, mungkin perlu dipikirkan usaha dimana
sekolah berusaha memberikan atau memfasilitasi pemberian makanan ringan atau makan
siang di lingkungan sekolah. Orang tua juga bisa membekali makanan dari rumah, agar
terjamin kebersihannya. Hal ini dilakukan untuk mencegah dan menjamin supaya anak
tidak sembarangan membeli jajanan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Tips aman dalam memilih makanan dapat dilakukan dengan mengamati warnanya,
mencolok atau tidak, cicipi rasanya, bau aromanya, amati komposisinya, perhatikan
kualitasnya dan terdaftar di BPOM.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi anak jajan diantaranya yaitu karakteristik anak,
pola makan keluarga, sekolah, tetangga dan dari iklan.
3. Bahan berbahaya yang terkandung dalam jajanan antara lain borax, formalin,
rhodamin B. dan methanyl yellow.
DAFTAR PUSTAKA

 Anonim, 2010. Bahan Pengawet dalam Jajanan Anak. http://ziah91.student.


umm.ac.id/2010/07/29/bahan-pengawet-dalam-jajanan-anak/.
 Dr. Judarwanto, W. Perilaku Makan Anak Sekolah. Picky Eaters Clinic (Klinik
Khusus Kesulitan Makan Pada Anak).
 Riyadi, P.H, Azis N.B, Tri W.A. Analisis Kebijakan Keamanan Pangan Produk Hasil
Perikanan Di Pantura Jawa Tengah dan DIY. Staf Pengajar FPIK UNDIP.

Anda mungkin juga menyukai