1. Latar Belakang
Anemia Gizi adalah kekurangan kadar haemoglobin (Hb) dalam darah yang disebabkan karena
kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan Hb tersebut. Di Indonesia sebagian
besar anemia ini disebabkan karena kekurangan zat besi (Fe) hingga disebut Anemia
Kekurangan Zat Besi atau Anemia Gizi Besi.
Di Indonesia, berdasarkan SKRT 2001 ditemukan sekitar 40,1% ibu hamil yang mengalami
anemia. Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan
Laporan Survei Departemen Kesehatan-Unicef tahun 2005 menemukan dari sekitar 4 juta ibu
hamil, separuhnya mengalami anemia gizi .
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa anemia telah menjadi salah satu masalah
gizi. Oleh karena itu, makalah ini dibuat untuk mengetahui mengenai anemia gizi dan cara
penanggulangannya.
2. Tujuan
Untuk mengetahui program penanggulangan anemia gizi besi pada ibu hamil
4.2 Sasaran
a. Langsung
Remaja Putri Wanita Usia Subur
b. Tidak Langsung
1) Remaja Putra/peserta didik
2) Guru/pendidik/Kepala Sekolah dan masyarakat lingkungan sekolah
3) Pemuka/Tokoh Agama dan masyarakat
4) Ketua Organisasi Kepemudaan
5) Ketua Organisasidan LSM bidang kepemudaan, kesehatan, keagamaan dan
wanita
6) Ketua federasi pekerja sektor non formal
7) Petugas kesehatan (puskesmas)
8) Tempat kerja (manajer/pemilik)
9) Distributor
10) Masyarakat umum
5. Kegiatan Operasional
Kegiatan Penanggulangan Anemia Gizi untuk Remaja Putri dan WUS yang dilakukan,
utamanya merupakan kegiatan KIE yaitu promosi atau kampanye tentang anemia kepada
masyarakat luas, ditunjang dengan kegiatan penyuluhan kelompok serta konseling yang
ditujukan secara langsung pada Remaja Putri/Wanita melalui wadah yang sudah ada di
masyarakat seperti sekolah, pesantren, tempat kerja (formal/informal), organisasi dan LSM
bidang kepemudaan, kesehatan, keagamaan dan wanita.
Kegiatan suplementasi TTD dilakukan secara mandiri dengan dosis 1 tablet seminggu sekali
minimal selama 16 minggu, dan dianjurkan minum 1 tablet setiap hari selama masa
haid/menstruasi.
Anjuran konsumsi makanan kaya besi dilaksanakan dengan mengacu pada “gizi seimbang”,
diikuti dengan pembinaan kantin di sekolah atau penjaja makanan di sekitar remaja/wanita
berkumpul.
Deteksi dini juga dilakukan untuk mengetahui apakah Remaja Putri/Wanita menderita Risiko
KEK (LILA <23,5 cm), sehingga dapat dilakukan upaya untuk meningkatkan status gizinya.
a. Persiapan
Kesepakatan lintas program dan sektor terkait di tingkat Pusat, Daerah Tingkat I,
Daerah Tingkat II, tingkat kecamatan dan desa.
Kesepakatan meliputi jajaran kesehatan, pendidikan, keagamaan serta organisasi dan
LSM bidang kepemudaan dan wanita.
Penyediaan bahan pedoman/petunjuk pelaksanaan/petunjuk teknis bagi petugas
kesehatan, pendidikan, keagamaan dan petugas lain yang melakukan penyuluhann
Penyediaan materi KIE oleh Depkes, Depdikbud, Depag, LSM, instansi terkait,
swasta dan masyarakat.
Penyusunan kurikulum Kesehatan Reproduksi Remaja di sekolah/
pesantren/madrasah Tsanawiyah/madrasah Aliyah oleh Depkes, Depdikbud, Depag
dan instansi terkait lain.
Penyediaan dan distribusi Tablet Tambah Darah.
Penyebarluasan informasi melalui :
a) Kampanye/promosi
b) Tayangan/siaran/tulisan melalui media elektronik dan cetak.
c) Lokakarya, pameran, sarasehan, pencanangan di tingkat Pusat, Daerah Tingkat
I, Daerah Tingkat II, tingkat kecamatan dan desa.
d) Siaran keliling di Daerah Tingkat II, tingkat kecamatan dan desa.
b. Pelaksanaan
1. KIE : penyuluhan kesehatan dan gizi termasuk penyuluhan tentang suplementasi
Tablet Tambah Darah untuk Remaja Putri/Wanita dilaksanakan secara berkala
dengan mengikut sertakan :
a) Lintas Sektor Terkait : Depkes, Depnaker, Depdikbud, Depag, Depdagri,
Depsos, BKKBN, Menpora, Menperta dan lain-lain.
b) Organisasi Sosial dan Keagamaan : seperti Karang Taruna, MUI, PGI, KWI, PT
dan Walubi sampat ke tingkat wilayah.
c) Organisasi Kepemudaan dan Wanita : misalnya Pramuka, Saka, Bhakti Husada,
PMR, Kowani, Dharma Wanita, Dharma Pertiwi, PKK sampai ke tingkat
ranting.
d) LSM terkait : misalnya PP Nahdlatul Ulama, PP Muhammadiyah, Fatayat NU,
PP Aisyiyah, Wanita Katolik dan lain-lain.
e) Donor agency bidang kesehatan : Unicef, WHO, USAID, PATH, HKI, Mother
Care dan lain-lain.
f) Organisasi Profesi : IDI, POGI, IBI, PDGMI, ISFI, Persagi, IAKMI dan lain-
lain.
g) Media Komunikasi : seperti Televisi, PRSSNI, Biro Iklan, YPS, koran dan
majalah.
h) Pekerja formal : perusahaan, pabrik melalui Gerakan Pekerja Wanita Sehat dan
Produktif (GPWSP).
i) Pekerja non formal : industri rumah tangga, buruh tani, buruh perkebunan dan
lain-lain.
2) Daerah Tingkat II :
Kantor Depdikbud, Kandepkes, Dinkes, dan Kantor Depag Kabupaten/ Kotamadya :
a) Melaksanakan pengadaan dan pendistribusian paket penyuluhan/ kurikulum untuk
tiap kecamatan.
b) Melaksanakan koordinasi dengan Pemda Tingkat II Kabupaten/ Kotamadya dan
instansi terkait serta LSM.
c) Melakukan koordinasi dengan Pedagang Besar Farmasi (PBF) atau distributor
tentang distribusi Tablet Tambah Darah.
d) Mengadakan pemantauan ke sekolah/pesantren/tempat kerja/organisasi bidang
kesehatan/wanita/kepemudaan/keagamaan.
3) Daerah Tingkat I :
a) Merencanakan kebutuhan paket penyuluhan/kurikulum kesehatan dan gizi,
pengadaan dan distribusi untuk tiap kabupaten/kotamadya.
b) Melakukan koordinasi dengan Pemda Tingkat I Propinsi dan instansi terkait serta
LSM.
c) Melakukan koordinasi dengan Pedagang Besar Farmasi (PBF) atau distributor
tentang distribusi Tablet Tambah Darah.
d) Melakukan pemantauan ke Daerah Tingkat II Kabupaten/Kotamadya dan
Kecamatan.
4) Pusat :
Depdikbud, Depkes, dan Depag :
a) Melakukan koordinasi dalam penyusunan paket penyuluhan/kurikulum kesehatan
dan gizi, pengadaan dan distribusi untuk tiap propinsi.
b) Melakukan koordinasi dengan produsen tentang penyediaan Tablet Tambah
Darah.
c) Melaksanakan koordinasi dengan lintas sektor lain (Depsos, BKKBN) serta LSM
tentang pengembangan dan pelaksanaan Program Penanggulangan Anemia Gizi
untuk Remaja Putri dan WUS.
d) Melakukan pemantauan ke Daerah Tingkat I Propinsi, Daerah Tingkat II
Kabupaten/Kotamadya dan Kecamatan.
Kegiatan Penanggulangan Anemia Gizi untuk Remaja Putri dan WUS yang dilakukan,
utamanya merupakan kegiatan KIE yaitu promosi atau kampanye tentang anemia
kepada masyarakat luas, ditunjang dengan kegiatan penyuluhan kelompok serta
konseling yang ditujukan secara langsung pada Remaja Putri/Wanita melalui wadah
yang sudah ada di masyarakat seperti sekolah, pesantren, tempat kerja
(formal/informal), organisasi dan LSM bidang kepemudaan, kesehatan, keagamaan
dan wanita.
Kegiatan suplementasi TTD dilakukan secara mandiri dengan dosis 1 tablet seminggu
sekali minimal selama 16 minggu, dan dianjurkan minum 1 tablet setiap hari selama
masa haid/menstruasi. Anjuran konsumsi makanan kaya besi dilaksanakan dengan
mengacu pada gizi seimbang, diikuti dengan pembinaan kantin di sekolah atau penjaja
makanan di sekitar remaja/wanita berkumpul. Deteksi dini juga dilakukan untuk
mengetahui apakah Remaja Putri/Wanita menderita Risiko KEK (LILA <23,5 cm),
sehingga dapat dilakukan upaya untuk meningkatkan status gizinya.
7. Persiapan
1) Kesepakatan lintas program dan sektor terkait di tingkat Pusat, Daerah Tingkat I, Daerah
Tingkat II, tingkat kecamatan dan desa.
2) Kesepakatan meliputi jajaran kesehatan, pendidikan, keagamaan serta organisasi dan LSM
bidang kepemudaan dan wanita.
3) Penyediaan bahan pedoman/petunjuk pelaksanaan/petunjuk teknis bagi petugas kesehatan,
pendidikan, keagamaan dan petugas lain yang melakukan penyuluhan.
4) Penyediaan materi KIE oleh Depkes, Depdikbud, Depag, LSM, instansi terkait, swasta dan
masyarakat.
5) Penyusunan kurikulum Kesehatan Reproduksi Remaja di sekolah/ pesantren/madrasah
Tsanawiyah/madrasah Aliyah oleh Depkes, Depdikbud, Depag dan instansi terkait lain.
6) Penyediaan dan distribusi Tablet Tambah Darah.
7) Penyebarluasan informasi melalui :
a) Kampanye/promosi
b) Tayangan/siaran/tulisan melalui media elektronik dan cetak.
c) Lokakarya, pameran, sarasehan, pencanangan di tingkat Pusat, Daerah Tingkat I,
Daerah Tingkat II, tingkat kecamatan dan desa.
d) Siaran keliling di Daerah Tingkat II, tingkat kecamatan dan desa.
8. Pelaksanaan
1) KIE : penyuluhan kesehatan dan gizi termasuk penyuluhan tentang suplementasi Tablet
Tambah Darah untuk Remaja Putri/Wanita dilaksanakan secara berkala dengan mengikut
sertakan :
a) Lintas Sektor Terkait : Depkes, Depnaker, Depdikbud, Depag, Depdagri, Depsos,
BKKBN, Menpora, Menperta dan lain-lain.
b) Organisasi Sosial dan Keagamaan : seperti Karang Taruna, MUI, PGI, KWI, PT dan
Walubi sampat ke tingkat wilayah.
c) Organisasi Kepemudaan dan Wanita : misalnya Pramuka, Saka, Bhakti Husada, PMR,
Kowani, Dharma Wanita, Dharma Pertiwi, PKK sampai ke tingkat ranting.
d) LSM terkait : misalnya PP Nahdlatul Ulama, PP Muhammadiyah, Fatayat NU, PP
Aisyiyah, Wanita Katolik dan lain-lain.
e) Donor agency bidang kesehatan : Unicef, WHO, USAID, PATH, HKI, Mother Care
dan lain-lain.
f) Organisasi Profesi : IDI, POGI, IBI, PDGMI, ISFI, Persagi, IAKMI dan lainlain.
g) Media Komunikasi : seperti Televisi, PRSSNI, Biro Iklan, YPS, koran dan majalah.
h) Pekerja formal : perusahaan, pabrik melalui Gerakan Pekerja Wanita Sehat dan
Produktif (GPWSP).
i) Pekerja non formal : industri rumah tangga, buruh tani, buruh perkebunan dan lain-
lain.
3) Distribusi Tablet Tambah Darah generik untuk Remaja Putri dan WUS.
- 5 PABRIK DISTRIBUSI/ Pedagang Besar Farmasi
- APOTIK/TOKO OBAT Koperasi Unit Desa Warung/ Toko Koperasi/kantin
Sekolah/pesantren Pos Obat Desa Dokter/Bidan Praktek Swasta Pondok Bersalin
Remaja Putri/WUS
4) Deteksi dini Kurang Energi Kronis (KEK)
a) Dilakukan setiap tahun dengan mengukur Lingkar Lengan Kiri Atas (LILA) dengan
memakai pita LILA.
b) Pada Remaja Putri/Wanita yang LILA-nya <23,5 cm berarti menderita Risiko Kurang
Energi Kronis (KEK), yang harus dirujuk ke Puskesmas/ sarana pelayanan kesehatan
lain, untuk mendapatkan konseling dan pengobatan.
c) Pengukuran LILA dapat dilakukan oleh Remaja Putri atau wanita itu sendiri, kader atau
pendidik. Selanjutnya konseling dapat dilakukan oleh petugas gizi di Puskesmas (Pojok
Gizi), sarana kesehatan lain atau petugas kesehatan/gizi yang datang ke sekolah,
pesantren dan tempat kerja.
2) Daerah Tingkat II : Kantor Depdikbud, Kandepkes, Dinkes, dan Kantor Depag Kabupaten/
Kotamadya :
a) Melaksanakan pengadaan dan pendistribusian paket penyuluhan/ kurikulum untuk tiap
kecamatan.
b) Melaksanakan koordinasi dengan Pemda Tingkat II Kabupaten/ Kotamadya dan
instansi terkait serta LSM.
c) Melakukan koordinasi dengan Pedagang Besar Farmasi (PBF) atau distributor tentang
distribusi Tablet Tambah Darah.
d) Mengadakan pemantauan ke sekolah/pesantren/tempat kerja/organisasi bidang
kesehatan/wanita/kepemudaan/keagamaan.
3) Daerah Tingkat I :
a) Merencanakan kebutuhan paket penyuluhan/kurikulum kesehatan dan gizi, pengadaan
dan distribusi untuk tiap kabupaten/kotamadya.
b) Melakukan koordinasi dengan Pemda Tingkat I Propinsi dan instansi terkait serta LSM.
c) Melakukan koordinasi dengan Pedagang Besar Farmasi (PBF) atau distributor tentang
distribusi Tablet Tambah Darah.
d) Melakukan pemantauan ke Daerah Tingkat II Kabupaten/Kotamadya dan Kecamatan.
11. Evaluasi
Untuk mengetahui perkembangan dan keberhasilan program Penanggulangan Anemia Gizi
untuk Remaja Putri/WUS, perlu dilakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan. Kegiatan evaluasi
meliputi :
1) Kelancaran logistik dan dana.
2) Pelaksanaan kegiatan penyuluhan, pembinaan deteksi dini dan konseling.
3) Survei Cepat Kelainan Gizi.
4) Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT).
5) Penelitian atau studi. Indikator keberhasilan antara lain :
a) Meningkatkan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku (PSP) Remaja Putri/Wanita tentang
anemia gizi.
b) Cakupan distribusi dan konsumsi Tablet Tambah Darah pada Remaja Putri/Wanita.
c) Kepatuhan minum Tablet Tambah Darah.
d) Menurunnya prevalensi anemia pada Wanita Usia Subur khususnya Remaja Putri.
Hasil evaluasi sangat bermanfaat sebagai bahan perencanaan lebih lanjut.
e) Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minum Tablet Tambah Darah
(TTD).
f) Mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperberat anemia seperti:
kecacingan, malaria dan penyakit TBC.
13. Penutup
Anemia merupakan keadaan di mana masa eritrosit atau masa hemoglobin yang beredar tidak
memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen. Cara penanggulangan anemia gizi yaitu
meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan, suplementasi zat besi, mengubah kebiasaan
pola makanan dan hidup bersih dan pencegahan infeksi cacing, dan fortifikasi makanan.
Kurang energy protein merupakan keadaan kuang gizi yang disebakan oleh rendahnya
konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka
kecukupan gizi (Depkes 1999). KEP itu sendiri dapat digolongkan menjadi KEP tanpa gejala
klinis dan KEP dengan gejala klinis. Secara garis besar tanda klinis berat dari KEP adalah
Marasmus, Kwashiorkor, dan Marasmus-Kwashiorkor. Ada banyak faktor yang menyebabkan
terjadinya KEP diantaranya Penyebab langsung adalah asupan gizi dan penyakit infeksi. Cara
penanggulangan kekurangan energi protein bermacam-macam, mulai dari balita hingga orang
dewasa, penanggulangan pada balita menggunakan PMT. Suplementasi gizi meliputi :
pemberian sirup zat besi; vitamin A (berwarna biru untuk bayi usia 6-11 bulan dosis 100.000
IU dan berwarna merah untuk balita usia 12-59 bulan dosis 200.000 IU); kapsul minyak
beryodium, adalah larutan yodium dalam minyak berkapsul lunak, mengandung 200 mg
yodium diberikan 1x dalam setahun.
DAFTAR PUSTAKA
https://sulitmakan.com/2016/07/03/penanganan-malnutrisi-kurang-energi-protein-kep-pada-anak-2/
https://rhyerhiathy.wordpress.com/tag/kekurangan-energi-protein/
http://zweetscorpioluv.blogspot.co.id/2010/06/program-penanggulangan-kep.html
http://docplayer.info/160293-Pedoman-penanggulangan-anemia-gizi-untuk-remaja-putri-dan-wanita-
usia-subur.html
https://bohkasim.wordpress.com/2009/03/19/pedoman-penanggulangan-anemia-gizi/
http://nurafifahsahri.blogspot.co.id/2015/12/penanggulangan-anemia-gizi.html