Anda di halaman 1dari 29

REFLEKSI KASUS

“P0A0, 34 TAHUN, DENGAN KISTA OVARII”


Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kepaniteraan Klinik
Stase Obstetri dan Ginekologi di RSUD Tugurejo Semarang

Dokter Pembimbing :
dr. M. Taufiqy S, Sp.OG(K)

Disusun Oleh :
Syamson Jadzlan Hibatullah H2A014061

KEPANITERAAN KLINIK
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2019

1
LEMBAR PENGESAHAN KEPANITERAAN

ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

REFLEKSI KASUS
“P0A0, 34 TAHUN, DENGAN KISTA OVARII”

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik

di Bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi

RSUD Tugurejo Semarang

Disusun Oleh:

Syamson Jadzlan Hibatullah

H2A014061

Telah disetujui oleh pembimbing:

Tanggal : ……………………...

Pembimbing Klinik

Ilmu Obstetri dan Ginekologi

dr. M. Taufiqy S, Sp.OG(K)

2
BAB I

PENDAHULUAN

Ovarium mempunyai fungsi yang sangat penting pada reproduksi dan


menstruasi. Gangguan pada ovarium dapat menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan, perkembangan dan kematangan sel telur. Gangguan yang paling
sering terjadi adalah kista ovarium, sindrom ovarium polikistik, dan kanker
ovarium. Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit yang banyak
menyerang wanita. Beberapa kista ovarium ini tidak menimbulkan gejala, dan dapat
mengalami resolusi spontan, tetapi ada yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak
menyenangkan. Ada beberapa yang menjadi ganas, dengan risiko terjadinya
karsinoma terutama pada wanita wanita yang mulai menopause. Perjalanan
penyekit ini sering disebut sillent killer atau secara diam-diam menyebabkan
banyak wanita yang tidak menyadari bahwa dirinya sudah terserang kista ovarium
dan hanya mengetahui pada saat kista sudah dapat teraba dari luar atau membesar.
Keganasan ovarium merupakan 6 kasus kanker terbanyak dan merupakan penyebab
kematian oleh karena keganasan ginekologi.
The American Cancer Society memperkirakan bahwa pada tahun 2014,
sekitar 21.980 kasus baru kanker ovarium akan didiagnosis, dan 14.270 wanita akan
meninggal karena kanker ovarium di amerika serikat. Angka kejadian kista ovarium
tertinggi ditemukan pada negara maju, dengan rata-rata 10 per 100.000, kecuali di
jepang (6,5 per 100.000). Insiden di Amerika Selatan (7,7 per 100.000) relatif tinggi
bila dibandingkan dengan angka kejadian di Asia dan Afrika.

3
BAB II
STATUS PASIEN

A. IDENTITAS
Nama : Ny. W
Umur : 34 tahun
Alamat : Prawirotaman, Yogya
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan terakhir : SMA
Masuk RS : 02 Oktober 2019
Nomor RM : 587xxx
Biaya Pengobatan : BPJS

B. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 02 Oktober 2019.
Keluhan Utama
Nyeri perut bagian bawah
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien P0A0 usia 34 tahun datang ke RSUD Tugurejo pada tanggal 2 Oktober
2019. Pasien mengeluhkan nyeri perut bagian bawah sejak 3 bulan yang lalu.
Awal mula keluhan hanya dirasakan nyeri ringan dan hilang timbul pada perut
bagian bawah. Kemudia pasien memeriksakan diri ke dokter, dan dilakukan
USG, hasilnya terdapat kista pada ovarium pasien. Dokter menyarankan untuk
dibawa ke RSUD Tugurejo untuk dilakukan penanganan lebih lanjut.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keluhan serupa : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat penyakit ginjal : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat diabetes mellitus : disangkal

4
Riwayat asma : disangkal
Riwayat alergi : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat diabetes mellitus : disangkal
Riwayat asma : disangkal

Riwayat Pribadi
Riwayat Merokok : disangkal
Riwayat Konsumsi Alkohol : disangkal
Riwayat Mengkonsumsi obat-obatan : disangkal

Riwayat Haid
Menarche : 17 tahun
Siklus haid : 28 hari, teratur
Lama haid : 7 hari
Nyeri haid : Tidak ada

Riwayat Pernikahan
Pasien menikah dengan suami ke 1, sudah menikah dengan suami selama 2
tahun

Riwayat Obsetri
Status obstetri: P0A0, 46 tahun
Pasien belum pernah hamil

Riwayat KB

Pasien tidak pernah KB

Rwayat Sosial Ekonomi


Suami pasien adalah seorang pegawai swasta dan biaya pengobatan
menggunakan BPJS. Kesan ekonomi cukup.

5
C. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 2 Oktober 2019, di RSUD Tugurejo

1. Keadaan Umum dan Kesadaran


a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : compos mentis
c. GCS : E4M6V5
2. Tanda Vital
a. Tekanan Darah : 109/77 mmHg
b.Nadi : 72x / menit, reguler,isi dan tegangan cukup
c. Pernapasan : 20x / menit, teratur
d.Suhu : 36,50C
3. Status Gizi
a. Tinggi Badan : 155 cm
b. Berat Badan : 64 kg
c. IMT : 26,4
4. Status Internus
a. Kulit : warna sawo matang, turgor kulit baik, ikterus (-), lesi (-)
b. Kepala : mesochephal, rambut hitam
c. Mata : pupil isokor Ø 3mm, refleks cahaya (+/+), konjungtiva
anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edema palpebra (-/-)
d. Telinga : pendengaran dalam batas normal, sekret (-), perdarahan (-)
e. Hidung : simetris, sekret (-), deviasi septum (-), nafas cuping
hidung (-)
f. Mulut : sianosis (-), bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-)
g. Leher : pembesaran tiroid (-) dan KGB (-/-), penggunaan otot
bantu nafas (-)

6
h. Thorax
Paru-paru (Pulmo)
Inspeksi : normochest, retraksi (-), pergerakan simetris pada
saat statis dan dinamis
Palpasi : sela iga tidak melebar, nyeri tekan (-), stem
Fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)

Jantung (Cor)
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba pada ICS V linea
midclavicularis sinistra
Perkusi : konfigurasi jantung dalam batas normal
Auskultasi : bunyi jantung I-II reguler, tidak terdengar suara
tambahan
i. Abdomen : Perut supel, sesuai status ginekologi
Inspeksi : benjolan (-), hiperemis (-)
Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-)
Perkusi : timpani seluruh lapang abdomen
Auskultasi : bising usus (+) normal, bruit (-)

5. Status ginekologi :
Abdomen
Inspeksi : Perut datar, tidak tampak benjolan, striae (-)
Palpasi : Massa (-), nyeri tekan (+) hipogastric
Perkusi : timpani pada seluruh lapang abdomen
Auskultasi : Bising usus (+) normal

7
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium hematologi

Jenis Hasil Satuan Nilai Normal

Darah Rutin

Leukosit H 11.51 103/uL 3.6 – 11

Eritrosit 4.18 106/uL 3.8 – 5.2

Hemoglobin 13.70 g/dL 11.7 – 15.5

Hematokrit 42.80 % 35 – 47

MCV 76.40 fL 80-100

MCH 24.50 Pg 26-34

MCHC 32.00 g/dL 32 – 36

Trombosit 493 103/uL 150 – 440

RDW 19.60 % 11.5 – 14.5

PLCR 10.1 %

Diff Count

Eosinofil Absolute 0.11 103/uL 0.045 – 0.44

Basofil Absolute 0.03 103/uL 0 – 0.2

Netrofil Absolute 7.50 103/uL 1.8 – 8

Limfosit Absolute 1.78 103/uL 0.9 – 5.2

Monosit Absolute H 1.10 103/uL 0.16 – 1

Eosinofil 1.10 % 2–4

Basofil 0.30 % 0–1

Netrofil L 48.40 % 50 – 70

Limfosit 18.80 % 25 – 40

8
Monosit H 9.60 % 2–8

Kimia Klinik

Glukosa Sewaktu 71 mg/dL <125

Sero immun

HbsAg Non Reaktif (-) Non Reaktif (-)

Pemeriksaan USG

9
E. RESUME

Pasien P0A0 usia 34 tahun datang ke RSUD Tugurejo pada tanggal 2


Oktober 2019. Pasien mengeluhkan nyeri perut bagian bawah sejak 3 bulan yang
lalu. Awal mula keluhan hanya dirasakan nyeri ringan dan hilang timbul pada
perut bagian bawah. Kemudia pasien memeriksakan diri ke dokter, dan
dilakukan USG, hasilnya terdapat kista pada ovarium pasien. Dokter
menyarankan untuk dibawa ke RSUD Tugurejo untuk dilakukan penanganan
lebih lanjut.
Pemeriksaan fisik didapatkan KU tampak baik, kesadaran compos mentis,
TTV dalam batas normal, status gizi termasuk dalam kategori normal, status
internus dalam batas normal. Pada pemeriksaan ginekologi dalam batas normal.
Pada pemeriksaan USG didapatkan kesan suspect Kista Ovarii.

F. DIAGNOSIS

P0 A0 34 tahun dengan kista ovarii

Initial Plan Terapi

a. Ip Dx
P0A0 46 tahun dengan kista ovarii
b. Ip Tx
 Infus RL20tpm
 Inj ceftriaxon 2x1gr
 Inj ketorolac 3x30mg
 Pro laparoskopi
 Pemasangan kateter urin untuk pengawasan urin

c. Ip Mx
Pengawasan TTV,KU,PPV

d. Ip Ex

10
 Memberitahukan kepada pasien dan keluarga mengenai penjelasan
penyakit pasien
 Menjelaskan pasien dan keluarga tentang pemeriksaan – pemeriksaan
yang akan dilakuakan guna menunjang diagnosis dan terapi yang akan
diberikan.
 Memberitahukan kepada pasien untuk berlatih miring ke kanan dan ke
kiri, duduk dan berdiri pasca operasi

FOLLOW UP PASIEN SELAMA RAWAT INAP


Hari, Tanggal S O A P

Rabu, Nyeri perut KU cukup,CM P0A0,usia 34 Pro laparotomy kistektomi, onsul


02/10/2019 TD 109/80mmHg tahun dengan TS Anestesi
13.00 HR 78 kali/menit kista ovarii Flet Anema
RR 20 kali/menit Diet cair, puasa 6 jam pre OP
T 36,6oC Pengawasan KU, TTV,PPV

Kamis, Tidak ada KU baik, CM P0A0,usia 34 Infus RL20tpm


03/10/2019 keluhan TD 108/68 mmHg tahun dengan Inj ceftriaxon 2x1gr
07.00 HR 69 kali/menit kista ovarii Inj ketorolac 3x30mg
RR 21 kali/menit DC – 24jam
o
T 36 C Pengawasan TTV,KU,PPV

Kamis, Pasca operasi KU cukup,CM P0A0, usia 34 Infus RL20tpm + fentanyl 0,1 mg
03/10/2019 TD 120/80mmHg tahun post drip 28 tpm
13.00 HR 80 kali/menit marsupialisasi Inj fentanyl 0,5 mg/6 jam
RR 20 kali/menit ovarium dextra Inj ketorolac 30mg/8 jam
o
T 36,8 C + drilling Inj ceftriaxone /8jam, lanjut
ovarium dextra PO cefadroxil 500mg/8 jam
sinistra ai kista PO vit BC/C/SF 1 tab
ovarii H0 PO pamol 500mg/8 jam
PO asam mefenamat 500mg/8
jam
Cek darah rutin post OP

11
Jumat, Nyeri bekas KU cukup,CM P0A0, usia 34 Infus RL20tpm + fentanyl 0,1 mg
04/10/2019 luka operasi TD 110/80mmHg tahun post drip 28 tpm
07.00 HR 78 kali/menit marsupialisasi Inj fentanyl 0,5 mg/6 jam
RR 218kali/menit ovarium dextra Inj ketorolac 30mg/8 jam
T 36,4oC + drilling Inj ceftriaxone /8jam, lanjut
ovarium dextra PO cefadroxil 500mg/8 jam
sinistra ai kista PO pamol 500mg/8 jam
ovarii H1 PO asam mefenamat 500mg/8
jam

Sabtu, Nyeri bekas KU cukup,CM P0A0, usia 34 PO cefadroxil 500mg/8 jam


05/10/2019 luka operasi TD 110/78mmHg tahun post PO pamol 500mg/8 jam
berkurang HR 80 kali/menit marsupialisasi PO asam mefenamat 500mg/8
RR 20 kali/menit ovarium dextra jam
T 36,5oC + drilling Bila luka baik dan KU baik boleh
ovarium dextra pulang hari ini
sinistra ai kista
ovarii H2

12
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air, dapat
tumbuh di mana saja dan jenisnya bermacam-macam. Kista yang berada di dalam
atau permukaan ovarium (indung telur) disebut kista ovarium atau tumor ovarium.

Kista Ovarium yaitu suatu kantong abnormal yang berisi cairan atau
setengah cair yang tumbuh dalam indung telur. Kista termasuk tumor jinak yang
terbungkus oleh selaput semacam jaringan. Bentuknya kistik dan ada pula yang
berbentuk seperti anggur. Kista dapat berisi udara, cairan kental, maupun nanah.
Kumpulan sel-sel tumor itu terpisah dengan jaringan normal di sekitarnya dan tidak
dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya. Jumlah diagnosa kista ovarium meningkat
seiring dengan pemeriksaan fisik dan penggunaan ultrasound (USG) secara luas.

Kista ovarium sering terjadi pada wanita di masa reproduksinya. Sebagian


besar kista terbentuk karena perubahan kadar hormon yang terjadi selama siklus
haid, produksi dan pelepasan sel telur dari ovarium.1,2,3

B. Insidensi

Pada sebagian besar kanker ovarium berbentuk tumor kistik (kista ovarium)
dan sebagian kecil berbentuk tumor padat. Kanker ovarium merupakan penyebab
kematian terbanyak dari semua kanker ginekologi. Angka kematian yang tinggi ini
disebabkan karena penyakit ini awalnya bersifat asimptomatik dan baru
menimbulkan keluhan apabila sudah terjadi metastasis, sehingga 60% - 70% pasien
datang pada stadium lanjut, sehingga penyakit ini disebut juga sebagai “silent
killer”

Pemeriksaan USG transvaginal ditemukan kista ovarium pada hampir


semua wanita premenopouse dan terjadi peningkatan 14,8% pada wanita post

13
menopouse. Kebanyakan dari kista tersebut bersifat jinak. Kista ovarium fungsional
terjadi pada semua umur, tetapi kebanyakan pada wanita masa reproduksi. Dan
kista ovarium jarang setelah masa menopouse.

Insidensi keganasan ovarium, tertinggi terdapat di Negara Skandinavia


(14,5-15,3 per 100.000 populasi). Di Amerika insidensi keganasan ovarium semua
ras adalah 12,5 kasus per 100.000 populasi pada tahun 1988 sampai 1991. Angka
insiden dari kistoma ovarii dilaporkan sebesar 7% dari populasi wanita di Indonesia
dan dimana dari angka insiden kistoma ovarii ini, hampir 85% merupakan kista
yang bersifat jinak. Kistoma ovarii yang bersifat ganas sangat jarang ditemukan,
namun kistoma ovarii jinak bisa menjadi ganas jika tidak diobati. Kista ovarium
paling sering terdapat pada wanita berusia antara 20 – 50 tahun dan jarang sekali
pada masa prapubertas. Di antara beberapa kista ovarium, kista folikel, kista korpus
luteum, kistadenoma musinosum, kistadenoma serosum dan kista dermoid
merupakan beberapa tipe kista yang paling banyak ditemukan.2,3,4

C. Etiologi
Samapai sekarang penyebab kista ovarium belum diketahui namun
beberapa sumber mengatakan bahwa Penyebab terjadinya kista ovarium yaitu
terjadinya gangguan pembentukan hormon pada hipotalamus, hipofise, atau indung
telur itu sendiri. Kista indung telur timbul dari folikel yang tidak berfungsi
selama siklus menstruasi. Kista folikuler secara tipikal kecil dan timbul dari folikel
yang tidak sampai saat menopause, sekresinya akan terlalu banyak mengandung
estrogen sebagai respon terhadap hipersekresi folikel stimulation hormon(FSH)
dan luteinizing hormon (LH) normalnya ditemui saat menopause berdiameter 1 -10
cm (folikel normal berukuran maximum 2,5 cm); berasal dari folikel ovarium yang
gagal mengalami involusi atau gagal meresorpsi cairan. Dapat multipel dan
bilateral. Biasanya asimtomatik.

Kista granulosa lutein yang terjadi di dalam korpus luteum indung telur
yang fungsional dan membesar bukan karena tumor, disebabkan oleh penimbunan
darah yang berlebihan saat fase pendarahan dari siklus menstruasi.Kista theka-

14
lutein biasanya bersifat bilateral dan berisi cairan bening, berwarna seperti jerami;
biasanya berhubungan dengan tipe lain dari tumor indung telur, serta terapi hormon.

Faktor resiko terjadinya kista ovarium :

 Riwayat kista ovarium sebelumnya


 Siklus menstruasi yang tidak teratur
 Meningkatnya distribusi lemak tubuh bagian atas
 Menstruasi dini (usia 11 tahun atau lebih muda)
 Tingkat kesuburan
 Hipotiroid atau hormon yang tidak seimbang
 Terapi tamosifen pada kanker mamma

D. Anatomi Ovarium
Indung telur pada seorang wanita dewasa sebesar ibu jari tangan dan terletak
di kiri dan di kanan, dilapisi mesovarium dan tergantung dibelakang ligamentum
latum. Bentuknya seperti buah almon, sebesar ibu jari tangan berukuran 2,5-5 cm
x1,5-2 cm x 0,6-1 cm. Posisi ovarium ini didukung oleh ligamentum ovarika,
ligamentum infundibulopelvikum dan mesovarium. Ovarium berhubungan dengan
uterus dengan ligamentum ovarii proprium. Pembuluh darah kedua ovarium
melalui ligamentum suspensorium ovarii.

Sebagian besar ovarium berada intraperitoneal dan tidak dilapisi oleh


peritoneum. Bagian ovarium kecil berada dalam ligamentum latum (hilus ovarii).
Dari sini masuk pembuluh-pembuluh darah dan saraf ke ovarium. Lipatan yang
menghubungkan lapisan belakang ligamentum latum dan ovarium dinamakan
mesovarium

Bagian ovarium yang berada di dalam cavum peritonei dilapisi oleh epitel
kubik-silindrik, disebut epithelium germinativun. Dibawah epitel ini terdapat tunika
albuginea dan di bawahnya lagi baru ditemukan lapisan tempat folikel – folikel
primordial. Pada wanita diperkirakan terdapat banyak folikel. Tiap bulan satu
folikel, kadang-kadang dua folikel, berkembang menjadi folikel de graaf. Folikel-

15
folikel ini merupakan bagian ovarium yang terpenting, dan dapat ditemukan di
korteks ovarii dalam letak yang beraneka ragam, dan pula dalam tingkat – tingkat
perkembangan dari satu sel telur yang dikelilingi oleh satu lapisan sel-sel saja
sampai folikel de graaf yang matang. Folikel yang matang ini terisi dengan likuour
folikuli yang mengandung estrogen, dan siap untuk berevolusi.

Fungsi ovarium meliputi :


 Menyimpan ovum (telur) yang dilepaskan satu setiap bulan, ovum akan
melalui tuba fallopi tempat fertilisasi dengan adanya sperma kemudian
memasuki uterus, jika terjadi proses pembuahan (fertilisasi) ovum akan
melekat (implantasi) dalam uterus dan berkembang menjadi janin (fetus),
ovum yang tidak mengalami proses fertilisasi akan dikeluarkan dan
terjadinya menstruasi dalam waktu 14 hari setelah ovulasi.

 Memproduksi hormon estrogen dan progesteron, kedua hormon ini


berperan terhadap pertumbuhan jaringan payudara, gambaran spesifik
wanita dan mengatur siklus menstruasi

Gambar I. Ovarium

16
E. Klasifikasi
Massa di ovarium yang paling umum ditemukan adalah kista ovarium
fisiologis. Kista ini disebabkan oleh karena kegagalan folikel untuk pecah atau
regresi. Secara umum kista ovarium fisiologis ukurannya kurang dari 6 cm,
permukaan rata, mobil dan konsistensi kistik. Keluhan yang dapat terjadi selain
adanya massa di daerah pelvik dapat juga terjadi ketidakteraturan haid. Kista yang
terbentuk dari jaringan yang berubah pada saat fungsi normal haid. Kista normal ini
akan mengecil dan menghilang dengan sendirinya dalam kurun 2-3 siklus haid.
Jenis – jenis kista ovarium secara umum :

1. Kista Fungsional

a.Kista Folikuler
Folikel sebagai penyimpan sel telur akan mengeluarkan sel telur pada saat
ovulasi bilamana ada rangsangan LH (Luteinizing Hormone). Pengeluaran hormon
ini diatur oleh kelenjar hipofisis di otak. Bilamana semuanya berjalan lancar, sel
telur akan dilepaskan dan mulai perjalannya ke saluran telur (tuba falloppi) untuk
dibuahi. Kista folikuler terbentuk jika lonjakan LH tidak terjadi dan reaksi rantai
ovulasi tidak dimulai, sehingga folikel tidak pecah atau melepaskan sel telur, dan
bahkan folikel tumbuh terus hingga menjadi sebuah kista. Kista folikuler biasanya
tidak berbahaya, jarang menimbulkan nyeri dan sering hilang dengan sendirinya
antara 2-3 siklus haid.

b.Kista Korpus Luteum


Bilamana lonjakan LH terjadi dan sel telur dilepaskan, rantai peristiwa lain
dimulai. Folikel kemudian bereaksi terhadap LH dengan menghasilkan hormon
estrogen dan progesteron dalam jumlah besar sebagai persiapan untuk pembuahan.
Perubahan dalam folikel ini disebut korpus luteum. Tetapi, kadangkala setelah sel
telur dilepaskan, lubang keluarnya tertutup dan jaringan-jaringan mengumpul di
dalamnya, menyebabkan korpus luteum membesar dan menjadi kista.
Meski kista ini biasanya hilang dengan sendiri dalam beberapa minggu,
tetapi kista ini dapat tumbuh hingga 4 inchi (10 cm) diameternya dan berpotensi
untuk berdarah dengan sendirinya atau mendesak ovarium yang menyebabkan

17
nyeri panggul atau perut. Jika kista ini berisi darah, kista dapat pecah dan
menyebabkan perdarahan internal dan nyeri tajam yang tiba-tiba.

2.Kista Dermoid

Kista ovarium yang berisi ragam jenis jaringan misal rambut, kuku, kulit,
gigi dan lainnya. Kista ini dapat terjadi sejak masih kecil, bahkan mungkin sudah
dibawa dalam kandungan ibunya. Kista ini biasanya kering dan tidak menimbulkan
gejala, tetapi dapat menjadi besar dan menimbulkan nyeri.

Gambar 2. Kista Dermoid

3.Kista Endometriosis

Kista yang terbentuk dari jaringan endometriosis (jaringan mirip dengan


selaput dinding rahim yang tumbuh di luar rahim) menempel di ovarium dan
berkembang menjadi kista. Kista ini sering disebut juga sebagai kista coklat
endometriosis karena berisi darah coklat-kemerahan. Kista ini berhubungan dengan
penyakit endometriosis yang menimbulkan nyeri haid dan nyeri sanggama.

18
4.Kistadenoma

Kista yang berkembang dari sel-sel pada lapisan luar permukaan ovarium,
biasanya bersifat jinak. Kistasenoma dapat tumbuh menjadi besar dan mengganggu
organ perut lainnya dan menimbulkan nyeri.

5.Polikistik Ovarium

Ovarium berisi banyak kista yang terbentuk dari bangunan kista folikel
yang menyebabkan ovarium menebal. Ini berhubungan dengan penyakit sindrom
polikistik ovarium yang disebabkan oleh gangguan hormonal, terutama hormon
androgen yang berlebihan. Kista ini membuat ovarium membesar dan menciptakan
lapisan luar tebal yang dapat menghalangi terjadinya ovulasi, sehingga sering
menimbulkan masalah infertilitas.

F. Patofisiologi Kista Ovarium

Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormone dan


kegagalan pembentukan salah satu hormone tersebut bisa mempengaruhi fungsi
ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak
menghasilkan hormone hipofisa dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang
abnormal kadang menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak
sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami pematangan dan
gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium
karena itu terbentuk kista di dalam ovarium.

Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang
disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter
lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture akan menjadi
korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista
ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan
mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi,
korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil
selama kehamilan.

19
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional
dan selalu jinak. Kista dapat berupa kista folikular dan luteal yang kadang-kadang
disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin,
termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi
gonadotropin atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih. Kista folikel
dan luteal, kelainan yang tidak berbahaya ini berasal dari folikel graaf yang tidak
pecah atau folikel yang sudah pecah dan segera menutup kembali.

Kista demikian seringnya adalah multipel dan timbul langsung di bawah


lapisan serosa yang menutupi ovarium, biasanya kecil, dengan diameter 1- 1,5 cm
dan berisi cairan serosa yang bening, tetapi ada kalanya penimbunan cairan cukup
banyak, sampai mencapai diameter 4-5 cm, sehingga teraba massa dan
menimbulkan sakit pada daerah pelvis. Pada neoplasia tropoblastik
gestasional (hydatidiform mole dan choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada
kehamilan multiple dengan diabetes, HCg menyebabkan kondisi yang disebut
hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan
menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate,
dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan
pemberian HCG.

Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak
terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang
ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini,
keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan sebagian
besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan keganasan ini adalah
kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari
area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan germ
cel tumor dari germ sel primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel yang
berisi elemen dari 3 lapisan germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan
mesodermal.

20
G. Tanda dan Gejala

Banyak tumor ovarium tidak menunjukkan gejala dan tanda, terutama tumor
ovarium yang kecil. Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik. Sebagian
besar gejala dan tanda adalah akibat dari pertumbuhan, aktivitas endokrin, atau
komplikasi tumor-tumor tersebut.3,8
Akibat Pertumbuhan. Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa
menyebabkan pembenjolan perut. Tekanan terhadap alat-alat disekitarnya
disebabkan oleh besarnya tumor dan posisinya didalam perut. Suatu kista dapat
menekan kandung kencing dan menyebabkan gangguan miksi atau terkadang hanya
menimbulkan rasa berat diperut jika terletak bebas di rongga perut. Selain gangguan
miksi, tekanan tumor dapat mengakibatkan obstipasi dan edema pada tungkai
karena tekanan pada pembuluh balik atau limfe. Pada tumor yang besar dapat terjadi
tidak nafsu makan, rasa sesak dan lain-lain.

Akibat Aktivitas Hormonal. Pada umumnya tumor ovarium tidak


mengubah pola haid, kecuali jika tumor itu sendiri mengeluarkan hormon yang
sering terjadi pada tumor ganas, misalnya tumor sel granulose yang dapat
menimbulkan hipermenorea dan arhenoblastoma yang dapat menyebabkan
amenorea.
Akibat Komplikasi. Perdarahan ke dalam kista. Biasanya terjadi
sedikit-sedikit, sehingga berangsur-angsur menyebabkan pembesaran kista, dan
hanya menimbulkan gejala-gejala klinik yang minimal. Akan tetapi apabila
perdarahan dalam jumlah banyak, akan terjadi distensi cepat dari kista yang
menimbulkan nyeri perut mendadak.
 Putaran Tangkai. Dapat terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm
atau lebih akan tetapi yang belum amat besar sehingga terbatas gerakannya.
Kondisi yang mempermudah terjadinya torsi adalah kehamilan, karena pada
kehamilan uterus yang membesar dapat mengubah letak tumor. Sesudah
persalinan dapat terjadi perubahan mendadak dalam rongga perut. Selain itu,
putaran tangkai sering menyebabkan gangguan sirkulasi walaupun gangguan
ini jarang bersifat total, rasa nyeri, dan bila putaran tangkai berjalan terus akan

21
terjadi nekrosis hemoragik dalam tumor yang dapat menyebabkan robekan
dinding kista dengan perdarahan intraabdominal atau peradangan sekunder.
 Infeksi pada Tumor. Terjadi jika di dekat tumor terdapat sumber kuman
pathogen, seperti appendicitis, diverticulitis atau salpingitis akuta. Kista
dermoid cenderung mengalami peradangan disusul dengan pernanahan.
 Robek Dinding Kista. Terjadi pada torsi tangkai atau karena trauma. Apabila
kista hanya mengandung cairan serus, rasa nyeri akibat robekan dan iritasi
peritoneum akan segera berkurang. Tetapi, apabila robekan pada kista disertai
perdarahan yang timbul secara akut dan berlangsung terus ke dalam rongga
peritoneum maka akan menyebabkan rasa nyeri yang terus menerus disertai
tanda-tanda abdominal akut. Robekan dinding kista pada kistadenoma
musinosum dapat menyebabkan terjadinya keadaan yang disebut
pseudomiksoma peritonei.
 Perubahan Keganasan. Dapat terjadi pada beberapa kista jinak, seperti
kistadenoma ovarii serosum, kistadenoma ovarii musinosum dan kista
dermoid. Oleh karena itu, setelah tumor diangkat pada operasi, perlu
dilakukan pemeriksaan mikroskopik yang seksama terhadap kemungkinan
perubahan keganasan. Adanya asites dan anak sebar (metastasis) memperkuat
kecurigaan terhadap keganasan.

H. Diagnosis
Dari gambaran klinis, kista ovarium yang berukuran kecil biasanya tidak
menunjukan gejala atau rasa sakit, kecuali kalau pecah atau terpuntir yang
menyebabkan perdarahan intraperitoneum dan gejala akut abdomen ,sakit yang
hebat di daerah perut bagian bawah, dan kaku. Kista yang berukuran besar atau
berjumlah banyak dapat menimbulkan gejala seperti:

 rasa sakit pada panggul


 sakit pinggang
 sakit saat berhubungan seksual
 pendarahan rahim yang abnormal

22
Secara umum Diagnosa kista ovarium ditegakkan dengan:

A. Anamnesa

 Perut terasa penuh, berat, kembung

 Konstipasi dan poliuria

 Haid tidak teratur

 Nyeri pada saat coitus

 Mual, muntah, gembung, dan gangguan nafsu makan

B. Pemeriksaan fisik

 Inspeksi

 Perut membesar seperti orang hamil

 Palpasi abdomen

 Teraba masa di abdomen biasanya sebelah kanan atau sebelah kiri

 Kadang-kadang nyeri pada perabaan

 Masa bias dibedakan dengan uterus

 Konsistensinya kistik

C. Pemeriksaan penunjang

 USG

Pada USG kista ovarium akan terlihat sebagai struktur kistik yang
bulat (kadang-kadang oval) dan terlihat sangat lusen dengan dinding
dinding yang tipis/tegas, dan di tepi belakang kista nampak
bayangan opak yang lebih putih dari dinding depannya.

23
 Laparoskopi

Dengan laparoskopi (alat teropong ringan dan tipis dimasukkan


melalui pembedahan kecil di bawah pusar) dokter dapat melihat
ovarium, menghisap cairan dari kista atau mengambil bahan
percontoh untuk biopsi.

Diagnosis dari kistoma ovarii tergantung dari kombinasi beberapa


faktor termasuk usia dan status menopause pasien, gejala-gejala, gambaran
USG, lokasi bilateral/unilateral, ukuran dari massa, dan tingkat serologik
marker. 4,5
1. Umur dan Status Menopause
Kistoma ovarii pada wanita premenopause adalah umum ditemukan
dan biasanya bersifat jinak termasuk kista fungsional atau endometrioma.
Resiko menjadi keganasan meningkat sesuai dengan bertambahnya umur.
2. Gejala-gejala
Keganasan pada ovarium yang bersifat lokal umumnya hanya sedikit
atau sama sekali tidak menampakkan gejala-gejala, dan hal ini dapat
menyebabkan terjadinya penundaan pada penanganan.
3. Gambaran USG
Hasil dari USG sangat tergantung dari skill dan pengalaman dari
operator, bahkan antara sonografer yang sudah berpengalaman sering terjadi
perbedaan hasil. Kistoma ovarii umumnya didiagnosis melalui USG
transvaginal, tetapi setelah didiagnosis, abdominal scan dapat dilanjutkan.
Akurasi diagnostik dari USG pada wanita premenopause dapat
menjadi sulit oleh karena perubahan yang terjadi karena siklus ovulasi.
Sebagian besar penelitian menemukan bahwa kista anechoic yang unilokuler
dengan diameter kurang dari 5 cm jarang merupakan suatu keganasan, bahkan
pada wanita postmenopause. Resiko keganasan adalah kurang dari 1% pada
premenopause dan 10% pada wanita postmenopause. Hanya 6% dari kista
dengan diameter 3-5cm yang menunjukkan keganasan pada wanita

24
postmenopause, sedangkan penelitian lain menemukan tidak adanya
keganasan pada kista dengan ukuran kurang dari 5cm.
Kista multilokuler lebih sering ganas daripada kista unilokuler.
Granberg menemukan bahwa 8% kista multilokuler adalah ganas,
dibandingkan dengan hanya 0.3% keganasan pada kista unilokuler. Kista
solid, semi-solid, dan mixed tumor, sering dihubungkan dengan keganasan.
Gambaran papiler sering merupakan keganasan dan resiko keganasan
meningkat dari 1.6% menjadi 10% jika suatu kista unilokuler mengandung
suatu bentukan solid atau papiler. Ukuran diameter dari kista sangat
berhubungan erat dengan sifat keganasan dari kistoma ovarii.
4. Morphologic Scoring System
Berbagai sistem penilaian dari tumor ovarium berdasarkan ukuran dan
morfologi telah diperkenalkan untuk menilai apakah suatu tumor tersebut
ganas atau jinak. Sistem skoring ini mempunyai sensitifitas 82-100% dan
false positif sekitar 8-20%. Faktor prediktif yang paling penting adalah
adanya proliferasi papiler dari dinding kista dan adanya bagian solid dari kista
tersebut. Gambaran-gambaran utama yang dinilai pada USG adalah jumlah
dari lokulus, adanya bagian solid (septum dan proliferasi papiler), diameter
dari tumor/kista, adanya tumor/kista di ovarium kontralateral, dan adanya
cairan di kavum Douglas.
5. Sitologi
Sensitifitas dari analisis sitologi cairan kistoma ovarii tidak dapat
diandalkan untuk menentukan sifat dari kista tersebut, dan punksi dari kista
tidak dapat digunakan untuk tujuan diagnostik. Lebih lanjut, bocornya sel-sel
malignan saat dilakukan punksi dapat meningkatkan staging dari kanker
ovarium, dan oleh karena itu, punksi dari kistoma ovarii harus dihindarkan.

I. Penatalaksanaan
Penting untuk menentukan apakah kista yang didapatkan adalah kista
fungsional atau bukan, sama halnya apakah golongan neoplastik atau non
neoplastik. Dimana pengangkatan kista atau ovarium itu sendiri tergantung dari
jenis kista dan besarnya kista pada pasien. Pengangkatan kistoma ovarii biasanya

25
dilakukan jika keadaan pasien memungkinkan untuk menjalani operasi dan
metode operasi yang dilakukan adalah laparoskopi atau laparotomi.
Dua prinsip penting dalam manajemen kista ovarium yaitu 3,4,9,10:
1. Sikap wait and see.
Oleh karena mayoritas kista adalah kista fungsional yang akan
menyusut dengan sendirinya dalam 2 – 3 bulan. Semakin dini deteksinya
semakin mudah pengobatannya. Tentu setiap wanita berharap agar
ovariumnya tetap utuh, tidak rusak atau dapat dipertahankan, jika diputuskan
untuk mengangkat kista. Kemungkinan ini dapat terjadi jika kista ditemukan
dalam stadium dini.
2. Terapi bedah.
Pengangkatan kistoma ovarii sangat membantu dalam menekan
angka kematian akibat kistoma ovarii yang bersifat ganas, karena jika kistoma
ovarii jinak tidak diangkat maka besar kemungkinan akan menjadi ganas
sehingga mengancam nyawa pasien
Indikasi bedah ialah kista yang tidak menghilang dalam beberapa
kali siklus menstruasi atau kista yang memiliki ukuran demikian besar, kista
yang ditemukan pada wanita yang menopause atau kista yang menimbulkan
rasa nyeri luar biasa dan sampai timbul perdarahan. Tindakan bedah dapat
sangat terbatas berupa pengangkatan kista dengan tetap mempertahankan
ovarium. Tindakan ini kemungkinan dapat menjadi lebih ekstensif, mulai dari
pengangkatan seluruh ovarium atau lebih luas lagi merembet ke
pengangkatan uterus (histerektomi total).
Prinsip penanganan kista ovarium bahwa tumor ovarium neoplastik
memerlukan operasi dan tumor nonneoplastik tidak, jika menghadapi tumor
ovarium yang tidak memberikan gejala/keluhan pada penderita dan yang
besarnya tidak melebihi 5 cm diameternya, kemungkinan besar tumor
tersebut adalah kista folikel atau kista korpus luteum. Tidak jarang tumor
tersebut mengalami pengecilan secara spontan dan menghilang, sehingga
perlu diambil sikap untuk menunggu selama 2 – 3 bulan, jika selama waktu
observasi dilihat peningkatan dalam pertumbuhan tumor tersebut, dapat

26
diambil kesimpulan bahwa kemungkinan tumor besar itu bersifat neoplastik
dan dapat dipertimbangkan untuk pengobatan operatif.
Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas
ialah pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium
yang mengandung tumor, akan tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi
perlu dilakukan pengangkatan ovarium, biasanya disertai pengangkatan tuba
(salphyngo-ooforektomi). Jika terdapat keganasan operasi yang lebih tepat
ialah histerektomi dan salphyngo-ooforektomi bilateral. Akan tetapi pada
wanita muda yang masih ingin mendapatkan keturunan dan dengan tingkat
keganasan tumor yang rendah, dapat dipertanggungjawabkan untuk
mengambil resiko dengan melakukan operasi yang tidak seberapa radikal.

J. Komplikasi

Bila dijumpai hemoperitonium atau kotoran ruptur kista jinak


preoperatif atau intraoperatif, kista yang ruptur tersebut dibuang dan kasvum
abdomen dibersihkan dengan saline normal. Para ahli lebih menyukai pencucian
dengan saline hangat untuk membantu mengeluarkan sebum dari komponen
yang mengalami ruptur atau kebocoran terhadap teratoma dan kista musinosum.
Bila dijumpai iritasi kimiawi dan distensi usus, dekompresi dengan
menggunakan tabung panjang transnasal, hidrasi, dan monitoring elektrolit
dianjurkan. Selanjutnya, bila dijumpai proses tumpang tindih, proses infeksi
dicurigai (khususnya selama masa nifas). Spesimen dikirim untuk dilakukan
kultur terhadap kuman aerob dan anaerob, dan dilakukan drainase isap
transperitoneal serta pemberian terapi anti mikroba. 4,9,10
Torsi, sebagai komplikasi paling sering yang dijumpai pada kasus-
kasus adanya masa adneksa pada masa kehamilan, terkadang menghasilkan
gejala-gejala akut yang sesuai daengan tingkat iskemia jaringan. Selanjutnya
intervensi operasi emergensi biasanya dibutuhkan. Bila hanya terjadi torsi
parsial dan pada inspeksi ditemukan bahaya minimal dari vaskuler, didapat
adneksa yang berubah bentuk,reseksi konservatif dilakukan dengan hati-hati dan

27
ovarium difiksasi untuk menghindari torsi. Sebaliknya, torsi komplit
memerlukan ooforektomi (terkadang bersamaan dengan salpingektomi) dengan
identifikasi dan mobilisasi seperlunya dari ureter untuk memungkinkan ligasi
tinggi pembuluh gonad, sehingga meminimalkan pelepasan potensial emboli
trombotik selama prosedur bedah dilakukan. Harus disadari bahwa lesi ovarium
ganas jarang terjadi pada kasus torsi adneksa.4,9,10

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Bixo M, Inger Sundstrom- poroma, Bjorn I, Astroin M. Patients with


psychiatric disorder in gynecology practice,Am J. Obst and Gynecol. 2001;
185;396-401.
2. Burke TW, Morris M. Secondary cytoreduction operations, in ovarian cancer,
ed by Rubai SC and Sutton GP, Lippincot Williams & Wilkins, Philadelphia
USA, 2001; second ed; 289-300.
3. Winknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. 2007. Tumor Jinak pada Alat
Genital. Dalam: Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Hal 346-361.
4. De Vita VT, Hellman S, and Rosenberg SA; Cancer, Principle and practice of
oncology; Lippincot Williams & Wilkins, Philadelphia USA, 2001; sixth ed;
vol 2: 1597.
5. Elit L and Hamilton; Surgical management of an adnexal mass suspicious for
malignancy. J Soc Obst gynecol, 2000; 22 (11); 964-8.
6. Hadibroto BR. 2005. Laparoskopi pada Kista Ovarium. Dalam: Majalah
Kedokteran Nusantara Vol 38 No3. Jakarta. Hal 260-263.
7. SudS,TulandiT.Endometriosis.Availableat :
http://www.obgyn.net/medical.asp?page=/english/pubs/features/mcgill-
student-projects/endometriosis. london.1999.
8. Sjamsuhidajat R, de JonG W (ed). Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Kedua. Jakarta,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2005.
9. Kampono N, Kemajuan dalam onkologi, pada; Naskah lengkap KOGI 2000,
ed IGP Surya, Suwiyoga, Megadhana, Mertayoga; Bali,2000; 41-45.
10. Ulla BK, Ann T, Berit M, et. al. Management of ovarian cysts. Acta Obstet
Gynecol Scand 2004: 83: 1012-1021.

29

Anda mungkin juga menyukai