Anda di halaman 1dari 18

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT SARS

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Epizootik

Dosen Pengampu : Dr. Dyan Kunthi Nugrahaeni, SKM., MKM

Disusun Oleh :

Esthi Pricilla Siahaan (113116002)

Novi Lasmana (113218020)

Ratu Habibah Sahid (113116017)

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT (S-1)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan
rahmat dan karunianya kami dapat melaksanakan kegiatan sehari-hari sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah Epidemiologi Penyakit SARS ini sesuai waktu
yang telah ditentukan.
Makalah ini kami susun berdasarkan hasil dari jurnal yang kami temukan
kami berharap uraian makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan sebagai
bagian dari bentuk proses pembelajaran.
Kami sangat menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak
kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran
dari dosen pengampu untuk menyempurnakan makalah berikutnya. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kami serta semua pihak yang berkepentingan.

Cimahi, November 2019

Tim Penyusun
1 DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii


DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
2.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
2.2 Identifikasi masalah.................................................................................. 2
2.2.1 Apa yang dimaksud dengan Penyakit SARS, Etiologi dan
Epidemiologinya? ..................................................................................... 3
2.2.2 Bagaimana Gejala dan tanda penyakit SARS? ...................................... 3
2.2.3 Bagaimana Patofisiologi terjadinya penyakit SARS? ......................... 3
2.2.4 Bagaimana cara penularan dan penyebaran penyakit SARS? ............. 3
2.2.5 Bagaimana cara pengawasan, strategi pencegahan dan pengendalian
Penyakit SARS? ....................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 4
3.1 Etiologi SARS .......................................................................................... 4
3.2 Epidemiologi ............................................................................................ 6
3.3 Gejala dan Tanda Penyakit SARS............................................................ 9
3.4 Patogenesis dan Patofisiologi ............................................................... 10
3.5 Penularan dan Penyebaran Penyakit ...................................................... 11
3.6 Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ............................................. 12
BAB III ............................................................................................................................ 14
4.1 Kesimpulan............................................................................................. 14
4.2 Saran ....................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA

ii
2 BAB I
PENDAHULUAN

2.1 Latar Belakang


SARS pertama kali ditemukan di Provinsi Guang Dong, Cina pada bulan
November tahun 2002 sampai bulan Februari 2003 dan dengan cepat
menyebar ke negara lain yaitu Hongkong, Vietnam dan Singapura. SARS
adalah sindrom pernapasan akut berat yang merupakan penyakit infeksi pada
jaringan paru manusia yang penyebab nya adalah Coronavirus (suatu “single-
stranded enveloped RNA virus”).
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) atau sindrom pernapasan
akut berat adalah sindrom akibat virus pada paru yang bersifat mendadak dan
menunjukkan gejala gangguan pernapasan pada pasien yang mempunyai
riwayat kontak dengan pasien SARS.
Pathogenesis dari SARS sangat kompleks, dengan berbagai faktor yang
menimbulkan luka pada paru-paru dan penyebaran virus ke beberapa organ.
Target coronavirus SARS adalah sel epitel pada saluran pernapasan yang
menimbulkan kerusakan alveolus yang lama. Beberapa tipe organ atau sel
mungkin terinfeksi menjadi sakit, termasuk mukosa sel intestinal, sel epitel
tubular ginjal, saraf otak, dan beberapa jenis sel imun dan organ penting yang
rusak karena kerusakan yang tidak langsung.
Kekuatiran lainnya adalah masih belum diketahui secara pasti cara
peneyebaran virus tersebut. Penularannya dari orang ke orang melalui udara,
feses, dan toilet yang terinfeksi. Masih menjadi pertanyaan berapa lama virus
mampu bertahan hidup di lingkungan. Hasil penelitian terakhir menunjukkan
bahwa coronavirus mampu bertahan hidup di luar tubuh manusia sampai satu
minggu.
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) atau Sindroma Pernapasan
sangat akut adalah penyakit infeksi pada jaringan paru manusia yang sampai

1
saat ini belum diketahui pasti penyebabnya. Penyakit ini dicurigai pertama
kali timbul di provinsi Guangdong, RRC.
Diketahui penyakit SARS ini mempunyai tingkat penularan yang tinggi
terutama diantara petugas kesehatan yang selanjutnya menyebar ke anggota
keluarga dan pasien – pasien Rumah Sakit. Angka kematian diantara
penderita (CFR) diketahui sekitar 4%. Dan hingga saat ini SARS dilaporkan
telah menyebar diberbagai negara ditandai dengan ditemukannya penderita
yang dicurigai SARS.
Dengan kenyataan diatas maka pada tanggal 15 Maret 2003, WHO
menetapkan SARS merupakan ancaman kesehatan global (Global Threat)
yang harus mendapat perhatian dari semua negara di dunia.
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah yang luas dan
berbatasan dengan negara – negara terjangkit dan negara tempat
ditemukannya penderita SARS. Keadaan ini menjadi ancaman terhadap
masuknya penyakit ini ke wilayah Indonesia dan didukung oleh banyaknya
jalur transportasi langsung dengan daerah – daerah di Indonesia.
Agar ancaman masuknya penyakit SARS dapat dicegah dan atau
diminimalisir serta penyebaran lebih lanjut di masyarakat tidak terjadi bila
masuk ke Indonesia maka perlu ada pedoman penanggulangan terhadap
penyakit SARS. Karena merupakan penyakit yang baru, dimana belum ada
pedoman penanggulangannya maka dipandang perlu segera dibuat pedoman
penanggulangan yang dapat digunakan sebagai acuan oleh setiap petugas
kesehatan dalam bertindak.

2.2 Identifikasi masalah


Sesuai dengan judul makalah ini “Epidemiologi Penyakit SARS”
maka masalahnya dapat diidentifikasi sebagai berikut:

2
2.2.1 Apa yang dimaksud dengan Penyakit SARS, Etiologi dan
Epidemiologinya?
2.2.2 Bagaimana Gejala dan tanda penyakit SARS?
2.2.3 Bagaimana Patofisiologi terjadinya penyakit SARS?
2.2.4 Bagaimana cara penularan dan penyebaran penyakit SARS?
2.2.5 Bagaimana cara pengawasan, strategi pencegahan dan pengendalian
Penyakit SARS?

3
3 BAB II
PEMBAHASAN

3.1 Etiologi SARS


Saat ini penyebab penyakit SARS sudah dapat diketahui, yaitu
berupa infeksi virus yang tergolong dalam genus coronavirus (CoV).
SARS-CoV biasanya tidak stabil bila berada dalam lingkungan. Namun
virus ini dapat bertahan berhari-hari pada suhu kamar. Virus ini juga
mampu mempertahankan viabilitasnya dengan baik bila masih berada
di dalam feces(Chen & Rumende, 2006).

Data yang telah dikumpulkan oleh WHO mengenai stabilitas


virus SARS terhadap faktor lingkungan dan desinfektan
memperlihatkan bahwa virus SARS stabil dalam feses dan urin pada
suhu ruang selama 1 – 2 hari. Nilai pH feses penderita lebih tinggi
dari pH feses normal, dan virus yang dikandungnya lebih stabil serta
dapat bertahan sampai 4 hari. Virus SARS pada pH 6 – 7 dapat
bertahan sampai 3 jam, dan pada pH yang lebih tinggi virus dapat
bertahan lebih lama, 6 jam pada pH 8 dan 4 hari pada pH 9. Pada suhu
4ºC dan -80ºC virus dapat bertahan sampai 21 hari. Pada suhu tersebut
konsentrasi virus dalam kultur sel hampir tidak menurun. Konsentrasi
virus menurun sampai satu log pada suhu ruang setelah dua hari.
Oleh karena itu virus SARS-CoV lebih stabil dibandingkan dengan
virus corona manusia yang telah dikenal. Virus SARS pada pemanasan
56ºC akan menurun cepat, ya itu10 ribu infectious virus unit per 15
menit. Efektivitas virus dapat dihilangkan dengan desinfektan seperti
aseton 10%, formaldehid dan paraformaldehid, kloroks 10%, etanol
75%, dan fenol 2% pada suhu ruang dapat menginaktifkan virus dalam
waktu 5 menit (WHO 2003, dalam Ibrahim dan Sudiro, 2003).

SARS- CoV tersebut merupakan tipe baru dari coronavirus telah


diidentifikasi sebagai penyebab SARS (Severe Acute Respiratory

4
Syndrome). SARS coronavirus (SARS-CoV) secara resmi telah
dideklarasikan oleh WHO sebagai agen causative penyebab SARS.
SARS-CoV mempunyai patogenesis yang unik sebab mereka
menyebabkan infeksi pernafasan pada bagian atas dan bawah sekaligus
serta dapat menyebabkan gastroenteritis (WHO, 2003).

Coronavirus sendiri berasal dari bahasa Yunani kopẂv yang


berarti mahkota (corona). Mahkota virus tersusun dari komponen S
glikoprotein, yang dapat menempel pada sel inang dan nantinya dapat
menyebabkan virus masuk ke dalam sel inang (Jawetz et al.1996).

Coronavirus adalah anggota dari famili Coronaviridae, suatu


virus besar, dan mempunyai selubung (envelope). Selubung virus
ini dipenuhi dengan tonjolan – tonjolan yang panjang berbentuk
daun bunga (petal) (Surjawidjaja, 2003).

Partikel virus SARS mempunyai diameter 80 – 140 nm, sama


seperti virus corona yang lain, mempunyai komponen tonjolan atau
glikoprotein pada permukaan atau selubung virus. Pada virus
SARS, glikoprotein HE tidak ditemukan. Genom lengkap beberapa
isolat virus SARS telah berhasil disekuens (Ibrahim dan Sudiro 2003).
Genom RNA coronavirus ini mempunyai ukuran 27 – 32 kb dan
merupakan genom yang terbesar di antara semua virus yang ada.
Genom virus ini beruntai tunggal (single-stranded) dan membentuk
suatu nukleokapsid helikal yang fleksibel dan panjang. Nukleokapsid
ini terletak di dalam suatu selubung lipoprotein yang terbentuk dari
penggembungan membran intraseluler (Drosten et al. 2003).

Adapun klasifikasi dari coronavirus menurut Surjawidjaja


(2003) adalah sebagai berikut :

Ordo : Nidovirales

Familia : Coronaviridae

5
Genus : Coronavirus

Analisi urutan (sekuens) nukleotida dari berbagai isolat


coronavirus menunjukkan suatu variabilitas sekuens yang dapat
mempengaruhi replikasi virus dan patogenesisnya. Ada anggapan
bahwa penyakit SARS yang disebabkan oleh coronavirus dan
menyerang manusia merupakan keadaan di mana coronavirus yang
infektif terhadap beberapa hewan mengalami mutasi dan berevolusi
untuk kemudian menjadi patogen terhadap beberapa kelompok hewan
lainnya dan juga pada manusia (Poutanen et al.2003).

3.2 Epidemiologi
SARS diduga berasal dari Propinsi Guangdong di Cina
daratan, muncul dan menyerang manusia sekitar bulan November 2002.
Pada bulan Juli 2003 dilaporkan adanya penderita yang mengalami
radang paru yang atipikal dan sangat gawat serta tingkat penularannya
tinggi. Dilaporkan juga penyakit ini telah menjangkiti sekitar 305
orang dan menyebabkan 5 diantaranya tewas. WHO melaporkan
bahwa 30% kasus SARS terjadi pada petugas kesehatan, yang terjadi
karena kontak pada saat merawat penderita. Di samping itu resiko
penularan dapat terjadi pada penderita lain yang sedang dirawat di
rumah sakit, anggota keluarga yang tinggal satu rumah, orang yang menjadi
penderita maupun tamu penderita (DepKes RI, 2003).

SARS terbawa keluar dari Guangdong ke Hongkong pada tanggal


21 February 2003 oleh seorang dokter yang telah merawat pasien dengan
gejala mirip flu di tempat kerjanya. Setelah saat itu infeksi semakin
meluas ke penjuru Cina dan Hongkong yang pada akhirnya meluas
hingga ke Vietnam dan Kanada. Penularan SARS pada tanggal 12 Maret
2003, Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization / WHO)
mengeluarkan suatu peringatan ke seluruh dunia adanya suatu penyakit
yang disebutnya sebagai sindrom pernapasan akut parah (severe acute
respiratory syndrome / SARS) (WHO, 2003). Penyakit ini digambarkan

6
sebagai radang paru (pneumonia) yang berkembang secara cepat, progesif
dan seringkali bersifat fatal, dan diduga berawal dari suatu propinsi di
Cina Utara yaitu propinsi Guangdong. Pada saat pengumuman WHO ini
dikeluarkan, kasus-kasus SARS diketahui telah menyerang beberapa negara
seperti Cina, Hongkong, Vietnam, Siangapura dan Kanada (Poutanen et
al. 2003). Kejadian Luar Biasa (KLB) terjadi di 6 wilayah yaitu: Kanada,
Cina Daratan (yang berasal dari Guangdong kemudian menyebar ke
beberapa kota besar, Taiwan dan Hongkong), Singapura dan Vietnam.
Setelah itu SARS diketahui menyebar ke lebih dari 20 tempat lain di dunia
mengikuti rute penerbangan (WHO, 2003).

Gambar : Jumlah Kasus Kematian akibat SARS di Seluruh Dunia

Sampai dengan tanggal 3 Mei 2003 telah d itemukan sebanyak


6.234 kasus (probable cases) dan 435 (6,97%) kematian di 30 negara.
Sulit sekali untuk menentukan dengan pasti, berapa jumlah kasus, berapa
negara yang terkena wabah SARS dan berapa angka kematian, oleh
karena gambaran penyakit ini setiap saat berubah dengan cepat (WHO,
2003). Kejadian SARS selama periode November – 9 April 2003 terjadi
di berbagai Negara yaitu Australia, Belgia, Brazil, China, Hongkong,
Taiwan, Perancis, Jerman, Italia, Irlandia, Rumania, Spanyol, Switzerland,
United Kingdom, Amerika Serikat, Thailand, Singapore, Malaysia,
Vietnam dan lain lain. Total penderita 2.671 dengan 103 kematian (CFR
= 3,9%). WHO merekomendasikan setiap orang yang menderita demam

7
panas mendadak untuk menunda perjalanannya sampai sehat kembali
dari Negara terjangkit “affectiv area” seperti Kanada (Toronto),
Singapura, Cina (Beijing, Guangdong, Hongkong, Shaxi danTaiwan)
serta Vietnam (DepKes RI, 2003).

Gambar : Jumlah Kasus SARS di Indonesia

Di Indonesia sampai dengan 16 Juni 2003 jumlah orang yang


berobat karena khawatir dirinya menderita SARS atau diduga SARS
sebanyak 112 orang. Setelah diperiksa, dari jumlah ini ada 103 orang
dipastikan bukan menderita SARS. Dari 9 orang tersebut diperoleh 7 kasus
suspect SARS terdiri dari 3 wanita dan 4 pria yang berusia antara 20
– 57 tahun dan 2 kasus probable SARS. Sebanyak 5 orang kasus
suspect diantaranya pernah berkunjung ke Singapura dan 2 orang
pernah berkunjung ke RRC. Mereka berdomisili di Jakarta, Depok dan
Tangerang. Sedangkan 2 kasus probable SARS terdiri dari 2 pria masing
– masing berusia 47 tahun (WNA) berdomisili di Tangerang dan telah
kembali ke Hongkong dan berusia 65 tahun (WNI) berdomisili di Medan,
keduanya baru kembali dari Singapura saat menderita SARS. Sebanyak
6 kasus suspect SARS dirawat di RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso Jakarta
dan 1 kasus di RSUP Adam Malik Medan. Dari 2 kasus probable
SARS seorang dirawat di RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso dan seorang
dirawat di RSUP Adam Malik Medan (DepKes RI 2003).

Sampel darah dan usapan tenggorok dari pasien suspect SARS dan
probable SARS, dikirim dan diperiksa di laboratorium CDC Atlanta
dan semuanya menunjukkan hasil negatif untuk virus Corona. Selain

8
dilakukan uji konfirmasi melalui pemeriksaan laboratorium, dilakukan
pula investigasi atau pelacakan kontak terhadap kasus suspect dan probable
SARS serta kasus yang diduga SARS dan dilakukan manajemen kontak
berupa penyuluhan dan surveilans (DepKes RI, 2003).

3.3 Gejala dan Tanda Penyakit SARS


Biasanya, seseorang yang terjangkit SARS pada awalnya memiliki
berbagai macam keluhan seperti berikut ini:

1. Demam tinggi lebih 38 derajat Celcius


2. Batuk kering
3. Nafas pendek
4. Kesulitan bernafas
5. Sakit kepala
6. Kaku otot
7. Lemah
8. Gangguan kesadaran
9. Nafsu makan hilang
10. Kulit merah
11. Nyeri pada bagian badan
12. Rasa tidak nyaman
13. Berkeringat pada malam hari dan gemetar
14. Ruam
15. Diare
Masalah pernapasan biasanya muncul dalam dua hingga 10 hari
setelah orang terkena virus. Orang-orang yang terinfeksi akan dikarantina
selama 10 hari untuk mencegah penyebaran virus.
Faktor yang meningkatkan risiko terinfeksi virus antara
lain kontak langsung dengan penderita SARS dan riwayat pergi ke negara
lain yang dilaporkan terwabah virus SARS.

9
3.4 Patogenesis dan Patofisiologi
SARS secara klinis lebih melibatkan saluran nafas bagian bawah
dibandingkan dengan saluran nafas di bagian atas. Pada saluran nafas
bagian bawah, sel-sel asinus adalah sasaran yang lebih banyak terkena
dibandingkan trakea maupun bronkus. Menurut Chen & Rumende (2006),
patogenesis SARS terdiri dari 2 macam fase:

1. Fase Pertama

Terjadi selama 10 hari pertama penyakit, pada fase ini melibatkan


proses akut yang mengakibatkan diffuse alveolar damage (DAD) yang
eksu datif. Fase ini dicirikan dengan adanya infiltrasi dari sel-sel
inflamasi serta oedema dan pembentukan membran hialin. Membran
hialin ini terbentuk dari endapan protein plasma serta debris nucleus
dan sitoplasma sel-sel epitel paru (pneumosit) yang rusak. Dengan
adanya nekrosis sel-sel epitel paru maka barrier antara sirkulasi darah
dan jalan udara menjadi hilang sehingga cairan yang berasal dari
pembuluh darah dapat masuk ke dalam ruang alveolus (efusi). Namun
masih belum dapat dibuktikan apakah kerusakan sel-sel paru
tersebut diakibatkan karena efek toksik dari virus tersebut secara
langsung atau kerusakan tersebut terjadi karena perantara sistem imun.
Pada saat fase eksudatif ini dapat diamati dan diidentifikasi RNA dan
antigen virus yang terdapat pada makrofag alveolar.

2. Fase Kedua

Fase ini dimulai tepat setelah fase pertama selesai (setelah 10 hari).
Fase ini ditandai dengan perubahan pada DAD eksudatif menjadi
DAD yang terorganisir. Pada periode ini didapati metaplasia sel epitel
skuamosa bronchial, bertambahnya ragam sel dan fibrosis pada
dinding lumen alveolus. Pada fase ini juga tampak dominasi
pneumosit tipe 2 dengan perbesaran nucleus dan nucleoli yang
eosinofilik. Selanjutnya juga ditemukan adanya sel raksasa dengan

10
banyak nucleus (multinucleated giant cell) dalam rongga alveoli. Sel
raksasa tersebut diduga merupakan akibat langsung dari SARS-CoV,
namun sumber lain mengatakan bahwa hal tersebut bukan karena
SARS-CoV namun disebabkan karena proses inflamasi yang berat
pada tahap DAD eksudatif

3.5 Penularan dan Penyebaran Penyakit


Cara penularan SARS-CoV yang utama adalah melalui kontak
dekat misalnya pada waktu merawat penderita, tinggal satu rumah dengan
penderita atau kontak langsung dengan sekret/cairan tubuh (mata, hidung,
mulut) dari penderita suspect atau probable. Penyebaran utamanya
diduga melalui percikan (droplets) dan kemungkinan juga melalui pakaian
dan alat alat yang terkontaminasi atau secara faecal – oral (Ibrahim dan
Sudiro, 2003). Selain itu, berbagai prosedur aerosolisasi di rumah sakit
(nebulisasi, intubasi, suction, dan ventilasi) dapat meningkatkan resiko
penularan SARS oleh karena kontak secara tidak langsung melalui
kontaminasi alat yang digunakan, baik droplet maupun materi infeksius
lain seperti partikel feses dan urin (Chen & Ru mende2006).Pada
penelitiannya, Ignatius et al. (2004) menemukan bahwa penyebaran
virus SARS ternyata bisa diperantarai oleh udara (airbone transmission),
hal inilah yang menyebabkan community outbreak pada SARS di
Hongkong dan Toronto (Kanada). Meskipun demikian, butuh kontak intens
agar virus itu bisa menyebar. Misalnya saja berada dalam satu
ruangan tertutup dalam waktu lama. Seorang ibu (penderita SARS) yang
melahirkan bayi tidak akan menularkan SARS kepada bayinya saat
melahirkan (Dewi,2011). Periode aman dari sekelompok masyarakat
yang terjangkit SARS adalah 14 hari setelah kasus terakhir dinyatakan
sembuh (DepKes RI, 2003).

Sampai saat ini reservoar virus SARS belum diketahui dengan


jelas. Penelitian yang sering dilakukan di Provinsi Guangdong, Cina,
menemukan coronavirus yang sama ditemukan pada spesies binatang

11
tertentu yang dijual di pasar. Penyidikan terus dilakukan untuk mencari tahu
apakah SARS yang disebabkan oleh virus corona tersebut bersumber
dari bintatang. Roeder (2003) menyatakan bahwa tidak ada bukti asal virus
corona dari hewan ternak (sapi, babi, unggas, dll) dan tampaknya tidak
mungkin bera sal dari hewan ternak, bahkan jika asal virus ini masih
belum diketahui. Oleh karena tidak adanya bukti bahwa virus SARS
menginfeksi ternak, dengan demikian, kehadirannya pada hewan dan
produk makanan sangat jarang. Bahkan jika ada virus akan sangat mungkin
benar-benar mati oleh pemasakan dan pengolahan.

Pada akhirnya Badan Kesehatan Dunia (WHO) bersama-sama


dengan Departemen Kesehatan Cina telah menemukan bukti yang kuat
bahwa virus SARS memiliki kaitan sangat kuat dengan musang, setelah
melakukan penelusuran ke pasar-pasar hewan dan restauran setempat
yang menjual makanan hasil laut dan berbagai satwa liar. Hasil
surveilans di Cina menunjukkan bahwa virus SARS berhasil diisolasi dari
feses dan urin musang yang dipelihara dan diperjual-belikan di pasar-
pasar hewan (CDC, 2004). Selain itu juga terdapat kemungkinan adanya
virus pada kelelawar dan anjing. Kelelawar merupakan inang yang ideal bagi
virus, kemungkinan manusia melakukan kontak dengan virusnya melalui
kotoran kelelawar atau mereka mengkonsumsi binatang yang makanan
utamanya kelelawar. Lewat cara inilah kemungkinan virus SARS di Asia
melakukan lompatan kepada inang barunya, yakni manusia (Dorsten, 2011)

3.6 Pencegahan dan Pengendalian Penyakit


Upaya pencegahan dan pengendalian penyakit berupa public
awareness melalui upaya advokasi dan sosialisasi, surveilans kasus
berdasarkan informasi masyarakat atau rumah sakit, penyiapan sarana
dan prasarana rumah sakit, peningkatan kemampuan pemeriksaan
laboratorium, pengetahuan dan ketrampilan petugas dan penelitian tentang
SARS (DepKes RI, 2003).

12
Selain itu upaya pengendalian SARS menurut DepKes RI ditetapkan
sebagai berikut:

- Identifikasi dini kasus SARS, kontak dan kasus tambahan


- Menetapkan besarnya masalah
- Identifikasi daerah dan populasi berisiko tinggi
- Mencegah transmisi di masyarakat
- Melaksanakan prosedur pengamanan unit pelayanan (petugas
dan pengunjung)
- Penetapan prosedur pengamanan keluarga dan masyarakat
- Penyebaran informasi epidemiologi SARS
Sebagai penunjang dibuat juga pedoman tentang SARS, brosur,
leaflet, serta hotline service untuk pelaporan penyakit. Adapun mekanisme
sistem pelaporan SARS adalah sebagai berikut :

Sumber : DepKes RI (2003)

13
4 BAB III

4.1 Kesimpulan

SARS merupakan emerging diseases yang sangat infeksius. Penyakit


ini disebabkan oleh virus corona (Coronavirus) yang menyebabkan infeksi
saluran nafas akut berat pada jaringan paru-paru dengan sekumpulan gejala
klinis yang sangat berat dan dapat menyebabkan kematian. Penyakit
ini menular melalui kontak langsung dan tidak langsung, dari hewan ke
manusia, manusia ke manusia. Pengobatan dan vaksin belum ditemukan
sehingga pencegahan dan pengendalian penyakit lebih diutamakan.

4.2 Saran

Berdasarkan uraian bahasan Penyakit SARS, penyusun memberikan saran


sebagai berikut:
 Sosialisasi bahaya penyakit SARS kepada masyarakat sangat
diperlukan.
 Pengetahuan dan ketrampilan petugas kesehatan dalam
menghadapi penyakit SARS sangat penting untuk penanganan dan
pencegahan.

14
5 DAFTAR PUSTAKA

World Health Organization (WHO). 2003. Cumulative Number of Reported


Probable Cases of SARS. http://www.who.int/csr/sars/country/
20030702/en. (Diakses 24 November 2019).
World Health Organization (WHO). 2003. Severe Acute Respiratory Syndrome
(SARS). Weekly Epidemiological Record 2003; 78:81-3. (Diakses 24
November 2019).
Chen K, Rumende CM. 2006. SARS: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
FKUI.Jakarta.
Ibrahim F, Sudiro TM. 2003. Ulas Balik Coronavirus dan Sindroma Pernafasan
Akut Berat. J Mikrobiol Indonesia 8 (2): 35-38.
Jawetz, Melnich, Adelberg. 1996. Mikrobiologi Kedokteran. EGC: Jakarta.
Surjawidjaja JE. 2003. Sindrom Pernafasan Akut Parah (Severe Acute
Respiratory Syndrome/SARS): Suatu Epidemi Baru yang Sangat
Virulen . J Kedokter Trisakti 22 (2):76-82.
Drosten C, Gunther S, Preiser W. 2003. Identification of a novel coronavirus in
patients with severe acute respiratory syndrome. N Engl J Med 2003;
348. (Diakses 24 November 2019).
Poutanen SM, Low DE, Henry B. 2003. Identification of severe
acute respiratory syndrome in Canada. N Engl J Med 348. (Diakses 24
November 2019).
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (DepKes RI). 2003. PEDOMAN
PENANGGULANGAN SARS. http://www.docstoc.com/docs/12942946
/Pedoman- Penatalaksanaan-Kasus-SARS-DEPKES-RI. (Diakses 24
November 2019).

Anda mungkin juga menyukai