Disusun Oleh :
PEMINATAN EPIDEMIOLOGI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT (S-1)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan
rahmat dan karunianya kami dapat melaksanakan kegiatan sehari-hari sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah Epidemiologi Penyakit SARS ini sesuai waktu
yang telah ditentukan.
Makalah ini kami susun berdasarkan hasil dari jurnal yang kami temukan
kami berharap uraian makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan sebagai
bagian dari bentuk proses pembelajaran.
Kami sangat menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak
kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran
dari dosen pengampu untuk menyempurnakan makalah berikutnya. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kami serta semua pihak yang berkepentingan.
Tim Penyusun
1 DAFTAR ISI
ii
2 BAB I
PENDAHULUAN
1
saat ini belum diketahui pasti penyebabnya. Penyakit ini dicurigai pertama
kali timbul di provinsi Guangdong, RRC.
Diketahui penyakit SARS ini mempunyai tingkat penularan yang tinggi
terutama diantara petugas kesehatan yang selanjutnya menyebar ke anggota
keluarga dan pasien – pasien Rumah Sakit. Angka kematian diantara
penderita (CFR) diketahui sekitar 4%. Dan hingga saat ini SARS dilaporkan
telah menyebar diberbagai negara ditandai dengan ditemukannya penderita
yang dicurigai SARS.
Dengan kenyataan diatas maka pada tanggal 15 Maret 2003, WHO
menetapkan SARS merupakan ancaman kesehatan global (Global Threat)
yang harus mendapat perhatian dari semua negara di dunia.
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah yang luas dan
berbatasan dengan negara – negara terjangkit dan negara tempat
ditemukannya penderita SARS. Keadaan ini menjadi ancaman terhadap
masuknya penyakit ini ke wilayah Indonesia dan didukung oleh banyaknya
jalur transportasi langsung dengan daerah – daerah di Indonesia.
Agar ancaman masuknya penyakit SARS dapat dicegah dan atau
diminimalisir serta penyebaran lebih lanjut di masyarakat tidak terjadi bila
masuk ke Indonesia maka perlu ada pedoman penanggulangan terhadap
penyakit SARS. Karena merupakan penyakit yang baru, dimana belum ada
pedoman penanggulangannya maka dipandang perlu segera dibuat pedoman
penanggulangan yang dapat digunakan sebagai acuan oleh setiap petugas
kesehatan dalam bertindak.
2
2.2.1 Apa yang dimaksud dengan Penyakit SARS, Etiologi dan
Epidemiologinya?
2.2.2 Bagaimana Gejala dan tanda penyakit SARS?
2.2.3 Bagaimana Patofisiologi terjadinya penyakit SARS?
2.2.4 Bagaimana cara penularan dan penyebaran penyakit SARS?
2.2.5 Bagaimana cara pengawasan, strategi pencegahan dan pengendalian
Penyakit SARS?
3
3 BAB II
PEMBAHASAN
4
Syndrome). SARS coronavirus (SARS-CoV) secara resmi telah
dideklarasikan oleh WHO sebagai agen causative penyebab SARS.
SARS-CoV mempunyai patogenesis yang unik sebab mereka
menyebabkan infeksi pernafasan pada bagian atas dan bawah sekaligus
serta dapat menyebabkan gastroenteritis (WHO, 2003).
Ordo : Nidovirales
Familia : Coronaviridae
5
Genus : Coronavirus
3.2 Epidemiologi
SARS diduga berasal dari Propinsi Guangdong di Cina
daratan, muncul dan menyerang manusia sekitar bulan November 2002.
Pada bulan Juli 2003 dilaporkan adanya penderita yang mengalami
radang paru yang atipikal dan sangat gawat serta tingkat penularannya
tinggi. Dilaporkan juga penyakit ini telah menjangkiti sekitar 305
orang dan menyebabkan 5 diantaranya tewas. WHO melaporkan
bahwa 30% kasus SARS terjadi pada petugas kesehatan, yang terjadi
karena kontak pada saat merawat penderita. Di samping itu resiko
penularan dapat terjadi pada penderita lain yang sedang dirawat di
rumah sakit, anggota keluarga yang tinggal satu rumah, orang yang menjadi
penderita maupun tamu penderita (DepKes RI, 2003).
6
sebagai radang paru (pneumonia) yang berkembang secara cepat, progesif
dan seringkali bersifat fatal, dan diduga berawal dari suatu propinsi di
Cina Utara yaitu propinsi Guangdong. Pada saat pengumuman WHO ini
dikeluarkan, kasus-kasus SARS diketahui telah menyerang beberapa negara
seperti Cina, Hongkong, Vietnam, Siangapura dan Kanada (Poutanen et
al. 2003). Kejadian Luar Biasa (KLB) terjadi di 6 wilayah yaitu: Kanada,
Cina Daratan (yang berasal dari Guangdong kemudian menyebar ke
beberapa kota besar, Taiwan dan Hongkong), Singapura dan Vietnam.
Setelah itu SARS diketahui menyebar ke lebih dari 20 tempat lain di dunia
mengikuti rute penerbangan (WHO, 2003).
7
panas mendadak untuk menunda perjalanannya sampai sehat kembali
dari Negara terjangkit “affectiv area” seperti Kanada (Toronto),
Singapura, Cina (Beijing, Guangdong, Hongkong, Shaxi danTaiwan)
serta Vietnam (DepKes RI, 2003).
Sampel darah dan usapan tenggorok dari pasien suspect SARS dan
probable SARS, dikirim dan diperiksa di laboratorium CDC Atlanta
dan semuanya menunjukkan hasil negatif untuk virus Corona. Selain
8
dilakukan uji konfirmasi melalui pemeriksaan laboratorium, dilakukan
pula investigasi atau pelacakan kontak terhadap kasus suspect dan probable
SARS serta kasus yang diduga SARS dan dilakukan manajemen kontak
berupa penyuluhan dan surveilans (DepKes RI, 2003).
9
3.4 Patogenesis dan Patofisiologi
SARS secara klinis lebih melibatkan saluran nafas bagian bawah
dibandingkan dengan saluran nafas di bagian atas. Pada saluran nafas
bagian bawah, sel-sel asinus adalah sasaran yang lebih banyak terkena
dibandingkan trakea maupun bronkus. Menurut Chen & Rumende (2006),
patogenesis SARS terdiri dari 2 macam fase:
1. Fase Pertama
2. Fase Kedua
Fase ini dimulai tepat setelah fase pertama selesai (setelah 10 hari).
Fase ini ditandai dengan perubahan pada DAD eksudatif menjadi
DAD yang terorganisir. Pada periode ini didapati metaplasia sel epitel
skuamosa bronchial, bertambahnya ragam sel dan fibrosis pada
dinding lumen alveolus. Pada fase ini juga tampak dominasi
pneumosit tipe 2 dengan perbesaran nucleus dan nucleoli yang
eosinofilik. Selanjutnya juga ditemukan adanya sel raksasa dengan
10
banyak nucleus (multinucleated giant cell) dalam rongga alveoli. Sel
raksasa tersebut diduga merupakan akibat langsung dari SARS-CoV,
namun sumber lain mengatakan bahwa hal tersebut bukan karena
SARS-CoV namun disebabkan karena proses inflamasi yang berat
pada tahap DAD eksudatif
11
tertentu yang dijual di pasar. Penyidikan terus dilakukan untuk mencari tahu
apakah SARS yang disebabkan oleh virus corona tersebut bersumber
dari bintatang. Roeder (2003) menyatakan bahwa tidak ada bukti asal virus
corona dari hewan ternak (sapi, babi, unggas, dll) dan tampaknya tidak
mungkin bera sal dari hewan ternak, bahkan jika asal virus ini masih
belum diketahui. Oleh karena tidak adanya bukti bahwa virus SARS
menginfeksi ternak, dengan demikian, kehadirannya pada hewan dan
produk makanan sangat jarang. Bahkan jika ada virus akan sangat mungkin
benar-benar mati oleh pemasakan dan pengolahan.
12
Selain itu upaya pengendalian SARS menurut DepKes RI ditetapkan
sebagai berikut:
13
4 BAB III
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
14
5 DAFTAR PUSTAKA