Anda di halaman 1dari 15

Upaya untuk Meningkatkan Perolehan Hasil Kultur Positif dari

Cairan Serebro Spinal Penderita Meningitis Tuberkulosis

Dedeh Supantini
Bagian / SMF Ilmu Penyakit Saraf, Fakultas Kedokteran,
Universitas Kristen Maranatha

Abstrak
Saat ini kejadian tuberkulosis (TB) meningkat di seluruh dunia, disertai peningkatan
kejadian resistensi terhadap obat anti TB, malah terjadi epidemi “Multiple-drug resistance TB”
(MDR-TB). Sejalan dengan peningkatan kejadian TB, terjadi pula peningkatan kejadian
meningitis TB (MTB) yang mempunyai morbiditas dan mortalitas tinggi. Diagnosis MTB
ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan pemeriksaan penunjang, dan terapi dilakukan
secara empiris begitu diagnosis dibuat. Diagnosis pasti dibuat bila dari cairan serebro spinal
(CSS) ditemukan BTA atau kultur positif untuk Mycobacterium tuberculosis. Tetapi selama ini
sulit untuk mendapatkan hasil positif dari kultur CSS. Karena itu pada penelitian ini kami
mencoba untuk meningkatkan perolehan kultur positif dari CSS penderita MTB.
Penelitian dilakukan di Bagian/SMF Ilmu Penyakit Saraf RSHS secara prospektif,
dengan rancangan studi prevalens selektif, mulai 1 April - 30 Oktober 2000, dan 1 Februari -
30 Oktober 2001. Kriteria inklusi adalah memenuhi kriteria probable MTB menurut Ogawa
dan tersedia Cairan Serebrospinal (CSS) dalam jumlah cukup (minimal 2,5 ml). Terhadap
spesimen CSS dilakukan sentrifus pada 2500 rpm selama 30 menit, kemudian dari endapannya
dilakukan kultur untuk M.tuberculosis.
Hasil penelitian memperlihatkan empat puluh tujuh kasus memenuhi kriteria inklusi.
Kultur memberikan hasil positif pada 29 kasus (62%).
Dapat disimpulkan bahwa dengan cara sentrifus CSS, diperoleh hasil 62% kultur
M.tuberculosis positif dari bahan pemeriksaan CSS penderita MTB.

Kata kunci : meningitis tuberkulosis, cairan serebro spinal, sentrifus, kultur

Pendahuluan yang diakibatkan penyakit ini


Sebelum tahun delapan- sehingga pada tahun 1993 WHO
puluhan di negara-negara Barat mengumumkan TB sebagai ke-
penyakit tuberkulosis (TB) da- gawatan dunia (Global Emergen-
pat dianggap sudah diberantas cy). Pada saat ini diduga terda-
sehingga sudah tidak menjadi pat 16 – 20 juta kasus TB di selu-
masalah lagi. Tetapi akhir-akhir ruh dunia dengan 8 juta kasus
ini insidensinya meningkat se- baru setiap tahunnya. Dua juta
cara drastis di seluruh dunia. dari penderita ini meninggal se-
Demikian seriusnya masalah tiap tahunnya, dan ini meru-

82
Upaya untuk Meningkatkan Perolehan Hasil Kultur Positif
dari Cairan Serebro Spinal Penderita Meningitis Tuberkulosis
Dedeh Supantini

pakan 26% dari angka kematian 1981 – 1983 menemukan MTB


pada dewasa muda yang sebe- sebanyak 1,75% dari seluruh
narnya dapat dicegah. Di Asia penderita yang dirawat di
Tenggara, sekitar 3 juta kasus bagian/ SMF Ilmu Penyakit
dan 700.000 kematian terjadi se- Saraf. Hasil penelitian Panget
tiap tahun; lima negara –Bangla- (1991–1993) adalah sebesar 4,0%;
desh, India, Indonesia, Myan- Gunadharma (1994–1998) mem-
mar dan Thailand menyum- peroleh angka sebesar 4,1%;
bangkan 95% dari angka ke- Elisawaty (2000) sebesar 4.06%
matian ini. (WHOSEA, 2001) dan Subaidah (2000) mendapat-
Dengan meningkatnya kan angka sebesar 6%.
kejadian TB ini, kejadian resis- Gejala klinis dari MTB se-
tensi terhadap obat anti tuber- ring kali tidak jelas dan pleo-
kulosis (OAT) meningkat pula, morfis sehingga diagnosis men-
malah dilaporkan terjadi epide- jadi sulit. Diagnosis MTB bia-
mi "multiple-drug resistance" TB sanya berdasarkan adanya riwa-
(MDR-TB), yang memiliki angka yat kontak dengan penderita tu-
relaps yang cukup tinggi. berkulosis, tes tuberkulin yang
(Frieden, 1993; Mangunnegoro, positif, foto thoraks, gambaran
1995) CT atau MRI, adanya tuberkel
Target primer dari infeksi khoroid , gambaran CSS yang
TB adalah paru-paru, walaupun karakteritik.(Ross,1996).Kelainan
demikian banyak organ yang CSS pada MTB berupa pening-
secara potensial dapat terkena. katan kadar protein antara 100 -
Diduga sebanyak 10% penderita 500 mg/dL, lekosit antara 10-500
TB yang imunokompeten akan sel/mm3 dengan predominan
mengalami infeksi susunan saraf limfosit, penurunan konsentrasi
pusat. Bentuk tersering dari glukosa. (Roos,1996) Diagnosis
infeksi susunan saraf pusat oleh pasti ditegakkan bila ditemukan
basil TB adalah Meningitis basil tahan asam (BTA) pada
tuberkulosis (MTB). (Garcia, sediaan langsung atau kultur.
1999) (Kox,1995)
MTB sampai saat ini Dari beberapa penelitian,
masih memberikan angka kesa- dengan pemeriksaan preparat
kitan dan angka kematian yang langsung, M.tuberculosis hanya
tinggi. Di Rumah Sakit Hasan dapat diisolasi pada kurang dari
Sadikin Bandung tercatat bahwa 10 - 40% kasus. (Daniel, 1987;
kejadian MTB ini cenderung me- Ogawa, 1987; Kennedy, 1979;
ningkat. Panggabean pada tahun Zuger, 1991; Garcia, 1999) Se-

83
JKM.
Vol. 3, No.2, Februari 2004

dangkan Kultur CSS dilaporkan Dikatakan MTB probable bila


memberi hasil positif yang CSS memberikan gambaran
bervariasi : antara 25 – 85 %. pleositosis, pemeriksaan sediaan
(Garcia,1999) Daniel menda- apus gram dan jamur negatif
patkan hasil positif pada 45-90% dan disertai salah satu dari hal-
kasus sedangkan Kennedy men- hal dibawah ini : (1) tes tuber-
dapatkan 52%, Ogawa 30%, kulin yang positif, (2) terdapat-
Molavi dan LeFrock memper- nya tuberkulosis di luar sistim
oleh hasil 45% - 90%, Coovodia saraf pusat atau terdapatnya
42-75%. (Daniel, 1987; Ogawa, tuberkulosis aktif atau pemapar-
1987; Kennedy, 1979; Zuger, an tuberkulosis yangbermakna
1991; Coovodia, 1996) sebelumnya, (3) glukosa CSS <
Kultur memerlukan wak- 40 mg/dl, (4) protein CSS > 60
tu 4-8 minggu, sedangkan pe- mg/dl. (Ogawa,1987) Pleositosis
nundaan terapi akan mening- didefinisikan sebagai jumlah sel
katkan morbiditas dan mortali- CSS > 5 sel / milimeter kubik.
tas, maka diagnosis MTB harus (Haerer, 1992)
ditegakkan sesegera mungkin Di beberapa negara ter-
berdasarkan gambaran klinis masuk Indonesia, diagnosis
dan pemeriksaan penunjang MTB definit jarang ditegakkan
lain. (Ribera,1987; Kenedy,1979) karena sulit untuk mendapatkan
Begitu diagnosis MTB dibuat hasil positif dari kultur CSS
berdasarkan pada dugaan klinis penderita MTB. Dikatakan oleh
yang kuat dan data laborato- Singhal bahwa hasil kultur di
rium, terapi empiris harus sege- daaerah tropis berkisar antara
ra dimulai tanpa menunggu 15-20%, sedangkan di barat
konfirmasi bakteriologis. (Ross, mencapai 90%.(Singhal, 1995) Di
1996; Garcia,1999) Ada beberapa Bandung, Panggabean hanya
peneliti yang mencoba membuat mendapatkan 6,6% kultur posi-
kriteria diagnosis untuk MTB, tif. (Panggabean,1985) Guna-
misalnya British Medical Research dharma hanya memperoleh 1
Council, Ahuja dan Ogawa. kultur positif dari 219 kasus.
Ogawa membagi kasus (Gunadharma, 1999)
MTB dalam katagori definite Pada penelitian ini, kami
dan probable. Dikatakan MTB mencoba meningkatkan peroleh-
definite bila terdapat kultur po- an memperoleh kultur positif
sitif untuk M.tuberculosis, dari CSS penderita MTB dengan
terdapat M.tuberculosis pada tehnik sederhana yang sebenar-
otopsi, atau terdapat keduanya.

84
Upaya untuk Meningkatkan Perolehan Hasil Kultur Positif
dari Cairan Serebro Spinal Penderita Meningitis Tuberkulosis
Dedeh Supantini

nya pernah dilakukan oleh hi kriteria inklusi. Jumlah CSS


Stewart pada tahun 1953. yang diambil adalah sebanyak
sepuluh mililiter (minimal 2,5
Bahan dan Metoda Penelitian. ml). CSS ditampung dalam ta-
Penelitian ini dilakukan bung steril dengan cara mene-
secara prospektif di Instalasi teskan CSS langsung ke dalam
rawat inap Bagian / SMF Ilmu tabung tersebut.(Stewart,1953)
Penyakit Saraf RSUP Dr. Hasan Sampel CSS dikirim sesegera
Sadikin Bandung, dengan ran- mungkin ke laboratorium. Bila
cangan penelitian “Selective tidak mungkin, simpan pada
prevalence design”, sejak 1 April suhu 4-8° C, selama maksimal 48
2000 sampai dengan 30 Oktober jam.
2000, dilanjutkan 1 Februari 2001 Terhadap CSS dilakukan
sampai dengan 30 Oktober 2001. pemeriksaan rutin (jumlah sel,
Subyek penelitian adalah semua hitung jenis, kadar glukosa dan
penderita dengan diagnosis protein) serta pemeriksaan se-
MTB yang dirawat dibagian / diaan langsung dengan pewar-
SMF Ilmu Penyakit Saraf dan naan gram dan tinta india. Un-
memenuhi kriteria sebagai tuk pemeriksaan bakteriologis,
berikut: CSS disentrifus dengan kecepat-
- Memenuhi kriteria probable an 2500 rpm selama 30 menit,
MTB menurut kriteria kemudian dari endapannya di-
diagnostik Ogawa. buat sediaan apus (BTA) dan
- Tersedia CSS yang cukup dilakukan kultur. (Stewart, 1953;
(minimal 2,5 cc) dari hasil Barucha, 1996; Ross, 1996) Pada
pungsi lumbal yang tidak penelitian ini digunakan me-
traumatik, dengan masa pe- dium kultur Ogawa 3%. Hasil
nyimpanan tidak lebih dari kultur dievaluasi setiap minggu
48 jam sejak dilakukannya selama 8 minggu. Hasil dinyata-
LP. kan negatif bila tidak ada per-
Pengambilan subyek penelitian tumbuhan koloni dalam waktu 8
adalah sebagai berikut : calon minggu. Koloni yang tumbuh
subyek penelitian yang meme- diambil untuk identifikasi ulang
nuhi kriteria inklusi untuk selan- dengan pemeriksaan Ziehl-
jutnya dimasukkan ke dalam Neelsen.
penelitian secara konsekutif. Tanda dan gejala klinis
Sampel berupa CSS yang dicatat, stadium penyakit MTB
didapat dari pungsi lumbal ter- dibuat menurut sistem dari
hadap penderita yang memenu- British Medical Research Coun-

85
JKM.
Vol. 3, No.2, Februari 2004

cil dengan modifikasi Thrupp, Sebagian data disajikan


hasil pemeriksaan penunjang, dalam bentuk deskriptif. Anali-
riwayat kontak dengan pen- sis statistik dilakukan dengan uji
derita TB sebelumnya, riwayat Mann-Whitney. Nilai kemakna-
pengobatan TB sebelumnya an p ditetapkan pada 0.05.
dicatat.

Alur Penelitian :
Kelompok penderita Meningitis TB (MTB)

Penderita MTB yang dirawat di Ruang Gangguan Saraf Bagian / SMF Ilmu
Penyakit Saraf Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin

Pengisian data penelitian (data umum dan data khusus)


Pemeriksaan laboratorium CSS rutin : sel, hitung jenis, glukosa, protein,
mikrobiologi (bakteri dan jamur), tes tuberkulin.

Memenuhi kriteria probable


Ogawa

Memenuhi kriteria inklusi


- Lumbal pungsi (LP) tidak traumatik
- Volume CSS yang diambil 10 cc (minimal 2.5 cc)
- Interval antara saat LP dengan saat dikirim ke laboratorium ≤ 48 jam

PEMERIKSAAN BTA (pewarnaan ZN) dan KULTUR

86
Upaya untuk Meningkatkan Perolehan Hasil Kultur Positif
dari Cairan Serebro Spinal Penderita Meningitis Tuberkulosis
Dedeh Supantini

Hasil Penelitian. periode tersebut. Di antara jum-


Terdapat 97 kasus de- lah tersebut, 47 kasus memenu-
ngan diagnosis kerja MTB yang hi kriteria inklusi, terdiri dari 27
merupakan 5,6% dari 1749 kasus orang (57,5%) laki-laki dan 20
yang dirawat di Bagian / SMF orang (42,6%) perempuan.
Ilmu Penyakit Saraf RSHS pada

Tabel 1. Tanda dan gejala klinis serta Pemeriksaan Penunjang

TANDA DAN GEJALA :


Demam :
- Demam selama < 14 hari
- Demam selama ≥ 14 hari 12 kasus (25 %)
Nyeri kepala : 35 kasus (75 %)
- Nyeri kepala selama < 14 hari 17 kasus (36%)
- Nyeri kepala selama ≥ 14 hari 28 kasus (60 %)

Muntah 15 kasus (32 %)

Kejang 4 kasus (8 %)
(3 kasus bangkitan umum, 1 bangkitan
parsial dengan umum sekunder)
Kesadaran :
- Komposmentis 7 kasus (15 %)
- Delirium/konfusi 15 kasus (32 %)
- Somnolen 13 kasus (28 %)
- Sopor 12 kasus (25 %)
- Koma 0
Rangsang meningens :
- Kaku kuduk 47 kasus (100 %)
- Kaku kuduk disertai sedikitnya satu tanda 21 kasus (45 %)
Brudzinki
Defisit neurologis
- Parese saraf otak 20 kasus (43 %)
- Parese ekstremitas 18 kasus (38 %)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
12 kasus
Tes tuberkulin : positif
16 kasus
negatif
36 kasus
Foto Thorax ditemukan TB paru
48 ; 5 - 104 mm
LED : - 1 jam (rata-rata; rentang)
81 ; 15 – 175 mm
- 2 jam (rata-rata; rentang)
Profil CSS dari LP yang pertama :
233 ( 0 – 1920) /mm3
- Sel (rata-rata; rentang)
18 kasus (38%)
- Predominan MN
30 ( 6 – 160 ) mg%
- Glukosa CSS (rata-rata; rentang)
22%
- Rasio Glukosa CSS : Glukosa darah (rata-rata)
283 (37.2 – 1220) mg/dL
- Protein (rata-rata; rentang)
CT Scan kepala (dilakukan pada 21 kasus) :
10 kasus
Gambaran meningitis basalis
14 kasus
Hidrosefalus
4 kasus
- Infark serebri
-

87
JKM.
Vol. 3, No.2, Februari 2004

Usia rata-rata penderita pada Hasil pemeriksaan bakteriologis.


penelitian ini adalah 26,5 tahun, Pada penelitian ini CSS diambil
dengan kejadian terbanyak pada dengan volume rata-rata 10,2 ml
rentang usia 20 – 29 tahun (rentang 2,5 – 15 ml). Interval
(36,2%). Penderita terutama ber- antara saat LP dengan saat pe-
asal dari latar belakang pendi- ngiriman ke laboratorium hanya
dikan SD (46,8%) dan pekerjaan tercatat pada 23 kasus dari
buruh (40,4%). periode kedua dengan rata-rata
15,8 jam (rentang 1 – 48 jam).
Gambaran klinis dan Spesimen CSS ini disentrifus
pemeriksaan penunjang. dengan kecepatan 2500 rpm
Gejala klinis yang paling selama 30 menit, kemudian dari
prominen pada penderita MTB endapannya dibuat sediaan
dewasa adalah febris, nyeri ke- apus dan dilakukan kultur. De-
pala, muntah, berbagai derajat ngan teknik tersebut di atas, ter-
penurunan kesadaran dan ada- nyata pada penelitian ini diper-
nya tanda rangsang meningeal. oleh konfirmasi bakteriologis
Defisit neurologis fokal dapat pada 29 kasus (62%), yaitu 11
timbul akibat inflamasi arteri kasus dengan BTA dan kultur
sehingga terjadi infark serebri positif, serta 18 kasus hanya kul-
ataupun akibat kompresi oleh tur saja yang positif. Rata-rata
eksudat yang kental. waktu yang diperlukan untuk
Tanda dan gejala klinis memperoleh hasil kultur positif
serta pemeriksaan penunjang adalah 4,8 minggu (median 5
yang dijumpai pada penelitian minggu, rentang 2 – 8 minggu).
ini dapat dilihat pada tabel 1. Setelah dilakukan analisis statis-
Riwayat diagnosis dan terapi TB tik, ternyata jumlah CSS sangat
sebelumnya ditemukan pada 14 bermakna dalam menentukan
kasus (29,8%), sebelas diantara- perolehan hasil kultur positif (p
nya mengalami “drop out”. Foto = 0,006), dan terdapat korelasi
thorax memperlihatkan adanya yang sangat bermakna antara
TB paru pada 36 kasus (75%). jumlah CSS dengan hasil kultur
Fokus TB ekstraparu ditemukan positif (R poin biserial = 0,486;
pada 6 kasus, 4 di antaranya me- p= 0,002). Tidak didapatkan hu-
rupakan bagian dari TB disemi- bungan yang bermakna antara
nata. Jenis TB ekstraparu yang perolehan hasil kultur dengan
ditemukan adalah TB abdomen kecepatan pengiriman spesimen
(peritonitis) dan TB kelenjar ke laboratorium.(p = 0,596)
getah bening leher.

88
Upaya untuk Meningkatkan Perolehan Hasil Kultur Positif
dari Cairan Serebro Spinal Penderita Meningitis Tuberkulosis
Dedeh Supantini

Tabel 2. Hubungan antara jumlah CSS dengan hasil kultur.


Jumlah CSS yang tersedia
N x ( rata-rata ) (ml) SD
Kultur positif 28 9,42 2,73
negatif 10 5,95 2,92
Keterangan : Z Mann-Whitney = 2,73; p = 0,006
R poin biserial = 0,486; p = 0,002

Tabel 3. Hubungan antara saat pengiriman CSS dengan hasil kultur.


Interval antara saat pengambilan CSS dengan saat
pengiriman ke laboratorium
N x ( rata-rata ) (ml) SD
Kultur positif 13 18,31 15,18
negatif 10 12,6 11,31
Keterangan : Z Mann-Whitney = 0,530 ; p = 0,596
R poin biserial = 0,212; p = 0,332

Periode pertama penelitian ini tahun (rentang 14 – 57 tahun),


dilakukan bersama Subaidah dengan distribusi terbanyak pa-
yang melakukan pemeriksaan da kelompok usia < 29 tahun (68
PCR pada CSS penderita MTB. %). Ini sesuai pendapat umum
Pada periode pertama tersebut yang menyatakan bahwa me-
diambil kelompok kontrol yang ningitis tuberkulosa di negara
meliputi penderita infeksi SSP berkembang terutama mengenai
non-MTB, dan telah dilaporkan populasi usia muda. (Garg,1999)
oleh Subaidah bahwa tidak di- Gejala dan tanda yang paling
temukan hasil positif palsu un- menyolok pada penelitian kami
tuk BTA maupun kultur. Sensi- adalah adanya febris dan tan-
tivitas pemeriksaan BTA adalah da rangsang meningeal (dite-
sebesar 21%, spesifisitas 100% mukan pada seluruh kasus).
dan akurasi 55,8%. Sedangkan Nyeri kepala terdapat pada 96%,
sensitivitas pemeriksaan kultur penurunan kesadaran pada
sebesar 66,7% dengan spesifisi- 85%, muntah pada 32%. Hal ini
tas 100%, dan akurasi 81,4%. sesuai dengan gambaran klinis
(Subaidah,2001) pada beberapa penelitian sebe-
lumnya. Jumlah kasus dengan
defisit neurologis pada saat
Diskusi dan kesimpulan masuk rumah sakit seluruhnya
Pada penelitian ini dida- adalah 23 kasus (49%),
patkan bahwa penderita MTB berupa
terdapat pada usia rata-rata 26,5

89
JKM.
Vol. 3, No.2, Februari 2004

Tabel 5. Gambaran klinis penderita MTB dibandingkan dengan


penelitian sebelumnya

Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase


Gambaran kasus kasus kasus kasus kasus
klinis (Zuger, 1991) (Machfoed, (Panggabean, (Panget, (Supantini
1982) 1985) 1994) , 2002)

Febris 50-100% 92% 85-95% 100% 100%


Riwayat TB ◈
sebelumnya 55% 10% 15,3% 15%
Nyeri kepala 20-50% 58% 70% 97,6% 96%
Penurunan
kesadaran 30-45%* 36%* 17,5%* 58,8% 85%#
Muntah 50-75% 36% 25% 31,8% 32 %
Kejang 10-20% 25% 17,5% ◈ 8%
Meningismus 70-100% 83% 100% 95,3% 100%
Kelumpuhan
saraf otak 15-30% 25% 10-42,5% 20% 42%
* Persentase kasus dengan koma
# Berbagai derajat penurunan kesadaran (konfusi / delirium, somnolen, sopor,koma)
Tak ada data

18 kejadian hemi / paraparese mm / 2 jam (rentang 15 – 175


(38%), dan 20 kasus (43%) parese mm).
saraf otak. Pada 6 kasus timbul Frekuensi kelainan foto
defisit neurologis baru selama thorax pada penderita MTB sa-
masa perawatan. Pada tabel 5 ngat bervariasi. Pada penderita
dapat dilihat gambaran klinis dewasa kelainan yang sesuai
yang ditemukan pada penelitian dengan TB paru lama ataupun
ini dibandingkan dengan temu- baru dijumpai pada 25 – 70%
an pada beberapa penelitian kasus. (Zuger,1991; Bharucha,
lain. 1996; Ross,1996) Kelainan paru
Pemeriksaan penunjang yang dijumpai pada foto thorax
rutin tidak banyak membantu penderita MTB umumnya be-
untuk diagnosis MTB. (Parson, rupa TB paru primer, kadang-
1988; Zuger,1991) Laju Endap kadang dengan penyebaran
Darah dilakukan pada 38 kasus milier dan kalsifikasi. (Zuger,
dan 95% menunjukkan pening- 1991) Pada penelitian kami di-
katan, yaitu 48 mm / 1 jam temukan 36 kasus (75%) dengan
(rentang 5 - 104 mm) dan 81 foto thorax yang sesuai untuk

90
Upaya untuk Meningkatkan Perolehan Hasil Kultur Positif
dari Cairan Serebro Spinal Penderita Meningitis Tuberkulosis
Dedeh Supantini

TB paru, terdiri dari 9 kasus TB sitosis. Pada tiga kasus, LP per-


paru milier, 2 kasus TB paru tama menunjukkan jumlah sel
lama dengan fibrosis pleura, dan CSS dalam batas normal, tetapi
kasus lainnya berupa lesi TB pada LP kedua terdapat pleosi-
aktif (3 diantaranya disertai tosis. Rata-rata jumlah sel CSS
efusi pleura). Pada sebelas kasus yang ditemukan adalah 233 /
didapatkan foto thorax yang mm3 (rentang 0 – 1920) , 18
normal. Ini sesuai dengan per- kasus (38%) dengan predominan
nyataan beberapa peneliti, bah- MN. Glukosa CSS rata-rata ada-
wa gambaran foto thorax yang lah 30 mg%. Peningkatan kadar
normal tidak menyingkirkan protein > 60 mg% ditemukan
diagnosis TB pada SSP. (Ross, pada 39 kasus (83%), dengan
1996) nilai rata-rata 283 mg/dL. Ini
CT Scan kepala dilakukan sesuai dengan yang ditemukan
pada 21 kasus. Pada 1 kasus ha- oleh peneliti lain. Menurut
silnya normal, sedangkan 20 ka- Zuger, gambaran CSS yang ka-
sus lainnya menampakkan ke- rakteristik untuk MTB adalah
lainan baik berupa gambaran pleositosis yang moderat. Dite-
meningitis basalis, hidrosefalus, mukan lebih dari 5 sel darah
infark serebri, maupun kom- putih per mm3 CSS, biasanya
binasi dari beberapa gambaran diantara 100 - 400 sel. Tetapi
tersebut. Hal ini sesuai dengan pernah dilaporkan kasus dengan
berbagai laporan dalam kepus- jumlah sel 1000. (Zuger,1991)
takaan, yaitu gambaran meni- Hitung jenis menunjukkan pre-
ngitis basalis ditemukan pada dominan limfosit. Pada stadium
64% kasus, hidrosefalus dini, biasanya predominan poli-
komuni-kans (59-76%) atau morfonuklear (PMN). (Leonard,
gambaran infark serebri (17 - 1990; Singhal,1995; Bharucha,
53%). (Woodruff,1993; 1996) Kadar glukosa biasanya
Singhal,1995; Ross,1996; menurun, sekitar 30 - 45 mg/dl
Gilroy,2000) atau kurang dari 50% kadar glu-
Pemeriksaan CSS harus kosa darah. Peningkatan kadar
dilakukan untuk menegakkan protein CSS pada MTB biasanya
diagnosis MTB. Pada penelitian sekitar 150 – 200 mg%. (Leonard,
ini sebagian besar (44 kasus) 1990; Zuger,1991; Bharucha,
sampel diambil pada LP per- 1996)
tama. Semua sampel tersebut Seperti telah dikatakan,
memperlihatkan CSS dengan diagnosis pasti MTB ditegakkan
warna xantokrom dan pleo- dengan ditemukannya basil TB

91
JKM.
Vol. 3, No.2, Februari 2004

pada pemeriksaan langsung resistensi terhadap OAT


(BTA), kultur atau pada otopsi. meningkat, dianjurkan untuk
Tetapi pemeriksaan BTA dan selalu melakukan tes sensitivitas
kultur memberikan hasil negatif terhadap OAT. Tes sensitivitas
palsu yang besar, disamping itu yang biasanya dilakukan adalah
kultur memerlukan waktu la- dengan metoda indirek, di mana
ma, sehingga diagnosis dan kita hatus melakukan kultur ter-
terapi MTB dilakukan secara lebih dahulu untuk memperoleh
empiris berdasarkan dugaan isolat yang kemudian kita ambil
klinis yang kuat dan pemerik- untuk dilakukan subkultur pada
saan penunjang. (Zuger,1991; media yang mengandung obat
Kox,1995) Bila kita membaca yang akan diuji sensitivitasnya.
ulang pernyataan di atas, ten- (Am.Thoracic Society,1990)
tunya timbul pertanyaan : Bila Banyak peneliti yang me-
demikian halnya, apakah peme- nyatakan bahwa sensitivitas dari
riksaan kultur CSS tetap perlu pemeriksaan apus dapat diting-
dilakukan? Adakah manfaat kli- katkan dengan sentrifugasi atau
nisnya? Ada beberapa perma- dengan jumlah sampel CSS yang
salahan yang menyebabkan pe- lebih banyak, atau dengan pe-
meriksaan BTA dan kultur dari meriksaan serial. (Stewart,1953;
CSS tetap perlu dilakukan ter- Leonard,1990; Ross,1996) Teknik
hadap kasus yang dicurigai yang paling berhasil untuk iden-
sebagai MTB. Pertama, Harries tifikasi kuman adalah dengan 10
dalam “TB. A Clinical Manual for - 20 ml CSS, disentrifugasi de-
South East Asia“ menyatakan ngan kecepatan 2500 RPM
bahwa “treatment trial” atau di- selama 30 menit, kemudian dari
agnosis ex-juvantibus sebenarnya endapannya dibuat sediaan
merupakan suatu hal yang kon- apus dan kultur. Dengan teknik
troversial. Permasalahan yang tersebut Stewart berhasil mem-
sering timbul adalah bahwa peroleh hasil positif pada 91 di
dengan diterimanya ide “treat- antara 100 kasus. (Stewart,1953)
ment trial”, maka ada kecende- Dengan cara yang dianjurkan
rungan untuk terlalu cepat mela- oleh Stewart, pada penelitian
kukan diagnosis ex-juvantibus ini kami diperoleh hasil kultur
sehingga banyak sejawat dokter positif pada 29 kasus (62%).
yang kemudian kurang melaku- Setelah dilakukan analisis sta-
kan pendekatan diagnostik etio- tistik, ternyata jumlah CSS sa-
logi yang diperlukan. Kedua, ngat bermakna dalam menen-
pada masa kini di mana kejadian tukan perolehan hasil kultur po-

92
Upaya untuk Meningkatkan Perolehan Hasil Kultur Positif
dari Cairan Serebro Spinal Penderita Meningitis Tuberkulosis
Dedeh Supantini

sitif (p = 0,006). Tidak didapat-


kan hubungan yang bermakna Daftar Pustaka
Ahuja GK, Mohan K, Prasad K, Behari M.
antara perolehan hasil kultur 1993 Diagnostic Criteria for
dengan kecepatan pengiriman Tuberculous Meningitis and Their
spesimen ke laboratorium.(p = Validation. Tubercle and lung disease;
149 – 152
0,596) American Thoracic Society. Official
Hal ini merupakan sesua- Statement 1999. Diagnostic Standard
tu yang menggembirakan bagi and Classification of Tuberculosis in
Adults and Children.
penelitian meningitis TB selan- American Thoracic Society. Medical
jutnya. Dengan berhasilnya Section of American Lung Associa-
melakukan kultur M.tuberculosis tion. Diagnostic Standards and
Classification of Tuberculosis. Ameri-
dari CSS, kita dapat meneliti can Review of Respiratory Disease 1990;
pola resistensi terhadap OAT 142 (3) : 725-735.
pada kasus MTB, sehingga da- Crofton J, Horne N, Miller F. 1992. Clinical
Tuberculosis. MacMillan. London
pat dilakukan antisipasi terha- 1992; 118 - 120
dap fenomena ini. Dalam hal pe- Daniel TM. New approaches to the rapid
mantauan terapi individual pen- diagnosis of Tuberculous Meningitis.
The Journal of Infectious Diseases 1987;
derita MTB sendiri mungkin me- 155 (4) : 599 - 602
toda kultur yang konvensional DeVincenzo JP. Multidrug-resistant tuber-
culosis meningitis: clinical problems
ini belum banyak manfaatnya
and concentrations of second-line
karena memerlukan waktu yang antituberculous medications. Ann
lama. Karena itu perlu dila- Rharmacother 1999; 33(11): 1184 – 8.
Abstrak dari MDConsult.com
kukan penelitian untuk diagno-
Elisawaty E. 2000. Hubungan antara beratnya
sis bakteriologis dengan meng- penyakit Tuberkulosis paru dengan
gunakan metoda kultur radio- derajat dan prognosis meningitis
tuberkulosis pada penderita rawat inap.
metrik cepat seperti BACTEC Tesis. Bagian/SMF Ilmu Penyakit
460 TB broth-based yang memer- Saraf FKUP-RSHS Bandung periode
lukan waktu sekitar 10 – 18 hari ; 2000.
Frieden Tr, Sterling T, Mendez AP, Kilburn
atau metoda medium cair non- JO, Cauthen GM, Dooley SW. The
radiometrik seperti BACTEC Emergence of Drug-Resistant
MGIT 960 (Mycobacterium Tuberculosis in New York City. N.
England Journal Medicine 1993; 328:
Growth Indicator Tube). Metoda 521-6.
kultur yang cepat ini memung- Garcia-Monco J.C. Central Nervous System
kinkan kita untuk melakukan Tuberculosis. Neurologic Clinics.
1999; 17 (4) : 737 –759.
deteksi kejadian resistensi terha- Garg K.R. Tuberculosis in the central
dap OAT secara lebih cepat, dan nervous system. Classic diseases
dapat digunakan untuk meman- revisited. Postgrad Med J 1999;75:133-
140.
tau terapi pada penderita MTB.

93
JKM.
Vol. 3, No.2, Februari 2004

Gilroy J. Basic Neurology. 3th edition. 1991-1993. Tesis. Fakultas Pasca Sar-
McGraw-Hill. Toronto 2000; 456 – jana Universitas Padjadjaran.1994.
459. Panggabean R. Pola penderita meningitis
Gunadharma S. 1999. Berbagai masalah yang tuberkulosis di Lab/UPF Ilmu Penyakit
mempengaruhi hasil akhir penderita Saraf Rumah Sakit Hasan Sadikin
meningitis tuberkulosis di Bagian/SMF Bandung periode 1981 - 1983. Tesis.
Ilmu Penyakit Saraf FKUP-RSHS Bagian/SMF Ilmu Penyakit Saraf
Bandung periode 1994 - 1998. Tesis. Fakultas Kedokteran Universitas
Bagian/SMF Ilmu Penyakit Saraf Padjadjaran, 1985.
FKUP-RSHS Bandung 1999. Parsons M. Tuberculous Meningitis.
Haerer A.F., DeJong’s The Neurologic Exami- Tuberculomas dan Spinal Tuberculosis.
nation. 5 th Edition. J.B. Lippincott A handbook for Clinicians. 2nd Ed.
Company. Philadelphia, New York. Oxford University Press. 1988.
1992: 779. Roos KL. Meningitis, 100 Maxims in
Harries/WHO A, Maher D., Uplekar M. Neurology. Arnold co. London. 1996;
TB A Clinical Manual For South East 159 – 170.
Asia. WHO/TB/96.200(SEA). 1997. Singhal B.S. & Ladiwala U. Tuberculosis of
Horne, N. Tuberculosis and other The Nervous System. Dalam : Rose
mycobacterial diseases. Dalam : G.C. F.C. Recent Advances in Tropical
Cook (eds) Manson’s Tropical Neurology. Elsevier Science Publisher
Diseases. 20th ed, London. WB B.V. Amsterdam. 1995; 245 - 256.
Saunders Company 1996; 971-1015. Soemantri ES. Multiple Drug Resistant
Kennedy HD, Fallon RJ. Tuberculous Me- Tuberculosis (MDR-TB). Dalam :
ningitis. JAMA 1979 ; 241 : 264 – 268. Pelatihan Pemberantasan Tuberku-
Kox LFF, Kuijper S, Ing, Kolk AHJ. Early losis di Rumah Sakit Dengan Strategi
Diagnosis of Tuberculous Meningitis DOTS. RS Hasan Sadikin, Bandung.
by Polymerase Chain Reaction. Maret 2000.
Neurology 1995; 45 : 2228 – 2232. Stewart SM. Technical Method The Bacte-
Leonard JM., Des Prez R M. Tuberculous riological Diagnosis of Tuberculous
Meningitis. Dalam : Robert C. Meningitis. J.Clin.Path.1953 ; 6; 241 –
Moellering. Infectious Disease Clinics 42.
of North America. WB. Saunders Subaidah. Pemeriksaan Polymerase Chain
Company 1990; 4 (4) : 769-788. Reaction (PCR) Cairan Serebrospinal
Machfoed M.H., Poerwadi T. Penang- Pada Penderita Meningitis Tuberkulosis
gulangan dari Tuberkulosa Susunan di Fakultas Kedokteran Universitas
Syaraf Pusat. Dalam : Simposium Padjadjaran Rumah Sakit Dr. Hasan
Tuberkulosa, Surabaya 18 Desember Sadikin Bandung. Tesis. 2001.
1982. Bagian/SMF Ilmu Penyakit Saraf
Mangunnegoro H. Masalah penyakit paru Fakultas Kedokteran Universitas
dewasa ini dan tantangan di masa Padjadjaran.
depan. Dalam : Simposium Penata- Supantini D. Profil Resistensi Mycobac-
laksanaan Penyakit Paru Masa Kini, terium tuberculosis Terhadap Obat
Jakarta, Desember 1995. anti tuberkulosis Pada Penderita
Ogawa SK, Smith MA, Brennessel D, Lowy Meningitis Tuberkulosis Definit.
FD. Tuberculous Meningitis in an Tesis. 2002. Bagian/SMF Ilmu
Urban Medical Center. Medicine Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran
1987; Vol 66, No 4 : 317-26. Universitas Padjadjaran.
Panget S. Nasib penderita meningitis WHO Regional Office for South East Asia.
tuberkulosis selama perawatan enam TB As A Public Health Problem. In : TB
bulan pasca perawatan di bagian/SMF Home & SEARO.
Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedok-
teran Universitas Padjadjaran periode Webmaster@WHOSEA.ORG.Update
d : 19 September 2001.

94
Upaya untuk Meningkatkan Perolehan Hasil Kultur Positif
dari Cairan Serebro Spinal Penderita Meningitis Tuberkulosis
Dedeh Supantini

Zuger A, Lowy FD. Tuberculosis of the (Eds) Infections of the nervous system.
central nervous system. Dalam : Raven Press. New York. 1991; 425-
Scheld WM, Whitley RJ, Durack DT 456.

95
96

96

Anda mungkin juga menyukai