Permainan bulutangkis adalah cabang olahraga yang banyak digemari oleh masyarakat di
seluruh dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya masyarakat
yang ikut serta dalam setiap kegiatan olahraga bulutangkis yang diselenggarakan, baik dalam
bentuk pertandingan tingkat RT hingga tingkat dunia, seperti Thomas dan Uber Cup atau
Olimpiade. Olahraga bulutangkis dapat dimainkan mulai dari anak-anak hingga orang dewasa dan
dapat dilakukan di dalam maupun di luar ruangan.
Olahraga bulutangkis di Indonesia sudah dikenal sejak lama, sehingga olahraga ini
merupakan salah satu cabang olahraga yang cukup populer di kalangan masyarakat Indonesia.
Sebagaimana dikemukakan Sakir dan Genikarsa (1989 : 111) bahwa, “Bulutangkis dikenal di
Indonesia sejak pada zaman penjajahan Belanda.”Pada tanggal 5 Mei 1951 di Indonesia
didirikanlah organisasi induk cabang olahraga bulutangkis yang dikenal dengan nama Persatuan
Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI). Organisasi inilah yang menjadi cikal bakal munculnya
pebulutangkis handal yang dapat mengharumkan nama bangsa, seperti yang dibuktikan
pebulutangkis tunggal yaitu Susi Susanti dan Alan Budikusumah yang meraih dua medali emas
pada Olimpiade Barcelona tahun 1992. Perlu diingat juga bahwa olahraga bulutangkis walk in
untuk pertama kalinya dipertandingkan di Olimpiade tersebut, bahkan dalam kejuaraan-kejuaraan
dunia seperti dalam Thomas dan Uber Cup sudah beberapa kali piala tersebut direbut tim
Indonesia. Pemain bulutangkis Indonesia seperti Rudi Hartono, Tjuntjun, Johan Wahyudi,
Christian Hadinata, Ii Soemirat, Verawati Fajrin, Ivana Lie, Susi Susanti, Liem Swe King, Icuk
Sugiarto, Joko Supriyanto, Alan Budikusumah, Haryanto Arbi, Ricky Subagja, Rexy Mainaki,
Taufik Hidayat, dan yang lainnya adalah sederetan pemain yang pernah menjadi juara dunia pada
zamannya dan tak pernah hilang dalam perjalanan sejarah bulutangkis Indonesia.
Dari waktu ke waktu perkembangan bulutangkis ini makin pesat, hal ini disebabkan makin
tingginya keterampilan penguasaan teknik dari para pemainnya. Dengan keterampilan teknik
bermain yang cukup tinggi yang dimiliki oleh rata-rata pemain, maka akan dapat memberikan
suatu permainan yang bermutu. Untuk mendapat suatu keterampilan penguasaan yang baik, maka
dari sejak dini para pemain harus sudah diberikan pelajaran teknik dasar, sehingga dengan teknik
dasar yang telah dikuasainya itu pemain akan dapat mengembangkan keterampilannya di masa
yang akan datang.
Untuk menjadi pebulutangkis yang handal perlu berbagai macam persyaratan, salah
satunya adalah penguasaan teknik dasar permainan bulutangkis. Dalam cabang olahraga
bulutangkis terdapat berbagai teknik dasar, diantaranya teknik service, smash, lob, drop, dan gerak
kaki. Sebagaimana dikemukakan Poole (1986 : 10) bahwa, “Keterampilan dasar olahraga
bulutangkis dapat dibagi dalam tujuh bagian : (1) serve, (2) smash, (3) overhead, (4) drive, dan (5)
drop.” Kelima teknik dasar permainan bulutangkis tersebut harus dikuasai pebulutangkis untuk
menunjang atau mencapai tujuan permainan.
Salah satu teknik dasar olahraga bulutangkis yang banyak digunakan untuk mematikan
permainan lawan adalah smash. Menurut Poole (1986 : 143) smash adalah “pukulan overhead yang
keras, diarahkan ke bawah yang kuat, merupakan pukulan menyerang yang utama dalam
bulutangkis.”
Sehubungan dalam penelitian ini subjek penelitiannya adalah siswa sekolah dasar kelas V
dan VI dan teknik dasar bulutangkis yang akan dilatihkan adalah smash, maka bentuk latihan yang
dapat digunakan oleh pelatih atau guru Pendidikan Jasmani harus disesuaikan dengan karakteristik
siswa sekolah dasar. Oleh karena itu, agar siswa sekolah dasar dapat menguasai teknik-teknik dasar
permainan bulutangkis, khususnya teknik smash salah satunya adalah dengan cara memodifikasi
net yang direndahkan. Modifikasi di sini adalah mengubah net dari ketinggian yang sebenarnya
lalu direndahkan. Caranya adalah dengan memodifikasi ketinggian net yang sebenarnya yaitu 1,55
m, dan setelah siswa dapat melakukannya lalu net tersebut direndahkan 20 cm sampai mencapai
ketinggian net 1,35 m. Dengan memodifikasi ketinggian net yang direndahkan tersebut,
diharapkan siswa dapat menguasai keterampilan smash dalam permainan bulutangkis secara
optimal.
Berdasarkan permasalahan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai masalah
tersebut dengan judul : “Pengaruh Modifikasi Net yang Direndahkan terhadap Keterampilan
Smash dalam Permainan Bulutangkis Siswa SD Negeri 2 Sumberjaya.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat merumuskan
masalah penelitian ini sebagai berikut : “Apakah modifikasi net yang direndahkan berpengaruh
terhadap keterampilan smash dalam permainan bulutangkis siswa SD Negeri 2 Sumberjaya
Kecamatan Cihaurbeuti Kabupaten Ciamis ?”
C. Definisi Oprasional
D. Tujuan Penelitian
Mengacu pada rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh modifikasi net yang direndahkan terhadap keterampilan smash dalam
permainan bulutangkis siswa SD Negeri 2 Sumberjaya Kecamatan Cihaurbeuti Kabupaten
Ciamis.
E. Manfaat Penelitian
Secara teoritis hasil penelitian ini bermanfaat untuk memberi bahan masukan dan
tambahan informasi ilmiah bagi, pemain, pelatih, dan pembina olahraga bulutangkis, khususnya
berkenaan dengan penguasaan keterampilan smash dalam permainan bulutangkis.
Secara praktis, hasil dari penelitian ini bermanfaat sebagai berikut:
2. Sebagai tambahan pengetahuan bagi guru Pendidikan Jasmani dan Kesehatan mengenai
bentuk latihan yang dapat diterapkan untuk meningkatkan penguasaan keterampilan smash
yaitu dengan modifikasi net yang direndahkan bagi anak didiknya.
F. LANDASAN TEORI
1. KAJIAN TEORI
Pola gerak yang dominan dalam permainan bulutangkis yaitu berbagai macam cara
berdiri, melangkah berbagai arah, misalnya melangkah ke depan, melangkah ke belakang,
melangkah ke samping kanan atau kiri, mundur, serong kiri dan serong kanan. Kemudian
ada juga melompat yang dilakukan ketika melakukan pukulan-pukulan atas. Selanjutnya
adalah gerakan memukul kok dengan menggunakan raket yang dilakukan dari atas kepala
(overhead strokes), dari samping atau mendatar (side arm strokes), dan dari bawah (under
hand strokes). Pola gerak yang terjadi dalam permainan bulutangkis tersebut pada
umumnya disebut Pola Gerak Dominan (PGD) (Subarjah, 2001: 6).
Pola gerak dasar dominan merupakan syarat dari terbentuknya keterampilan khas
dalam suatu cabang olahraga. Jika seseorang tidak memiliki pola gerak dasar dominan yang
diperlukan, tidak mungkin ia mampu menunjukkan kemampuannya yang baik dalam
cabang olahraga yang bersangkutan. Sebaliknya, pola gerak dominan khas olahraga
tertentu akan dimiliki seseorang secara memadai, jika seseorang tersebut terlibat
melakukannya. Oleh karena itu, kemampuan mengenal dan menganalisa pola gerak
dominan sangat penting, sehingga dapat dikembangkan. Kemampuan seseorang mengenal
dan menganalisa pola gerak dominan memiliki keuntungan. Menurut Subarjah (2001)
pengembangan pola gerak dominan memiliki berbagai keuntungan yaitu:
Siswa akan berkembang potensi gerak dan kemampuannya, sehingga memiliki kesiapan
untuk mendalami olahraga yang bersangkutan. Bahkan bukan hanya commit untuk to satu
user cabang olahraga, karena biasanya beberapa cabang olahraga memiliki pola gerak
dominan yang hampir sama. Dikaitkan dengan kondisi sekolah di Indonesia yang selalu
kekurangan alat dan fasilitas pengembangan pola gerak dominan dari suatu cabang
olahraga merupakan pilihan yang tepat. Artinya, setiap guru penjas tetap bisa mengajarkan
semua pelajaran yang tercantum dalam kurikulum penjas tanpa tergantung pada alat.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, kemampuan mengenal pola gerak dominan sangat
penting, sehingga seseorang dapat diketahui apakah kemampuan yang dimiliki sesuai
dengan cabang olahraga yang dipelajari. Adapun pola gerak dominan yang perlu
dikembangkan dalam permainan bulutangkis yaitu, pola gerak melangkah, melompat dan
berlari, dengan arah depan, belakang, serong kiri, serong kanan, kemudian gerak memukul
dari atas kepala, dari samping dan dari bawah. Pola gerak ini dapat dikembangkan dengan
membiasakan pemain kepada kemampuan memukul bola dengan menggunakan raket.
Berbagai macam gerak pukulan, meskipun tidak menggunakan raket yang sebenarnya bisa
dikembangkan sesuai dengan jenis pukulan yang ada dalam permainan bulutangkis. Lebih
lanjut Subarjah dalam permainan bulutangkis mencakup dua aspek yaitu tuntutan kondisi
fisik (2001: 9).
Tuntutan Kondisi Fisik Bulutangkis merupakan cabang olahraga yang
membutuhkan daya tahan keseluruhan, di samping menunjukkan ciri sebagai aktivitas
jasmani yang memerlukan kemampuan anaerobik, jika disimak hanya dari aspek
pelaksanaan stroke satu persatu. Namun rangkaian kegiatan secara keseluruhan yang
dilaksanakan dalam satu permainan menunjukkan sifat sebagai cabang olahraga anaerobik
dan aerobik sangat dominan. Ciri ini disimpulkan dari sifat cabang olahraga bulutangkis
berdasarkan tuntutan kondisi fisik. Tidak dipungkiri bahwa permainan bulutangkis
memerlukan kecepatan dan mobilitas bergerak yang dikombinasikan dengan agilitas yang
biasanya dimanfaatkan untukk menutup lapangan atau untuk mengejar shuttlecock ke
segala arah. Pergerakannya cepat dan disusul dengan perubahan arah, baik ke depan, ke
belakang, ke samping kiri atau ke samping kanan. Power juga dibutuhkan, terutama untuk
melakukan pukulan terutama pukulan smash. Demikian pula flexibilitas atau kelentukan
dibutuhkan dalam permainan bulutangkis terutama untuk mengambil bola yang jauh yang
memerlukan langkah lebar, sehingga pemain harus mampu melakukan gerakan split.
Demikian juga untuk unsur kondisi fisik lainnya seperti kekuatan, keseimbangan reaksi,
koordinasi juga dibutuhkan dalam permainan bulutangkis.
raket merupakan unsur yang penting dan harus dikenalkan bagi pemain pemula.
Hal ini karena, teknik pegangan raket ini akan membentuk tipe permainan seseorang.
Sumarno & Muhtar menyatakan -tama yang perlu diperhatikan bagi pemain yang baru
mulai bermain bulutangkis adalah cara memegang raket. Kesalahan di dalam cara
memegang raket ini sangat sulit untuk diperbaiki. Selain itu cara memegang (2010: 2.3).
Teknik memegang raket ini harus dipahami dan dimengerti oleh setiap pemain terutama
bagi pemain pemula. Ada beberapa macam cara memegang raket atau grips yang dapat
digunakan.
Menurut Sugiarto (2002) bahwa, macam tipe pegangan raket yaitu, pegangan
gebuk kasur, pegangan forehand (forehand grip), pegangan backhand (backhand grip) dan
pegangan campuran atau kombinasi (combination grip)"(hlm.32). Teknik pengangan
gebuk kasur merupakan istilah lain dari pegangan cara Amerika (American grip). Teknik
pelaksanaan pegangan gebuk kasur adalah letakkan raket di lantai. Ambil dan peganglah
pada bagian ujung pegangan raket dengan cara ibu jari dan jari telunjuk menempel pada
bagian permukaan pegangan yang luas (sejajar permukaan kepala raket). Pegangan gebuk
kasur ini lebih efektif digunakan dalam melakukan semes dan untuk mengambil bola di
atas jaring (net) dengan menekan bola ke bawah secara tajam. Sebaliknya tipe pegangan
ini kurang efektif dalam permainan di depan net, karena kurang memiliki keleluasan gerak.
Sumarno & Muhtar menyatakan, "Grip ini (American grip) kurang efektif untuk
melakukan pukulan backhand dan untuk permainan netting yang di samping net atau di
bawah net"(2010 : 2.4). Teknik pegangan forehand dilakukan dengan cara ibu jari dan jari
telunjuk menempel pada bagian permukaan pegangan yang sempit (sejajar dinding kepala
raket). Yang perlu diperhatikan dalam teknik pegangan ini adalah letak ujung ibu jari tidak
melebihi dan tidak kurang dari jari telunjuk. Menurut Sugiarto (2002 : 25) teknik pegangan
forehand memiliki beberapa lepas.
Teknik pegangan campuran atau combination grip sering pula disebut pegangan
jabat tangan. Pegangan campuran atau combination grip adalah suatu cara memegang raket
dengan mengubah cara pegangan raket sesuai dengan datangnya bola dan jenis pukulan.
Pegangan campuran ini merupakan kombinasi antara pegangan gebuk kasur dan teknik
pegangan forehand. Teknik pegangan kombinasi hampir sama seperti pegangan forehand,
yaitu posisi raket dimiringkan, dipegang seperti pada saat berjabat tangan. Teknik
pegangan kombinasi ini merupakan salah satu cara pegangan yang paling efektif, karena
pegangan raket sesuai dengan berbagai jenis datangnya bola. Dengan teknik pegangan
kombinasi atlet akan memiliki pukulan yang lengkap dan sulit dianalisis kelemahannya.
Kerja Kaki (Footwork) memiliki peranan yang sangat penting dalam permainan
bulutangkis. Hal-hal yang harus commit diperhatikan to user dalam teknik melangkah
(footwork) dalam permainan bulutangkis yaitu: (1) menentukan saat yang tepat untuk
bergerak mengejar bola dan menentukan saat-saat yang tepat 14 footwork yang baik adalah
supaya pemain dapat bergerak seefisien mungkin ke segala bagian dari (2011: 48). Menurut
Subardjah (2001 Footwork adalah gerakan-gerakan langkah kaki yang mengatur badan
untuk menempatkan posisi badan sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam
melakukan (hlm.32). Untuk memperoleh footwork yang baik ada beberapa hal yang harus
diperhatikan. Sedangkan Aristanto (1990) menyatakan: kapan harus berbuat dan memukul
bola dengan tenang, (2) tetap memiliki keseimbangan badan pada saat melakukan
pukulan(hlm.26). 15 Prinsip dasar footwork bagi pemain yang menggunakan pegangan
kanan (right hended) adalah kaki kanan selalu berada di ujung/akhir atau setiap melakukan
langkah selalu diakhiri dengan kaki kanan. Sebagai contoh, jika hendak memukul kok yang
berada di lapangan bagian depan atau di samping badan, kaki kanan selalu berada di depan.
Demikian pula jika hendak memukul kok di belakang, posisi kaki kanan berada di
belakang.
merupakan ciri dalam permainan bulutangkis. Prinsip teknik memukul bola dalam
permainan bulutangkis adalah untuk menyeberangkan bola ke daerah permainan lawan.
Tohar (1992) menyatakan "Teknik pukulan adalah cara-cara melakukan pukulan pada
permainan bulutangkis dengan tujuan untuk menerbangkan shuttlecock ke bidang lapangan
lawan"(hlm.67). Seorang pebulutangkis yang terampil apabila memiliki keterampilan
melakukan pukulan yang baik. Menurut Sumarno & Muhtar (2010) bahwa, "Macam-
macam pukulan dalam permainan bulutangkis terutama adalah service, lob, drive, smash,
dropshot dan netting"(hlm.2.29). Menurut Tohar (1992) jenis-jenis pukulan yang harus
dikuasai oleh pemain bulutangkis service yiatu :
5. Tidak ada gerakan pura-pura. Kecepatan raket dapat diperlambat atau dipercepat
tetapi gerakan harus berkelanjutan tanpa adanya istirahat(hlm.31).
Servis lob atau servis tinggi merupakan servis yang dilakukan dengan arah
bola panjang dan tinggi ke belakang bawah.Servis datar atau servis drive ini
merupakan servis yang mengutamakan kecepatan laju bola, dan jalannya bola
mendatar. Tohar menyatakan, "Servis drive adalah pukulan servis dengan cara
menerbangkan shuttlecock secara keras, cepat mendatar dan setipis mungkin
melewati net serta sejajar dengan lantai"(1992: 73). b) Pukulan Lob Pukulan lob
merupakan pukulan yang dilakukan dengan arah pukulan bola lurus, tinggi dan jauh
ke belakang pertahanan lawan. Tohar (1992) lob adalah suatu pukulan dalam
permainan bulu tangkis yang dilakukan dengan tujuan untuk menerbangkan
shuttlecock setinggi mungkin mengarah jauh ke belakang garis (hlm.78). Sasaran
pukulan lob adalah bidang lapangan lawan bagian belakang. Agar dapat mencapai
sasaran di daerah belakang lapangan lawan, maka pukulan ini dilakukan dengan
keras dan panjang. Pukulan lob penting peranannya dalam permainan bulutangkis.
Sugiarto (2002) menyatakan, "Pukulan lob merupakan pukulan yang sangat penting
bagi bola pertahanan maupun penyerangan"(hlm.54). Sedangkan Sumarno &
Muhtar (2010 akan dicapai lob dapat dibagi menjadi 2 yaitu: lob serang (attack
clear) dan lob tangkisan (high defensive clear (hlm.2.33). Hal senada dikemukakan
Dinata & Tarigan (2004) bahwa : Pukulan lob berbentuk lob serang atau berupa lob
bertahan. Lob serang ditandai dengan lambungan kok yang tidak terlalu tinggi,
tetapi jatuh digaris belakang. Sedangkan lob bertahan dilakukan dengan cara
melambungkan kok setinggi-tingginya, supaya pemain bisa memperbaiki posisi
badannya dan bersiap-siap untuk menerima serangan lawan dalam permainan
(hlm.15). c) Pukulan Drop (Dropshot) Pukulan dropshot merupakan pukulan yang
diarahkan di dekat net pada lapangan permainan commit lawan. to user Tohar (1992
drop adalah pukulan yang dilakukan dengan cara menyeberangkan 17 shuttlecock
ke daerah pihak lawan dengan menjatuhkan shuttlecock (hlm.83). Menurut
Sugiarto bahwa, Dropshot adalah pukulan yang dilakukan dengan tujuan
menempatkan bola secepatnya dan sedekat-dekatnya dengan jaring pada lapangan
(2002 : 71). Dropshoot pada prinsipnya merupakan teknik memukul shuttlecock
agar jatuh secepat mungkin dekat net. Pukulan yang cepat dan ditempatkan sedekat
mungkin di depan net akan sulit dikembalikan oleh lawan. Sugiarto (2002 Dropshot
dibedakan menjadi dua yaitu: (1) dopshot dari atas (Overhead dropshot) terdiri atas
drop penuh dan drop potong, (2) dop dari bawah (underhand dropshot (hlm.59-62).
Pukulan Drive Pukulan drive adalah pukulan yang biasa digunakan untuk
menekan lawan atau untuk memberikan kesempatan kepada lawan mendapatkan
bola-bola yang melambung sehingga lawan tidak memperoleh kesempatan
menyerang dengan pukulan atas. Pukulan drive merupakan jenis pukulan yang
dilakukan dengan keras dan mendatar yang arah lambungan bolanya sejajar dengan
lantai atau net. Tohar (1992) menyatakan, "Pukulan drive adalah pukulan yang
dilakukan dengan menerbangkan shuttlecock secara mendatar, ketinggiannya
menyusur di atas net dan penerbangannya sejajar dengan lantai"(hlm.104). Pukulan
drive merupakan pukulan yang laju bolanya cepat, sehingga pukulan ini termasuk
jenis pukulan serangan yang dapat digunakan untuk mempercepat tempo
permainan.
4. Pukulan Smash
Anggapakan dasar merupakan titik tolak bagi penulis dari segala kegiatan penelitian
yang akan dilaksanakan dan anggapan dasar ini diperlukan sebagai pegangan pokok secara
umum. Menurut Arikunto (1998:97) anggapan dasar atau postulat adalah sebuah titik awal
pemikiran yang kebenarannya dapat diterima oleh penyidik” bertitik tolak dari pengertian di
atas, maka yang menjadi anggapan dsar dalam penelitian ini adalah:
a. latihan yang dilakukan secara sistemastis dan teratur serta mengikuti prinsip-prinsip latihan
akan memberikan perubahan yang positif terhadap kemampuan penguasaan berbagai
keterampilan gerak siswa sekolah dasar
c. Kelemahan yaitu waktu untuk latihan terbuang hanya untuk melakukan teknik dasar smash
dan variasi latihan yang diberikan pelatih hanya sedikit.
H. Hipotesis
Menurut Arikunto, Suharsimi (2013:110) mengemukakan tentang hipotesis yaitu
sebagai berikut: “Hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban sementara yang bersifat
sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul”.
Adapun pendapat lain tentang hipotesis menurut Sugiono (2017:96) adalah:
Hipotesis merupakan jawaban terhadap sementara rumusan masalah penelitian,
dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pernyataan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan
pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh
melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban
teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang diempirik data.
J. Variabel Penelitian
L. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretest-posttest control group
design. Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara random, kemudian
diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.
Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar dibawah ini:
R O1 X O2
R O3 O4
Gambar 2. Desain penelitian
(Sugiyono 2017:112)
Keterangan:
O1 = Tes awal sampel eksperimen
X = Perlakuan (treatment) modifikasi net yang direndahkan
O2 = Tes akhir sampel eksperimen
O3 = Tes awal sampel kontrol
O4 = Tes akhir sampel kontrol
M. Langkah-langkah Penelitian
a. Melakukan pengambilan data yaitu tes awal kemampuan smash dengan modifikasi
net yang direndahkan
b. Melakukan program latihan
c. Melakukan tes akhir smash dengan modifikasi net yang direndahkan
3. Tahap Akhir
a. Melakukan pengolahan data hasil penelitian dengan menggunakan rumus-rumus
statistik.
b. Menyusun draf skripsi lengkap dengan hasil penelitian kemudian melakukan
bimbingan dosen pebimbing skripsi yang telah ditetapkan.
c. Ujian skripsi, tahap ini merupakan tahap akhir dari rangkaian kegiatan penelitian
yang penulis lakukan.
Untuk mendapat data yang diperlukan penulis menggunakan alat ukur sebagai
media pengumpul data. Menurut Nurhasan dan Abdul Narlan (2001:3) mengatakan
“dengan alat ukur ini kita akan memperoleh data dari suatu objek tertentu, sehingga kita
dapat mengungkapkan tentang keadaan suatu objek tersebut secara objektif”.
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, diperlukan suatu
instrumen penelitian. Menurut Arikunto, Suharsimi (1998:121) “instrumen adalah alat
ukur pada saat peneliti menggunakan metode”. instrumen yang digunakan untuk
memperoleh informasi mengenai keterampilan smash adalah tes smash dalam permainan
bulutangkis, karena menurut Nurhasan dan Abdul Narlan (2004: 149-154), “tes
keterampilan smash bertujuan mengukur jarak yang dicapai dalam setiap kali pukulan.
Selanjutnya Nurhasan dan Abdul Narlan (2004:149-154) tes ini dilakukan menggunakan p
rosedur sebagai berikut:
1. Tujuan: tes smash bertujuan mengukur jarak yang dicapai dalam setiap kali pukulan.
2. Alat yang digunakan:
a. cock 10 buah
b. Formulir hasil tes
3. Pelaksanaan tes
a. Petunjuk pelaksanaan
1) Testee berdiri di area.
2) Setelah diberi aba-aba, testee memukul shuttlecock dengan modifikasi net yang
direndahkan.
3) Testee diberi 3 (itga) kali kesempatan.
b. Gerakan tersebut dinyatakan gagal bila:
1) Testee melakukan service gagal memukul shuttlecock melewati net atau
shuttlecock mendarat di area yang tidak valid.
2) Shuttlecock tidak menyeberangi bagian atas net
4. Skor
Jumlah jarak yang diperoleh pada setiap kali service dalam tiga kali kesempatan.
S= n 1
Keterangan: S = Simpangan baku yang dicari
X = Skor yang didapat
X = Nilai rata-rata yang dicari
n = jumlah sampel
∑ = Menyatakan jumlah
c. Menghitung varians dari masing-masing tes, rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
S2 =
X
2
n 1
Keterangan: S2 = Simpangan baku yang dicari
X = Skor yang didapat
X = Nilai rata-rata yang dicari
n = Jumlah sampel
∑ = Menyatakan jumlah
d. Menguji normalitas data dari setiap tes melalui uji normalitas lelliefors, dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
Lo = F(Z1) – S(Z1)
Keterangan:
Lo = Lelliefors adalah lambang yang menyatakan nilai normalitas
F(Z1) = Peluang untuk tiap angka Z1
S(Z1) = Proporsi yang lebih kecil atau sama dengan Z1
Kriteria pengujian dengan menggunakan uji normalitas Lelliefors dengan taraf nyata (∝)
= 0,05 dan dk = n. Maka penerimaan/penolakan hipotesis, disebut:
- Hipotesa diterima apabila : Lo < L∝ tabel
- Hipotesa ditolak apabila : Lo >L∝ tabel
Besarnya nilai L, ditentukan berdasarkan distribusi nilai L pada tabel distribusinya.
e. Menguji homogenitas dari data setiap tes melalui penghitungan statistik F, rumus yang
digunakan adalah:
Variansterbesar
F=
Variansterkecil
Kriteria pengujian dengan menggunakan distribusi F dengan taraf nyata (α) = 0,05 dan dk
= n – 1 adalah apabila F hitung lebih kecil atau sama dengan F ½ α (V1, V2), maka data-data dari
kelompok itu homogen. F ½ α (V1, V2) didapat dari daftar distribusi F dengan peluang ½ α,
sedangkan derajat kebebasan V1, V2 masing-masing sesuai dengan dk pembilang dan dk
penyebut = n.
f. Menguji diterima atau ditolaknya hipotesis melalui pendekatan uji kesamaan kedua rata-rata
uji satu pihak (uji-t’). Dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
X1 X 2
t '
S12 S 22
n1 n 2
Keterangan :
t’ = nilai signifikansi yang dicari
w1t1 w2t2 S2 S2
dan tolak dalam hal lainnya, dimana w1 = 1 , w2 = 2 , t1 = t (1-𝛼)(n1 – 1), dan
w1 w2 n1 n2
t2 = t (1-𝛼)(n2 – 1)
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitan ini dilakukan pada bulan Desember sampai dengan selesai. Menurut Bompa
(Mylsidayu, Apta dan Febi Kurniawan, 2015:50) menjelaskan bahwa : “terjadinya peningkatan
dalam latihan terjadi dalam waktu 2-6 minggu tetapi biasanya 4 minggu (1 bulan). Hal yang perlu
diperhatikan adalah terjadi peningkatan dalam latihan apabila latihan dilakukan minimal 3 kali
seminggu dan maksimal 12-14 kali dalam seminggu (sehari 2 sesi).”
Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis melakukan penelitian ini selama enam
minggu yaitu 16 kali pertemuan termasuk test awal dan test akhir, tiga kali seminggu, tepatnya
hari Selasa, Kamis dan Jumat. Seluruh rangkaian dan tempat pengambilan data dilakukan
dilapangan gor Sumberjaya, Kecamatan Cihaurbeuti.