Anda di halaman 1dari 10

ACARA IV

RETENSI ENERGI PAKAN IKAN

Oleh :
Nama : Arga Pratama Sonni
NIM : B0A018021
Kelompok : 7 (Tujuh)
Rombongan :I
Asisten : Nur Indah Arifah

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PEMBUATAN DAN PEMBERIAN PAKAN IKAN

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PROGRAM STUDI DIII PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Energi merupakan sesuatu yang tidak terlihat tetapi dapat dihitung


berdasarkan beberapa kondisi standar tertentu. Retensi energi merupakan
besarnya energi pakan yang dikonsumsi ikan yang dapat disimpan dalam tubuh.
Retensi energi pada ikan juga dipengaruhi oleh kebiasaan makan. Ikan karnivora
lebih baik dalam perolehan energi yang dialokasikan untuk petumbuhan
dibandingkan dengan ikan herbivora. Hal ini disebabkan ikan herbivora banyak
mengkonsumsi bahan yang sulit dicerna seperti selulosa sehingga limbah yang
dikeluarkan lebih banyak daripada ikan karnivora (Murtidjo, 2001).
Pertumbuhan ikan yang diakibatkan oleh asupan pakan yang diperoleh
dapat diukur dari bertambahnya bobot ikan. Pertambahan yang terjadi pada
bobot ikan menandakan bahwa bertambah pula komponen-komponen penyusun
tubuh ikan. Komponen penyusun tubuh ikan meliputi protein, lemak,
karbohidrat, dan lain-lain yang berasal dari pakan ikan yang dikonsumsi.
Komponen penyusun tubuh ini dapat dinilai dalam satuan energi atau kalori
yang dikandungnya. Pertambahan bobot ikan dapat dinilai pula sebagai
pertambahan energi tubuh pada ikan (Effendi, 1979).
Tingkat retensi energi dapat dicerminkan dengan rasio pertambahan
energi tubuh terhadap jumlah energi pakan yang dikonsumsi oleh ikan uji.
Retensi energi akan mencerminkan seberapa besar energi pakan berkontribusi
terhadap pertambahan energi tubuh. Energi yang terdapat pada tubuh ikan
digunakan untuk melakukan berbagai aktifitas maupun metabolisme. Energi
yang dihitung akan menghasilkan hasil berupa angka dalam membedakan
konsumsi pakan yang dikonsumsi dengan jumlah energi yang terdapat dalam
tubuh ikan. Hal tersebut dengan dihitung menggunakan perhitungan retensi
energi (Halver, 1989).

1.2. Tujuan

Tujuan praktikum praktikum ini adalah mahasiswa mampu mengethaui


besarnya energi yang tersimpan dalam pakan ikan.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Protein merupakan senyawa organik kompleks, tersusun atas banyak asam


amino yang mengandung unsur C (karbon), H (hidrogen), O (oksigen), dan N
(nitrogen) yang tidak dimiliki oleh lemak dan karbohidrat. Molekul protein
mengandung pula fosfor dan sulfur. Pemanfaatan protein bagi pertumbuhan ikan
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain ukuran, kualitas protein, kandungan
energi pakan, suhu air, dan tingkat pemberian pakan. Kebutuhan protein masing-
masing jenis ikan berbeda-beda. Ada beberapa jenis ikan yang telah diketahui
kebutuhan proteinnya (Khater, 2014).
Laju pertumbuhan pada ikan dipengaruhi oleh penyerapan nutrien pakan
yang diberikan. Pakan yang dikonsumsi ikan mengandung berbagai macam zat
diantaranya protein, lemak, karbohidrat, serat kasar, vitamin, dan mineral. Fungsi
utama protein adalah membentuk jaringan tubuh baru dan mempertahankan jaringan
yang telah ada. Banyaknya protein yang tersimpan dalam bentuk jaringan di tubuh
ikan dibagi dengan banyaknya protein pakan yang dikonsumsi disebut retensi
protein. Banyaknya lemak yang tersimpan dalam bentuk jaringan di tubuh ikan
dibagi dengan banyaknya lemak pakan yang dikonsumsi disebut retensi lemak. Ikan
membutuhkan lemak sebagai sumber energi dan untuk mempertahankan bentuk dan
fungsi jaringan. Retensi energi adalah banyaknya energi yang tersimpan dalam
bentuk jaringan di tubuh ikan dibagi dengan banyaknya energi dalam pakan yang
dikonsumsi (Hariati, 1989).
Protein merupakan zat yang dibutuhkan ikan dan perlu dipenuhi untuk
mencapai pertumbuhan optimal. Protein yang terdiri atas rantai-rantai asam amino
juga digunakan untuk proses katabolisme sehingga dapat menghasilkan energi.
Pentingnya protein untuk pertumbuhan telah ditunjukkan pada beberapa studi tentang
nutrisi protein terutama asam amino esensial. Ikan yang kekurangan asam amino
esensial akan berpengaruh pada kisaran pertumbuhan karena struktur tubuh seperti
otot dan tulang tidak dapat dibentuk. Kualitas suatu protein secara kuantitatif dapat
ditentukan dengan berbagai cara, misalnya dengan mengukur pertambahan berat
badan atau pertumbuhan dimana bahan atau pakan yang digunakan dibandingkan
dengan ransum kontrol dengan kadar protein yang sama (Mudjiman, 2004).
III. MATERI DAN CARA KERJA

3.1. Materi

Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah alat pencetak,
timbangan, bomb calorimeter, mortar dan pastle.
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah pellet hasil
praktikum, alumunium foil dan tissue.

3.2. Cara Kerja

a. Disiapkan alat dan bahan.


b. Dihaluskan pellet yang sudah kering.
c. Dicetak pellet menggunakan alat pencetak hingga padat dan ditimbang
d. Dimasukkan pellet ke dalam home sample.
e. Diisi home sample dengan oksigen.
f. Dimasukkan ke dalam bomb calorimeter.
g. Diisi dengan air dan ditutup.
h. Disetting alat dan ditekan tombol start.
i. Ditunggu hasilnya.

3.3. Waktu dan Tempat

Praktikum acara retensi dilaksanakan Rabu, 27 November 2019 pukul


15.00-16.00 WIB, bertempat di Laboratorium Fisiologi Hewan, Fakultas
Biologi, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 4.1.1. Hasil pengujian energi pakan ikan


Jenis
Bobot Sampel (gr) Nilai Kalori (cal/gr)
Pellet
Nabati
(Daun 0.78 4952,4493
singkong)
Hewani
(Tepung 0.80 5567,6415
darah)

Gambar 4.1.2. Penimbangan Pellet Hewani

Gambar 4.1.3. Penimbangan Pellet Nabati

Gambar 4.1.4. Pencetakan Pellet


Gambar 4.1.5. Hasil pengujian energi pakan

Gambar 4.1.6. Bomb calorimeter


4.2. Pembahasan

Retensi energi adalah banyaknya energi pakan yang dikomsumsi oleh


makhluk hidup yang dapat disimpan dalam tubuh. Retensi energi menunjukan
besarnya kontribusi energi pakan yang di konsumsi terhadap pertambahan
energi tubuh ikan. Retensi atau tingkat efisiensi energi dapat dicerminkan dari
rasio besarnya pertambahan energi tubuh terhadap jumlah energi pakan yang
dikonsumsi oleh ikan. Besarnya energi pakan yang kontribusi pada pertambahan
energi tubuh juga digambarkan dengan retensi energi (Yuwono, 2001).
Pertambahan berat badan, laju pertumbuhan spesifik, asupan pakan, konversi
pakan, kelangsungan hidup dan retensi protein tidak terpengaruh dengan
mengganti tepung ikan dalam pakan (Panini et al., 2017).
Bomb calorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah
kalori atau nilai kalori. Sejumlah sampel ditempatkan pada tabung beroksigen
yang tercelup dalam medium penyerap kalor (calorimeter), dan sampel akan
terbakar oleh api listrik dari kawat logam terpasang dalam tabung. Bomb
calorimeter adalah alat untuk menentukan nilai kalor zat makanan karbohidrat,
protein atau lemak. Fungsi alat dan bahan yang digunakan antara lain bom
kalorimeter merupakan alat yang berguna untuk mengetahui jumlah energi
dalam tubuh ikan, dan mampu mengukur panas dalam tubuh ikan yang
ditimbulkan oleh pembakaran, oven berfungsi untuk memanaskan bahan uji
dengan prinsip kerja dehidrasi pada hewan uji (Effendi, 1979).
Retensi energi dapat diukur menggunakan bomb calorimeter. Komponen
bomb calorimeter yaitu tabung oksigen, kondensor, mesin pendingin, mesin
utama dan printer. Pellet ikan yang telah dikeringkan dengan oven dihancurkan
dengan blender, dibentuk menjadi pellet yang berbentuk tablet. Berat pellet tidak
boleh melebihi 1 gram, kemudian ditimbang dengan timbangan analitik. Pellet
dimasukkan dalam tabung bom, dengan kawat wolfram yang dibentuk huruf U,
pelet diletakkan sampai seimbang, tetesi dengan akuades pada bagian tengah
pelet untuk membantu proses pembakaran sampel begitu juga tabungnya untuk
membantu pemasangan dan pelepasan tabung dan tutup. Komponen tabung bom
dipasang, lalu tabung bom dimasukkan dalam mesin utama dan diisi dengan
oksigen lalu diisi dengan akuades. Komponen mesin utama diantaranya baget,
jaket, stirer dan detektor suhu. Baget disemprot dengan akuades untuk
menstabilkan suhu dan detektor. Stirer untuk menghomogenkan akuades
ditunggu sampai tanda bunyi, hasil keluar dari mesin printer (Catdown, 2001).
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa
nilai kalori pellet hewani (tepung darah) dengan berat sampel 0.80 gram adalah
5567,6415 cal/gram, nilai kalori pellet nabati (tepung daun singkong) dengan
berat sampel 0.78 gram adalah 4952,4493 cal/gram. Prosentase nilai kalori yang
dimiliki oleh pellet berkisar antara 49%-55%. Hal ini tidak sesuai dengan
pernyataan Buttery & Landsay (1980), yang menyatakan bahwa retensi energi
normal adalah 60-68%. Menurut Farida et al. (2017), nilai retensi protein
merupakan perbandingan antara jumlah protein yang tersimpan dalam tubuh
udang dan jumlah protein yang dikonsumsi.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa


nilai kalori pellet hewani (tepung darah) dengan berat sampel 0.80 gram adalah
5567,6415 cal/gram, nilai kalori pellet nabati (tepung daun singkong) dengan
berat sampel 0.78 gram adalah 4952,4493 cal/gram.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan dalam praktikum kali ini adalah sebaiknya
dalam melakukan pencetakkan harus kuat saat menekan alat pencetak agar pellet
yang dihasilkan padat dan tidak hancur saat dipasang kawat di home sample.
DAFTAR PUSTAKA

Buttery dan Landsay. 1980. Pritein Deposition in Animals. London: Butterworth.

Catdown, I. G. 1981. Eartwoon a New Source of Protein. London: W. B. Sounders


Co.
Effendi, M. I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Bogor: Yayasan Dewi Sri.

Farida., Muhaimin, H., Yusnaini. 2017. Studi Kombinasi Tepung Kepala Ikan
Peperek, Tepung Burungo, dan Tepung Kepala Udang terhadap Pertumbuhan
Post Larva Udang Windu (Penaeus monodon). Media Akuatika. 2(1), pp.
279-289.

Halver, J. E. 1989. Fish Nutrition. USA: Academic Press, Inc.

Hariati, A. M. 1989. Makanan Ikan. Malang : Universitas Brawijaya Press.

Khater, E. G, A. H., Bahnasawy & Ali, S.A.. 2014. Physical and Mechanical
Properties of Fish Feed Pellets. J Food Technol. 5(10) : 2157-7110.

Mudjiman, A. 2004. Makanan Ikan. Bogor: Penebar Swadaya.

Murtidjo, A. B. 2001. Pedoman Meramu Ikan. Yogyakarta: Kanisius.

Panini, R.L., Luiz, E.L.F., Ariane, M.G., Cristina, R., Maria, F.O.S., Felipe N.V.,
Débora, M.F., Richard, I.S., Elane, S.P., Carlos, P.S., Renata D.M.C.A. 2017.
Potential Use of Mealworms As An Alternative Protein Source for Pacific
White Shrimp: Digestibility and Performance. Aquaculture. 473, pp. 115–120

Yuwono, E. 2001. Fisiologi Hewan I. Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman.

Anda mungkin juga menyukai