2018
Batubara, Masdalimah
Universitas Sumatera Utara
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/8239
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PENGETAHUAN SIKAP DAN TINDAKAN PENDERITA TBC PARU
TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT TB
PARU DI KECAMATAN PADANGSIDIMPUAN TENGGARA
KOTA PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2017
SKRIPSI
OLEH
MASDALIMAH BATUBARA
NIM : 131000298
OLEH
MASDALIMAH BATUBARA
NIM : 131000298
hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan
dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam
masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau
pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak
Masdalimah Batubara
iii
iv
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT serta shalawat beriring
salam bagi Rasulullah SAW karena rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
2017” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Untuk
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu S.H, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara
2. Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
3. Dr. Lita Sri Andayani SKM., M.Kes, selaku Ketua Departemen Pendidikan
Sumatera Utara .
4. Dra. Syarifah, MS dan Dr. Drs. R. Kintoko R, MKM, selaku Pembimbing yang
Dosen Penguji yang telah memberikan bimbingan, arahan petunjuk dan saran-
8. Kepala Puskesmas yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan
penelitian.
Ibunda tercinta Nurasiah Dalimunthe, serta adik Abdul Majid dan Muhammad
Iswan, yang senantiasa memberikan dukungan doa, moral, kasih sayang, cinta,
perhatian semangat spiritual dan juga material yang tiada batasnya sehingga
10. Sahabat-sahabatku sekaligus keluarga keduaku Mulyani Ilyas SPd, Siti Hotmaida
Pohan dan Sakinah Nasution terimakasih untuk waktu dan motivasinya dalam
terkhusus Jois Fransiska Ginting, Maslinda Hasibuan, Ayu andina, Delima Darma
Tanjung, Seri Rahmadhani, Selvia Febri terimakasih untuk waktu, tenaga, fikiran
vi
kelompok 54 PBL Sari, Nadia, Ade, Chris terimakasih atas dukungan dan
13. Terkhusus kepada Pak Warsito terimakasih atas segala dukungan, bantuan dan
14. Semua pihak yang telah berjasa dan tidak dapat disebutkan satu persatu atas
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih
miliki, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik serta saran yang membangun
Akhir kata penulis berdoa semoga bantuan dan bimbingan yang telah
diberikan oleh semua pihak mendapat balasan dari Allah SWT, penulis
mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca umumnya.
Penulis
Masdalimah Batubara
vii
Halaman
viii
ix
xi
xii
xiii
xiv
xv
Lampiran 5 Surat Izin Penelitian dari Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik
Daerah Kota Padangsidimpuan
xvi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RIWAYAT HIDUP
1995 di Muaratais III. Beragama Islam, dan merupakan anak ketiga dari lima
2000 dan selesai pada tahun 2001, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah
Dasar Negeri No. 100100 Basilam Baru pada tahun 2001 dan selesai pada tahun
2007, penulis melanjutkan pendidikan di SMP Swasta Galih Agung Deli Serdang
pada tahun 2007 dan selesai pada tahun 2010, kemudian penulis melanjutkan
pendidikan di SMA Swasta Galih Agung Deli Serdang pada tahun 2010 dan
selesai pada tahun 2013. Pada tahun 2013 penulis melanjutkan pendidikan S1 di
xvii
PENDAHULUAN
Penyakit ini ditularkan dari orang ke orang melalui cairan dari tenggorokan dan
tuberculosis juga menyerang luar paru seperti kelenjar getah bening (kelenjar),
selama 2 minggu atau lebih, batuk disertai dengan gejala tambahan yaitu dahak,
dahak bercampur darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun,
malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam lebih dari 1 bulan.
(Riskesdas,2013).
kasus baru Tuberkulosis (TBC) terdapat 10,4 juta kasus TBC di dunia, meningkat
dari tahun sebelumnya hanya 9,6 juta kasus. . Indonesia merupakan negara dengan
beban TB tertinggi kedua negara di dunia setelah India. Adapun jumlah temuan
TBC terbesar adalah di India sebanyak 2,8 juta kasus, Indonesia sebanyak 1,02
juta kasus dan Tiongkok sebanyak 918 ribu kasus. Jumlah kasus terdiri dari 56%
yang ditemukan pada tahun 2014 yang sebesar 330.729 kasus. Menurut jenis
kelamin, jumlah kasus pada laki-laki lebih tinggi daripada perempuan yaitu 1,4
Menurut kelompok umur, kasus tuberkulosis pada tahun 2015 paling banyak
ditemukan pada kelompok umur 25-34 tahun yaitu sebesar 18,07% diikuti
kelompok umur 45-54 tahun sebesar 17,25% dan pada kelompok umur 35-44
penemuan kasus baru TB Paru BTA (+) di Provinsi Sumatera Utara adalah
sebesar 22.026 jiwa dan hasil cakupan penemuan kasus baru TB Paru BTA (+)
yaitu 11.818 kasus atau 76,35%. Angka ini mengalami kenaikan bila
dibandingkan dengan cakupan penemuan kasus baru tahun 2013 sebesar 72,29%
namun lebih rendah bila dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar 82,57% dan
Keluarga yang pernah mendengar tentang TBC 76% dan 85% mengetahui bahwa
TBC dapat disembuhkan, akan tetapi hanya 26% yang dapat menyebutkan dua
tanda dan gejala utama TB. Cara penularan TB dipahami oleh 51% keluarga dan
hanya 19% yang mengetahui bahwa tersedia obat TBC gratis (Depkes RI,2011).
Dari hasil survei tersebut menunjukkan bahwa masih ada keluarga yang belum
Hasil survei pada tahun 2004 tersebut juga mengungkapkan pola pencarian
swasta, 42% ke rumah sakit pemerintah, 14% ke rumah sakit swasta dan sebesar
11% ke bidan atau perawat praktik swasta. Namun pada responden yang pernah
menjalani pengobatan TBC, tiga Fasilitas Pelayanan Kesehatan (FPK) utama yang
tantangan utama di Indonesia dengan wilayah geografis yang sangat luas (Depkes
RI,2011).
masyarakat masih kurang peduli terhadap akibat yang dapat ditimbulkan oleh
mereka malu dan takut divonis menderita TBC. Hasil penelitian Astuti (2013)
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
penginderaan (telinga), dan indera penglihatan (mata). Sikap adalah juga respon
tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan
faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan senang tidak senang, setuju atau
(1908) dalam Notoatmodjo (2007) yang menyatakan bahwa domain dari perilaku
Sakit, Pustu, Klinik, Balai Pengobatan dan dokter praktek Swasta (DPS)
cakupan penemuan penderita minimal 83% dari perkiraan penderita baru BTA
meningkatkan kebiasaan yang berhubungan dengan kesehatan yang baik (Perry &
pencegahan tersebut terdiri dari menyediakan nutrisi yang baik, sanitasi yang
adekuat, perumahan yang tidak terlalu padat dan udara yang segar merupakan
dan khususnya bagi keluarga penderita TB Paru adalah dengan membuka jendela
rumah setiap hari, menjemur kasur dan bantal secara teratur, pengidap TB Paru
diminta untuk menutup hidung dan mulutnya saat batuk atau bersin, minum obat
memakai masker atau penutup mulut apabila sedang dalam perjalanan, gunakan
tempat penampungan dahak seperti kaleng yang ditambahkan air sabun, cuci dan
bersihkan barang-barang yang digunakan penderita seperti alat makan dan minum
Pada tahun 2016 jumlah penemuan kasus penyakit TB Paru BTA (+) di
masih banyak kasus TB yang tidak terdata yang disebabkan tidak adanya
kelurahan. Data kasus penyakit TB Paru pada tahun 2016 yang tercatat di
Puskesmas Pijorkoling yaitu angka suspek sebanyak 750 orang dan kasus yang
dengan tahun 2015 yaitu angka suspek 799 orang dan kasus yang ditangani
sebanyak 88 orang. Pada bulan Februari sampai April 2018 pasien penderita TB
Paru sebanyak 64 orang dengan suspek 516 orang. Dari hasil data menunjukkan
Paru sangat beresiko terhadap penularan penyakit TB Paru. Salah satu penyebab
Penderita TB Paru sangat beresiko adalah karena Penderita saat bersin dan batuk
tidak menutup mulutnya baik dengan kertas tissue maupun lap tangan dan
keluarga sehingga tidak ada perbedaan peralatan makan di dalam keluarga dan
tidak memakai masker ketika pergi keluar rumah. Dari hasil wawancara peneliti
2017.
Padangsidimpuan.
2. Bagi Penulis
dengan metode yang benar, penulis mampu berpikir lebih baik dalam
TINJAUAN PUSTAKA
kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
bahwa kesehatan adalah keadaan sempurna baik fisik, mental, maupun sosial, dan
spiritual, dan sosial saja, tetapi juga diukur dari produktivitasnya dalam arti
memasuki usia kerja, anak dan remaja, atau bagi yang sudah tidak bekerja
(pensiun) atau usila (usia lanjut) berlaku produktif secara sosial, yakni
(organisme terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan
(Notoatmodjo,2012).
2.2 Pengetahuan
tepat dan merepresentasikannya dalam aksi yang dilakukan terhadap suatu obyek.
10
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
karena adanya pengetahuan yang ada pada dirinya terbentuknya suatu perilaku
baru, terutama yang ada pada orang dewasa dimulai pada domain kognitif. Dalam
arti seseorang terlebih dahulu diberi stimulus yang berupa informasi tentang
dan selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap pada orang
Akhirnya rangsangan yakni informasi upaya pencegahan penyakit TBC yang telah
jauh lagi yaitu berupa tindakan atau sehubungan dengan stimulus atau informasi
bahwa semakin tinggi pengetahuan terhadap suatu objek maka akan semakin baik
dasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak
sebagai berikut:
1. Pengetahuan Implisit
2. Pengetahuan Eksplisit
dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
yang baru.
1. Pendidikan
2. Informasi/media massa
4. Lingkungan
dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi
karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak, yang akan direspon
5. Pengalaman
masa lalu.
6. Usia
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola
2.3 Sikap
tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan
senang tidak senang, setuju tidak setuju, baik tidak baik, dan sebagainya.
untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dengan kata
lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan
dibentuk oleh pengetahuan, antara lain nilai-nilai yang diyakini dan norma-norma
(total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran,
keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Suatu contoh, seorang ibu
sebagainya). Pengetahuan ini akan membawa ibu untuk berpikir dan berusaha
supaya anaknya tidak terkena penyakit TB paru. Dalam berpikir ini komponen
emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga ibu tersebut berniat untuk melakukan
pencegahan agar anaknya tidak terkena penyakit TB paru. Ibu ini mempunyai
sebagai berikut:
1. Kesadaran
2. Perasaan
3. Perilaku
1. Menerima (receiving)
2. Menanggapi (responding)
dihadapi.
3. Menghargai (valuing)
terhadap objek atau stimulus. Dalam arti membahasnya dengan orang lain
adalah:
1. Pengalaman pribadi
Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan
Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial
yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting,
3. Pengaruh kebudayaan
4. Media massa
yang dibawa informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar
tertentu.
dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu, pemahaman akan
baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan yang tidak
boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta
ajaran-ajarannya.
Tidak semua bentuk sikap yang ditentukan oleh situasi lingkungan dan
pertahanan ego.
faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah
sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh merupakan
sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan
2.5 TUBERKULOSIS
Penyakit ini ditularkan dari orang ke orang melalui cairan dari tenggorokan dan
tuberculosis, adalah batang aerobik tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan
masuk ke dalam paru, kemudian kuman tersebut dapat menyebar dari paru ke
bagian tubuh lain melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfa, melalui
lainnya (Notoatmodjo,2011).
kali pada tahun 1882 oleh Robert Koch, sedangkan vaksin BCG ditemukan pada
tahun 1921. Kemudian pada tahun 1994 ditemukan streptomisin sebagai obat
pertama anti TBC, kemudian disusul INH pada tahun 1949. Penyakit TBC muncul
atau industri pada tahun 1990. Selain itu, peningkatan kasus TBC sebagai
HIV/AIDS. Saat ini di seluruh dunia terdapat 8 juta kasus terinfeksi dan 3 juta
2.5.2 Etiologi
Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap
asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai basil tahan asam
(BTA). Kuman TBC cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat
hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh
Sumber penularan adalah TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin,
Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam
waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi percikan, sementara sinar matahari
langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam
dalam keadaan yang lembab dan gelap. Daya penularan seorang pasien ditentukan
oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat
kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut. Faktor yang
lebih besar daripada TB Paru dengan BTA negatif. Resiko penularan setiap tahun
penduduk yang beresiko terinfeksi TB selama satu tahun. ARTI sebesar 1%,
1. Demam
oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi mycobacterium
2. Batuk
Gejala ini banyak ditemukan. Terjadi karena adanya iritasi pada bronkus,
mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan
bermula. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non produktif) kemudian
timbul dalam jangka waktu lama (lebih dari 3 minggu). Keadaan yang
3. Sesak nafas
Pada penyakit ringan belum ditemukan atau dirasakan. Sesak akan terjadi
4. Nyeri dada
Gejala ini jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah
5. Malaise
ditemukan seperti anoreksia tidak nafsu makan, badan makin kurus (berat
badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam. Gejala
malaise makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak
teratur.
6. Pada atelektasis terdapat gejala berupa : sianosis, sesak nafas, dan kolaps.
Bagian dada klien tidak bergerak pada saat bernafas dan jantung terdorong
ke sisi yang sakit. Pada rontgen dada tampak bayangan hitam pada sisi
(parenkim) paru tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada
yang positif.
lain selain paru, misalnya lymfa, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal,
1. Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah
minum OAT kurang dari satu bulan (4 minggu). Pemeriksaan BTA bisa
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat setelah 2 bulan atau
pengobatan.
pengobatannya.
4. Kasus lain :
dan ditemukan kuman TB. Pada program TB Nasional penemuan BTA melalui
seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang
TB hanya berdasarkan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan
gambaran yang khas pada TB Paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis (Depkes
RI,2011).
2.5.9 Pengobatan
diberikan dalam jangka waktu lama. Obat-obatan ini juga dapat digunakan untuk
mencegah timbulnya penyakit klinis pada seseorang yang sudah terjangkit infeksi.
1. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam
jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan
- Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu
minggu.
b. Tahap lanjutan
- Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun
seseorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui, baik oleh petugas kesehatan
maupun penderita, selain itu harus disegani dan dihormati oleh penderita, bersedia
membantu penderita dengan sukarela. Selain itu, bersedia dilatih dan atau
petugas kesehatan, misalnya bidan desa, perawat, pekarya, sani tarian, juru
imunisasi, dan lain-lain. Bila tidak ada petugas kesehatan yang memungkinkan,
PMO dapat berasal dari keder kesehatan, guru, anggota PPTI, PKK, atau tokoh
penderita agar mau berobat teratur, mengingatkan penderita untuk periksa ulang
dahak pada waktu yang telah ditentukan, memberi penyuluhan pada anggota
2.5.10 Pencegahan
a. Kebersihan ruangan dalam rumah terjaga terutama kamar tidur dan setiap
alami dan ventilasi untuk pertukaran udara serta usahakan agar sinar
matahari dapat masuk ke setiap ruangan dalam rumah melalui jendela atau
genting kaca, karena kuman TBC mati dengan sinar matahari yang
d. Minum obat secara teratur sampai selesai, gunakan Pengawas Minum Obat
lain.
penutup mulut atau masker, dan bila akan membuang dahak maka harus
vaksinasi BCG.
umumnya.
dengan cara dirawat di rumah sakit hanya dilakukan bagi penderita dengan
dan orang lain yang terindikasi, dengan vaksin BCG dan tindak lanjut bagi
oleh dokter dan diminum dengan tekun dan teratur, selama 6 bulan sampai
dilakukan dengan penyediaan nutrisi yang baik, sanitasi yang adekuat, perumahan
yang tidak terlalu padat dan udara yang segar merupakan tindakan yang efektif
a. Bagi masyarakat
b. Bagi penderita
pengobatan pencegahan
Menurut Green dan Kreuter (1991) pada tahun 1980, merupakan model
yang paling cocok diterapkan dalam perencanaan dan evaluasi promosi kesehatan
urutan sangat logis untuk program promosi kesehatan. Dasar dari model ini adalah
akhirnya mendesain serta intervensi yang diarahkan untuk mencapai hasil yang
dari seseorang.
kesehatan.
sikap, dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan
1 Faktor Predisposisi
a Karakteristik
PROMOSI
b Pengetahuan
KESEHATAN c Sikap
Perilaku
Pendidikan 2 Faktor Pendukung
kesehatan a Fasilitas
Kesehatan
Kualitas
b Sarana dan Kesehatan
prasarana hidup
c Ekonomi
Kebijakan
Lingkungan
regulasi
3 Faktor Penguat
organisasi a Keluarga
b Petugas
Kesehatan
c Tokoh
Masyarakat
d Tokoh Agama
Predisposing Factor
- Jenis kelamin
- Umur
- Pendidikan
- Pekerjaan
- Pengetahuan
- Sikap
Faktor Pendukung
Upaya Pencegahan Penularan
- Ketersediaan Fasilitas
Penyakit Tuberkulosis Paru
Kesehatan
Faktor Penguat
- Peran Petugas
Kesehatan
METODE PENELITIAN
penelitian survey yang bersifat analitik dengan desain cross sectional yaitu untuk
kunjungan pasien TB yang berobat lebih banyak yaitu sebanyak 64 orang dan di
3.3.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
dalam penelitian ini adalah seluruh pasien penderita TB Paru yang berobat di
Puskesmas Pijorkoling pada bulan Februari sampai April 2018 yaitu berjumlah 64
orang.
37
3.3.2 Sampel
sebelumnya.
Padangsidimpuan.
1. Jenis Kelamin
2. Umur
Umur adalah lama waktu perjalanan hidup responden yang dihitung sejak
3. Pendidikan
4. Pekerjaan
5. Pengetahuan
6. Sikap
7. Fasilitas Kesehatan
Fasilitas Kesehatan adalah segala sarana dan prasarana alat atau tempat
8. Petugas Kesehatan
1. Pengetahuan Responden
Paru, yang diukur dengan 15 pertanyaan dari no. 1 sampai 10 dengan skor
1. Baik, apabila nilai yang diperoleh ≥75% dari seluruh skor yang
Diperoleh.
2. Kurang, apabila nilai yang diperoleh <40% dari seluruh skor yang
diperoleh.
2. Sikap Responden
yaitu, Setuju dan Tidak Setuju, pernyataan dibagi atas 2 pernyataan positif
1. Sikap Baik, apabila nilai yang diperoleh ≥75% dari seluruh skor yang
diperoleh.
2. Sikap Kurang, apabila nilai yang diperoleh <40% dari seluruh skor
yang diperoleh.
3. Fasilitas Kesehatan
Fasilitas Kesehatan adalah segala sarana dan prasarana alat atau tempat
1. Sikap Baik, apabila nilai yang diperoleh ≥75% dari seluruh skor yang
diperoleh.
2. Sikap Kurang, apabila nilai yang diperoleh <40% dari seluruh skor
yang diperoleh.
4. Petugas Kesehatan
1. Sikap Baik, apabila nilai yang diperoleh ≥75% dari seluruh skor yang
diperoleh.
2. Sikap Kurang, apabila nilai yang diperoleh <40% dari seluruh skor
yang diperoleh.
1. Sikap Baik, apabila nilai yang diperoleh ≥75% dari seluruh skor yang
diperoleh.
2. Sikap Buruk, apabila nilai yang diperoleh <40% dari seluruh skor
yang diperoleh.
Paru yang dibuat dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan dideskripsikan.
2. Hο diterima jika p> α (0,05) maka tidak terdapat hubungan antara variabel
HASIL PENELITIAN
Padangsidimpuan.
berikut :
Batunadua
Padangsidimpuan Tenggara
yaitu Goti, Huta Koje Pijorkoling, Huta Limbong, Huta Lombang, Huta Padang,
45
Paru berdasarkan jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki yaitu 39 orang (60,9%)
terbanyak adalah Muda (16-50 tahun) yaitu 48 orang (75,0%) dan selebihnya
Informal yaitu sebanyak 59 orang (92,2%) dan pekerja formal sebanyak 5 orang
(7,8%).
sebagai berikut :
TB Paru dapat menular dengan jawaban yang benar yaitu 25 orang (39,1%).
yang dicurigai menderita TB Paru dengan jawaban yang benar sebanyak 62 orang
(96,9%). Responden yang mengetahui tentang pengobatan TB Paru yang baik dan
(70,3%).
4.2.2.2 Sikap
sikap responden diidentifikasi dengan sikap responden yang setuju penyakit TBC
responden yang setuju dengan setiap orang batuk terus menerus lebih dari 2
Sikap responden yang setuju bahwa dukungan keluarga sangat dibutuhkan dalam
setuju bahwa pembuangan dahak sebaiknya dalam pot khusus dan diberi cairan
sabun yaitu 33 orang (51,6%). Sikap responden yang tidak setuju bahwa
(48,4%).
(12,5%) dan sikap responden yang dikategorikan kurang yaitu sebanyak 56 orang
(87,5%).
n % n % n %
1. lokasi Puskesmas mudah dijangkau 64 100,0 0 ,0 64 100,0
dari rumah Bapak/Ibu
2. Ada sarana transportasi yang dapat 64 100,0 0 ,0 64 100,0
Bapak/Ibu gunakan menuju Puskesmas
n % n % n %
1. Petugas kesehatan pernah menjelaskan 63 98,4 1 1,6 64 100,0
tentang berapa lama pengobatan TB
Paru
2. Petugas kesehatan pernah menjelaskan 63 98,4 1 1,6 64 100,0
tentang jenis-jenis obat untuk
pengobatan TB Paru
3. Petugas kesehatan pernah menjelaskan 64 100,0 0 ,0 64 100,0
tentang efek samping dari obat TB
Paru
4. Petugas kesehatan pernah memberikan 63 98,4 1 1,6 64 100,0
informasi tentang pentingnya
pencegahan penularan TB Paru
terhadap orang lain
5. Petugas kesehatan memberikan 63 98,4 1 1,6 64 100,0
informasi tentang cara melakukan
pencegahan penularan TB Paru
terhadap orang lain
6. Petugas kesehatan pernah memberikan 62 96,9 2 3,1 64 100,0
anjuran kepada Bapak/Ibu untuk
melakukan pencegahan penularan TB
Paru (pemakaian masker dan
pembuangan dahak dalam pot khusus)
7. Petugas kesehatan memberikan 63 98,4 1 1,6 64 100,0
konseling setelah Bapak/Ibu
menunjukkan hasil pemeriksaan dahak
Bapak/Ibu
masker dan pembuangan dahak dalam pot khusus) yaitu 62 orang (96,9%).
orang responden diperoleh peran petugas kesehatan yang dikategorikan baik yaitu
(37,5%) yang selalu menutup mulut ketika batuk dan bersin. Hanya 1 orang
(1,6%) yang menggunakan tempat khusus saat membuang dahak. Ada 20 orang
Balita yang ada di rumah sudah diberi vaksin BCG sebanyak 64 orang (96,9%).
Terdapat 63 orang (98,4%) yang tidak menjemur kasur pada terik matahari
setiap hari.
Hasil uji bivariat responden pada penelitian ini mencakup pengaruh jenis
1. Jenis Kelamin
berikut :
Tindakan Pencegahan
Penularan Penyakit
Total P
Jenis Kelamin Tuberkulosis Paru
Baik Buruk
n % n % n %
Laki-laki 6 15,4 33 84,6 39 100,0 0,005
Perempuan 12 48,0 13 52,0 25 100,0
penularan penyakit Tuberkulosis paru yang baik dan 33 orang memiliki tindakan
12 orang.
berarti p< 0,05 keputusan uji Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara jenis kelamin penderita TB Paru terhadap upaya
2. Umur
berikut :
Tindakan Pencegahan
Penularan Penyakit
Total
Umur Tuberkulosis Paru P
Baik Buruk
n % n % n %
>50 tahun 2 12,5 14 87,5 16 100,0
16-50 tahun 16 33,3 32 66,7 48 100,0 0,075
Tuberkulosis paru yang baik dan 14 orang memiliki tindakan buruk. Responden
berarti p> 0,05 keputusan uji Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak ada hubungan yang bermakna antara umur penderita TB Paru terhadap
3. Pendidikan
berikut :
Tindakan Pencegahan
Penularan Penyakit
Total
Pendidikan Tuberkulosis Paru P
Baik Buruk
n % n % n %
Rendah (Tidak Sekolah,
Tamat SD, Tamat SMP, 16 27,1 43 72,9 59 100,0
Tamat SMA) 0,305
Tinggi (D3, Sarjana) 2 40,0 3 60,0 5 100,0
yang berpendidikan tinggi yaitu 2 orang memiliki tindakan baik dan 3 orang
Paru.
berarti p> 0,05 keputusan uji Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan penderita TB Paru terhadap
4. Pekerjaan
berikut :
Tindakan Pencegahan
Penularan Penyakit
Total
Pekerjaan Tuberkulosis Paru P
Baik Buruk
n % n % n %
Informal (petani,
pedagang, tidak 16 27,1 43 72,9 59 100,0
bekerja, IRT) 0,305
Formal (pegawai
2 40,0 3 60,0 5 100,0
negeri, pegawai swasta)
informal terdapat 16 orang yang memiliki tindakan baik dan 43 orang memiliki
sedangkan dari 5 orang pekerja formal 2 orang memiliki tindakan baik dan 3
Tuberkulosis Paru.
berarti p > 0,05 keputusan uji Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan penderita TB Paru terhadap
berikut :
Tindakan Pencegahan
Penularan Penyakit
Total
Pengetahuan Tuberkulosis Paru P
Baik Buruk
n % n % n %
Baik 9 47,4 10 52,6 19 100,0
0,023
Kurang 9 20,0 36 80,0 45 100,0
Berdasarkan tabel 4.16 diatas diketahui dari 19 orang responden dengan
penyakit Tuberkulosis paru yang baik, sedangkan dari 45 orang responden dengan
berarti p< 0,05 keputusan uji Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
berikut :
Tindakan Pencegahan
Penularan Penyakit
Total
Sikap Tuberkulosis Paru P
Baik Buruk
n % n % n %
Baik 5 62,5 3 37,5 8 100,0
0,029
Kurang 13 23,2 43 76,8 56 100,0
Berdasarkan tabel 4.17 diatas diketahui dari 8 orang responden dengan
Tuberkulosis paru yang baik. Sedangkan dari 56 orang responden dengan sikap
berarti p< 0,05 keputusan uji Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
Tindakan Pencegahan
Penularan Penyakit
Ketersediaan Fasilitas Total
Tuberkulosis Paru P
Kesehatan
Baik Buruk
n % n % n %
Baik 3 75,0 1 25,0 4 100,0
0,059
Kurang 15 25,0 45 75,0 60 100,0
ketersediaan fasilitas kesehatan baik terdapat 3 orang yang memiliki tindakan baik
baik.
berarti p > 0,05 keputusan uji Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa
tabel berikut :
Tindakan Pencegahan
Penularan Penyakit
Peran Petugas Total
Tuberkulosis Paru P
Kesehatan
Baik Buruk
n % n % n %
Baik 14 25,0 42 75,0 57 100,0
0,201
Kurang 3 42,9 4 57,1 7 100,0
pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis paru yang baik dan 42 orang yang
petugas kesehatan kurang terdapat 3 orang yang memiliki tindakan baik dan 4
Tuberkulosis Paru.
berarti p > 0,05 keputusan uji Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak ada hubungan yang bermakna antara peran petugas kesehatan terhadap
PEMBAHASAN
responden dengan jenis kelamin laki-laki terdapat 6 orang (15,4%) yang memiliki
tindakan yang baik dan 33 orang (84,6%) memiliki tindakan yang buruk terhadap
(39,1%) responden dengan jenis kelamin perempuan yang memiliki tindakan baik
sebanyak 12 orang (48,0%) dan 13 orang (52,0%) memiliki tindakan yang buruk
keputusan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti nilai-nilai sosial budaya,
hasil jaringan interaksi yang kompleks, keputusan tersebut dapat dibuat oleh
wanita itu sendiri, atau oleh suaminya, anggota keluarga, tokoh masyarakat dan
b. Umur
Hasil uji statistik distribusi frekuensi diketahui bahwa dari 48 orang (75,0%)
responden dengan umur 16-50 tahun sebanyak 16 orang (33,3%) yang memiliki
tindakan baik dan 32 orang (66,7%) yang memiliki tindakan buruk terhadap
66
responden dengan umur > 50 tahun terdapat 2 orang (12,5%) yang memiliki
tindakan baik dan 14 orang (87,5%) yang memiliki tindakan buruk terhadap
responden yang paling muda adalah 16 tahun sedangkan yang paling tua adalah
79 tahun.
Faktor reinforcing yang meliputi dukungan keluarga, tokoh agama, dan lain-lain
(Green,2002).
c. Pendidikan
pendidikan lebih tinggi akan dapat menerima informasi dan memahami dengan
orang (92,2%) responden yang berpendidikan rendah (Tidak sekolah, Tamat SD,
Tamat SMP, Tamat SMA) terdapat 16 orang (27,1%) yang memiliki tindakan
baik dan 43 orang (72,9%) yang memiliki tindakan buruk terhadap pencegahan
berpendidikan tinggi (D3, Sarjana) 2 orang memiliki tindakan baik dan 3 orang
informasi terutama dalam menjaga kesehatan diri dan keluarga dan memperluas
d. Pekerjaan
bekerja, IRT) terdapat 16 orang (27,1%) yang memiliki tindakan baik dan 43
(Pegawai Negeri, Pegawai Swasta) 2 orang memiliki tindakan baik dan 3 orang
dapat menular yaitu sebanyak 25 orang (39,1%) pengetahuan baik dan 39 orang
dapat menular kepada orang lain sebanyak 47 orang (73,4%) dan pengetahuan
tentang Pemeriksaan awal bagi seseorang yang dicurigai menderita TB Paru yaitu
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
(Notoatmodjo, 2007). Proses yang didasari oleh pengetahuan kesadaran dan sikap
yang positif, maka perilaku tersebut akan bersikap langgeng. Sebaliknya apabila
perilaku tersebut tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan
adalah penyakit TBC merupakan penyakit yang sangat menular yaitu sebanyak 45
orang (70,3%) dan sikap responden yang kurang sebanyak 19 orang (29,7%).
Sikap responden yang baik tentang setiap orang batuk terus menerus lebih dari 2
sedangkan sikap responden yang kurang yaitu 20 orang (31,3%). Sikap responden
baik sebanyak 29 orang (45,3%) dan sikap responden yang kurang sebanyak 35
orang (54,7%). Sikap responden yang baik tentang penyakit TB Paru dapat
membuang dahak sembarangan adalah hal yang wajar dilakukan setiap orang
yaitu baik sebanyak 22 orang (34,4%) dan sikap responden yang kurang sebanyak
42 orang (65,6%).
sikap responden yang dikategorikan baik yaitu sebanyak 8 orang (12,5%) dan
Sikap merupakan suatu reaksi atau respon yang masih tertutup dari
langsung dilihat tetapi hanya dapat menafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang
merupakan evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang
kesehatan yang baik adalah terdapat ruangan khusus untuk pengobatan TB Paru di
Puskesmas juga tidak menyediakan media promosi kesehatan seperti leaflet atau
TB Paru.
kesehatan yang baik adalah Petugas kesehatan pernah menjelaskan tentang berapa
63 orang (98,4%). Peran petugas kesehatan yang baik adalah Petugas kesehatan
terhadap orang lain sebanyak 63 orang (98,4%). Peran petugas kesehatan yang
pembuangan dahak dalam pot khusus) sebanyak 62 orang (96,9%) dan peran
kesehatan dengan kategori baik yaitu sebanyak 57 orang (89,1%) dan kategori
dengan jenis kelamin laki-laki terdapat 6 orang (15,4%) yang memiliki tindakan
yang baik dan 33 orang (84,6%) memiliki tindakan yang buruk terhadap
(39,1%) responden dengan jenis kelamin perempuan yang memiliki tindakan baik
sebanyak 12 orang (48,0%) dan 13 orang (52,0%) memiliki tindakan yang buruk
dengan uji Chi-square menunjukkan p = 0,005 hal ini berarti p< 0,05 keputusan
uji Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara jenis kelamin
bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian TB Paru dan juga sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Indah (2014) dan Ogboi S.J, dkk (2010) yang
menyatakan bahwa ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian TB Paru.
mempunyai kebiasaan sering tidak menutup mulut pada saat batuk, yang dapat
membuat penularan TB Paru pada orang-orang yang sehat serta peningkatan kasus
TB Paru dipengaruhi oleh daya tahan tubuh, status gizi dan kebersihan diri
individu.
b. Umur
dengan umur 16-50 tahun sebanyak 16 orang (33,3%) yang memiliki tindakan
baik dan 32 orang (66,7%) yang memiliki tindakan buruk terhadap pencegahan
umur > 50 tahun terdapat 2 orang (12,5%) yang memiliki tindakan baik dan 14
menunjukkan p = 0,075 hal ini berarti p> 0,05 keputusan uji Ho diterima sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara umur
2017.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna
Padangsidimpuan Tahun 2017. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Elisa dkk
(2014) tidak ada hubungan antara umur dengan kejadian TB Paru. Pada pasien
berumur 15-55 tahun beresiko 1,5 kali lebih besar menderita TB Paru,
dibandingkan dengan umur <15 tahun dan >55 tahun. Kelompok umur menurut
sebagian besar penderita TB Paru sebesar 75% adalah penduduk usia produktif
yaitu antara 15-49 tahun. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Bagoes dkk
(2006) dan Rikha (2011) tidak ada hubungan antara umur dengan kejadian TB
Paru, hal ini disebabkan karena ketahanan tubuh mulai menurun setelah umur 45
bahwa responden yang berumur >50 tahun banyak yang mempunyai tindakan
c. Pendidikan
baik dan 43 orang (72,9%) yang memiliki tindakan buruk terhadap pencegahan
tinggi 2 orang memiliki tindakan baik dan 3 orang memiliki tindakan buruk
dengan uji Chi-square menunjukkan p = 0,305 hal ini berarti p> 0,05 keputusan
(2011) tidak ada hubungan antara pendidikan dengan kejadian TB Paru (p=0,297).
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (1993) dalam Bagoes
d. Pekerjaan
tindakan baik dan 43 orang (72,9%) yang memiliki tindakan buruk terhadap
dengan pekerjaan formal 2 orang memiliki tindakan baik dan 3 orang memiliki
analisis statistik dengan uji Chi-square menunjukkan p = 0,305 hal ini berarti p>
0,05 keputusan uji Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada
kerja. Hal ini kemungkinan disebabkan karena ada faktor lain yang berhubungan
penularan penyakit Tuberkulosis paru yang baik dan 10 orang (52,6%) yang
memiliki tindakan baik dan 36 orang (80,0%) memiliki tindakan buruk terhadap
dengan uji Chi-square menunjukkan p = 0,023, ini berarti p< 0,05 keputusan uji
2017.
statistik yang telah dilakukan responden dengan pengetahuan yang baik memiliki
rendah hal ini disebabkan rendahnya pendidikan responden. Penelitian ini sejalan
dengan penelitian Suanda (2015) bahwa ada hubungan yang signifikan antara
dilakukan dan yang tidak baik dilakukan. Penelitian Bagoes W, dkk (2006)
penelitian ini sesuai dengan pendapat Carwrigth (1981) dalam Inantha (1997),
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
tindakan pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis paru yang baik dan 3 orang
Tuberkulosis paru yang baik dan 43 orang (76,8%) memiliki tindakan buruk
< 0,05 Ho ditolak sehingga adanya hubungan antara sikap penderita TB Paru
Dari hasil penelitian ini ada hubungan sikap penderita TB Paru terhadap
sejalan dengan penelitian Suanda (2015) bahwa ada hubungan yang signifikan
antara sikap dengan pencegahan TB (p=0,002), sikap responden yang kurang baik
Sikap adalah salah satu dari faktor predisposing yang meliputi pengetahuan,
perilaku masyarakat (Green, 2000). Sikap responden yang tinggi terhadap upaya
dan sehat. Responden dengan pengetahuan yang baik dan sikap yang positif
Hal ini dapat diartikan bahwa pengetahuan dan sikap merupakan penunjang dalam
baik dan 1 orang (25,0%) yang memiliki tindakan yang buruk terhadap
Tuberkulosis paru yang baik dan 45 orang (75,0%) yang memiliki tindakan yang
> 0,05 Ho diterima sehingga tidak ada hubungan antara ketersediaan fasilitas
upaya pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru dalam penelitian ini. Hal
Puskesmas juga tidak menyediakan media promosi kesehatan seperti leaflet atau
TB Paru.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Yanti (2012) tidak
dengan p= 0,470 dan juga penelitian Istiqomah (2017) yang menunjukkan bahwa
tidak ada hubungan sarana dan prasarana terhadap kejadian TB Paru di Kelurahan
Kramas. Teori L. Green menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi
menyatakan ketersedian fasilitas tidak lengkap sehingga sulit bagi penderita untuk
melakukan pemeriksaaan.
responden dengan peran petugas kesehatan baik terdapat 14 orang (25,0%) yang
dan 42 orang (75,0%) yang memiliki tindakan yang buruk terhadap pencegahan
penularan penyakit Tuberkulosis paru yang baik dan 4 orang (57,1%) yang
sehingga tidak adanya hubungan antara peran petugas kesehatan terhadap upaya
pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru dalam penelitian ini. Hal ini
dari tokoh masyarakat daripada petugas kesehatan. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian Istiqomah (2017) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan peran
kasus TB seperti tidak ada kunjungan ke rumah masyarakat, hal ini disebabkan
6.1 Kesimpulan
3. Sikap penderita TB Paru yang paling banyak berada pada kategori kurang
5. Peran petugas kesehatan yang paling banyak berada pada kategori baik yaitu
85
Tuberkulosis Paru.
pvalue = 0,023.
0,029.
10. Tidak ada hubungan antara peran petugas kesehatan terhadap upaya
6.2 Saran
yang baik, jika dilihat dari tindakan penderita TB Paru terhadap upaya
Tuberkulosis Paru.
2. Bagi petugas harus lebih aktif dalam upaya promosi kesehatan dengan
pencegahan TB Paru.
disarankan untuk melihat peran keluarga karena dalam penelitian ini hal
85
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Elisa S. Korua, Nova H. Kapantow, Paul A. Kawatu. Hubungan Antara Umur
Jenis Kelamin Dan Kepadatan Hunian Dengan Kejadian TB Paru
Pada Pasien Rawat Jalan Di Rumah Sakit Umum Daerah
Noongan. Palembang. (http://fkm.unsrat.ac.id/wp-
content/uploads/2015/05/JURNAL-ELISA-
KORUA.pdf&hl=en&sa=X&scisig=AAGBfm0hAwsQB-u2-yWn-
NSGUdW_K-k04Q&nossl=I&oi=scholar) diakses pada tanggal 22
juli 2018.
Francis, C. 2011. Perawatan Respirasi. Jakarta : Erlangga.Green, Lawrence W &
Kreuter, M.W. Health Education Planning. Penerbit : Mayfield
Publishing Company, 1980.
Green, L.W & Kreuter, M.W. Health Promotion Planning An Educational and
Environmental Approach. Mayfield Publishing Company, London,
2000.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2017. Jakarta.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011. Jakarta.
Laban Y, Yoannes. 2008. TBC Penyakit dan Cara Pencegahan. Yogyakarta :
Kanisius.
Manalu, H. 2010. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kejadian TB Paru.
(http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph/article/view/3032/2805)
diakses pada tanggal 22 juli 2018.
Media, Y. 2010. Pengetahuan Sikap dan Perilaku Masyarakat Tentang
Penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan Sungai Tarab,
Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010.
[SKRIPSI]
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/article/view/108/8
9 diakses pada tanggal 10 desember 2017
Naga, S.S. 2012. Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Jogjakarta :
DIVA Press.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Jakarta:Rineka Cipta.
. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Jakarta:Rineka Cipta.
. 2010. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Jakarta:Rineka Cipta.
. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni.
Jakarta:Rineka Cipta.
86
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.
Jakarta:Rineka Cipta.
. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan.
Jakarta:Rineka Cipta.
Nurhana., Amiruddin., Abdulla Tahir. 2007. Faktor-faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Pada Masyarakat Di
Provinsi Sulawesi Selatan 2007. Sulawesi Selatan.
(http://blog.unhas.ac.id/index.php/JMKMI/article/viewFile/1042/914)
diakses pada 22 juli 2018.
Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI). 2010. Buku Saku
PPTI. Jakarta.
Potter, P.A & Perry, A.N. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan :
Konsep, Proses dan Praktik Edisi 4. Jakarta : EGC.
Rikha, N.P. 2011. Hubungan Antara Karakteristik Individu Praktik Hygiene
Dan Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Tuberculosis Di
Kecamatan Semarang Utara Tahun 2011. Semarang.
(http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm) diakses pada tanggal 23
juli 2018.
Santosa, Dodi Nawan. 2009. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Formal
Ibu Dengan Perilaku Pencegahan Diare Pada Anak Di Kelurahan
Pucangsawit Surakarta. Surakarta: Skripsi Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Marat.
Smelltzer. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddarth. Jakarta : EGC.
Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
Sistem Pernafasan. Jakarta : Salemba Medika.
Suanda , Saputra. 2015. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku
Pencegahan Oleh Pasien Tuberkulosis Paru Di Poli Paru Rumah
Sakit Cito Karawang Tahun 2015. Karawang.
(http://jurnal.stikesmedikacikarang.ac.id) diakses pada tanggal 27 juli
2018.
Undang-Undang Kesehatan No.36 Tahun 2009.
Versitaria , U, H., Kusnoputranto, H. 2011. Hubungan Antara Jenis Kelamin
Dan Kepadatan Hunian Dengan Kejadian TB Paru Pada Pasien
Rawat Jalan Di Rumah Sakit Umum Daerah Noongan.
Palembang.
(Http://Jurnalkesmas.Ui.Ac.Id/Index.Php/Kesmas/Article/View/132/1
33) diakses pada tanggal 20 juli 2018.
87
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Very, Rikyandini. 2012. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Tuberkulosis Pada Usia Kerja Di Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo. Sukoharjo: Skripsi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
World Health rganization (WHO). Global Tuberculosis Report. 2016.
Switzerland.
World Health rganization (WHO). Global Tuberculosis Report. 2012.
Switzerland.
World Health Organization. A global brief on hypertension: silent killer, global
publichealthcrisis.2015.http://www.pusdatin.kemkes.go.id/article/view
/15080300001/hipertesithesilentkiller.html. Diakses tanggal 14 Juli
2017.
88
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBARAN KUESIONER
IDENTITAS
A. PENGETAHUAN RESPONDEN
a. Kuman (2)
b. Virus (0)
b. Influenza (0)
c. Varicella-zoster (0)
a. Udara (2)
karena :
pagi-sewaktu (2)
10. Dalam pengobatan TB Paru dibagi menjadi dua tahap, menurut Bapak/Ibu
dan benar ?
13. Menurut Bapak/Ibu untuk mencegah penularan penyakit TB Paru pada anak
a. Rifampisin (2)
b. CTM (0)
c. Antalgin (0)
15. Apa yang saudara ketahui tentang efek samping obat anti tuberkulosis
(OAT)?
PILIHAN JAWABAN
NO PERNYATAAN TIDAK
SETUJU SETUJU
1 0
1 Penyakit TBCmerupakan penyakit yang sangat
menular
2 Setiap orang batuk terus menerus lebih dari 2
minggu sebaiknya melakukan pemeriksaan
dahak
3 Dukungan keluarga sangat dibutuhkan dalam
pengobatan TB Paru
4 TB Paru dapat disembuhkan dengan minum
OAT teratur
5 Pembuangan dahak sebaiknya dalam pot
khusus dan diberi cairan sabun
6 Kebersihan lingkungan sangat perlu
diperhatikan
0 1
PILIHAN JAWABAN
NO PERTANYAAN YA TIDAK
1 0
1 Apakah lokasi Puskesmas mudah dijangkau dari
rumah Bapak/Ibu?
2 Apakah ada sarana transportasi yang dapat
Bapak/Ibu gunakan menuju Puskesmas ?
3 Apakah terdapat ruangan khusus untuk
pengobatan TB Paru ?
4 Apakah di Puskesmas tersedia laboratorium
untuk pemeriksaan dahak penderita TB Paru ?
PILIHAN JAWABAN
NO PERTANYAAN
YA TIDAK
1 0
1 Apakah Petugas Kesehatan pernah menjelaskan
tentang berapa lama pengobatan TB Paru ?
2 Apakah Petugas Kesehatan pernah menjelaskan
tentang jenis-jenis obat untuk pengobatan TB
Paru ?
3 Apakah Petugas Kesehatan pernah menjelaskan
tentang efek samping dari obat TB Paru ?
4 Apakah Petugas Kesehatan pernah memberikan
informasi tentang pentingnya pencegahan
penularan TB Paru terhadap orang lain ?
5 Apakah menurut Bapak/Ibu Petugas kesehatan
memberikan informasi tentang cara melakukan
pencegahan penularan TB Paru terhadap orang
lain ?
6 Apakah Petugas Kesehatan pernah memberikan
anjuran kepada Bapak/Ibu untuk melakukan
pencegahan penularan TB Paru ( pemakaian
masker dan pembuangan dahak dalam pot
khusus )?
7 Apakah Petugas Kesehatan memberikan
konseling setelah Bapak/Ibu menunjukkan hasil
pemeriksaan dahak Bapak/Ibu ?
PILIHAN JAWABAN
NO Upaya Pencegahan
YA TIDAK
1 0
1 Ketika batuk dan bersin mulut selalu ditutup
Jenis Kelamin
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Laki-laki 39 60.9 60.9 60.9
Perempuan 25 39.1 39.1 100.0
Total 64 100.0 100.0
Kategori Umur
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Muda (16-50 tahun) 16 25.0 25.0 25.0
Tua (>50) 48 75.0 75.0 100.0
Total 64 100.0 100.0
Pendidikan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Rendah (tidak Sekolah, 59 92,2 92,2 92,2
tamat SD, tamat SMP,
tamatSMA)
Tinggi (D3,Sarjana) 5 7,8 7,8 100.0
Total 64 100.0 100.0
Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Informal 59 92,2 92,2 92,2
(pedagang,petani,tidak
bekerja,IRT)
Formal (pegawai 5 7,8 7,8 100.0
swasta,pegawai negeri)
Total 64 100.0 100.0
Pengetahuan 2
Pengetahuan 3
Pengetahuan 4
Pengetahuan 5
Pengetahuan 7
Pengetahuan 8
Pengetahuan 9
Pengetahuan 10
Pengetahuan 12
Pengetahuan 13
Pengetahuan 14
Pengetahuan 15
Sikap 1
Sikap 2
Sikap 3
Sikap 4
Sikap 6
Sikap 7
Sikap 8
Sikap 9
Sikap 11
Sikap 12
Sikap 13
Sikap 14
Kategori Sikap
Tindakan 2
Tindakan 3
Tindakan 4
Tindakan 5
Tindakan 7
Tindakan 8
Tindakan 9
Tindakan 10
Kategori Tindakan
Perempuan Count 12 13 25
Total Count 18 46 64
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 64
d. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo results.
Kategori Tindakan
Total Count 18 46 64
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 64
d. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo results.
Kategori Tindakan
Total Count 18 46 64
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 64
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,41.
d. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo results.
Kategori Tindakan
Total Count 18 46 64
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 64
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,41.
d. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo results.
Kategori Tindakan
Kurang Count 9 36 45
Total Count 18 46 64
N of Valid Cases 64
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,34.
d. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo results.
Kategori Tindakan
Kurang Count 13 43 56
Total Count 18 46 64
d
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 64
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,25.
d. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo results.
Kategori Tindakan
Kurang Count 15 45 60
Total Count 18 46 64
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 64
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,13.
d. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo results.
Kategori Tindakan
Kurang Count 3 4 7
Total Count 17 46 63
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 63
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,89.
d. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo results.