Anda di halaman 1dari 149

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Kesehatan Masyarakat Skripsi Sarjana

2018

Pengetahuan Sikap dan Tindakan


Penderita TBC Paru terhadap Upaya
Pencegahan Penularan Penyakit TB
Paru di Kecamatan Padangsidimpuan
Tenggara Kota Padangsidimpuan
Tahun 2017

Batubara, Masdalimah
Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/8239
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PENGETAHUAN SIKAP DAN TINDAKAN PENDERITA TBC PARU
TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT TB
PARU DI KECAMATAN PADANGSIDIMPUAN TENGGARA
KOTA PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2017

SKRIPSI

OLEH
MASDALIMAH BATUBARA
NIM : 131000298

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PENGETAHUAN SIKAP DAN TINDAKAN PENDERITA TBC PARU
TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT TB
PARU DI KECAMATAN PADANGSIDIMPUAN TENGGARA
KOTA PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2017

Skripsi ini diajukan sebagai


salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH
MASDALIMAH BATUBARA
NIM : 131000298

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul

“PENGETAHUAN SIKAP DAN TINDAKAN PENDERITA TBC PARU

TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT TB

PARU DI KECAMATAN PADANGSIDIMPUAN TENGGARA KOTA

PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2017” ini beserta seluruh isinya adalah benar

hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan

dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam

masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau

sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya

pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak

lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, September 2018

Yang membuat pernyataan,

Masdalimah Batubara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRAK

Menurut WHO, Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh


bakteri mycobacterium tuberculosis, yang paling umum mempengaruhi paru-paru dan
ditularkan melalui udara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan,
sikap dan tindakan penderita TB Paru terhadap upaya pencegahan penularan penyakit
Tuberkulosis Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan
Tahun 2017.
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan metode penelitian
survey yang bersifat analitik dengan desain cross sectional yaitu untuk mengetahui
pengetahuan sikap dan tindakan penderita TB Paru terhadap upaya pencegahan
penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara
Kota Padangsidimpuan.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien penderita TB Paru yang
berobat di Puskesmas Pijorkoling pada bulan November 2017 sampai Januari 2018
yaitu berjumlah 64 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi
dijadikan subjek penelitian yang berjumlah 64 orang. Data dikumpulkan dengan
menggunakan kuesioner yang dianalisis secara univariat dengan mendeskripsikan
variabel-variabel univariat, secara bivariat dengan menggunakan uji chi-square.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh
signifikan terhadap upaya pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru adalah
variabel jenis kelamin (p = 0,005 < p = 0,05), pengetahuan (p = 0,023 < p = 0,05)
dan sikap (p = 0,029 < p = 0,05). Sedangkan variabel yang tidak berpengaruh adalah
variabel umur, pendidikan, pekerjaan, ketersediaan fasilitas kesehatan dan peran
petugas kesehatan.
Bagi penderita TB Paru diharapkan agar meningkatkan kesadaran dalam
menambah informasi mengenai upaya pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis
Paru.

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Tindakan Pencegahan TB paru

iii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRACT

According to WHO, tuberculosis is an infectious disease caused by the


bacterium mycobacterium tuberculosis, which most commonly affects the lungs and is
transmitted through the air. The purpose of this study was to determine the
knowledge, attitudes and actions of patients with pulmonary TB in an effort to
prevent transmission of pulmonary tuberculosis in the District of Padangsidimpuan
Southeast of the City of Padangsidimpuan in 2017.
This type of research is quantitative using analytical survey research method
with cross sectional design that is to determine the knowledge of attitudes and actions
of pulmonary TB patients to prevent transmission of pulmonary tuberculosis in the
District of Padangsidimpuan Southeast of Padangsidimpuan City.
The population in this study were all patients with pulmonary tuberculosis
who were treated at Pijorkoling Health Center in November 2017 to January 2018,
amounting to 64 people. The sample in this study is that the entire population is made
into research subjects totaling 64 people. Data were collected using a questionnaire
which was analyzed univariately by describing univariate variables, bivariately using
the chi-square test.
The results of this study indicate that the variables that have a significant
influence on efforts to prevent pulmonary tuberculosis transmission are sex variables
(p = 0.005 <p = 0.05), knowledge (p = 0.023 <p = 0.05) and attitude (p = 0.029 <p
= 0.05). While the variables that have no effect are the variables of age, education,
occupation, availability of health facilities and the role of health workers.
Pulmonary TB sufferers are expected to increase awareness in adding
information about efforts to prevent transmission of pulmonary tuberculosis.

Keywords: Knowledge, Attitude, Preventive Measures of pulmonary TB

iv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT serta shalawat beriring

salam bagi Rasulullah SAW karena rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGETAHUAN, SIKAP, DAN

TINDAKAN PENDERITA TBC PARU TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN

PENULARAN PENYAKIT TB PARU DI KECAMATAN

PADANGSIDIMPUAN TENGGARA KOTA PADANGSIDIMPUAN TAHUN

2017” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan

Masyarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan

bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Untuk

itu, disampaikan rasa terimakasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu S.H, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara

2. Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Lita Sri Andayani SKM., M.Kes, selaku Ketua Departemen Pendidikan

Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara .

4. Dra. Syarifah, MS dan Dr. Drs. R. Kintoko R, MKM, selaku Pembimbing yang

telah memberikan bimbingan, arahan dan saran-saran kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5. Dr. Lita Sri Andayani, SKM., M.Kes dan Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes, selaku

Dosen Penguji yang telah memberikan bimbingan, arahan petunjuk dan saran-

saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen dan Staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara khususnya di Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku.

7. Ernawati Nasution, SKM, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik Penulis.

8. Kepala Puskesmas yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan

penelitian.

9. Kedua orangtua terkasih dan teristimewa Bapak tersayang Soritua Batubara,

Ibunda tercinta Nurasiah Dalimunthe, serta adik Abdul Majid dan Muhammad

Iswan, yang senantiasa memberikan dukungan doa, moral, kasih sayang, cinta,

perhatian semangat spiritual dan juga material yang tiada batasnya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Sahabat-sahabatku sekaligus keluarga keduaku Mulyani Ilyas SPd, Siti Hotmaida

Pohan dan Sakinah Nasution terimakasih untuk waktu dan motivasinya dalam

pengerjaan skripsi ini sampai selesai.

11. Rekan-rekan seperjuangan di Peminatan Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku

terkhusus Jois Fransiska Ginting, Maslinda Hasibuan, Ayu andina, Delima Darma

Tanjung, Seri Rahmadhani, Selvia Febri terimakasih untuk waktu, tenaga, fikiran

dan motivasinya dalam pengerjaan skripsi ini sampai selesai.

vi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12. Teman-teman FKM USU angkatan 2013 Rahmah, Intan, Futri, Jamilah dan

kelompok 54 PBL Sari, Nadia, Ade, Chris terimakasih atas dukungan dan

motivasinya dalam pengerjaan skripsi ini sampai selesai.

13. Terkhusus kepada Pak Warsito terimakasih atas segala dukungan, bantuan dan

motivasinya dalam pengerjaan skripsi ini sampai selesai.

14. Semua pihak yang telah berjasa dan tidak dapat disebutkan satu persatu atas

bantuan dan kerja samanya dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih

banyak terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kemampuan yang penulis

miliki, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik serta saran yang membangun

demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis berdoa semoga bantuan dan bimbingan yang telah

diberikan oleh semua pihak mendapat balasan dari Allah SWT, penulis

mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi

pembaca umumnya.

Medan, September 2018

Penulis

Masdalimah Batubara

vii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI................................. i


HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ ii
ABSTRAK ...................................................................................................... iii
ABSTRACT ..................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xv
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ xvi

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1


1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7
1.3.1 Tujuan Umum .................................................................................. 7
1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................................ 8
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 10


2.1 Perilaku Kesehatan ................................................................................... 10
2.2 Pengetahuan ............................................................................................. 10
2.2.1 Pengertian Pengetahuan ................................................................. 10
2.2.2 Jenis Pengetahuan ........................................................................... 12
2.2.3 Tingkatan Pengetahuan.................................................................... 12
2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan............................ 13
2.3 Sikap ....................................................................................................... 14
2.3.1 Pengertian Sikap .............................................................................. 14
2.3.2 Komponen Pokok Sikap ................................................................. 15
2.3.3 Tingkatan Sikap ............................................................................... 16
2.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap ...................................... 17
2.4 Tindakan .................................................................................................. 18
2.5 Tuberkulosis ............................................................................................ 19
2.5.1 Pengertian dan Sejarah ................................................................... 19
2.5.2 Etiologi ........................................................................................... 20
2.5.3 Cara Penularan ............................................................................... 20
2.5.4 Resiko Penularan ........................................................................... 21
2.5.5 Tanda dan Gejala ........................................................................... 21

viii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.5.6 Klasifikasi Tuberkulosis ................................................................ 23
2.5.7 Klasifikasi Penderita Berdasarkan Riwayat Pengobatan
Menurut Departemen Kesehatan RI (2011) ................................... 24
2.5.8 Diagnosis TB Paru ......................................................................... 25
2.5.9 Pengobatan .................................................................................... 26
2.5.10Pencegahan .................................................................................... 28
2.5 Landasan Teori ......................................................................................... 32
2.6 Kerangka Teori ........................................................................................ 34
2.8 Kerangka Konsep ..................................................................... ............... 36

BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 37


3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................ 37
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................... 37
3.2.1 Lokasi Penelitian ............................................................................ 37
3.2.2 Waktu Penelitian ............................................................................ 37
3.3 Populasi dan Sampel ................................................................................. 37
3.3.1 Populasi .......................................................................................... 37
3.3.2 Sampel ............................................................................................. 38
3.4 Metode Pengumpulan Data ...................................................................... 38
3.4.1 Data Primer ..................................................................................... 38
3.4.2 Data Skunder .................................................................................. 38
3.5 Defenisi Operasional ................................................................................ 38
3.5.1 Variabel Independen ...................................................................... 38
3.5.2 Variabel Dependen ......................................................................... 40
3.6 Metode Pengukuran .................................................................................. 40
3.6.1 Variabel Independen ....................................................................... 40
3.6.2 Variabel Dependen ......................................................................... 43
3.7 Metode Analisa Data ............................................................................... 44
3.7.1 Analisis Univariat ............................................................ .............. 44
3.7.2 Analisis Bivariat .............................................................. .............. 44

BAB IV HASIL PENELITIAN..................................................................... 45


4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ......................................................... 45
4.2 Hasil Univariat .......................................................................................... 46
4.2.1 Karakteristik Responden.................................................................. 46
4.2.2 Variabel Predisposisi Pada Penderita TB Paru Terhadap Upaya
Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan
Padangsidimpun Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017 .... 47
4.2.2.1 Pengetahuan....................................................................... 47
4.2.2.2 Sikap ................................................................................. 50
4.3 Hasil Uji Bivariat ...................................................................................... 56
4.3.1 Hubungan Karakteristik Individu Penderita TB Paru Terhadap
Upaya Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru di

ix

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan
Tahun 2017 ...................................................................................... 56
4.3.2 Hubungan Pengetahuan Penderita TB Paru Terhadap Upaya
Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan
Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017 .. 61
4.3.3 Hubungan Sikap Penderita TB Paru Terhadap Upaya Pencegahan
Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan
Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017 .. 62
4.3.4 Hubungan Ketersediaan Fasilitas Kesehatan Dengan Tindakan
Penderita TB Paru Terhadap Upaya Pencegahan Penularan
Penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan Padangsidimpuan
Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017................................ 63
4.3.5 Hubungan Peran Petugas Kesehatan Dengan Tindakan Penderita
TB Paru Terhadap Upaya Pencegahan Penularan Penyakit
Tuberkulosis Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara
Kota Padangsidimpuan Tahun 2017................................................ 64

BAB V PEMBAHASAN ................................................................................ 66


5.1 Distribusi Univariat .................................................................................. 66
5.1.1 Karakteristik Penderita TB Paru Terhadap Upaya Pencegahan
Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru ............................................ 66
5.1.2 Pengetahuan Penderita TB Paru Dalam Upaya Pencegahan
Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru ......................................... 68
5.1.3 Sikap Penderita TB Paru Dalam Upaya Pencegahan Penularan
Penyakit Tuberkulosis Paru ............................................................ 70
5.1.4 Ketersediaan Fasilitas Kesehatan Dalam Upaya Pencegahan
Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru ........................................... 71
5.1.5 Peran Petugas Kesehatan Dalam Upaya PencegahanPenularan
Penyakit Tuberkulosis Paru ............................................................ 72
5.2 Distribusi Bivariat .................................................................................... 73
5.2.1 Hubungan Karakteristik Penderita TB Paru Terhadap Upaya
Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru.................... 73
5.2.2 Hubungan Pengetahuan Penderita TB Paru Terhadap Upaya
Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru ................... 78
5.2.3 Hubungan Sikap Penderita TB Paru Terhadap Upaya Pencegahan
Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru ........................................... 80
5.2.4 Hubungan Ketersediaan Fasilitas Kesehatan Terhadap Upaya
Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru ................... 81
5.2.5 Hubungan Peran Petugas Kesehatan Terhadap Upaya Pencegahan
Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru ........................................... 83

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 85
6.1 Kesimpulan ............................................................................................... 85
6.2 Saran ......................................................................................................... 86

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 88


LAMPIRAN

xi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Penderita TB Paru di


Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota
Padangsidimpuan Tahun 2017.................................................... 46

Tabel 4.2 Distribusi Pengetahuan Responden Penderita TB Paru di


Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota
Padangsidimpuan Tahun 2017.................................................... 47

Tabel 4.3 Distribusi Kategori Pengetahuan Penderita TB Paru di


Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padagsidimpuan
Tahun 2017 ................................................................................. 49

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Uraian Jawaban Sikap Responden


Penderita TB Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara
Kota Padangsidimpuan Tahun 2017 .......................................... 50

Tabel 4.5 Distribusi Kategori Sikap Responden Penderita TB Paru di


Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota
Padangsidimpuan Tahun 2017.................................................... 51

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Ketersediaan


Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara
Kota Padangsidimpuan Tahun 2017 .......................................... 52

Tabel 4.7 Distribusi Kategori Ketersediaan Fasilitas Kesehatan di


Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota
Padangsidimpuan Tahun 2017 ................................................... 52

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Peran Petugas


Kesehatan di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota
Padangsidimpuan Tahun 2017 ................................................... 53

Tabel 4.9 Distribusi Kategori Peran Petugas Kesehatan di Kecamatan


Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun
2017 ............................................................................................ 54

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Dalam Upaya


Pencegahan Penularan Penyakit TB Paru di Kecamatan
Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun
2017 ........................................................................................... 54

xii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 4.11 Distribusi Kategori Tindakan Responden Penderita TB Paru
Dalam Upaya Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis
Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota
Padangsidimpuan Tahun 2017 ................................................... 56

Tabel 4.12 Hubungan Jenis Kelamin Dengan Tindakan Penderita TB Paru


Terhadap Upaya Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis
Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota
Padangsidimpuan Tahun 2017 ................................................... 57

Tabel 4.13 Hubungan Umur Dengan Tindakan Penderita TB Paru


Terhadap Upaya Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis
Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota
Padangsidimpuan Tahun 2017 ................................................... 58

Tabel 4.14 Hubungan Pendidikan Dengan Tindakan Penderita TB Paru


Terhadap Upaya Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis
Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota
Padangsidimpuan Tahun 2017.................................................... 59

Tabel 4.15 Hubungan Pekerjaan Dengan Tindakan Penderita TB Paru


Terhadap Upaya Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis
Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota
Padangsidimpuan Tahun 2017.................................................... 60

Tabel 4.16 Hubungan Pengetahuan Dengan Tindakan Penderita TB Paru


Terhadap Upaya Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis
Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota
Padangsidimpuan Tahun 2017.................................................... 61

Tabel 4.17 Hubungan Sikap Dengan Tindakan Penderita TB Paru


Terhadap Upaya Pencegahan Penularan Penyakit TB Paru di
Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota
Padangsidimpuan Tahun 2017.................................................... 62

Tabel 4.18 Hubungan Ketersediaan Fasilitas Kesehatan Dengan Tindakan


Penderita TB Paru Terhadap Upaya Pencegahan Penularan
Penyakit TB Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara
Kota Padangsidimpuan Tahun 2017 ........................................... 63

xiii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 4.19 Hubungan Peran Petugas Kesehatan Dengan Tindakan
Penderita TB Paru Terhadap Upaya Pencegahan Penularan
Penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan Padangsidimpuan
Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017........................... 64

xiv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Landasan Teori ........................................................................ 33

Gambar 2.2 Kerangka Teori Green (Notoatmodjo 2012) ........................... 35

Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian.................................................... 36

xv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian

Lampiran 2 Output SPSS

Lampiran 3 Surat Permohonan Izin Penelitian dari FKM USU

Lampiran 4 Surat Rekomendasi Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan Daerah


Kota Padangsidimpuan

Lampiran 5 Surat Izin Penelitian dari Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik
Daerah Kota Padangsidimpuan

Lampiran 6 Surat Izin Penelitian dari Puskesmas Pijorkoling Kota


Padangsidimpuan

xvi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Masdalimah Batubara, dilahirkan pada tanggal 02 Juli

1995 di Muaratais III. Beragama Islam, dan merupakan anak ketiga dari lima

bersaudara dari pasangan Ayahanda Soritua Batubara dan Ibunda Nurasiah

Dalimunthe. Alamat penulis berada di Desa Hutaholbung Kecamatan Batang

Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan Provinsi Sumatera Utara.

Pendidikan formal penulis dimulai di TK SKB Pintu Padang pada tahun

2000 dan selesai pada tahun 2001, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah

Dasar Negeri No. 100100 Basilam Baru pada tahun 2001 dan selesai pada tahun

2007, penulis melanjutkan pendidikan di SMP Swasta Galih Agung Deli Serdang

pada tahun 2007 dan selesai pada tahun 2010, kemudian penulis melanjutkan

pendidikan di SMA Swasta Galih Agung Deli Serdang pada tahun 2010 dan

selesai pada tahun 2013. Pada tahun 2013 penulis melanjutkan pendidikan S1 di

Universitas Sumatera Utara, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Program Studi Ilmu

Kesehatan Masyarakat dan selesai pada tahun 2018.

xvii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri

mycobacterium tuberculosis, yang paling umum mempengaruhi paru-paru.

Penyakit ini ditularkan dari orang ke orang melalui cairan dari tenggorokan dan

paru-paru seseorang dengan penyakit pernapasan aktif (WHO, 2012).

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh

kuman mycrobacterim tuberculosis yang ditemukan oleh Roberth Koch pada

tahun 1882 melalui penelitiannya. Kuman tersebut dianggap paling berbahaya

dalam dunia kesehatan yang menyerang paru-paru, kuman mycrobacterium

tuberculosis juga menyerang luar paru seperti kelenjar getah bening (kelenjar),

kulit, usus/saluran pencernaan, selaput otak, dan tulang (Somantri,2009).

Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan

oleh kuman TB (Mycrobacterium tuberculosis). Gejala utama adalah batuk

selama 2 minggu atau lebih, batuk disertai dengan gejala tambahan yaitu dahak,

dahak bercampur darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun,

malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam lebih dari 1 bulan.

(Riskesdas,2013).

Berdasarkan World Health Organization (WHO) pada tahun 2015 jumlah

kasus baru Tuberkulosis (TBC) terdapat 10,4 juta kasus TBC di dunia, meningkat

dari tahun sebelumnya hanya 9,6 juta kasus. . Indonesia merupakan negara dengan

beban TB tertinggi kedua negara di dunia setelah India. Adapun jumlah temuan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2

TBC terbesar adalah di India sebanyak 2,8 juta kasus, Indonesia sebanyak 1,02

juta kasus dan Tiongkok sebanyak 918 ribu kasus. Jumlah kasus terdiri dari 56%

laki-laki, 34% wanita dan 10% anak-anak. Tuberkulosis termasuk 10 penyakit

penyebab kematian tertinggi di dunia. (WHO,Global Tuberculosis Report,2016).

Pada tahun 2016 ditemukan jumlah kasus tuberkulosis di Indonesia

sebanyak 351.893 kasus, meningkat bila dibandingkan semua kasus tuberkulosis

yang ditemukan pada tahun 2014 yang sebesar 330.729 kasus. Menurut jenis

kelamin, jumlah kasus pada laki-laki lebih tinggi daripada perempuan yaitu 1,4

kali dibandingkan pada perempuan. Pada masing-masing provinsi di seluruh

Indonesia kasus lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan.

Menurut kelompok umur, kasus tuberkulosis pada tahun 2015 paling banyak

ditemukan pada kelompok umur 25-34 tahun yaitu sebesar 18,07% diikuti

kelompok umur 45-54 tahun sebesar 17,25% dan pada kelompok umur 35-44

tahun sebesar 16,81% (Kemenkes RI,2017).

Berdasarkan jumlah penduduk tahun 2014 diperhitungkan sasaran

penemuan kasus baru TB Paru BTA (+) di Provinsi Sumatera Utara adalah

sebesar 22.026 jiwa dan hasil cakupan penemuan kasus baru TB Paru BTA (+)

yaitu 11.818 kasus atau 76,35%. Angka ini mengalami kenaikan bila

dibandingkan dengan cakupan penemuan kasus baru tahun 2013 sebesar 72,29%

namun lebih rendah bila dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar 82,57% dan

tahun 2011 sebesar 76,57% (Profil Kesehatan Sumatera Utara,2014).

Hasil survei prevalensi TB (2004) mengenai pengetahuan, sikap dan

perilaku menunjukkan bahwa 96% keluarga merawat anggota keluarga yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

menderita TB dan hanya 13% yang menyembunyikan keberadaan mereka.

Keluarga yang pernah mendengar tentang TBC 76% dan 85% mengetahui bahwa

TBC dapat disembuhkan, akan tetapi hanya 26% yang dapat menyebutkan dua

tanda dan gejala utama TB. Cara penularan TB dipahami oleh 51% keluarga dan

hanya 19% yang mengetahui bahwa tersedia obat TBC gratis (Depkes RI,2011).

Dari hasil survei tersebut menunjukkan bahwa masih ada keluarga yang belum

memiliki pengetahuan yang cukup tentang penyakit tuberkulosis.

Hasil survei pada tahun 2004 tersebut juga mengungkapkan pola pencarian

pelayanan kesehatan. Apabila terdapat anggota keluarga yang mempunyai gejala

TBC, 66% akan memilih berkunjung ke Puskesmas, 49% ke dokter praktik

swasta, 42% ke rumah sakit pemerintah, 14% ke rumah sakit swasta dan sebesar

11% ke bidan atau perawat praktik swasta. Namun pada responden yang pernah

menjalani pengobatan TBC, tiga Fasilitas Pelayanan Kesehatan (FPK) utama yang

digunakan adalah rumah sakit, puskesmas dan praktik dokter swasta.

Keterlambatan dalam mengakses fasilitas DOTS (Directly Observed Treatment,

Shorcourse chemotherapy) untuk diagnosis dan pengobatan TBC merupakan

tantangan utama di Indonesia dengan wilayah geografis yang sangat luas (Depkes

RI,2011).

Hasil penelitian Media (2010) menunjukkan pengetahuan sebagian

masyarakat mengenai tanda-tanda penyakit TBC relatif cukup baik, sikap

masyarakat masih kurang peduli terhadap akibat yang dapat ditimbulkan oleh

penyakit TBC, perilaku dan kesadaran sebagian masyarakat untuk memeriksakan

dahak dan menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan masih kurang, karena

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

mereka malu dan takut divonis menderita TBC. Hasil penelitian Astuti (2013)

menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan upaya

pencegahan penyakit TBC.

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan

sebagainya). Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui

penginderaan (telinga), dan indera penglihatan (mata). Sikap adalah juga respon

tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan

faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan senang tidak senang, setuju atau

tidak setuju, baik atau buruk, dan sebagainya (Notoatmodjo,2010).

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk

tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan yang baik apabila tidak

ditunjang dengan sikap yang positif yang diperlihatkan akan mempengaruhi

seseorang untuk berperilaku, seperti yang diungkapkan oleh Benyamin Bloom

(1908) dalam Notoatmodjo (2007) yang menyatakan bahwa domain dari perilaku

adalah pengetahuan, sikap dan tindakan.

Upaya pencegahan dan pemberantasan TB Paru dilakukan dengan

pendekatan DOTS (Directly Observed Treatment Shortcource Chemotherapy)

atau pengobatan TB Paru dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan

Obat (PMO). Kegiatan ini meliputi upaya penemuan penderita dengan

pemeriksaan dahak di sarana pelayanan kesehatan yang ditindaklanjuti dengan

paketpengobatan. Strategi pengendalian penyakit tuberkulosis dilaksanakan

dengan melibatkan semua unit pelayanan kesehatan baik Puskesmas, Rumah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

Sakit, Pustu, Klinik, Balai Pengobatan dan dokter praktek Swasta (DPS)

melaksanakan DOTS dalam penanggulangan TBC. Indikator untuk menilai

cakupan penemuan penderita minimal 83% dari perkiraan penderita baru BTA

positif (Profil Kesehatan Sumatera Utara,2015).

Pencegahan penyakit merupakan komponen penting dalam pelayanan

kesehatan. Perawatan pencegahan melibatkan aktivitas peningkatan kesehatan

termasuk program pendidikan kesehatan khusus yang dibuat untuk membantu

klien menurunkan risiko sakit, mempertahankan fungsi yang maksimal, dan

meningkatkan kebiasaan yang berhubungan dengan kesehatan yang baik (Perry &

Potter,2005). Upaya pencegahan penyakit tuberkulosis dilakukan untuk

menurunkan angka kematian yang disebabkan oleh penyakit tuberkulosis. Upaya

pencegahan tersebut terdiri dari menyediakan nutrisi yang baik, sanitasi yang

adekuat, perumahan yang tidak terlalu padat dan udara yang segar merupakan

tindakan yang efektif dalam pencegahan TBC (Francis,2011).

Upaya pencegahan penyakit TB Paru yang perlu dilakukan masyarakat

dan khususnya bagi keluarga penderita TB Paru adalah dengan membuka jendela

rumah setiap hari, menjemur kasur dan bantal secara teratur, pengidap TB Paru

diminta untuk menutup hidung dan mulutnya saat batuk atau bersin, minum obat

secara teratur sampai selesai, jangan meludah di sembarang tempat, dianjurkan

memakai masker atau penutup mulut apabila sedang dalam perjalanan, gunakan

tempat penampungan dahak seperti kaleng yang ditambahkan air sabun, cuci dan

bersihkan barang-barang yang digunakan penderita seperti alat makan dan minum

atau perlengkapan tidur (Kemenkes RI,2011).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

Pada tahun 2016 jumlah penemuan kasus penyakit TB Paru BTA (+) di

Kota Padangsidimpuan adalah 375 kasus meningkat bila dibandingkan dengan

tahun 2015 yaitu 89 kasus (Profil Kesehatan Kabupaten/Kota,2016). Diperkirakan

masih banyak kasus TB yang tidak terdata yang disebabkan tidak adanya

penanganan atau pengobatan karena masyarakat beranggapan bahwa TB Paru

adalah penyakit guna-guna atau biasa disebut “tarpangan”.

Kota Padangsidimpuan memiliki 9 Puskesmas yaitu Puskesmas

Padangmatinggi, Sadabuan, Sidakkal, Batunadua, Pijorkoling, Hutaimbaru, Pintu

Langit, Labuhan Rasoki dan Poken Jior. Puskesmas Pijorkoling terletak di

Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara dengan wilayah kerja terdiri dari 18

kelurahan. Data kasus penyakit TB Paru pada tahun 2016 yang tercatat di

Puskesmas Pijorkoling yaitu angka suspek sebanyak 750 orang dan kasus yang

ditangani berjumlah 104 orang. Terjadi peningkatan kasus bila dibandingkan

dengan tahun 2015 yaitu angka suspek 799 orang dan kasus yang ditangani

sebanyak 88 orang. Pada bulan Februari sampai April 2018 pasien penderita TB

Paru sebanyak 64 orang dengan suspek 516 orang. Dari hasil data menunjukkan

kasus TB Paru masih tinggi di Puskesmas Pijorkoling.

Berdasarkan survei pendahuluan peneliti, dari pernyataan beberapa

penderita TB Paru di Puskesmas Pijorkoling dapat diketahui bahwa penderita TB

Paru sangat beresiko terhadap penularan penyakit TB Paru. Salah satu penyebab

Penderita TB Paru sangat beresiko adalah karena Penderita saat bersin dan batuk

tidak menutup mulutnya baik dengan kertas tissue maupun lap tangan dan

membuang dahak di sembarangan tempat. Salah satu penderita TB Paru juga

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

mengakui bahwa 3 dari 5 anggota keluarganya positif TB Paru termasuk dia

sendiri. Penderita tidak mengetahui bagaimana pencegahan penularan terhadap

keluarga sehingga tidak ada perbedaan peralatan makan di dalam keluarga dan

tidak memakai masker ketika pergi keluar rumah. Dari hasil wawancara peneliti

dapatkan jawaban pengetahuan, sikap dan tindakan penderita TB Paru terhadap

pencegahan penularan penyakit TB Paru masih rendah dan penderita masih

berperilaku kurang bersih dan sehat.

Dari paparan di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang pengetahuan sikap dan tindakan penderita TB Paru terhadap upaya

pencegahan penularan penyakit TB Paru di Kecamatan Padangsidimpuan

Tenggara Kota Padangsidimpuan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka yang

menjadi perumusan masalah penelitian adalah bagaimanakah pengetahuan sikap

dan tindakan penderita TB Paru terhadap upaya pencegahan penularan penyakit

TB Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun

2017.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan,

sikap dan tindakan penderita TB Paru terhadap upaya pencegahan penularan

penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota

Padangsidimpuan Tahun 2017.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mendeskripsikan karakteristik penderita TB Paru (umur, jenis

kelamin, pendidikan, dan pekerjaan) di Kecamatan Padangsidimpuan

Tenggara Kota Padangsidimpuan.

2. Untuk mendeskripsikan pengetahuan penderita TB Paru terhadap upaya

pencegahan penularan penyakit TB Paru di Kecamatan Padangsidimpuan

Tenggara Kota Padangsidimpuan.

3. Untuk mendeskripsikan sikap penderita TB Paru terhadap upaya

pencegahan penularan penyakit TB Paru di Kecamatan Padangsidimpuan

Tenggara Kota Padangsidimpuan.

4. Untuk mendeskripsikan ketersediaan fasilitas kesehatan terhadap upaya

pencegahan penularan penyakit TB Paru di Kecamatan Padangsidimpuan

Tenggara Kota Padangsidimpuan.

5. Untuk mendeskripsikan peran petugas kesehatan terhadap upaya

pencegahan penularan penyakit TB Paru di Kecamatan Padangsidimpuan

Tenggara Kota Padangsidimpuan.

6. Untuk mengetahui hubungan karakteristik penderita TB Paru terhadap

upaya pencegahan penularan penyakit TB Paru di Kecamatan

Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan.

7. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan penderita TB Paru terhadap

upaya pencegahan penularan penyakit TB Paru di Kecamatan

Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

8. Untuk mengetahui hubungan sikap penderita TB Paru terhadap upaya

pencegahan penularan penyakit TB Paru di Kecamatan Padangsidimpuan

Tenggara Kota Padangsidimpuan.

9. Untuk mengetahui hubungan ketersediaan fasilitas kesehatan terhadap

upaya pencegahan penularan penyakit TB Paru di Kecamatan

Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan.

10. Untuk mengetahui hubungan peran petugas kesehatan terhadap upaya

pencegahan penularan penyakit TB Paru di Kecamatan Padangsidimpuan

Tenggara Kota Padangsidimpuan.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Lokasi Penelitian

Dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk mengoptimalisasikan

penanggulangan TB Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota

Padangsidimpuan.

2. Bagi Penulis

Memberi pengalaman dan kesempatan untuk melaksanakan penulisan

dengan metode yang benar, penulis mampu berpikir lebih baik dalam

memahami masalah serta melakukan analisis secara ilmiah dan sistematis.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan untuk penelitian

yang akan datang mengenai aspek lain tentang TB Paru.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku Kesehatan

Undang-Undang Kesehatan No.36 Tahun 2009 memberikan batasan:

kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial

yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

ekonomi. Sedangkan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan

bahwa kesehatan adalah keadaan sempurna baik fisik, mental, maupun sosial, dan

tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat.

Kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik, mental,

spiritual, dan sosial saja, tetapi juga diukur dari produktivitasnya dalam arti

mempunyai pekerjaan atau menghasilkan secara ekonomi. Bagi yang belum

memasuki usia kerja, anak dan remaja, atau bagi yang sudah tidak bekerja

(pensiun) atau usila (usia lanjut) berlaku produktif secara sosial, yakni

mempunyai kegiatan. Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang

(organisme terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan

penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan

(Notoatmodjo,2012).

2.2 Pengetahuan

2.2.1 Pengertian Pengetahuan

Kusrini (2009) mengungkapkan bahwa pengetahuan merupakan

kemampuan untuk membentuk model mental yang menggambarkan obyek dengan

tepat dan merepresentasikannya dalam aksi yang dilakukan terhadap suatu obyek.

10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan

sebagainya). Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera

pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata) (Notoatmodjo,2010).

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam terbentuknya

suatu tindakan. Dengan demikian terbentuknya perilaku terhadap seseorang

karena adanya pengetahuan yang ada pada dirinya terbentuknya suatu perilaku

baru, terutama yang ada pada orang dewasa dimulai pada domain kognitif. Dalam

arti seseorang terlebih dahulu diberi stimulus yang berupa informasi tentang

upaya pencegahan penyakit TBC sehingga menimbulkan pengetahuan yang baru

dan selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap pada orang

tersebut terhadap informasi upaya pencegahan penyakit TBC yang diketahuinya.

Akhirnya rangsangan yakni informasi upaya pencegahan penyakit TBC yang telah

diketahuinya dan disadari sepenuhnya tersebut akan menimbulkan respon lebih

jauh lagi yaitu berupa tindakan atau sehubungan dengan stimulus atau informasi

upaya pencegahan penyakit TBC (Notoatmodjo,2007).

Djannah (2009) dalam penelitiannya di Yogyakarta mengungkapkan

bahwa semakin tinggi pengetahuan terhadap suatu objek maka akan semakin baik

pula sikap seseorang terhadap objek tersebut. Pengetahuan dan pemahaman

seseorang tentang penyakit tuberkulosis dan pencegahan penularannya memegang

peranan penting dalam keberhasilan upaya pencegahan penularan penyakit

tuberkulosis. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang di

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

dasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak

didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo,2007).

2.2.2 Jenis Pengetahuan

Budiman (2013) menjelaskan bahwa jenis pengetahuan di antaranya

sebagai berikut:

1. Pengetahuan Implisit

Merupakan pengetahuan yang masih tertanam dalam bentuk pengalaman

seseorang dan berisi faktor-faktor yang tidak bersifat nyata, seperti

keyakinan pribadi, perspektif, dan prinsip.

2. Pengetahuan Eksplisit

Merupakan pengetahuan yang telah disimpan dalam wujud nyata, bisa

dalam wujud perilaku kesehatan.

2.2.3 Tingkatan Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan yang tercakup dalam domain

kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan, yaitu :

1. Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya, mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik

dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami (comprehension), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (aplication), diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

4. Analisis (analysis), adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam

satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis), menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru.

6. Evaluasi (evaluation), ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Budiman (2013) menjelaskan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

terbentuknya pengetahuan adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin mudah menerima

informasi sehingga banyak pula pengetahuan yang dimiliki.

2. Informasi/media massa

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun nonformal

dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan

perubahan atau peningkatan pengetahuan. Adanya informasi baru

mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi

terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.

3. Sosial, budaya, dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan seseorang tanpa melalui penalaran

sehingga akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu

fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu sehingga status sosial

ekonomi ini akan memengaruhi pengetahuan seseorang.

4. Lingkungan

Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke

dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi

karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak, yang akan direspon

sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

5. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi

masa lalu.

6. Usia

Usia memengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin

bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola

pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

2.3 Sikap

2.3.1 Pengertian Sikap

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek

tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan

senang tidak senang, setuju tidak setuju, baik tidak baik, dan sebagainya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

Menurut Newcomb, yang dikutip Notoatmodjo (2010) salah seorang ahli

psikologi sosial menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan

untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dengan kata

lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan

tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup.

Sikap dalam hal ini merupakan sikap seseorang dalam menghadapi

penyakit tuberkulosis dan upaya pencegahannya. Sikap merupakan

kecenderungan seseorang untuk menginterpretasikan sesuatu dan bertindak atas

dasar hasil interpretasi yang diciptakannya. Sikap seseorang terhadap sesuatu

dibentuk oleh pengetahuan, antara lain nilai-nilai yang diyakini dan norma-norma

yang dianut. Untuk dapat mempengaruhi seseorang, informasi perlu disampaikan

secara perlahan-lahan dan berulang-ulang dengan memperlihatkan keuntungan

dan kerugiannya bila mengadopsi informasi tersebut (Kurniasari,2008).

2.3.2 Komponen Pokok Sikap

Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2012) menjelaskan bahwa sikap itu

mempunyai 3 komponen pokok :

1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

3. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh

(total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran,

keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Suatu contoh, seorang ibu

telah mendengar penyakit TB paru (penyebabnya, akibatnya, pencegahannya, dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

sebagainya). Pengetahuan ini akan membawa ibu untuk berpikir dan berusaha

supaya anaknya tidak terkena penyakit TB paru. Dalam berpikir ini komponen

emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga ibu tersebut berniat untuk melakukan

pencegahan agar anaknya tidak terkena penyakit TB paru. Ibu ini mempunyai

sikap tertentu terhadap objek yang berupa penyakit TB paru.

Budiman (2013) menjelaskan bahwa komponen utama sikap adalah

sebagai berikut:

1. Kesadaran

2. Perasaan

3. Perilaku

2.3.3 Tingkatan Sikap

Seperti halnya pengetahuan, Notoatmodjo (2007) membagi sikap dalam

berbagai tingkatan, yaitu :

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (objek).

2. Menanggapi (responding)

Memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang

dihadapi.

3. Menghargai (valuing)

Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif

terhadap objek atau stimulus. Dalam arti membahasnya dengan orang lain

bahkan mengajak atau mempengaruhi orang lain merespon.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi tindakannya.

2.3.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Sikap

Azwar (2013) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

adalah:

1. Pengalaman pribadi

Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan

mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan

menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap, untuk dapat mempunyai

pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis.

2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial

yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting,

akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu.

3. Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar

terhadap pembentukan sikap kita. Tanpa kita sadari, kebudayaan telah

menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah.

4. Media massa

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi,

radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar

dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Pesan-pesan sugestif

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

yang dibawa informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar

efektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap

tertentu.

5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai

pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan

dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu, pemahaman akan

baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan yang tidak

boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta

ajaran-ajarannya.

6. Pengaruh faktor emosional

Tidak semua bentuk sikap yang ditentukan oleh situasi lingkungan dan

pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang suatu bentuk sikap

merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai

semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme

pertahanan ego.

2.4 Tindakan (practice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt

behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan

faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah

fasilitas. Praktik ini mempunyai beberapa tingkatan antara lain :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

1. Respons terpimpin (guided response) yaitu dapat melakukan sesuatu

sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh merupakan

indikator praktik tingkat pertama.

2. Mekanisme (mecanism) yaitu apabila seseorang telah dapat melakukan

sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan

kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik tingkat kedua.

3. Adopsi (adoption) yaitu suatu praktik atau tindakan yang sudah

berkembang dengan baik. Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasikannya

tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

2.5 TUBERKULOSIS

2.5.1 Pengertian dan Sejarah

Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri

mycobacterium tuberculosis, yang paling umum mempengaruhi paru-paru.

Penyakit ini ditularkan dari orang ke orang melalui cairan dari tenggorokan dan

paru-paru seseorang dengan penyakit pernapasan aktif (WHO, 2012).

TBC adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru.

Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termasuk meninges,

ginjal, tulang, dan nodus limfe. Agens infeksius utama, Mycobacterium

tuberculosis, adalah batang aerobik tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan

sensitif terhadap panas dan sinar ultraviolet (Smeltzer, 2002).

Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang sebagian besar

disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberculosis. Kuman tersebut biasanya

masuk ke dalam paru, kemudian kuman tersebut dapat menyebar dari paru ke

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

bagian tubuh lain melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfa, melalui

saluran pernafasan (bronchus) atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh

lainnya (Notoatmodjo,2011).

Kuman penyebab TBC (mycobacterium tuberculosis) ditemukan pertama

kali pada tahun 1882 oleh Robert Koch, sedangkan vaksin BCG ditemukan pada

tahun 1921. Kemudian pada tahun 1994 ditemukan streptomisin sebagai obat

pertama anti TBC, kemudian disusul INH pada tahun 1949. Penyakit TBC muncul

kembali kepermukaan dengan meningkatnya kasus TBC di negara-negara maju

atau industri pada tahun 1990. Selain itu, peningkatan kasus TBC sebagai

reemerging disease dipengaruhi pula dengan terjadinya penyebaran infeksi

HIV/AIDS. Saat ini di seluruh dunia terdapat 8 juta kasus terinfeksi dan 3 juta

kasus meninggal. TBC umumnya menyerang golongan usia produktif dan

golongan sosial ekonomi rendah sehingga berdampak pada pemberdayaan sumber

daya manusia yg dapat menghambat pertumbuhan ekonomi negara.

2.5.2 Etiologi

Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap

asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai basil tahan asam

(BTA). Kuman TBC cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat

hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh

kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama beberapa hari.

2.5.3 Cara Penularan

Sumber penularan adalah TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin,

pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

(dropletnuclel). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.

Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam

waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi percikan, sementara sinar matahari

langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam

dalam keadaan yang lembab dan gelap. Daya penularan seorang pasien ditentukan

oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat

kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut. Faktor yang

memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi dalam

udara dan lamanya menghirup udara tersebut (Depkes,2011).

2.5.4 Resiko Penularan

Resiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak

pasien TB Paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan resiko penularan

lebih besar daripada TB Paru dengan BTA negatif. Resiko penularan setiap tahun

ditunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis Infection (ARTI) yaitu proporsi

penduduk yang beresiko terinfeksi TB selama satu tahun. ARTI sebesar 1%,

berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000 penduduk terinfeksi setiap tahun.

Menurut WHO ARTI Indonesia bervariasi antar 1-3%. Infeksi TB dibuktikan

dengan perubahan reaksi tuberculin negative menjadi positif (Depkes,2011).

2.5.5 Tanda dan Gejala

Somantri (2009) menjelaskan keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis

dapat bermacam-macam keluhan dan keluhan yang sering muncul adalah :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

1. Demam

Biasanya subfebris menyerupai demam influenza tetapi kadang mencapai

40 ° - 41 ℃ yang hilang timbul sehingga pasien merasa tidak pernah

terbebas dari serangan demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi

oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi mycobacterium

tuberculosis yang masuk.

2. Batuk

Gejala ini banyak ditemukan. Terjadi karena adanya iritasi pada bronkus,

sebagai reaksi tubuh untuk membuang atau mengeluarkan produksi

radang. Karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama,

mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan

paru yakni setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan

bermula. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non produktif) kemudian

setelah timbul peradangan menjadi batuk purulen (menghasilkan sputum)

timbul dalam jangka waktu lama (lebih dari 3 minggu). Keadaan yang

lanjut adalah berupa batuk darah pada tuberkulosis karena terdapat

pecahnya pembuluh darah. Kebanyakan batuk darah ini terjadi pada

kavitas dan terjadi pada ulkus dinding bronkus.

3. Sesak nafas

Pada penyakit ringan belum ditemukan atau dirasakan. Sesak akan terjadi

pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi

setengah bagian paru-paru.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

4. Nyeri dada

Gejala ini jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah

sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua

pleura sewaktu klien menarik atau melepaskan nafasnya.

5. Malaise

Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala ini sering

ditemukan seperti anoreksia tidak nafsu makan, badan makin kurus (berat

badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam. Gejala

malaise makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak

teratur.

6. Pada atelektasis terdapat gejala berupa : sianosis, sesak nafas, dan kolaps.

Bagian dada klien tidak bergerak pada saat bernafas dan jantung terdorong

ke sisi yang sakit. Pada rontgen dada tampak bayangan hitam pada sisi

yang sakit dan diafragma menonjol ke atas.

2.5.6 Klasifikasi Tuberkulosis

Tuberkulosis dibedakan menjadi dua menurut organ tubuh (anatomical

site) yang terkena, yaitu :

1. Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan

(parenkim) paru tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada

hilus. Tuberkulosis dibedakan menjadi dua macam yaitu :

a) Tuberkulosis paru BTA positif (sangat menular)

- Sekurang-kurangnya 2 dari 3 pemeriksaan dahak, memberikan hasil

yang positif.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

- Satu pemeriksaan dahak memberikan hasil yang positif dan foto

rontgen dada menunjukkan tuberkulosis aktif.

b) Tuberkulosis paru BTA negatif

Pemeriksaan dahak negatif, foto rontgen dada menunjukkan

tuberkulosis aktif. Positif negatif yang dimaksudkan disini adalah

“hasilnya meragukan”, jumlah kuman yang ditemukan pada waktu

pemeriksaan belum memenuhi syarat positif (Yoannes,2008).

2. Tuberkulosis extra paru adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh

lain selain paru, misalnya lymfa, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal,

saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain (Depkes RI,2011).

2.5.7 Klasifikasi Penderita Berdasarkan Riwayat Pengobatan menurut

Departemen Kesehatan RI (2011)

1. Kasus baru

Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah

minum OAT kurang dari satu bulan (4 minggu). Pemeriksaan BTA bisa

positif atau negatif.

2. Kasus yang sebelumnya diobati

a. Kasus kambuh (Relaps)

Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat

pengobatan tuberkulosis dan dinyatakan sembuh atau pengobatan

lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan/kultur).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

b. Kasus setelah putus berobat (Default)

Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat setelah 2 bulan atau

lebih dengan BTA positif.

c. Kasus setelah gagal (Failure)

Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau

kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama

pengobatan.

3. Kasus pindahan (Transfer In)

Adalah pasien yang dipindahkan keregister lain untuk melanjutkan

pengobatannya.

4. Kasus lain :

Adalah kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas, seperti yang

a. Tidak diketahui riwayat pengobatan sebelumnya

b. Pernah diobati tetapi tidak diketahui hasil pengobatannya

c. Kembali diobati dengan BTA negatif

2.5.8 Diagnosis TB Paru

Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu

sewaktu-pagi-sewaktu (SPS). Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan

dan ditemukan kuman TB. Pada program TB Nasional penemuan BTA melalui

pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain

seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang

diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya. Tidak dibenarkan mendiagnosis

TB hanya berdasarkan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

gambaran yang khas pada TB Paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis (Depkes

RI,2011).

2.5.9 Pengobatan

Pengobatan TB terutama berupa pemberian obat anti mikroba yang

diberikan dalam jangka waktu lama. Obat-obatan ini juga dapat digunakan untuk

mencegah timbulnya penyakit klinis pada seseorang yang sudah terjangkit infeksi.

Departemen Kesehatan RI (2011) menjelaskan prinsib-prinsib pengobatan

tuberkulosis adalah sebagai berikut :

1. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam

jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan

gunakan OAT tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT - Kombinasi

Dosis Tetap (OAT_KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.

2. Untuk menjamin kebersihan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan

langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang pengawas

Menelan Obat (PMO).

3. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.

a. Tahap awal (Intensif)

- Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu

diawasi secara langsung untuk terjadinya resisten obat.

- Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat,

biasanya pasien menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2

minggu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

- Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif

(konversi) dalam 2 bulan.

b. Tahap lanjutan

- Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun

dalam jangka waktu yang lebih lama.

- Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman pesister sehingga

mencegah terjadinya kekambuhan.

Menurut Departemen Kesehatan RI (2011), persyaratan PMO adalah

seseorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui, baik oleh petugas kesehatan

maupun penderita, selain itu harus disegani dan dihormati oleh penderita, bersedia

membantu penderita dengan sukarela. Selain itu, bersedia dilatih dan atau

mendapat penyuluha bersama-sama dengan penderita. Sebaiknya PMO adalah

petugas kesehatan, misalnya bidan desa, perawat, pekarya, sani tarian, juru

imunisasi, dan lain-lain. Bila tidak ada petugas kesehatan yang memungkinkan,

PMO dapat berasal dari keder kesehatan, guru, anggota PPTI, PKK, atau tokoh

masyarakat lainnya atau anggota keluarga.

Adapun tugas PMO adalah mengawasi penderita TB Paru agar menelan

obat secara teratur sampai selesai pengobatan, memberi dorongan kepada

penderita agar mau berobat teratur, mengingatkan penderita untuk periksa ulang

dahak pada waktu yang telah ditentukan, memberi penyuluhan pada anggota

keluarga penderita TB Paru yang mempunyai gejala-gejala mencurigakan TB

untuk segera memeriksakan diri ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

2.5.10 Pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan baik perorangan maupun kelompok. Tujuan

mendeteksi dini seseorang dengan infeksi TB adalah untuk mengidentifikasi siapa

saja yang akan memperoleh keuntungan dari terapi pencegahan untuk

menghentikan perkembangan TB yang aktif secara klinis.

Menurut Departemen Kesehatan RI (2011) hal-hal yang dapat dilakukan untuk

mencegah penularannya adalah :

a. Kebersihan ruangan dalam rumah terjaga terutama kamar tidur dan setiap

ruangan dalam rumah dilengkapi jendela yang cukup untuk pencahayaan

alami dan ventilasi untuk pertukaran udara serta usahakan agar sinar

matahari dapat masuk ke setiap ruangan dalam rumah melalui jendela atau

genting kaca, karena kuman TBC mati dengan sinar matahari yang

mengandung sinar ultraviolet.

b. Menjemur kasur dan bantal secara teratur.

c. Pengidap TBC diminta menutupi hidung dan mulutnya apabila mereka

batuk atau bersin.

d. Minum obat secara teratur sampai selesai, gunakan Pengawas Minum Obat

(PMO) untuk menjaga keteraturan minum obat.

e. Jangan meludah di sembarang tempat karena ludah yang mengandung

mycobacterium tuberculosis akan terbawa udara dan dapat terhirup orang

lain.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

f. Apabila sedang dalam perjalanan maka penderita dianjurkan memakai

penutup mulut atau masker, dan bila akan membuang dahak maka harus

closet kemudian disiram atau dipembuangan mengalir.

g. Gunakan tepat penampungan dahak seperti kaleng atau sejenisnya yang

ditambahkan air sabun.

h. Cuci dan bersihkan barang-barang yang digunakan oleh penderita. Seperti

alat makan dan minum atau perlengkapan tidur.

Naga (2012) berpendapat bahwa tindakan yang dapat dilakukan untuk

mencegah TBC, yaitu :

a. Bagi penderita, pencegahan penularan dapat dilakukan dengan menutup

mulut saat batuk, dan membuang dahak tidak di sembarang tempat.

b. Bagi masyarakat, pencegahan penularan dapat dilakukan dengan

meningkatkan ketahanan terhadap bayi, yaitu dengan memberikan

vaksinasi BCG.

c. Bagi petugas kesehatan, pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan

penyuluhan tentang penyakit TBC, yang meliputi gejala, bahaya, dan

akibat yang ditimbulkannya terhadap kehidupan masyarakat pada

umumnya.

d. Petugas kesehatan juga harus segera melakukan pengisolasian dan

pemeriksaan terhadap orang-orang yang terinfeksi, atau dengan

memberikan pengobatan khusus kepada penderita TBC. Pengobatan

dengan cara dirawat di rumah sakit hanya dilakukan bagi penderita dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

kategori berat dan memerlukan pengembangan program pengobatannya,

sehingga tidak dikehendaki pengobatan jalan.

e. Pencegahan penularan juga dapat dicegah dengan melaksanakan

desinfeksi, seperti cuci tangan, kebersihan rumah yang ketat, perhatian

khusus terhadap muntahan atau ludah anggota keluarga yang terjangkit

penyakit TBC (piring, tempat tidur, pakaian) dan menyediakan ventilasi

dan sinar matahari yang cukup.

f. Melakukan imunisasi bagi orang-orang yang melakukan kontak langsung

dengan penderita, seperti keluarga, perawat, dokter, petugas kesehatan,

dan orang lain yang terindikasi, dengan vaksin BCG dan tindak lanjut bagi

yang positif tertular.

g. Melakukan pemeriksaan terhadap orang-orang yang kontak dengan

penderita TBC. Perlu dilakukan Tes Tuberkulin bagi seluruh anggota

keluarga. Apabila cara ini menunjukkan hasil negatif, perlu diulang

pemeriksaan tiap bulan selama 3 bulan, dan perlu pemeriksaan intensif.

h. Dilakukan pengobatan khusus. Penderita dengan TBC aktif perlu

pengobatan yang tepat, yaitu obat-obat kombinasi yang telah ditetapkan

oleh dokter dan diminum dengan tekun dan teratur, selama 6 bulan sampai

12 bulan. Perlu diwaspadai adanya kebal terhadap obat-obat, dengan

pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter.

Francis (2011) menyatakan pencegahan penyakit tuberkulosis dapat

dilakukan dengan penyediaan nutrisi yang baik, sanitasi yang adekuat, perumahan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

yang tidak terlalu padat dan udara yang segar merupakan tindakan yang efektif

dalam pencegahan TBC.

Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI) 2010

menjelaskan tentang pencegahan penularan penyakit TBC, yaitu :

a. Bagi masyarakat

1. Makan makanan yang bergizi seimbang sehingga daya tahan tubuh

meningkat untuk membunuh kuman TBC

2. Tidur dan istirahat yang cukup

3. Tidak merokok, minum alkohol dan menggunakan narkoba

4. Lingkungan yang bersih baik tempat tinggal dan sekitarnya

5. Membuka jendela agar masuk sinar matahari di semua ruangan rumah

karena kuman TBC akan mati bila terkena sinar matahari

6. Imunisasi BCG bagi balita, yang tujuannya untuk mencegah agar

kondisi balita tidak lebih parah bila terinfeksi TBC

7. Menyarankan apabila ada yang dicurigai TBC agar segera memeriksa

diri dan berobat sesuai aturan sampai sembuh

b. Bagi penderita

1. Tidak meludah di sembarangan tempat

2. Menutup mulut saat batuk atau bersin

3. Berperilaku hidup bersih dan sehat

4. Berobat sesuai atauran sampai sembuh

5. Memeriksa balita yang tinggal serumah agar segera diberikan

pengobatan pencegahan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

2.6 Landasan Teori

Menurut Green dan Kreuter (1991) pada tahun 1980, merupakan model

yang paling cocok diterapkan dalam perencanaan dan evaluasi promosi kesehatan

yang dikenal dengan model PRECEDE-PROCEED yang merupakan model

partisipasi masyarakat yang berorientasi menciptakan masyarakat yang berhasil

mengubah perilaku akibat intervensi promosi kesehatan.PRECEDE (Predispising,

Reinforcing and Enabling Causes in Education Diagnosis and Evaluation).

PRECEDE merupakan kerangka untuk membantu perencanaan mengenal

masalah, mulai dari kebutuhan pendidikan sampai pengembangan program.

PROCEED merupakan singkatan dari Polyce, Regulatory, and Organizational

Contructs in Educational and Environmental Development.

Model PRECEDE-PROCEED terdiri atas sembilan tahap yaitu tahap

pertama gabungan beberapa tahap yang kelihatannya sulit tetapi dirangkaian

percobaan mendekati kelanjutan tentang langkah-langkah mengungkapkan suatu

urutan sangat logis untuk program promosi kesehatan. Dasar dari model ini adalah

untuk memulai mendekati dengan mengindentifikasi, menentukan penyebab, dan

akhirnya mendesain serta intervensi yang diarahkan untuk mencapai hasil yang

diinginkan. Dengan kata lain, PRECEDE-PROCEED dimulai dengan

pembatasan-pembatasan yang konsekuensinya dipengaruhi oleh penyebab.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

Gambar 2.1 Landasan Teori

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

2.7 Kerangka Teori

Menurut Green dalam Notoatmodjo (2012), perilaku dilatar belakangi atau

dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor, yaitu :

1. Faktor-faktor presdisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya

dari seseorang.

2. Faktor-faktor pemungkin/pendukung (enabling factors), yang terwujud

dalam lingkungan fisik, tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana

kesehatan.

3. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors), yang terwujud dalam sikap

dan perilaku petugas kesehatan, atau petugas lainnya yang merupakan

kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan

ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari

orang atau masyarakat yang bersangkutan. Di samping itu, ketersediaan fasilitas,

sikap, dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan

mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

Bagan teori perilaku Lawrance Green (1980)

1 Faktor Predisposisi
a Karakteristik
PROMOSI
b Pengetahuan
KESEHATAN c Sikap

Perilaku
Pendidikan 2 Faktor Pendukung
kesehatan a Fasilitas
Kesehatan
Kualitas
b Sarana dan Kesehatan
prasarana hidup
c Ekonomi

Kebijakan
Lingkungan
regulasi
3 Faktor Penguat
organisasi a Keluarga
b Petugas
Kesehatan

c Tokoh
Masyarakat
d Tokoh Agama

Gambar 2.2 Kerangka Teori Green (Notoatmodjo 2012)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

2.8 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Predisposing Factor
- Jenis kelamin
- Umur
- Pendidikan
- Pekerjaan
- Pengetahuan
- Sikap

Faktor Pendukung
Upaya Pencegahan Penularan
- Ketersediaan Fasilitas
Penyakit Tuberkulosis Paru
Kesehatan

Faktor Penguat
- Peran Petugas
Kesehatan

Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan metode

penelitian survey yang bersifat analitik dengan desain cross sectional yaitu untuk

mengetahui pengetahuan sikap dan tindakan penderita TB Paru.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Pijorkoling Kecamatan

Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan. Alasan memilih Puskesmas

Pijorkoling sebagai lokasi penelitian karena puskesmas tersebut memiliki angka

kunjungan pasien TB yang berobat lebih banyak yaitu sebanyak 64 orang dan di

Puskesmas Labuhan Rasoki yaitu 22 orang.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai selesai.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013). Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh pasien penderita TB Paru yang berobat di

Puskesmas Pijorkoling pada bulan Februari sampai April 2018 yaitu berjumlah 64

orang.

37

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi dijadikan subjek

penelitian yang berjumlah 64 orang.

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden,

dengan berpedoman pada kuesioner penelitian yang telah dipersiapkan

sebelumnya.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh meliputi data kunjungan pasien TB Paru yang

berkunjung ke Puskesmas Pijorkoling dan Profil Dinas kesehatan Kota

Padangsidimpuan.

3.5 Defenisi Operasional

3.5.1 Variabel Independen

1. Jenis Kelamin

Jenis kelamin adalah jenis kelamin responden yang dikategorikan dua

yaitu laki-laki dan perempuan.

2. Umur

Umur adalah lama waktu perjalanan hidup responden yang dihitung sejak

responden dilahirkan sampai ulang tahun terakhir yang dinyatakan dalam

satuan tahun sesuai dengan pengakuan responden.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39

3. Pendidikan

Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang diselesaikan

sesuai dengan pengakuan responden.

4. Pekerjaan

Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan responden untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari dan untuk mendapatkan nafkah.

5. Pengetahuan

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden tentang

pencegahan TB Paru meliputi penyebab TB paru, penularan TB paru,

gejala TB paru, pengobatan TB paru ( pemakaian masker dan pembuangan

dahak dalam pot khusus ).

6. Sikap

Sikap adalah penilaian responden berdasarkan kemauan atau respon

terhadap pencegahan TB Paru meliputi penyebab TB paru, penularan TB

paru, gejala TB paru, pengobatan TB paru ( pemakaian masker dan

pembuangan dahak dalam pot khusus ).

7. Fasilitas Kesehatan

Fasilitas Kesehatan adalah segala sarana dan prasarana alat atau tempat

yang dapat menunjang kesehatan atau yang mampu memberikan layanan

TB secara menyeluruh mulai dari mendiagnosis TB, pemeriksaan

pemantauan kemajuan pengobatan pada akhir pengobatan intensif, bulan

kelima dan akhir pengobatan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

8. Petugas Kesehatan

Petugas Kesehatan adalah orang yang bertugas dari puskesmas untuk

memberikan penyuluhan kesehatan tentang pencegahan TB Paru meliputi

penyebab TB paru, penularan TB paru, gejala TB paru, pengobatan TB

paru ( pemakaian masker dan pembuangan dahak dalam pot khusus ).

3.5.2 Variabel Dependen

Upaya pencegahan Penularan Penyakit TB Paru adalah tindakan yang

dilakukan oleh responden yang telah dilakukan dalam pencegahan

penularan penyakit TB Paru meliputi penyebab TB paru, penularan TB

paru, gejala TB paru, pengobatan TB ( pemakaian masker dan

pembuangan dahak dalam pot khusus ).

3.6 Metode Pengukuran

3.6.1 Variabel Independen

1. Pengetahuan Responden

Pengetahuan yaitu segala sesuatu yang diketahui responden tentang TB

Paru, yang diukur dengan 15 pertanyaan dari no. 1 sampai 10 dengan skor

tertinggi adalah 30.

Untuk pertanyaan no. 1 -15

a. Nilai 2 diberi untuk jawaban yang benar

b. Nilai 1 diberi untuk jawaban yang mendekati benar

c. Nilai 0 diberi untuk jawaban yang salah

Menurut Arikunto (2006), adalah nilai yang dikumpulkan kemudian

dikategorikan menjadi 3, yaitu:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

1. Baik, apabila nilai yang diperoleh ≥75% dari seluruh skor yang

Diperoleh.

2. Kurang, apabila nilai yang diperoleh <40% dari seluruh skor yang

diperoleh.

2. Sikap Responden

Sikap adalah suatu respon atau tindakan responden tentang bagaimana

pencegahan TB Paru, yang diukur dengan 15 pernyataan dari no. 1 sampai

15 dengan skor tertinggi adalah 15 dengan menggunakan skala Guttman

yaitu, Setuju dan Tidak Setuju, pernyataan dibagi atas 2 pernyataan positif

dan pernyataan negatif.

Untuk pernyataan sikap positif

a. Nilai 1 diberi untuk jawaban setuju

b. Nilai 0 diberi untuk jawaban tidak setuju

Untuk pernyataan sikap negatif

a. Nilai 1 diberi untuk jawaban tidak setuju

b. Nilai 0 diberi untuk jawaban setuju

Menurut Arikunto (2006), adalah nilai yang dikumpulkan kemudian

dikategorikan menjadi 3 , yaitu:

1. Sikap Baik, apabila nilai yang diperoleh ≥75% dari seluruh skor yang

diperoleh.

2. Sikap Kurang, apabila nilai yang diperoleh <40% dari seluruh skor

yang diperoleh.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

3. Fasilitas Kesehatan

Fasilitas Kesehatan adalah segala sarana dan prasarana alat atau tempat

yang dapat menunjang kesehatan atau yang mampu memberikan layanan

TB secara menyeluruh mulai dari mendiagnosis TB, pemeriksaan

pemantauan kemajuan pengobatan pada akhir pengobatan intensif, bulan

kelima dan akhir pengobatan, diukur menggunakan skala Guttman yaitu,

Ya dan Tidak dengan jumlah pertanyaan 4, dengan skor tertinggi 4.

a. Pernyataan dengan jawaban Ya, skornya 1

b. Pernyataan dengan jawaban Tidak, skornya 0

Menurut Arikunto (2006), adalah nilai yang dikumpulkan kemudian

dikategorikan menjadi 3 , yaitu:

1. Sikap Baik, apabila nilai yang diperoleh ≥75% dari seluruh skor yang

diperoleh.

2. Sikap Kurang, apabila nilai yang diperoleh <40% dari seluruh skor

yang diperoleh.

4. Petugas Kesehatan

Petugas Kesehatan adalah orang yang bertugas dari puskesmas untuk

memberikan penyuluhan kesehatan tentang pencegahan TB Paru, diukur

menggunakan skala Guttman yaitu, Ya dan Tidak dengan jumlah

pertanyaan 7, dengan skor tertinggi 7.

a. Pernyataan dengan jawaban Ya, skornya 1

b. Pernyataan dengan jawaban Tidak, skornya 0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

Menurut Arikunto (2006), adalah nilai yang dikumpulkan kemudian

dikategorikan menjadi 3 , yaitu:

1. Sikap Baik, apabila nilai yang diperoleh ≥75% dari seluruh skor yang

diperoleh.

2. Sikap Kurang, apabila nilai yang diperoleh <40% dari seluruh skor

yang diperoleh.

3.6.2 Variabel Dependen

a. Tindakan Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru

Upaya pencegahan penularan penyakit Tb Paru adalah tindakan yang

dilakukan oleh responden yaitu dengan melakukan pencegahan Tb Paru,

diukur menggunakan skala Guttman yaitu, Ya dan Tidak dengan jumlah

pernyataan 10, dengan skor tertinggi 10.

a. Pernyataan dengan jawaban Ya, skornya 1

b. Pernyataan dengan jawaban Tidak, skornya 0

Menurut Arikunto (2006), adalah nilai yang dikumpulkan kemudian

dikategorikan menjadi 3 , yaitu:

1. Sikap Baik, apabila nilai yang diperoleh ≥75% dari seluruh skor yang

diperoleh.

2. Sikap Buruk, apabila nilai yang diperoleh <40% dari seluruh skor

yang diperoleh.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

3.7 Metode Analisa Data

3.7.1 Analisis Univariat

Untuk menjelaskan variabel independen yaitu pengetahuan dan sikap

penderita TB Paru terhadap upaya pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis

Paru yang dibuat dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan dideskripsikan.

3.7.2 Analisis Bivariat

Model analisis ini digunakan untuk melihat ada tidaknya hubungan

variabel independen dan variabel dependen dalam pencegahan penularan penyakit

Tuberkulosis Paru di Puskesmas Pijorkoling dengan menggunakan uji Chi Square

dengan tingkat kemaknaan (α) = 0,05, dengan kriteria:

1. Hο ditolak jika p< α (0,05) maka terdapat hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen.

2. Hο diterima jika p> α (0,05) maka tidak terdapat hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Pijorkoling terletak di wilayah Kecamatan Padangsidimpuan

Tenggara. Puskesmas Pijorkoling mempunyai luas bangunan : ± 340 m² dan luas

tanah ± 1500 m². Jarak Puskesmas Pijorkoling ke Kota Padangsidimpuan : 7 km.

Letak Puskesmas Pijorkoling berdampingan dengan kantor Dinas Kesehatan Kota

Padangsidimpuan.

Wilayah Puskesmas Pijorkoling mempunyai batas-batas wilayah sebagai

berikut :

1. Sebelah Utara dengan Desa Pudun Jae Kecamatan Padangsidimpuan

Batunadua

2. Sebelah Selatan dengan Desa Huta Tonga Kecamatan Batang Angkola

3. Sebelah Barat dengan Kecamatan Siais

4. Sebelah Timur dengan Desa Manunggang Jae Kecamatan

Padangsidimpuan Tenggara

Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara terdiri dari 18 desa/kelurahan

yaitu Goti, Huta Koje Pijorkoling, Huta Limbong, Huta Lombang, Huta Padang,

Labuhan Labo, Labuhan Rasoki, Manegen, Manunggang Jae, Manunggang Julu,

Palopat Pijorkoling, Perkebunan Pijorkoling, Purbatua Pijorkoling, Salambue,

Sigulang, Sihitang, Tarutung baru. Mayoritas penduduk di Kecamatan

Padangsidimpuan Tenggara adalah beraga Islam.

45

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


46

4.2 Hasil Univariat


4.2.1 Karakteristik Responden
Karakteristik responden pada penelitian ini mencakup umur, jenis

kelamin, Pendidikan dan Pekerjaan.

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Penderita TB Paru di


Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan
Tahun 2017

No. Karakteristik Responden Jumlah (f) (%)


1. Jenis Kelamin
Laki-laki 39 60,9
Perempuan 25 39,1
Total 64 100,0
2. Umur
>50 tahun 16 25,0
16-50 tahun 48 75,0
Total 64 100,0
3. Pendidikan
1. Rendah (Tidak sekolah,tamat 59 92,2
SD, tamat SMP, tamat SMA)
2. Tinggi (D3, Sarjana)
5 7,8
Total 64 100,0
4. Pekerjaan
1. Informal (pedagang,petani, tidak 59 92,2
bekerja,IRT)
2. Formal (pegawai negeri, pegawai
swasta) 5 7,8
Total 64 100,0

Berdasarkan tabel 4.1 diatas diketahui dari 64 responden penderita TB

Paru berdasarkan jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki yaitu 39 orang (60,9%)

dan selebihnya perempuan, sebagian besar responden pada kelompok umur

terbanyak adalah Muda (16-50 tahun) yaitu 48 orang (75,0%) dan selebihnya

berusia tua. Responden sebagian besar berpendidikan rendah yaitu sebanyak 59

orang (92,2%) dan selebihnya berpendidikan tinggi, responden sebagai pekerja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


47

Informal yaitu sebanyak 59 orang (92,2%) dan pekerja formal sebanyak 5 orang

(7,8%).

4.2.2 Variabel Predisposisi Pada Penderita TB Paru Dalam Upaya


Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan
Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017
4.2.2.1 Pengetahuan
Dari hasil penelitian diperoleh distribusi frekuensi uraian jawaban

pengetahuan responden penderita TB Paru tentang penyakit TB Paru di

Kecamatan padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan tahun 2017

sebagai berikut :

Tabel 4.2 Distribusi Pengetahuan Responden Penderita TB Paru di


Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan
Tahun 2017

No. PERTANYAAN Jawaban


n %
1. Penyebab TB Paru
a.Kuman 9 14,1
b.Virus 55 85,9
c.Racun/guna-guna

2. Bakteri penyebab TB Paru


a. Mycobacterium 8 12,5
b. Influenza 56 87,5
c. Varicella-zoster

3. Kuman TB Paru berada pada


a.Dahak penderita TB Paru 27 42,2
b.Keringat penderita TB Paru 37 57,8
c.Pakaian penderita TB Paru
4. Gejala penyakit TB Paru
a. Batuk lebih dari 2 minggu 26 40,6
b. Sakit kepala 38 59,4
c. Susah tidur

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


48

5. TB Paru dapat menular melalui


a. Udara 25 39,1
b. Peredaran darah 39 60,9
c. Saluran pernafasan
6. Pencegahan penularan penyakit TB Paru
a. Memakai masker saat sedang di perjalanan 25 39,1
b. Menjauh dari keluarga 39 60,9
c. Alat makan penderita tidak dipisahkan dengan keluarga
yang lainnya
7. Penyakit TB Paru dapat menular kepada orang lain karena:
a.Terhirup percikan dahak penderita saat batuk dan bersin 47 73,4
b. Berjabat tangan langsung dengan penderita 17 26,6
c. Donor darah
8. Makanan yang baik untuk penderita TB Paru
a. Makanan yang tinggi protein 14 21,9
b. Makanan yang mengandung tinggi kalsium 50 78,1
c. Makanan yang mahal
9. Pemeriksaan awal bagi seseorang yang dicurigai menderita
TB Paru
a. Melakukan pemeriksaan dahak dalam waktu 2 hari yaitu 62 96,9
sewaktu-pagi-sewaktu
b. Pemeriksaan urin 2 3,1
c. Pemeriksaan feses (kotoran)
10. Pengobatan TB Paru dibagi menjadi dua tahap
a.Tahap awal dan tahap lanjutan 35 54,7
b.Tahap pemula dan tahap profesional 29 45,3
c.Tahap sakit dan tahap sembuh
11. Pengobatan TB Paru yang baik dan benar
a. Meminum obat secara teratur dan berkelanjutan sesuai
aturan selama 6-8 bulan 64 100,0
b. Meminum obat selama satu tahun
c. Berobat kalau ada waktu
12. Akibat bila pengobatan TB Paru tidak teratur dan tidak
disiplin
a. Menambah dan memperparah sesak nafas dan nyeri dada 36 56,3
b. Nafsu makan menurun 28 43,8
c. Berat badan menurun
13. Menurut Bapak/Ibu untuk mencegah penularan penyakit TB
Paru pada anak dapat dicegah dengan memberi imunisasi?
a. Dengan imunisasi BCG 34 53,1
b. Dengan imunisasi 30 46,9
c. Dengan imunisasi apa saja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


49

14. Salah satu obat TB Paru


a. Rifampisin 63 98,4
b. CTM 1 1,6
c. Antalgin
15. Efek samping obat anti TB Paru
a. Demam, mual dan sakit perut 35 54,7
b. Susah tidur 29 45,3
c. Timbul bintik-bintik merah pada kulit

Berdasarkan tabel 4.2 diatas diketahui bahwa distribusi frekuensi

responden tentang pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di

Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017

bahwa pengetahuan responden tentang penyebab TB Paru dengan jawaban

pengetahuan yang benar yaitu 9 orang (14,1%). Pengetahuan responden tentang

TB Paru dapat menular dengan jawaban yang benar yaitu 25 orang (39,1%).

Jawaban Pengetahuan responden yang benar tentang TB Paru dapatmenular

kepada orang lain sebanyak 47 orang(73,4%). Pemeriksaan awal bagi seseorang

yang dicurigai menderita TB Paru dengan jawaban yang benar sebanyak 62 orang

(96,9%). Responden yang mengetahui tentang pengobatan TB Paru yang baik dan

benar yaitu 64 orang (100,0%).

Tabel 4.3. Distribusi Kategori Pengetahuan Penderita TB Paru di


Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padagsidimpuan
Tahun 2017

Pengetahuan Jumlah (f) Persen (%)


Baik 19 29,7
Kurang 45 70,3
Total 64 100,0

Berdasarkan tabel 4.3 Distribusi kategori pengetahuan penderita TB Paru

terhadap upaya pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan

Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017 bahwa responden

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


50

yang memiliki pengetahuan dengan kategori baik yaitu sebanyak 19 orang

(29,7%) dan pengetahuan dengan kategori kurang yaitu sebanyak 45 orang

(70,3%).

4.2.2.2 Sikap

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Uraian Jawaban Sikap Responden Penderita


TB Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota
Padangsidimpuan Tahun 2017

Uraian jawaban sikap dengan Setuju Tidak Setuju


pernyataan positif
n % n %
1. Penyakit TBCmerupakan penyakit
45 70,3 19 29,7
yang sangat menular
2. Setiap orang batuk terus menerus
lebih dari 2 minggu sebaiknya 44 68,8 20 31,3
melakukan pemeriksaan dahak
3. Dukungan keluarga sangat
dibutuhkan dalam pengobatan TB 29 45,3 35 54,7
Paru
4. TB Paru dapat disembuhkan dengan
40 62,5 24 37,5
minum OAT teratur
5. Pembuangan dahak sebaiknya dalam
33 51,6 31 48,4
pot khusus dan diberi cairan sabun
6. Kebersihan lingkungan sangat perlu
38 59,4 26 40,6
diperhatikan
7. TB Paru dapat sembuh sendiri tanpa
31 48,4 33 51,6
pengobatan
8. Penderita TB Paru sebaiknya
28 43,8 36 56,3
berbicara tidak terlalu dekat
9. Penderita TB Paru positif tidak
menularkan penyakit TB Paru 29 45,3 35 54,7
kepada orang lain
10. Penderita TB Paru sebaiknya
dijauhkan/dikucilkan dari keluarga, 38 59,4 26 40,6
masyarakat dan pekerjaannya
11. Penderita TB Paru tidak perlu
27 42,2 37 57,8
mempunyai alat makan sendiri
12. Penyakit TB Paru penyakit yang
31 48,4 33 51,6
memalukan
13. Penderita TB Paru dapat
36 56,3 28 43,8
disembuhkan dengan jamu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


51

14. Kebersihan lingkungan tempat


31 48,4 33 51,6
tinggal tidak perlu diperhatikan
15. Membuang dahak sembarangan
adalah hal yang wajar dilakukan 22 34,4 42 65,6
setiap orang

Berdasarkan tabel 4.4 di atas diketahui sikap penderita TB Paru di

kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan tahun 2017 bahwa

sikap responden diidentifikasi dengan sikap responden yang setuju penyakit TBC

merupakan penyakit yang sangat menular sebanyak 45 orang (70,3%). Sikap

responden yang setuju dengan setiap orang batuk terus menerus lebih dari 2

minggu sebaiknya melakukan pemeriksaan dahak sebanyak 44 orang (68,8%).

Sikap responden yang setuju bahwa dukungan keluarga sangat dibutuhkan dalam

pengobatan TB Paru yaitu sebanyak 29 orang (45,3%). Sikap responden yang

setuju bahwa pembuangan dahak sebaiknya dalam pot khusus dan diberi cairan

sabun yaitu 33 orang (51,6%). Sikap responden yang tidak setuju bahwa

kebersihan lingkungan tempat tinggal tidak perlu diperhatikan yaitu 31 orang

(48,4%).

Tabel 4.5. Distribusi Kategori Sikap Responden Penderita TB Paru di


Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan
Tahun 2017

Sikap Jumlah (f) Persen (%)


Baik 8 12,5
Kurang 56 87,5
Total 64 100,0

Berdasarkan tabel 4.5 distribusi kategori sikap dari 64 orang responden

diperoleh sikap responden yang dikategorikan baik yaitu sebanyak 8 orang

(12,5%) dan sikap responden yang dikategorikan kurang yaitu sebanyak 56 orang

(87,5%).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


52

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Ketersediaan


Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara
Kota Padangsidimpuan Tahun 2017

No. Ketersediaan Fasilitas Kesehatan Ya Tidak Total

n % n % n %
1. lokasi Puskesmas mudah dijangkau 64 100,0 0 ,0 64 100,0
dari rumah Bapak/Ibu
2. Ada sarana transportasi yang dapat 64 100,0 0 ,0 64 100,0
Bapak/Ibu gunakan menuju Puskesmas

3. Terdapat ruangan khusus untuk 1 1,6 63 98,4 64 100,0


pengobatan TB Paru di Puskesmas
4. Tersedia laboratorium untuk 3 4,7 61 95,3 64 100,0
pemeriksaan dahak penderita TB Paru
di Puskesmas

Berdasarkan tabel 4.6 di atas diketahui ketersediaan fasilitas kesehatan di

Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017.

Akses ke layanan mudah dijangkau ke rumah sebanyak 64 orang (100,0%). Ada

sarana transportasi yang dapat digunakan menuju Puskesmas sebanyak 64 orang

(100,0%). Tidak terdapat ruangan khusus untuk pengobatan TB Paru di

Puskesmas yaitu sebanyak 63 orang (98,4%). Tidak tersedia laboratorium untuk

pemeriksaan dahak penderita TB Paru di Puskesmas sebanyak 61 orang (95,3%).

Tabel 4.7 Distribusi Kategori Ketersediaan Fasilitas Kesehatan di


Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan
Tahun 2017

Ketersediaan Fasilitas kesehatan Jumlah (f) Persen (%)


Baik 4 6,3
Kurang 60 93,8
Total 64 100,0

Berdasarkan tabel 4.7 distribusi kategori ketersediaan fasilitas kesehatan

dari 64 orang responden diperoleh ketersediaan fasilitas kesehatan yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


53

dikategorikan baik yaitu sebanyak 8 orang (12,5%), dan ketersediaan fasilitas

kesehatan yang dikategorikan kurang yaitu sebanyak 56 orang (87,5%).

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Peran Petugas


Kesehatan di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota
Padangsidimpuan Tahun 2017

No. Peran Petugas Kesehatan Ya Tidak Total

n % n % n %
1. Petugas kesehatan pernah menjelaskan 63 98,4 1 1,6 64 100,0
tentang berapa lama pengobatan TB
Paru
2. Petugas kesehatan pernah menjelaskan 63 98,4 1 1,6 64 100,0
tentang jenis-jenis obat untuk
pengobatan TB Paru
3. Petugas kesehatan pernah menjelaskan 64 100,0 0 ,0 64 100,0
tentang efek samping dari obat TB
Paru
4. Petugas kesehatan pernah memberikan 63 98,4 1 1,6 64 100,0
informasi tentang pentingnya
pencegahan penularan TB Paru
terhadap orang lain
5. Petugas kesehatan memberikan 63 98,4 1 1,6 64 100,0
informasi tentang cara melakukan
pencegahan penularan TB Paru
terhadap orang lain
6. Petugas kesehatan pernah memberikan 62 96,9 2 3,1 64 100,0
anjuran kepada Bapak/Ibu untuk
melakukan pencegahan penularan TB
Paru (pemakaian masker dan
pembuangan dahak dalam pot khusus)
7. Petugas kesehatan memberikan 63 98,4 1 1,6 64 100,0
konseling setelah Bapak/Ibu
menunjukkan hasil pemeriksaan dahak
Bapak/Ibu

Berdasarkan tabel 4.8 di atas diketahui peran petugas kesehatan dalam

pencegahan penularan penyakit TB Paru di Kecamatan Padangsidimpuan

Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017. Peran petugas kesehatan

diidentifikasi dari 7 pertanyaan dengan jawaban Ya yaitu Petugas kesehatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


54

pernah menjelaskan tentang berapa lama pengobatan TB Paru sebanyak 63 orang

(98,4%). Petugas kesehatan pernah memberikan informasi tentang pentingnya

pencegahan penularan TB Paru terhadap orang lain dengan jawaban Ya sebanyak

63 orang (98,4%). Petugas kesehatan memberikan informasi tentang cara

melakukan pencegahan penularan TB Paru terhadap orang lain dengan jawaban

Ya yaitu sebanyak 63 orang (98,4%). Petugas kesehatan pernah memberikan

anjuran kepada untuk melakukan pencegahan penularan TB Paru (pemakaian

masker dan pembuangan dahak dalam pot khusus) yaitu 62 orang (96,9%).

Tabel 4.9 Distribusi Kategori Peran Petugas Kesehatan di Kecamatan


Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017

Peran Petugas Kesehatan Jumlah (f) Persen (%)


Baik 57 89,1
Kurang 7 10,9
Total 64 100,0
Berdasarkan tabel 4.9 distribusi kategori peran petugas kesehatan dari 64

orang responden diperoleh peran petugas kesehatan yang dikategorikan baik yaitu

sebanyak 57 orang (89,1%) dan peran petugas kesehatan yang dikategorikan

kurang yaitu sebanyak 7 orang (10,9%).

Tabel 4.10.Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Dalam Upaya


Pencegahan Penularan Penyakit TB Paru di Kecamatan
Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017

No. Upaya Pencegahan Penularan Ya Tidak Total


Penyakit TB Paru
n % n % n %
1. Ketika batuk dan bersin mulut selalu 24 37,5 40 62,5 64 100,0
ditutup
2. Pembuangan dahak menggunakan 1 1,6 63 98,4 64 100,0
tempat khusus
3. Menggunakan masker jika sedang di 20 31,3 44 68,8 64 100,0
perjalanan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


55

4. Selalu berperilaku hidup bersih dan 14 21,9 50 78,1 64 100,0


sehat
5. Melakukan pemeriksaan kesehatan di 62 96,9 2 3,1 64 100,0
puskesmas secara rutin
6. Setiap ruangan dalam rumah 63 98,4 1 1,6 64 100,0
dilengkapi jendela yang cukup untuk
pencahayaan alami dan ventilasi untuk
pertukaran udara serta agar sinar
matahari dapat masuk
7. Jika ada balita di rumah Bapak/Ibu, 64 100,0 0 ,0 64 100,0
balita tersebut sudah diberi vaksin
BCG
8. Menyajikan dan mengonsumsi 17 26,6 47 73,4 64 100,0
makanan yang tinggi protein (seperti
telur, ikan air tawar, susu,
madu,pepaya, jeruk, alpukat dan
tomat,wortel, bayam,kol dan brokoli)
9. Penggunaan alat makan penderita TB 4 6,3 60 93,8 64 100,0
Paru dengan anggota keluarga lainnya
dipisahkan
10. Menjemur kasur penderita TB Paru 1 1,6 63 98,4 64 100,0
dilakukan pada terik matahari setiap
hari setiap hari
Berdasarkan tabel 4.10 di atas diketahui tindakan responden penderita

TB Paru dalam upaya pencegahan penularan penyakit TB Paru di Kecamatan

Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017. Tindakan

terhadap upaya pencegahan penularan penyakit TB Paru, terdapat 24 orang

(37,5%) yang selalu menutup mulut ketika batuk dan bersin. Hanya 1 orang

(1,6%) yang menggunakan tempat khusus saat membuang dahak. Ada 20 orang

(31,3%) yang menggunakan masker jika sedang di perjalanan. Melakukan

pemeriksaan kesehatan di puskesmas secara rutin sebanyak 62 orang (96,9%).

Balita yang ada di rumah sudah diberi vaksin BCG sebanyak 64 orang (96,9%).

Terdapat 63 orang (98,4%) yang tidak menjemur kasur pada terik matahari

setiap hari.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


56

Tabel 4.11 Distribusi Kategori Tindakan Responden Penderita TB Paru


Dalam Upaya Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru
di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota
Padangsidimpuan Tahun 2017

Tindakan Jumlah (f) Persen (%)


Baik 18 28,1
Buruk 46 71,9
Total 64 100,0

Berdasarkan tabel 4.11 distribusi kategori tindakan responden penderita

TB Paru dari 64 orang responden diperoleh tindakan responden yang

dikategorikan baik yaitu sebanyak 18 orang (28,1%), dan tindakan responden

yang dikategorikan buruk yaitu sebanyak 46 orang (71,9%).

4.3 Hasil Uji Bivariat

Hasil uji bivariat responden pada penelitian ini mencakup pengaruh jenis

kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap, ketersediaan fasilitas

kesehatan, peran petugas kesehatan terhadap upaya pencegahan penularan

penyakit TB Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota

Padangsidimpuan tahun 2017.

4.3.1 Hubungan Karakteristik Individu Penderita TB Paru Terhadap


Upaya Pencegahan Penularan Penyakit TB Paru di Kecamatan
Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan

Distribusi hubungan karakteristik individu penderita TB Paru terhadap

upaya pencegahan penularan penyakit TB Paru di Kecamatan Padangsidimpuan

Tenggara Kota Padangsidimpuan dapat dilihat pada tabel berikut :

1. Jenis Kelamin

Distribusi hubungan jenis kelamin dengan tindakan penderita TB Paru

terhadap upaya pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


57

Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 4.12 Hubungan Jenis Kelamin Dengan Tindakan Penderita TB Paru


Terhadap Upaya Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis
Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota
Padangsidimpuan Tahun 2017

Tindakan Pencegahan
Penularan Penyakit
Total P
Jenis Kelamin Tuberkulosis Paru
Baik Buruk
n % n % n %
Laki-laki 6 15,4 33 84,6 39 100,0 0,005
Perempuan 12 48,0 13 52,0 25 100,0

Berdasarkan tabel 4.12 diatas diketahui dari 39 orang responden berjenis

kelamin laki-laki, sebanyak 6 orang yang memiliki tindakan pencegahan

penularan penyakit Tuberkulosis paru yang baik dan 33 orang memiliki tindakan

yang buruk, sedangkan dari 25 orang responden perempuan yang memiliki

tindakan pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis paru yang baik sebanyak

12 orang.

Berdasarkan uji statistik Chi-square didapatkan nilai p = 0,005 hal ini

berarti p< 0,05 keputusan uji Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan yang bermakna antara jenis kelamin penderita TB Paru terhadap upaya

pencegahan penularan penyakit TB Paru di Kecamatan Padangsidimpuan

Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017.

2. Umur

Distribusi hubungan umur dengan tindakan penderita TB Paru terhadap

upaya pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


58

padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 4.13 Hubungan Umur Dengan Tindakan Penderita TB Paru Terhadap


Upaya Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru di
Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan
Tahun 2017

Tindakan Pencegahan
Penularan Penyakit
Total
Umur Tuberkulosis Paru P
Baik Buruk
n % n % n %
>50 tahun 2 12,5 14 87,5 16 100,0
16-50 tahun 16 33,3 32 66,7 48 100,0 0,075

Berdasarkan tabel 4.13 diatas diketahui dari 16 orang responden berusia

Tua, hanya 2 orang yang memiliki tindakan pencegahan penularan penyakit

Tuberkulosis paru yang baik dan 14 orang memiliki tindakan buruk. Responden

yang berusia Muda sebanyak 48 orang terdapat 16 orang yang memiliki

tindakan baik dan 32 orang memiliki tindakan buruk terhadap pencegahan

penularan penyakit Tuberkulosis Paru.

Berdasarkan uji statistik Chi-square didapatkan nilai p = 0,075 hal ini

berarti p> 0,05 keputusan uji Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa

tidak ada hubungan yang bermakna antara umur penderita TB Paru terhadap

pencegahan penularan penyakit TB Paru di Kecamatan Padangsidimpuan

Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017.

3. Pendidikan

Distribusi hubungan pendidikan dengan tindakan penderita TB Paru

terhadap upaya pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


59

padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 4.14Hubungan Pendidikan Dengan Tindakan Penderita TB Paru


Terhadap Upaya Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis
Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota
Padangsidimpuan Tahun 2017

Tindakan Pencegahan
Penularan Penyakit
Total
Pendidikan Tuberkulosis Paru P
Baik Buruk
n % n % n %
Rendah (Tidak Sekolah,
Tamat SD, Tamat SMP, 16 27,1 43 72,9 59 100,0
Tamat SMA) 0,305
Tinggi (D3, Sarjana) 2 40,0 3 60,0 5 100,0

Berdasarkan tabel 4.14 diatas diketahui 59 orang responden yang

berpendidikan rendah hanya 16 orang yang memiliki tindakan pencegahan

penularan penyakit Tuberkulosis paru yang baik, sedangkan dari 5 responden

yang berpendidikan tinggi yaitu 2 orang memiliki tindakan baik dan 3 orang

memiliki tindakan buruk terhadap pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis

Paru.

Berdasarkan uji statistik Chi-square didapatkan nilai p = 0,305 hal ini

berarti p> 0,05 keputusan uji Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa

tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan penderita TB Paru terhadap

pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan

Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


60

4. Pekerjaan

Distribusi hubungan pekerjaan dengan tindakan penderita TB Paru

terhadap upaya pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan

padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 4.15 Hubungan Pekerjaan Dengan Tindakan Penderita TB Paru


Terhadap Upaya Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis
Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota
Padangsidimpuan Tahun 2017

Tindakan Pencegahan
Penularan Penyakit
Total
Pekerjaan Tuberkulosis Paru P
Baik Buruk
n % n % n %
Informal (petani,
pedagang, tidak 16 27,1 43 72,9 59 100,0
bekerja, IRT) 0,305
Formal (pegawai
2 40,0 3 60,0 5 100,0
negeri, pegawai swasta)

Berdasarkan tabel 4.15 diatas diketahui dari 59 orang responden pekerja

informal terdapat 16 orang yang memiliki tindakan baik dan 43 orang memiliki

tindakan buruk terhadap pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru,

sedangkan dari 5 orang pekerja formal 2 orang memiliki tindakan baik dan 3

orang memiliki tindakan buruk terhadap pencegahan penularan penyakit

Tuberkulosis Paru.

Berdasarkan uji statistik Chi-square didapatkan nilai p = 0,305 hal ini

berarti p > 0,05 keputusan uji Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa

tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan penderita TB Paru terhadap

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


61

pencegahan penularan penyakit TB Paru di Kecamatan Padangsidimpuan

Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017.

4.3.2 Hubungan Pengetahuan Dengan Tindakan Penderita TB Paru


Terhadap Upaya Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis
Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota
Padangsidimpuan

Distribusi hubungan pengetahuan dengan tindakan penderita TB Paru

terhadap upaya pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan

Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 4.16 Hubungan Pengetahuan Dengan Tindakan Penderita TB Paru


Terhadap Upaya Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis
Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota
Padangsidimpuan Tahun 2017

Tindakan Pencegahan
Penularan Penyakit
Total
Pengetahuan Tuberkulosis Paru P
Baik Buruk
n % n % n %
Baik 9 47,4 10 52,6 19 100,0
0,023
Kurang 9 20,0 36 80,0 45 100,0
Berdasarkan tabel 4.16 diatas diketahui dari 19 orang responden dengan

pengetahuan baik hanya 9 orang memiliki tindakan pencegahan penularan

penyakit Tuberkulosis paru yang baik, sedangkan dari 45 orang responden dengan

pengetahuan kurang terdapat 9 orang yang memiliki tindakan baik terhadap

pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru.

Berdasarkan uji statistik Chi-square didapatkan nilai p = 0,023 hal ini

berarti p< 0,05 keputusan uji Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan yang bermakna antara pengetahuan penderita TB Paru terhadap upaya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


62

pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan

Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017.

4.3.3 Hubungan Sikap Dengan Tindakan Penderita TB Paru Terhadap


Upaya Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru di
Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan

Distribusi hubungan sikap dengan tindakan penderita TB Paru terhadap

upaya pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis paru di Kecamatan

Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan dapat di lihat pada tabel

berikut :

Tabel 4.17 Hubungan Sikap Dengan Tindakan Penderita TB Paru Terhadap


Upaya Pencegahan Penularan Penyakit TB Paru di Kecamatan
Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017

Tindakan Pencegahan
Penularan Penyakit
Total
Sikap Tuberkulosis Paru P
Baik Buruk
n % n % n %
Baik 5 62,5 3 37,5 8 100,0
0,029
Kurang 13 23,2 43 76,8 56 100,0
Berdasarkan tabel 4.17 diatas diketahui dari 8 orang responden dengan

sikap baik terdapat 5 orang memiliki tindakan pencegahan penularan penyakit

Tuberkulosis paru yang baik. Sedangkan dari 56 orang responden dengan sikap

kurang hanya 13 orang yang memiliki tindakan baik terhadap pencegahan

penularan penyakit Tuberkulosis Paru.

Berdasarkan uji statistik Chi-square didapatkan nilai p = 0,029 hal ini

berarti p< 0,05 keputusan uji Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan yang bermakna antara sikap penderita TB Paru terhadap upaya

pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan

Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


63

4.3.4 Hubungan Ketersediaan Fasilitas Kesehatan Dengan Tindakan


Penderita TB Paru Terhadap Upaya Pencegahan Penularan
Penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan Padangsidimpuan
Tenggara Kota Padangsidimpuan

Distribusi hubungan ketersediaan fasilitas kesehatan dengan tindakan

penderita TB Paru terhadap upaya pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis

Paru di Kecamatan padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.18 Hubungan Ketersediaan Fasilitas Kesehatan Dengan Tindakan


Penderita TB Paru Terhadap Upaya Pencegahan Penularan
Penyakit TB Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara
Kota Padangsidimpuan Tahun 2017

Tindakan Pencegahan
Penularan Penyakit
Ketersediaan Fasilitas Total
Tuberkulosis Paru P
Kesehatan
Baik Buruk
n % n % n %
Baik 3 75,0 1 25,0 4 100,0
0,059
Kurang 15 25,0 45 75,0 60 100,0

Berdasarkan tabel 4.18 diatas diketahui dari 4 orang responden dengan

ketersediaan fasilitas kesehatan baik terdapat 3 orang yang memiliki tindakan baik

terhadap pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis paru. Sedangkan dari 60

orang responden dengan ketersediaan fasilitas kesehatan kurang hanya 15 orang

yang memiliki tindakan pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis paru yang

baik.

Berdasarkan uji statistik Chi-square didapatkan nilai p = 0,059 hal ini

berarti p > 0,05 keputusan uji Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa

tidak ada hubungan yang bermakna antara ketersediaan fasilitas kesehatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


64

terhadap upaya pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan

Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017.

4.3.5 Hubungan Peran Petugas Kesehatan Dengan Tindakan Penderita


TB Paru Terhadap Upaya Pencegahan Penularan Penyakit
Tuberkulosis Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota
Padangsidimpuan

Distribusi hubungan peran petugas kesehatan dengan tindakan penderita

TB Paru terhadap upaya pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di

Kecamatan padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 4.19 Hubungan Peran Petugas Kesehatan Dengan Tindakan Penderita


TB Paru Terhadap Upaya Pencegahan Penularan Penyakit
Tuberkulosis Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara
Kota Padangsidimpuan Tahun 2017

Tindakan Pencegahan
Penularan Penyakit
Peran Petugas Total
Tuberkulosis Paru P
Kesehatan
Baik Buruk
n % n % n %
Baik 14 25,0 42 75,0 57 100,0
0,201
Kurang 3 42,9 4 57,1 7 100,0

Berdasarkan tabel 4.19 diatas diketahui dari 57 orang responden dengan

peran petugas kesehatan baik terdapat 14 orang yang memiliki tindakan

pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis paru yang baik dan 42 orang yang

memiliki tindakan buruk. Sedangkan dari 7 orang responden dengan peran

petugas kesehatan kurang terdapat 3 orang yang memiliki tindakan baik dan 4

orang yang memiliki tindakan buruk terhadap pencegahan penularan penyakit

Tuberkulosis Paru.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


65

Berdasarkan uji statistik Chi-square didapatkan nilai p = 0,201 hal ini

berarti p > 0,05 keputusan uji Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa

tidak ada hubungan yang bermakna antara peran petugas kesehatan terhadap

upaya pencegahan penularan penyakit TB Paru di Kecamatan Padangsidimpuan

Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Distribusi Univariat


5.1.1 Karakteristik Penderita TB Paru Dalam Upaya Pencegahan Penularan
Penyakit Tuberkulosis Paru
a. Jenis Kelamin
Hasil uji statistik distribusi frekuensi diketahui bahwa dari 39 orang (60,9%)

responden dengan jenis kelamin laki-laki terdapat 6 orang (15,4%) yang memiliki

tindakan yang baik dan 33 orang (84,6%) memiliki tindakan yang buruk terhadap

pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis paru, sedangkan dari 25 orang

(39,1%) responden dengan jenis kelamin perempuan yang memiliki tindakan baik

sebanyak 12 orang (48,0%) dan 13 orang (52,0%) memiliki tindakan yang buruk

terhadap pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis paru.

Pemanfaatan pelayanan kesehatan merupakan proses pengambilan

keputusan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti nilai-nilai sosial budaya,

pengetahuan dan kesadaran akan kesehatan, dan kemampuan untuk membayar

sehingga pengambilan keputusan untuk mencari pelayanan kesehatan merupakan

hasil jaringan interaksi yang kompleks, keputusan tersebut dapat dibuat oleh

wanita itu sendiri, atau oleh suaminya, anggota keluarga, tokoh masyarakat dan

lainnya (Andersen, 1998).

b. Umur

Hasil uji statistik distribusi frekuensi diketahui bahwa dari 48 orang (75,0%)

responden dengan umur 16-50 tahun sebanyak 16 orang (33,3%) yang memiliki

tindakan baik dan 32 orang (66,7%) yang memiliki tindakan buruk terhadap

66

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


67

pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis. Sedangkan dari 16 orang (25,0%)

responden dengan umur > 50 tahun terdapat 2 orang (12,5%) yang memiliki

tindakan baik dan 14 orang (87,5%) yang memiliki tindakan buruk terhadap

pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan

Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan. Jika dilihat dari batasan umur

responden yang paling muda adalah 16 tahun sedangkan yang paling tua adalah

79 tahun.

Umur merupakan faktor demografi yang tidak berpengaruh secara langsung

terhadap perilaku. Akan tetapi faktor yang mempengaruhi secara langsung

terhadap perilaku yaitu faktor predisposing yang meliputi pengetahuan,

keyakinan, nilai, sikap dan kepercayaan. Faktor enabling yang meliputi

ketersediaan sarana kesehatan, hukum pemerintah atau masyarakat, dan lain-lain.

Faktor reinforcing yang meliputi dukungan keluarga, tokoh agama, dan lain-lain

(Green,2002).

c. Pendidikan

Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin tinggi juga tingkat

pengetahuannya (Notoatmodjo, 2007). Seseorang yang memiliki tingkat

pendidikan lebih tinggi akan dapat menerima informasi dan memahami dengan

baik dibandingkan seseorang yang pendidikannya lebih rendah. Diketahui dari 59

orang (92,2%) responden yang berpendidikan rendah (Tidak sekolah, Tamat SD,

Tamat SMP, Tamat SMA) terdapat 16 orang (27,1%) yang memiliki tindakan

baik dan 43 orang (72,9%) yang memiliki tindakan buruk terhadap pencegahan

penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


68

Kota Padangsidimpuan, sedangkan dari 5 orang (7,8%) responden yang

berpendidikan tinggi (D3, Sarjana) 2 orang memiliki tindakan baik dan 3 orang

memiliki tindakan buruk terhadap pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis

Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan.

Menurut Santosa (2009) faktor pendidikan merupakan unsur yang sangat

penting karena dengan pendidikan seseorang dapat menerima lebih banyak

informasi terutama dalam menjaga kesehatan diri dan keluarga dan memperluas

cakrawala berpikir sehingga lebih mudah mengembangkan diri dalam mencegah

terjangkitnya suatu penyakit dan memperoleh perawatan medis yang kompeten.

d. Pekerjaan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pekerjaan

responden adalah nonformal (Pedagang, Petani, Tidak bekerja, IRT). Diketahui

dari 59 orang (92,2%) responden pekerjaan nonformal (Pedagang, Petani, Tidak

bekerja, IRT) terdapat 16 orang (27,1%) yang memiliki tindakan baik dan 43

orang (72,9%) yang memiliki tindakan buruk terhadap pencegahan penularan

penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota

Padangsidimpuan, sedangkan 5 orang (7,8%) responden dengan pekerjaan formal

(Pegawai Negeri, Pegawai Swasta) 2 orang memiliki tindakan baik dan 3 orang

memiliki tindakan buruk terhadap pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis

Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan.

5.1.2 Pengetahuan Penderita TB Paru Dalam Upaya Pencegahan


Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru

Berdasarkan hasil uji statistik distribusi frekuensi penderita TB Paru tentang

Tuberkulosis Paru pengetahuan responden diidentifikasi dengan 15 pertanyaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


69

tentang TB Paru terhadap upaya pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis

Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun

2017 bahwa pengetahuan responden tentang penyebab TB Paru adalah responden

dengan pengetahuan baik yaitu sebanyak 9 orang (47,4%) dan pengetahuan

kurang sebanyak 55 orang (85,9%). Pengetahuan responden tentang TB Paru

dapat menular yaitu sebanyak 25 orang (39,1%) pengetahuan baik dan 39 orang

(60,9%) pengetahuan kurang. Pengetahuan responden yang baik tentang TB Paru

dapat menular kepada orang lain sebanyak 47 orang (73,4%) dan pengetahuan

responden yang kurang sebanyak 17 orang (26,6%). Pengetahuan responden

tentang Pemeriksaan awal bagi seseorang yang dicurigai menderita TB Paru yaitu

62 orang (96,9%) dengan pengetahuan baik dan 2 orang (3,1%) dengan

pengetahuan kurang. Pengetahuan responden tentang pengobatan TB Paru yang

baik dan benar yaitu 64 orang (100,0%) dengan pengetahuan baik.

Distribusi kategori pengetahuan penderita TB Paru tentang Tuberkulosis

Paru terhadap upaya pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di

Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017

bahwa responden yang memiliki pengetahuan dengan kategori baik yaitu

sebanyak 19 orang (29,7%) dan pengetahuan dengan kategori kurang yaitu

sebanyak 45 orang (70,3%).

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan terjadi melalui

pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan

raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


70

(Notoatmodjo, 2007). Proses yang didasari oleh pengetahuan kesadaran dan sikap

yang positif, maka perilaku tersebut akan bersikap langgeng. Sebaliknya apabila

perilaku tersebut tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan

berlangsung lama (Notoatmodjo, 2003). Berdasarkan observasi di lapangan

pengetahuan yang kurang akan menghambat penderita untuk melakukan

pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan

Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan karena penderita kurang

memahami tentang penyakit Tuberkulosis Paru.

5.1.3 Sikap Penderita TB Paru Dalam Upaya Pencegahan Penularan


Penyakit Tuberkulosis Paru
Berdasarkan uji statistik diketahui sikap penderita terhadap upaya

pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan

Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017 bahwa sikap

responden diidentifikasi dengan 15 pernyataan dengan sikap responden yang baik

adalah penyakit TBC merupakan penyakit yang sangat menular yaitu sebanyak 45

orang (70,3%) dan sikap responden yang kurang sebanyak 19 orang (29,7%).

Sikap responden yang baik tentang setiap orang batuk terus menerus lebih dari 2

minggu sebaiknya melakukan pemeriksaan dahak sebanyak 44 orang (68,8%)

sedangkan sikap responden yang kurang yaitu 20 orang (31,3%). Sikap responden

terhadap dukungan keluarga sangat dibutuhkan dalam pengobatan TB Paru yaitu

baik sebanyak 29 orang (45,3%) dan sikap responden yang kurang sebanyak 35

orang (54,7%). Sikap responden yang baik tentang penyakit TB Paru dapat

sembuh sendiri tanpa pengobatan yaitu 31 orang (48,4%) sedangkan sikap

responden yang kurang sebanyak 33 orang (51,6%). Sikap responden tentang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


71

membuang dahak sembarangan adalah hal yang wajar dilakukan setiap orang

yaitu baik sebanyak 22 orang (34,4%) dan sikap responden yang kurang sebanyak

42 orang (65,6%).

Distribusi kategori sikap responden yaitu dari 64 orang responden diperoleh

sikap responden yang dikategorikan baik yaitu sebanyak 8 orang (12,5%) dan

sikap responden yang dikategorikan kurang yaitu sebanyak 56 orang (87,5%).

Sikap merupakan suatu reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus/objek, manifestasi sikap itu tidak dapat

langsung dilihat tetapi hanya dapat menafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang

tertutup, sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi

terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi

yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2007). Sikap

merupakan evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang

lain, obyek atau isu (Pretty, 1986 dalam Azwar, 2005).

5.1.4 Ketersediaan Fasilitas Kesehatan Dalam Upaya Pencegahan


Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru
Berdasarkan uji statistik diketahui ketersediaan fasilitas kesehatan terhadap

upaya pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan

Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017 bahwa

ketersediaan fasilitas kesehatan diidentifikasi dengan 4 pertanyaan dengan

ketersediaan fasilitas kesehatan yang baik adalah lokasi Puskesmas mudah

dijangkau dari rumah yaitu sebanyak 64 orang (100,0%). Ketersediaan fasilitas

kesehatan yang baik adalah terdapat ruangan khusus untuk pengobatan TB Paru di

Puskesmas sebanyak 1 orang (1,6%). Ketersediaan fasilitas kesehatan yang baik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


72

adalah tersedia laboratorium untuk pemeriksaan dahak penderita TB Paru di

Puskesmas sebanyak 3 orang (4,7%).

Distribusi kategori ketersediaan fasilitas kesehatan terhadap upaya

pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan

Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017 bahwa responden

dengan ketersediaan fasilitas kesehatan dengan kategori baik yaitu sebanyak 4

orang (6,3%) dan kategori kurang yaitu sebanyak 60 orang (93,8%).

Ketersediaan fasilitas kesehatan di puskesmas tidak lengkap, tidak adanya

laboratorium untuk pemeriksaan dahak dan rontgen untuk mengetahui seseorang

sedang menderita TB Paru, sehingga merumitkan penderita TB Paru untuk

mencari pelayanan yang menyediakan laboratorium untuk pemeriksaan dahak.

Puskesmas juga tidak menyediakan media promosi kesehatan seperti leaflet atau

foster yang bisa menambah pengetahuan responden untuk pencegahan penularan

TB Paru.

5.1.5 Peran Petugas Kesehatan Dalam Upaya PencegahanPenularan


Penyakit Tuberkulosis Paru
Berdasarkan uji statistik diketahui peran petugas kesehatan terhadap upaya

pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan

Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017 bahwa peran

petugas kesehatan diidentifikasi dengan 7 pertanyaan dengan peran petugas

kesehatan yang baik adalah Petugas kesehatan pernah menjelaskan tentang berapa

lama pengobatan TB Paru yaitu sebanyak 63 orang (98,4%). Peran petugas

kesehatan yang baik adalah Petugas kesehatan pernah memberikan informasi

tentang pentingnya pencegahan penularan TB Paru terhadap orang lain sebanyak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


73

63 orang (98,4%). Peran petugas kesehatan yang baik adalah Petugas kesehatan

memberikan informasi tentang cara melakukan pencegahan penularan TB Paru

terhadap orang lain sebanyak 63 orang (98,4%). Peran petugas kesehatan yang

baik adalah Petugas kesehatan pernah memberikan anjuran kepada Bapak/Ibu

untuk melakukan pencegahan penularan TB Paru (pemakaian masker dan

pembuangan dahak dalam pot khusus) sebanyak 62 orang (96,9%) dan peran

petugas kesehatan yang kurang yaitu 2 orang (3,1).

Distribusi kategori peran petugas kesehatan terhadap upaya pencegahan

penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara

Kota Padangsidimpuan Tahun 2017 bahwa responden dengan peran petugas

kesehatan dengan kategori baik yaitu sebanyak 57 orang (89,1%) dan kategori

kurang yaitu sebanyak 7 orang (10,9%).

5.2 Distribusi Bivariat


5.2.1 Hubungan Karakteristik Penderita TB Paru Terhadap Upaya
Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru
a. Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 39 orang responden

dengan jenis kelamin laki-laki terdapat 6 orang (15,4%) yang memiliki tindakan

yang baik dan 33 orang (84,6%) memiliki tindakan yang buruk terhadap

pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis paru, sedangkan dari 25 orang

(39,1%) responden dengan jenis kelamin perempuan yang memiliki tindakan baik

sebanyak 12 orang (48,0%) dan 13 orang (52,0%) memiliki tindakan yang buruk

terhadap pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis paru di Kecamatan

Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan. Pada hasil analisis statistik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


74

dengan uji Chi-square menunjukkan p = 0,005 hal ini berarti p< 0,05 keputusan

uji Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna

antara jenis kelamin penderita TB Paru terhadap upaya pencegahan

penularanpenyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara

Kota Padangsidimpuan Tahun 2017.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara jenis kelamin

terhadap upaya pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan

Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017. Penelitian ini

sejalan dengan penelitian Versitaria dan Kusnoputranto (2011) variabel jenis

kelamin memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian TB Paru (p=0,036),

penelitian Nurhana dkk (2007) juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan

bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian TB Paru dan juga sejalan dengan

penelitian yang dilakukan Indah (2014) dan Ogboi S.J, dkk (2010) yang

menyatakan bahwa ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian TB Paru.

Penelitian ini menunjukkan bahwa laki-laki lebih berpeluang menderita TB Paru

dibandingkan perempuan. Penyakit TB Paru lebih tinggi pada laki-laki

dibandingkan perempuan karena kebiasaan laki-laki yang sering merokok dan

mengkonsumsi minuman beralkohol yang dapat menurunkan system pertahanan

tubuh. Hasil penelitian dilapangan menunjukkan bahwa penderita TB Paru

mempunyai kebiasaan sering tidak menutup mulut pada saat batuk, yang dapat

membuat penularan TB Paru pada orang-orang yang sehat serta peningkatan kasus

TB Paru dipengaruhi oleh daya tahan tubuh, status gizi dan kebersihan diri

individu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


75

b. Umur

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 48 orang responden

dengan umur 16-50 tahun sebanyak 16 orang (33,3%) yang memiliki tindakan

baik dan 32 orang (66,7%) yang memiliki tindakan buruk terhadap pencegahan

penularan penyakit Tuberkulosis. Sedangkan dari 16 orang responden dengan

umur > 50 tahun terdapat 2 orang (12,5%) yang memiliki tindakan baik dan 14

orang (87,5%) yang memiliki tindakan buruk terhadap pencegahan penularan

penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota

Padangsidimpuan. Pada hasil analisis statistik dengan uji Chi-square

menunjukkan p = 0,075 hal ini berarti p> 0,05 keputusan uji Ho diterima sehingga

dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara umur

penderita TB Paru terhadap upaya pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis

Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun

2017.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna

antara umur penderita TB Paru terhadap upaya pencegahan penularan penyakit

Tuberkulosis Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota

Padangsidimpuan Tahun 2017. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Elisa dkk

(2014) tidak ada hubungan antara umur dengan kejadian TB Paru. Pada pasien

berumur 15-55 tahun beresiko 1,5 kali lebih besar menderita TB Paru,

dibandingkan dengan umur <15 tahun dan >55 tahun. Kelompok umur menurut

Tjandra Yoga dalam Manalu (2010) mengungkapkan bahwa di Indonesia

sebagian besar penderita TB Paru sebesar 75% adalah penduduk usia produktif

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


76

yaitu antara 15-49 tahun. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Bagoes dkk

(2006) dan Rikha (2011) tidak ada hubungan antara umur dengan kejadian TB

Paru, hal ini disebabkan karena ketahanan tubuh mulai menurun setelah umur 45

tahun sehingga rentan terkena penyakit. Hasil penelitian dilapangan menunjukkan

bahwa responden yang berumur >50 tahun banyak yang mempunyai tindakan

kurang terhadap pencegahan penularan TB Paru, hal ini disebabkan responden

yang berusia >50 banyak yang mengabaikan pencegahan TB Paru karena

beranggapan penyakit TB Paru adalah penyakit biasa yang akan sembuh.

c. Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 59 orang responden

yang berpendidikan rendah terdapat 16 orang (27,1%) yang memiliki tindakan

baik dan 43 orang (72,9%) yang memiliki tindakan buruk terhadap pencegahan

penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara

Kota Padangsidimpuan, sedangkan dari 5 orang responden yang berpendidikan

tinggi 2 orang memiliki tindakan baik dan 3 orang memiliki tindakan buruk

terhadap pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan

Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan. Pada hasil analisis statistik

dengan uji Chi-square menunjukkan p = 0,305 hal ini berarti p> 0,05 keputusan

uji Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan

pendidikan dengan tindakan penderita TB Paru terhadap upaya pencegahan

penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara

Kota Padangsidimpuan Tahun 2017.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


77

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan pendidikan

dengan tindakan penderita TB Paru terhadap upaya pencegahan penularan

penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota

Padangsidimpuan Tahun 2017. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Rikha

(2011) tidak ada hubungan antara pendidikan dengan kejadian TB Paru (p=0,297).

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (1993) dalam Bagoes

(2006) yang menyatakan bahwa pendidikan pada individu atau kelompok

bertujuan untuk mencari peningkatan kemampuan yang diharapkan. Seseorang

yang telah menyelesaikan pendidikan dalam satu bidang akan mempunyai

pengetahuan dan keterampilan pula.

d. Pekerjaan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari dari 59 orang

responden pekerjaan nonformal terdapat 16 orang (27,1%) yang memiliki

tindakan baik dan 43 orang (72,9%) yang memiliki tindakan buruk terhadap

pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan

Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan, sedangkan 5 orang responden

dengan pekerjaan formal 2 orang memiliki tindakan baik dan 3 orang memiliki

tindakan buruk terhadap pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di

Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan. Pada hasil

analisis statistik dengan uji Chi-square menunjukkan p = 0,305 hal ini berarti p>

0,05 keputusan uji Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada

hubungan pekerjaan dengan tindakan penderita TB Paru terhadap upaya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


78

pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan

Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan pekerjaan

dengan tindakan penderita TB Paru terhadap upaya pencegahan penularan

penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota

Padangsidimpuan Tahun 2017. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Very

(2012) variabel pekerjaan tidak memiliki hubungan dengan kejadian TB Paru

(p=0,509), dengan demikian dapat dinyatakan bahwa jenis pekerjaan bukan

merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit TB pada usia

kerja. Hal ini kemungkinan disebabkan karena ada faktor lain yang berhubungan

dengan kejadian TB seperti riwayat kontak TB dalam keluarga.

5.2.2 Hubungan Pengetahuan Penderita TB Paru Terhadap Upaya


Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 19 orang responden

dengan pengetahuan baik terdapat 9 orang (47,4%) memiliki tindakan pencegahan

penularan penyakit Tuberkulosis paru yang baik dan 10 orang (52,6%) yang

memiliki tindakan buruk terhadap pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis

paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan, dari 45

orang responden dengan pengetahuan kurang terdapat 9 orang (20,0%) yang

memiliki tindakan baik dan 36 orang (80,0%) memiliki tindakan buruk terhadap

pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan

Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan. Pada hasil analisis statistik

dengan uji Chi-square menunjukkan p = 0,023, ini berarti p< 0,05 keputusan uji

Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pengetahuan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


79

penderita TB Paru terhadap upaya pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis

Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun

2017.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan

terhadap upaya pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan

Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017. Dari hasil uji

statistik yang telah dilakukan responden dengan pengetahuan yang baik memiliki

tindakan pencegahan yang baik dibandingkan dengan responden dengan tingkat

pengetahuan yang kurang. Pengetahuan responden lebih banyak pada kategori

rendah hal ini disebabkan rendahnya pendidikan responden. Penelitian ini sejalan

dengan penelitian Suanda (2015) bahwa ada hubungan yang signifikan antara

pengetahuan dengan pencegahan TB (p=0,003), hal ini disebabkan bahwa untuk

merubah perilaku seseorang dibutuhkan kesungguhan dari individu itu sendiri

dalam merubah perilaku. Diawali dari lingkungan keluarga, peranan orangtua

sangat membantu dalam menjelaskan dan memberikan contoh yang baik

dilakukan dan yang tidak baik dilakukan. Penelitian Bagoes W, dkk (2006)

menunjukkan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan kejadian TB Paru dan

penelitian ini sesuai dengan pendapat Carwrigth (1981) dalam Inantha (1997),

bahwa peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku.

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


80

telinga pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya seseorang (Notoatmodjo, 2007).

5.2.3 Hubungan Sikap Penderita TB Paru Terhadap Upaya Pencegahan


Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru
Berdasarkan hasil penelitian ini dikaitkan bahwa dari 8 orang (12,5%)

responden dengan sikap baik terdapat sebanyak 5 orang (62,5%) memiliki

tindakan pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis paru yang baik dan 3 orang

(37,5%) memiliki tindakan buruk terhadap pencegahan penularan penyakit

Tuberkulosis paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota

Padangsidimpuan. Sedangkan 56 orang (87,5%) responden dengan sikap kurang

terdapat 13 orang (23,2%) memiliki tindakan pencegahan penularan penyakit

Tuberkulosis paru yang baik dan 43 orang (76,8%) memiliki tindakan buruk

terhadap pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis paru di Kecamatan

Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan. Dilihat secara rinci dari hasil

penelitian analisis statistik dengan uji Chi-square menunjukkan p = 0,029. Maka p

< 0,05 Ho ditolak sehingga adanya hubungan antara sikap penderita TB Paru

terhadap upaya pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan

Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan.

Dari hasil penelitian ini ada hubungan sikap penderita TB Paru terhadap

upaya pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan

Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017. Penelitian ini

sejalan dengan penelitian Suanda (2015) bahwa ada hubungan yang signifikan

antara sikap dengan pencegahan TB (p=0,002), sikap responden yang kurang baik

seperti kurang menjaga kesehatan fisik, tidak teratur olahraga, kebiasaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


81

merokok, kurang istirahat akan menyebabkan perilaku kurang baik terhadap

pencegahan penyakit Tuberkulosis dan berisiko mengakibatkan mudah terserang

penyakit paru terutama penyakit Tuberkulosis.

Sikap adalah salah satu dari faktor predisposing yang meliputi pengetahuan,

keyakinan, nilai, kepercayaan yang berpengaruh secara langsung terhadap

perilaku masyarakat (Green, 2000). Sikap responden yang tinggi terhadap upaya

pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru yaitu kemauan dalam mencari

pelayanan kesehatan di dukung dengan kemauan untuk berperilaku hidup bersih

dan sehat. Responden dengan pengetahuan yang baik dan sikap yang positif

memiliki tindakan pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru yang baik.

Hal ini dapat diartikan bahwa pengetahuan dan sikap merupakan penunjang dalam

melakukan perilaku sehat (Notoatmodjo,2007).

5.2.4 Hubungan Ketersediaan Fasilitas Kesehatan Terhadap Upaya


Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru
Berdasarkan hasil penelitian ini dikaitkan bahwa dari 4 orang (12,5%)

responden dengan ketersediaan fasilitas kesehatan baik terdapat 3 orang (75,0%)

yang memiliki tindakan pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis paru yang

baik dan 1 orang (25,0%) yang memiliki tindakan yang buruk terhadap

pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan

Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan. Sedangkan 60 orang (93,8%)

responden dengan dengan ketersediaan fasilitas kesehatan kurang terdapat 15

orang (25,0%) yang memiliki tindakan pencegahan penularan penyakit

Tuberkulosis paru yang baik dan 45 orang (75,0%) yang memiliki tindakan yang

buruk terhadap pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


82

Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan. Dilihat secara rinci dari hasil

penelitian analisis statistik dengan uji Chi-square menunjukkan p = 0,059. Maka p

> 0,05 Ho diterima sehingga tidak ada hubungan antara ketersediaan fasilitas

kesehatan terhadap upaya pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di

Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan.

Tidak adanya hubungan antara ketersediaan fasilitas kesehatan terhadap

upaya pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru dalam penelitian ini. Hal

ini disebabkan karena fasilitas kesehatan biasanya digunakan untuk pengobatan

TB Paru bukan untuk pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru.

Ketersediaan fasilitas kesehatan di puskesmas tidak lengkap, tidak adanya

laboratorium untuk pemeriksaan dahak dan rontgen untuk mengetahui seseorang

menderita TB Paru atau tidak, sehingga merumitkan penderita TB Paru untuk

mencari pelayanan yang menyediakan laboratorium untuk pemeriksaan dahak.

Puskesmas juga tidak menyediakan media promosi kesehatan seperti leaflet atau

foster yang bisa menambah pengetahuan responden untuk pencegahan penularan

TB Paru.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Yanti (2012) tidak

ada hubungan antara ketersediaan fasilitas kesehatan dengan kejadian TB Paru

dengan p= 0,470 dan juga penelitian Istiqomah (2017) yang menunjukkan bahwa

tidak ada hubungan sarana dan prasarana terhadap kejadian TB Paru di Kelurahan

Kramas. Teori L. Green menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi

perilaku seseorang adalah faktor pemungkin yaitu ketersediaan sarana dan

prasarana. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa sebagian responden

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


83

menyatakan ketersedian fasilitas tidak lengkap sehingga sulit bagi penderita untuk

melakukan pemeriksaaan.

5.2.5 Hubungan Peran Petugas Kesehatan Terhadap Upaya Pencegahan


Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru
Berdasarkan hasil penelitian ini dikaitkan bahwa dari 57 orang (89,1%)

responden dengan peran petugas kesehatan baik terdapat 14 orang (25,0%) yang

memiliki tindakan pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis paru yang baik

dan 42 orang (75,0%) yang memiliki tindakan yang buruk terhadap pencegahan

penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara

Kota Padangsidimpuan. Sedangkan dari 7 orang responden dengan peran petugas

kesehatan kurang terdapat 3 orang (42,9%) yang memiliki tindakan pencegahan

penularan penyakit Tuberkulosis paru yang baik dan 4 orang (57,1%) yang

memiliki tindakan yang buruk terhadap pencegahan penularan penyakit

Tuberkulosis Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota

Padangsidimpuan. Dilihat secara rinci dari hasil penelitian analisis statistik

dengan uji Chi-square menunjukkan p = 0,201. Maka p > 0,05 Ho diterima

sehingga tidak adanya hubungan antara peran petugas kesehatan terhadap upaya

pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan

Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan.

Tidak ada hubungan antara peran petugas kesehatan terhadap upaya

pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru dalam penelitian ini. Hal ini

disebabkan karena sebagian besar penderita TB Paru lebih menerima informasi

dari tokoh masyarakat daripada petugas kesehatan. Penelitian ini sejalan dengan

penelitian Istiqomah (2017) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan peran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


84

petugas terhadap kejadian TB Paru di Kelurahan Kramas, hal ini disebabkan

petugas kurang aktif dalam pemberian informasi kepada pasien tentang

pencegahan penularan penyakit TB Paru. Tidak tersedianya media yang bisa

menambah pengetahuan penderita seperti leaflet, foster dan lainnya. Menurut

buku panduan penanggulangan Tuberkulosis tatalaksana pasien Tuberkulosis

yaitu menemukan kasus, diagnosis dan mengobati sampai sembuh. Hasil

penelitian menunjukkan kurang aktifnya petugas kesehatan dalam menemukan

kasus TB seperti tidak ada kunjungan ke rumah masyarakat, hal ini disebabkan

tidak adanya jadwal yang ditentukan dari petugas P2 TB.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang “Pengetahuan Sikap dan Tindakan

Penderita TB Paru Terhadap Upaya Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis

Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun

2017” maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Gambaran umum karakteristik penderita TB Paru adalah berjenis kelamin

laki-laki 39 orang, paling banyak berumur 16-50 tahun, dengan pendidikan

paling banyak berpendidikan rendah sebanyak 59 orang serta memiliki

pekerjaan paling banyak adalah pekerjaan informal (Pedagang, Petani,

Tidak bekerja, IRT) sebanyak 59 orang.

2. Pengetahuan penderita TB Paru tentang Tuberkulosis Paru terhadap upaya

pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru memiliki pengetahuan

dengan kategori baik sebesar 19 orang dan kurang 45 orang.

3. Sikap penderita TB Paru yang paling banyak berada pada kategori kurang

yaitu dari 56 orang dan baik 8 orang.

4. Ketersediaan fasilitas kesehatan yang paling banyak berada pada kategori

kurang yaitu 56 orang dan baik 8 orang.

5. Peran petugas kesehatan yang paling banyak berada pada kategori baik yaitu

57 orang dan kurang 7 orang.

6. Terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin penderita TB Paru

terhadap upaya pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru dengan

85

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


86

pvalue = 0,005, tidak ada hubungan antara umur, pendidikan, pekerjaan

penderita TB Paru terhadap upaya pencegahan penularan penyakit

Tuberkulosis Paru.

7. Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan penderita TB Paru

terhadap upaya pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru dengan

pvalue = 0,023.

8. Terdapat hubungan yang bermakna antara sikap penderita TB Paru terhadap

upaya pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru dengan pvalue =

0,029.

9. Tidak ada hubungan antara ketersediaan fasilitas kesehatan terhadap upaya

pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru dengan pvalue = 0,059.

10. Tidak ada hubungan antara peran petugas kesehatan terhadap upaya

pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru dengan pvalue = 0,201.

6.2 Saran

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Kecamatan Padangsidimpuan

Tenggara Kota Padangsidimpuan yang memiliki pengetahuan kurang dan sikap

yang baik, jika dilihat dari tindakan penderita TB Paru terhadap upaya

pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru dikategorikan buruk.

1. Bagi penderita TB Paru diharapkan agar meningkatkan kesadaran dalam

menambah informasi mengenai upaya pencegahan penularan penyakit

Tuberkulosis Paru.

2. Bagi petugas harus lebih aktif dalam upaya promosi kesehatan dengan

mengadakan sosialisasi mengenai pencegahan penularan TB Paru untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


87

menambah pengetahuan dan menyediakan media leaflet, foster tentang

pencegahan TB Paru.

3. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya jika ingin mendapatkan hasil yang

lebih baik mengenai pencegahan penyakit dalam program kesehatan

disarankan untuk melihat peran keluarga karena dalam penelitian ini hal

tersebut tidak dimunculkan dan di uji secara statistik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Andersen, 1998. Teori Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan.


http://kesehatansejati.blogspot.co.id/2010/07/teoripemanfaatanpelayan
ankesehatan.html diakses tanggal 11 April 2018.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :
PT. Rineka Cipta.
Astuti, Sumiyati. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap
Masyarakat Terhadap Upaya Pencegahan Penyakit Tuberkulosis
di RW 04 Kelurahan Lagoa Jakarta Utara. [SKRIPSI]
http://www.repository.uinjkt.ac.id.pdf di akses pada tanggal 10
desember 2017.
Azwar, S. (2005). Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya.Yogyakarta :
Pustaka Pelajar. https://www.lyceum.id/teori-tentang-sikap/. Diakses
tanggal 6 Mei 2018.
Azwar, S. 2013. Sikap Manusia (Teori dan Pengukurannya). Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan Dasar
Provinsi Sumatera Utara. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Budiman, A. R. 2013. Pengetahuan dan sikap dalam penelitian Kesehatan.
Jakarta : Salemba Medika.
Departemen Kesehatan RI. 2011. Strategi Nasional Pengendalian TB. Jakarta.
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. 2014. Profil Kesehatan 2015. Medan.
. . 2015. Profil Kesehatan 2014. Medan.
Dinas Kesehatan Daerah Kota Padangsidimpuan. 2016. Profil Kesehatan
Kabupaten/Kota 2016. Kota Padangsidimpuan.
. . 2015. Profil Kesehatan
Kabupaten/Kota 2015. Kota Padangsidimpuan.
. 2014. Profil Kesehatan
Kabupaten/Kota 2014. Kota Padangsidimpuan.
Djannah, S.N. 2010. Gambaran Epidemiologi Kejadian Preeklampsia/
eklampsia di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun
2007-2009. Buletin penelitian sistem kesehatan.

85
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Elisa S. Korua, Nova H. Kapantow, Paul A. Kawatu. Hubungan Antara Umur
Jenis Kelamin Dan Kepadatan Hunian Dengan Kejadian TB Paru
Pada Pasien Rawat Jalan Di Rumah Sakit Umum Daerah
Noongan. Palembang. (http://fkm.unsrat.ac.id/wp-
content/uploads/2015/05/JURNAL-ELISA-
KORUA.pdf&hl=en&sa=X&scisig=AAGBfm0hAwsQB-u2-yWn-
NSGUdW_K-k04Q&nossl=I&oi=scholar) diakses pada tanggal 22
juli 2018.
Francis, C. 2011. Perawatan Respirasi. Jakarta : Erlangga.Green, Lawrence W &
Kreuter, M.W. Health Education Planning. Penerbit : Mayfield
Publishing Company, 1980.
Green, L.W & Kreuter, M.W. Health Promotion Planning An Educational and
Environmental Approach. Mayfield Publishing Company, London,
2000.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2017. Jakarta.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011. Jakarta.
Laban Y, Yoannes. 2008. TBC Penyakit dan Cara Pencegahan. Yogyakarta :
Kanisius.
Manalu, H. 2010. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kejadian TB Paru.
(http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph/article/view/3032/2805)
diakses pada tanggal 22 juli 2018.
Media, Y. 2010. Pengetahuan Sikap dan Perilaku Masyarakat Tentang
Penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan Sungai Tarab,
Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010.
[SKRIPSI]
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/article/view/108/8
9 diakses pada tanggal 10 desember 2017
Naga, S.S. 2012. Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Jogjakarta :
DIVA Press.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Jakarta:Rineka Cipta.
. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Jakarta:Rineka Cipta.
. 2010. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Jakarta:Rineka Cipta.
. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni.
Jakarta:Rineka Cipta.

86
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.
Jakarta:Rineka Cipta.
. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan.
Jakarta:Rineka Cipta.
Nurhana., Amiruddin., Abdulla Tahir. 2007. Faktor-faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Pada Masyarakat Di
Provinsi Sulawesi Selatan 2007. Sulawesi Selatan.
(http://blog.unhas.ac.id/index.php/JMKMI/article/viewFile/1042/914)
diakses pada 22 juli 2018.
Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI). 2010. Buku Saku
PPTI. Jakarta.
Potter, P.A & Perry, A.N. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan :
Konsep, Proses dan Praktik Edisi 4. Jakarta : EGC.
Rikha, N.P. 2011. Hubungan Antara Karakteristik Individu Praktik Hygiene
Dan Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Tuberculosis Di
Kecamatan Semarang Utara Tahun 2011. Semarang.
(http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm) diakses pada tanggal 23
juli 2018.
Santosa, Dodi Nawan. 2009. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Formal
Ibu Dengan Perilaku Pencegahan Diare Pada Anak Di Kelurahan
Pucangsawit Surakarta. Surakarta: Skripsi Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Marat.
Smelltzer. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddarth. Jakarta : EGC.
Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
Sistem Pernafasan. Jakarta : Salemba Medika.
Suanda , Saputra. 2015. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku
Pencegahan Oleh Pasien Tuberkulosis Paru Di Poli Paru Rumah
Sakit Cito Karawang Tahun 2015. Karawang.
(http://jurnal.stikesmedikacikarang.ac.id) diakses pada tanggal 27 juli
2018.
Undang-Undang Kesehatan No.36 Tahun 2009.
Versitaria , U, H., Kusnoputranto, H. 2011. Hubungan Antara Jenis Kelamin
Dan Kepadatan Hunian Dengan Kejadian TB Paru Pada Pasien
Rawat Jalan Di Rumah Sakit Umum Daerah Noongan.
Palembang.
(Http://Jurnalkesmas.Ui.Ac.Id/Index.Php/Kesmas/Article/View/132/1
33) diakses pada tanggal 20 juli 2018.

87
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Very, Rikyandini. 2012. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Tuberkulosis Pada Usia Kerja Di Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo. Sukoharjo: Skripsi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
World Health rganization (WHO). Global Tuberculosis Report. 2016.
Switzerland.
World Health rganization (WHO). Global Tuberculosis Report. 2012.
Switzerland.
World Health Organization. A global brief on hypertension: silent killer, global
publichealthcrisis.2015.http://www.pusdatin.kemkes.go.id/article/view
/15080300001/hipertesithesilentkiller.html. Diakses tanggal 14 Juli
2017.

88
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBARAN KUESIONER

PENGETAHUAN SIKAP DAN TINDAKAN PENDERITA TB PARU


DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT
TUBERKULOSIS PARU DI KECAMATAN PADANGSIDIMPUAN
TENGGARA KOTA PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2017

IDENTITAS

1. Nama responden : ................................


2. Umur :
3. Jenis kelamin : L/P
4. Pendidikan :
a. Tidak sekolah d. Tamat SMA
b. Tamat SD e. Diploma III
c. Tamat SMP f. Strata 1 (Sarjana)
5. Pekerjaan :
a. Pegawai swasta d. Petani
b. Pedagang e. Tidak bekerja
c. Pegawai Negeri f. Ibu Rumah Tangga

A. PENGETAHUAN RESPONDEN

1. Menurut Bapak/Ibu apa penyebab penyakit Tuberkulosis Paru (TB paru) ?

a. Kuman (2)

b. Virus (0)

c. Racun / guna-guna (0)

2. Menurut Bapak/Ibu apa nama bakteri penyebab tuberkulosis?

a. Mycobacterium tuberculosis (2)

b. Influenza (0)

c. Varicella-zoster (0)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3. Menurut Bapak/Ibu kuman TB Paru berada pada ?

a. Dahak penderita TB Paru (2)

b. Keringat penderita TB Paru (0)

c. Pakaian Penderita TB Paru (0)

4. Sebutkan gejala penyakit TB Paru yang Bapak/Ibu ketahui

a. Batuk lebih dari 2 minggu (2)

b. Sakit kepala (0)

c. Susah tidur (0)

5. Menurut Bapak/Ibu TB Paru dapat menular melalui ?

a. Udara (2)

b. Peredaran darah (0)

c. Saluran pernafasan (0)

6. Bagaimana menurut Bapak/Ibu pencegahan penularan penyakit TB Paru ?

a. Memakai masker saat sedang di perjalanan (2)

b. Menjauh dari keluarga (0)

c. Alat makan penderita tidak dipisahkan dengan keluarga lainnya (0)

7. Menurut Bapak/Ibu penyakit TB Paru dapat menular kepada orang lain

karena :

a. Terhirup percikan dahak penderita saat batuk dan bersin (2)

b. Berjabat tangan langsung dengan penderita (0)

c. Donor darah (0)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8. Menurut Bapak/Ibu makanan apa yang baik untuk penderita TB Paru ?

a. Makanan yang tinggi protein (2)

b. Makanan yang mengandung tinggi kalsium (0)

c. Makanan yang mahal (0)

9. Menurut Bapak/Ibu bagaimana pemeriksaan awal bagi seseorang yang

dicurigai menderita TB Paru ?

a. Melakukan pemeriksaan dahak dalam waktu 2 hari yaitu sewaktu-

pagi-sewaktu (2)

b. Pemeriksaan urin (0)

c. Pemeriksaan feses (kotoran) (0)

10. Dalam pengobatan TB Paru dibagi menjadi dua tahap, menurut Bapak/Ibu

apa saja tahap pengobatan TB Paru?

a. Tahap awal dan tahap lanjutan (2)

b. Tahap pemula dan tahap profesional (0)

c. Tahap sakit dan tahap sembuh (0)

11. Menurut Bapak/Ibu bagaimana pengobatan penyakit Tuberkulosis yang baik

dan benar ?

a. Meminum obat secara teratur dan berkelanjutan sesuai aturan selama

6-8 bulan (2)

b. Meminum obat selama satu tahun (0)

c. Berobat kalau ada waktu (0)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12. Menurut Bapak/Ibu bila pengobatan TB Paru tidak dilakukan secara teratur

dan tidak disiplin maka akan mengakibatkan?

a. Menambah dan memperparah sesak nafas dan nyeri dada (2)

b. Nafsu makan menurun (0)

c. Berat badan menurun (0)

13. Menurut Bapak/Ibu untuk mencegah penularan penyakit TB Paru pada anak

dapat dicegah dengan memberi imunisasi?

a. Dengan imunisasi BCG (2)

b. Dengan imunisasi (0)

c. Dengan imunisasi apa saja (0)

14. Menurut Bapak/Ibu salah satu obat tuberkulosis adalah?

a. Rifampisin (2)

b. CTM (0)

c. Antalgin (0)

15. Apa yang saudara ketahui tentang efek samping obat anti tuberkulosis

(OAT)?

a. Demam, mual dan sakit perut (2)

b. Susah tidur (0)

c. Timbul bintik-bintik merah pada kulit (0)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


B. SIKAP

S: Setuju TS : Tidak Setuju

PILIHAN JAWABAN
NO PERNYATAAN TIDAK
SETUJU SETUJU
1 0
1 Penyakit TBCmerupakan penyakit yang sangat
menular
2 Setiap orang batuk terus menerus lebih dari 2
minggu sebaiknya melakukan pemeriksaan
dahak
3 Dukungan keluarga sangat dibutuhkan dalam
pengobatan TB Paru
4 TB Paru dapat disembuhkan dengan minum
OAT teratur
5 Pembuangan dahak sebaiknya dalam pot
khusus dan diberi cairan sabun
6 Kebersihan lingkungan sangat perlu
diperhatikan
0 1

7 TB Paru dapat sembuh sendiri tanpa


pengobatan
8 Penderita TB Paru sebaiknya berbicara tidak
terlalu dekat
9 Penderita TB Paru positif tidak menularkan
penyakit TB Paru kepada orang lain
10 Penderita TB Paru sebaiknya
dijauhkan/dikucilkan dari keluarga, masyarakat
dan pekerjaannya
11 Penderita TB Paru tidak perlu mempunyai alat
makan sendiri
12 Penyakit TB Paru penyakit yang memalukan

13 Penderita TB Paru dapat disembuhkan dengan


jamu
14 Kebersihan lingkungan tempat tinggal tidak
perlu diperhatikan
15 Membuang dahak sembarangan adalah hal yang
wajar dilakukan setiap orang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


C. KETERSEDIAAN FASILITAS KESEHATAN

PILIHAN JAWABAN
NO PERTANYAAN YA TIDAK
1 0
1 Apakah lokasi Puskesmas mudah dijangkau dari
rumah Bapak/Ibu?
2 Apakah ada sarana transportasi yang dapat
Bapak/Ibu gunakan menuju Puskesmas ?
3 Apakah terdapat ruangan khusus untuk
pengobatan TB Paru ?
4 Apakah di Puskesmas tersedia laboratorium
untuk pemeriksaan dahak penderita TB Paru ?

D. PERAN PETUGAS KESEHATAN

PILIHAN JAWABAN
NO PERTANYAAN
YA TIDAK
1 0
1 Apakah Petugas Kesehatan pernah menjelaskan
tentang berapa lama pengobatan TB Paru ?
2 Apakah Petugas Kesehatan pernah menjelaskan
tentang jenis-jenis obat untuk pengobatan TB
Paru ?
3 Apakah Petugas Kesehatan pernah menjelaskan
tentang efek samping dari obat TB Paru ?
4 Apakah Petugas Kesehatan pernah memberikan
informasi tentang pentingnya pencegahan
penularan TB Paru terhadap orang lain ?
5 Apakah menurut Bapak/Ibu Petugas kesehatan
memberikan informasi tentang cara melakukan
pencegahan penularan TB Paru terhadap orang
lain ?
6 Apakah Petugas Kesehatan pernah memberikan
anjuran kepada Bapak/Ibu untuk melakukan
pencegahan penularan TB Paru ( pemakaian
masker dan pembuangan dahak dalam pot
khusus )?
7 Apakah Petugas Kesehatan memberikan
konseling setelah Bapak/Ibu menunjukkan hasil
pemeriksaan dahak Bapak/Ibu ?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


II. VARIABEL DEPENDEN

A. TINDAKAN PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT


TUBERKULOSIS PARU

PILIHAN JAWABAN
NO Upaya Pencegahan
YA TIDAK
1 0
1 Ketika batuk dan bersin mulut selalu ditutup

2 Pembuangan dahak menggunakan tempat khusus

3 Menggunakan masker jika sedang di perjalanan

4 Selalu berperilaku hidup bersih dan sehat

5 Melakukan pemeriksaan kesehatan di puskesmas


secara rutin
6 Setiap ruangan dalam rumah dilengkapi jendela
yang cukup untuk pencahayaan alami dan
ventilasi untuk pertukaran udara serta agar sinar
matahari dapat masuk
7 Jika ada balita di rumah saudara, balita tersebut
sudah diberi vaksin BCG
8 Menyajikan dan mengonsumsi makanan yang
tinggi protein (seperti telur, ikan air tawar, susu,
madu, pepaya, jeruk, alpukat dan tomat,wortel,
bayam, kol dan brokoli)
9 Penggunaan alat makan penderita TB Paru
dengan anggota keluarga lainnya dipisahkan
10 Menjemur kasur penderita TB Paru dilakukan
pada terik matahari setiap hari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


MASTER DATA PENELITIAN
No. Nama Responden JK Umur KU Pendidikan PK PENGETAHUAN Jumlah J.K
1 rugayah 1 39 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 30 1
2 sukri lbs 0 61 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 2 0 2 2 0 10 2
3 solauddin dlm 0 65 0 0 0 0 0 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 24 1
4 yahya 0 65 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 2 2 2 0 0 2 0 10 2
5 dewi lestari 1 29 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 2 2 2 0 0 2 0 10 2
6 ramean 0 48 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 2 0 2 0 2 2 0 10 2
7 samsudin 0 65 0 0 0 0 0 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 0 22 1
8 darma harun 0 42 1 0 0 0 0 2 2 0 0 0 0 2 0 2 0 0 2 0 10 2
9 indah lestari 1 17 1 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 28 1
10 desliadi 1 33 1 0 0 0 2 2 2 2 2 2 0 2 0 2 2 2 2 0 22 1
11 natalius 1 35 1 0 0 0 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 0 24 1
12 aldian adi candra 0 24 1 0 0 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 0 26 1
13 erni johan 1 32 1 0 0 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 0 26 1
14 parenta 0 33 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 2 0 0 2 0 6 2
15 saini 1 59 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 2 0 2 2 0 8 2
16 erwin hrp 0 35 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 2 2 2 0 2 2 0 12 2
17 juli rahayu 1 27 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 2 0 2 0 0 2 0 8 2
18 indra gunawan 0 23 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 2 0 2 0 2 2 2 12 2
19 indah rahmadani 1 18 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 2 2 2 2 0 2 2 14 2
20 karino 0 55 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 2 2 2 2 0 10 2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21 julpahmi 0 28 1 0 0 0 0 2 2 2 2 0 0 2 2 2 0 2 2 2 20 2
22 al iskandar 0 56 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 2 2 2 2 0 2 0 12 2
23 kumpul srg 0 45 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 2 0 2 2 2 2 2 14 2
24 yanti 1 32 1 0 0 0 0 2 2 2 2 0 0 2 0 2 0 0 2 2 16 2
25 lokot 0 27 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 2 2 2 2 0 2 2 14 2
26 imran suroji 0 45 1 1 1 0 0 0 0 0 0 2 0 2 0 2 2 0 2 2 12 2
27 m.rizal 0 51 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 2 2 0 2 2 2 12 2
28 rizki syahputra 0 18 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 0 2 0 0 2 2 10 2
29 samsinar 1 38 1 1 1 0 0 0 0 0 0 2 0 2 0 2 2 2 2 2 14 2
30 muhammad 0 54 0 0 0 0 0 0 2 2 2 2 0 2 0 2 0 2 2 0 16 2
31 najliani 1 51 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 2 0 0 2 2 8 2
32 hasan suteja 0 79 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 2 2 2 2 2 2 14 2
33 faisal 0 32 1 0 0 0 2 2 2 0 2 0 0 2 0 2 2 2 2 2 20 2
34 zainuddin 0 54 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 2 2 2 0 0 2 0 12 2
35 annisah 1 26 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 2 0 2 2 2 2 0 12 2
36 mahyandi 0 23 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 2 0 0 2 0 8 2
37 dongoran 0 41 1 0 0 0 0 2 2 2 2 2 0 2 0 2 2 0 2 2 20 2
38 zuhro 1 49 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 2 0 2 0 2 2 2 14 2
39 midasari 1 23 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 2 2 2 0 0 2 0 10 2
40 marapulut 0 30 1 0 0 0 0 2 2 2 2 2 0 2 0 2 0 0 2 0 16 2
41 astika vera 1 23 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 2 2 0 2 0 10 2
42 arwan hrp 0 67 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 2 0 2 2 0 2 2 12 2
43 aful 0 45 1 0 0 0 0 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 24 1
44 satjan edi 0 31 1 0 0 2 0 2 2 2 2 2 0 2 0 2 2 2 2 2 24 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


45 sitimonggur 1 45 1 1 1 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 24 1
46 burhanuddin 0 57 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 2 0 0 2 2 10 2
47 sahang 0 47 1 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 2 2 2 2 0 2 0 12 2
48 mara iman 0 49 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 2 2 2 0 0 2 2 12 2
49 hasnah suhaini 1 36 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 2 0 2 2 0 2 0 12 2
50 maysaroh 1 46 1 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 2 2 2 2 0 2 0 12 2
51 surti meilani 1 20 1 0 0 0 0 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 0 2 2 14 2
52 agus salim 0 45 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 2 2 2 0 0 2 2 12 2
53 elianto 0 16 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 2 0 2 0 0 2 0 10 2
54 ahmad sidiq 0 39 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 2 0 2 2 0 2 0 10 2
55 masrela lbs 1 57 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 2 0 2 0 2 2 0 12 2
56 solihin lbs 0 47 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 2 0 2 0 2 8 2
57 nur amsani 1 48 1 0 0 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 26 1
58 siti aisyah 1 36 1 0 0 0 0 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 24 1
59 masburpudi 0 32 1 0 0 0 0 2 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 24 1
60 nasaruddin 0 30 1 0 0 2 0 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 26 1
61 misran 0 60 0 0 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28 1
62 fitri juliada 1 34 1 0 0 2 0 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 26 1
63 ahmad rizki 0 28 1 0 0 2 0 2 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 26 1
64 ramlasari 1 30 1 0 0 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 26 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


SIKAP Jumlah J.K Ketersediaan Jumlah J.K
Fas.Kes
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 14 1 1 1 1 0 3 1
0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 8 2 1 1 0 0 2 2
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 14 1 1 1 0 0 2 2
0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 6 2 1 1 0 0 2 2
1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 13 1 1 1 0 0 2 2
0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 7 2 1 1 0 0 2 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 14 1 1 1 0 0 2 2
0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 7 2 1 1 0 0 2 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 13 1 1 1 0 0 2 2
1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 9 2 1 1 0 0 2 2
1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 9 2 1 1 0 1 3 1
1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 7 2 1 1 0 0 2 2
1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 6 2 1 1 0 0 2 2
1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 8 2 1 1 0 0 2 2
1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 9 2 1 1 0 0 2 2
1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 6 2 1 1 0 1 3 1
1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 7 2 1 1 0 0 2 2
0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 6 2 1 1 0 0 2 2
1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 6 2 1 1 0 0 2 2
1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 8 2 1 1 0 0 2 2
1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 7 2 1 1 0 0 2 2
1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 7 2 1 1 0 0 2 2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 6 2 1 1 0 0 2 2
0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 6 2 1 1 0 0 2 2
0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 6 2 1 1 0 0 2 2
1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 6 2 1 1 0 0 2 2
1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 8 2 1 1 0 0 2 2
1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 8 2 1 1 0 0 2 2
1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 5 2 1 1 0 0 2 2
0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 6 2 1 1 0 0 2 2
1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 14 1 1 1 0 0 2 2
1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 2 2 1 1 0 0 2 2
0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 5 2 1 1 0 0 2 2
1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 8 2 1 1 0 0 2 2
1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 7 2 1 1 0 0 2 2
0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 8 2 1 1 0 0 2 2
1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 6 2 1 1 0 0 2 2
1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 8 2 1 1 0 0 2 2
1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 7 2 1 1 0 0 2 2
1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 9 2 1 1 0 0 2 2
0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 8 2 1 1 0 0 2 2
1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 7 2 1 1 0 0 2 2
0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 6 2 1 1 0 0 2 2
1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 8 2 1 1 0 0 2 2
0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 1 1 1 0 1 3 1
1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 6 2 1 1 0 0 2 2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 9 2 1 1 0 0 2 2
1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 8 2 1 1 0 0 2 2
0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 5 2 1 1 0 0 2 2
1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 9 2 1 1 0 0 2 2
1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 7 2 1 1 0 0 2 2
1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 8 2 1 1 0 0 2 2
1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 6 2 1 1 0 0 2 2
0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 6 2 1 1 0 0 2 2
1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 6 2 1 1 0 0 2 2
0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 6 2 1 1 0 0 2 2
1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 7 2 1 1 0 0 2 2
0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 7 2 1 1 0 0 2 2
0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 6 2 1 1 0 0 2 2
1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 8 2 1 1 0 0 2 2
1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 10 2 1 1 0 0 2 2
1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 8 2 1 1 0 0 2 2
0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 8 2 1 1 0 0 2 2
1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 13 1 1 1 0 0 2 2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Peran Petugas Jumlah J.K TINDAKAN Jumlah J.K
Kesehatan
1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 5 1
1 1 1 1 1 1 1 7 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 4 2
1 1 1 1 1 1 1 7 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 4 2
1 1 1 1 1 1 1 7 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 3 2
1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 7 1
1 1 1 1 1 1 1 7 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 3 2
1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 4 2
1 1 1 1 1 1 1 7 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 3 2
1 1 1 1 1 0 1 6 2 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 6 1
1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 5 1
1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 8 1
1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 5 1
1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 7 1
1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 4 2
1 1 1 1 1 1 1 7 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 3 2
1 1 1 1 1 1 0 6 2 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 4 2
0 1 1 1 1 1 1 6 2 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 7 1
1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 5 1
1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 6 1
1 1 1 1 0 1 1 6 2 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 3 2
1 1 1 1 1 0 1 6 2 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 4 2
1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 6 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1 1 1 1 1 1 1 7 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 3 2
1 0 1 1 1 1 1 6 2 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 6 1
1 1 1 0 1 1 1 6 2 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 4 2
1 1 1 1 1 1 1 7 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 4 2
1 1 1 1 1 1 1 7 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 3 2
1 1 1 1 1 1 1 7 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 5 1
1 1 1 1 1 1 1 7 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 3 2
1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 4 2
1 1 1 1 1 1 1 7 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 3 2
1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 5 1
1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 4 2
1 1 1 1 1 1 1 7 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 3 2
1 1 1 1 1 1 1 7 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 4 2
1 1 1 1 1 1 1 7 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 4 2
1 1 1 1 1 1 1 7 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 4 2
1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 4 2
1 1 1 1 1 1 1 7 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 4 2
1 1 1 1 1 1 1 7 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 3 2
1 1 1 1 1 1 1 7 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 4 2
1 1 1 1 1 1 1 7 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 4 2
1 1 1 1 1 1 1 7 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 4 2
1 1 1 1 1 1 1 7 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 3 2
1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 8 1
1 1 1 1 1 1 1 7 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 3 2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1 1 1 1 1 1 1 7 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 4 2
1 1 1 1 1 1 1 7 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 4 2
1 1 1 1 1 1 1 7 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 3 2
1 1 1 1 1 1 1 7 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 4 2
1 1 1 1 1 1 1 7 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 3 2
1 1 1 1 1 1 1 7 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 3 2
1 1 1 1 1 1 1 7 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 3 2
1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 6 1
1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 4 2
1 1 1 1 1 1 1 7 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 4 2
1 1 1 1 1 1 1 7 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 4 2
1 1 1 1 1 1 1 7 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 3 2
1 1 1 1 1 1 1 7 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 3 2
1 1 1 1 1 1 1 7 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 2 2
1 1 1 1 1 1 1 7 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 3 2
1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 6 1
1 1 1 1 1 1 1 7 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 4 2
1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 5 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


HASIL UJI UNIVARIAT

Jenis Kelamin

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Laki-laki 39 60.9 60.9 60.9
Perempuan 25 39.1 39.1 100.0
Total 64 100.0 100.0

Kategori Umur

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Muda (16-50 tahun) 16 25.0 25.0 25.0
Tua (>50) 48 75.0 75.0 100.0
Total 64 100.0 100.0

Pendidikan

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Rendah (tidak Sekolah, 59 92,2 92,2 92,2
tamat SD, tamat SMP,
tamatSMA)
Tinggi (D3,Sarjana) 5 7,8 7,8 100.0
Total 64 100.0 100.0

Pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Informal 59 92,2 92,2 92,2
(pedagang,petani,tidak
bekerja,IRT)
Formal (pegawai 5 7,8 7,8 100.0
swasta,pegawai negeri)
Total 64 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pengetahuan 1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 0 55 85.9 85.9 85.9
2 9 14.1 14.1 100.0
Total 64 100.0 100.0

Pengetahuan 2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 0 56 87.5 87.5 87.5
2 8 12.5 12.5 100.0
Total 64 100.0 100.0

Pengetahuan 3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 0 37 57.8 57.8 57.8
2 27 42.2 42.2 100.0
Total 64 100.0 100.0

Pengetahuan 4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 0 38 59.4 59.4 59.4
2 26 40.6 40.6 100.0
Total 64 100.0 100.0

Pengetahuan 5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 0 39 60.9 60.9 60.9
2 25 39.1 39.1 100.0
Total 64 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pengetahuan 6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 0 39 60.9 60.9 60.9
2 25 39.1 39.1 100.0
Total 64 100.0 100.0

Pengetahuan 7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 0 17 26.6 26.6 26.6
2 47 73.4 73.4 100.0
Total 64 100.0 100.0

Pengetahuan 8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 0 50 78.1 78.1 78.1
2 14 21.9 21.9 100.0
Total 64 100.0 100.0

Pengetahuan 9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 0 2 3.1 3.1 3.1
2 62 96.9 96.9 100.0
Total 64 100.0 100.0

Pengetahuan 10

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 0 29 45.3 45.3 45.3
2 35 54.7 54.7 100.0
Total 64 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pengetahuan 11

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 2 64 100.0 100.0 100.0

Pengetahuan 12

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 0 28 43.8 43.8 43.8
2 36 56.3 56.3 100.0
Total 64 100.0 100.0

Pengetahuan 13

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 0 30 46.9 46.9 46.9
2 34 53.1 53.1 100.0
Total 64 100.0 100.0

Pengetahuan 14

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 0 1 1.6 1.6 1.6
2 63 98.4 98.4 100.0
Total 64 100.0 100.0

Pengetahuan 15

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 0 29 45.3 45.3 45.3
2 35 54.7 54.7 100.0
Total 64 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kategori Pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Baik 19 29.7 29.7 29.7
Kurang 45 70.3 70.3 100.0
Total 64 100.0 100.0

Sikap 1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 0 19 29.7 29.7 29.7
1 45 70.3 70.3 100.0
Total 64 100.0 100.0

Sikap 2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 0 20 31.3 31.3 31.3
1 44 68.8 68.8 100.0
Total 64 100.0 100.0

Sikap 3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 0 35 54.7 54.7 54.7
1 29 45.3 45.3 100.0
Total 64 100.0 100.0

Sikap 4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 0 24 37.5 37.5 37.5
1 40 62.5 62.5 100.0
Total 64 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Sikap 5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 0 31 48.4 48.4 48.4
1 33 51.6 51.6 100.0
Total 64 100.0 100.0

Sikap 6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 0 26 40.6 40.6 40.6
1 38 59.4 59.4 100.0
Total 64 100.0 100.0

Sikap 7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 0 33 51.6 51.6 51.6
1 31 48.4 48.4 100.0
Total 64 100.0 100.0

Sikap 8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 0 36 56.3 56.3 56.3
1 28 43.8 43.8 100.0
Total 64 100.0 100.0

Sikap 9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 0 35 54.7 54.7 54.7
1 29 45.3 45.3 100.0
Total 64 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Sikap 10

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 0 26 40.6 40.6 40.6
1 38 59.4 59.4 100.0
Total 64 100.0 100.0

Sikap 11

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 0 37 57.8 57.8 57.8
1 27 42.2 42.2 100.0
Total 64 100.0 100.0

Sikap 12

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 0 33 51.6 51.6 51.6
1 31 48.4 48.4 100.0
Total 64 100.0 100.0

Sikap 13

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 0 28 43.8 43.8 43.8
1 36 56.3 56.3 100.0
Total 64 100.0 100.0

Sikap 14

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 0 33 51.6 51.6 51.6
1 31 48.4 48.4 100.0
Total 64 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Sikap 15

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 0 42 65.6 65.6 65.6
1 22 34.4 34.4 100.0
Total 64 100.0 100.0

Kategori Sikap

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Baik 8 12.5 12.5 12.5
Kurang 56 87.5 87.5 100.0
Total 64 100.0 100.0

Ketersediaan fasilitas kesehatan 1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 1 64 100.0 100.0 100.0

Ketersediaan fasilitas kesehatan 2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 1 64 100.0 100.0 100.0

Ketersediaan fasilitas kesehatan 3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 0 63 98.4 98.4 98.4
1 1 1.6 1.6 100.0
Total 64 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Ketersediaan fasilitas kesehatan 4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 0 61 95.3 95.3 95.3
1 3 4.7 4.7 100.0
Total 64 100.0 100.0

Kategori Ketersediaan Fasilitas Kesehatan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Baik 4 6.3 6.3 6.3
Kurang 60 93.8 93.8 100.0
Total 64 100.0 100.0

Peran petugas kesehatan 1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 0 1 1.6 1.6 1.6
1 63 98.4 98.4 100.0
Total 64 100.0 100.0

Peran petugas kesehatan 2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 0 1 1.6 1.6 1.6
1 63 98.4 98.4 100.0
Total 64 100.0 100.0

Peran petugas kesehatan 3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 1 64 100.0 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Peran petugas kesehatan 4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 0 1 1.6 1.6 1.6
1 63 98.4 98.4 100.0
Total 64 100.0 100.0

Peran petugas kesehatan 5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 0 1 1.6 1.6 1.6
1 63 98.4 98.4 100.0
Total 64 100.0 100.0

Peran petugas kesehatan 6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 0 2 3.1 3.1 3.1
1 62 96.9 96.9 100.0
Total 64 100.0 100.0

Peran petugas kesehatan 7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 0 1 1.6 1.6 1.6
1 63 98.4 98.4 100.0
Total 64 100.0 100.0

Kategori Peran Petugas Kesehatan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Baik 57 89.1 89.1 89.1
Kurang 7 10.9 10.9 100.0
Total 64 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tindakan 1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 0 40 62.5 62.5 62.5
1 24 37.5 37.5 100.0
Total 64 100.0 100.0

Tindakan 2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 0 63 98.4 98.4 98.4
1 1 1.6 1.6 100.0
Total 64 100.0 100.0

Tindakan 3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 0 44 68.8 68.8 68.8
1 20 31.3 31.3 100.0
Total 64 100.0 100.0

Tindakan 4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 0 50 78.1 78.1 78.1
1 14 21.9 21.9 100.0
Total 64 100.0 100.0

Tindakan 5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 0 2 3.1 3.1 3.1
1 62 96.9 96.9 100.0
Total 64 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tindakan 6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 0 1 1.6 1.6 1.6
1 63 98.4 98.4 100.0
Total 64 100.0 100.0

Tindakan 7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 1 64 100.0 100.0 100.0

Tindakan 8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 0 47 73.4 73.4 73.4
1 17 26.6 26.6 100.0
Total 64 100.0 100.0

Tindakan 9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 0 60 93.8 93.8 93.8
1 4 6.3 6.3 100.0
Total 64 100.0 100.0

Tindakan 10

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 0 63 98.4 98.4 98.4
1 1 1.6 1.6 100.0
Total 64 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kategori Tindakan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Baik 18 28.1 28.1 28.1
Buruk 46 71.9 71.9 100.0
Total 64 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


HASIL UJI BIVARIAT

Jenis Kelamin * Kategori Tindakan


Crosstabulation

Kategori Tindakan

Baik Buruk Total

Jenis Kelamin Laki-laki Count 6 33 39

Expected Count 11.0 28.0 39.0

% within Jenis Kelamin 15.4% 84.6% 100.0%

% within Kategori Tindakan 33.3% 71.7% 60.9%

% of Total 9.4% 51.6% 60.9%

Perempuan Count 12 13 25

Expected Count 7.0 18.0 25.0

% within Jenis Kelamin 48.0% 52.0% 100.0%

% within Kategori Tindakan 66.7% 28.3% 39.1%

% of Total 18.8% 20.3% 39.1%

Total Count 18 46 64

Expected Count 18.0 46.0 64.0

% within Jenis Kelamin 28.1% 71.9% 100.0%

% within Kategori Tindakan 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 28.1% 71.9% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. Point


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided) Probability

Pearson Chi-Square 8.017a 1 .005 .009 .006


b
Continuity Correction 6.485 1 .011

Likelihood Ratio 7.944 1 .005 .009 .006

Fisher's Exact Test .009 .006

Linear-by-Linear Association 7.892c 1 .005 .009 .006 .005

N of Valid Cases 64

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,03.

b. Computed only for a 2x2 table

c. The standardized statistic is -2,809.

d. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo results.

Kategori Umur * Kategori Tindakan


Crosstab

Kategori Tindakan

Baik Buruk Total

Kategori Umur Muda (16-50 tahun) Count 2 14 16

Expected Count 4.5 11.5 16.0

% within Kategori Umur 12.5% 87.5% 100.0%

% within Kategori Tindakan 11.1% 30.4% 25.0%

% of Total 3.1% 21.9% 25.0%

Tua (>50) Count 16 32 48

Expected Count 13.5 34.5 48.0

% within Kategori Umur 33.3% 66.7% 100.0%

% within Kategori Tindakan 88.9% 69.6% 75.0%

% of Total 25.0% 50.0% 75.0%

Total Count 18 46 64

Expected Count 18.0 46.0 64.0

% within Kategori Umur 28.1% 71.9% 100.0%

% within Kategori Tindakan 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 28.1% 71.9% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided) Point Probability
a
Pearson Chi-Square 2.576 1 .108 .197 .096

Continuity Correctionb 1.649 1 .199

Likelihood Ratio 2.887 1 .089 .126 .096

Fisher's Exact Test .197 .096


c
Linear-by-Linear Association 2.536 1 .111 .197 .096 .075

N of Valid Cases 64

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,50.

b. Computed only for a 2x2 table

c. The standardized statistic is -1,593.

d. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo results.

Pendidikan * Kategori Tindakan


Crosstab

Kategori Tindakan

Baik Buruk Total

Pendidikan Rendah (tidak Count 16 43 59


Sekolah, tamat SD,
Expected Count 16.6 42.4 59.0
tamat SMP,
% within Pendidikan 27.1% 72.9% 100.0%
tamatSMA)
% within Kategori Tindakan 88.9% 93.5% 92.2%

% of Total 25.0% 67.2% 92.2%

Tinggi (D3,Sarjana) Count 2 3 5

Expected Count 1.4 3.6 5.0

% within Pendidikan 40.0% 60.0% 100.0%

% within Kategori Tindakan 11.1% 6.5% 7.8%

% of Total 3.1% 4.7% 7.8%

Total Count 18 46 64

Expected Count 18.0 46.0 64.0

% within Pendidikan 28.1% 71.9% 100.0%

% within Kategori Tindakan 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 28.1% 71.9% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. Point


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided) Probability
a
Pearson Chi-Square .378 1 .538 .615 .435
b
Continuity Correction .009 1 .923

Likelihood Ratio .355 1 .551 .615 .435

Fisher's Exact Test .615 .435

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


c
Linear-by-Linear Association .372 1 .542 .615 .435 .305

N of Valid Cases 64

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,41.

b. Computed only for a 2x2 table

c. The standardized statistic is -,610.

d. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo results.

Pekerjaan * Kategori Tindakan


Crosstab

Kategori Tindakan

Baik Buruk Total

Pekerjaan Informal Count 16 43 59


(pedagang,petani,
Expected Count 16.6 42.4 59.0
tidak bekerja,IRT)
% within Pekerjaan 27.1% 72.9% 100.0%

% within Kategori Tindakan 88.9% 93.5% 92.2%

% of Total 25.0% 67.2% 92.2%

Formal (pegawai Count 2 3 5


swasta,pegawai
Expected Count 1.4 3.6 5.0
negeri)
% within Pekerjaan 40.0% 60.0% 100.0%

% within Kategori Tindakan 11.1% 6.5% 7.8%

% of Total 3.1% 4.7% 7.8%

Total Count 18 46 64

Expected Count 18.0 46.0 64.0

% within Pekerjaan 28.1% 71.9% 100.0%

% within Kategori Tindakan 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 28.1% 71.9% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. Point


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided) Probability
a
Pearson Chi-Square .378 1 .538 .615 .435
b
Continuity Correction .009 1 .923

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Likelihood Ratio .355 1 .551 .615 .435

Fisher's Exact Test .615 .435


c
Linear-by-Linear Association .372 1 .542 .615 .435 .305

N of Valid Cases 64

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,41.

b. Computed only for a 2x2 table

c. The standardized statistic is -,610.

d. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo results.

Kategori Pengetahuan * Kategori Tindakan


Crosstabulation

Kategori Tindakan

Baik Buruk Total

Kategori Pengetahuan Baik Count 9 10 19

Expected Count 5.3 13.7 19.0

% within Kategori Pengetahuan 47.4% 52.6% 100.0%

% within Kategori Tindakan 50.0% 21.7% 29.7%

% of Total 14.1% 15.6% 29.7%

Kurang Count 9 36 45

Expected Count 12.7 32.3 45.0

% within Kategori Pengetahuan 20.0% 80.0% 100.0%

% within Kategori Tindakan 50.0% 78.3% 70.3%

% of Total 14.1% 56.3% 70.3%

Total Count 18 46 64

Expected Count 18.0 46.0 64.0

% within Kategori Pengetahuan 28.1% 71.9% 100.0%

% within Kategori Tindakan 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 28.1% 71.9% 100.0%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided) Point Probability
a
Pearson Chi-Square 4.950 1 .026 .036 .029
b
Continuity Correction 3.689 1 .055

Likelihood Ratio 4.725 1 .030 .036 .029

Fisher's Exact Test .036 .029


c
Linear-by-Linear Association 4.873 1 .027 .036 .029 .023

N of Valid Cases 64

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,34.

b. Computed only for a 2x2 table

c. The standardized statistic is 2,207.

d. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo results.

Kategori Sikap * Kategori Tindakan


Crosstab

Kategori Tindakan

Baik Buruk Total

Kategori Sikap Baik Count 5 3 8

Expected Count 2.3 5.8 8.0

% within Kategori Sikap 62.5% 37.5% 100.0%

% within Kategori Tindakan 27.8% 6.5% 12.5%

% of Total 7.8% 4.7% 12.5%

Kurang Count 13 43 56

Expected Count 15.8 40.3 56.0

% within Kategori Sikap 23.2% 76.8% 100.0%

% within Kategori Tindakan 72.2% 93.5% 87.5%

% of Total 20.3% 67.2% 87.5%

Total Count 18 46 64

Expected Count 18.0 46.0 64.0

% within Kategori Sikap 28.1% 71.9% 100.0%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


% within Kategori Tindakan 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 28.1% 71.9% 100.0%

d
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value Df (2-sided) (2-sided) (1-sided) Point Probability
a
Pearson Chi-Square 5.344 1 .021 .034 .034
b
Continuity Correction 3.578 1 .059

Likelihood Ratio 4.776 1 .029 .093 .034

Fisher's Exact Test .034 .034


c
Linear-by-Linear Association 5.261 1 .022 .034 .034 .029

N of Valid Cases 64

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,25.

b. Computed only for a 2x2 table

c. The standardized statistic is 2,294.

d. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo results.

Kategori Ketersediaan Fasilitas Kesehatan * Kategori Tindakan


Crosstab

Kategori Tindakan

Baik Buruk Total

Kategori Ketersediaan Baik Count 3 1 4


Fasilitas Kesehatan
Expected Count 1.1 2.9 4.0

% within Kategori 75.0% 25.0% 100.0%


Ketersediaan Fasilitas
Kesehatan

% within Kategori Tindakan 16.7% 2.2% 6.3%

% of Total 4.7% 1.6% 6.3%

Kurang Count 15 45 60

Expected Count 16.9 43.1 60.0

% within Kategori 25.0% 75.0% 100.0%


Ketersediaan Fasilitas
Kesehatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


% within Kategori Tindakan 83.3% 97.8% 93.8%

% of Total 23.4% 70.3% 93.8%

Total Count 18 46 64

Expected Count 18.0 46.0 64.0

% within Kategori 28.1% 71.9% 100.0%


Ketersediaan Fasilitas
Kesehatan

% within Kategori Tindakan 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 28.1% 71.9% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided) Point Probability
a
Pearson Chi-Square 4.638 1 .031 .064 .064
b
Continuity Correction 2.494 1 .114

Likelihood Ratio 4.070 1 .044 .064 .064

Fisher's Exact Test .064 .064


c
Linear-by-Linear Association 4.565 1 .033 .064 .064 .059

N of Valid Cases 64

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,13.

b. Computed only for a 2x2 table

c. The standardized statistic is 2,137.

d. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo results.

Kategori Peran Petugas Kesehatan * Kategori Tindakan


Crosstab

Kategori Tindakan

Baik Buruk Total

Kategori Peran Petugas Baik Count 14 42 56


Kesehatan
Expected Count 15.1 40.9 56.0

% within Kategori Peran 25.0% 75.0% 100.0%


Petugas Kesehatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


% within Kategori 82.4% 91.3% 88.9%
Tindakan

% of Total 22.2% 66.7% 88.9%

Kurang Count 3 4 7

Expected Count 1.9 5.1 7.0

% within Kategori Peran 42.9% 57.1% 100.0%


Petugas Kesehatan

% within Kategori 17.6% 8.7% 11.1%


Tindakan

% of Total 4.8% 6.3% 11.1%

Total Count 17 46 63

Expected Count 17.0 46.0 63.0

% within Kategori Peran 27.0% 73.0% 100.0%


Petugas Kesehatan

% within Kategori 100.0% 100.0% 100.0%


Tindakan

% of Total 27.0% 73.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided) Point Probability
a
Pearson Chi-Square 1.007 1 .316 .375 .279
b
Continuity Correction .305 1 .581

Likelihood Ratio .928 1 .335 .375 .279

Fisher's Exact Test .375 .279

Linear-by-Linear Association .991c 1 .319 .375 .279 .201

N of Valid Cases 63

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,89.

b. Computed only for a 2x2 table

c. The standardized statistic is -,996.

d. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo results.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai